tugas mata kuliah

advertisement
FONOTAKTIK BAHASA TOBA
TESIS
Oleh
JAMORLAN SIAHAAN
077009010/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
FONOTAKTIK BAHASA TOBA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JAMORLAN SIAHAAN
077009010/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
: FONOTAKTIK BAHASA TOBA
: Jamorlan Siahaan
: 077009010
: Linguistik
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.)
Ketua
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.)
Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)
Tanggal lulus : 10 September 2009
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Telah diuji pada
Tanggal 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
Anggota
: 1. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
2. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.
3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
ABSTRAK
Tesis ini mengkaji deret vokal, deret konsonan dan suku kata yang ada dalam
data bahasa Batak Toba. Tujuannya untuk menetapkan struktur fonotaktik dalam
bahasa Batak Toba. Latar belakang kajian ini ada dua, yaitu: yang pertama,
mempelajari bunyi bahasa dengan cara meniru ucapan dari seseorang yang
mempergunakan bahasanya. Yang kedua, mempelajari bunyi-bunyi bahasa
berpedoman pada lambang-lambang bunyi, serta bagaimana organ-organ bicara dapat
menghasilkan bunyi dengan sempurna, serta menganalisis bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh organ-organ bicara tersebut. Cara ini dapat membuat pelajar dan
pengajar bahasa menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan baik dan benar sesuai
dengan bunyi yang sebenarnya, serta dapat menggambarkan bunyi-bunyi itu dengan
media tulisan.
Temuan dalam penelitian ini hanya terdapat pada deret vokal, deret konsonan
dan suku kata, sedangkan pada gugus vokal/diftong dan gugus konsonan/cluster tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
Kata kunci : Deret vokal, deret konsonan, suku kata dan fonotaktik.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
ABSTRACT
This thesis discusses vocal and consonant sequences and syllables of Batak
Toba language. It aims at determining fonotactic structure of Batak Toba language.
This study covers two scopes, firstly, to learn sound of language by imitating
somebody’s utterances using a language, and secondly to study language sound
based on sound symbols and how such organs of speech produce a perfect sound,
along with an analysis of sounds from language utterances. This study will contribute
guidance for learners and teachers of how to produce a perfect pronunciation of
Batak language and portray the sounds through written media.
The study finds ranges of vocal and consonant sequences and syllables,
whereas in semivowel or cluster, such forms are not found.
Key words : Vocal sequences consonant sequances, syllable and phonotactic.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang telah memberikan kemudahan dan kemurahan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Tesis ini berjudul “Fonotaktik Bahasa Toba” yang mengkaji deret vokal, yang
penulisannya terdapat di awal, di tengah, dan di akhir kata. Deret konsonan hanya
berada pada posisi di tengah kata, sedangkan suku kata mendeskripsikan bentukbentuk kata berdasarkan aksara Batak. Juga menetapkan struktur fonotaktik
berdasarkan suku kata.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
tentang pemakaian bahasa daerah dan sekaligus sebagai bahan penulisan buku
pelajaran bagi tingkat sekolah dasar sampai dengan ke tingkat perguruan tinggi.
Penulis tetap berupaya melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah serta budaya
daerah supaya terhindar dari kepunahannya.
Akhirnya, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan hasil penelitian.
Medan, September 2009
Penulis,
Jamorlan Siahaan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas izin dan berkat yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Rektor USU, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H.Sp.A(K), yang telah
memberi kesempatan dan bantuan biaya pendidikan selama saya mengikuti
Pendidikan Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.
yang telah memberi perhatian dan dukungan selama saya mengikuti Pendidikan
S-2 pada Sekolah Pascasarjana USU.
3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Ketua Program Studi Linguistik
dan Sekretaris Program Studi Linguistik Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum. yang
telah memberi perhatian dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan
hingga selesai pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
4. Pembimbing saya, Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., Ibu Prof. T. Silvana
Sinar, M.A, Ph.D. yang telah banyak memberi peluang, waktu, perhatian,
bimbingan dan bantuan selama penulisan dan penyelesaian tesis ini.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
5. Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. dan Bapak Dr. Eddy Setia, M.Ed.
TESP. sebagai penguji tesis saya, atas bantuan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Para Dosen saya yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang membekali ilmu pengetahuan
dan membuka cakrawala berpikir ilmiah. Semoga jasa baik beliau semua dalam
mendidik dibalas Tuhan yang Maha Esa.
7. Khusus kepada Istriku tercinta
Enny Ertha br. Simanungkalik, B.A. serta
anakku: Jeremia Gilbertho Siahaan. Bapak ucapkan terima kasih atas
pengorbanan, dorongan, kesabaran dan kesetiaan yang diberikan sehingga studi
Bapak dapat terselesaikan.
8. Bapak saya K. Siahaan dan Ibu saya K. br. Silitonga yang banyak memberi
dorongan dan doa sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dengan baik. Semoga
bapak dan ibu diberi Tuhan kesehatan dan panjang umur dan tidak kekurangan
sesuatu apapun.
9. Kepada semua teman-teman saya angkatan 2007 khususnya Ramlan Damanik,
Elisten Parulian Sigiro,Amhar Kudadiri, Roswani Siregar, Rudi Sofyan, dan
Rahmad.
10. Kepada ipar saya papi Gorga Christian Desmon, inang bao mami Gorga
Christian Desmon dan ipar saya papi Nuel dan inang bao mami Nuel serta ipar
saya papi Nere. Dan adik saya Eva dan Napitipulu yang selalu setia membantu
saya selama studi hingga selesai ujian meja hijau.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan budi
baik yang telah diberikan kepada saya Tuhan selalu memberkati segala aktivitas
dan diberikan kesehatan yang lebih sempurna. Amin
Medan, September 2009
Penulis
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Jamorlan Siahaan
NIM
: 077009010
Program Studi
: Linguistik
Tempat/Tgl. Lahir
: Simalungun / 17 Juli 1959
Alamat
: Jl. Sei Kapuas 86 Medan
Pendidikan
: - SD Negeri Tigabata Tahun 1972
- SMP Negeri Tigabata Tahun 1975
- SMA Adven P. Siantar Tahun 1979
- Sarjana Sastra Dep. Sastra Daerah Fak. Sastra USU Tahun
1984
Pekerjaan
: Dari Tahun 1988-Sekarang Staf Pengajar Dep. Sastra
Daerah Fakultas Sastra USU Medan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...........................................................................................................
i
ABSTRACT ...........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................
vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ...........................
xiv
PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................
5
SEJARAH BATAK TOBA, LETAK GEOGRAFIS, RUMPUN
BAHASA BATAK DAN SUKU KATA ..........................................
6
2.1 Sejarah Singkat Batak .................................................................
6
2.2 Letak Geografis ...........................................................................
6
2.3 Rumpun Bahasa Batak Toba .......................................................
8
2.4 Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir ....................
10
2.5 Suku Kata ....................................................................................
10
BAB I
BAB II
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB III
BAB IV
BAB V
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
14
3.1 Kajian Pustaka ..............................................................................
14
3.2 Landasan Teori .............................................................................
21
3.3 Deret Vokal ..................................................................................
26
3.4 Deret Konsonan ............................................................................
27
3.5 Penyukuan (Syllabification) .........................................................
27
3.6 Asimilasi ......................................................................................
29
3.7 Konsep .........................................................................................
31
3.7.1 Konsep Teori .......................................................................
31
3.7.1.1 Fonologi .................................................................
31
3.7.1.2 Fonotaktik ..............................................................
31
3.7.2 Konsep Operasional ............................................................
31
METODOLOGI ...............................................................................
32
4.1 Metode Penelitian .......................................................................
32
4.2 Data dan Sumber Data ................................................................
32
4.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
33
4.4 Teknik Analisis Data....................................................................
34
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
39
5.1 Hasil Penelitian ...........................................................................
39
5.1.1 Data Deret Vokal .................................................................
39
5.1.2 Data Deret Konsonan .........................................................
42
5.2 Pembahasan ..................................................................................
60
5.2.1 Deret Vokal dan Konsonan Dalam Satu Suku Kata ............
60
5.2.2 Deret Vokal .........................................................................
61
5.2.3 Deret Konsonan ...................................................................
68
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
96
6.1 Kesimpulan ..................................................................................
96
6.2 Saran ............................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
101
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
1.
Lambang-lambang Vokal...........................................................................
19
2.
Lambang-lambang Konsonan...................................................................
20
3.
Deret Vokal Dalam Bahasa Toba ..............................................................
39
4.
Distribusi Deret Vokal...............................................................................
41
5.
Distribusi Deret Konsonan ........................................................................
48
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
DAFTAR GAMBAR
No
1.
Judul
Halaman
Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir ................................
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
10
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
Judul
Halaman
Induk Huruf Bahasa Batak Toba ..............................................................
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
105
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
1. Arti Lambang
(
)
: Atau
/
/
: Fonemis (penulisan)
[
]
: Fonetis (pengucapan)
Æ
: Menjadi
*
: Bentuk yang tidak lazim dipakai
2. Arti Singkatan
BT
: Bahasa Toba
C
: Coda
Σ
: Sigma
IPA
: International Phonetic Alphabet
K
: Koda
K
: Konsonan
N
: Nukleus
N
: Nucleus
O
: Onset
R
: Rhyme
Wd
: Word
V
: Vokal
3. Arti Istilah
Diftong
: 2 bunyi vokal berurutan
Fonemis
: Penulisan
Fonetis
: Pelafalan / pengucapan
Kluster
: 2 bunyi vokal berderet dalam satu kata
Koda/coda : Konsonan di akhir suku kata
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Monoftong
: Satu bunyi tunggal
Nukleus (nucleus) : Bunyi vokal sama dengan puncak
Onset
: Konsonan di awal suku kata
Puncak
: Sama dengan nukleus
Rhyme
: Bunyi vokal
Sigma
: Suku kata
Tumpu
: Sama dengan onset
Triftong
: 3 bunyi vokal berderet dalam satu suku kata
Word
: Kata
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki dua macam fasilitas untuk berbahasa, yaitu fasilitas fisik
organ-organ ujaran (lidah, mulut, bibir, gigi, hidung, dan sebagainya) dan fasilitas
nonfisik, yaitu roh, akal, pikiran, dan rasa yang berfungsi mengolah segala bahan
masukan dari alam sekitar. Dalam pikiran terjadi proses pengonsepan segala masukan
tadi, yang kemudian dilahirkan dalam bentuk ujaran atau tulisan, baik dalam kualitas
maupun kuantitas. Ujaran dan tulisan adalah cerminan penalaran dari penutur,
sedangkan bobot ujaran tulisan adalah realisasi bobot penalarannya.
Pengalaman yang paling universal yang dimiliki oleh semua manusia adalah
berbahasa. Bunyi bahasa tidak cocok diucapkan oleh seorang pemakai bahasa, yang
mengakibatkan bunyi itu tidak cocok dengan bunyi yang sebenarnya. Agar tercipta
penggunaan bahasa yang lebih baik dan lebih tepat, pemakai bahasa perlu
mempelajari bahasa itu lebih terperinci. Kesalahan berbahasa tidak hanya terjadi
dalam lafal, tetapi juga sistem penulisan. Seperti telah diketahui, kebanyakan sistem
penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia secara
sempurna ketika berbicara, bagaimanapun sempurna dan modernnya media tulisan
bisa berbicara pada diri sendiri. Sistem tulisan berfungsi sebagai pelestarian ujaran,
bukan mengatur ujaran. Ini berarti bahwa media bahasa yang terpenting adalah bunyi.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Gambaran pengajaran atau mengenai bahasa daerah, khususnya bahasa Batak
Toba sampai saat ini tidak lengkap, karena kurangnya pemahaman bahwa bahasa itu
pada dasarnya ujaran-ujaran. Dengan sendirinya kemahiran menyimak dan berbicara
merupakan hal yang sangat dipentingkan bagi orang yang sangat ingin mempelajari
bahasa daerah, khususnya bahasa Batak Toba. Pengajaran bahasa daerah memang
telah dilaksanakan di Indonesia, khususnya di daerah-daerah. Akan tetapi ilmu
tersebut hanya dititikberatkan untuk memperhatikan pembinaan bahasa daerah,
sehingga tidak hilang begitu saja dan bukan bertujuan mengembangkan kemahiran
berbahasa Batak Toba. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak semua aturan tata bunyi
dalam bahasa Batak Toba dapat dituliskan melalui simbol-simbol bunyi. Jadi selama
ini tata bunyi kurang diperhatikan dalam penggalian ilmu atau pengajaran bahasa
Batak Toba. Akibatnya seseorang yang sudah lama mempergunakan dan mempelajari
bahasa Batak Toba pun masih kurang tepat juga mengucapkan kata-kata yang
diucapkan orang lain. Akibatnya masih banyak terdapat kesalahan penulisan ketika
bahasa tersebut didiktekan baik pelajaran bahasa Batak Toba maupun bahasa-bahasa
daerah lainnya. Ada dua cara mempelajari bunyi bahasa : yang pertama secara
tradisional / alamiah, yaitu mempelajari bunyi bahasa dengan cara meniru ucapan dari
seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut. Dalam hal ini seseorang yang
meniru melalui pergaulan atau melalui proses belajar mengajar antara seorang murid
dengan guru. Melalui proses ini, seseorang yang akan belajar bahasa itu tidak akan
dapat menguasai bunyi-bunyi bahasa itu dengan baik dan benar. Disebabkan cara ini
kurang memperhatikan dari mana dan bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
oleh alat-alat ucap, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu para pengajar bahasa diharapkan untuk mempunyai
kemampuan yang baik mengenai bunyi-bunyi ujaran.
Yang kedua adalah dengan cara teori ilmiah, yaitu mempelajari bunyi-bunyi
bahasa berpedoman pada lambang-lambang bunyi, serta bagaimana organ-organ
bicara dapat menghasilkan bunyi dengan sempurna, serta menganalisis bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh organ-organ bicara tersebut. Cara inilah yang dapat membuat
pelajar dan pengajar bahasa menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat dan
sesuai dengan bunyi-bunyi yang sebenarnya, serta dapat menggambarkan bunyibunyi itu dengan media tulisan.
Sesuai dengan UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 di dalam penjelasannya,
“Bahasa daerah itu adalah merupakan bagian daripada kebudayaan Indonesia yang
hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi
oleh negara”, yang fungsinya sebagaimana disimpulkan oleh peserta Seminar Politik
Bahasa Nasional tahun 1975 di Jakarta :
“Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa seperti
Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah
berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di
sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar
pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat
pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah” (Amran Halim (Ed.),
1976 : 145-146).
