makalah manajemen proyek

advertisement
MAKALAH MANAJEMEN PROYEK
PERANCANGAN DIGITAL LIBRARY DENGAN MENGGUNAKAN
CMS JOOMLA
DOSEN PENGAMPU:
Imam
DISUSUN OLEH :
Rut Elisawanty Sinaga
14101029
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pesatnya kemajuan teknologi dan globalisasi informasi saat ini informasi yang
didukung teknologi jaringan komputer memungkinkan informasi tersalur dari satu
belahan dunia ke belahan dunia yang lain dalam waktu singkat. Teknologi jaringan
komputer yang sebelumnya hanya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan dan
perusahaan-perusahaan besar, sekarang sudah tersebar ke sebagian besar masyarakat
dunia termasuk di Indonesia berupa jaringan Internet.
Perpustakaan seperti kita ketahui adalah merupakan salah satu penyedia dan
penyalur informasi yang fungsi dan peranannya cukup berarti di dunia informasi.
Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan.
Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi
informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang.
Tantangan baru di dunia perpustakaan menjelang abad 21 yang banyak dikatakan
sebagai abad informasi adalah penyaluran informasi menggunakan protokol
elektronik melalui jaringan komputer dengan cepat, tepat dan global. Salah satu
solusi untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan membangun perpustakaan
digital.
Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba
didekati dengan menggunakan teknologi informasi. Dari segi data dan dokumen
yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya
terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan
semi modern yang menggunakan katalog (index). Katalog mengalami metamorfosa
menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan cepat dalam pencarian kembali
koleksi yang disimpan di perpustakaan. Koleksi perpustakaan juga mulai
dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah
ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu
dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan
dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan
komputer (internet).
1.2 PERMASALAHAN
1. Pengembangan utama penggunaan sensoe yang tahan terhadap gangguan mesin
mesin di dalam pabrik
2. Penyatuan dengan sistem web yang terintegrasi di dalam jaringan internet
3. Usaha adanya otomatisasi jarak jauh melalui web
BAB II
TINJAUN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI
Kegiatan Perancangan Digital Library berbasis web dengan menggunakan CMS
Joomla 1.5.14. ini bertujuan untuk membuat sebuah koleksi layanan informasi
literatur berupa buku dan paper secara electronic/digital bagi pengguna.
rancangan jadwal kegiatan penelitian
No
Deskripsi Kegiatan
1
2
Kajian pustaka.
Identifikasi permasalahan dan
kajian hardware
Perencanaan dan simulasi
hardware dan software
Implementasi prototype dan
iterasi penyempurnaan program
Pembuatan Laporan Tengah
penelitian.
Pengujian prototype dan
penyempurnaan
Dokumentasi dan Laporan Tahun.
3
4
5
6
7
.
2009
BAB III
KAJIAN ANALISIS
3.1
KAJIAN ANALISIS
Konsep ‘digital library’ sebetulnya bukan merupakan konsep
baru, namun akhir-akhir ini memang kembali menjadi pilihan bagi para pelaku di
dunia perpustakaan untuk ‘ditekuni’ dan ditampilkan kepada pengguna. Konsep
‘digital library(ies)’ ini dimulai pada tahun 1945 dengan adanya Vannenar
Bush’s Memex Machine yang memberikan stimulasi awal bagi aplikasi komputer
untuk temu kembali informasi (information retrieval). Konsep itu berkembang ke
dalam area yang lebih luas lagi, mulai dari database bibliografis yang besar, temu
kembali online, dan sistem akses publik. Apalagi dengan adanya internet yang
memungkinkan komputer terhubung ke dalam sebuah jaringan informasi yang
luas, konsep digital menjadi trend kembali dan pembuatan ‘libraries of
information digital’ yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun di dunia
menjadi penting. Perkembangan konsep digital tersebut ‘menciptakan’ berbagai
istilah yang sering digunakan seperti ‘virtual library’, ‘electronic library’,
‘library without walls’, ‘bionic library’ , hingga saat ini yang paling sering
disebutkan adalah ‘digital library’.
