附录 1. 您的信仰是什么? a. 佛教 b. 道教 c. 孔教 d. 其他宗教(...................................) 2. 您是否拜“关公”? a. 有 b. 否 (继续到第七题) 3. 您拜“关公”的要求是什么?(多项选择) a. 保护安全 b. 事业发展 c. 治疗病 d. 其他要求(...................................) 4. “关公”的大日子,您知道什么日子?(多项选择) a. 磨刀日 b. 生日 c. 升天日 30 d. 不知道 5. 您经常拜“关公”吗? a. 每天 b. 一星期一次 c. 一星期两次 d. 一个月一次 e. 其他(.......................................) 6. 如果经常拜“关公”,您对“关公”的信仰是否会更深? a. 是 b. 否 c. 不回答 7. 您对“关公”了解多少? a. 勇敢与忠义的将军 b. 保护神 c. 武财神 d. 伽蓝护法 8. 您从哪儿知道“关公”? a. 朋友 b. 影片与书本 c. 父母 31 d. 其他(.......................................) 9. 您是否知道,若是一个人活着时做了很多善事,当他死了 之后能变成神? a. 知道 b. 不知道 10. 您是否知道“关公”变神的过程? a. 知道 b. 不知道 32 Analisa Perubahan Status Guan Yu Beserta Penelitian Kepercayaan Warga Keturunan Tionghoa Terhadap Guan Gong di Klenteng Satya Dharma Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata 1 Jurusan Sastra China Oleh Raymond – 0900816045 Agus Wijaya Halim – 0900800671 Fakultas Bahasa dan Budaya Binus University Jakarta 2009 Analisa Perubahan Status Guan Yu Beserta Penelitian Kepercayaan Warga Keturunan Tionghoa Terhadap Guan Gong di Klenteng Satya Dharma Skripsi Raymond Agus Wijaya Halim 0800749600 0800774722 Dosen Pembimbing Fu RuoMei, BA D3050 Fakultas Bahasa dan Budaya Binus University Jakarta 2009 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, penyertaan dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisia Perubahan Status Guan Yu Beserta Penelitian Kepercayaan Warga Keturunan Tionghoa di Klenteng Satya Dharma. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan dari berbagai pihak baik berupa moral maupun materil, secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Gerardus Polla, M. App. Sc. selaku Rektor Binus University yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Binus University. 2. Bapak Drs. Andreas Chang, MBA. selaku Dekan Fakultas Budaya dan Bahasa Binus University yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Andyni Khosasih, SE. BA. selaku Ketua Jurusan Sastra China Binus University yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Cendrawaty Tjong, BA. M.Lit selaku dosen bimbingan seminar progress yang telah senantiasa membimbing penulis selama proses perkuliahan serta memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Fu Ruomei, BA. selaku dosen pembimbing, yang telah menyediakan waktu dan tempat serta telah sabar membimbing v penulis, memberikan motivasi, saran, dan ide yang membantu dan membangun, sehingga skripsi penulis selesai tepat waktu. 6. Orang tua yang selalu mendukung penulis, keluarga penulis yang telah memberikan semangat kepada penulis. 7. Seluruh teman kuliah penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah turut membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan, dorongan, jasa dan amal baik dari semua pihak mendapat pahala dan berkat yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan Binus University dan pihak-pihak yang membutuhkan pedoman penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut. Jakarta, 4 Sept 2009 Penulis, Raymond dan Agus Wijaya Halim vi ABSTRAKSI Di China terdapat banyak sekali kebudayaan dan kepercayaan, salah satunya adalah kepercayaan terhadap Guangong. Melalui skripsi ini penulis ingin menganalisa proses perubahan status Guan Yu dari manusia menjadi dewa beserta meneliti kepercayaan warga keturunan Tionghoa terhadap Guangong di Klenteng Satya Dharma. Untuk menganalisa proses perubahan status Guan Yu, maka penulis akan mendeskripsikan secara lebih detail kisah Guan Yu di dalam novel Sanguo Yanyi serta fungsi Guan Yu sebagai dewa, kemudian melalui studi pustaka penulis melakukan analisa proses perubahan