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional sesuai dengan perumusan
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, merupakan sumber pembinaan
bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia antara lain
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga
sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah.
Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi
dalam perkembangannya.
Mengingat pentingnya fungsi bahasa daerah perlu diadakan penelitian yang
mendasar secara sungguh-sungguh terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
Bahasa diteliti dalam tesis ini adalah BT yang masih hidup dalam masyarakat
Batak Toba di Indonesia, umumya di Sumatera Utara, dan khususnya di Kabupaten
Tobasa.
Tesis ini berjudul “Fonotaktik Bahasa Toba”, tetapi yang menjadi pokok
permasalahan yang dianalisis dalam tesis ini hanya dibatasi dalam bagian deret vokal,
deret konsonan dan suku kata, Spencer, (1996 : 73) mengatakan pembatas fonotaktik
selain dapat diaplikasikan pada tataran struktur suku kata, dapat juga diaplikasikan
pada tataran morfem maupun tataran kata.
Penelitian tentang fonotaktik bahasa-bahasa daerah cukup banyak dilakukan
namun fonotatik bahasa Toba sepanjang pengetahuan penulis belum pernah diteliti
sebelumnya, sehingga dari penelitian ini masih perlu dikaji lebih mendalam tentang
bagaimana struktur fonotaktik BT.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti fonotaktik BT.
Masalah pokok penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah struktur fonotaktik BT di dalam deret vokal, deret konsonan, dan
suku kata?
2. Bagaimanakah penetapan kaidah-kaidah struktur fonotaktik?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan struktur fonotaktik dilihat dari deret vokal, deret konsonan dan
suku kata yang ada dalam BT.
2. Menetapkan kaidah-kaidah khusus tentang struktur fonotaktik BT.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bahan penyusunan buku pelajaran bahasa Toba pada tingkat Sekolah Dasar (SD)
mengenai aksara Batak, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) mengenai
bunyi bahasa Batak Toba sebagai mata pelajaran muatan lokal dan bahan
penyusunan struktur fonotaktik Batak Toba di Fakultas Sastra, Departemen Sastra
Daerah USU, Medan.
2. Sumbangan ilmiah kepada penulis lain yang berminat menganalisis fonotaktik
bahasa daerah yang ada di Nusantara dan tentunya juga sebagai sumbangan bagi
khazanah perkembangan Linguistik Indonesia.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB II
SEJARAH BATAK TOBA, LETAK GEOGRAFIS, RUMPUN BAHASA
BATAK DAN SUKU KATA
2.1 Sejarah Singkat Batak
Suku Batak adalah suku yang tertua di Indonesia bersama suku Dayak di
Kalimantan dan Toraja di Sulawesi (Hasibuan, 1979). Siraja Batak tidak sendirian di
Sianjur mula-mula Dolok Pusut Buhit terbukti dari tata cara masyarakat yang sejak
berabad-abad telah ada di dalam kehidupan masyarakat Batak, baik dimana saja
berada, sampai kini berlaku atau disebut “Dalihan na Tolu.” Dengan demikian Siraja
Batak itu mempunyai saudara, dan telah menjadikan Dalihan na Tolu sebagai
landasan bermasyarakat.
Masyarakat Batak Toba merupakan suku tertua, salah satunya di Bakkara
Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan dan penduduknya masih
didominasi oleh masyarakat Batak Toba. Suku Batak Toba dikatakan suku yang suka
merantau ke negeri orang, ini dibuktikan hampir ada di seluruh pelosok tanah air
Indonesia, bahkan sampai ada ke luar negeri tetapi mereka masih mengingat
kampung halamannya. Falsafah orang Batak Toba ini mengatakan arga do bona ni
pinasa artinya ingatlah kampung halamanmu.
2.2 Letak Geografis
Pada umumnya masyarakat Batak Toba tinggal di Propinsi Sumatera Utara
khususnya di daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, dan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Kabupaten Humbang. Dengan letak geografis 10 30-20 40 Lintang Utara dan 980 –
1000 Bujur Timur.
Daerah Toba mempunyai batas-batas yaitu :
Utara
:
Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalingun, dan Kabupaten
Tanah Karo.
Selatan
:
Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Timur
:
Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan Batu.
Barat
:
Kabupaten
Tapanuli
Tengah,
dan
Kabupaten
Aceh
Tenggara.
Wilayah Toba mempunyai batas-batas antara lain :
1. Wilayah Silindung, terdiri atas 7 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tarutung,
Kecamatan Sipaholon, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Pahae Julu,
Kecamatan Pahaejae, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan
Kecamatan Garoga.
2. Wilayah Humbang, terdiri atas 8 Kecamatan yaitu : Kecamatan Siborong-borong,
Kecamatan Dolok Sanggul, Kecamatan Lintong ni Huta, Kecamatan Muara,
Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Onan Ganjang, Kecamatan Parlilitan dan
Kecamatan Pakkat.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3. Wilayah Toba, terdiri atas 6 Kecamatan yaitu : Kecamatan Balige, Kecamatan
Laguboti, Kecamatan Parsoguran, Kecamatan Silaen, Kecamatan Porsea, dan
Kecamatan Lumbanjulu.
4. Wilayah Samosir, terdiri atas 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Palipi, Kecamatan
Pangururan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Simanindo dan Kecamatan
Harianja.
Keempat wilayah itu didiami marga-marga tertentu dan mempunyai adatistiadat. Masyarakat Batak Toba memiliki istilah kekerabatan yang disebut Dalihan
na Tolu artinya manat mardongan tubu, somba marhula-hula, elek marboru. Istilah
kekerabatan itu merupakan hubungan pertalian darah dari keluarga ayah maupun
keluarga ibu, serta dari keluarga atau kerabat tak langsung. Suku Batak Toba menarik
garis keturunan melalui garis ayah (patrilineal), satu kelompok kerabat dihitung dari
satu ayah atau satu nenek.
2.3 Rumpun Bahasa Batak Toba
Pada tahun 1926 P.W. Schmidt menerbitkan bukunya ‘Dil Sprachfamilien und
Sprachreisen der Erde’ (keluarga bahasa dan lingkungan bahasa sedunia) yang isinya
menggambarkan penggolongan bahasa sedunia atas beberapa rumpun berdasarkan
genealogi, yaitu berdasarkan asal dan sejarah perkembangannya. Salah satu di antara
rumpun bahasa sedunia adalah bahasa Austria. Bahasa Austria terbagi atas, yaitu :
1. Bahasa-bahasa Austronesia
2. Bahasa-bahasa Austro-Asia
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3. Bahasa-bahasa Tibeto-China
Wilayah bahasa Austronesia itu sangat luas sebagaimana dikatakan C.A.
Mees, 1954 : 11 :
“Bahasa-bahasa Austronesia tersebar meliputi kepulauan-kepulauan Lautan
Teduh dan pulau Easter Island di sebelah Timur, dan kepulauan-kepulauan
Asia Tenggara sampai ke pulau Madagaskar di sebelah Barat. Bahasa-bahasa
itu barangkali dekat 1.000 buah banyaknya. Keluarga bahasa ini biasanya
dibagi pula atas bahasa-bahasa Oceania dan sebahagian sebelah Barat yang
dulu disebut bahasa-bahasa Indonesia. Istilah yang akhir itu tidak dapat
dipertahankan lagi sejak nama Indonesia digunakan sebagai nama suatu
Negara Republik Indonesia. Maka bagian sebelah Barat itu hendaklah disebut
bahasa Hesperanesia atau Nusantara.”
Slametmuljana (1957 : 137-138) nama Austronesia disamakan dengan
nusantara :
“Demikianlah jika kita meneliti struktur bahasa-bahasa di daratan Asia
Selatan dan Tenggara, akan sampai pada kesimpulan, dan agak menyimpang
dari kesimpulan yang sudah-sudah. Menurut strukturnya bahasa Melayu
termasuk golongan bahasa daratan Asia Tenggara. Bahasa Asia Tenggara ini
mempunyai pengaruh besar terhadap bahasa-bahasa di Austronesia. Pihakpihak yang dipengaruhi dari Sumatera Polinesia adalah bahasa Austronesia,
kata ‘Melayu’ dalam nama ‘Melayu Polinesia’ adalah gempilan atau kepingan
kecil dari bagian besar Rumpun Bahasa Asia Selatan dan Tenggara. Rumpun
bahasa di kepulauan dari Sumatera sampai Polinesia dapat disebut
‘Austronesia atau nusantara’.”
Kelompok bahasa Batak sebagai salah satu bahasa di Sumatera Utara adalah
termasuk Bahasa Nusantara dan bahasa induknya adalah bahasa Austronesia.
Kelompok Bahasa Batak itu adalah :
1. Bahasa Batak Toba
2. Bahasa Batak Angkola / Mandailing
3. Bahasa Batak Simalungun
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
4. Bahasa Batak Karo
5. Bahasa Batak Pakpak / Dairi
2.4 Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir
Gambar 1 : Peta Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir
2.5 Suku Kata
Sebelum penulis mendeskripsikan struktur fonotaktik dalam suku kata bahasa
Toba, penulis akan memaparkan ejaan tradisional yang merupakan pembentukan
kaidah-kaidah dalam suku kata bahasa Toba.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Adapun aksara Batak itu adalah bersifat silabis, artinya satu tanda untuk
menggambarkan satu suku kata / silaba. Jumlah tanda itu 19 yang disebut induk huruf
yaitu :
Induk huruf di atas berbunyi /a/, kecuali huruf /i/ dan /u/.
Struktur suku kata :
1. Struktur suku kata
Kata
Suku Kata
Arti
/i/ - V
i ÆN
‘itu’
/on/ - VK
on Æ N + K
‘ini’
/ho/ - KV
ho Æ O + N
‘engkau’
/pat/ KVK
pat Æ O + N + K
‘kaki’
2. Kata yang terdiri dari dua silaba
Kata
Suku Kata
Arti
/aek/
a – Ek Æ N – N + K
‘air’
/asa/
a – sa Æ N – O + N
‘asah, supaya’
/igung/
i – gung Æ N – O + N + K
‘hidung’
/anggo/
ang – go Æ N + K – O + N
‘kalau’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/annon/
an – non Æ N + K – O + N + K
‘nanti’
/boi/
bo – i Æ - N
‘bisa’
/hail/
ha – il Æ O + N – N + K
‘kail
/hami/
ha – mi Æ O + N – O + N
‘kami’
/manuk/
ma – nuk Æ O + N – O + N + K
‘ayam’
/panggu/
pang-gu Æ O + N + K – O + N
‘cangkul’
/pinggol/
ping-gol Æ O + N + K – O + N + K
‘telinga’
3. Kata yang terdiri dari tiga silaba
Kata
Suku Kata
Arti
/alogo/
a-lo-go Æ N – O + N + O + N
‘angin’
/abara/
a-ba-ra Æ N – O + N + O + N
‘pundak’
/alaman/
a-la-man Æ N – O + N + O + N
‘halaman’
/andigan/
an-di-gan Æ N + K– O+N – O+N+K
‘kapan’
/butuha/
bu-tu-ha Æ O + N – O + N – O + N
‘perut’
/ta η guru η /
tang-gu-rung Æ O+N+K – O+N – O+N+K ‘punggung
4. Kata yang terdiri dari 4 silaba
Kata
Suku Kata
/antajau/
an – ta – ja – u Æ N + K – O + N – N
/hariara/
ha – ri – a – ra Æ N + K – O + N – N – O + N
/haramonting/
ha – ra – mon – ting Æ O + N – O + N–O + N + K–O + N + K
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Struktur Suku
Awal suku dan akhir suku berimpit dengan awal ucapan dan akhir ucapan.
Akan tetapi, suatu suku dibatasi (diberi defenisi) sebagai sebuah urutan fonem
segmen yang terdiri paling sedikit atas sebuah vokal, yang mungkin diikuti oleh
sebuah konsonan, atau didahului oleh sebuah dua buah konsonan.
Hanya vokal dapat berdiri sebagai puncak daripada suku ; konsonan apa saja
yang mengikuti vokal semacam itu disebut koda; konsonan atau urutan konsonan apa
saja yang mendahului vokal semacam itu disebut tumpu daripada suku itu. Ada 4
macam suku, dua diantaranya merangkum 2 jenis bawahan yaitu :
1. Suku minimum, yang terdiri atas sebuah vokal sebagai puncak.
2. Tumpu + puncak, yang terdiri atas sebuah vokal sebagai puncak.
a. Sebuah konsonan + puncak
b. Dua buah konsonan + puncak
3. Puncak + koda
4. Tumpu + puncak + koda : terdiri atas 2 jenis yaitu :
a. Sebuah konsonan + puncak + koda
b. Dua buah konsonan + puncak + koda
Seperti yang telah dideskripsikan di atas (Samsuri 1987 : 138).
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Kajian Pustaka
Kajian ini membahas tentang penelitian Fonotaktik Bahasa Toba yang
dilakukan pemerhati bahasa atau peneliti-peneliti linguistik sebelumnya. Kajian ini
juga memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian
sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat konsep dan teori atau pendekatan
terbarun yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan para peneliti-peneliti bahasa.
Paiton
Chaiyanara
(2007)
meneliti
Fonotaktik
Bahasa
Melayu.
Transfonologisasi Dalaman dan Luaran. Maksudnya, satu penyesuaian serta
menerbitkan pembaharuan dan kemajuan secara diakronik ke atas sistim dan
penyusunan fonem Bahasa Melayu. Transfonologisasi dimaksudkan sebagai satu
fenomena pembentukan sistem fonologi baru dalam sesuatu bahasa disebabkan
keperluan tertentu dalam pembentukan kata dan penentuan makna.
Mengingat bahasa Austronesia Purba pada asalnya memiliki sistim 4 vokal
yaitu [*i, *e, *a, *u], setelah berkembang menjadi bahasa Melayu induk, vokal *i dan
*u didapati masing-masing mengalami pemecahan fonemik dan berkembang menjadi
dua bunyi yang baru yaitu bunyi [*i] menurunkan bunyi [*i] dan [*e] sedangkan
bunyi *u menurunkan bunyi [*u] dan [*o] kepada bahasa Melayu induk. Kemudian
bunyi [*a] mengalami pemecahan fonemik menjadi [a] dan [e] dalam perkembangan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
bahasa Melayu induk. Dengan perubahan tersebut maka sistem vokal yang mantap
dalam beberapa dialek bahasa Melayu induk terdiri dari sistem 6 vokal yaitu [*i, *e,
*u, *o, *a, ∂ ].
