FONOTAKTIK BAHASA TOBA TESIS Oleh JAMORLAN SIAHAAN 077009010/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 FONOTAKTIK BAHASA TOBA TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh JAMORLAN SIAHAAN 077009010/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : FONOTAKTIK BAHASA TOBA : Jamorlan Siahaan : 077009010 : Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing, (Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) Ketua (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.) Tanggal lulus : 10 September 2009 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Telah diuji pada Tanggal 10 September 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Anggota : 1. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 2. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 ABSTRAK Tesis ini mengkaji deret vokal, deret konsonan dan suku kata yang ada dalam data bahasa Batak Toba. Tujuannya untuk menetapkan struktur fonotaktik dalam bahasa Batak Toba. Latar belakang kajian ini ada dua, yaitu: yang pertama, mempelajari bunyi bahasa dengan cara meniru ucapan dari seseorang yang mempergunakan bahasanya. Yang kedua, mempelajari bunyi-bunyi bahasa berpedoman pada lambang-lambang bunyi, serta bagaimana organ-organ bicara dapat menghasilkan bunyi dengan sempurna, serta menganalisis bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ bicara tersebut. Cara ini dapat membuat pelajar dan pengajar bahasa menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan baik dan benar sesuai dengan bunyi yang sebenarnya, serta dapat menggambarkan bunyi-bunyi itu dengan media tulisan. Temuan dalam penelitian ini hanya terdapat pada deret vokal, deret konsonan dan suku kata, sedangkan pada gugus vokal/diftong dan gugus konsonan/cluster tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kata kunci : Deret vokal, deret konsonan, suku kata dan fonotaktik. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 ABSTRACT This thesis discusses vocal and consonant sequences and syllables of Batak Toba language. It aims at determining fonotactic structure of Batak Toba language. This study covers two scopes, firstly, to learn sound of language by imitating somebody’s utterances using a language, and secondly to study language sound based on sound symbols and how such organs of speech produce a perfect sound, along with an analysis of sounds from language utterances. This study will contribute guidance for learners and teachers of how to produce a perfect pronunciation of Batak language and portray the sounds through written media. The study finds ranges of vocal and consonant sequences and syllables, whereas in semivowel or cluster, such forms are not found. Key words : Vocal sequences consonant sequances, syllable and phonotactic. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kemudahan dan kemurahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Fonotaktik Bahasa Toba” yang mengkaji deret vokal, yang penulisannya terdapat di awal, di tengah, dan di akhir kata. Deret konsonan hanya berada pada posisi di tengah kata, sedangkan suku kata mendeskripsikan bentukbentuk kata berdasarkan aksara Batak. Juga menetapkan struktur fonotaktik berdasarkan suku kata. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang pemakaian bahasa daerah dan sekaligus sebagai bahan penulisan buku pelajaran bagi tingkat sekolah dasar sampai dengan ke tingkat perguruan tinggi. Penulis tetap berupaya melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah serta budaya daerah supaya terhindar dari kepunahannya. Akhirnya, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan hasil penelitian. Medan, September 2009 Penulis, Jamorlan Siahaan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang atas izin dan berkat yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor USU, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H.Sp.A(K), yang telah memberi kesempatan dan bantuan biaya pendidikan selama saya mengikuti Pendidikan Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU. 2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. yang telah memberi perhatian dan dukungan selama saya mengikuti Pendidikan S-2 pada Sekolah Pascasarjana USU. 3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Ketua Program Studi Linguistik dan Sekretaris Program Studi Linguistik Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum. yang telah memberi perhatian dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan hingga selesai pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Pembimbing saya, Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D. yang telah banyak memberi peluang, waktu, perhatian, bimbingan dan bantuan selama penulisan dan penyelesaian tesis ini. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 5. Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. dan Bapak Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP. sebagai penguji tesis saya, atas bantuan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. 6. Para Dosen saya yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang membekali ilmu pengetahuan dan membuka cakrawala berpikir ilmiah. Semoga jasa baik beliau semua dalam mendidik dibalas Tuhan yang Maha Esa. 7. Khusus kepada Istriku tercinta Enny Ertha br. Simanungkalik, B.A. serta anakku: Jeremia Gilbertho Siahaan. Bapak ucapkan terima kasih atas pengorbanan, dorongan, kesabaran dan kesetiaan yang diberikan sehingga studi Bapak dapat terselesaikan. 8. Bapak saya K. Siahaan dan Ibu saya K. br. Silitonga yang banyak memberi dorongan dan doa sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dengan baik. Semoga bapak dan ibu diberi Tuhan kesehatan dan panjang umur dan tidak kekurangan sesuatu apapun. 9. Kepada semua teman-teman saya angkatan 2007 khususnya Ramlan Damanik, Elisten Parulian Sigiro,Amhar Kudadiri, Roswani Siregar, Rudi Sofyan, dan Rahmad. 10. Kepada ipar saya papi Gorga Christian Desmon, inang bao mami Gorga Christian Desmon dan ipar saya papi Nuel dan inang bao mami Nuel serta ipar saya papi Nere. Dan adik saya Eva dan Napitipulu yang selalu setia membantu saya selama studi hingga selesai ujian meja hijau. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan budi baik yang telah diberikan kepada saya Tuhan selalu memberkati segala aktivitas dan diberikan kesehatan yang lebih sempurna. Amin Medan, September 2009 Penulis Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 RIWAYAT HIDUP Nama : Jamorlan Siahaan NIM : 077009010 Program Studi : Linguistik Tempat/Tgl. Lahir : Simalungun / 17 Juli 1959 Alamat : Jl. Sei Kapuas 86 Medan Pendidikan : - SD Negeri Tigabata Tahun 1972 - SMP Negeri Tigabata Tahun 1975 - SMA Adven P. Siantar Tahun 1979 - Sarjana Sastra Dep. Sastra Daerah Fak. Sastra USU Tahun 1984 Pekerjaan : Dari Tahun 1988-Sekarang Staf Pengajar Dep. Sastra Daerah Fakultas Sastra USU Medan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iv RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ........................... xiv PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5 SEJARAH BATAK TOBA, LETAK GEOGRAFIS, RUMPUN BAHASA BATAK DAN SUKU KATA .......................................... 6 2.1 Sejarah Singkat Batak ................................................................. 6 2.2 Letak Geografis ........................................................................... 6 2.3 Rumpun Bahasa Batak Toba ....................................................... 8 2.4 Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir .................... 10 2.5 Suku Kata .................................................................................... 10 BAB I BAB II Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB III BAB IV BAB V KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 14 3.1 Kajian Pustaka .............................................................................. 14 3.2 Landasan Teori ............................................................................. 21 3.3 Deret Vokal .................................................................................. 26 3.4 Deret Konsonan ............................................................................ 27 3.5 Penyukuan (Syllabification) ......................................................... 27 3.6 Asimilasi ...................................................................................... 29 3.7 Konsep ......................................................................................... 31 3.7.1 Konsep Teori ....................................................................... 31 3.7.1.1 Fonologi ................................................................. 31 3.7.1.2 Fonotaktik .............................................................. 31 3.7.2 Konsep Operasional ............................................................ 31 METODOLOGI ............................................................................... 32 4.1 Metode Penelitian ....................................................................... 32 4.2 Data dan Sumber Data ................................................................ 32 4.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 33 4.4 Teknik Analisis Data.................................................................... 34 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39 5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 39 5.1.1 Data Deret Vokal ................................................................. 39 5.1.2 Data Deret Konsonan ......................................................... 42 5.2 Pembahasan .................................................................................. 60 5.2.1 Deret Vokal dan Konsonan Dalam Satu Suku Kata ............ 60 5.2.2 Deret Vokal ......................................................................... 61 5.2.3 Deret Konsonan ................................................................... 68 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 96 6.1 Kesimpulan .................................................................................. 96 6.2 Saran ............................................................................................ 99 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Lambang-lambang Vokal........................................................................... 19 2. Lambang-lambang Konsonan................................................................... 20 3. Deret Vokal Dalam Bahasa Toba .............................................................. 39 4. Distribusi Deret Vokal............................................................................... 41 5. Distribusi Deret Konsonan ........................................................................ 48 Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 DAFTAR GAMBAR No 1. Judul Halaman Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir ................................ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 10 DAFTAR LAMPIRAN No 1. Judul Halaman Induk Huruf Bahasa Batak Toba .............................................................. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 105 DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH 1. Arti Lambang ( ) : Atau / / : Fonemis (penulisan) [ ] : Fonetis (pengucapan) Æ : Menjadi * : Bentuk yang tidak lazim dipakai 2. Arti Singkatan BT : Bahasa Toba C : Coda Σ : Sigma IPA : International Phonetic Alphabet K : Koda K : Konsonan N : Nukleus N : Nucleus O : Onset R : Rhyme Wd : Word V : Vokal 3. Arti Istilah Diftong : 2 bunyi vokal berurutan Fonemis : Penulisan Fonetis : Pelafalan / pengucapan Kluster : 2 bunyi vokal berderet dalam satu kata Koda/coda : Konsonan di akhir suku kata Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Monoftong : Satu bunyi tunggal Nukleus (nucleus) : Bunyi vokal sama dengan puncak Onset : Konsonan di awal suku kata Puncak : Sama dengan nukleus Rhyme : Bunyi vokal Sigma : Suku kata Tumpu : Sama dengan onset Triftong : 3 bunyi vokal berderet dalam satu suku kata Word : Kata Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki dua macam fasilitas untuk berbahasa, yaitu fasilitas fisik organ-organ ujaran (lidah, mulut, bibir, gigi, hidung, dan sebagainya) dan fasilitas nonfisik, yaitu roh, akal, pikiran, dan rasa yang berfungsi mengolah segala bahan masukan dari alam sekitar. Dalam pikiran terjadi proses pengonsepan segala masukan tadi, yang kemudian dilahirkan dalam bentuk ujaran atau tulisan, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Ujaran dan tulisan adalah cerminan penalaran dari penutur, sedangkan bobot ujaran tulisan adalah realisasi bobot penalarannya. Pengalaman yang paling universal yang dimiliki oleh semua manusia adalah berbahasa. Bunyi bahasa tidak cocok diucapkan oleh seorang pemakai bahasa, yang mengakibatkan bunyi itu tidak cocok dengan bunyi yang sebenarnya. Agar tercipta penggunaan bahasa yang lebih baik dan lebih tepat, pemakai bahasa perlu mempelajari bahasa itu lebih terperinci. Kesalahan berbahasa tidak hanya terjadi dalam lafal, tetapi juga sistem penulisan. Seperti telah diketahui, kebanyakan sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia secara sempurna ketika berbicara, bagaimanapun sempurna dan modernnya media tulisan bisa berbicara pada diri sendiri. Sistem tulisan berfungsi sebagai pelestarian ujaran, bukan mengatur ujaran. Ini berarti bahwa media bahasa yang terpenting adalah bunyi. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Gambaran pengajaran atau mengenai bahasa daerah, khususnya bahasa Batak Toba sampai saat ini tidak lengkap, karena kurangnya pemahaman bahwa bahasa itu pada dasarnya ujaran-ujaran. Dengan sendirinya kemahiran menyimak dan berbicara merupakan hal yang sangat dipentingkan bagi orang yang sangat ingin mempelajari bahasa daerah, khususnya bahasa Batak Toba. Pengajaran bahasa daerah memang telah dilaksanakan di Indonesia, khususnya di daerah-daerah. Akan tetapi ilmu tersebut hanya dititikberatkan untuk memperhatikan pembinaan bahasa daerah, sehingga tidak hilang begitu saja dan bukan bertujuan mengembangkan kemahiran berbahasa Batak Toba. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak semua aturan tata bunyi dalam bahasa Batak Toba dapat dituliskan melalui simbol-simbol bunyi. Jadi selama ini tata bunyi kurang diperhatikan dalam penggalian ilmu atau pengajaran bahasa Batak Toba. Akibatnya seseorang yang sudah lama mempergunakan dan mempelajari bahasa Batak Toba pun masih kurang tepat juga mengucapkan kata-kata yang diucapkan orang lain. Akibatnya masih banyak terdapat kesalahan penulisan ketika bahasa tersebut didiktekan baik pelajaran bahasa Batak Toba maupun bahasa-bahasa daerah lainnya. Ada dua cara mempelajari bunyi bahasa : yang pertama secara tradisional / alamiah, yaitu mempelajari bunyi bahasa dengan cara meniru ucapan dari seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut. Dalam hal ini seseorang yang meniru melalui pergaulan atau melalui proses belajar mengajar antara seorang murid dengan guru. Melalui proses ini, seseorang yang akan belajar bahasa itu tidak akan dapat menguasai bunyi-bunyi bahasa itu dengan baik dan benar. Disebabkan cara ini kurang memperhatikan dari mana dan bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 oleh alat-alat ucap, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu para pengajar bahasa diharapkan untuk mempunyai kemampuan yang baik mengenai bunyi-bunyi ujaran. Yang kedua adalah dengan cara teori ilmiah, yaitu mempelajari bunyi-bunyi bahasa berpedoman pada lambang-lambang bunyi, serta bagaimana organ-organ bicara dapat menghasilkan bunyi dengan sempurna, serta menganalisis bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ bicara tersebut. Cara inilah yang dapat membuat pelajar dan pengajar bahasa menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat dan sesuai dengan bunyi-bunyi yang sebenarnya, serta dapat menggambarkan bunyibunyi itu dengan media tulisan. Sesuai dengan UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 di dalam penjelasannya, “Bahasa daerah itu adalah merupakan bagian daripada kebudayaan Indonesia yang hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara”, yang fungsinya sebagaimana disimpulkan oleh peserta Seminar Politik Bahasa Nasional tahun 1975 di Jakarta : “Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah” (Amran Halim (Ed.), 1976 : 145-146). Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia antara lain bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya. Mengingat pentingnya fungsi bahasa daerah perlu diadakan penelitian yang mendasar secara sungguh-sungguh terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa diteliti dalam tesis ini adalah BT yang masih hidup dalam masyarakat Batak Toba di Indonesia, umumya di Sumatera Utara, dan khususnya di Kabupaten Tobasa. Tesis ini berjudul “Fonotaktik Bahasa Toba”, tetapi yang menjadi pokok permasalahan yang dianalisis dalam tesis ini hanya dibatasi dalam bagian deret vokal, deret konsonan dan suku kata, Spencer, (1996 : 73) mengatakan pembatas fonotaktik selain dapat diaplikasikan pada tataran struktur suku kata, dapat juga diaplikasikan pada tataran morfem maupun tataran kata. Penelitian tentang fonotaktik bahasa-bahasa daerah cukup banyak dilakukan namun fonotatik bahasa Toba sepanjang pengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga dari penelitian ini masih perlu dikaji lebih mendalam tentang bagaimana struktur fonotaktik BT. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti fonotaktik BT. Masalah pokok penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur fonotaktik BT di dalam deret vokal, deret konsonan, dan suku kata? 2. Bagaimanakah penetapan kaidah-kaidah struktur fonotaktik? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan struktur fonotaktik dilihat dari deret vokal, deret konsonan dan suku kata yang ada dalam BT. 2. Menetapkan kaidah-kaidah khusus tentang struktur fonotaktik BT. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Bahan penyusunan buku pelajaran bahasa Toba pada tingkat Sekolah Dasar (SD) mengenai aksara Batak, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) mengenai bunyi bahasa Batak Toba sebagai mata pelajaran muatan lokal dan bahan penyusunan struktur fonotaktik Batak Toba di Fakultas Sastra, Departemen Sastra Daerah USU, Medan. 2. Sumbangan ilmiah kepada penulis lain yang berminat menganalisis fonotaktik bahasa daerah yang ada di Nusantara dan tentunya juga sebagai sumbangan bagi khazanah perkembangan Linguistik Indonesia. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB II SEJARAH BATAK TOBA, LETAK GEOGRAFIS, RUMPUN BAHASA BATAK DAN SUKU KATA 2.1 Sejarah Singkat Batak Suku Batak adalah suku yang tertua di Indonesia bersama suku Dayak di Kalimantan dan Toraja di Sulawesi (Hasibuan, 1979). Siraja Batak tidak sendirian di Sianjur mula-mula Dolok Pusut Buhit terbukti dari tata cara masyarakat yang sejak berabad-abad telah ada di dalam kehidupan masyarakat Batak, baik dimana saja berada, sampai kini berlaku atau disebut “Dalihan na Tolu.” Dengan demikian Siraja Batak itu mempunyai saudara, dan telah menjadikan Dalihan na Tolu sebagai landasan bermasyarakat. Masyarakat Batak Toba merupakan suku tertua, salah satunya di Bakkara Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan dan penduduknya masih didominasi oleh masyarakat Batak Toba. Suku Batak Toba dikatakan suku yang suka merantau ke negeri orang, ini dibuktikan hampir ada di seluruh pelosok tanah air Indonesia, bahkan sampai ada ke luar negeri tetapi mereka masih mengingat kampung halamannya. Falsafah orang Batak Toba ini mengatakan arga do bona ni pinasa artinya ingatlah kampung halamanmu. 2.2 Letak Geografis Pada umumnya masyarakat Batak Toba tinggal di Propinsi Sumatera Utara khususnya di daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, dan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Kabupaten Humbang. Dengan letak geografis 10 30-20 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Daerah Toba mempunyai batas-batas yaitu : Utara : Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalingun, dan Kabupaten Tanah Karo. Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Timur : Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan Batu. Barat : Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Wilayah Toba mempunyai batas-batas antara lain : 1. Wilayah Silindung, terdiri atas 7 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipaholon, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahaejae, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga. 2. Wilayah Humbang, terdiri atas 8 Kecamatan yaitu : Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Dolok Sanggul, Kecamatan Lintong ni Huta, Kecamatan Muara, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Onan Ganjang, Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3. Wilayah Toba, terdiri atas 6 Kecamatan yaitu : Kecamatan Balige, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Parsoguran, Kecamatan Silaen, Kecamatan Porsea, dan Kecamatan Lumbanjulu. 4. Wilayah Samosir, terdiri atas 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Palipi, Kecamatan Pangururan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Harianja. Keempat wilayah itu didiami marga-marga tertentu dan mempunyai adatistiadat. Masyarakat Batak Toba memiliki istilah kekerabatan yang disebut Dalihan na Tolu artinya manat mardongan tubu, somba marhula-hula, elek marboru. Istilah kekerabatan itu merupakan hubungan pertalian darah dari keluarga ayah maupun keluarga ibu, serta dari keluarga atau kerabat tak langsung. Suku Batak Toba menarik garis keturunan melalui garis ayah (patrilineal), satu kelompok kerabat dihitung dari satu ayah atau satu nenek. 2.3 Rumpun Bahasa Batak Toba Pada tahun 1926 P.W. Schmidt menerbitkan bukunya ‘Dil Sprachfamilien und Sprachreisen der Erde’ (keluarga bahasa dan lingkungan bahasa sedunia) yang isinya menggambarkan penggolongan bahasa sedunia atas beberapa rumpun berdasarkan genealogi, yaitu berdasarkan asal dan sejarah perkembangannya. Salah satu di antara rumpun bahasa sedunia adalah bahasa Austria. Bahasa Austria terbagi atas, yaitu : 1. Bahasa-bahasa Austronesia 2. Bahasa-bahasa Austro-Asia Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3. Bahasa-bahasa Tibeto-China Wilayah bahasa Austronesia itu sangat luas sebagaimana dikatakan C.A. Mees, 1954 : 11 : “Bahasa-bahasa Austronesia tersebar meliputi kepulauan-kepulauan Lautan Teduh dan pulau Easter Island di sebelah Timur, dan kepulauan-kepulauan Asia Tenggara sampai ke pulau Madagaskar di sebelah Barat. Bahasa-bahasa itu barangkali dekat 1.000 buah banyaknya. Keluarga bahasa ini biasanya dibagi pula atas bahasa-bahasa Oceania dan sebahagian sebelah Barat yang dulu disebut bahasa-bahasa Indonesia. Istilah yang akhir itu tidak dapat dipertahankan lagi sejak nama Indonesia digunakan sebagai nama suatu Negara Republik Indonesia. Maka bagian sebelah Barat itu hendaklah disebut bahasa Hesperanesia atau Nusantara.” Slametmuljana (1957 : 137-138) nama Austronesia disamakan dengan nusantara : “Demikianlah jika kita meneliti struktur bahasa-bahasa di daratan Asia Selatan dan Tenggara, akan sampai pada kesimpulan, dan agak menyimpang dari kesimpulan yang sudah-sudah. Menurut strukturnya bahasa Melayu termasuk golongan bahasa daratan Asia Tenggara. Bahasa Asia Tenggara ini mempunyai pengaruh besar terhadap bahasa-bahasa di Austronesia. Pihakpihak yang dipengaruhi dari Sumatera Polinesia adalah bahasa Austronesia, kata ‘Melayu’ dalam nama ‘Melayu Polinesia’ adalah gempilan atau kepingan kecil dari bagian besar Rumpun Bahasa Asia Selatan dan Tenggara. Rumpun bahasa di kepulauan dari Sumatera sampai Polinesia dapat disebut ‘Austronesia atau nusantara’.” Kelompok bahasa Batak sebagai salah satu bahasa di Sumatera Utara adalah termasuk Bahasa Nusantara dan bahasa induknya adalah bahasa Austronesia. Kelompok Bahasa Batak itu adalah : 1. Bahasa Batak Toba 2. Bahasa Batak Angkola / Mandailing 3. Bahasa Batak Simalungun Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 4. Bahasa Batak Karo 5. Bahasa Batak Pakpak / Dairi 2.4 Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir Gambar 1 : Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir 2.5 Suku Kata Sebelum penulis mendeskripsikan struktur fonotaktik dalam suku kata bahasa Toba, penulis akan memaparkan ejaan tradisional yang merupakan pembentukan kaidah-kaidah dalam suku kata bahasa Toba. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Adapun aksara Batak itu adalah bersifat silabis, artinya satu tanda untuk menggambarkan satu suku kata / silaba. Jumlah tanda itu 19 yang disebut induk huruf yaitu : Induk huruf di atas berbunyi /a/, kecuali huruf /i/ dan /u/. Struktur suku kata : 1. Struktur suku kata Kata Suku Kata Arti /i/ - V i ÆN ‘itu’ /on/ - VK on Æ N + K ‘ini’ /ho/ - KV ho Æ O + N ‘engkau’ /pat/ KVK pat Æ O + N + K ‘kaki’ 2. Kata yang terdiri dari dua silaba Kata Suku Kata Arti /aek/ a – Ek Æ N – N + K ‘air’ /asa/ a – sa Æ N – O + N ‘asah, supaya’ /igung/ i – gung Æ N – O + N + K ‘hidung’ /anggo/ ang – go Æ N + K – O + N ‘kalau’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /annon/ an – non Æ N + K – O + N + K ‘nanti’ /boi/ bo – i Æ - N ‘bisa’ /hail/ ha – il Æ O + N – N + K ‘kail /hami/ ha – mi Æ O + N – O + N ‘kami’ /manuk/ ma – nuk Æ O + N – O + N + K ‘ayam’ /panggu/ pang-gu Æ O + N + K – O + N ‘cangkul’ /pinggol/ ping-gol Æ O + N + K – O + N + K ‘telinga’ 3. Kata yang terdiri dari tiga silaba Kata Suku Kata Arti /alogo/ a-lo-go Æ N – O + N + O + N ‘angin’ /abara/ a-ba-ra Æ N – O + N + O + N ‘pundak’ /alaman/ a-la-man Æ N – O + N + O + N ‘halaman’ /andigan/ an-di-gan Æ N + K– O+N – O+N+K ‘kapan’ /butuha/ bu-tu-ha Æ O + N – O + N – O + N ‘perut’ /ta η guru η / tang-gu-rung Æ O+N+K – O+N – O+N+K ‘punggung 4. Kata yang terdiri dari 4 silaba Kata Suku Kata /antajau/ an – ta – ja – u Æ N + K – O + N – N /hariara/ ha – ri – a – ra Æ N + K – O + N – N – O + N /haramonting/ ha – ra – mon – ting Æ O + N – O + N–O + N + K–O + N + K Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Struktur Suku Awal suku dan akhir suku berimpit dengan awal ucapan dan akhir ucapan. Akan tetapi, suatu suku dibatasi (diberi defenisi) sebagai sebuah urutan fonem segmen yang terdiri paling sedikit atas sebuah vokal, yang mungkin diikuti oleh sebuah konsonan, atau didahului oleh sebuah dua buah konsonan. Hanya vokal dapat berdiri sebagai puncak daripada suku ; konsonan apa saja yang mengikuti vokal semacam itu disebut koda; konsonan atau urutan konsonan apa saja yang mendahului vokal semacam itu disebut tumpu daripada suku itu. Ada 4 macam suku, dua diantaranya merangkum 2 jenis bawahan yaitu : 1. Suku minimum, yang terdiri atas sebuah vokal sebagai puncak. 