status Guan Yu dari manusia menjadi dewa. Untuk meneliti kepercayaan warga keturunan Tionghoa terhadap Guangong, maka penulis akan membagikan kuisioner di Klenteng Satya Dharma. Melalui peneltian ini penulis ingin mengetahui seberapa dalam kepercayaan mereka terhadap Guangong, seberapa besar pengertian terhadap Guangong, apakah mengerti proses perubahan status Guan Yu dari manusia menjadi dewa. Berdasarkan hasil penelitian penulis, sebagian besar dari warga keturunan Tionghoa yang datang ke Klenteng Satya Dharma menyembah Guangong. Meskipun kepercayaan mereka terhadap Guan Gong sangat dalam, namun hanya sedikit orang yang mengetahui proses perubahan proses perubahan status Guan Yu. Kata kunci : Guan Yu , Guan Gong Warga keturunan Tionghoa , Kepercayaan , Dewa vii , Klenteng DAFTAR ISI Ucapan terima kasih..........................................................v Abstraksi..........................................................................vi Ringkasan isi.....................................................................1 Daftar riwayat hidup........................................................14 viii RINGKASAN ISI 1. Kisah Kepahlawanan Guan Yu Guan Yu (160 - 220) bernama lengkap Guan Yunchang, lahir di kabupaten Jie wilayah Hedong. Guan Yu adalah seorang tokoh terkenal dari jaman Tiga Negara, yang merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia adalah jendral yang gagah berani, perawakannya mencapai 3 meter panjang janggutnya 1 meter. Selain jendral yang gagah berani, Guan Yu juga dikenal sebagai jendral yang setia. Sejak kecil Guan Yu sudah terampil dalam bertarung, membela yang lemah dan menegakkan kebenaran. Pada masa mudanya Guan Yu pernah membunuh seorang anak pejabat, karena anak pejabat tersebut memaksa seorang gadis untuk menjadi gundiknya. Karena kejadian tersebut Guan Yu melarikan diri, ia lalu beristirahat sebentar dan mencuci muka di sebuah sungai. Ketika ia mengangkat muka dari sungai, kulit wajahnya berubah menjadi merah. Sejak itu kulit wajah Guan Yu menjadi merah dan tidak dikenali lagi. Pada tahun 184 terjadilah pemberontakan Sorban Kuning yang dipimpim oleh tiga saudara Zhang Jiao, Zhang Liang, Zhang Bao. Pemberontakan ini membuat keadaan negara sangat kacau, Guan Yu yang mengetahui hal ini ingin menjadi prajurit sukarelawan. Sesampainya di kabupaten Zhuo, Guan Yu bertemu dengan Liu Bei ( 刘 备 ) dan Zhang Fei ( 张飞). Setelah mengetahui bahwa mereka bertiga mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadi prajurit sukarelawan, mereka menjadi tambah akrab, pada akhirnya mereka mengikat tali 1 persaudaraan diantara mereka di sebuah kebun persik. Mereka berjanji saling membantu, setia kawan dan sehidup semati. Liu Bei menjadi saudara tertua, Guan Yu yang kedua dan Zhang Fei yang bungsu. Peristiwa ini disebut “ Tao Yuan San Jie Yi ( 桃园三结义) ” dan sangat dikagumi oleh orang-orang dan dianggap sebagai lambang kesetiaan dan persaudaraan. Setelah Pemberontakan Sorban Kuning berhasil dipadamkan, seorang bernama Dong Zhuo ( 董 卓 ) berhasil mengalahkan lawanlawan politiknya dan mengangkat diri menjadi perdana menteri, bertindak sewenang-wenang terhadap kaisar. Pertempuran di Hu Lao Guan, Dong Zhuo menempatkan Hua Xiong sebagai panglima perang. Hua Xiong telah mengalahkan sebagian besar pasukan koalisi dan membunuh beberapa panglima pasukan koalisi. Guan Yu yang hanya seorang pemanah berkuda menawarkan diri untuk mengalahkan Hua Xiong dan berjanji untuk memberikan kepalanya apabila gagal. Sebelum Guan Yu pergi melawan Hua Xiong, Cao Cao(曹操) menuangkan arak hangat kepada Guan Yu, namun Guan Yu berkata untuk menunggu