Perubahan hasil Transfonologisasi Austronesia Purba bunyi [*e] mengalami
pemecahan fonemik menjadi [e] dan [E], sedangkan bunyi [o] mengalami pemecahan
fonemik menjadi [o] dan [ ]. Hasil Transfonologisasi yang berlaku dalam bahasa
Austronesia Purba dan bahasa Melayu induk ini terwujudlah delapan vokal [i, e, a, ,
o, u, ∂ ]. Contoh : [ada], [ad ∂ ], [ad ], [ado], [gali], [biru], [bek].
Hasibuan
(2009)
meneliti
problematika,
menyatakan
setiap
bahasa
mempunyai ketentuan sendiri yang berkaitan dengan kaidah kebahasaan termasuk di
dalamnya kaidah deretan fonem. Kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang
terdapat dalam bahasa dan mana yang tidak dinamakan fonotaktik. Bahasa Indonesia
juga mempunyai kaidah semacam itu seperti deretan, vokal, deretan konsonan dan
suku bahasa dalam bahasa Indonesia yaitu :
Deretan vokal :
/-iu-/ : tiup, nyiur
/-io-/
: kios
Deretan vokal di atas ialah deretan vokal yang lazim dan berterima dalam
bahasa Indonesia.
Deretan konsonan :
/-mp-/ : empat
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-nd-/ : indah
Deretan konsonan di atas ialah deretan konsonan yang lazim dan berterima
dalam bahasa Indonesia.
Deretan vokal dan konsonan dalam suku kata :
a. V
: a - mal
b. VK
: ar - ti
c. KV
: pa - sar
d. KVK
: pak - sa
e. KKV
: slo - gan
f. KKVK
: trak - tor
g. KVKK
: teks - til
h. KKKV
: stra - te - gi
i. KKKVK
: struk - tur
j. KKVKK
: kom - pleks
k. KVKKK
: korps
Hasibuan (1979) dalam bukunya Deskripi Bahasa Batak Toba menguraikan
inventarisasi fonem Bahasa Toba, sebagai berikut :
Vokal : /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dengan kata lain, vokal /e/ dan /o/ masing-masing
mempunyai alofon, yaitu :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
e
o
/E/
Æ
[sEhat]
bahasa Indonesia
/e/
Æ
[binje]
ucapan suku Jawa
/ /
Æ
[t l η ]
bahasa Indonesia
/o/
Æ
[bodo]
bahasa Jawa
Konsonan : /b/, /p/, /d/, /t/, /j/, /g/, /k/, /m/, /n/, / η /, /h/, /l/, /r/, /s/, /?/.
Fonem bahasa Indonesia yang tidak dijumpai pada bahasa Batak Toba yaitu :
e
Æ
/∂ /
Æ
[b ∂ nar]
bahasa Indonesia
c
Æ
/c/
Æ
[cacat]
bahasa Indonesia
ηη
Æ
/η/
Æ
[ η a η i]
bahasa Indonesia
w
Æ
/w/
Æ
[duwa]
bunyi pelancar
y
Æ
/y/
Æ
[bayion]
bunyi pelancar
_ _
_
_
_
Dengan catatan :
Fonem /w/ dan /y/ dalam bahasa Toba hanya dipakai sebagai bunyi pelancar saja.
Bahasa Toba mempunyai /kluster/ tidak produktif yaitu : /nd/ Æ ndang artinya
tidak, dan /ndada/ ‘tidak ada’.
Diftong tidak dijumpai dalam bahasa Batak Toba seperti kata di bawah ini :
balai
Æ
[balE]
damai Æ
[damE]
pulau Æ
[pulo]
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Persatuan Fonetik Antarabangsa (The International Phonetics Association)
yang berpusat di England telah menentukan lambang-lambang bagi hampir semua
bunyi bahasa yang terdapat di dunia ini. Lambang-lambang tersebut dinamakan
“Lambang Fonetik Antarabangsa” (The International Phonetics Alphabet) yang
disingkat sebagai IPA (Chaiyanara, 2001 : 47-54).
Pelambangan fonem dalam tesis ini tidak sepenuhnya menerapkan
International Phonetic Alphabet (IPA).
Berikut contoh-contoh bagi lambang IPA dan nama bunyi vokal dan konsonan
dalam bahasa Toba. Bunyi-bunyi vokal bahasa Toba :
[i] = Vokal depan sempit leper
(Closed Front Unrounded)
[e] = Vokal depan separuh sempit leper
(Closed Front Rounded)
[E] = Vokal depan separuh luas leper
(Harf-open Front Unrounded)
[a] = Vokal depan-tengah luas leper
(Open Central Unrounded)
[u] = Vokal belakang simpit bundar
(Closed Back Rounded)
[o] = Vokal belakang separuh sempit bundar
(Half-Closed Back Rounded)
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
[ α ] = Vokal belakang luas leper
(Open Back Rounded)
[ θ ] = Vokal depan separuh sempit bundar
(Half-Closed Front Unrounded)
Tabel 1 : Lambang-lambang Vokal
Vokal
Depan
Sempit
i
Separuh sempit
e
Separuh luas
E
Luas
a
Tengah
u
θ
Bunyi konsonan bahasa Toba :
[p]
= Letupan Dua Bibir Tak-beraspirat Tak-beraspirat
(Voiceless Unaspirated Bilabial Stop)
[b]
= Letupan Dua Bibir Tak-beraspirat Bersuara
(Voiced Unaspirated Bilabial Stop)
[t]
= Letupan Gigi-Gusi Tak-beraspirat Tak Bersuara
(Voiceless Unaspirated Dental-alveolar Stop)
[k]
= Letupan Lelangit Lembut Tak-beraspirat Tak Bersuara
(Voiceless Unaspirated Velar Stop)
[g]
= Letupan Lelangit Lembut Tak-Beraspirat Tak Bersuara
(Voiced Unaspirated Velar Stop)
[?]
= Letupan Glotis Tak-beraspirat Tak Bersuara
(Voiceless Unaspirated Glottal Stop)
[m]
= Sengauan Dua Bibir Bersuara
(Voiced Bilabial Nasal)
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Belakang
o
α
[n]
= Sengauan Gigi-Gusi Bersuara
(Voiced Labio-Dental Nasal)
[η]
= Sengauan Gelungan Bersuara
(Voiced Retroflex Nasal)
[s]
= Geseran Gigi-Gusi Tak-bersuara
(Voiceless Dental-Alveolar Fricative)
[j]
= Malaran Tak Bergeser Lelangit Keras
(Palatal Approximant)
[h]
= Geseran Pita Suara Bersuara
(Voiceless Glottal Fricative)
[l]
= Sisian Tak-bergeser Gigi-Gusi
(Dental-Alveolar Lateral)
[r]
= Getaran Gigi-Gusi
(Dental-Alveolar Trill)
Tabel 2 : Lambang-lambang Konsonan
Konsonan
Letupan
Sengau
Dua
Lelangit Lelangit
Gusi
Faringeal
bibir
keras
lembut
p
b t
d
j k
g
m
n
Getaran
Frikatif
η
r
s
Malaran tak bergeser
sisian
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
h
l
glotal
?
3.2 Landasan Teori
Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan fonotaktik adalah
merupakan satu prosedur penemuan dan penentuan tata urut dan tata hubung fonemfonem dalam sebuah bahasa yang berpedoman pada distribusi (awal, tengah, dan
akhir kata) sehingga yang dibicarakan dalam fonotaktik adalah pola urutan bunyi).
Fromkin dan Rodman, (1993 : 231) mengatakan bahwa pembatas-pembatas
(constraints) deretan segmen disebut pembatas fonotaktik bahasa itu. Jika memeriksa
fonotaktik bahasa Inggris, kita menemukan bahwa fonotaktik sebuah kata sebenarnya
pada dasarnya berdasarkan fonotaktik suku kata. Yaitu, hanya gugus konsonan yang
dapat dimulai dengan suku kata dimulai dengan sebuah kata, dan hanya gugus
konsonan yang dapat mengakhiri sebuah suku kata dapat mengakhiri sebuah kata.
Hyman, (1975 : 10) mengatakan bahwa ada juga pembatas-pembatas
segmental yang mencirikan tataran fonetis yang merujuk kepada pembatas-pembatas
segmental fonetis, di mana batasa-batasan seperti ini disebut pembatas segmental dan
di samping pembatas-pembatas segmental, ada juga pembatas fonotaktik (sequential
constraints) dan yang dapat menyinggung salah satu tataran fonetis atau tataran
fonologis, atau kedua duanya. Kalau dibicarakan masalah pembatas-pembatas
fonotaktik fonologis dan pembatas-pembatas fonetis, hal ini berarti bahwa dalam
kedua tataran itu, ada batasan bagaimana segmen (bunyi) dapat dikombinasikan
secara berurutan (sequentially). Hal ini bisa berarti bahwa kata atau suku kata hanya
dapat dimulai dengan segmen-segmen tertentu atau segmen-segmen tertentu tidak
dapat terjadi sebelum atau sesudah segmen (bunyi) yang lain.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
O’Grady, dkk (1989:76-77) mengatakan bahwa fonotaktik adalah seperangkat
pembatas-pembatas tentang bagaimana pola deretan bunyi-bunyi (segment) itu
terbentuk, membentuk bagian dari kemampuan dan pengetahuan fonologis yang
dimiliki oleh penutur bahasa itu.
Suku kata terdiri dari dua bagian fonetis, yaitu :
1. Konsonan yang mendahului vokal disebut Onset (O)
2. Rima (R)
Rima terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Inti (Nucleus) atau ‘Peak’ Hyman (1975 : 188).
2. Konsonan yang mengikuti vokal disebut koda (coda)
Contoh :
Mendeskripsikan penyukuan dalam dua suku kata atau lebih dalam BT
dipedomani empat langkah pendapat O’Grady, dkk (1989 : 79-80) yang mengatakan :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah pertama, Karena inti suku kata merupakan konstituen yang wajib
pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada
tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N)
ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol
sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Langkah kedua, Deretan konsonan yang terpanjang ke sebelah kiri masing-
masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik suatu bahasa
disebut onset (O) dari suku katanya.
Contoh :
Langkah ketiga, Ini diartikan bahwa setiap konsonan yang sisa yang ada di
sebelah kanan dari tiap-tiap (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan
inti suku kata ke sebelah kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C)
dalam hal ini disebut suku kata tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah keempat, Hubungkan kedua suku kata untuk membentuk kata
(Wd),
Contoh :
Teori yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mengikuti teori Pulgram
(1970 : 79) yang mengatakan bahwa deretan konsonan yang termasuk dalam suku
kata yang sama disebut gugus konsonan.
Alwi, dkk (1998 : 27) juga mengatakan bahwa :
….Pengertian dasar mengenai gugus konsonan dan diftong adalah sama.
Perbedaannya adalah bahwa gugus berkaitan dengan konsonan, sedangkan
diftong dengan vokal. Gugus konsonan adalah gabungan dua konsonan atau
lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Jika gabungan
konsonan seperti itu termasuk dalam dua suku kata, maka gabungan itu tidak
dinamakan gugus melainkan deret.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Contoh /-rt-/ dan /-rg-/ dalam BT seperti : [ α rta] dan [ α rga]. Memang benar
bahwa kedua pasangan bunyi ini berdampingan (berderet) tetapi kedua pasangan ini
terletak pada suku kata yang berbeda sehingga gabungan konsonan seperti itu
dinamakan deret bukan gugus.
Dalam bahasa lisan, kata umumnya terdiri dari rentetan bunyi yang satu
mengikuti yang lain yang mempunyai makna. Bunyi-bunyi itu mewakili rangkaian
fonem serta alofonnya. Rangkaian fonem itu tidak bersifat acak, tetapi mengikuti
kaidah tertentu. Fonem yang satu yang dapat mengikuti fonem yang lain ditentukan
berdasarkan konvensi di antara para pemakai bahasa itu sendiri. Kaidah yang
mengatur deretan fonem dalam satu bahasa disebut kaidah fonotaktik. Alwi, dkk,
(1998 : 28).
BT, misalnya mengizinkan deretan /-mb-/, /-nd-/ dan sebagainya, seperti
[lombut], [handit] dan lain-lain, tetapi tidak mengizinkan /-bm-/, /-dn-/, karena tidak
diizinkan gabungan antara kedua fonem tersebut di posisi awal kata (word-initial
position).
Dengan demikian dari pendapat di atas bahwa pembatas-pembatas dalam
memadukan beberapa bunyi bahasa dalam sebuah bahasa belum tentu merupakan
kendala bagi bahasa lainnya, dan dalam hal ini peneliti lebih cenderung mengikuti
O’Grady, dkk (1989), Aminoedin, dkk (1984), Alwi, dkk (1998).
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3.3 Deret Vokal
Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan deret vokal adalah
dua atau lebih vokal yang berjajaran yang terdapat pada suku kata yang berbeda
ketika dilafalkan seperti yang diberikan dari defenisi deret vokal yang dikutip dari
beberapa pendapat linguis di bawah ini :
Aminoedin, dkk., (1984 : 140) mengatakan “yang dimaksud dengan deret vokal ialah
dua atau lebih vokal yang berjajaran, tetapi masing-masing merupakan puncak
kenyaringan ucapan. Hal ini berarti bahwa masing-masing merupakan suku yang
berlainan.”
Alwi, dkk (1998 : 52) mengatakan “deret vokal adalah hembusan nafas yang
sama atau hampir sama, kedua vokal itu termasuk dalam suku kata yang berbeda.”
Contoh : deret /-ao-/, dan /-ae-/ pada kata taon dan maen adalah deret vokal karena
masing-masing terdiri atas dua suku kata : ta-on dan ma-en.
Dari pendapat di atas peneliti memberikan kesimpulan bahwa deret vokal
adalah hembusan nafas yang sama atau hampir sama yang mana kedua vokal itu
termasuk dalam suku kata yang berbeda. Peneliti juga sependapat dengan (Alwi, dkk
1998 : 52) dan (Aminoedin, dkk. 1984 : 40) mengatakan deret vokal adalah dua atau
lebih vokal yang berjajaran tetapi masing-masing merupakan puncak kenyaringan
ucapan.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3.4 Deret Konsonan
Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan deret konsonan adalah
gabungan dua konsonan yang terdapat pada suku kata yang berbeda meskipun
berdampingan seperti yang dipedomani penulis pendapat Pulgram (1970 : 79)
mengatakan bahwa gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata
yang berbeda meskipun berdampingan disebut deret.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Alwi, dkk (1998 : 79) mengatakan bahwa:
“Deret adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang
berbeda meskipun berdampingan.”