2. Tumpu + puncak, yang terdiri atas sebuah vokal sebagai puncak. a. Sebuah konsonan + puncak b. Dua buah konsonan + puncak 3. Puncak + koda 4. Tumpu + puncak + koda : terdiri atas 2 jenis yaitu : a. Sebuah konsonan + puncak + koda b. Dua buah konsonan + puncak + koda Seperti yang telah dideskripsikan di atas (Samsuri 1987 : 138). Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1 Kajian Pustaka Kajian ini membahas tentang penelitian Fonotaktik Bahasa Toba yang dilakukan pemerhati bahasa atau peneliti-peneliti linguistik sebelumnya. Kajian ini juga memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat konsep dan teori atau pendekatan terbarun yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan para peneliti-peneliti bahasa. Paiton Chaiyanara (2007) meneliti Fonotaktik Bahasa Melayu. Transfonologisasi Dalaman dan Luaran. Maksudnya, satu penyesuaian serta menerbitkan pembaharuan dan kemajuan secara diakronik ke atas sistim dan penyusunan fonem Bahasa Melayu. Transfonologisasi dimaksudkan sebagai satu fenomena pembentukan sistem fonologi baru dalam sesuatu bahasa disebabkan keperluan tertentu dalam pembentukan kata dan penentuan makna. Mengingat bahasa Austronesia Purba pada asalnya memiliki sistim 4 vokal yaitu [*i, *e, *a, *u], setelah berkembang menjadi bahasa Melayu induk, vokal *i dan *u didapati masing-masing mengalami pemecahan fonemik dan berkembang menjadi dua bunyi yang baru yaitu bunyi [*i] menurunkan bunyi [*i] dan [*e] sedangkan bunyi *u menurunkan bunyi [*u] dan [*o] kepada bahasa Melayu induk. Kemudian bunyi [*a] mengalami pemecahan fonemik menjadi [a] dan [e] dalam perkembangan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 bahasa Melayu induk. Dengan perubahan tersebut maka sistem vokal yang mantap dalam beberapa dialek bahasa Melayu induk terdiri dari sistem 6 vokal yaitu [*i, *e, *u, *o, *a, ∂ ]. Perubahan hasil Transfonologisasi Austronesia Purba bunyi [*e] mengalami pemecahan fonemik menjadi [e] dan [E], sedangkan bunyi [o] mengalami pemecahan fonemik menjadi [o] dan [ ]. Hasil Transfonologisasi yang berlaku dalam bahasa Austronesia Purba dan bahasa Melayu induk ini terwujudlah delapan vokal [i, e, a, , o, u, ∂ ]. Contoh : [ada], [ad ∂ ], [ad ], [ado], [gali], [biru], [bek]. Hasibuan (2009) meneliti problematika, menyatakan setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri yang berkaitan dengan kaidah kebahasaan termasuk di dalamnya kaidah deretan fonem. Kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang terdapat dalam bahasa dan mana yang tidak dinamakan fonotaktik. Bahasa Indonesia juga mempunyai kaidah semacam itu seperti deretan, vokal, deretan konsonan dan suku bahasa dalam bahasa Indonesia yaitu : Deretan vokal : /-iu-/ : tiup, nyiur /-io-/ : kios Deretan vokal di atas ialah deretan vokal yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia. Deretan konsonan : /-mp-/ : empat Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-nd-/ : indah Deretan konsonan di atas ialah deretan konsonan yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia. Deretan vokal dan konsonan dalam suku kata : a. V : a - mal b. VK : ar - ti c. KV : pa - sar d. KVK : pak - sa e. KKV : slo - gan f. KKVK : trak - tor g. KVKK : teks - til h. KKKV : stra - te - gi i. KKKVK : struk - tur j. KKVKK : kom - pleks k. KVKKK : korps Hasibuan (1979) dalam bukunya Deskripi Bahasa Batak Toba menguraikan inventarisasi fonem Bahasa Toba, sebagai berikut : Vokal : /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dengan kata lain, vokal /e/ dan /o/ masing-masing mempunyai alofon, yaitu : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 e o /E/ Æ [sEhat] bahasa Indonesia /e/ Æ [binje] ucapan suku Jawa / / Æ [t l η ] bahasa Indonesia /o/ Æ [bodo] bahasa Jawa Konsonan : /b/, /p/, /d/, /t/, /j/, /g/, /k/, /m/, /n/, / η /, /h/, /l/, /r/, /s/, /?/. Fonem bahasa Indonesia yang tidak dijumpai pada bahasa Batak Toba yaitu : e Æ /∂ / Æ [b ∂ nar] bahasa Indonesia c Æ /c/ Æ [cacat] bahasa Indonesia ηη Æ /η/ Æ [ η a η i] bahasa Indonesia w Æ /w/ Æ [duwa] bunyi pelancar y Æ /y/ Æ [bayion] bunyi pelancar _ _ _ _ _ Dengan catatan : Fonem /w/ dan /y/ dalam bahasa Toba hanya dipakai sebagai bunyi pelancar saja. Bahasa Toba mempunyai /kluster/ tidak produktif yaitu : /nd/ Æ ndang artinya tidak, dan /ndada/ ‘tidak ada’. Diftong tidak dijumpai dalam bahasa Batak Toba seperti kata di bawah ini : balai Æ [balE] damai Æ [damE] pulau Æ [pulo] Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Persatuan Fonetik Antarabangsa (The International Phonetics Association) yang berpusat di England telah menentukan lambang-lambang bagi hampir semua bunyi bahasa yang terdapat di dunia ini. Lambang-lambang tersebut dinamakan “Lambang Fonetik Antarabangsa” (The International Phonetics Alphabet) yang disingkat sebagai IPA (Chaiyanara, 2001 : 47-54). Pelambangan fonem dalam tesis ini tidak sepenuhnya menerapkan International Phonetic Alphabet (IPA). Berikut contoh-contoh bagi lambang IPA dan nama bunyi vokal dan konsonan dalam bahasa Toba. Bunyi-bunyi vokal bahasa Toba : [i] = Vokal depan sempit leper (Closed Front Unrounded) [e] = Vokal depan separuh sempit leper (Closed Front Rounded) [E] = Vokal depan separuh luas leper (Harf-open Front Unrounded) [a] = Vokal depan-tengah luas leper (Open Central Unrounded) [u] = Vokal belakang simpit bundar (Closed Back Rounded) [o] = Vokal belakang separuh sempit bundar (Half-Closed Back Rounded) Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 [ α ] = Vokal belakang luas leper (Open Back Rounded) [ θ ] = Vokal depan separuh sempit bundar (Half-Closed Front Unrounded) Tabel 1 : Lambang-lambang Vokal Vokal Depan Sempit i Separuh sempit e Separuh luas E Luas a Tengah u θ Bunyi konsonan bahasa Toba : [p] = Letupan Dua Bibir Tak-beraspirat Tak-beraspirat (Voiceless Unaspirated Bilabial Stop) [b] = Letupan Dua Bibir Tak-beraspirat Bersuara (Voiced Unaspirated Bilabial Stop) [t] = Letupan Gigi-Gusi Tak-beraspirat Tak Bersuara (Voiceless Unaspirated Dental-alveolar Stop) [k] = Letupan Lelangit Lembut Tak-beraspirat Tak Bersuara (Voiceless Unaspirated Velar Stop) [g] = Letupan Lelangit Lembut Tak-Beraspirat Tak Bersuara (Voiced Unaspirated Velar Stop) [?] = Letupan Glotis Tak-beraspirat Tak Bersuara (Voiceless Unaspirated Glottal Stop) [m] = Sengauan Dua Bibir Bersuara (Voiced Bilabial Nasal) Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Belakang o α [n] = Sengauan Gigi-Gusi Bersuara (Voiced Labio-Dental Nasal) [η] = Sengauan Gelungan Bersuara (Voiced Retroflex Nasal) [s] = Geseran Gigi-Gusi Tak-bersuara (Voiceless Dental-Alveolar Fricative) [j] = Malaran Tak Bergeser Lelangit Keras (Palatal Approximant) [h] = Geseran Pita Suara Bersuara (Voiceless Glottal Fricative) [l] = Sisian Tak-bergeser Gigi-Gusi (Dental-Alveolar Lateral) [r] = Getaran Gigi-Gusi (Dental-Alveolar Trill) Tabel 2 : Lambang-lambang Konsonan Konsonan Letupan Sengau Dua Lelangit Lelangit Gusi Faringeal bibir keras lembut p b t d j k g m n Getaran Frikatif η r s Malaran tak bergeser sisian Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 h l glotal ? 3.2 Landasan Teori Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan fonotaktik adalah merupakan satu prosedur penemuan dan penentuan tata urut dan tata hubung fonemfonem dalam sebuah bahasa yang berpedoman pada distribusi (awal, tengah, dan akhir kata) sehingga yang dibicarakan dalam fonotaktik adalah pola urutan bunyi). Fromkin dan Rodman, (1993 : 231) mengatakan bahwa pembatas-pembatas (constraints) deretan segmen disebut pembatas fonotaktik bahasa itu. Jika memeriksa fonotaktik bahasa Inggris, kita menemukan bahwa fonotaktik sebuah kata sebenarnya pada dasarnya berdasarkan fonotaktik suku kata. Yaitu, hanya gugus konsonan yang dapat dimulai dengan suku kata dimulai dengan sebuah kata, dan hanya gugus konsonan yang dapat mengakhiri sebuah suku kata dapat mengakhiri sebuah kata. Hyman, (1975 : 10) mengatakan bahwa ada juga pembatas-pembatas segmental yang mencirikan tataran fonetis yang merujuk kepada pembatas-pembatas segmental fonetis, di mana batasa-batasan seperti ini disebut pembatas segmental dan di samping pembatas-pembatas segmental, ada juga pembatas fonotaktik (sequential constraints) dan yang dapat menyinggung salah satu tataran fonetis atau tataran fonologis, atau kedua duanya. Kalau dibicarakan masalah pembatas-pembatas fonotaktik fonologis dan pembatas-pembatas fonetis, hal ini berarti bahwa dalam kedua tataran itu, ada batasan bagaimana segmen (bunyi) dapat dikombinasikan secara berurutan (sequentially). Hal ini bisa berarti bahwa kata atau suku kata hanya dapat dimulai dengan segmen-segmen tertentu atau segmen-segmen tertentu tidak dapat terjadi sebelum atau sesudah segmen (bunyi) yang lain. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 O’Grady, dkk (1989:76-77) mengatakan bahwa fonotaktik adalah seperangkat pembatas-pembatas tentang bagaimana pola deretan bunyi-bunyi (segment) itu terbentuk, membentuk bagian dari kemampuan dan pengetahuan fonologis yang dimiliki oleh penutur bahasa itu. Suku kata terdiri dari dua bagian fonetis, yaitu : 1. Konsonan yang mendahului vokal disebut Onset (O) 2. Rima (R) Rima terdiri atas 2 bagian yaitu : 1. Inti (Nucleus) atau ‘Peak’ Hyman (1975 : 188). 2. Konsonan yang mengikuti vokal disebut koda (coda) Contoh : Mendeskripsikan penyukuan dalam dua suku kata atau lebih dalam BT dipedomani empat langkah pendapat O’Grady, dkk (1989 : 79-80) yang mengatakan : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah pertama, Karena inti suku kata merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Langkah kedua, Deretan konsonan yang terpanjang ke sebelah kiri masing- masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Contoh : Langkah ketiga, Ini diartikan bahwa setiap konsonan yang sisa yang ada di sebelah kanan dari tiap-tiap (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah keempat, Hubungkan kedua suku kata untuk membentuk kata (Wd), Contoh : Teori yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mengikuti teori Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan bahwa deretan konsonan yang termasuk dalam suku kata yang sama disebut gugus konsonan. Alwi, dkk (1998 : 27) juga mengatakan bahwa : ….Pengertian dasar mengenai gugus konsonan dan diftong adalah sama. Perbedaannya adalah bahwa gugus berkaitan dengan konsonan, sedangkan diftong dengan vokal. Gugus konsonan adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Jika gabungan konsonan seperti itu termasuk dalam dua suku kata, maka gabungan itu tidak dinamakan gugus melainkan deret. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Contoh /-rt-/ dan /-rg-/ dalam BT seperti : [ α rta] dan [ α rga]. Memang benar bahwa kedua pasangan bunyi ini berdampingan (berderet) tetapi kedua pasangan ini terletak pada suku kata yang berbeda sehingga gabungan konsonan seperti itu dinamakan deret bukan gugus. Dalam bahasa lisan, kata umumnya terdiri dari rentetan bunyi yang satu mengikuti yang lain yang mempunyai makna. Bunyi-bunyi itu mewakili rangkaian fonem serta alofonnya. Rangkaian fonem itu tidak bersifat acak, tetapi mengikuti kaidah tertentu. Fonem yang satu yang dapat mengikuti fonem yang lain ditentukan berdasarkan konvensi di antara para pemakai bahasa itu sendiri. Kaidah yang mengatur deretan fonem dalam satu bahasa disebut kaidah fonotaktik. Alwi, dkk, (1998 : 28). BT, misalnya mengizinkan deretan /-mb-/, /-nd-/ dan sebagainya, seperti [lombut], [handit] dan lain-lain, tetapi tidak mengizinkan /-bm-/, /-dn-/, karena tidak diizinkan gabungan antara kedua fonem tersebut di posisi awal kata (word-initial position). Dengan demikian dari pendapat di atas bahwa pembatas-pembatas dalam memadukan beberapa bunyi bahasa dalam sebuah bahasa belum tentu merupakan kendala bagi bahasa lainnya, dan dalam hal ini peneliti lebih cenderung mengikuti O’Grady, dkk (1989), Aminoedin, dkk (1984), Alwi, dkk (1998). Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3.3 Deret Vokal Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan deret vokal adalah dua atau lebih vokal yang berjajaran yang terdapat pada suku kata yang berbeda ketika dilafalkan seperti yang diberikan dari defenisi deret vokal yang dikutip dari beberapa pendapat linguis di bawah ini : Aminoedin, dkk., (1984 : 140) mengatakan “yang dimaksud dengan deret vokal ialah dua atau lebih vokal yang berjajaran, tetapi masing-masing merupakan puncak kenyaringan ucapan. Hal ini berarti bahwa masing-masing merupakan suku yang berlainan.” Alwi, dkk (1998 : 52) mengatakan “deret vokal adalah hembusan nafas yang sama atau hampir sama, kedua vokal itu termasuk dalam suku kata yang berbeda.” Contoh : deret /-ao-/, dan /-ae-/ pada kata taon dan maen adalah deret vokal karena masing-masing terdiri atas dua suku kata : ta-on dan ma-en. Dari pendapat di atas peneliti memberikan kesimpulan bahwa deret vokal adalah hembusan nafas yang sama atau hampir sama yang mana kedua vokal itu termasuk dalam suku kata yang berbeda. Peneliti juga sependapat dengan (Alwi, dkk 1998 : 52) dan (Aminoedin, dkk. 1984 : 40) mengatakan deret vokal adalah dua atau lebih vokal yang berjajaran tetapi masing-masing merupakan puncak kenyaringan ucapan. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3.4 Deret Konsonan Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan deret konsonan adalah gabungan dua konsonan yang terdapat pada suku kata yang berbeda meskipun berdampingan seperti yang dipedomani penulis pendapat Pulgram (1970 : 79) mengatakan bahwa gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang berbeda meskipun berdampingan disebut deret. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Alwi, dkk (1998 : 79) mengatakan bahwa: “Deret adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang berbeda meskipun berdampingan.” Contoh dalam BT : /-mp-/ [uppama] ‘umpama’ /-kj-/ [jukjuk] ‘jukjuk’ /-nj-/ [tunjaη ] ‘tendang’ 3.5 Penyukuan (Syllabification) Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan penyukuan adalah prinsip untuk menentukan kombinasi kata-kata yang menosilabis dan disilabis dalam sebuah bahasa seperti yang dikutip dari beberapa pendapat linguis di bawah ini : Wolfram dan Johnson, (1982 : 86) mengatakan bahwa prinsip untuk menentukan kombinasi kata-kata yang monosilabis dalam sebuah bahasa disebut penyukuan, yang terdiri suku kata terbuka dan tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Katamba (1989 : 164), lebih cenderung mendeskripsikan peranan suku kata dalam fonologi daripada pengertian penyukuan seperti yang diberikan di bawah ini : 1. Suku kata sebagai unit dasar fonotakik Dalam hal ini, suku kata tersebut mengatur bagaimana konsonan dan vokal bisa dikombinasikan secara hirarki fonologis. 2. Suku kata sebagai ranah kaidah fonologis Dalam hal ini pembatas struktur suku kata tidak dibatasi dari kata pinjaman dan interferensi bahasa ibu (mother tongue), sehingga struktur kata sering memainkan peranan yang penting dalam menentukan kaidah fonologis internal sebuah bahasa. 3. Suku kata sebagai struktur segmen yang kompleks Dalam hal ini suku kata tidak hanya mengatur kombinasi bunyi (segment) tetapi juga mengontrol kombinasi ciri-ciri yang membentuk bunyi tersebut. Spencer (1996 : 72-73) mengatakan bahwa ada tiga alasan mengapa suku kata itu sangat penting dalam teori fonologis seperti yang diberikan di bawah ini : 1. Kalau kita perhatikan kumpulan bunyi dalam sebuah bahasa, kita akan menemukan adanya prinsip yang tertentu digunakan dalam pembentukannya. 2. Sangat banyak pembatas dalam bahasa tertentu cenderung diaplikasikan pada tataran struktur suku kata di samping tataran morfem maupun tataran kata. 3. Suku kata adalah hal yang paling baik dapat dipahami sebagai pembentukan konstituen dalam proses fonologis. Pendeknya pengertian tentang penyukuan sangat penting dalam pemahaman kita untuk menyusun sistem fonologis suatu bahasa. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3.6 Asimilasi Asimilisasi adalah proses dimana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hampir sama. 1. Asimilasi regresif ialah saling pengaruh antara bunyi yang mendahului berubah mengikuti bunyi mengiringnya. a. Konsonan nasal /m/ jika diikuti konsonan /b/ dan /p/ akan berubah mengikuti konsonan yang mengiringnya. Contoh : lombu Æ [lobbu] ‘lembu’ ompung Æ [oppuη ] ‘nenek’ b. Konsonan nasal /n/ jika diikuti konsonan /d/ dan /t/ dan /j/ akan berubah mengikuti konsonan yang mengiringnya. Contoh : handit Æ [haddit] ‘angkat’ bontar Æ [bottar] ‘nenek’ onjar Æ [ojjar] ‘tolak’ c. Apabila konsonan nasal /n/ jika diikuti konsonan /s/, maka /n/ itu akan berubah menjadi konsonan /s/. Contoh : hansit Æ [hassit] ‘sakit’ hansang Æ [hassaη ] ‘kacang’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 d. Konsonan nasal / η / jika diikuti oleh konsonan /k/, /t/, /p/ dan /s/, maka konsonan / η / itu akan berubah menjadi /k/. Contoh : dengke Æ [dekke] ‘ikan’ tingting Æ [tiktiη ] ‘pengumuman’ pangpang Æ [pakpaη ] ‘lumpuh’ sangsang Æ [saksaη ] ‘cincang’ 2. Asimilasi progresif ialah fonem awal sufiks berubah secara fonetis mengikuti ucapan fonem awal moferm dasar. Contoh : hohoson Æ [hohosson] ‘pakai sebagai ikat pinggang’ surathon Æ [suratton] ‘tuliskan’ 3. Asimilasi resiprokal ialah kedua fonem yang berdampingan secara fonetis berubah kepada bunyi yang lain. suanhon Æ [suatton] ‘tanamkan’ tombonhon Æ [tobboppon] ‘tubrukkan’ hophop Æ [hokkop] ‘bela’ humham Æ [hukkam] ‘inti batang pisang’ (Hasibuan, 1979 : 56, 113). Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3.7 Konsep 3.7.1 Konsep Teori 3.7.1.1 Fonologi Fonemis, fonetis dan asimilasi 3.7.1.2 Fonotaktik Gugus vokal, diftong, gugus konsonan dan kluster Deret vokal dan deret konsonan 3.7.2 Konsep Operasional Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam tesis ini adalah metode deskriptif kualitatif karena metode dan teknik penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan faktafakta (fact findings) yang ada di lapangan sebagaimana adanya (Nawawi dan Hadari 1967). 4.2 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu : A. Sumber data tulis, seperti : 1. Ruhut Parsaoran di Habatahon. 1994. Universitas HKBP Nommensen Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Medan. 2. Kamus Batak Toba Indonesia. 2001. J. Worneck. 3. Deskripsi Bahasa Batak Toba. 1979. Anthony Saidi Hasibuan. Karena sumber-sumber di atas diasumsikan menggunakan BT yang baku dan digunakan secara umum oleh penutur BT dalam berkomunikasi sehari-hari. B. Sumber data lisan Data lisan diperoleh dari penutur asli BT di mana responden penelitian ini diambil berdasarkan lokasi, status sosial, umur dan pengalaman penutur. Lokasi penelitian ini adalah daerah Desa Sibuntuon, Desa Hinalang Kecamatan Balige. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Status sosial responden adalah petani, pegawai negeri dan pegawai swasta dengan usia responden + 35-70 tahun, dengan jumlah responden 15 orang, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Penutur asli BT 2. Laki-laki / perempuan 3. Menguasai benar-benar BT 4. Memiliki daya ingat yang kuat dan alat ujar yang sempurna. 4.3 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data kebahasaan menurut (Sudaryanto 1988 : 2-3) ada dua macam, yaitu Metode Simak dan Metode Cakap yang mana kedua metode ini digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini. Metode Simak digunakan untuk data tulis sedangkan Metode Cakap untuk data lisan. Kedua metode ini dapat dijabarkan ke dalam teknik dasar dan teknik lanjutan. a. Pengamatan (Observasi) Data penelitian ini bersifat tulisan dan lisan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simak yaitu mengumpulkan data (mengamati dan mencermati) jenis fonotaktik BT dalam bentuk deret vokal, deret konsonan dan suku kata yang markahi dengan stabilo warna kuning untuk deret vokal, warna biru untuk deret konsonan dan warna hijau untuk suku kata. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 b. Pencatatan Dalam operasionalnya digunakan teknik sadap sebagai teknik dasar yaitu dengan menyadap (mencatat) dengan memilah-milah yang mana yang termasuk deret vokal, deret konsonan dan suku kata. Dalam hal ini penulis sebagai instrumen kunci yang melakukan pengamatan langsung dan mencatat data yang sudah disimak. c. Perekaman Perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan dan disebut teknik rekam dan dalam hal ini keikutsertaan penulis bersifat reseptif karena hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya dalam pelafalan deret vokal, deret konsonan dan suku kata. Selanjutnya apa yang dilafalkan responden ditulis kembali ke dalam tulisan fonetis dengan cara mengulang-ulang perekaman beberapa kali untuk mendapatkan keakuratan pelafalannya dan tekanannya dengan tepat. 4.4 Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah : a. Mendeskripsikan deret vokal dalam BT Menganalisis deret vokal dalam BT dipedomani pendapat (Alwi, dkk. 1998:52) yang mengatakan, “Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan nafas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda”. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Contoh : deretan /-au-/ pada kata daun mendapat tekanan yang sama sehingga terdiri dari dua suku kata : da-un b. Mendeskripsikan deret konsonan dalam BT Menganalisis deret dipedomani pendapat (Pulgram 1970) mengatakan deret konsonan adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang berbeda meskipun berdampingan. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Alwi, dkk (1998 : 53) mengatakan bahwa: “Deret adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang berbeda meskipun berdampingan.” Contoh dalam bahasa Indonesia : /-pt-/ [cipta] ‘cipta’ /-ks-/ [aksi] ‘aksi’ /-rg-/ [harga] ‘harga’ c. Mendeskripsikan penyukuan dalam satu suku kata dalam BT Suku kata atau silaba ialah urutan fonem segmental yang terdiri dari satu vokal dan vokal ini dapat juga didahului dan atau diikuti oleh satu konsonan. Vokal itu dapat berdiri sendiri dan mempunyai frekwensi yang tinggi yang merupakan pusat atau puncak yang disebut Nuklus dan disingkat dengan N. Nuklus ini mungkin diapit oleh konsonan yang mempunyai frekwensi rendah. Konsonan yang mendahului Nuklus itu disebut tumpuan atau Onset dan disingkat O, dan konsonan yang mengikuti itu disebut buntut atau Koda dan disingkat K. Istilah Koda (Coda), Nuklus Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 (Nucleus) dan Onset diambil dari Kamus Linguistik Hartmann dan Stork (1972 : 39, 155, 158). Dengan mempergunakan ketiga istilah itu, maka dapatlah digambarkan ciri silaba atau suku kata yang membentuk morfem itu di dalam bahasa Batak Toba sebagai berikut : (1) Kata/morfem Æ minimal 1 silaba dan maximal 4 silaba (2) Silaba Æ Nuklus Nuklus + Koda Onset + Nuklus Onset + Nuklus + Koda (3) Nuklus Æ [ a, i, u, e, o ] (4) Onset Æ [ b, d, j, g, p, t, k, m, n, n, s, h, l, r ] (5) Koda Æ [ p, t, k, m, n, n, s, l, r ] Dengan demikian dapatlah digambarkan ciri atau bentuk umum morfem bahasa Batak Toba berdasarkan ciri silaba (suku kata) yang telah dibicarakan di atas sebagai berikut : (1) morfem yang terdiri dari satu silaba a. N [i] b. N + K [on] c. O + N [ho] d. O + N + K [pat] Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 (2) morfem yang terdiri dari dua silaba a. (N) b. (N + K) c. (O + N) d. (O + N + K) + + + + (N + K) [aEk] (O + N) [ahu] (O + N + K) [ igu η ] (O + N) [ a ηgo ] (O + N + K) [annon] (N) [boi] (N + K) [hail] (O + N) [hami] (O + N + K) [manuk] (O + N) [pa η gu] (O + N + K) [pi η gol] (3) morfem yang terdiri dari tiga silaba a. (N) b. (N + K) + + (O + N) + (N) [alai] (O + N) + (O + N) [abara] (O + N) + (O + N) [addora] (O + N) + (O + N + K) [addigan] Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 c. (O + N) + (O + N) + (O + N) [butuha] d. (O + N + K) + (O + N) + (O + N + K) [ ta ηguruη ] (4) morfem yang terjadi dari empat silaba a. (N + K) + (O + N) + (O + N) + (N) [attajau] b. (N + K) + (O + N) + (N) + (O + N) [hariara] c. (C + N) + (O + N) + (O + N + K) + (O + N + K) [ haramotiη ] Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data tertulis dan data lisan dapat diperoleh hasil penelitian fonotaktik bahasa Toba yaitu deret vokal, deret konsonan dan suku kata. 5.1.1 Data Deret Vokal Dari data tertulis dan data lisan bahasa Toba, terdapat deret vokal dua atau lebih vokal yang berjajaran yang terletak pada suku kata yang berbeda, atau deret vokal yang merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan nafas. Deret vokal ini dapat dijumpai pada posisi awal, posisi tengah, dan posisi akhir kata dasar pada jenis verba, nomina, numeral, ajektive, konjungsi. Berikut tabel di bawah ini : Tabel 3 : Deret Vokal Dalam Bahasa Toba Deret Vokal ai Awal Kata Jenis Arti [ayili] nom ‘celeng’ au [awuga] nom ‘tengkuk’ ae [aEk] nom ‘air’ Posisi Tengah Kata Jenis Arti [Jayis] Adj ‘sombong [tayili] Vb ‘lihat [rawus] Adj ‘ceroboh’ [pawula] Adj ‘pura-pura’ [paEt] Adj ‘pahit’ [naEk] Vb ‘naik’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Akhir Kata Jenis Arti [dayi] Vb ‘rasa’ [alayi] Konj ‘tetapi’ [bawu] Adj ‘bau’ [hawu] nom ‘kayu’ [LaE] nom ‘ipar’ [taE] Adj ‘pelan’ [saE] Vb ‘selesai’ Lanjutan tabel 3 ao ia [iyas] Adj [iyap] Adj ‘bersih’ ‘cantik’ iu - io [iyon] ‘disini’ ua [uwalu] bil ‘delapan’ [uwas] Adj ‘hous’ ui - ue ae - ea [Eyak] [hawol] Vb [gawor] Adj [maw θ l] Adj [gaw θ l] nom [biyar] Adj [Liyan] nom [Siyan] [Siyul] Vb [hiyun] nom [tiyur] Adj [biyus] nom [tiyop] Vb [jiyor] nom ‘peluk’ ‘kacau’ ‘sulit’ ‘daun pisang’ ‘takut’ ‘qua’ ‘dari’ ‘bersiul’ ‘burung’ ‘terang’ ‘kampung’ ‘pegang’ ‘sejenis pohon yang keras’ [buwat] Vb ‘ambil’ [muwal] nom ‘air’ ‘tanam’ [suwan] Vb w [ju it] Adj ‘genit’ ‘kuit’ [guwit] Vb [manuwek] Vb ‘menguak’ ‘kejar’ [tEyal] ‘menyusul’ [sEyak] [sEyat] [mEyat] Vb eu - eo - oa - Adj nom Vb nom ‘oleh, miring’ ‘cangkir’ ‘potong’ ‘nama asal kampung’ w [be uk] nom ‘telur busuk’ ou - [pEy θ p] Vb ‘pegang teguh’ [mEw θ n] Vb ‘suara kucing’ [bowan] Vb ‘bawa’ [gowar] nom ‘nama’ [gowit] Vb ‘sentuh sedikit & cubit’ Vb ‘gigit’ [doyit] - io - [siy θ k] oi [oyi] ‘oh’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Vb ‘suara anak ayam’ [tawo] nom [bawo] nom [gaw θ ] Vb ‘danau’ ‘besan’ ‘berenang’ [paliya] nom ‘petai’ [badiya] Adj ‘suci’ [piyu] Vb ‘putar’ [tiyo] [siyo] Adj Adj ‘jernih’ ‘teduh’ [hawa] nom [duwa] bil ‘kuah’ ‘dua’ [parbuwE] nom ‘keras’ [manjaE] Vb ‘mandiri’ [haEhaE] nom ‘paha’ ‘pernah’ [hEya] y [gE a] nom ‘cacing’ Adj ‘hina’ [lEya] y [tE a] Vb ‘angkat’ [jEya] Adj ‘malapetaka’ [mahEwu] Adj ‘kering & pucat’ w [halE θ ] nom ‘genjer’ [bowa] Vb [boyi] [hoyi] Vb ‘boleh’ ‘suara panggilan’ ‘beritahu’ [jowu] Vb ‘panggil’ [bowu] nom ‘bibi’ [siy θ ] ‘teduh’, berkuting Lanjutan tabel 3 [siy θ r] uo - aoa - uae aio aua - nom ‘busur panah’ - [juwo] nom ‘air mani/ sperma’ w [ba a η ] atau [baowa] nom ‘laki-laki’ - [baowa η ] nom ‘bawang’ atau [bawa η ] [nuwaE η ] Adj ‘sekarang’ [baiyon] nom ‘pandan’ [kawuat] ‘kawat’ Berdasarkan data-data dalam bahasa Toba di atas dapat ditemukan deret vokal sebagai berikut : 1. Deret vokal yang terdapat pada posisi di awal, tengah, dan akhir kata yaitu : [ai], [au], [ae], [ia], [ua], [ea], [oi]. 