minum arak tersebut sampai ia kembali setelah membunuh Hua Xiong. Tak lama kemudian, Guan Yu kembali dengan membawa kepala Hua Xiong, pada saat itu arak yang dituang Cao Cao sebelum Guan Yu pergi masih hangat. Peristiwa ini dikenal dengan “ Wen Jiu Zhan Hua Xiong ( 温酒斩华雄 ) ”. Setelah Hua Xiong tewas, Dong Zhuo mengangkat Lü Bu(吕布) menjadi panglima. Lü Bu jauh lebih kuat daripada Hua Xiong dan tidak ada tandingannya pada masa itu. Sekali lagi Guan Yu maju ke medan 2 perang berhadapan dengan Lü Bu, tetapi kali ini 3 bersaudara serentak menghadapi Lü Bu. Lü Bu yang merasa terdesak dan tidak dapat menandingi kekuatan 3 saudara ini lalu melarikan diri. Peristiwa ini dikenal sebagai “San Ying Zhan Lu Bu ( 三英战吕布 )” . Setelah Dong Zhuo dan pasukannya berhasil dimusnahkan, kekuasaan Cao Cao di ibukota semakin besar. Cao Cao ingin melenyapkan lawan-lawan politiknya, dan berhasil mengalahkan pasukan Liu Bei di Xu Zhou dan menangkap Guan Yu yang menjaga kota Xia Pi. Pada saat ketiga bersaudara itu tercerai berai karena kejatuhan Xu Zhou dan Xia Pi, Guan Yu dibujuk Cao Cao untuk menjadi pengikutnya. Guan Yu bersedia tetapi dia mengajukan 3 persyaratan yaitu Guan Yu hanya takluk kepada kekaisaran Han, bukan kepada Cao Cao, kedua istri Liu Bei harus dilindungi dan diberi penghidupan yang layak, ketiga Guan Yu akan segera meninggalkan Cao Cao setelah tahu keberadaan Liu Bei. Dengan 3 syarat tersebut Guan Yu dapat menyerah tanpa melanggar sumpah saudara. Cao Cao pun menyanggupinya dengan gembira. Cao Cao melakukan segala cara agar Guan Yu menjadi pengikutnya, Guan Yu diberi banyak hadiah, salah satunya Chi Tu Ma ( kuda kelinci merah ), kuda ini sebelumnya adalah milik Lu Bu. Guan Yu sangat berterima kasih atas kuda yang di berikan kepadanya, namun meskipun demikian, dia tetap setia kepada saudaranya, dan pada saat Guan Yu mengetahui keberadaan Liu Bei dengan segera ia mengembalikan semua hadiah yang diberikan Cao Cao kecuali kuda kelinci merah itu. Saat Cao Cao bertempur melawan Yuan Shao di Pertempuran Baima, Cao Cao menugaskan Guan Yu untuk melawan 2 jendral besar Yuan Shao(袁绍), yaitu Yan Liang(颜良) dan Wen Chou(文丑) 3 Guan Yu berhasil membinasakan keduanya dan mengakibatkan hubungan Yuan Shao dan Liu Bei yang saat itu berlindung pada Yuan Shao memburuk. Liu Bei akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Yuan Shao. Pada saat yang bersamaan, Guan Yu yang mengetahui di mana Liu Bei juga memutuskan meninggalkan Cao Cao dan melakukan perjalanan untuk bertemu saudaranya. Cao Cao tak dapat menahannya dan akhirnya membiarkan Guan Yu pergi. Dalam perjalanan tersebut, Guan Yu semakin terkenal karena ia seorang diri berhasil melewati 5 kota Cao Cao dan membunuh 6 perwira yang menghalanginya. Akibatnya lengan Guan Yu terluka terkena panah yang beracun. Pada saat lengan Guan Yu diobati oleh Hua Tuo(华佗), wajah Guan Yu tidak terlihat kesakitan bahkan Guan Yu masih bisa berbincang-bincang sambil tertawa. Di pertempuran Chi Bi, pasukan gabungan Liu Bei dan Sun Quan berhasil mengalahkan pasukan Cao Cao. Pada saat Cao Cao bersama sisa pasukanya melarikan diri, tiba2 rombongan Cao Cao dihadang Guan Yu. Cao Cao melihat Guan Yu segera berlutut dan mohon dibebaskan. Guan Yu mengingat kebaikan Cao Cao dulu kepadanya, maka diapun membebaskan Cao Cao. Kejadian ini membuat Guan Yu di satu sisi dihadapkan tugas untuk menghancurkan musuh, disisi lain Guan Yu pernah menerima kebaikan Cao Cao yang belum sempat ia balas. Karena keluhuran budi dan kebenaran, Guan Yu tetap melepaskan musuhnya untuk membalas kebaikan yang pernah ia terima, dan Guan Yu siap menerima hukuman atas tindakan yang dilakukannya. 