Contoh dalam BT :
/-mp-/
[uppama]
‘umpama’
/-kj-/
[jukjuk]
‘jukjuk’
/-nj-/
[tunjaη ]
‘tendang’
3.5 Penyukuan (Syllabification)
Dalam tesis ini dipertegas bahwa yang dimaksud dengan penyukuan adalah
prinsip untuk menentukan kombinasi kata-kata yang menosilabis dan disilabis dalam
sebuah bahasa seperti yang dikutip dari beberapa pendapat linguis di bawah ini :
Wolfram dan Johnson, (1982 : 86) mengatakan bahwa prinsip untuk
menentukan kombinasi kata-kata yang monosilabis dalam sebuah bahasa disebut
penyukuan, yang terdiri suku kata terbuka dan tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Katamba (1989 : 164), lebih cenderung mendeskripsikan peranan suku kata
dalam fonologi daripada pengertian penyukuan seperti yang diberikan di bawah ini :
1. Suku kata sebagai unit dasar fonotakik
Dalam hal ini, suku kata tersebut mengatur bagaimana konsonan dan vokal bisa
dikombinasikan secara hirarki fonologis.
2. Suku kata sebagai ranah kaidah fonologis
Dalam hal ini pembatas struktur suku kata tidak dibatasi dari kata pinjaman dan
interferensi bahasa ibu (mother tongue), sehingga struktur kata sering memainkan
peranan yang penting dalam menentukan kaidah fonologis internal sebuah bahasa.
3. Suku kata sebagai struktur segmen yang kompleks
Dalam hal ini suku kata tidak hanya mengatur kombinasi bunyi (segment) tetapi
juga mengontrol kombinasi ciri-ciri yang membentuk bunyi tersebut.
Spencer (1996 : 72-73) mengatakan bahwa ada tiga alasan mengapa suku kata
itu sangat penting dalam teori fonologis seperti yang diberikan di bawah ini :
1. Kalau kita perhatikan kumpulan bunyi dalam sebuah bahasa, kita akan
menemukan adanya prinsip yang tertentu digunakan dalam pembentukannya.
2. Sangat banyak pembatas dalam bahasa tertentu cenderung diaplikasikan pada
tataran struktur suku kata di samping tataran morfem maupun tataran kata.
3. Suku kata adalah hal yang paling baik dapat dipahami sebagai pembentukan
konstituen dalam proses fonologis. Pendeknya pengertian tentang penyukuan
sangat penting dalam pemahaman kita untuk menyusun sistem fonologis suatu
bahasa.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3.6 Asimilasi
Asimilisasi adalah proses dimana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau
dijadikan hampir sama.
1. Asimilasi regresif ialah saling pengaruh antara bunyi yang mendahului berubah
mengikuti bunyi mengiringnya.
a. Konsonan nasal /m/ jika diikuti konsonan /b/ dan /p/ akan berubah mengikuti
konsonan yang mengiringnya.
Contoh :
lombu
Æ
[lobbu]
‘lembu’
ompung
Æ
[oppuη ]
‘nenek’
b. Konsonan nasal /n/ jika diikuti konsonan /d/ dan /t/ dan /j/ akan berubah
mengikuti konsonan yang mengiringnya.
Contoh :
handit
Æ
[haddit]
‘angkat’
bontar
Æ
[bottar]
‘nenek’
onjar
Æ
[ojjar]
‘tolak’
c. Apabila konsonan nasal /n/ jika diikuti konsonan /s/, maka /n/ itu akan
berubah menjadi konsonan /s/.
Contoh :
hansit
Æ
[hassit]
‘sakit’
hansang
Æ
[hassaη ]
‘kacang’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
d. Konsonan nasal / η / jika diikuti oleh konsonan /k/, /t/, /p/ dan /s/, maka
konsonan / η / itu akan berubah menjadi /k/.
Contoh :
dengke
Æ
[dekke]
‘ikan’
tingting
Æ
[tiktiη ]
‘pengumuman’
pangpang
Æ
[pakpaη ]
‘lumpuh’
sangsang
Æ
[saksaη ]
‘cincang’
2. Asimilasi progresif ialah fonem awal sufiks berubah secara fonetis mengikuti
ucapan fonem awal moferm dasar.
Contoh :
hohoson
Æ
[hohosson]
‘pakai sebagai ikat pinggang’
surathon
Æ
[suratton]
‘tuliskan’
3. Asimilasi resiprokal ialah kedua fonem yang berdampingan secara fonetis
berubah kepada bunyi yang lain.
suanhon
Æ
[suatton]
‘tanamkan’
tombonhon
Æ
[tobboppon]
‘tubrukkan’
hophop
Æ
[hokkop]
‘bela’
humham
Æ
[hukkam]
‘inti batang pisang’
(Hasibuan, 1979 : 56, 113).
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3.7 Konsep
3.7.1 Konsep Teori
3.7.1.1 Fonologi
Fonemis, fonetis dan asimilasi
3.7.1.2 Fonotaktik
Gugus vokal, diftong, gugus konsonan dan kluster
Deret vokal dan deret konsonan
3.7.2 Konsep Operasional
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam tesis ini adalah metode deskriptif kualitatif
karena metode dan teknik penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan faktafakta (fact findings) yang ada di lapangan sebagaimana adanya (Nawawi dan Hadari
1967).
4.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu :
A. Sumber data tulis, seperti :
1. Ruhut Parsaoran di Habatahon. 1994. Universitas HKBP Nommensen Pusat
Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Medan.
2. Kamus Batak Toba Indonesia. 2001. J. Worneck.
3. Deskripsi Bahasa Batak Toba. 1979. Anthony Saidi Hasibuan.
Karena sumber-sumber di atas diasumsikan menggunakan BT yang baku dan
digunakan secara umum oleh penutur BT dalam berkomunikasi sehari-hari.
B. Sumber data lisan
Data lisan diperoleh dari penutur asli BT di mana responden penelitian ini
diambil berdasarkan lokasi, status sosial, umur dan pengalaman penutur.
Lokasi penelitian ini adalah daerah Desa Sibuntuon, Desa Hinalang
Kecamatan Balige.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Status sosial responden adalah petani, pegawai negeri dan pegawai swasta
dengan usia responden + 35-70 tahun, dengan jumlah responden 15 orang, dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Penutur asli BT
2. Laki-laki / perempuan
3. Menguasai benar-benar BT
4. Memiliki daya ingat yang kuat dan alat ujar yang sempurna.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data kebahasaan menurut (Sudaryanto 1988 : 2-3) ada
dua macam, yaitu Metode Simak dan Metode Cakap yang mana kedua metode ini
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini. Metode Simak digunakan
untuk data tulis sedangkan Metode Cakap untuk data lisan. Kedua metode ini dapat
dijabarkan ke dalam teknik dasar dan teknik lanjutan.
a. Pengamatan (Observasi)
Data penelitian ini bersifat tulisan dan lisan sehingga metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simak yaitu mengumpulkan
data (mengamati dan mencermati) jenis fonotaktik BT dalam bentuk deret vokal,
deret konsonan dan suku kata yang markahi dengan stabilo warna kuning untuk
deret vokal, warna biru untuk deret konsonan dan warna hijau untuk suku kata.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
b. Pencatatan
Dalam operasionalnya digunakan teknik sadap sebagai teknik dasar yaitu
dengan menyadap (mencatat) dengan memilah-milah yang mana yang termasuk deret
vokal, deret konsonan dan suku kata. Dalam hal ini penulis sebagai instrumen kunci
yang melakukan pengamatan langsung dan mencatat data yang sudah disimak.
c. Perekaman
Perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan dan
disebut teknik rekam dan dalam hal ini keikutsertaan penulis bersifat reseptif karena
hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya dalam pelafalan deret
vokal, deret konsonan dan suku kata. Selanjutnya apa yang dilafalkan responden
ditulis kembali ke dalam tulisan fonetis dengan cara mengulang-ulang perekaman
beberapa kali untuk mendapatkan keakuratan pelafalannya dan tekanannya dengan
tepat.
4.4 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah :
a. Mendeskripsikan deret vokal dalam BT
Menganalisis deret vokal dalam BT dipedomani pendapat (Alwi, dkk.
1998:52) yang mengatakan, “Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan
nafas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata
yang berbeda”.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Contoh : deretan /-au-/ pada kata daun mendapat tekanan yang sama sehingga
terdiri dari dua suku kata : da-un
b. Mendeskripsikan deret konsonan dalam BT
Menganalisis deret dipedomani pendapat (Pulgram 1970) mengatakan deret
konsonan adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang
berbeda meskipun berdampingan.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Alwi, dkk (1998 : 53) mengatakan
bahwa: “Deret adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata
yang berbeda meskipun berdampingan.”
Contoh dalam bahasa Indonesia :
/-pt-/
[cipta]
‘cipta’
/-ks-/
[aksi]
‘aksi’
/-rg-/
[harga]
‘harga’
c. Mendeskripsikan penyukuan dalam satu suku kata dalam BT
Suku kata atau silaba ialah urutan fonem segmental yang terdiri dari satu
vokal dan vokal ini dapat juga didahului dan atau diikuti oleh satu konsonan. Vokal
itu dapat berdiri sendiri dan mempunyai frekwensi yang tinggi yang merupakan pusat
atau puncak yang disebut Nuklus dan disingkat dengan N. Nuklus ini mungkin diapit
oleh konsonan yang mempunyai frekwensi rendah. Konsonan yang mendahului
Nuklus itu disebut tumpuan atau Onset dan disingkat O, dan konsonan yang
mengikuti itu disebut buntut atau Koda dan disingkat K. Istilah Koda (Coda), Nuklus
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
(Nucleus) dan Onset diambil dari Kamus Linguistik Hartmann dan Stork (1972 : 39,
155, 158).
Dengan mempergunakan ketiga istilah itu, maka dapatlah digambarkan ciri
silaba atau suku kata yang membentuk morfem itu di dalam bahasa Batak Toba
sebagai berikut :
(1) Kata/morfem
Æ
minimal 1 silaba dan maximal 4 silaba
(2) Silaba
Æ
Nuklus
Nuklus + Koda
Onset + Nuklus
Onset + Nuklus + Koda
(3) Nuklus
Æ
[ a, i, u, e, o ]
(4) Onset
Æ
[ b, d, j, g, p, t, k, m, n, n, s, h, l, r ]
(5) Koda
Æ
[ p, t, k, m, n, n, s, l, r ]
Dengan demikian dapatlah digambarkan ciri atau bentuk umum morfem
bahasa Batak Toba berdasarkan ciri silaba (suku kata) yang telah dibicarakan di atas
sebagai berikut :
(1) morfem yang terdiri dari satu silaba
a. N
[i]
b. N + K
[on]
c. O + N
[ho]
d. O + N + K
[pat]
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
(2) morfem yang terdiri dari dua silaba
a. (N)
b. (N + K)
c. (O + N)
d. (O + N + K)
+
+
+
+
(N + K)
[aEk]
(O + N)
[ahu]
(O + N + K)
[ igu η ]
(O + N)
[ a ηgo ]
(O + N + K)
[annon]
(N)
[boi]
(N + K)
[hail]
(O + N)
[hami]
(O + N + K)
[manuk]
(O + N)
[pa η gu]
(O + N + K)
[pi η gol]
(3) morfem yang terdiri dari tiga silaba
a. (N)
b. (N + K)
+
+
(O + N) + (N)
[alai]
(O + N) + (O + N)
[abara]
(O + N) + (O + N)
[addora]
(O + N) + (O + N + K)
[addigan]
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
c. (O + N)
+
(O + N) + (O + N)
[butuha]
d. (O + N + K)
+
(O + N) + (O + N + K)
[ ta ηguruη ]
(4) morfem yang terjadi dari empat silaba
a. (N + K) + (O + N) + (O + N) + (N)
[attajau]
b. (N + K) + (O + N) + (N) + (O + N)
[hariara]
c. (C + N) + (O + N) + (O + N + K) + (O + N + K)
[ haramotiη ]
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data tertulis dan data lisan dapat
diperoleh hasil penelitian fonotaktik bahasa Toba yaitu deret vokal, deret konsonan
dan suku kata.
