NILAI PANCASILA - E

advertisement
PANCASILA DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
I. PANCASILA DALAM
KONTEK SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA
II. PANCASILA SEBAGAI
FILSAFAT
III. PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA DAN
NEGARA
IV. IMPLEMENTASI
PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT DAN
BERNEGARA
I. Pancasila dalam kontek perjuangan sejarah
bangsa
1. Masa kejayaan nasional.
 Masa kerajaan Sriwijaya
 Masa kerajaan Majapahit
2. Perjuangan Bangsa Indonesia
melawan penjajahan.
 Perjuangan sebelum abad
XX
 Kebangkitan Nasional
3. Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945
 Proses perumusan
Pancasila dan UUD 1945.
 Proses pengesahan
Pancasila sebagai Dasar
Negara
4. Perjuangan mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan.
 Masa revolusi fisik dan
demokrasi liberal
 Masa Orde lama
 Masa Orde baru
 Masa Reformasi.
Pengertian Pancasila
1. Muhammad Yamin, Pancasila
berasal dari kata Panca yang
berarti lima dan Sila yang
berarti sendi, alas, dasar atau
peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Dengan
demikian Pancasila merupakan
lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik.
2. Ir. Soekarno, Pancasila adalah
isi jiwa bangsa Indonesia yang
turun-temurun sekian abad
lamanya terpendam bisu oleh
kebudayaan Barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja
falsafah negara, tetapi lebih luas
lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.
3. Notonegoro, Pancasila adalah
Dasar Falsafah Negara
Indonesia. Berdasarkan
pengertian ini dapat
disimpulkan Pancasila pada
hakikatnya merupakan dasar
falsafah dan Ideologi negara
yang diharapkan menjadi
pendangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan
dan kesatuan serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara
Indonesia.
4. Berdasarkan Terminologi, Pada
1 juni 1945, dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUKI), Pancasila
yang memiliki arti lima asas
dasar digunakan oleh Presiden
Soekarno untuk memberi nama
pada lima prinsip dasar negara
Indonesia yang diusulkannya.
Kronologis Penyusunan Pancasila
 17 Desember 1941
Meletus perang pasifik, sekutu dikalahkan oleh Jepang
dengan membom Pearl Harbour sehingga daerah-daerah
jajahan sekutu (AS, Inggris,Belanda) di pasifik dikuasai o/
Jepang, termasuk Indonesia.
 8 Maret 1942
Jepang masuk ke Indonesia , setelah itu Jepang tahu apa yang
menjadi keinginan bangsa Indonesia adalah kemerdekaan
bangsa dan tanah air.
 28 Mei 1945
Untuk memenuhi janjinya, pemerintah Jepang membentuk
suatu badan yang dinamakan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) / Dokuritsu
Junbii Chōsaka, yang bertugas menyelidiki segala sesuatu
mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia dan membentuk
panitian kerja.
Panitia 9 Sebagai Perumus Naskah Rancangan
Pembukaan UUD 1945
1. Ir. Soekarno (ketua) Blitar, Insinyur
Politikus)
2. Drs.M. Hatta (Bukittinggi, Sumatera Barat, Ekonom)
3. Mr. A.A. Maramis (manado, ahli hukum)
4. Abikusno Tjokrosuyoso (Kebumen, PSI)
5. Abdul Kohar Muzakhir (Muhammadiyah)
6. H. Agus Salim (Ulama, Jurnalis dan Diplomat Sumatera
Barat)
7. Mr. Ahmad Subardjo (Jawabarat, diplomat)
8. K.H.A.W. Hasyim (NU, Putra Hasyim Asy'arie, Jombang)
9. Mr. M.Yamin (sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus,
dan ahli hukum dari Sumbar)
Panitia 9 (Perumus) menghasilkan
Naskah Rancangan Pembukaan UUD
(Tgl 23 Juni 1945 yang terdiri dari 4
alinea, dikemudian dikenal dengan
Piagam Jakarta dalam Rancangan
Pembukaan UUD inilah untuk
Pertama Kali Pancasila
dicantumkan sebagai Dasar Negara
Indonesia (dan diterima pada Sidang
Pleno 16 Juli 1945
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
 Proses perumusan Pancasila ditempuh baik
melalui (4 Tahapan):
I.
II.
III.
IV.
sidang I BPUPKI pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 yang menghasilkan
Piagam Jakarta. Hasil keputusan Piagam Jakarta inilah yang
mengilhami berlakunya Pancasila dengan adanya perubahan sila
I dari ”Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi ”Ketuhanan Yang Maha
Esa”
sidang II BPUPKI pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945.
sebagaimana telah disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
sebagai Dasar Negara.
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BPUPKI telah mengadakan sidang 2 kali, yaitu :
 Sidang Pertama, tgl 29 Mei s.d. 1 Juni 1945 (dikemukakan usul dan
pendapat oleh anggota BPUPKI mengenai Dasar Negara dan
Rancangan UUD).
Mr. Muhammad Yamin, pada tgl. 29 Mei
1945
menyampaikan sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
(Lanjutan ………….)
Mr Soepomo, pada tgl. 31 Mei 1945 menyampaikan usulan
sbb :
1. Paham Negara Kesatuan
2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar Bangsa
Ir. Soekarno, tgl. 1 Juni 1945 mengusulkan
sbb :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. KeTuhanan yang berkebudayaan.
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
(Lanjutan ………….)
 Panitia Kecil atau panita 9 (sembilan) yang pada akhirnya menghasilkan Piagam
Jakarta (Jakarta Charter). 22 Juni 1945
Ketua
: Ir. Soekarno
Anggota : 1) Drs. Mohammad Hatta, 2) Mr. Muhammad Yamin, 3) Mr. A. Subardjo,
4) Mr. A.A. Maramis 5) K.H. A. Kahar Moezakkir, 6) K.H.A Wachid Hasjim, 7)
Abikusno Tjokrosujoso, 8) H. Agus Salim