2. Guangong sebagai dewa 4 Sifat keberanian, kesetiaan, keadilan serta semangat berani menanggung resiko yang ditunjukan Guan Yu semasa hidupnya menimbulkan tradisi di kalangan rakyat China yaitu mewujudkan harapan dan impian dengan menyembah dewa Guangong. Di kalangan rakyat China Guangong menjadi sosok dewa yang cukup di hormati yang mempunyai berbagai fungsi dalam penyembahannya. 1. Dewa pelindung : melihat sosok Guan Yu semasa hidupnya adalah seorang jendral yang gagah berani, maka setelah orangorang menyembah Guangong sebagai dewa pelindung yang di yakini dapat melindungi diri mereka dari bahaya. Di kalangan tentara Guangong disembah sebagai dewa perang yang diyakini dapat melindungi mereka di medan peperangan. 2. Dewa kekayaan : orang-orang meyakini Guangong sebagai dewa kekayaan karena Guangong tidak tergiur oleh harta kekayaan. Oleh karena itu para pedagang sangat menghormati sifat kesetiaan dan kejujuran Guangong. 3. Dewa pengobatan : ada orang yang percaya jikalau mereka sakit atau mengalami nasib yang tidak baik, penyebab utamanya adalah karena gangguan dan kutukan dari roh-roh jahat, mereka percaya bahwa dengan menyembah Guangong dapat menghalau roh jahat dan menyembuhkan sakit. 4. Pelindung Dharma : agama Buddha sangat percaya bahwa Guangong adalah dewa pelindung, yang juga merupakan pelindung Dharma ( pelindung ajaran Buddha ). Sebutan Guangong sebagai pelindung Dharma muncul karena adanya cerita mengenai dewa-dewi dalam agama Buddha. 5 3. Proses Perubahan Guangong Berdasarkan analisa penulis, telah didapatkan beberapa versi mengenai proses perubahan Guangong, yaitu : 1. Versi pertama adalah : Pada Dinasti Yuan tahun 1206 – 1368 Bangsa Mongolia menjajah China, saat itu kedudukan Bangsa Han sangat rendah, akhirnya demi kehormatan Bangsa Han melakukan pemberontakan, dan menjadikan Guan Yu sebagai pujaan, berharap suatu hari dapat menggantikan kedudukan orang Mongol, memulihkan Bangsa Han. Bangsa Han menjadikan Guan Yu sebagai pujaan berdasarkan 3 sifat yaitu keberanian, kesetiaan, keadilan untuk membangkitkan motivasi pada diri mereka untuk menghadapi orang Mongol. 2. Versi kedua adalah sebuah proses perubahan Guan Yu berdasarkan mitos. Buku “Popular Deities of Chinese Buddhism” mencatat bahwa : setelah Guan Yu meninggal, rohnya tidak mau pergi, melayang diatas pintu Jing Zhou, menuju kuil di gunung Yuquan. Biksu Pu Jing melihat di langit ada seorang menungangi kuda merah, membawa sebilah golok naga. Roh Guan Yu berteriak kepada biksu Pu Jing : “Kembalikan kepala saya!” . Mendengar teriakan Roh Guan Yu, biksu berkata : “Hal yang sudah berlalu biarlah berlalu, sekarang jendral telah mati di tangan Lu Meng dan berteriak kembalikan kepala saya, bagaimana dengan Yan Liang, Wen Chou ? Bagaimana dengan 6 jendral yang kau bunuh pada saat melewati 5 benteng ? Kepada siapakah mereka meminta kepala mereka yang hilang ?”. 6 Perkataan ini menyadarkan roh Guan Yu, kemudian Guan Yu menjadi pengikut Buddha dan menjadi dewa pelindung Dharma ( pelindung ajaran Buddha ). 3. Versi ketiga ini merupakan penganugrahan gelar kepada Guan Yu yang dilakukan keluarga kekaisaran di setiap dinasti. Menurut penulis ini merupakan proses sesungguhnya perubahan Guan Yu dari manusia menjadi dewa. Setelah Guan Yu mati, Liu Bei memberikan gelar “Zhuang Miao Hou(壮缪侯)” atas semua jasa yang Guan Yu lakukuan semasa hidupnya. Pada tahun 1102 masa Dinasti Song Utara, kaisar Song Wei Zong memberi Guan Yu gelar “Zhong Hui Gong ( 壮惠公)” kemudian pada tahun 1123 gelar Guan Yu ditambah menjadi “Yiyong Wu’An Wang( 义勇武安 王 )”. Gelar Guan Yu terus bertambah, pada