5.1.1 Data Deret Vokal
Dari data tertulis dan data lisan bahasa Toba, terdapat deret vokal dua atau
lebih vokal yang berjajaran yang terletak pada suku kata yang berbeda, atau deret
vokal yang merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan
nafas. Deret vokal ini dapat dijumpai pada posisi awal, posisi tengah, dan posisi akhir
kata dasar pada jenis verba, nomina, numeral, ajektive, konjungsi. Berikut tabel di
bawah ini :
Tabel 3 : Deret Vokal Dalam Bahasa Toba
Deret
Vokal
ai
Awal
Kata
Jenis Arti
[ayili] nom ‘celeng’
au
[awuga] nom ‘tengkuk’
ae
[aEk] nom ‘air’
Posisi
Tengah
Kata
Jenis Arti
[Jayis] Adj ‘sombong
[tayili] Vb ‘lihat
[rawus] Adj ‘ceroboh’
[pawula] Adj ‘pura-pura’
[paEt] Adj ‘pahit’
[naEk] Vb ‘naik’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Akhir
Kata Jenis Arti
[dayi] Vb
‘rasa’
[alayi] Konj ‘tetapi’
[bawu] Adj
‘bau’
[hawu] nom ‘kayu’
[LaE] nom ‘ipar’
[taE] Adj
‘pelan’
[saE] Vb
‘selesai’
Lanjutan tabel 3
ao
ia
[iyas] Adj
[iyap] Adj
‘bersih’
‘cantik’
iu
-
io
[iyon] ‘disini’
ua
[uwalu] bil ‘delapan’
[uwas] Adj ‘hous’
ui
-
ue
ae
-
ea
[Eyak]
[hawol] Vb
[gawor] Adj
[maw θ l] Adj
[gaw θ l] nom
[biyar] Adj
[Liyan] nom
[Siyan]
[Siyul] Vb
[hiyun] nom
[tiyur] Adj
[biyus] nom
[tiyop] Vb
[jiyor] nom
‘peluk’
‘kacau’
‘sulit’
‘daun pisang’
‘takut’
‘qua’
‘dari’
‘bersiul’
‘burung’
‘terang’
‘kampung’
‘pegang’
‘sejenis
pohon yang
keras’
[buwat] Vb
‘ambil’
[muwal] nom ‘air’
‘tanam’
[suwan] Vb
w
[ju it] Adj
‘genit’
‘kuit’
[guwit] Vb
[manuwek] Vb ‘menguak’
‘kejar’
[tEyal]
‘menyusul’ [sEyak]
[sEyat]
[mEyat]
Vb
eu
-
eo
-
oa
-
Adj
nom
Vb
nom
‘oleh, miring’
‘cangkir’
‘potong’
‘nama asal
kampung’
w
[be uk] nom ‘telur busuk’
ou
-
[pEy θ p] Vb ‘pegang teguh’
[mEw θ n] Vb ‘suara kucing’
[bowan] Vb
‘bawa’
[gowar] nom ‘nama’
[gowit] Vb ‘sentuh
sedikit
& cubit’
Vb ‘gigit’
[doyit]
-
io
-
[siy θ k]
oi
[oyi] ‘oh’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Vb
‘suara anak
ayam’
[tawo] nom
[bawo] nom
[gaw θ ] Vb
‘danau’
‘besan’
‘berenang’
[paliya] nom ‘petai’
[badiya] Adj ‘suci’
[piyu]
Vb
‘putar’
[tiyo]
[siyo]
Adj
Adj
‘jernih’
‘teduh’
[hawa] nom
[duwa] bil
‘kuah’
‘dua’
[parbuwE] nom ‘keras’
[manjaE] Vb ‘mandiri’
[haEhaE] nom ‘paha’
‘pernah’
[hEya]
y
[gE a] nom ‘cacing’
Adj ‘hina’
[lEya]
y
[tE a]
Vb ‘angkat’
[jEya] Adj ‘malapetaka’
[mahEwu] Adj ‘kering &
pucat’
w
[halE θ ] nom ‘genjer’
[bowa]
Vb
[boyi]
[hoyi]
Vb ‘boleh’
‘suara
panggilan’
‘beritahu’
[jowu] Vb ‘panggil’
[bowu] nom ‘bibi’
[siy θ ] ‘teduh’, berkuting
Lanjutan tabel 3
[siy θ r]
uo
-
aoa
-
uae
aio
aua
-
nom ‘busur
panah’
-
[juwo]
nom ‘air mani/
sperma’
w
[ba a η ] atau [baowa]
nom ‘laki-laki’
-
[baowa η ] nom ‘bawang’
atau [bawa η ]
[nuwaE η ] Adj ‘sekarang’
[baiyon] nom ‘pandan’
[kawuat]
‘kawat’
Berdasarkan data-data dalam bahasa Toba di atas dapat ditemukan deret vokal
sebagai berikut :
1. Deret vokal yang terdapat pada posisi di awal, tengah, dan akhir kata yaitu : [ai],
[au], [ae], [ia], [ua], [ea], [oi].
2. Deret vokal yang terdapat pada posisi di tengah, dan di akhir kata yaitu : [ao],
[iu], [io], [ue], [ea], [eu], [eo], [oa] dan [aoa].
3. Deret vokal yang terdapat hanya pada posisi di tengah kata yaitu : [ui], [uea],
[aio], dan [aua].
4. Deret vokal yang terdapat hanya posisi di akhir kata yaitu : [ae], [ou], dan [uo]
seperti tabel berikut di bawah ini.
Tabel 4 : Distribusi Deret Vokal
a
i
u
e
o
a
a
aoa
i
uae
u
aio
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
i
u
e
o
Lanjutan tabel 4
e
aua
o
Keterangan : fonem menurun
= fonem pertama dan deret vokal
fonem mendatar
= fonem kedua dari deret vokal
tanda
= deret vokal
5.1.2 Data Deret Konsonan
Berdasarkan data yang diperoleh dari data tertulis dan data lisan deret
konsonan adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang terjadi pada suku kata yang
berbeda. Deret konsonan Batak Toba ini hanya ditemui pada posisi di tengah kata.
Contoh :
Deret Konsonan
/-kp-/
Kata
mapukpuk
Pelafalan
[mapukpuk]
Arti
‘sangat lelah, letih’
/-kj-/
jukjuk
[jukjuk]
‘jolok’
/-kd-/
dakdanak
[dakdanak]
‘anak kecil’
/-kh-/
halakhalak
[halakhalak]
‘orang-orangan’
/-kt-/
tuktuk
[tuktuk]
‘ketok’
taktak
[taktak]
‘daki’
/-kl-/
laklak
[laklak]
‘kulit kayu’
/-ks-/
paksa
[paksa]
‘paksa’
/-lb-/
tolbak
[tolbak]
‘pecah’ (tanggul)
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
holbung
[holbun]
‘lekuk’
/-lg-/
balga
[balga]
‘besar’
/-lm-/
jolma
[jolma]
‘manusia’
/-ld-/
daldal
[daldal]
‘suram’ (wajah)
/-lh-/
dalhop
[dalhop]
‘tertempel, melekat’
tolhas
[tolhas]
‘sampai’
biltak
[biltak]
‘pecah, retak’
poltak
[poltak]
‘terbit’
ultop
[ultop]
‘sumpitan’
/-lp-/
salpu
[salpu]
‘lewat, lampau’
/-ln-/
laplap
[laplap]
‘habiskan’
/-lp-/
salngit
[sal η it]
‘bau, korban sengit’
/-ls-/
salsal
[salsal]
‘terang, tampak’
/-mb-/
jimbur
[jibbur]
‘terbakar’
ombun
[obbun]
‘embun’
lombu
[lobbu]
‘lembu’
samban
[sabban]
‘penghalang’
sambil
[sabbil]
‘penjerat, perangkap’
sambok
[sabbok]
‘cambuk’
lombut
[lobbut]
‘pukul’
ompung
[ oppoη ]
‘nenek/kakek’
/-lt-/
/-mp-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-ml-/
/-nd-/
/-nj-/
/-ns-/
/-nt-/
/-ng-/
samporong
[ sapporoη ]
‘kaca lampu’
jomput
[jopput]
‘pungut’
lompa
[loppa]
‘masak’
lompong
[ loppoη ]
‘kalong’
lomlom
[lomlom]
‘hitam, gelap’
sande
[sadde]
‘tersandar’
sundat
[suddat]
‘batal’
bondut
[boddut]
‘telan’
talindan
[taliddan]
‘berbelit-belit’
andigan
[addigan]
‘kapan’
ganjang
[gajja η ]
‘panjang’
lonjan
[lojjan]
‘injak’
punjung
[pujju η ]
‘menyendiri, terasing’
tinjang
[tijja η ]
‘berdiri’
lonsot
[lossot]
‘penyet’
ponsal
[possal]
‘pecal’
bontar
[bottar]
‘puttih’
tintin
[tittin]
‘cincin’
puntar
[puttar]
‘pecah’
tanggurung
[ta η guru η ]
‘punggung’
pinggol
[pi η gol]
‘kuping’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
tanggal
[ta η gal]
‘lepas’
tingting
[tikti η ]
‘pemberitahuan’
tongtong
[to η to η ]
‘tetap’
jungkar
[jukkar]
‘jahat’
tangko
[takko]
‘curi’
jangkit
[jakkit]
‘panjat’
bangko
[bakko]
‘sifat’
bangke
[bakke]
‘mayat’
jengkar
[jekkar]
‘kekar’
jongjong
[jo η jo η ]
‘berdiri’
jengjeng
[je η je η ]
‘bandel’
sangsang
[saksa η ]
‘cincang’
sungsang
[suksa η ]
‘lahir tak normal’
bangso
[ba η so]
‘bangsa’
/-np-/
pangpang
[pakpa η ]
‘lumpuh’
/-pr-/
raprap
[raprap]
‘membabat sampai habis
/-pt-/
tiptip
[tittip]
‘potong rata’
/-ph-/
hophop
[hokkop]
‘bela’
/-ps-/
sapsap
[sassap]
‘habiskan’
borbor
[borbor]
‘marga’
orbuk
[orbuk]
‘abu’
/-nt-/
/-nk-/
/-nj-/
/-ns-/
/-rb-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-rl-/
porlak
[pollak]
‘kebun’
/-rt-/
hurtik
[hurtik]
‘goyang’
arta
[arta]
‘harta’
bortian
[bortian]
‘perut’
hurhur
[hurhur]
‘memarut’ parut
hurha
[hurha]
‘memanggil ayam’
porsan
[porsan]
‘pikul’
arsak
[arsak]
‘duka’
marsik
[marsik]
‘kering’
hurja
[hurja]
‘memanggil babi’
burju
[burju]
‘baik’
sihirput
[sihirput]
‘rumput putri malu’
porpor
[porpor]
‘ngeram’
arga
[arga]
‘mahal’
gorga
[gorga]
‘ukiran’
bornok
[bornok]
‘lembab’
bernit
[bernit]
‘sedih, menderita’
/-rg-/
bornga
[bor η a]
‘malam’
/-rh-/
ngorngor
[ η or η or]
‘pelan-pelan’
/-sp-/
pispis
[pispis]
‘siram’
pospos
[pospos]
‘tampar’
/-rh-/
/-rs-/
/-rj-/
/-rp-/
/-rg-/
/-rn-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
naipospos
[naipospos]
‘marga’
/-sb-/
Bosbos
[bosbos]
‘pikul’
/-sn-/
ngosngos
[ η os η os]
‘tidak memilih’
/-st-/
pastap
[pastap]
‘pukul’
gusting
[gusti η ]
‘gunting’
pistar
[pistar]
‘pintar’
dosdos
[dosdos]
‘sama rata’
marderesderes
[mardErEsdErEs] ‘gemersik’
/-tm-/
metmet
[mEtmEt]
‘kecil’
/-t η -/
ngatngat
[ η at η at]
‘gigit’
/-ts-/
semetsemet
[sEmEtsEmEt]
‘sejenis semut kecil’
/-sd-/
Berdasarkan data-data dalam bahasa Toba di atas dapat ditemukan deret
konsonan sebagai berikut :
1. Deret konsonan yang dimulai dengan /k/ berjumlah 9 yaitu : /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/,
/-km-/, /-kt-/, /-kb-/, /-kl-/, /-ks-/.
2. Deret konsonan yang dimulai dengan /L/ berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/,
/-ld-/, /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/.
3. Deret konsonan yang dimulai dengan /m/ berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/
4. Deret konsonan yang dimulai dengan /n/ berjumlah 4 yaitu : /-nd-/, /-nj-/, /-ns-/,
/-nt-/.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
5. Deret konsonan yang dimulai dengan /η / berjumlah 7 yaitu : /-η d-/, /-η g-/, /-η j/, /-η k-/, /-η p-/, /-η s-/, /-η t-/.
6. Deret konsonan yang dimulai dengan /p/ berjumlah 4 yaitu : /-ph-/, /-ps-/, /-pt-/,
/-pr-/.
7. Deret konsonan yang dimulai dengan /r/ berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/, /-rj-/, /rg-/, /-rl-/, /-rη -/, /-rp-/, /-rn-/, /-rs-/, /-rd-/, /-rt-/.
8. Deret konsonan yang dimulai dengan /s/ berjumlah 4 yaitu : /-sb-/, /-sd-/, /-sη -/,
/-st-/.
9. Deret konsonan yang dimulai dengan /t/ berjumlah 3 yaitu : /-tm-/, /-tη -/, /-ts-/,
seperti tabel berikut ini :
Tabel 5 : Distribusi Deret Konsonan
b
d
g
p
t
k
b
d
g
p
t
k
j
m
n
η
h
r
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
j
m
n
η
h
r
l
s
?
Lanjutan tabel 5
l
s
Keterangan : Fonem menurun
= fonem pertama dari deretan konsonan
Fonem mendatar
= fonem kedua dari deretan konsonan
Tanda
= deretan konsonan
Deretan konsonan ini hanya berada di tengah kata
Dari hasil penelitian yang telah diketahui di atas bahwa keseluruhan deret
konsonan dalam bahasa toba hanya dijumpai pada posisi tengah kata dasar seperti
diuraikan di bawah ini.
1. Deret konsonan yang dimulai dengan /k/
Berdasarkan data penelitian deret konsonan yang dimulai dengan /k/ ditemui
berjumlah 9 yaitu : /-kp-/, /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/, /-km-/, /-kt-/, /-kb-/, /-kl-/, /-ks-/.
Contoh :
Deret Konsonan
/-kp-/
Pelafalan Tengah
[mapukpuk]
Arti
‘sangat lelah, letih’
/-kj-/
[jokjok]
‘jolok’
/-kd-/
[dakdanak]
‘anak kecil’
/-kh-/
[halakhalak]
‘orang-orangan’
/-km-/
[mokmok]
‘gemuk’
/-kb-/
[bakbak]
‘jambak’
/-kt-/
[tuktuk]
‘ketok’
/-kl-/
[laklak]
‘kulit’
[taktak]
‘daki’
[paksa]
‘paksa’
/-ks-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Kesembilan deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa
toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesembilan
deret konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda.
Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa toba tidak dijumpai pada posisi
awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram
(1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang
berdampingan disebut deret.
2. Deret konsonan yang dimulai dengan /L/
Berdasarkan data penelitian di atas, deret konsonan yang dimulai dengan /L/
ditemui berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/, /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-ln-/, /-ls-/.
Deret Konsonan
/-lb-/
Pelafalan Tengah
[tolbak]
Arti
‘pecah’
[holbu η ]
‘lekuk’
/-lg-/
[balga]
‘besar’
/-lm-/
[jolma]
‘manusia’
/-ld-/
[daldal]
‘suram’ (wajah)
/-lh-/
[dalhop]
‘tertempel, melekat’
[tolhas]
‘sampai’
[biltak]
‘pecah, retak’
[poltak]
‘terbit’
/-lt-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
[ultop]
‘sampitan’
/-lp-/
[salpu]
‘lewat, lampau’
/- lη -/
[ salη it]
‘bau, berbau sengit’
/-ls-/
[salsal]
‘terang, tampak’
[holso]
‘susah’
Kesembilan deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa
toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesepuluh
deret konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda.
Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa Toba tidak dijumpai pada posisi
awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram
(1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang
berdampingan disebut deret.