2. Deret vokal yang terdapat pada posisi di tengah, dan di akhir kata yaitu : [ao], [iu], [io], [ue], [ea], [eu], [eo], [oa] dan [aoa]. 3. Deret vokal yang terdapat hanya pada posisi di tengah kata yaitu : [ui], [uea], [aio], dan [aua]. 4. Deret vokal yang terdapat hanya posisi di akhir kata yaitu : [ae], [ou], dan [uo] seperti tabel berikut di bawah ini. Tabel 4 : Distribusi Deret Vokal a i u e o a a aoa i uae u aio Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 i u e o Lanjutan tabel 4 e aua o Keterangan : fonem menurun = fonem pertama dan deret vokal fonem mendatar = fonem kedua dari deret vokal tanda = deret vokal 5.1.2 Data Deret Konsonan Berdasarkan data yang diperoleh dari data tertulis dan data lisan deret konsonan adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang berbeda. Deret konsonan Batak Toba ini hanya ditemui pada posisi di tengah kata. Contoh : Deret Konsonan /-kp-/ Kata mapukpuk Pelafalan [mapukpuk] Arti ‘sangat lelah, letih’ /-kj-/ jukjuk [jukjuk] ‘jolok’ /-kd-/ dakdanak [dakdanak] ‘anak kecil’ /-kh-/ halakhalak [halakhalak] ‘orang-orangan’ /-kt-/ tuktuk [tuktuk] ‘ketok’ taktak [taktak] ‘daki’ /-kl-/ laklak [laklak] ‘kulit kayu’ /-ks-/ paksa [paksa] ‘paksa’ /-lb-/ tolbak [tolbak] ‘pecah’ (tanggul) Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 holbung [holbun] ‘lekuk’ /-lg-/ balga [balga] ‘besar’ /-lm-/ jolma [jolma] ‘manusia’ /-ld-/ daldal [daldal] ‘suram’ (wajah) /-lh-/ dalhop [dalhop] ‘tertempel, melekat’ tolhas [tolhas] ‘sampai’ biltak [biltak] ‘pecah, retak’ poltak [poltak] ‘terbit’ ultop [ultop] ‘sumpitan’ /-lp-/ salpu [salpu] ‘lewat, lampau’ /-ln-/ laplap [laplap] ‘habiskan’ /-lp-/ salngit [sal η it] ‘bau, korban sengit’ /-ls-/ salsal [salsal] ‘terang, tampak’ /-mb-/ jimbur [jibbur] ‘terbakar’ ombun [obbun] ‘embun’ lombu [lobbu] ‘lembu’ samban [sabban] ‘penghalang’ sambil [sabbil] ‘penjerat, perangkap’ sambok [sabbok] ‘cambuk’ lombut [lobbut] ‘pukul’ ompung [ oppoη ] ‘nenek/kakek’ /-lt-/ /-mp-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-ml-/ /-nd-/ /-nj-/ /-ns-/ /-nt-/ /-ng-/ samporong [ sapporoη ] ‘kaca lampu’ jomput [jopput] ‘pungut’ lompa [loppa] ‘masak’ lompong [ loppoη ] ‘kalong’ lomlom [lomlom] ‘hitam, gelap’ sande [sadde] ‘tersandar’ sundat [suddat] ‘batal’ bondut [boddut] ‘telan’ talindan [taliddan] ‘berbelit-belit’ andigan [addigan] ‘kapan’ ganjang [gajja η ] ‘panjang’ lonjan [lojjan] ‘injak’ punjung [pujju η ] ‘menyendiri, terasing’ tinjang [tijja η ] ‘berdiri’ lonsot [lossot] ‘penyet’ ponsal [possal] ‘pecal’ bontar [bottar] ‘puttih’ tintin [tittin] ‘cincin’ puntar [puttar] ‘pecah’ tanggurung [ta η guru η ] ‘punggung’ pinggol [pi η gol] ‘kuping’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 tanggal [ta η gal] ‘lepas’ tingting [tikti η ] ‘pemberitahuan’ tongtong [to η to η ] ‘tetap’ jungkar [jukkar] ‘jahat’ tangko [takko] ‘curi’ jangkit [jakkit] ‘panjat’ bangko [bakko] ‘sifat’ bangke [bakke] ‘mayat’ jengkar [jekkar] ‘kekar’ jongjong [jo η jo η ] ‘berdiri’ jengjeng [je η je η ] ‘bandel’ sangsang [saksa η ] ‘cincang’ sungsang [suksa η ] ‘lahir tak normal’ bangso [ba η so] ‘bangsa’ /-np-/ pangpang [pakpa η ] ‘lumpuh’ /-pr-/ raprap [raprap] ‘membabat sampai habis /-pt-/ tiptip [tittip] ‘potong rata’ /-ph-/ hophop [hokkop] ‘bela’ /-ps-/ sapsap [sassap] ‘habiskan’ borbor [borbor] ‘marga’ orbuk [orbuk] ‘abu’ /-nt-/ /-nk-/ /-nj-/ /-ns-/ /-rb-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-rl-/ porlak [pollak] ‘kebun’ /-rt-/ hurtik [hurtik] ‘goyang’ arta [arta] ‘harta’ bortian [bortian] ‘perut’ hurhur [hurhur] ‘memarut’ parut hurha [hurha] ‘memanggil ayam’ porsan [porsan] ‘pikul’ arsak [arsak] ‘duka’ marsik [marsik] ‘kering’ hurja [hurja] ‘memanggil babi’ burju [burju] ‘baik’ sihirput [sihirput] ‘rumput putri malu’ porpor [porpor] ‘ngeram’ arga [arga] ‘mahal’ gorga [gorga] ‘ukiran’ bornok [bornok] ‘lembab’ bernit [bernit] ‘sedih, menderita’ /-rg-/ bornga [bor η a] ‘malam’ /-rh-/ ngorngor [ η or η or] ‘pelan-pelan’ /-sp-/ pispis [pispis] ‘siram’ pospos [pospos] ‘tampar’ /-rh-/ /-rs-/ /-rj-/ /-rp-/ /-rg-/ /-rn-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 naipospos [naipospos] ‘marga’ /-sb-/ Bosbos [bosbos] ‘pikul’ /-sn-/ ngosngos [ η os η os] ‘tidak memilih’ /-st-/ pastap [pastap] ‘pukul’ gusting [gusti η ] ‘gunting’ pistar [pistar] ‘pintar’ dosdos [dosdos] ‘sama rata’ marderesderes [mardErEsdErEs] ‘gemersik’ /-tm-/ metmet [mEtmEt] ‘kecil’ /-t η -/ ngatngat [ η at η at] ‘gigit’ /-ts-/ semetsemet [sEmEtsEmEt] ‘sejenis semut kecil’ /-sd-/ Berdasarkan data-data dalam bahasa Toba di atas dapat ditemukan deret konsonan sebagai berikut : 1. Deret konsonan yang dimulai dengan /k/ berjumlah 9 yaitu : /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/, /-km-/, /-kt-/, /-kb-/, /-kl-/, /-ks-/. 2. Deret konsonan yang dimulai dengan /L/ berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/, /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/. 3. Deret konsonan yang dimulai dengan /m/ berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/ 4. Deret konsonan yang dimulai dengan /n/ berjumlah 4 yaitu : /-nd-/, /-nj-/, /-ns-/, /-nt-/. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 5. Deret konsonan yang dimulai dengan /η / berjumlah 7 yaitu : /-η d-/, /-η g-/, /-η j/, /-η k-/, /-η p-/, /-η s-/, /-η t-/. 6. Deret konsonan yang dimulai dengan /p/ berjumlah 4 yaitu : /-ph-/, /-ps-/, /-pt-/, /-pr-/. 7. Deret konsonan yang dimulai dengan /r/ berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/, /-rj-/, /rg-/, /-rl-/, /-rη -/, /-rp-/, /-rn-/, /-rs-/, /-rd-/, /-rt-/. 8. Deret konsonan yang dimulai dengan /s/ berjumlah 4 yaitu : /-sb-/, /-sd-/, /-sη -/, /-st-/. 9. Deret konsonan yang dimulai dengan /t/ berjumlah 3 yaitu : /-tm-/, /-tη -/, /-ts-/, seperti tabel berikut ini : Tabel 5 : Distribusi Deret Konsonan b d g p t k b d g p t k j m n η h r Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 j m n η h r l s ? Lanjutan tabel 5 l s Keterangan : Fonem menurun = fonem pertama dari deretan konsonan Fonem mendatar = fonem kedua dari deretan konsonan Tanda = deretan konsonan Deretan konsonan ini hanya berada di tengah kata Dari hasil penelitian yang telah diketahui di atas bahwa keseluruhan deret konsonan dalam bahasa toba hanya dijumpai pada posisi tengah kata dasar seperti diuraikan di bawah ini. 1. Deret konsonan yang dimulai dengan /k/ Berdasarkan data penelitian deret konsonan yang dimulai dengan /k/ ditemui berjumlah 9 yaitu : /-kp-/, /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/, /-km-/, /-kt-/, /-kb-/, /-kl-/, /-ks-/. Contoh : Deret Konsonan /-kp-/ Pelafalan Tengah [mapukpuk] Arti ‘sangat lelah, letih’ /-kj-/ [jokjok] ‘jolok’ /-kd-/ [dakdanak] ‘anak kecil’ /-kh-/ [halakhalak] ‘orang-orangan’ /-km-/ [mokmok] ‘gemuk’ /-kb-/ [bakbak] ‘jambak’ /-kt-/ [tuktuk] ‘ketok’ /-kl-/ [laklak] ‘kulit’ [taktak] ‘daki’ [paksa] ‘paksa’ /-ks-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Kesembilan deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesembilan deret konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa toba tidak dijumpai pada posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 2. Deret konsonan yang dimulai dengan /L/ Berdasarkan data penelitian di atas, deret konsonan yang dimulai dengan /L/ ditemui berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/, /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-ln-/, /-ls-/. Deret Konsonan /-lb-/ Pelafalan Tengah [tolbak] Arti ‘pecah’ [holbu η ] ‘lekuk’ /-lg-/ [balga] ‘besar’ /-lm-/ [jolma] ‘manusia’ /-ld-/ [daldal] ‘suram’ (wajah) /-lh-/ [dalhop] ‘tertempel, melekat’ [tolhas] ‘sampai’ [biltak] ‘pecah, retak’ [poltak] ‘terbit’ /-lt-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 [ultop] ‘sampitan’ /-lp-/ [salpu] ‘lewat, lampau’ /- lη -/ [ salη it] ‘bau, berbau sengit’ /-ls-/ [salsal] ‘terang, tampak’ [holso] ‘susah’ Kesembilan deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesepuluh deret konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa Toba tidak dijumpai pada posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 3. Deret konsonan yang dimulai dengan /m/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /m/ ditemui berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/ Contoh : Deret Konsonan /-mb-/ Kata jimbur Pelafalan [jibbur] Arti ‘terbakar’ ombun [obbun] ‘embun’ lombu [lobbu] ‘lembu’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-mp-/ /-ml-/ samban [sobban] ‘penghalang’ sambil [sabbil] ‘penjerat, perangkap’ sambok [sabbok] ‘cambuk’ lombut [lobbut] ‘pukul’ jampurut [jappurut] ‘budak, hamba’ rambas [rabbas] ‘babat’ rambon [rabbon] demban [debban] ‘kabur, remang-remang, samar-samar’ ‘napuran’ samporong [sapporo η ] ‘kaca lampu’ jomput [jopput] ‘pungut’ ompung [oppu η ] ‘nenek/nenek’ lompa [loppa] ‘masak’ lompong [loppo η ] ‘kalong’ lumlam [lumlam] ‘pikun’ Dari ketiga deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Namun di dalam pelafalan tersebut ada 2 deret konsonan yang mengalami perubahan yang disebut assimulasi regressif, sedangkan yang satu lagi tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, ketiga deret konsonan tersebut dalam bahasa Toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa Toba tidak dijumpai pada posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 4. Deret Konsonan yang dimulai dengan /n/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /n/ ditemui berjumlah 4 yaitu : /-nd-/, /-nj-/, /-ns-/, /-nt-/. Contoh : Deret Konsonan /-nd-/ /-nj-/ /-ns-/ Kata sande Pelafalan [sadde] Arti ‘sandar’ sundat [suddat] ‘batal’ bondut [boddut] ‘telan’ talindan [taliddan] ‘berbelit-belit’ andigan [addigan] ‘kapan’ sondang [sodda η ] ‘terang’ tandap [taddap] ‘nyata, tegas’ ganjang [gajja η ] ‘panjang’ lonjang [lojja η ] ‘injak’ punjung [pujju η ] ‘menyendiri, terasing’ tinjang [tijja η ] ‘berdiri’ monjab [mojjab] ‘bersembunyi’ anju [ajju] ‘bujuk’ lonsot [lossot] ‘penyet, peot’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-nt-/ ponsal [possal] ‘pecal’ unsok [ussok] ‘anak laki-laki’ runsing [russin η ] ‘senjata’ pinsang [pissa η ] ‘tegur’ bontar [bottar] ‘putih’ tintin [tittin] ‘cincin’ puntar [puttar] ‘pecah’ hunti [hutti] ‘jujung’ Keempat deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, keempat deret konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa toba tidak dijumpai pada posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 5. Deret konsonan yang dimulai dengan / η / Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /η / ditemui berjumlah 7 yaitu : /- η d-/, /- η g-/, /- η j-/, /- η k-/, /- η p-/, /- η s-/, /- η t-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Contoh : Deret Konsonan /- η d-/ Kata dangdang Pelafalan [da η da η ] Arti ‘alat memasak nasi’ /- η g-/ tanggurung [ta η guru η ] ‘punggung’ pinggol [pi η gol] ‘telinga’ tanggal [ta η gal] ‘lepas’ jongjong [jo η jo η ] ‘berdiri’ jengjeng [je η je η ] ‘bandal’ tangko [takko] ‘curi’ jungkat [jukkat] ‘jahat’ jangkit [ja η kit] ‘panjat’ bangko [ba η ko] ‘sifat’ bangke [bakke] ‘mayat’ jengkar [jekkar] ‘kekar’ nangkin [nakkin] ‘tadi’ /- η p-/ pangpang [pakpa η ] ‘lumpuh’ /- η s-/ sangsang [saksa η ] ‘cincang’ /- η t-/ tingting [tikti η ] ‘pemberitahuan’ tongtong [tokto η ] ‘setiap’ /- η j-/ /- η k-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Ketujuh deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Namun ada sebagian mengalami perubahan fonem yang disebut assimilasi regresif. 