Hasil Panitia Kecil pada sidang PPKI, tgl. 22 Juni 1945, sbb :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Sidang Kedua BPU PKI, tgl 10 s.d. 17 Juli 1945.
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
(Lanjutan ………….)
 Rumusan Akhir Pancasila, ditetapkan tgl 18 Agustus
1945 (yuridis), sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Untuk mengambil kesepakatan atas usulan Dasar ngr, dibentuklah
Panitia 9,ketuanya Ir Soekarno, menghasilkan Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar disebut “PIAGAM JAKARTA” pada 22
Juni 1945
RUMUSAN PIAGAM JAKARTA
1.
Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan
syariat islam bagi pemelukpemeluknya
2.
Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kesejahteraan sosial
5.
Ketuhanan yang Maha Esa
RUMUSAN PANCASILA DI UUD
1945
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
5.
Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Perbedaan Rumusan Pembukaan UUD 1945
dalam Piagam Jakarta dengan UUD 1945
NO
1
2
Preambule Piagam Jakarta
Pembukaan UUD 1945
Pada alenia 4 :
Pada alenia 4 :
…maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu
hukum dasar
Indonesia,………
……maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang
dasar Negara Republik
Indonesia ,
….berdasar kepada
KeTuhanan dengan
kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemelukpemeluknya,….
….berdasar kepada KeTuhanan
Yang Maha Esa,….
Pancasila Dalam Konteks Sejarah
Perjuangan Bangsa
 Secara kronologis Pancasila sebagai filsafat
negara tumbuh dan berkembang sejalan
dengan sejarah perjuangan Indonesia yang
cukup panjang.
 Lahirnya falsafah Pancasila tidak terlepas dari
sejarah perjuangan bangsa yang telah dimulai
sejak zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit,
Mataram, yang mengalami masa pasang surut
dan terpecah dengan masuknya bangsa barat.
 Melalui perjuangan pergerakan nasional Budi Utomo tahun
1908 (melalui cita-cita politik yang dilaksanakan melalui
pendidikan dan pengajaran) juga pergerakan nasional yang
melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Serta
pembentukan BPUPKI dengan panitia kerja (Panitia 9
sebagai Tim Perumus) yang menghasilkan naskah
rancangan Pembukaan UUD’45 (tanggal 22 Juni 1945)
yang terdiri dari 4 alinea. Kemudian dikenal sebagai
“Piagam Jakarta” dalam rancangan inilah untuk pertama
kalinya Pancasila dicantumkan sebagai Dasar Negara
Indonesia. Dan selanjutnya ditetapkan dalam UUD’45 pada
Pembukaan Alinea 4 (UUD’45 disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI).
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia
Masa Sebelum Kemerdekaan
Sebelum
Penjajahan
Masa
Kejayaan
- Sriwijaya
Majapahit
Masa
Penjajahan
Belanda
Pergerakan
• Budi
Utomo
• Sumpah
Pemuda
• Serikat
Islam
Masa Sesudah Kemerdekaan
19451950
Jepang
Pergerakan
• Putera
• Peta
19501959
Orde
Baru
Orde
Lama
Masa Sebelum Penjajahan Belanda
 Tahun 400-600 M.:
- KerajaanKutai (Kaltim):
 Raja Kudungga
 Raja Asmawarman
 Raja Mulawarman (Yupa)
- Kerajaan Tarumanegara (Bogor):
 Raja Purnawarman (Prasasti Batu Tulis)
Zaman Hindu/Buddha (Kerajaan Majapahit)
Pancasila, pertama kali ditemukan dalam buku Sutasoma
karya Mpu Tantular (abad ke-14). Pancasila; perintah
kesusilaan yang berjumlah lima (Pancasila karma) berisi
larangan untuk 1.melakukan kekerasan, 2.mencuri,
3.berjiwa dengki, 4.berbohong, dan 5.mabuk akibat
minuman keras.
Dijumpainya semboyan persatuan nasional “Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”; berbeda,
namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yg memiliki
Tuhan yang berbeda (toleransi beragama Hindu dan
Budha) dalam kibat Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca.
 Abad ke 13 (Tahun 1227);
Agama Islam masuk melalui Aceh dibawa pedagang
Parsi dan Gujarat. Kerajaan pertama “Samudra
Pasai”, kemudian disusul Kerajaan Islam di Pulau
Jawa, di Banten, Tuban, Gresik, Cirebon.
 Abad ke 16;
Masuk agama Kristen yang dibawa oleh pedagang
Spanyol, Portugis, dan Belanda.
Masa kejayaan bangsa kita tampak pada:
- Masa KerajaanSriwijaya
- Masa Kerajaan Majapahit:
Sumpah Amukti Palapa – Patih Gajah Mada
(untuk mempersatukan nusantara).
Masa setelah masuknya penjajahan Belanda:
Melalui perdagangan bangsa Belanda membentuk
VOC (Vereenigde Oost Indische Compania)sebagai
bentuk kongsi dagang.
Reaksi yang timbul:
 Perlawanan di berbagai daerah seperti:
- Di Mataram – Sultan Agung
- Di Banten – Sultan Agung Tirtayasa
Kebangkitan Nasional
 Pergerakan Nasional Budi Utomo (20 Mei 1908)
Bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran melalui
program mengusahakan perbaikan pendidikan dan
pengajaran.
 Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
Mengumandangkan persatuan bangsa, tanah air, dan
Bahasa Indonesia.
Tokohnya:
Muh. Yamin, Wangsanagara,
Kuntjoro Purbopranoto.
Masa Penjajahan Jepang
Setelah Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942
berbagai kegiatan politik ataupun rapat-rapat
dilarang, dikeluarkan pula peraturan membubarkan
semua perkumpulan.
Propaganda 3A Jepang yaitu Jepang Pelindung
Asia, Cahaya Asia, dan Pemimpin Asia.
Berkaitan dengan keinginan Jepang untuk menguasai
Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 Puncak Pergerakan
Hal ini merupakan kelanjutan dari perjuangan yang
dilaksanakan berabad-abad lamanya.
Pergerakan 17 Agustus 1945 seperti telah dicantumkan
dalam pembukaan UUD 1945 kemerdekaan tersebut