3. Deret konsonan yang dimulai dengan /m/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /m/ ditemui berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/
Contoh :
Deret Konsonan
/-mb-/
Kata
jimbur
Pelafalan
[jibbur]
Arti
‘terbakar’
ombun
[obbun]
‘embun’
lombu
[lobbu]
‘lembu’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-mp-/
/-ml-/
samban
[sobban]
‘penghalang’
sambil
[sabbil]
‘penjerat, perangkap’
sambok
[sabbok]
‘cambuk’
lombut
[lobbut]
‘pukul’
jampurut
[jappurut]
‘budak, hamba’
rambas
[rabbas]
‘babat’
rambon
[rabbon]
demban
[debban]
‘kabur, remang-remang,
samar-samar’
‘napuran’
samporong
[sapporo η ]
‘kaca lampu’
jomput
[jopput]
‘pungut’
ompung
[oppu η ]
‘nenek/nenek’
lompa
[loppa]
‘masak’
lompong
[loppo η ]
‘kalong’
lumlam
[lumlam]
‘pikun’
Dari ketiga deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa
Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Namun di dalam pelafalan
tersebut ada 2 deret konsonan yang mengalami perubahan yang disebut assimulasi
regressif, sedangkan yang satu lagi tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain,
ketiga deret konsonan tersebut dalam bahasa Toba terdapat pada suku kata yang
berbeda. Alasan lain, karena deret konsonan dalam bahasa Toba tidak dijumpai pada
posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan dibagi atas suku kata yang
berdampingan disebut deret.
4. Deret Konsonan yang dimulai dengan /n/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /n/ ditemui berjumlah 4 yaitu : /-nd-/, /-nj-/, /-ns-/, /-nt-/.
Contoh :
Deret Konsonan
/-nd-/
/-nj-/
/-ns-/
Kata
sande
Pelafalan
[sadde]
Arti
‘sandar’
sundat
[suddat]
‘batal’
bondut
[boddut]
‘telan’
talindan
[taliddan]
‘berbelit-belit’
andigan
[addigan]
‘kapan’
sondang
[sodda η ]
‘terang’
tandap
[taddap]
‘nyata, tegas’
ganjang
[gajja η ]
‘panjang’
lonjang
[lojja η ]
‘injak’
punjung
[pujju η ]
‘menyendiri, terasing’
tinjang
[tijja η ]
‘berdiri’
monjab
[mojjab]
‘bersembunyi’
anju
[ajju]
‘bujuk’
lonsot
[lossot]
‘penyet, peot’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-nt-/
ponsal
[possal]
‘pecal’
unsok
[ussok]
‘anak laki-laki’
runsing
[russin η ]
‘senjata’
pinsang
[pissa η ]
‘tegur’
bontar
[bottar]
‘putih’
tintin
[tittin]
‘cincin’
puntar
[puttar]
‘pecah’
hunti
[hutti]
‘jujung’
Keempat deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba
karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, keempat deret
konsonan di atas dalam bahasa toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Alasan
lain, karena deret konsonan dalam bahasa toba tidak dijumpai pada posisi awal
maupun posisi akhir sebagai kata dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram
(1970 : 70) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas suku kata yang
berdampingan disebut deret.
5. Deret konsonan yang dimulai dengan / η /
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /η / ditemui berjumlah 7 yaitu : /- η d-/, /- η g-/, /- η j-/, /- η k-/, /- η p-/, /- η s-/,
/- η t-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Contoh :
Deret Konsonan
/- η d-/
Kata
dangdang
Pelafalan
[da η da η ]
Arti
‘alat memasak nasi’
/- η g-/
tanggurung
[ta η guru η ]
‘punggung’
pinggol
[pi η gol]
‘telinga’
tanggal
[ta η gal]
‘lepas’
jongjong
[jo η jo η ]
‘berdiri’
jengjeng
[je η je η ]
‘bandal’
tangko
[takko]
‘curi’
jungkat
[jukkat]
‘jahat’
jangkit
[ja η kit]
‘panjat’
bangko
[ba η ko]
‘sifat’
bangke
[bakke]
‘mayat’
jengkar
[jekkar]
‘kekar’
nangkin
[nakkin]
‘tadi’
/- η p-/
pangpang
[pakpa η ]
‘lumpuh’
/- η s-/
sangsang
[saksa η ]
‘cincang’
/- η t-/
tingting
[tikti η ]
‘pemberitahuan’
tongtong
[tokto η ]
‘setiap’
/- η j-/
/- η k-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Ketujuh deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba
karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Namun ada sebagian mengalami
perubahan fonem yang disebut assimilasi regresif.
6. Deret konsonan yang dimulai dengan /p/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /p/ ditemui berjumlah 4 yaitu :
/-ph-/, /-ps-/, /-pt-/, /-pr-/
Contoh :
Deret Konsonan
/-ph-/
Kata
hophop
Pelafalan
[hokkop]
Arti
‘bela, disayangi’
/-ps-/
sapsap
[sassap]
‘habiskan’
/-pt-/
tiptip
[tittip]
‘potong rata’
/-pr-/
raprap
[raprap]
‘babat sampai habis’
Keempat deret konsonan di atas dikatakan deret konsonan dalam bahasa toba
karena pelafalannya secara terpisah. Namun perlu dijelaskan deret konsonan di atas
ada yang mengalami proses assimulasi yang disebut assimulasi regressif dan
assimulasi resiprokal. Keempat deret konsonan tersebut masih tetap suku kata yang
berbeda, kemudian tidak dijumpai pada posisi di awal dan diakhir suku kata dasar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan
yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
7. Deret konsonan yang dimulai dengan /r/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /r/ ditemui berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/, /-rj-/, /-rg-/, /-rl-/, /-rn-/, /-rp-/, /rn-/, /-rs-/, /-rd-/, /-rt-/
Contoh :
Deret Konsonan
/-rb-/
Kata
orbuk
Pelafalan
[orbuk]
Arti
‘abu’
borbor
[borbor]
‘marga’
parbue
[parbuE]
‘buah’
hurhur
[hurhur]
‘parut’
hurha
[hurha]
‘memanggil ayam’
hurja
[hurja]
‘memanggil babi’
burju
[burju]
‘baik’
derder
[dErdEr]
‘encer, cair’
irdop
[irdop]
‘berkedip’
arga
[arga]
‘mahal’
gorga
[gorga]
‘ukir’
/-rl-/
porlak
[pollak]
‘kebun’
/-r η -/
borngin
[bor η in]
‘malam’
ngorngor
[ η or η or]
‘pelan-pelan’
sihirput
[sihurput]
‘rumput putri malu’
/-rh-/
/-rj-/
/-rd-/
/-rg-/
/-rp-/
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
/-rn-/
/-rs-/
/-rt-/
porpor
[porpor]
‘ngeram’
bornok
[bornok]
‘lembab’
bernit
[bErnit]
‘sedih, menderita’
porsea
[porsEa]
‘percaya’
arsak
[arsak]
‘susah, menderita’
marsik
[marsik]
‘kering’
birsak
[birsak]
‘percik’
kurtik
[hurtik]
‘goyang’
arta
[arta]
‘harta’
borhon
[borhon]
‘perut’
Kesebelas deret konsonan di atas, dikatakan deret konsonan dalam bahasa
Toba karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kesembilan
deret konsonan dalam bahasa Toba terdapat pada suku kata yang berbeda. Deret
konsonan ini tidak ditemui pada posisi diawal dan diakhir sebagai suku kata dasar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pulgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan
yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret.
8. Deret konsonan yang dimulai dengan /s/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan bahasa toba yang
dimulai dengan /s/ ditemui berjumlah 5 yaitu /-sb-/, /-sd-/, /-s η -/, /-t η -/, /-st-/.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Contoh :
Deret Konsonan
/-sb-/
Kata
basbas
Pelafalan
[basbas]
Arti
‘pukul’
/-sd-/
dosdos
[dosdos]
‘sama rata’
marderesderes
[mardErEsdErEs] ‘gemersik’
/-s η -/
ngosngos
[ η os η os]
‘tindih menindih’
/-st-/
pastap
[pastap]
‘pukul’
gusting
[gusti η ]
‘gunting’
pistar
[pistar]
‘pintar’
Kelima deret konsonan di atas, dikatakan deret konsonan dalam bahasa Toba
karena pelafalannya diucapkan secara terpisah. Dengan kata lain, kelima deret
konsonan itu terdapat pada suku kata yang berbeda. Deret konsonan ini tidak ditemui
pada posisi di awal dan di akhir sebagai suku kata dasar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purgram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan yang dibagi atas
suku kata yang berdampingan disebut deret.
9. Deret konsonan yang dimulai dengan /t/
Berdasarkan data penelitian di atas, maka deret konsonan yang dimulai
dengan /t/ ditemui berjumlah 3 yaitu : /-tm-/, /-tη -/ dan /-ts-/.
Contoh :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Deret Konsonan
Kata
Pelafalan
Arti
/-tm-/
metmet
[mEtmEt]
‘kecil’
/-tη -/
ngatngat
[ η at η at]
‘gigit’
/-ts-/
semetsemet
[sEmEtsEmEt]
‘semut kecil’
Deret konsonan ini dikatakan deret konsonan karena pelafalannya diucapkan
secara terpisah. Dengan kata lain, deret konsonan ini terdapat pada suku kata yang
berbeda. Namun, tidak dijumpai pada posisi di awal dan di akhir suku kata dasar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Purngram (1970 : 79) yang mengatakan deret konsonan
yang dibagi atas suku kata yang berdampingan disebut deret.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Deretan Vokal dan Konsonan Dalam Satu Suku Kata
Kata dalam bahasa Toba terdiri atas satu suku atau lebih. Betapapun
panjangnya suatu suku kata, wujud suku kata yang membentuknya mempunyai
struktur dan kaidah. Suku kata dalam bahasa Toba terdiri atas vokal, vokal konsonan,
konsonan vokal, konsonan vokal konsonan.
Contoh :
a. V
:
a – u,
a – mang,
hu – a
i – da,
i – gung,
i – num
u – da,
u – dan ,
b–u
o – buku,
o – ma,
o – lo
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
e – ta,
b. VK
:
c. KV
:
e – tong,
ba – o
ba – i – on, ha – u – ma,
ma – i – la
ang – go,
ang – gi,
ha – il
ar – ga,
um – ma
ha – ol,
an – da – lu
sa – pu,
ba – li – an
sa – me,
ga – le, ma – le
pa – le
d. KVK
:
bal – bal,
lom – pa,
mar – sak
tal – tal,
hor – ja,
lam – bok
tor – tor,
lom – lom
Deretan vokal dan konsonan yang membentuk suku kata atau lebih di atas
dapat berterima dalam bahasa Toba.
5.2.2 Deret Vokal
a. Deret vokal /-ai-/
Ada dua langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur pengukuran
kata dalam bahasa Toba.
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Contoh : aili ‘celeng’
Σ
|
R
|
N
a i l
Σ
|
R
|
N
i
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
N
|
i
O
|
l
Σ
|
R
|
N
|
i
Langkah Ketiga, hubungan kedua suku kata bahasa Toba membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
N
|
i
O
|
l
Σ
|
R
|
N
|
i
Penyukuan dari kata aili ‘celeng’ menurut langkah di atas adalah: ai-li.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
b. Deret Vokal /-au-/
Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : raus ‘ceroboh’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
r a
Σ
|
R
|
N
u s
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
r a
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
u
s
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N
| |
r a
Σ
|
R
|
N
|
u
C
|
s
Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N
| |
r a
Σ
|
R
|
N
|
u
C
|
s
Penyukuan dari kata raus ‘ceroboh’ menurut langkah di atas adalah ra-us.
c. Deret Vokal /-ae-/
Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : paet ‘pahit’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
p a
Σ
|
R
|
N
e t
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
p a
Σ
|
R
|
N
|
e
t
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N
| |
p a
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
e
O
|
t
Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N
| |
p a
Σ
|
R
|
N
|
e
O
|
t
Penyukuan dari kata paet ‘pahit’ menurut langkah di atas adalah pa-et.
d. Deret Vokal /-ua-/
Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : mual ‘air’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
m u
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
a l
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
m u
Σ
|
R
|
N
|
a
l
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
Σ
|
R
|
O N
| |
m u
|
R
|
N
|
a
C
|
l
Langkah Keempat, Lembaga kedua suku kata itu membentuk kata (Wd)
Wd
Σ
|
R
|
O N
| |
m u
Σ
|
R
|
N
|
a
C
|
l
Penyukuan dari kata mual ‘air’ menurut langkah di atas adalah mu-al.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
5.2.3 Deret Konsonan
a. Deret Konsonan /-kp-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : mapukpuk ‘letih’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
m a
Σ
|
R
|
N
|
p u k
Σ
|
R
|
N
|
p u k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
m a
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N O N
| |
| |
p u k p u k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N
| |
m a
Σ
|
R
|
O N C
| | |
p u k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
p u k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
O
|
m
Σ
|
R
|
N
|
a
O
|
p
Σ
|
R
|
N
|
u
C
|
k
O
|
p
Σ
|
R
|
N
|
u
C
|
k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
ma-puk-puk.
b. Deret Konsonan /-kj-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : jokjok ‘jolok’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
j o k
Σ
|
R
|
N
|
j o k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
j o
k
O
|
j
Σ
|
R
|
N
|
o
k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N C
| | |
j o k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
j o k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N C O N C
| | | | | |
j o k j o k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
jok-jok.
c. Deret Konsonan /-kh-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : halakhalak ‘orang-orangan’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
h a
Σ
|
R
|
N
|
l a k
Σ
|
R
|
N
|
h a
Σ
|
R
|
N
|
l a k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
O
|
h
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N
O N
| |
| |
l a k h a
Σ
|
R
|
O N
| |
l a k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
O
|
h
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
l a k h
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
O N C
| | |
l a k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Wd
O
|
h
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
l a k h
Σ
|
R
|
N
|
a
Σ
|
R
|
O N C
| | |
l a k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
ha-lak-ha-lak.
d. Deret Konsonan /-km-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : mokmok ‘gemuk’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
m o k
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
m o k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
m o k
Σ
|
R
|
O N
| |
m o k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m o k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m o k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
m o k m
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N C
| |
o k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
mok-mok.
e. Deretan Konsonan /-kb-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : bakbak ‘jambak’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
b a k
Σ
|
R
|
N
|
b a k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N
O N
| |
| |
b a k b a k
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
b a k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
b a k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
b a k b
Σ
|
R
|
N C
| |
a k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
bak-bak.
f. Deretan Konsonan /-kt-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : tuktuk ‘ketik’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
t u k
Σ
|
R
|
N
|
t u k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
t u k
Σ
|
R
|
O N
| |
t u k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t u k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t u k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N C O N C
| | | | | |
t u k t u k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
tuk-tuk.