6. Deret konsonan yang dimulai dengan /p/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /p/ ditemui berjumlah 4 yaitu : /-ph-/, /-ps-/, /-pt-/, /-pr-/ Contoh : Deret Konsonan /-ph-/ Kata hophop Pelafalan [hokkop] Arti ‘bela, disayangi’ /-ps-/ sapsap [sassap] ‘habiskan’ /-pt-/ tiptip [tittip] ‘potong rata’ /-pr-/ raprap [raprap] ‘babat sampai habis’ Keempat deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba karena pelafalannya secara terpisah. Namun perlu dijelaskan deret konsonan di atas ada yang mengalami proses assimulasi yang disebut assimulasi regressif dan assimulasi resiprokal. Keempat deret konsonan tersebut masih tetap suku kata yang berbeda, kemudian tidak dijumpai pada posisi di awal dan diakhir suku kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 7. Deret konsonan yang dimulai dengan /r/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /r/ ditemui berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/, /-rj-/, /-rg-/, /-rl-/, /-rn-/, /-rp-/, /rn-/, /-rs-/, /-rd-/, /-rt-/ Contoh : Deret Konsonan /-rb-/ Kata orbuk Pelafalan [orbuk] Arti ‘abu’ borbor [borbor] ‘marga’ parbue [parbuE] ‘buah’ hurhur [hurhur] ‘parut’ hurha [hurha] ‘memanggil ayam’ hurja [hurja] ‘memanggil babi’ burju [burju] ‘baik’ derder [dErdEr] ‘encer, cair’ irdop [irdop] ‘berkedip’ arga [arga] ‘mahal’ gorga [gorga] ‘ukir’ /-rl-/ porlak [pollak] ‘kebun’ /-r η -/ borngin [bor η in] ‘malam’ ngorngor [ η or η or] ‘pelan-pelan’ sihirput [sihurput] ‘rumput putri malu’ /-rh-/ /-rj-/ /-rd-/ /-rg-/ /-rp-/ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 /-rn-/ /-rs-/ /-rt-/ porpor [porpor] ‘ngeram’ bornok [bornok] ‘lembab’ bernit [bErnit] ‘sedih, menderita’ porsea [porsEa] ‘percaya’ arsak [arsak] ‘susah, menderita’ marsik [marsik] ‘kering’ birsak [birsak] ‘percik’ kurtik [hurtik] ‘goyang’ arta [arta] ‘harta’ borhon [borhon] ‘perut’ Kesebelas deret konsonan di atas, dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesembilan deret konsonan dalam bahasa Toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Deret konsonan ini tidak ditemui pada posisi diawal dan diakhir sebagai suku kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 8. Deret konsonan yang dimulai dengan /s/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan bahasa toba yang dimulai dengan /s/ ditemui berjumlah 5 yaitu /-sb-/, /-sd-/, /-s η -/, /-t η -/, /-st-/. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Contoh : Deret Konsonan /-sb-/ Kata basbas Pelafalan [basbas] Arti ‘pukul’ /-sd-/ dosdos [dosdos] ‘sama rata’ marderesderes [mardErEsdErEs] ‘gemersik’ /-s η -/ ngosngos [ η os η os] ‘tindih menindih’ /-st-/ pastap [pastap] ‘pukul’ gusting [gusti η ] ‘gunting’ pistar [pistar] ‘pintar’ Kelima deret konsonan di atas, dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kelima deret konsonan itu terdapat pada suku kata yang berbeda. Deret konsonan ini tidak ditemui pada posisi di awal dan di akhir sebagai suku kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Purgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 9. Deret konsonan yang dimulai dengan /t/ Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai dengan /t/ ditemui berjumlah 3 yaitu : /-tm-/, /-tη -/ dan /-ts-/. Contoh : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Deret Konsonan Kata Pelafalan Arti /-tm-/ metmet [mEtmEt] ‘kecil’ /-tη -/ ngatngat [ η at η at] ‘gigit’ /-ts-/ semetsemet [sEmEtsEmEt] ‘semut kecil’ Deret konsonan ini dikatakan deret konsonan karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, deret konsonan ini terdapat pada suku kata yang berbeda. Namun, tidak dijumpai pada posisi di awal dan di akhir suku kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Purngram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Deretan Vokal dan Konsonan Dalam Satu Suku Kata Kata dalam bahasa Toba terdiri atas satu suku atau lebih. Betapapun panjangnya suatu suku kata, wujud suku kata yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah. Suku kata dalam bahasa Toba terdiri atas vokal, vokal konsonan, konsonan vokal, konsonan vokal konsonan. Contoh : a. V : a – u, a – mang, hu – a i – da, i – gung, i – num u – da, u – dan , b–u o – buku, o – ma, o – lo Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 e – ta, b. VK : c. KV : e – tong, ba – o ba – i – on, ha – u – ma, ma – i – la ang – go, ang – gi, ha – il ar – ga, um – ma ha – ol, an – da – lu sa – pu, ba – li – an sa – me, ga – le, ma – le pa – le d. KVK : bal – bal, lom – pa, mar – sak tal – tal, hor – ja, lam – bok tor – tor, lom – lom Deretan vokal dan konsonan yang membentuk suku kata atau lebih di atas dapat berterima dalam bahasa Toba. 5.2.2 Deret Vokal a. Deret vokal /-ai-/ Ada dua langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur pengukuran kata dalam bahasa Toba. Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Contoh : aili ‘celeng’ Σ | R | N a i l Σ | R | N i Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | N | a Σ | R | N | i O | l Σ | R | N | i Langkah Ketiga, hubungan kedua suku kata bahasa Toba membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | N | a Σ | R | N | i O | l Σ | R | N | i Penyukuan dari kata aili ‘celeng’ menurut langkah di atas adalah: ai-li. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 b. Deret Vokal /-au-/ Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : raus ‘ceroboh’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N r a Σ | R | N u s Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | r a Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | u s Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N | | r a Σ | R | N | u C | s Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N | | r a Σ | R | N | u C | s Penyukuan dari kata raus ‘ceroboh’ menurut langkah di atas adalah ra-us. c. Deret Vokal /-ae-/ Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : paet ‘pahit’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N p a Σ | R | N e t Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | p a Σ | R | N | e t Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N | | p a Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | e O | t Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N | | p a Σ | R | N | e O | t Penyukuan dari kata paet ‘pahit’ menurut langkah di atas adalah pa-et. d. Deret Vokal /-ua-/ Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : mual ‘air’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N m u Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N a l Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | m u Σ | R | N | a l Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ Σ | R | O N | | m u | R | N | a C | l Langkah Keempat, Lembaga kedua suku kata itu membentuk kata (Wd) Wd Σ | R | O N | | m u Σ | R | N | a C | l Penyukuan dari kata mual ‘air’ menurut langkah di atas adalah mu-al. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 5.2.3 Deret Konsonan a. Deret Konsonan /-kp-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : mapukpuk ‘letih’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | m a Σ | R | N | p u k Σ | R | N | p u k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | m a Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ Σ | | R R | | O N O N | | | | p u k p u k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N | | m a Σ | R | O N C | | | p u k Σ | R | O N C | | | p u k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd O | m Σ | R | N | a O | p Σ | R | N | u C | k O | p Σ | R | N | u C | k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah ma-puk-puk. b. Deret Konsonan /-kj-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : jokjok ‘jolok’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | j o k Σ | R | N | j o k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | j o k O | j Σ | R | N | o k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N C | | | j o k Σ | R | O N C | | | j o k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ Σ | | R R | | O N C O N C | | | | | | j o k j o k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah jok-jok. c. Deret Konsonan /-kh-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : halakhalak ‘orang-orangan’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | h a Σ | R | N | l a k Σ | R | N | h a Σ | R | N | l a k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. O | h Σ | R | N | a Σ Σ | | R R | | O N O N | | | | l a k h a Σ | R | O N | | l a k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. O | h Σ | R | N | a Σ | R | O N C O | | | | l a k h Σ | R | N | a Σ | R | O N C | | | l a k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Wd O | h Σ | R | N | a Σ | R | O N C O | | | | l a k h Σ | R | N | a Σ | R | O N C | | | l a k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah ha-lak-ha-lak. d. Deret Konsonan /-km-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : mokmok ‘gemuk’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | m o k Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | m o k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | m o k Σ | R | O N | | m o k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | m o k Σ | R | O N C | | | m o k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C O | | | | m o k m Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N C | | o k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah mok-mok. e. Deretan Konsonan /-kb-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : bakbak ‘jambak’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | b a k Σ | R | N | b a k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ Σ | | R R | | O N O N | | | | b a k b a k Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | b a k Σ | R | O N C | | | b a k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C O | | | | b a k b Σ | R | N C | | a k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah bak-bak. f. Deretan Konsonan /-kt-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : tuktuk ‘ketik’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | t u k Σ | R | N | t u k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | t u k Σ | R | O N | | t u k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N C | | | t u k Σ | R | O N C | | | t u k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ Σ | | R R | | O N C O N C | | | | | | t u k t u k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah tuk-tuk. g. Deretan Konsonan /-kp-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : pakpak ‘pukul’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | p a k Σ | R | N | p a k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ Σ | | R R | | O N O N | | | | p a k p a k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | p a k Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N C | | | p a k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C O | | | | p a k p Σ | R | N C | | a k Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah pak-pak. h. Deretan Konsonan /-kt-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : taktak ‘daki’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | t a k Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | t a k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ Σ | | R R | | O N O N | | | | t a k t a k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | t a k Σ | R | O N C | | | t a k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ Σ | | R R | | O N C O N C | | | | | | t a k t a k Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah tak-tak. i. Deretan Konsonan /-lb-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : holbung Langkah Pertama, karena inti suku kata merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiaptiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | h o l b Σ | R | N | u η Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | h o l Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N | | b u η Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | h o l Σ | R | O N C | | | b u η Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C O | | | | h o l b Σ | R | N C | | u η Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah hol-bun. j. Deret Konsonan /-lg-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : balga ‘besar’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | b a l Σ | R | N | g a Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | b a l Σ | R | O N | | g a Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 O | b Σ | R | N C | a l Σ | R | O N | | g a Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd O | b Σ | R | N C | a l Σ | R | O N | | g a Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah bal-ga. k. Deret Konsonan /- lη -/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : salngit ‘bau’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 s Σ | R | N | a l Σ | R | N | η i t Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | s a l Σ | R | O N | | η i t Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | s a l Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N C | | | η i t Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ Σ | | R R | | O N C O N C | | | | | | s a l η i t Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah sal-ngit. l. Deret Konsonan /- ηg -/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : tanggurung ‘punggung’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | t a η g Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | u r Σ | R | N | u η Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | t a η Σ | R | O N | | g u Σ | R | O N | | r u η Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | t a η Σ | R | O N | | g u Σ | R | O N C | | | r u η Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C | | | t a η Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N | | g u Σ | R | O N C | | | r u η Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah tang-gu-rung. m. Deret Konsonan / -r η -/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : ngorngor ‘pelan-pelan’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | η o r Σ | R | N | η o r Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. O η Σ | R | N o r Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 O η Σ | R | N o r Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | η o r Σ | R | O N C | | | η o r Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C | | | η o r Σ | R | O N C | | | η o r Penyukuan dari kata ngorngor ‘pelan-pelan’ menurut langkah di atas adalah ngorngor. n. Deret Konsonan /-rs-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : marsik ‘kering’ Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | m a r Σ | R | N | s i k Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. O | m Σ | R | N O | | a r s Σ | R | N | i k Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | O N C | | | m a r Σ | R | O N C | | | s i k Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C | | | m a r Σ | R | O N C | | | s i k Penyukuan dari kata marsik ‘kering’ menurut langkah di atas adalah mar-sik. o. Deret Konsonan /-rt-/ Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : arta ‘kata’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | a r Σ | R | N | t a Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ | R | O N | | a r O | t Σ | R | N | a Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | N C | | a r O | t Σ | R | N | a Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd) Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Wd Σ | R | N C | | a r O | t Σ | R | N | a Penyukuan dari kata arta ‘kata’ menurut langkah di atas adalah ar-ta. p. Deret Konsonan /-tm-/ Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata dalam bahasa Toba. Contoh : metmet ‘kecil’ Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya. Σ | R | N | m e t m Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Σ | R | N | e t Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya. Σ Σ | | R R | | ON ON | | | | m e t me t Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut suku kata tertutup. Σ | R | O N C | | | m e t Σ | R | O N C | | | m e t Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd). Wd Σ | R | O N C | | | m e t Σ | R | O N C | | | m e t Penyukuan dari kata metmet ‘kecil’ menurut langkah di atas adalah met-met. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah data dianalisis, penulis memberikan kesimpulan berdasarkan deret vokal, deret konsonan dan suku kata. a. Deret Vokal dalam Bahasa Toba ada 21 yaitu : /ai/, /au/, /ae/, /ao/, /ia/, /iu/, /io/, /ua/, /ui/, /ue/, /ea/, /eu/, /eo/, /oa/, /oi/, /ou/, /uo/, /aoa/, /uae/, /aio/, dan /auo/. Deret vokal yang berada di awal, tengah, dan di akhir yaitu : /ai/, /au/, /ae/, /ia/, /ua/, /ea/, /oi/. Deret Vokal yang berada di tengah dan di akhir yaitu /ao/, /iu/, /io/, /ue/, /eu/, /eo/, /oa/, /io/, /aoa/. Deret vokal yang berada di tengah dan di akhir yaitu : /ao/, /iu/, /io/, /ue/, /eu/, /eo/, /oa/, /aoa/ Deret vokal yang hanya berada di akhir yaitu : /ou/, /uo/ Keduapuluh satu deret vokal di atas mempunyai jenis kata verba, nomina, adjektiva, pronomina, dan adverbia. b. Deret Konsonan dalam bahasa Toba ada 50 (lima puluh) yaitu : /-kp-/, /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/, /-kt-/, /-kl-/, /-ks-/, /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/, /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/, /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/, /-nd-/, /- η j-/, /-ns-/, /-nt-/, /- η g-/, /- η t-/, /- η k-/, /- η j-/, /- η s-/, /- η p-/, /-pr-/, /-pt-/, /-ph-/, /-ps-/, /-rb-/, /-rl-/, /- rt-/, /-rh-/, /-rs-/, /-rj-/, /-rp-/, /-rg-/, /-rn-/, /-sp-/, /-sb-/, /-sn-/, /-st-/, /-sd-/, /-tm-/, /-t η -/, /-ts-/. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Dari keempat puluh sembilan deret konsonan di atas dapat dibagi atas, yaitu : Pertama, deret konsonan yang dimulai dengan /k/ berjumlah 9 yaitu : /-kp-/, /-kj-/, /kd-/, /-kh-/, /-kt-/, /-kl-/, /- ks-/, /-km-/, /-kb-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah nomina, adjektiva, verba. Kedua, deret konsonan yang dimulai dengan /l/ berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/ /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah nomina, adjektiva, nomina. Ketiga, deret konsonan yang dimulai dengan /m/ berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba. Keempat, deret konsonan yang dimulai dengan /n/ berjumlah 3 yaitu : /-nd-/, /-nj-/, /-ns-/, /-nt-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba. Kelima, deret konsonan yang dimulai dengan / η / berjumlah 7 yaitu : /- η d-/, /- η g-/, /- η j-/, /- η k-/, /- η p-/, /- η s-/, /- η t-/, Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah nomina, verba, adjektiva. Keenam, deret konsonan yang dimulai dengan /p/ berjumlah 4 yaitu : /-ph-/, /-ps-/, /-pt-/, /-pr-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah verba, adjektiva. Ketujuh , deret konsonan yang dimulai dengan /r/ berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/, /-rj-/, /-rd-/, /-rg-/, /-rl-/, /-r η -/, /-rp-/, /-rn-/, /-rs-/, /-rt-/. Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba. Kedelapan, deret konsonan yang dimulai dengan /s/ berjumlah 5 yaitu : /-sb-/, /-sd-/, /-s η -/, /-t η -/, /-ts-/, Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah verba, adjektiva, nomina, konjungsi dan numeral. Kesembilan, deret konsonan yang dimulai dengan /t/ berjumlah 1 yaitu : /-tm-/ Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret konsonan tersebut adalah adjektiva. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 c. Suku Kata Suku kata dalam bahasa Toba terdiri atas : 1. Vokal (V) 2. Vokal Konsonan (VK) 3. Konsonan Vokal (KV) 4. Konsonan Vokal Konsonan (KVK) d. Dalam bahasa Toba tidak ada ditemui gugus vokal dan gugus konsonan seperti : gugus vokal B. Indonesia gugus konsonan B. Indonesia : gulai, satai : spanduk, gram e. Dalam bahasa Toba tidak ditemui adanya diftong. f. Dalam bahasa Toba hanya ditemui cluster seperti /nd/ ndang ‘tidak’ dikatakan tidak produktif. g. Perlambangan fonem dalam telaah ini tidak sepenuhnya menerapkan perlambangan International Phonetic Alphabet (IPA). Lambang IPA ini hanya dipakai dalam bahasa Inggris seperti segmen consonants dan segmen vowels. Transkripsi fonetis mempunyai tujuan untuk mencatat setepat mungkin semua ciri ucapan atau seperangkat ucapan yang dapat didengar dan dikenal oleh penulis di dalam arus ujar. Contoh : [mardEka]. Transkripsi fonemis cara penulisan fonem-fonem segmen. Contoh : /mardeka/. Sistem fonem segmental tidak menyertakan golotal hambat tansuara /?/ di dalamnya. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 6.2 Saran Dengan penelitian yang lebih mendalam terhadap fonotaktik bahasa Toba perlu diadakan : 1. Pembinaan fonotaktik bahasa Toba sebagai bahasa nusantara di Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Pengajaran bahasa Toba dalam bidang aksara sebagai salah satu bidang studi wajib di daerah tingkat II Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Utara. 3. Pengajaran mengenai aksara pada tingkat sekolah dan sampai ke tingkat perguruan tinggi di Sumatera Utara. 4. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dalam penyusunan buku pelajaran dalam bahasa Toba sebagai muatan lokal pada tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 DAFTAR PUSTAKA Adi S. Susilo. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jurnal Perpustakaan USU. Arka I Wayun. 2009. Masalah Relasi Gramatikal Bahasa Rongga : Sebuah Kajian Awal Jurnal. Perpustakaan USU. Arifin, Zainal dan H.M. Junaiyah. 2007. Morfologi. PT. Grafindo. Alwi, Hasan. Soejono, D.; Hans, L, dan Anton, M.M. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (edisi ketiga), Jakarta : Balai Pustaka. Aminoedin, Ny.A.: Soejiatno.; H.S. Razaq.; L.L. Marsoedi, dan Taryono. 1984. Fonologi Bahasa Indonesia : Sebuah Studi Deskriptif. Jakarta : Pusat Pembangunan dan Pengembangan Bahasa. Buchman, C.D. 1963. A Programmed Introduction to Linguistics : Phonetics and Phonemics. Boston : DC. Health and Company. Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karya Agung. Surabaya. Chaiyanara Paitoon M, 2002. Pengenalan Teori Fonologi. Dee Zed Consult. Singapore. _____________, 2001. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Wespac Consult Centre, Singapura. _____________, 2007. Kepelbagaian Teori Fonologi. Dee Zed Consult Singapore. _____________, 2007. Dinamika Fonotaktik Bahasa Melayu : Transfonologisasi Dalaman dan Luaran. Jurnal Utama, Jilid 1. Chaer Abdul. 1994. Linguistik Umum. PT Rineka Cipta. Jakarta. Fenigen, E. and Nico, B. 1989. Language: Its Structure and Use. San Diego : Harcourt Brace Jovanovich. Fromkin, V. and Roadman, R. 1993. An Introduction to Language. (edisi 5) New York: Holt, Rinehard & Winston. Fudge, E.C. 1973. Phonology. (Selected Readings). Baltimore: Penguin Books. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Gimson, A.C. and Ramsaran, S.M. 1982. An English Pronunciation Companion to the Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London : Oxford University. Hammarstrom, G. 1976. Linguistic Units and Items. New York: Springer Verlag. Hartmann. R.R.K. and F.C. Stork. 1972. Dictionary of Language and Linguistics. Great Britain: Applied Science Publisher, Ltd. Hawkins, P. 1984. Introducting Phonology. Great Britain: Hutchinson & Co, Ltd. Hasibuan Anthony Saidi. 1979. Deskripsi Bahasa Batak Toba. Fakultas Sastra USU. Medan. Hasibuan Namsyah Hot, 2002. Pola Fonotaktis Komponen Fonemis Gugus Konsonan Awal Suku Kata Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya. _____________, 2009. Problematika Fonotaktik Dalam Bahasa Indonesia. Jurnal. Perpustakaan USU. Hyman, L.M. 1975. Phonology : Theory and Practice. New York : Holt, Rinehart and Winston. Jones, D. 1950. An Outline of English Phonetics. Cambridge : W. Heffe and Sons, Ltd. Keraf Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Nusa Indah. Ende - Flores. Katamba, F. 1989. An Introduction to Phonology. New York: Longman, Inc. Kenstowicz, M. 1994. Phonology Massachusetts Blackwell. in Generative Grammar. Cambridge: Kosmos Jeladu. 2009. Perilaku Penyangka Kambang Dalam Bahasa Rongga. Jurnal Perpustakaan USU. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta. ___________, 1984-1985. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia. Lass, R. 1984. Phonology: An Introduction to Basic Concepts. Cambridge: Cambridge University Press. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Lengkey Maxi C. M. 2009. Morfofonemik Bahasa Sangir. Jurnal. Perpustakaan USU. Mees, C.A. 1954. Ilmu Perbandingan Bahasa-bahasa Austronesia. Kuala Lumpur: University of Malay Press. Moeliono, A.M. dan Soenjono D. (Penyunting). 1988. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Nawawi. 1987. Metode Dasar Dalam Penelitian Sastra. Universitas Indonesia. Jakarta. Nawawi, Hadari. 1967. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. O’Grady, William; Micael Dobrovolsky, and Mark Aronoff. 1989. Contemporary Linguistics : An Introduction. New York : St. Martini’s Press. Pike, K.L. 1947. Phonemics : A Technique for Reducing Language to Writing, Ann Arbor; The University of Michigan Press. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Batak Toba. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Rawamangun. Jakarta Timur. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. PN Balai Pustaka. Jakarta. Pulgram, E. 1970. Syllabe, Words, Nexus, Cursus. The Netherlands: Mouton & Co. Pastika, Wayan I. 1994. Proses Fonologis Melampaui Batas Leksikon : Jurnal Ilmiah Linguistika Program Studi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana. ______________. 