penyelesaian sengketa

advertisement
BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH
PIDANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
INTERNASIONAL
Huala Adolf
Ketua Bagian Hukum Internasional
Fakultas Hukum – UNPAD,
Bandung, 29 Agustus 2006
Kejahatan (Pidana)
Ekonomi Internasional
Masalah pidana ekonomi (economic crimes)
yang GLOBALISASI KEJAHATAN EKONOMI
Borderless World Borderless Crime
Perbuatan pidana yang merongrong ekonomi
yang tidak melihat status negara
Udaha patungan di bidang kejahatan ekonomi
(Joint Crime Ventures)
Kejahatan yang menggunakan teknologi
canggih
Musuh bersama umat manusia
Bentuk kejahatan Abad ke-21!
2
AKAR PERMASALAHAN DI RI
I. Negeri yang gagal?
Kasus: Hutan dihabisi (Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Kalimantan, Papua New Kid on the
Block?) Indonesia sebagai negara terkorup ke5 dari 146 negara [Transparency
International], Pabrik ekstasi terbesar di
dunia, Trafficking.
II. Sistem hukum yang gagal?
Kasus: Penegakan hukum yang masih lemah,
badan peradilan yang terus diselimuti
masalah.
3
AKAR PERMASALAHAN DI RI
III.Budaya bangsa
Kasus: Sense of Crises yang kurang,
ketidak-pedulian terhadap masalah
sosial, ekonomi, hukum, dll.
4
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH
I.
Apakah hukum internasional
hukum?
II. Kedaulatan dan tanggung jawab
negara
III. Status dan pelaksanaan perjanjian
internasional di Indonesia.
5
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH I
1. Apakah hukum internasional
hukum?
 Hukum internasional dengan
segala kekurangannya adalah
hukum.
6
Signifikansi Hukum Internasional
“The existence of some kind of
international law is simply one of the
inevitable consequences of this coexistence of … States” [J.L. Brierly,
1944]
7
Signifikansi Hukum Internasional
“’International Law’ is a strict term of
art, connoting that system of law
whose primary function is to regulate
the relations of states with one
another” [Sir Robert Y. Jennings, 1984]
8
Relevansi Hukum Internasional
PERJANJIAN INTERNASIONAL
1. Perjanjian Multilateral, Mis.: UN Convention
Against Corruption 2003, UN Model Law on MLA;
2. Perjanjian Internasional Regional, Mis.: ASEAN
Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal
Matters 2004;
3. Perjanjian Internasional Bilateral, Mis.:MLA
dengan Australia (UU No. 1 Tahun 1999).
PUTUSAN PENGADILAN (INTERNASIONAL DAN
NASIONAL)
PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM
HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL
Ex aequo et bono.
9
RELEVANSI HUKUM INTERNASIONAL
“… that States know boundaries, criminals
know no boundaries, lawyers know their own
legal systems and criminals do not care
whose systems they abuse.” [N.R. Cowdery]
 Masalah: Joint Criminal Ventures
berkembang pesat, kerjasama di bidang
masalah-masalah pidana terkendala oleh
adanya prinsip jurisdiksi, prinsip kedaulatan
negara, dan sistem hukum masing-masing
negara.
 Perlu kerja sama internasional.
10
Kerjasama Hukum Internasional
Ekstradisi (Extradition)
Bantuan Hukum Timbal Balik dalam
Masalah Pidana (Mutual Legal
Assistance in Criminal Matters)
Pemindahan Narapidana (Transfer
of Sentenced Persons).
11
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH II
2. Kedaulatan Negara dan Tanggung Jawab
Negara
 Borderless Crimes adalah ancaman
kedaulatan negara yang menghendaki kerja
sama internasional ( Bukan penghilangan
kedaulatan negara, mis.: WTO, IMF).
Sikap apatis melahirkan tanggung jawab
negara (termasuk melanggar kewajiban
internasional terhadap suatu komitmen atau
perjanjian internasional).
12
HUKUM NASIONAL SEBAGAI YANG
BERDAULAT
ASEAN TREATY ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN
CRIMINAL MATTERS
Article 1 Scope of Assistance:
1. The Parties shall, in accordance with this
Treaty and subject to their respective domestic
laws, render to one another the widest possible
measure of mutual legal assistance in criminal
matters, namely investigations, prosecutions and
resulting proceedings.
13
HUKUM NASIONAL SEBAGAI YANG
BERDAULAT
AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF
HONG KONG SPECIAL ADMINISTRATIVE REGION OF
THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA AND THE
GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF SINGAPORE
CONCERNING MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN
CRIMINAL MATTERS 2003
Article 1 Scope of Assistance:
(1). The Parties shall provide in accordance with
this Agreement and subject to their respective
domestic laws, mutual legal assistance in
criminal matters.
14
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH III
Status dan Pelaksanaan
Perjanjian Internasional di
Indonesia
15
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH III
1. Status Hukum Perjanjian Internasional
terhadap RI
“Tiap-tiap perjanjian yang berlaku mengikat
negara-negara anggotanya dan harus
dilaksanakan dengan itikad baik” [ “Every
treaty in force is binding upon the parties to
it and must be performed by them in good
faith”] (Pasal 26 Konvensi Wina 1969).
 Kegagalan melaksanakan kewajiban
melahirkan tanggung jawab internasional.
16
SHOPPING LIST
IDENTIFIKASI MASALAH III
2. Pelaksanaan Perjanjian Internasional di
Indonesia
“Tiap perjanjian yang berlaku mengikat
Indonesia harus diberlakukan dan
diimplementasikan ke dalam hukum nasionalnya
untuk dapat berlaku positif.”
 Keppres No 34 tahun 1981 tentang Pengesahan
Konvensi New York 1958; UU No 7 tahun 1994
tentang Pengesahan UNCLOS 1982; UU No 17
tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the WTO.
 UU Ratifikasi tidak cukup.
17
SOLUSI TERHADAP PENDEKATAN
MASALAH
‘A function of positive law is
the deterrence of wrong doing’.
[Thomas Aquinas]
18
STRATEGI PREVENTIF
Komitmen Hukum yang jelas dan tegas
Ratifikasi konvensi internasional dan
implementasi dalam hukum nasional
Integritas Pengadilan
Penegakan Hukum di dalam negeri
SUPREMASI HUKUM YANG TEGAS
19
SELESAI
20
Download