g. Deretan Konsonan /-kp-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : pakpak ‘pukul’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
p a k
Σ
|
R
|
N
|
p a k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N
O N
| |
| |
p a k p a k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
p a k
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N C
| | |
p a k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
p a k p
Σ
|
R
|
N C
| |
a k
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
pak-pak.
h. Deretan Konsonan /-kt-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : taktak ‘daki’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
t a k
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
t a k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N
O N
| |
| |
t a k t a k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t a k
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t a k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N C O N C
| | | | | |
t a k t a k
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
tak-tak.
i. Deretan Konsonan /-lb-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : holbung
Langkah Pertama, karena inti suku kata merupakan konstituen yang wajib pada
sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan pada tiaptiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol nucleus (N)
ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan simbol
sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
h o l b
Σ
|
R
|
N
|
u η
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
h o l
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N
| |
b u η
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
h o l
Σ
|
R
|
O N C
| | |
b u η
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C O
| | | |
h o l b
Σ
|
R
|
N C
| |
u η
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
hol-bun.
j. Deret Konsonan /-lg-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : balga ‘besar’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
b a l
Σ
|
R
|
N
|
g a
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
b a l
Σ
|
R
|
O N
| |
g a
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
O
|
b
Σ
|
R
|
N C
|
a
l
Σ
|
R
|
O N
| |
g a
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
O
|
b
Σ
|
R
|
N C
|
a
l
Σ
|
R
|
O N
| |
g a
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
bal-ga.
k. Deret Konsonan /- lη -/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : salngit ‘bau’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
s
Σ
|
R
|
N
|
a l
Σ
|
R
|
N
|
η i t
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
s a l
Σ
|
R
|
O N
| |
η i t
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
s a l
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N C
| | |
η i t
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
O N C O N C
| | | | | |
s a l η i t
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
sal-ngit.
l. Deret Konsonan /- ηg -/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : tanggurung ‘punggung’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
t a η g
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
u
r
Σ
|
R
|
N
|
u η
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
t a η
Σ
|
R
|
O N
| |
g u
Σ
|
R
|
O N
| |
r u η
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t a η
Σ
|
R
|
O N
| |
g u
Σ
|
R
|
O N C
| | |
r u η
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C
| | |
t a η
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N
| |
g u
Σ
|
R
|
O N C
| | |
r u η
Penyukuan dari kata mapukpuk ‘sangat lelah, letih’ menurut langkah di atas adalah
tang-gu-rung.
m. Deret Konsonan / -r η -/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : ngorngor ‘pelan-pelan’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
η o r
Σ
|
R
|
N
|
η o r
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
O
η
Σ
|
R
|
N
o r
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
O
η
Σ
|
R
|
N
o
r
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
η o r
Σ
|
R
|
O N C
| | |
η o r
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C
| | |
η o r
Σ
|
R
|
O N C
| | |
η o r
Penyukuan dari kata ngorngor ‘pelan-pelan’ menurut langkah di atas adalah ngorngor.
n. Deret Konsonan /-rs-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : marsik ‘kering’
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
m a r
Σ
|
R
|
N
|
s i k
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
O
|
m
Σ
|
R
|
N
O
|
|
a r s
Σ
|
R
|
N
|
i k
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m a r
Σ
|
R
|
O N C
| | |
s i k
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m a r
Σ
|
R
|
O N C
| | |
s i k
Penyukuan dari kata marsik ‘kering’ menurut langkah di atas adalah mar-sik.
o. Deret Konsonan /-rt-/
Ada 3 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : arta ‘kata’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
a
r
Σ
|
R
|
N
|
t a
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
|
R
|
O N
| |
a r
O
|
t
Σ
|
R
|
N
|
a
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
N C
| |
a r
O
|
t
Σ
|
R
|
N
|
a
Langkah Keempat, hubungan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd)
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Wd
Σ
|
R
|
N C
| |
a r
O
|
t
Σ
|
R
|
N
|
a
Penyukuan dari kata arta ‘kata’ menurut langkah di atas adalah ar-ta.
p. Deret Konsonan /-tm-/
Ada 4 langkah yang harus diikuti dalam menentukan struktur penyukuan kata
dalam bahasa Toba.
Contoh : metmet ‘kecil’
Langkah Pertama, karena inti suku kata bahasa Toba merupakan konstituen yang
wajib pada sebuah suku kata, maka inti suku kata itu yang pertama sekali ditentukan
pada tiap-tiap sukunya yang biasanya vokal, dan di atas masing-masing simbol
nucleus (N) ditempatkan Rima (R), dan di atas masing-masing Rima (R) ditempatkan
simbol sigma ( Σ ) untuk pembatas suku katanya.
Σ
|
R
|
N
|
m e t m
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Σ
|
R
|
N
|
e t
Langkah Kedua, Onset sebelum koda : Deretan konsonan yang terpanjang disebelah
kiri masing-masing inti (N) yang tidak melanggar pembatas-pembatas fonotaktik
suatu bahasa disebut onset (O) dari suku katanya.
Σ
Σ
|
|
R
R
|
|
ON ON
| |
| |
m e t me t
Langkah Ketiga, setiap konsonan yang sisa yang ada disebelah kanan dari tiap-tiap
inti (N) membentuk coda (C). Coda ini digabungkan dengan inti suku kata ke sebelah
kiri pada rima (R). Suku kata yang berakhir dengan coda (C) dalam hal ini disebut
suku kata tertutup.
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m e t
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m e t
Langkah Keempat, hubungkan kedua suku kata itu membentuk kata (Wd).
Wd
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m e t
Σ
|
R
|
O N C
| | |
m e t
Penyukuan dari kata metmet ‘kecil’ menurut langkah di atas adalah met-met.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah data dianalisis, penulis memberikan kesimpulan berdasarkan deret
vokal, deret konsonan dan suku kata.
a. Deret Vokal dalam Bahasa Toba ada 21 yaitu : /ai/, /au/, /ae/, /ao/, /ia/, /iu/,
/io/, /ua/, /ui/, /ue/, /ea/, /eu/, /eo/, /oa/, /oi/, /ou/, /uo/, /aoa/, /uae/, /aio/, dan
/auo/.
Deret vokal yang berada di awal, tengah, dan di akhir yaitu : /ai/, /au/, /ae/,
/ia/, /ua/, /ea/, /oi/. Deret Vokal yang berada di tengah dan di akhir yaitu /ao/,
/iu/, /io/, /ue/, /eu/, /eo/, /oa/, /io/, /aoa/.
Deret vokal yang berada di tengah dan di akhir yaitu : /ao/, /iu/, /io/, /ue/, /eu/,
/eo/, /oa/, /aoa/
Deret vokal yang hanya berada di akhir yaitu : /ou/, /uo/
Keduapuluh satu deret vokal di atas mempunyai jenis kata verba,
nomina, adjektiva, pronomina, dan adverbia.
b. Deret Konsonan dalam bahasa Toba ada 50 (lima puluh) yaitu :
/-kp-/, /-kj-/, /-kd-/, /-kh-/, /-kt-/, /-kl-/, /-ks-/, /-lb-/, /-lg-/, /-lm-/, /-ld-/, /-lh-/,
/-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/, /-mb-/, /-mp-/, /-ml-/, /-nd-/, /- η j-/, /-ns-/, /-nt-/,
/- η g-/, /- η t-/, /- η k-/, /- η j-/, /- η s-/, /- η p-/, /-pr-/, /-pt-/, /-ph-/, /-ps-/, /-rb-/,
/-rl-/, /- rt-/, /-rh-/, /-rs-/, /-rj-/, /-rp-/, /-rg-/, /-rn-/, /-sp-/, /-sb-/, /-sn-/, /-st-/,
/-sd-/, /-tm-/, /-t η -/, /-ts-/.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Dari keempat puluh sembilan deret konsonan di atas dapat dibagi atas, yaitu :
Pertama, deret konsonan yang dimulai dengan /k/ berjumlah 9 yaitu : /-kp-/, /-kj-/, /kd-/, /-kh-/, /-kt-/, /-kl-/, /- ks-/, /-km-/, /-kb-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah nomina, adjektiva, verba.
Kedua, deret konsonan yang dimulai dengan /l/ berjumlah 9 yaitu : /-lb-/, /-lg-/,
/-lm-/, /-ld-/ /-lh-/, /-lt-/, /-lp-/, /-l η -/, /-ls-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah nomina, adjektiva, nomina.
Ketiga, deret konsonan yang dimulai dengan /m/ berjumlah 3 yaitu : /-mb-/, /-mp-/,
/-ml-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba.
Keempat, deret konsonan yang dimulai dengan /n/ berjumlah 3 yaitu : /-nd-/, /-nj-/,
/-ns-/, /-nt-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba.
Kelima, deret konsonan yang dimulai dengan / η / berjumlah 7 yaitu : /- η d-/, /- η g-/,
/- η j-/, /- η k-/, /- η p-/, /- η s-/, /- η t-/,
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah nomina, verba, adjektiva.
Keenam, deret konsonan yang dimulai dengan /p/ berjumlah 4 yaitu : /-ph-/, /-ps-/,
/-pt-/, /-pr-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah verba, adjektiva.
Ketujuh , deret konsonan yang dimulai dengan /r/ berjumlah 11 yaitu : /-rb-/, /-rh-/,
/-rj-/, /-rd-/, /-rg-/, /-rl-/, /-r η -/, /-rp-/, /-rn-/, /-rs-/, /-rt-/.
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah adjektiva, nomina, verba.
Kedelapan, deret konsonan yang dimulai dengan /s/ berjumlah 5 yaitu : /-sb-/, /-sd-/,
/-s η -/, /-t η -/, /-ts-/,
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah verba, adjektiva, nomina, konjungsi dan numeral.
Kesembilan, deret konsonan yang dimulai dengan /t/ berjumlah 1 yaitu : /-tm-/
Semua deret konsonan di atas hanya berada pada posisi di tengah. Jenis deret
konsonan tersebut adalah adjektiva.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
c. Suku Kata
Suku kata dalam bahasa Toba terdiri atas :
1. Vokal (V)
2. Vokal Konsonan (VK)
3. Konsonan Vokal (KV)
4. Konsonan Vokal Konsonan (KVK)
d. Dalam bahasa Toba tidak ada ditemui gugus vokal dan gugus konsonan
seperti : gugus vokal B. Indonesia
gugus konsonan B. Indonesia
: gulai, satai
: spanduk, gram
e. Dalam bahasa Toba tidak ditemui adanya diftong.
f. Dalam bahasa Toba hanya ditemui cluster seperti /nd/ ndang ‘tidak’ dikatakan
tidak produktif.
g. Perlambangan fonem dalam telaah ini tidak sepenuhnya menerapkan
perlambangan International Phonetic Alphabet (IPA). Lambang IPA ini hanya
dipakai dalam bahasa Inggris seperti segmen consonants dan segmen vowels.
Transkripsi fonetis mempunyai tujuan untuk mencatat setepat mungkin semua
ciri ucapan atau seperangkat ucapan yang dapat didengar dan dikenal oleh
penulis di dalam arus ujar. Contoh : [mardEka]. Transkripsi fonemis cara
penulisan fonem-fonem segmen. Contoh : /mardeka/. Sistem fonem segmental
tidak menyertakan golotal hambat tansuara /?/ di dalamnya.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
6.2 Saran
Dengan penelitian yang lebih mendalam terhadap fonotaktik bahasa Toba
perlu diadakan :
1. Pembinaan fonotaktik bahasa Toba sebagai bahasa nusantara di Kabupaten
Tapanuli Utara.
2. Pengajaran bahasa Toba dalam bidang aksara sebagai salah satu bidang studi
wajib di daerah tingkat II Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Utara.
3. Pengajaran mengenai aksara pada tingkat sekolah dan sampai ke tingkat
perguruan tinggi di Sumatera Utara.
4. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dalam
penyusunan buku pelajaran dalam bahasa Toba sebagai muatan lokal pada
tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Adi S. Susilo. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jurnal Perpustakaan USU.
Arka I Wayun. 2009. Masalah Relasi Gramatikal Bahasa Rongga : Sebuah Kajian
Awal Jurnal. Perpustakaan USU.
Arifin, Zainal dan H.M. Junaiyah. 2007. Morfologi. PT. Grafindo.
Alwi, Hasan. Soejono, D.; Hans, L, dan Anton, M.M. 1998. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. (edisi ketiga), Jakarta : Balai Pustaka.
Aminoedin, Ny.A.: Soejiatno.; H.S. Razaq.; L.L. Marsoedi, dan Taryono. 1984.
Fonologi Bahasa Indonesia : Sebuah Studi Deskriptif. Jakarta : Pusat
Pembangunan dan Pengembangan Bahasa.
Buchman, C.D. 1963. A Programmed Introduction to Linguistics : Phonetics and
Phonemics. Boston : DC. Health and Company.
Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karya Agung. Surabaya.
Chaiyanara Paitoon M, 2002. Pengenalan Teori Fonologi. Dee Zed Consult.
Singapore.
_____________, 2001. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Wespac Consult
Centre, Singapura.
_____________, 2007. Kepelbagaian Teori Fonologi. Dee Zed Consult Singapore.
_____________, 2007. Dinamika Fonotaktik Bahasa Melayu : Transfonologisasi
Dalaman dan Luaran. Jurnal Utama, Jilid 1.
Chaer Abdul. 1994. Linguistik Umum. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Fenigen, E. and Nico, B. 1989. Language: Its Structure and Use. San Diego :
Harcourt Brace Jovanovich.
Fromkin, V. and Roadman, R. 1993. An Introduction to Language. (edisi 5) New
York: Holt, Rinehard & Winston.
Fudge, E.C. 1973. Phonology. (Selected Readings). Baltimore: Penguin Books.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Gimson, A.C. and Ramsaran, S.M. 1982. An English Pronunciation Companion to
the Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London :
Oxford University.
Hammarstrom, G. 1976. Linguistic Units and Items. New York: Springer Verlag.
Hartmann. R.R.K. and F.C. Stork. 1972. Dictionary of Language and Linguistics.
Great Britain: Applied Science Publisher, Ltd.
Hawkins, P. 1984. Introducting Phonology. Great Britain: Hutchinson & Co, Ltd.
Hasibuan Anthony Saidi. 1979. Deskripsi Bahasa Batak Toba. Fakultas Sastra USU.
Medan.
Hasibuan Namsyah Hot, 2002. Pola Fonotaktis Komponen Fonemis Gugus
Konsonan Awal Suku Kata Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya.
_____________, 2009. Problematika Fonotaktik Dalam Bahasa Indonesia. Jurnal.
Perpustakaan USU.