adalah hak segala bangsa, penjajahan tersebut tidak
sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan.
Masa 1945-1950 ( Revolusi Fisik)
Masa bangsa Indonesia merebut memperbaiki
kekuasaan terhadap penjajah.
 22 Agustus 1945
Terbentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat)
 10 Nopember 1945
Perlawanan di Surabaya
 25 Maret 1947
Perjanjian Linggarjati (mendirikan negara federasi
– Negara Indonesia Serikat)
 Terjadinya pemberontakan RMS (Republik Maluku
Selatan), Tahun 1950 dibawah pimpinan
Mr.Dr.Soumokil gerakan ini ingin melepaskan diri
dari pemerintah RI.
 27 Desember 1949-17 Agustus 1950, masa Republik
Indonesia Serikat (RIS).
 17 Agustus 1950 diubah kembali menjadi Negara
Kesatuan, bentuk negara ini lebih tepat untuk
mempersatukan dan mempertahankan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
 Tahun 1950 (tanggal 27 September)Indonesia
menjadi anggota PBB ke-60, bendera Indonesia
berkibar disamping Negara lainnya.
Tahun 1950-1959 (Masa Survival)
Pada masa ini kita mempertahankan negara kesatuan
RI dari pemberontakan yang terjadi seperti:
 PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia)
di bawah pimpinan Syafrudin Prawiranegara Tahun
1958.
 Pemberontak Aceh (1953), oleh Daud Beureuh
(DI/TII) – Aceh sebagai bagian Negara Islam
Indonesia.
 Pemberontak DI/TII di Sulawesi Selatan – Kahar
Muzakar (1952)
 Permesta (Piagam Perjuangan Semesta) di Sulawesi
1958 – untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat.
Masa Kembali ke UUD 1945
Alasan pemikiran pemerintah u/ kembali ke UUD 1945:
1. UUD 1945 merupakan dokumen historis atas dasar
mana revolusi dimulai dan dapat digunakan sebagai
landasan guna menyelesaikan revolusi pd tingkat
saat itu/saat sekarang.
2. UUD 1945 adalah cukup demokrasi sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
3. UUD 1945 lebih menjamin terlaksananya prinsip
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin.
4. UUD 1945 menjamin adanya pemerintahan yg stabil
selama setahun oleh karena kekuasaan DPR dibatasi
(tidak dapat menjatuhkan Pemerintah/Presiden)
kekuasaan tertinggi ditangan DPR .
Diktum Dekrit Presiden 5 Juli 1959
1.
2.
3.
4.
5.
Menetapkan pembubaran konstituante.
Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
Menetapkan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
Akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya pembentukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat sementara yang terdiri dari anggotaanggota dewan perwakilan rakyat ditambah dengan
utusan –utusan dari daerah-daerah dan golongangolongan.
Akan diselenggarakan dalam waktu sesingkatsingkatnya pembentukan Dewan Pertimbangan
Agung sementara.
Masa Orde Lama
Terjadi penyimpangan sebagai berikut:
 Pengangkatan Presiden seumur hidup.
 Menyamakan kedudukan Pancasila dengan ajaranajaran Nasakom (yang mengajarkan bersatunya
golongan nasionalis agama komunis).
 Kedudukan MPRS dan DPR GR sejajar dengan
kedudukan menteri: Dengan dmk MPRI berada
dibawah Presiden.
Masa Orde Baru
Lahirnya Supersemar (Surat Pemerintah Sebelas
Maret) tanggal 11 Maret 1966. o/ Presiden Soekarno
kepada Jendral Soeharto untuk mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu untuk menjalin
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan Revolusi Indonesia.
Masa Reformasi
 Kasus-kasus Tragedi Ambon, Poso, Sampit,
Kalimantan Barat,Perpecahan di Aceh dan Irian
Barat/Papua.
II. Panitia Perancang UUD
1. Marumis
2. Otto
Iskandardinata
3. Poeroebejo
4. Agus Salim
5. Achmad Subendjo
6. Soeparno
7. Ny. Ulfah Santoso
Tugas :
8. Wachid
Hasyim
9. Paradi Hantap
10. Ratu Hantory
11. Susanto
12. Sartono
13. Wongsangoro
14. Warjuningrat
15. Singgit
16. Tan Eng Hoa
17. Husein Dirja
Ningrat
18. Sukimin
19. Soekarno
(ketua)
Merancang UUD dengan membentuk Tim Kecil mengenai Muatan UUD
seperti Kedaulatan, Badan Pemusyawaratan Rakyat, Presiden, MenteriMenteri, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat
(Membahas Tentang Isi Batang Tubuh UUD)
III. Panitia Ekonomi dan Keuangan
Diketua Oleh Drs. Moch Hatta
IV. Panitia Pembela Tanah Air
Diketua Oleh. Abikusno Tjokrosuyoso
 17 Agustus 1945 : Proklamasi Kemerdekaan RI
 18 Agustus 1945 :Pengesahan UUD 1945, dengan
keputusan sbb:
a.
b.
c.
d.
Menetapkan dalam mensahkan Pembukaan UUD 1945, yang bahanbahannya hampir seluruhnya diambil dari Rancangan Pembukaan
UUD, yang disusun oleh Panitia Perumus pada Tgl 22 Juni 1945
(Piagam Jakarta)
Menetapkan dan mensahkan UUD 1945 yang bahan-bahannya
hampir seluruhnya diambil dari Rancangan UUD yang disusun oleh
Panitia Perancang UUD pada Tgl 16 Juli 1945
Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno dan Wakil Ketua PPKI Drs. Moch
Hatta Masing-masing menjadi Presiden dan Wakil Presiden
RepublikIndonesia
Pekerjaan Presiden untuk sementara dibantu oleh sebuah Komite
Nasional
19 Agustus 1945 Sidang PPKI memutuskan:
a. Pembentukan 12 Depertemen Negara
b. Pembagian Wilayah Indonesia atau 8 Propinsi
tiap Propinsi dibagi dalam KresidenanKresidenan
II. FILSAFAT PANCASILA
SUBPOKOK BAHASAN
Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila
2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
1.
21.
22.
23.
Ontologi Pancasila
Epistemologi Pancasila
Aksiologi Pancasila
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
4. Pancasila sebagai Dasar Negara
PENGERTIAN FILSAFAT