Ketika orang membicarakan mengenai ‘digital library’ sebetulnya ada
bermacam-macam pengertian atau definisi yang ada di benak masing-masing
orang. Bahkan kecenderungannya mereka akan mendefinisikan sesuai dengan
konsep dasar pemikiran, latar belakang atau bidang keilmuan mereka masingmasing. Hal ini tentu membingungkan kita untuk memahami apa sebenarnya
‘digital library’ itu. Menurut Cleveland (1998) setidaknya ada 3 faktor yang
menyebabkan kebingungan dalam memahami istilah ‘digital library ‘ ini:
1.
Adanya perbedaan penggunaan istilah oleh komunitas perpustakaan
dalam memahami konsep ini seperti electronic library, virtual library, library
without walls—dan tidak pernah ada kejelasan perbedaan makna dari istilahistilah tersebut. Istilah ‘Digital Library’ sendiri secara sederhana merupakan
paling baru dan secara luas digunakan secara ekslusif pada konferensi, online dan
dalam literatur-literatur.
2.
‘Digital libraries’ merupakan fokus perhatian dari banyak bidang area
riset yang berbeda, dan pemahaman ‘digital library’ tergantung pada masingmasing komunitas riset yang menggambarkannya. Contohnya: (a) dari segi
pandang temu kembali informasi, itu merupakan sebuah database yang besar, (b)
bagi orang yang bekerja di hypertext technology, itu merupakan satu aplikasi
khusus metode hypertext, (c) dan bagi ilmu perpustakaan, itu merupakan langkah
lain dalam meneruskan otomasi perpustakaan yang dimulai lebih dari 25 tahun
yang lalu.
3.
Hal ketiga yang meningkatkan kebingungan adalah adanya fakta bahwa
banyak hal di internet yang oleh orang disebut ‘digital libraries’ dimana –dari
sudut pandang pustakawan—bukan. Contohnya: (a) bagi ilmuwan bidang
komputer dan pengembang perangkat lunak, kumpulan algoritma komputer dan
program perangkat lunak adalah ‘digital libraries’, (b) bagi perusahaan besar,
‘digital library’ adalah sistem manajemen dokumen yang mengontrol dokumen
bisnis mereka dalam format elektronik.
Bahkan satu contoh yang cukup spektakuler adalah apa yang banyak orang
anggap ‘digital library’ adalah World Wide Web. Web mengumpulkan ribuan
dokumen. Banyak yang akan menyebut kumpulan ini sebuah ‘digital library’
karena mereka dapat menemukan informasi, seperti yang dapat mereka lakukan
untuk melakukan transaksi bank dalam sebuah ‘digital bank’ atau membeli
CD/DVD dalam sebuah ‘digital record store’. Apakah web belum dapat disebut
sebagai sebuah ‘digital library?’ Clifford Lynch (1997) dalam Cleveland (1998)
menyatakan:
“One sometimes hears the Internet characterized as the world’s library
for the digital age. This description does not stand up under even casual
examination. The Internet—and particularly its collection of multimedia
resources known as the World Wide Web—was not designed to support
organized publication and retrievalof information as libraries are. It has
evolved into what might be thought of as a chaotic repository for the
collective output of the world’s digital ‘printing presses’. … In short, the
Net is not a digital library.”
Dari pernyataan Lynch tersebut dapat dilihat bahwa ‘digital library’ bukan
sekedar Internet atau akses ke dalam sumber Web.
Cleveland (1998) dalam Occasional Paper IFLA nomor 8, bulan Maret 1998
menyatakan bahwa untuk memahami ‘digital library’ dari sudut pustakawan
maka sebagai titik awalnya kita harus mengasumsikan bahwa ‘digital libraries’
adalah perpustakaan dengan maksud, fungsi, dan tujuan yang sama seperti
perpustakaan tradisional—yakni manajemen dan pengembangan koleksi, analisa
subjek, pembuatan indeks, ketersedian akses, sisi referensinya, dan preservasinya.