2004. Deskripsi Bunyi Bahasa dan Perubahannya: Model Tagmemik, Generatif dan Sinfonologi. Jurnal Ilmiah Linguistika Program Studi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana. ______________. 2004. Sinfologi : Interaksi Sintaksi dan Fonologi. Jurnal Ilmiah Linguistika Program Studi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Ridwan, H.T.A. 1996. Dasar-dasar Lingustika. Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Harapan. Medan. Ramlan, M. 1987. Morfologi. C.V. Karyono. Yogyakarta. Ruhut Parsaoran di Habatahon. 1994. Universitas HKBP Nommensen Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Medan. Rastika I Wayan. 2008. Proses Fonologis Dapat Dipicu Struktur Sintaksis : Fenomena Lintas Bahasa. Jurnal Ilmiah. Samsuri. 1987. Analisa Bahasa. Erlangga. Sibarani, Robert. 1997. Leksikografi. USU Press. Medan. Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak. Balai Pustaka. Jakarta. Spencer, A. 1996. Phonology: Theory and Description. Cambridge: Blackwell. Suprapto. 1993. Himpunan Istilah Ilmu Bahasa. Surabaya: Penerbit Indah. Suparsa I Nyoman. 2009. Fonologi Bahasa Rongga : Sebuah Kajian Transformasi Generatif Jurnal. Perpustakaan USU. Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta : Jambatan. Sudaryanto. 1988. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Verma, S.K. and N. Krishnaswamy. 1996. Modern Linguistics. New Delhi : Rekha Printers Ltd. Warneck. J. 2001. Kamus Batak Toba Indonesia. Bina Media. Medan. Wolfram, W. and Johnson., R. 1982. Phonological Analysis: Focus on American English. Washington, DC: Centerfor Applied Linguistics. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Lampiran 1 I. INDUK HURUF BAHASA BATAK TOBA 1. Aksara Batak Toba disebut bersifat silabis, artinya satu tanda menggambarkan satu suku kata atau silaba. Tanda yang silabis itu disebut “induk huruf”, jumlahnya 19, dan pada umumnya berbunyi /a/, kecuali induk huruf /i/ dan /u/. Huruf kapital tidak dibedakan dengan huruf kecil. Pada mulanya, kata-kata ditulis tanpa jarak. Kini jarak itu dipergunakan agar setiap kata dapat dibaca dengan tepat dan jelas. Induk huruf yang 19 itu adalah : a ha na ra ta ma nga la pa ga ja sa da ba wa nya ya i u Tiga di antara induk huruf itu hampir tidak pernah dipakai, kecuali untuk menuliskan kata-kata pinjaman, dan atau bunyi pelancar : /nya/, /ya/ dan /wa/. Induk huruf /ka/ tidak ada, dan sebagai penggantinya dipakai induk huruf /ha/. 2. Kata yang terdiri dari 2 suku kata atau lebih dan berbunyi /a/ cukup ditulis dengan induk hurufnya saja, misalnya : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 mata - abara - Contoh lain : lapa - mangalapa - taba - manaba - mangalapa - 3. Induk huruf /a/ sebagaimana contoh di atas dipakai apabila induk huruf itu berkedudukan sebagai satu suku kata : aha - amana - abara - alana - baba - 4. Induk huruf /i/ dipakai bila induk huruf itu berkedudukan sebagai satu suku kata atau sebagai satu kata yang berdiri sendiri : ina-ina - ibana - idama - dai - alai - Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 5. Induk huruf /u/ dipakai apabila induk huruf itu berkedudukan sebagai satu suku kata : usa - bau - ugama - hauma - ula-ula - uta-uta - ulu - Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai tanda baca seperti dalam bahasa Indonesia : (1) tanda hubung ( ), dipergunakan untuk menghubungkan suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris; (2) tanda penutup bab atau bagian cerita (fragmen) yang berdiri sendiri; Untuk penyesuaian diri dengan bahasa Indonesia, diusulkan agar semua tanda baca yang ada dalam EYD dipergunakan seluruhnya. Latihan membaca : A. 1. 8. 2. 9. 3. 10. 4. 11. 5. 12. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 6. 13. 7. 14. 15. 16. 17. 18. B.1. Latihan menulis 1. Ulama ma hauma i jala parata. 2. Basana i ina-ina na uli i. 3. Ida ma! sala hatana. 4. Mangalapa gaja sada baoa (bawa). 5. Tabama hau na rata i' 6. Aha na masa? Maila ibana taida. 7. Rata matana. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 8. hahana maila. 9. taraga ma asa ta jama. 10. Ida-ida ibana, ulama. 11. Bapana raja. 12. Paimama ibana. II. ANAK HURUF Telah dibicarakan bahwa induk huruf itu pada umumnya berbunyi /a/ kecuali induk huruf /i/ dan /u/. Untuk mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /i/, /u/, /e/, /o/, atau untuk menambahkan bunyi /ng/ pada induk huruf, dan atau mematikannya (mengubah induk huruf menjadi konsonan), dipergunakanlah tandatanda khusus yang disebut anak huruf : a. haluaan/haluain (….o), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /i/, misalnya : lada lidi b. haboruan/haborotan (……>), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /u/ misalnya : hata hutu c. hatadingan (….), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /e/, misalnya : mata mate Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 d. sikora/siala (……x), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /o/, misalnya : jala jalo e. paminggil/hamisaran (……._), menambah bunyi /ng/ pada induk huruf, misalnya : gara garang f. pangolat (……’), mematikan bunyi /a/ pada induk huruf sehingga menjadi konsonan, misalnya : sahata sahat Jumlah anak huruf dalam aksara bahasa Batak Toba adalah enam (6). Pada bahasa Batak Toba tidak dijumpai bunyi pengunci /h/, dan karena itu tulisan tidak akan dibaca anah tetapi ‘anak’ dan sebaliknya tulisan tidak dibaca kamu tetapi ‘hamu’, karena dalam bahasa Batak Toba tidak ada bunyi /ka/ pada awal kata. Di bawah ini akan dijelaskan tentang pemakaian istilah anak huruf. a. HALUAAN/HALUAIN Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /i/ disebut haluaan atau haluain. Bentuknya seperti ‘o’, dan letaknya dibelakang induk huruf. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Kalau anak huruf iyu diletakkan di belakang induk huruf /ma/, atau /pa/ maka bunyinya akan berubah menjadi /mi/ atau /pi/. Contoh : bata hita baba babi napa nipi bara bara rara rari sala sali taha tahi taba tabi nganga ngingi gara gira Latihan membaca : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Latihan menulis : 1. Uli nipina. Diida ibana amana na basa i. 2. Si Tahi manaha lima hau ni hahana. 3. Maila ibana diida si Ida. 4. Aba ditahi nasida ? 5. Lima lili ni si Siti. b. HABORUAN/HABOROTAN Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /u/ disebut haboruon atau haborotan. Bentuknya seperti lambang matematika yang menyatakan ‘lebih besar’ ( ), dan letaknya dibelakang induk huruf. Tanda itu diletakkan pada induk huruf dengan cara sebagai berikut : a. Pada induk huruf yang sudah mempunyai garis ke arah kanan, cukup dengan menambahkan garis miring ke kiri dari kaki garis induk huruf itu, misalnya : nga ngu ngungu ja ju juju ta tu tutu da du dudu ma mu mumu la lu lulu b. Pada induk huruf yang sudah mempunyai garis ke kiri, cukup dengan menambahkan garis miring ke kanan dari kaki garis induk huruf itu, misalnya : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 ga gu gugu ra ru ruru c. Pada induk huruf yang bersiku atau membentuk garis agak lengkung disebelah kanan termasuk induk huruf /sa/, ditambahkan tanda anak huruf itu pada induk huruf yang bersangkutan, misalnya : ba bu bubu na nu nunu ba hu huhu sa su susu d. Pada induk huruf /pa/, tanda anak huruf itu ditempatkan di bawah tengah induk huruf dengan terbalik, misalnya : pa pu Latihan membaca : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 pupu Latihan menulis : 1. Uli! Sapu ma jahumuna i. 2. Dibunu ibana ina-ina na ngungu i. 3. Nunga maridi guru i? Huida hamu manaba hau na di hau ma i. 4. Tudu hamuma, asa hutuju tusi. 5. Pasu-pasu ni ama na basa i ma di hamu tutu. 6. Tubu ma hariara di hutanami, alai ditaba ama ni Pasa. 7. Api i ma sulu-sulumuna tu hutamuna. 8. Muba-uba hata ni si Tua tu hahana i. 9. Tu dia hami mangula haumamuna i. 10. Piga ma Guru na lulu di hami. c. HATADINGAN Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /e/ disebut hatadingan. Bentuknya berupa garis pendek yang diletakkan di atas induk huruf sebelah kiri (….), misalnya : gale hehe beta rere gabe bege mate debata hea jea Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai induk huruf /e/. Untuk menuliskan bunyi /e/ sebagai satu suku kata seperti pada kata ‘eme’. Atau ‘lae’, harus dipergunakan induk huruf /a/ dengan menambahkan anak surat hatadingan disebelah kiri atas; misalnya eme jae sae lae eda dae eba-eba hae-hae Latihan menulis : 1. Lilu do si olo di Kota na rame i. 2. Molo olo ho mangoloi tona ni ama jala hura dao, ma mora ma ho. 3. Mate sada hoda di huta ni si Pona. Hoda ni ise do i? 4. Di jalo ibana do gugunami tu negara. 5. Na uli situtu do tao Toba i! Olo do hamu laho tu si? d. SIKORA/SIALA Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /o/ disebut sikora/siala. Bentuknya berupa tanda kali (x) yang diletakkan di sebelah kanan induk huruf (….x), misalnya : Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 jalo jolo poda hodo lola lolo roa roro Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai induk huruf /o/. Untuk menuliskan bunyi /o/ sebagai satu suku kata seperti ‘olo’, harus dipergunakan induk huruf /a/ dengan menambahkan anak huruf /x/ disebelah kanan. Latihan membaca : Latihan menulis : 1. jolo laho ma jolo ibana tu jolo. 2. Molo so olo mamora ba tu hona ma. 3. Rara si tutu do bunga i. 4. Pota-bota ni sada. 5. Dodo ma olo do bo? Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 e. PAMINGGIL/HAMISARAN 1. Anak huruf yang menambahkan bunyi /ng/ pada induk huruf disebut hamisaran atau peminggil. Bentuknya berupa garis pendek (sama dengan hatadingan) dan letaknya pada sebelah kanan atau induk huruf (….), misalnya : ang amang bang habang tang botang nang monang lang bolang longang angkang anggi manggang 2. Induk huruf yang sudah diberi bunyi /o/ mendapat tambahan hamisaran maka bunyinya berubah menjadi /ong/, misalnya : honong longgong tongtong jongjong ngongong dodong rongrong bongbong longlong nongnong Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3. Kalau bunyi /o/ berdiri sendiri sebagai satu suku kata diberi tambahan hamisaran maka ditulis : ong ongkang meong keong reong ngeong 4. Demikian juga induk huruf yang berbunyi /e/, /u/, /i/ dapat diberi tambahan hamisaran, misalnya : hepeng dengdeng bereng pengpeng goreng lereng bulung godung tutung dungdung surung patung tingting huting joring abing tataring minggu 5. Sama halnya dengan bunyi /o/ yang berdiri sendiri sebagai satu suku kata, bunyi /e/ pun dapat diberi tambahan hamisaran, misalnya : engge naeng dieng enggang Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 6. Berlainan halnya dengan induk huruf yang lain, induk huruf /i/, dan /u/ tidak dapat diberi tambahan hamisaran. Kalau bunyi tersebut sebagai satu suku kata diberi tambahan hamisaran maka dipakailah induk huruf /a/ dengan anak huruf baluaan dan atau hahoruan, misalnya : ingkau inggu gaing haing saing paing ungga unggi paung raung langgiung haliung Latihan membaca : Latihan menulis : 1. Hulubalang hotang digalapang. Madahu ma huting tu tataring. 2. Tongang roha mamereng losung hahang najolo. 3. Ingkon laho angkang mangusung si Langgiung tu godung. 4. Tading ma ho anggia di tonga ni huta, ai laho ma ahu tu Kota. 5. Engge ma hulung na gaung-gaung i asa unang matutung. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 f. PANGOLAT 1. Anak huruf yang mematikan bunyi /a/ pada induk huruf disebut pegolat. Bentuknya berupa garis miring (……) dan diletakkan di sebelah kanan induk huruf; misalnya : ama am hara har jama jam pata pat rapa rap lama lam data dat 2. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi /u/ diberi tanda pangolat maka bunyi /a/ menjadi bilang dan digantikan oleh bunyi /u/ dari suku kedua, misalnya : sapi sip pari pir ami im tapi tip bari bir Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 3. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi /u/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan oleh bunyi /u/ dari suku kedua misalnya : basu bus jatu jut taku tuk pasu pus 4. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi /e/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan oleh bunyi /e/ dari suku kedua misalnya : tape tep bare ber lame lem sate set 5. Kata yang terdiri dari 2 suku kata, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi /o/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan oleh bunyi /o/ dari suku kata kedua, misalnya : garo gos haso hos bano bon tako tok lapo lop Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009 Latihan menulis : 1. Mangallang ubat na arga do si Rainol. Tok uluna nabodari. 2. Manuk ni si Langge hotek-hotek laho marpira. 3. Tiptip sanggar i jolo, asa hubahen huru-huruan ni anduhur. 4. Marmahan si Jakob di ladang huhut marmeam-meam dohot si Mallatang. 5. Na malo do ompungku manortor dohot manerser. 6. Manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhula-hula. 7. Sititok ma siompa golang-golang pangarahutna, otik pe na hupatupa hami i sai tu godangna ma pinasuna. 8. Mardangka salohot, marnata naunsolhot. Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009