Istilah
‘filsafat’
secara
etimologis
merupakan
padanan
kata
falsafah
(Arab) dan philosophy
(Inggris) yang berasal dari
bahasa Yunani 
(philosophia).
Kata
philosophia
merupakan kata majemuk
yang terususun dari kata
philos atau philein yang
berarti kekasih, sahabat,
mencintai dan kata sophia
yang berarti kebijaksanaan,
hikmat,kearifan,pengetahu
an.
Dengan demikian philosophia
secara harafiah berarti:

mencintai kebijaksanaan,

mencintai hikmat atau
 mencintai pengetahuan.
Pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk.

Filsafat sebagai ilmu atau metode
dan filsafat sebagai pandangan
hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan
filsafat dalam arti praktis.
 Pancasila dapat digolongkan sebagai
filsafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup, dan dalam arti
praktis.
 Ini
berarti
Filsafat Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan
sehari-hari,
dalam
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara bagi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
 Pancasila terdiri dari 5 sila yang pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat.
 Sistem adalah:
“Suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan , saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh”.
 Ciri-ciri sistem:
1. Satu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut merupakan fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubung, saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
(Shore & Vioich 1974,122)
Filsafat Pancasila
 Pengertian
 Pancasila sebagai filsafat
mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan
isi pembentukan ideologi
Pancasila.
 Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh.
 Pancasila dikatakan
sebahai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan
oleh the founding father
kita, yang dituangkan
dalam suatu sistem
(Ruslan Abdul Gani).
 Filsafat Pancasila memberi
pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari
Pancasila (Notonagoro).
Ciri sistem Filsafat Pancasila :
1.
2.
Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang
bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan
utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah
maka itu bukan Pancasila.
Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan
utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:misal

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Susunan Pancasila adalah sistem hirarkhis dari keliam sila Pancasila tersebut yang
menunjukan satu rangkaian urutan yang terttinggi (sebagai satu totalitas) dengan
uraian sebagai berikut:
Sila kesatu”Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” adalah menunjukan rangkaian
tingkat baik dalam luas dan isi sifatnya. Meliputi dan menjiwai Sila kedua, ketiga,
keempat dan kelima.
Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” diliputi dan dijiwai sila
kesatu, meliputi dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima.
Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila kesatu dan kedua,
meliputi dan menjiwai sila keemat dan kelima.
Sila Keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan” diliputi dan dijiwai sila kesatu, kedua,
ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.
Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, diliputi
dan dijiwai sila kesatu, kedua, ketiga, dan keempat.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kuasa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan
makhluk sosial
 Satu,
yaitu
kesatuan
memiliki
kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara,
harus bekerja sama dan gotong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada
diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Filsafat Pancasila
 Membahas
Pancasila
sebagai
filsafat
berarti
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
melainkan juga bagi manusia pada umumnya.
 Wawasan
filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup
kesemestaan.

Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan:
 Ontologis
Pancasila,
 Epistemologis Pancasila
 Aksiologis Pancasila.
1. Landasan Ontologis Pancasila




Ontologi, menurut Aristoteles
adalah ilmu yang meyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada,
keberadaan atau eksistensi dan
disamakan
artinya
dengan
metafisika.
Bagaimana ujud yang hakiki dari
ilmu/objek tersebut ?
Masalah ontologis antara lain:
Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang ada tampak
ini
suatu
realitas
sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah
ada suatu rahasia di balik realitas
itu, sebagaimana yang tampak
pada
makhluk
hidup?
Dan
seterusnya.
Bidang
ontologi
menyelidiki
tentang
makna
yang
ada
(eksistensi
dan
keberadaan)
manusia, benda, alam semesta
(kosmologi), metafisika.
 Secara ontologis, penyelidikan Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat
dasar dari sila-sila Pancasila.
 Pancasila yang terdiri atas lima sila,
setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
 Dasar
ontologis
Pancasila
pada
hakikatnya adalah manusia, yang
memiliki
hakikat
mutlak
yaitu
monopluralis, atau monodualis, karena
itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok
dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
 Sifat kodrat manusia adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial
serta sebagai makhluk pribadi dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka
secara hirarkis sila pertama mendasari
dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya.
(lihat Notonagoro, 1975: 53).
2.Landasan Epistemologis Pancasila




Epistemologi adalah cabang filsafat
yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan,
proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas
dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori
terjadinya ilmu atau science of science.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1.
2.
3.
Tentang sumber pengetahuan manusia;
Tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia;
Tentang watak pengetahuan manusia.
EPISTEMELOGIS:
 Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang
benar?
 Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
 Apakah kriterianya? Cara/tehnik/sarana
apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu?
•
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Maka, dasar
epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep
dasarnya tentang hakikat manusia.
• Pancasila
sebagai
suatu
obyek
pengetahuan
pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan
dan susunan pengetahuan Pancasila.
• Tentang
sumber
pengetahuan
Pancasila,
sebagaimana
telah
dipahami bersama adalah nilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri.
• Tentang susunan Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan, maka
Pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun
isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila
adalah
bersifat
hirarkis
dan
berbentuk piramidal.
2.Landasan Epistemologis Pancasila
(lanjutan ......)

Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1.
2.
3.
Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan
pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan
tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam
berbagai bidang kehidupan konkrit.
Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama
dalam tertib hukum Indonesia.
Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti
Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga memiliki sifat khusus konkrit serta dinamis (lihat
Notonagoro, 1975: 36-40)
2.Landasan Epistemologis Pancasila
(lanjutan ......)
•
Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan
pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada
kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius
dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan
yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu
nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan
suatu
kesatuan.
Aksiologi Pancasila mengandung
arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata
Yunani axios yang artinya nilai,
manfaat, dan logos yang artinya
pikiran, ilmu atau teori.

Aksiologi adalah teori nilai, yaitu
sesuatu yang diinginkan, disukai
atau yang baik. Bidang yang
diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai.

Nilai (value dalam Inggris)
berasal dari kata Latin valere yang
artinya kuat, baik, berharga. Dalam
kajian filsafat merujuk pada sesuatu
yang sifatnya abstrak yang dapat
diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth)
atau
“kebaikan”
(goodness). Nilai itu sesuatu yang
berguna. Nilai juga mengandung
harapan
akan
sesuatu
yang
diinginkan.

Nilai adalah suatu kemampuan benda
untuk memuaskan manusia. Nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat
pada suatu obyek.

Max Scheler mengemukakan bahwa
nilai ada tingkatannya, dan dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan,
yaitu:

Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini
terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai
yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan
orang senang atau menderita.
2)
Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini
terdapat nilai-nilai yang penting dalam
kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan,
kesegaran.
3)
Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini
terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte)
yang sama sekali tidak tergantung dari
keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilainilai semacam ini misalnya, keindahan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang.
4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini
terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak
suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari
nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978)
1)
3. Landasan Aksiologis Pancasila
(lanjutan ......)

Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke
dalam delapan kelompok:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi
semua benda yang dapat dibeli.
Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang
dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan
manusia.
Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan.
Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya
seni.
Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
Nilai-nilai keagamaan
Kesimpulan
 Pancasila adalah suatu sistem filsafat yang merupakan suatu
kesatuan organis atau satu kesatuan yang bulat, antara sila yang satu
tidak bisa dipisahkan dengan sila lainnya.
 Antara sila yang satu dengan sila lainnya saling berhubungan atau
senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila yang lainnya, berhubungan
erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh.
 Pemikiran tentang manusia dengan Tuhan YME, hubungan antar
sesama manusia dengan masyarakat dan negara.
 Hal ini memberikan suatu pola pemikiran bangsa Indonesia yang
menjadikan Pancasila sebagai sistem filsafat. Dengan demikian
dalam Pancasila sebagai filsafat Bangsa Indonesia bahwa paham
kemanusiaan, persatuan bangsa, kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan tersebut, dan keadilan sosial yang dilandasi atau
diliputi dan dibimbing oleh Tuhan YME.
Paham integralistik dalam negara Indonesia
hubungannya dengan penetapan dasar negara
 Integralistik merupakan paham yang terdapat
dalam Pancasila.Pola pikir integralistik yang
disesuaikan dengan budaya bangsa
Indonesia.Pancasila merupakan satu kesatuan
yang bulat dari kelima sila, masing-masing sila
tidak berdiri sendiri-sendiri. Hal ini
menggambarkan adanya pikiran persatuan atau
pandangan integralistik sebagaimana tertuang
dalam 4 pokok pikiran dalam Pembukaan UUD
1945.
 Paham negara integralistik berdasar pada Pancasila
berbeda dengan paham negara yang berdasarkan paham
liberalisme yang dalam ketatanegaraan dan ekonominya
berdasarkan kebebasan politik dan ekonomi.
 Demikian pula pada paham materialime, yang sematamata bersandar pada kebendaan (materi) menjadi sebab
segala yang ada dan terjadi didunia ini.
 Sedangkan pada paham komunisme,paham yang
bertujuan untuk menghapuskan hak milik perorangan
dan dasarnya sama rata sama rasa.
 Pada paham sosialisme paham dalam ketatanegaraannya
berusaha agar harta/milik, industri, perusahaan menjadi
milik negara.
 Dengan paham integralistik bangsa Indonesia
dengan segala keaneka ragamannya telah
membentuk suatu kesatuan integrasi sebgai suatu
bangsa yang merdeka yang dituangkan dalam Pokok
Pikiran 1 (pertama)
 Secara yuridis-filosofis Pancasila sebagai dasar
filsafat negara tercantum dalam Alinea IV UUD
1945;
 … maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
 Kedudukan Pancasila merupakan sumber tertib
hukum Indonesia yang terdaat dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4 yang diwujudkan kedalam
empat pokok pikiran yaitu:
- Pokok pikiran pertama intinya “persatuan”
Negara...melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan menjadikan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian
negara kesatuan, negara melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya. Dengan demikian
segenap penyelenggara negara dan setiap warga
negara wajib mengutamakan kepentingan negara
diatas kepentingan perorangan dan golongan.
- Pokok Pikiran Kedua “Keadilan Sosial” Negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Dengan demikian
perlu diwujudkan negara bagi seluruh rakyat Indonesia atau hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan kedilan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
- Pokok Pikiran Ketiga “Kedaulatan Rakyat” negara yang
berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Oleh karenanya sistem negara yang
bebrbentuk dalam UUD harus berdasar kedaulatan rakyat dan
berdasar atas permusyawaratan/perwakilan.
- Pokok pikiran keempat “Ketuhanan YME dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab” negara berdasar atas keTuhanan YME menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh ......UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang tengeh cita-cita .....rakyat
yang luhur.
III. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA
Ideologi :
 Ilmu yang membicarakan tentang gagasan.
 Gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau
pedoman dalam kehidupan masyarakat yg ada atau
berdomisili dalam wilayah negara.
 Cita-cita yang dipegang oleh seseorang atau bangsa.
Pancasila Sebagai Idiologi Negara
 Pengertian
Ideologi berasal dari kata Idein (Yunani)
atau Idea yang berati : gagasan,
bentuk,konsep, cita-cita, pengertian dasar.
logos artinya : Ilmu, ajaran.
secara harfiah ideologi diartikan sebagai
ilmu tentang idea, cita-cita,gagasan atau
buah pikiran
Dalam perkembangannya kemudian idiolosi menjadi berarti “sistem dasar
tentang nilai-nilai dan tujuan serta sarana-sarana pokok-pokok untuk
mencapainya”
Dalam hubungannya dengan negara, ideologi diartikan samadengan
weltanshauung atau sebagai konsensus mayoritas warga negara tentang
nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan
Penerapan idiologi dibidang kenegaraan termasuk kehidupan berpolitik,
dimana idiologi mewarnai cara berpolitik. Idiologi bersifat asasi, sedangkan
politik adalah kebijaksanaan atau pelaksanaan idiologi
Pancasila sebagai idiologi berarti bahwa
idiologi Pancasila merupakan paduan
gagasan dasar mengenai hidup dan
kehidupan bangsa Indonesia dalam
bernegara,berbangsa dan bermasyarakat.
Pancasila bukanlah idiologi yang tertutup
bagi ide baru dan realitas. Idiologi
Pancasila mengakui adanya pergeseran
dan perubahan nilai sebagai pertanda
adanya dinamika masyarakat untuk
mencapai kemajuan.
Pancasila adalah idiologi terbuka,berarti :
Pancasila harus dikembangkan secara
kreatif dan dinamis untuk dapat
menjawab tantangan zaman yang terus
berubah.
Caranya: dengan mengembangkannya
melalui konsensus nasional,melalui
interprestasi yang kritis, menjadi idiologi
yang dinamis sejalan dengan
perkembangan kehidupan
masyarakat,bangsa dan negara, sekaligus
mengupayakan agar realita baru tersebut
tetap dijiwai nilai-nilai Pancasila
Keterbukaan Pancasila bukan berarti mengubah
nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya,namun mengeksplisitkan wawasannya
secara lebih konkrit untuk memecahkan
masalah-masalah aktual yang senantiasa
berkembang seiring dengan aspirasi
perkembangan IPTEK serta jaman
Bagi suatu bangsa dan negara,idiologi adalah
wawasan,pandangan hidup atau falsafah
kebangsaan dan kenegaraannya.
Idiologi juga sebagai landasan negara dan
sekaligus sebagai tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Secara Struktural Pancasila sebagai idiologi
terbuka memiliki 3 (tiga) dimensi yaitu :
1.
Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis,
nasional dan menyeluruh, dimana hal ini
terkandung dalam hakikat nilai-nilai Pancasila
yaitu ketuhanan, kemanusian,
persatuan,kerakyatan dan keadila sosial.
Nilai-nilai Pancasila yang hakikatnya bersumber
pada filsafat nilai filosofis.
2. Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalamPancasila perlu dijabarkan
norma, sebagaimana terkandung dalam norma
kenegaraan. Dalam hal ini Pancasila terkandung
dalam Pembukaan UUD 45 yang merupakan
norma tertib hukum tertinggi dalam
ketatanegaraan Indonesia (Staatstumdamental
norm).
Pancasila sebagai idiologi yang dijabarkan ke
dalam langkah yang operasional perlu memiliki
norma yang jelas.
 Dimensi Realistis;
adalah sebagai idiologi yang harus mampu
mencerminkan realita hidup dan berkembang dalam
masyarakat, dan dijabarkan dalam kehidupan
masyarakat secara konkrit baik dalam kehidupan
sehari-hari mupun dalam penyelenggaraan negara
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bangsa
 Pandangan hidup suatu bangsa adalah : inti sari
(kristalisasi) dan nilai-nilai yang dimiliki bangsa
tersebut, dan yang diyakini kebenarannya berdasar
pengalaman sejarah, serta yang telah menimbulkan
tekad bangsa tersebut untuk mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
 Guna menentukan arah tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu bangsa dan negara, diperlukan
pandangan hidup suatu bangsa. Dengan pandangan
hidup ini suatu bangsa akan memandang persoalan
yang akan dihadapinya dan sebagai penentu arah
serta cara untuk memecahkan persoalan tadi.
 Pengalaman hidup suatu bangsa lahir dan diambil
dari pengalaman hidup dan sejarah bangsa tersebut.
Didalamnya terkandung a.l;
a. Cita-cita bangsa.
b. Pikiran-pikiran yang mendalam,
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang baik.
Nilai-nilai dalam Pancasila
Nilai : merupakan konsepsi abstak dalam diri
manusia mengenai apa yang benar dan apa yang
salah ( nilai kebenaran), apa yang indah dan yang
buruk (nilai estetis), apa yang religius dan apa yang
tidak religius (nilai agama), apa yang baik dan apa
yang buruk (nilai moral atau nilai etis ).
Menurut Prof.Notonegoro :
ada 3 kelompok nilai:
1.
Nilai material ; yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi umat manusia
2. Nilai vital; yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan
aktivitas
3. Nilai kerohanian; yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia,terdiri dari:
- nilai kebenaran yang bersumber kepada unsur
akal,
budi manusia
- nilai keindahan, yang bersumber pada unsur
manusia
 Nilai religius,merupakan nilai Ketuhanan,
kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai
religius ini bersumber pada kepercayaan dan
keyakinan manusia.
 Nilai kebenaran/nilai moral, yang bersumber
pada unsur kehendak/kemauan manusia.
 Dalam pelaksanaannya nilai-nilai tersebut
dijabarkan dalam bentuk norma/kaidah, seperti :
norma agama dengan sanksi agama. Norma
kesusilaan dengan sanksi rasa susila,
normasopan santun dengan sanksi sosial, norma
hukum dengan sanksi hukum dari pemerintah
 Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang




.
melekat pada suatu obyek.
Didalam nilai terkandung cita-cita, harapanharapan,dan keharusan (das Sollen).
Nilai sebagai das sollen (normatif) perlu direalisasikan
dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta.
Nilai diformulasikan kedalam norma.
Norma hukum sifatnya memaksa dan dapat
dipaksakan.
IDEOLOGI
 Ramlan Surbakti membagi pengertian
ideologi menjadi 2:
-Ideologi secara fungsional : seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara dianggap paling baik
-Ideologi secara struktural : suatu sistem
pembenaran seperti gagasan dan formula politik
setiap tindakan yang diambil oleh penguasa
 Nicollo Machiavelli
Italia (1469-1529). dialah orang pertama yang
secara langsung membahas fenomenaideologi
dalam bukunya “Principe”. bahwa ideologi
pada dasarnya berkenaan dalam siasat politik.
ideologi pada hakikatnya adalah
pengetahuan cara menyembunyikan
kepentingan, mendapatkan serta
mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi konsepsi keagamaan
& tipu daya.
(pendapat ahli)
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
 Ideologi yang dapat berinteraksi
dengan ideologi yang lain.
 Ideologi Pancasila dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi pada
negara lain yang memliki ideologi
yang berbeda dengan Pancasila dalam
berbagai aspek kehidupan.
PERBEDAAN NILAI, NORMA, DAN SANKSI
NILAI
 SESUATU yang BERHARGA, BERMUTU,
MENUNJUKKAN KUALITAS, BERGUNA bagi
MANUSIA
CIRI-CIRI NILAI
 REALITAS ABSTRAK dan ADA DLM KEHIDUPAN MANUSIA
 BERSIFAT NORMATIF (ADA HARAPAN, CITA-CITA, dan SUATU
KEHARUSAN sehingga NILAI MEMILIKI SIFAT IDEAL/DAS SOLLEN)
 Nilai bersifat universal dan objektif
Artinya nilai tersebut dapat dijelaskan dengan alasan yang masuk akal
mengapa suatu nilai yang ‘dicita-citakan oleh pribadi tertentu’ penting
bagi
hidup semua orang sejauh mereka manusia, karena itu nilai ini patut
dikejar
oleh semua orang.
 SBG MOTIVATOR dan MANUSIA adalah PENDUKUNG NILAI
NILAI
Nilai menurut Notonegoro:
1. Nilai material : nilai yang berguna bagi jasmani manusia.
Contoh nilai material :
- makanan, minuman, - pakaian
2. Nilai kerohanian : nilai yang berguna bagi rohani manusia.
a)
Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b)
Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (aesthetis,
rasa) manusia.
c)
Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, karsa)
manusia.
d)
Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius
ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Contoh nilai kerohanian :
- beribadah, mengingat Allah SWT
3. Nilai vital : nilai yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan aktivitas.
Contoh nilai vital :
- kalkulator bagi bendahara kelas
- buku paket bagi siswa saat belajar
- motor bagi tukang ojek
Nilai-Nilai Pancasila
 Nilai Dasar
Asas-asas yang diterima sebagai dalil yang bersifat mutlak.
Nilai dasar ini diterima dan tidak dipertanyakan lagi;
dijabarkan dalam norma dasar
 Nilai Instrumental
Lebih rendah dari nilai dasar karena nilai instrumental
menjabarkan nilai dasar ke dalam wujud konkrit serta
sesuai dengan perkembangan zaman. Nilai ini merupakan
tafsiran positif terhadap nilai dasar
 Nilai Praktis
Nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kenyataan.
Sifat nilai praktis adalah abstrak
Empat Nilai Dasar Pancasila (sebagai
Pendidikan Politik)
Hormat pada martabat manusia
(nilai kebebasan, freedom)
2. Cinta kepada bangsa sendiri
(nasionalis)
3. Demokrasi atau kedaulatan
rakyat (nilai kesamaan,
equality)
4. Keadilan sosial atau
kesetiakawanan sosial (nilai
solidaritas)
1.