masa Song Selatan Kaisar Song Xiao Zong memberi gelar “Zhuang Miao Yiyong Wu’ An Yingji Wang ( 壮缪义勇武安英济王 )”. Sampai pada Dinasti Yuan, kaisar Qin Ding menambahkan menjadi “Xianling Yiyong Wu’An Yingji Wang ( 显灵义勇武安英济王 )”. Tahun 1594 Dinasti Ming, kaisar Ming Shen Zong memberi Guangong gelar “Xie Tian Hu Guo Zhongyi Di( 协天护国忠义帝 )”, kemudian pada tahun 1613 kaisar Ming Shen Zong kembali menambahkan gelar menjadi “Shen Wei Yuan Zhen Tian Zun Guansheng Dijun( 神威 远镇天尊关圣帝君 )”. Terakhir pada Dinasti Qing, gelar Guangong menjadi “Zhongyi Shen Wuling You Ren Yong Weixian Guansheng Dadi ( 忠 义 神 武 灵 佑 仁 勇 威 显 关 圣 大 帝 )”. Setiap 7 kaisar masing-masing Dinasti menambahkan gelar kepada Guangong mempunyai tujuan agar semua bawahan kaisar mempunyai hati yang cinta negara dan setia terhadap kaisar. 4. Penelitian Kepercayaan Warga Keturunan Tionghoa Terhadap Guangong Untuk mengetahui kepercayaan warga keturunan Tionghoa terhadap Guangong, penulis melakukan penelitian di Klenteng Satya Dharma di Jln. Pluit Barat Raya no.3 Jakarta Utara, dengan cara membagikan kuisioner. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan didapat data sebagai berikut : Tabel 1 Kepercayaan Warga Keturunan Tionghoa terhadap Guangong Jawaban Jumlah orang Persentase Ya 82 orang 82% Tidak 18 orang 18% Dari 100 orang responden, sebanyak 82 orang menyembah Guangong, sisanya 18 orang tidak menyembah Guangong. Dari 82 orang yang menyembah Guangong 73 orang beragama Buddha, 6 orang menganut ajaran Confucius, 2 orang menganut ajaran Dao, 1 orang beragama Katolik. Sedangkan dari 18 orang yang tidak menyembah Guangong 14 orang beragama Buddha, 2 orang menganut ajaran Confucius, 1 orang 8 beragama Kristen, 1 orang beragama Katolik. Melalui data ini dapat dilihat sebagian besar orang yang menyembah Guangong adalah beragama Buddha, ini disebabkan karena agama Buddha memang mempunyai kebiasaan menyembah Guangong dan merupakan salah satu dari 5 agama besar di Indonesia. Ajaran Confucius dan Dao meskipun juga menyembah Guangong, namun kedua ajaran ini bukan salah satu agama yang diakui di Indonesia maka dari itu orang yang datang ke klenteng untuk sembahyang masih sedikit. Alasan orang yang tidak menyembah Guangong adalah karena mereka datang untuk menyembah dewa-dewa lain, ada orang yang mengatakan tidak percaya kepada Guangong. Tabel 2 Permintaan saat sembahyang kepada Guangong Permintaan Jumlah jawaban Persentase Meminta perlindungan 69 kali orang menjawab 57% Meminta usaha maju 38 kali orang menjawab 31% Meminta kesembuhan 9 kali orang menjawab 7% 6 kali orang menjawab 5% dan keselamatan dari penyakit Lain-lain Keterangan : Jawaban boleh lebih dari 1 Dari 82 orang yang menyembah Guangong, sebanyak 69 kali orang meminta perlindungan dan keselamatan, 38 kali orang meminta agar usaha maju, 9 kali orang meminta kesembuhan dari penyakit, sisanya 6 9 kali orang menjawab permintaan yang lain. Berdasarkan data diatas sebagian besar orang yang menyembah Guangong untuk meminta perlindungan dan keselamatan, hal ini terkait oleh fungsi Guangong sebagai dewa pelindung. Yang meminta usaha maju terbilang cukup banyak karena Guangong dikenal juga sebagai dewa kekayaan. Sedangkan yang meminta kesembuhan hanya sedikit, ini berarti fungsi Guangong sebagai dewa pengobatan tidak terlalu tenar dikalangan orang Tionghoa Jakarta. Ada beberapa orang yang memohon permintaan lain, yaitu meminta agar semua mahluk bahagia. Mereka menjawab seperti ini karena mengikuti ajaran Buddha. Tabel 3 Tingkat keseringan menyembah Guangong Waktu Jumlah orang Persentase Setiap hari 20 orang 24% Seminggu sekali 37 orang 45% Seminggu