Berangkat dari pemikiran tersebut ada beberapa karakteristik yang dapat dilihat
berdasarkan berbagai diskusi yang telah dilakukan seputar ‘digital library’ ini,
seperti yang sudah dirangkum oleh Cleveland (1998) yakni:
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa ‘digital library’ bukan sesuatu yang berdiri
sendiri, tapi merupakan sebuah sistem. Definisi yang cukup menggambarkan
berbagai karakteristik tersebut dapat dilihat dari apa yang dihasilkan dari Dlib
Working Group on Digital Library Metrics (WG) di Stanford University, 7-8
Januari 1998, yakni:
“The Digital Library is the collection of services and the collection of
information objects that support users in dealing with information objects and the
organization and presentation of those objects available directly or indirectly via
electronic/digital means.”
Definisi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa ‘digital library’
lebih dari sekedar koleksi bahan pustaka dalam tempat penyimpanan, tetapi juga
memberikan bermacam layanan pada semua pengguna (baik manusia dan mesin,
pembuat, manajer, dan pengguna informasi). Tipe objek informasinyapun
menjadi bermacam dari ‘dokumen’ tradisional sampai kepada objek ‘hidup’ atau
hasil permintaan yang dinamis. Hal lain adalah ‘digital library’ memberikan
kepada pengguna kepuasan akan kebutuhan mereka dan hal-hal yang dibutuhkan
untuk manajemen, akses, penyimpanan, dan manipulasi bermacam informasi
tersimpan dalam koleksi bahan pustaka yang merepresentasikan kepemilikan dari
perpustakaan. Bahkan pengertian pengguna disinipun bermacam-macam, dapat
pengguna akhir, operator perpustakaan, dan juga ‘penghasil’ informasi. Selain itu
penataan dan cara penyajian objek informasi harus menjadi bagian penting
dengan memperhatikan unsur estetika. Objek informasi ini dapat juga merupakan
objek digital atau bisa juga media lain (misal kertas) tetapi disajikan di
perpustakaan melalui perangkat digital (misal metadata). Hal itu mungkin
tersedia secara langsung dalam jaringan atau tidak langsung. Sekalipun objek
informasi bukan berupa data elektronis atau mungkin tidak secara langsung
tersedia dalam jaringan, objek harus dapat disajikan secara elektronis dalam
beberapa cara melalui misal metadata atau katalog. Sehingga pada prinsipnya
‘digital library’ merupakan satu sistem layanan perpustakaan terintegrasi berbasis
digital, walaupun cakupan informasi tidak mesti berbentuk digital.
BAB IV
MASALAH
4.1 MASALAH
Didalam dunia perbankan untuk mempermudah transaksi tentunya
ada salah satu aplikasi yang membuat semua transaksi lebih mudah dan
praktis . Teknologi di era zaman yang modern ini semakin canggih dengan
menggunakan internet .Dengan adanya fasilitas yang membuat nasabah
nyaman menggunakan dalam bertransaksinya . Namun tanpa disadari bahwa
setiap penggunaan internet pasti akan muncul adanya kejahatan-kejahatan
,cyber yang tentunya tidak bertanggung jawab.
BAB V
REKOMENDASI DAN KESIMPULAN
4.1 REKOMENDASI DAN KESIMPULAN
Digital Library berbasis web yang siap untuk dipergunakan dan dapat
dikembangkan lebih lanjut. Melalui penggunaan internet inilah muncul cyber-
cyber yang tidak bertanggung jawab melakukan kejahatan. Pihak Bank
tentunya tidak hanya tinggal diam dalam hal ini. Meningkatkan keamanan
dan perawatan fasilitas merupakan suatu layanan untuk memuaskan para
pemakai jasa ini
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Avi Silberschatz, Mike Stonebraker, Jeff Ullman, “Database Research :
Achievements and Opportunities Into the 21st Century ”, Report of an NSF
Workshop on the Future of Database Systems Research, 1995.
Dan Rahmel, "Professional Joomla!"Wiley Publishing, Inc. 10475 Crosspoint
Boulevard Indianapolis
Ding Choo Ming, "Access to digital information: some breakthroughs and
obstacles", Journal of Librarianship and Information Science 2000; 32; 26
Günter Mühlberger and Silvia Gstrein, "eBooks on Demand (EOD): a European
digitization service", IFLA Journal, 2009; 35; 35
Nawa Kotaro, “Digital Library and Copyright”, IPSJ Journal Vol.37 No.9, Japan,
1996. (Japanese)
Download