Norma
Ukuran bagi perilaku (patokan/pedoman perilaku)
1. Berdasarkan sumber
a. norma dekat – tolak ukur, langsung dapat diterapkan pada yg hrs diukur
b. norma terakhir/asli – alasan berlakunya norma dekat
2. Berdasarkan cakupannya
a. norma teknis – berlaku untuk tujuan ttt, kegiatan sementara, terbatas
b. norma berlaku umum – skala luas, bagi banyak orang
- norma sopan santun
berlaku atas dasar kebiasaan dan pendapat kebanyakan orang
- norma hukum
ditetapkan oleh otoritas masyarakat, dpt dituntut
pelaksanaannya,pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh penguasa sah
- norma moral
merangsang orang berperilaku berdasarkan ajaran, prinsip moral yang
ditetapkan agama, masyarakat. Bertujuan mengarahkan orang pada tujuan terakhir
hidup manusia ( benar, indah, baik, bahagia)
NILAI PANCASILA : SUMBER NORMA
HUKUM
Sanksi
 Hukuman atau Penghargaan
yang diberikan untuk ketepatan
pelaksanaan norma.
 Sanksi bisa berupa :
1. reward
2. punishment
Pancasila sebagai etika politik
 Pengertian Etika
 Pengertian Nilai, Norma dan Moral
 Etika Politik
 Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber Etika Politik
Etika (Ethics)dapat diartikan sebagai berikut :
 Merupakan dasar moral yaitu nilai-nilai tentang apa
yang baik dan apa yang buruk, dan berkaitan dengan
hak dan kewajiban.
 Sebagai pedoman perilaku, sikap atau tindakan yang
diterima dan diakui sehubungan dengan kegiatan
manusia atau kelompok tertentu.
 Merupakan persoalan pendidikan, memberikan contoh
yang benar dan pelayanan untuk mempraktekan
perilaku moral dengan dialog yang jujur. Dengan ini
etika merupakan proses pembelajaran mengenai benar
dan salah dan kemudian melakukan hal yang benar.
 Etika dipandang sebagai ilmu tentang berperilaku
mencakup aturan dasar yang dianut dalam hidup dan
kehidupan.
Pengertian Politik
Kata politik berasal dari kata” Politics ”
“Suatu kegiatan/proses untu mencapai tujuan yang
berkaitan dengan konsep negara( state) atau
ketatanegaraan /kenegaraan, kekuasaan( power),
pengambilan keputusan (decisionmaking),
kebijaksanaan (policy), pembagian (distribution)
serta alokasi ( allocation),( Budiardjo 1981 : 89)
 Etika Politik berdasarkan prinsip-prinsip etika
penegakan dalam kehidupan berpolitik yang
mencakup : legitimasi negara, hukum, kekuasaan
dan penilaian terhadap legitimasi tersebut.
 Pancasila sebagai sistem filsfat memenuhi tugas
dalam hal tersebut.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber Etika Politik
 Bahwa pelaksanaan/penyelenggara negara yang
berdasarkan etika politik:
Menuntut agar kekuasaan dalam negara di
jalankan berdasarkan :
a. Asas legalitas (legitimasi hukum),yaitu
sesuai dengan hukum yang berlaku
b. Disahkan dan dijalankan secara
demokrasi( lagitimasi demokrasi )
c. Dilaksanakan berdsarkan prinsip-prinsip
moral (legitimasi moral )
 Pancasila sebagai sistem filsafat melaksankan 3
dasar tersebut, maka penyelenggara negara harus
berpegang pada ke 3hal tersebut.
 Etika politik harus dilaksanakan baik oleh individu
maupun dalam penyelengaraan
negara/pemerintahan ( pejabat eksekutif, legislatif,
dan yudikatif)
Pancasila sebagai paradigma kehidupan
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
 Pengertian
Paradigma adalah :
- sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,
arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta
proses dalam suatu bidang tertenru termasuk dalambidang
pembangunan reformasi maupun dalam bidang pendididkan.
- suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum( merupakan sumber nilai), sehingga merupakan suatu
sumber-sumber hukum.
- Dengan demikian Pancasila digunakan sebagai dasar dan
sumber nilai dan hukum dalam pembangunan serta reformasi
(reformasi hukum, politik, ekonomi).
 Kampus sebagai Moral Force
 Perguruan Tinggi memliki 3 tugas pokok yang disebut
Tridharma Perguruan Tinggi yaitu :
1. Pendidikan
2. Penelitian
3. Pengabdian kepada masyarakat
 Perguruan Tinggi dalam pengembangan ilmu tidak bebas
nilai, tetapi terikat nilai, pendidikan tinggi haruslah
menghasilkan ilmuwan, intelektualserta pakar yang
bermoral Ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan
FUNGSI DAN PERANAN PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
DAN BERNEGARA
Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia
2. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
4. Pancasila sebagai pandangan hidup untk
mempersatukan bangsa
1.
IV. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
Sila Pertama: KeTuhanan Yang Maha Esa.
Beriman, menghormati dan bekerjasama antar umat
beragama dan tidak memaksakan agama ke orang lain.
 Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dan penganut kepercayaan yg berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
 Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dgn agama dan kepercayaannya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada
orang lain.
2.
Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab
 Mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Saling menghormati dengan bangsabangsa lain di dunia.
Sila ke tiga : Persatuan Indonesia
 Kepentingan bangsa dan




negara diatas kepentingan
pribadi dan golongan.
Rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan
negara.
Cinta tanah air dan bangsa.
Bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air
Indonesia.
Memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa
yang ber Bhineka Tunggal Ika.
Sila ke empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
 Masyarakat harus mengawasi /wakil
rakyat.
 Tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dlm
mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat
diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yg luhur.
 Keputusan yg diambil hrs dpt dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat martabat
manusia dan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan
Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Mengembangkan perbuatan-
perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan
 Bersikap adil.
 Menjaga keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang
lain.
 Menjauhi sikap pemerasan terhadap
orang lain.
 Tidak bersikap boros.
 Tidak bergaya hidup mewah.
 Tidak melakukan perbuatan yang
merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Menghargai karya orang lain.
Pancasila dan Contoh Permasalahannya
 Isu SARA
konflik yang paling meresahkan ialah konflik yang
bersumber dari isu SARA dan isu yang ditimbulkan oleh
kecenderungan kuat sebagian warga dan kelompok
komunitas nusantara yang menolak persatuan Indonesia
(NKRI) atau tak menginginkan terbangunnya masyarakat
baru yang bernama bangsa Indonesia.
 Dengan semangat saling menghormati perbedaan
keyakinan, toleransi beragama dan tenggang rasa tentu
kita bisa mewujudkan suasana kehidupan yang harmonis
dan penuh kerukunan menuju Indonesia yang Merdeka
seutuh-utuhnya.
Beberapa hal yang penting diperhatikan
didalam upaya implementasi Pancasila
adalah, sebagai berikut:
 Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten.
 Merumuskan Kebijaksanaan Pemerintah tentang




implementasi Pancasila.
Meningkatkan keteladanan pemimpin dalam
implementasi Pancasila.
Meningkatnya Pemahaman masyarakat pada Pancasila.
Peningkatan pemahaman semua Komponen Masyarakat
terhadap ideologi Pancasila.
Internalisasi Keyakinan atau Pembudayaan terhadap
Pancasila.
Perbedaan
PANCASILA
RUKUN NEGARA
MALAYSIA
1. Ketuhanan Yang Maha
 1. Kepercayaan kepada
2. Kemanusiaan Yang Adil

Esa
dan Beradab
3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan
/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia


Tuhan
2. Kesetiaan kepada Raja
dan Negara
3. Keluhuran
Perlembagaan
4. Kedaulatan Undangundang
5. Kesopanan dan
Kesusilaan
Download