dua kali 6 orang 7% Sebulan sekali 8 orang 10% Lain- lain 11 orang 14% Dari 82 orang yang menyembah Guangong, sebanyak 37 orang setiap minggu sembahyang sekali pada Guangong, 20 orang setiap hari sembahyang Guangong, 8 orang sembahyang 1 bulan sekali, 6 orang seminggu sembahyang 2 kali, 11 orang menjawab lain-lain. Melalui data ini dapat dilihat bahwa waktu sembahyang setiap orang berbeda-beda, sebagian besar adalah setiap minggu sembahyang sekali, adapun yang setiap hari sembahyang, karena orang-orang ini mempunyai altar 10 Guangong dirumahnya, ini menandakan kepercayaannya terhadap Guangong cukup dalam. 11 Tabel 4 Darimana mengetahui Guangong Jawaban Sembahyang Guangong Tidak sembahyang Guangong Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Teman 4 orang 5% 3 orang 17% Film dan buku 14 orang 17% 7 orang 39% Orang tua 59 orang 72% 8 orang 44% Lain - lain 5 orang 6% 0 orang 0% Dari 100 orang yang menyembah Guangong dan yang tidak menyembah, sebagian besar dari mereka mengenal Guangong dari orang tua, ini disebabkan karena orang tua mereka juga menyembah Guangong, jadi mereka mengikuti kebiasaan orang tua. Banyak yang mengenal Guangong dari buku dan film, karena sekarang ini banyak film yang melukiskan kisah Tiga Kerajaan, salah satunya adalah “Red Cliff I dan Red Cliff II” dan ada juga film seri yang khusus menonjolkan kisah kepahlawanan Guan Yu yaitu “Legend Of Guangong”. Buku-buku yang menceritakan kisah Tiga Kerajaan dalam berbagai versi sudah banyak dapat ditemui di toko-toko buku. 12 Tabel 5 Pengertian terhadap proses perubahan Guangong Jawaban Sembahyang Guangong Tidak sembahyang Guangong Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Tahu 19 orang 23% 6 orang 33% Tidak tahu 63 orang 77% 12 orang 67% Dari 82 orang yang menyembah Guangong, hanya 19 orang yang mengetahui proses perubahan Guangong. Sedangkan dari 18 orang yang tidak menyembah Guangong, hanya 6 orang yang mengetahui proses perubahan Guangong. Kebanyakan orang-orang yang mengetahui proses perubahan Guangong menjawab karena disebabkan mitos, ada pula yang menjawab karena Guan Yu setia maka bisa didewakan, tetapi tidak satu pun yang menjawab proses perubahan berdasarkan penambahan gelar di setiap dinasti. Orang-orang tersebut mengetahui dahulu Guan Yu adalah seorang tokoh di kisah Tiga Kerajaan, juga mengerti kegunaan Guangong sebagai sosok dewa, tetapi kurang memperhatikan proses perubahannya. Melalui hasil dari penelitian ini, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar warga keturunan Tionghoa di Klenteng Satya Dharma beragama Buddha. Meskipun tingkat kepercayaan mereka terhadap Guangong sangat dalam, namun hanya sebagian kecil orang yang mengetahui proses perubahan Guan Yu menjadi dewa. 13 Kesimpulan Berdasarkan studi pustaka yang penulis lakukan, didapati 3 versi proses perubahan Guan Yu menjadi dewa yaitu : 1. Bangsa Han menjadikan Guangong sebagai panutan untuk membangkitkan motivasi melawan orang Mongol. 2. Cerita mengenai asal-usul dewa dewi dalam agama Buddha. 3. Penambahan gelar yang dilakukan oleh kaisar dari setiap Dinasti. Melalui hasil penelitian di Klenteng Satya Dharma, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa : • Sebagian besar orang yang sembahyang dewa Guangong beragama Buddha. • Sebagian besar permintaan yang diajukan adalah meminta berkah keselamatan. • Rata-rata responden adalah setiap minggu sembahyang Guangong sekali. • Sebagian besar responden mengetahui Guangong dari orang tua. • Meskipun kepercayaan responden terhadap Guangong terbilang tinggi, namun hanya sedikit yang mengetahui proses perubahan status Guan Yu. 14