Hyman, L.M. 1975. Phonology : Theory and Practice. New York : Holt, Rinehart
and Winston.
Jones, D. 1950. An Outline of English Phonetics. Cambridge : W. Heffe and Sons,
Ltd.
Keraf Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Nusa Indah. Ende - Flores.
Katamba, F. 1989. An Introduction to Phonology. New York: Longman, Inc.
Kenstowicz, M. 1994. Phonology
Massachusetts Blackwell.
in
Generative
Grammar.
Cambridge:
Kosmos Jeladu. 2009. Perilaku Penyangka Kambang Dalam Bahasa Rongga.
Jurnal Perpustakaan USU.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. PT.
Gramedia. Jakarta.
___________, 1984-1985. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.
Lass, R. 1984. Phonology: An Introduction to Basic Concepts. Cambridge:
Cambridge University Press.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Lengkey Maxi C. M. 2009. Morfofonemik Bahasa Sangir. Jurnal. Perpustakaan
USU.
Mees, C.A. 1954. Ilmu Perbandingan Bahasa-bahasa Austronesia. Kuala Lumpur:
University of Malay Press.
Moeliono, A.M. dan Soenjono D. (Penyunting). 1988. Tatabahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Nawawi. 1987. Metode Dasar Dalam Penelitian Sastra. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Nawawi, Hadari. 1967. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
O’Grady, William; Micael Dobrovolsky, and Mark Aronoff. 1989. Contemporary
Linguistics : An Introduction. New York : St. Martini’s Press.
Pike, K.L. 1947. Phonemics : A Technique for Reducing Language to Writing, Ann
Arbor; The University of Michigan Press.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1984. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Batak Toba. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Rawamangun. Jakarta Timur.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1979. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. PN Balai Pustaka.
Jakarta.
Pulgram, E. 1970. Syllabe, Words, Nexus, Cursus. The Netherlands: Mouton & Co.
Pastika, Wayan I. 1994. Proses Fonologis Melampaui Batas Leksikon : Jurnal
Ilmiah Linguistika Program Studi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana.
______________. 2004. Deskripsi Bunyi Bahasa dan Perubahannya: Model
Tagmemik, Generatif dan Sinfonologi. Jurnal Ilmiah Linguistika Program Studi
S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana.
______________. 2004. Sinfologi : Interaksi Sintaksi dan Fonologi. Jurnal Ilmiah
Linguistika Program Studi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Ridwan, H.T.A. 1996. Dasar-dasar Lingustika. Sekolah Tinggi Bahasa Asing
(STBA) Harapan. Medan.
Ramlan, M. 1987. Morfologi. C.V. Karyono. Yogyakarta.
Ruhut Parsaoran di Habatahon. 1994. Universitas HKBP Nommensen Pusat
Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Medan.
Rastika I Wayan. 2008. Proses Fonologis Dapat Dipicu Struktur Sintaksis :
Fenomena Lintas Bahasa. Jurnal Ilmiah.
Samsuri. 1987. Analisa Bahasa. Erlangga.
Sibarani, Robert. 1997. Leksikografi. USU Press. Medan.
Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak. Balai Pustaka. Jakarta.
Spencer, A. 1996. Phonology: Theory and Description. Cambridge: Blackwell.
Suprapto. 1993. Himpunan Istilah Ilmu Bahasa. Surabaya: Penerbit Indah.
Suparsa I Nyoman. 2009. Fonologi Bahasa Rongga : Sebuah Kajian Transformasi
Generatif Jurnal. Perpustakaan USU.
Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta : Jambatan.
Sudaryanto. 1988. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Verma, S.K. and N. Krishnaswamy. 1996. Modern Linguistics. New Delhi : Rekha
Printers Ltd.
Warneck. J. 2001. Kamus Batak Toba Indonesia. Bina Media. Medan.
Wolfram, W. and Johnson., R. 1982. Phonological Analysis: Focus on American
English. Washington, DC: Centerfor Applied Linguistics.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Lampiran 1
I. INDUK HURUF BAHASA BATAK TOBA
1. Aksara Batak Toba disebut bersifat silabis, artinya satu tanda menggambarkan
satu suku kata atau silaba. Tanda yang silabis itu disebut “induk huruf”,
jumlahnya 19, dan pada umumnya berbunyi /a/, kecuali induk huruf /i/ dan /u/.
Huruf kapital tidak dibedakan dengan huruf kecil. Pada mulanya, kata-kata ditulis
tanpa jarak. Kini jarak itu dipergunakan agar setiap kata dapat dibaca dengan
tepat dan jelas.
Induk huruf yang 19 itu adalah :
a
ha
na
ra
ta
ma
nga
la
pa
ga
ja
sa
da
ba
wa
nya
ya
i
u
Tiga di antara induk huruf itu hampir tidak pernah dipakai, kecuali untuk
menuliskan kata-kata pinjaman, dan atau bunyi pelancar : /nya/, /ya/ dan /wa/.
Induk huruf /ka/ tidak ada, dan sebagai penggantinya dipakai induk huruf /ha/.
2. Kata yang terdiri dari 2 suku kata atau lebih dan berbunyi /a/ cukup ditulis
dengan induk hurufnya saja, misalnya :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
mata
-
abara
-
Contoh lain :
lapa
-
mangalapa
-
taba
-
manaba
-
mangalapa
-
3. Induk huruf /a/ sebagaimana contoh di atas dipakai apabila induk huruf itu
berkedudukan sebagai satu suku kata :
aha
-
amana
-
abara
-
alana
-
baba
-
4. Induk huruf /i/ dipakai bila induk huruf itu berkedudukan sebagai satu suku kata
atau sebagai satu kata yang berdiri sendiri :
ina-ina
-
ibana
-
idama
-
dai
-
alai
-
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
5. Induk huruf /u/ dipakai apabila induk huruf itu berkedudukan sebagai satu suku
kata :
usa
-
bau
-
ugama
-
hauma
-
ula-ula
-
uta-uta
-
ulu
-
Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai tanda baca seperti dalam bahasa
Indonesia :
(1) tanda hubung (
), dipergunakan untuk menghubungkan suku kata
dasar yang terpisah oleh pergantian baris;
(2) tanda penutup bab atau bagian cerita (fragmen) yang berdiri sendiri;
Untuk penyesuaian diri dengan bahasa Indonesia, diusulkan agar semua
tanda baca yang ada dalam EYD dipergunakan seluruhnya.
Latihan membaca :
A. 1.
8.
2.
9.
3.
10.
4.
11.
5.
12.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
6.
13.
7.
14.
15.
16.
17.
18.
B.1.
Latihan menulis
1. Ulama ma hauma i jala parata.
2. Basana i ina-ina na uli i.
3. Ida ma! sala hatana.
4. Mangalapa gaja sada baoa (bawa).
5. Tabama hau na rata i'
6. Aha na masa? Maila ibana taida.
7. Rata matana.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
8. hahana maila.
9. taraga ma asa ta jama.
10. Ida-ida ibana, ulama.
11. Bapana raja.
12. Paimama ibana.
II. ANAK HURUF
Telah dibicarakan bahwa induk huruf itu pada umumnya berbunyi /a/ kecuali
induk huruf /i/ dan /u/. Untuk mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /i/, /u/,
/e/, /o/, atau untuk menambahkan bunyi /ng/ pada induk huruf, dan atau
mematikannya (mengubah induk huruf menjadi konsonan), dipergunakanlah tandatanda khusus yang disebut anak huruf :
a. haluaan/haluain (….o), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /i/,
misalnya :
lada
lidi
b. haboruan/haborotan (……>), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /u/
misalnya :
hata
hutu
c. hatadingan (….), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /e/, misalnya :
mata
mate
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
d. sikora/siala (……x), mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /o/, misalnya
:
jala
jalo
e. paminggil/hamisaran (……._), menambah bunyi /ng/ pada induk huruf, misalnya :
gara
garang
f. pangolat (……’), mematikan bunyi /a/ pada induk huruf sehingga menjadi
konsonan, misalnya :
sahata
sahat
Jumlah anak huruf dalam aksara bahasa Batak Toba adalah enam (6).
Pada bahasa Batak Toba tidak dijumpai bunyi pengunci /h/, dan karena itu
tulisan
tidak akan dibaca anah tetapi ‘anak’ dan sebaliknya tulisan
tidak dibaca kamu tetapi ‘hamu’, karena dalam bahasa Batak Toba tidak ada bunyi
/ka/ pada awal kata.
Di bawah ini akan dijelaskan tentang pemakaian istilah anak huruf.
a. HALUAAN/HALUAIN
Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /i/ disebut
haluaan atau haluain. Bentuknya seperti ‘o’, dan letaknya dibelakang induk huruf.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Kalau anak huruf iyu diletakkan di belakang induk huruf /ma/, atau /pa/ maka
bunyinya akan berubah menjadi /mi/ atau /pi/.
Contoh :
bata
hita
baba
babi
napa
nipi
bara
bara
rara
rari
sala
sali
taha
tahi
taba
tabi
nganga
ngingi
gara
gira
Latihan membaca :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Latihan menulis :
1. Uli nipina. Diida ibana amana na basa i.
2. Si Tahi manaha lima hau ni hahana.
3. Maila ibana diida si Ida.
4. Aba ditahi nasida ?
5. Lima lili ni si Siti.
b. HABORUAN/HABOROTAN
Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /u/ disebut
haboruon atau haborotan. Bentuknya seperti lambang matematika yang menyatakan
‘lebih besar’ (
), dan letaknya dibelakang induk huruf. Tanda itu diletakkan pada
induk huruf dengan cara sebagai berikut :
a. Pada induk huruf yang sudah mempunyai garis ke arah kanan, cukup dengan
menambahkan garis miring ke kiri dari kaki garis induk huruf itu, misalnya :
nga
ngu
ngungu
ja
ju
juju
ta
tu
tutu
da
du
dudu
ma
mu
mumu
la
lu
lulu
b. Pada induk huruf yang sudah mempunyai garis ke kiri, cukup dengan
menambahkan garis miring ke kanan dari kaki garis induk huruf itu, misalnya :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
ga
gu
gugu
ra
ru
ruru
c. Pada induk huruf yang bersiku atau membentuk garis agak lengkung disebelah
kanan termasuk induk huruf /sa/, ditambahkan tanda anak huruf itu pada induk
huruf yang bersangkutan, misalnya :
ba
bu
bubu
na
nu
nunu
ba
hu
huhu
sa
su
susu
d. Pada induk huruf /pa/, tanda anak huruf itu ditempatkan di bawah tengah induk
huruf dengan terbalik, misalnya :
pa
pu
Latihan membaca :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
pupu
Latihan menulis :
1. Uli! Sapu ma jahumuna i.
2. Dibunu ibana ina-ina na ngungu i.
3. Nunga maridi guru i? Huida hamu manaba hau na di hau ma i.
4. Tudu hamuma, asa hutuju tusi.
5. Pasu-pasu ni ama na basa i ma di hamu tutu.
6. Tubu ma hariara di hutanami, alai ditaba ama ni Pasa.
7. Api i ma sulu-sulumuna tu hutamuna.
8. Muba-uba hata ni si Tua tu hahana i.
9. Tu dia hami mangula haumamuna i.
10. Piga ma Guru na lulu di hami.
c. HATADINGAN
Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /e/ disebut
hatadingan. Bentuknya berupa garis pendek yang diletakkan di atas induk huruf
sebelah kiri (….), misalnya :
gale
hehe
beta
rere
gabe
bege
mate
debata
hea
jea
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai induk huruf /e/. Untuk menuliskan
bunyi /e/ sebagai satu suku kata seperti pada kata ‘eme’. Atau ‘lae’, harus
dipergunakan induk huruf /a/ dengan menambahkan anak surat hatadingan disebelah
kiri atas;
misalnya
eme
jae
sae
lae
eda
dae
eba-eba
hae-hae
Latihan menulis :
1. Lilu do si olo di Kota na rame i.
2. Molo olo ho mangoloi tona ni ama jala hura dao, ma mora ma ho.
3. Mate sada hoda di huta ni si Pona. Hoda ni ise do i?
4. Di jalo ibana do gugunami tu negara.
5. Na uli situtu do tao Toba i! Olo do hamu laho tu si?
d. SIKORA/SIALA
Anak huruf yang mengubah bunyi induk huruf menjadi berbunyi /o/ disebut
sikora/siala. Bentuknya berupa tanda kali (x) yang diletakkan di sebelah kanan induk
huruf (….x), misalnya :
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
jalo
jolo
poda
hodo
lola
lolo
roa
roro
Pada aksara Batak Toba tidak dijumpai induk huruf /o/. Untuk menuliskan
bunyi /o/ sebagai satu suku kata seperti ‘olo’, harus dipergunakan induk huruf /a/
dengan menambahkan anak huruf /x/ disebelah kanan.
Latihan membaca :
Latihan menulis :
1. jolo laho ma jolo ibana tu jolo.
2. Molo so olo mamora ba tu hona ma.
3. Rara si tutu do bunga i.
4. Pota-bota ni sada.
5. Dodo ma olo do bo?
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
e. PAMINGGIL/HAMISARAN
1. Anak huruf yang menambahkan bunyi /ng/ pada induk huruf disebut hamisaran
atau peminggil. Bentuknya berupa garis pendek (sama dengan hatadingan) dan
letaknya pada sebelah kanan atau induk huruf (….), misalnya :
ang
amang
bang
habang
tang
botang
nang
monang
lang
bolang
longang
angkang
anggi
manggang
2. Induk huruf yang sudah diberi bunyi /o/ mendapat tambahan hamisaran maka
bunyinya berubah menjadi /ong/, misalnya :
honong
longgong
tongtong
jongjong
ngongong
dodong
rongrong
bongbong
longlong
nongnong
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3. Kalau bunyi /o/ berdiri sendiri sebagai satu suku kata diberi tambahan hamisaran
maka ditulis :
ong
ongkang
meong
keong
reong
ngeong
4. Demikian juga induk huruf yang berbunyi /e/, /u/, /i/ dapat diberi tambahan
hamisaran, misalnya :
hepeng
dengdeng
bereng
pengpeng
goreng
lereng
bulung
godung
tutung
dungdung
surung
patung
tingting
huting
joring
abing
tataring
minggu
5. Sama halnya dengan bunyi /o/ yang berdiri sendiri sebagai satu suku kata, bunyi
/e/ pun dapat diberi tambahan hamisaran, misalnya :
engge
naeng
dieng
enggang
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
6. Berlainan halnya dengan induk huruf yang lain, induk huruf /i/, dan /u/ tidak
dapat diberi tambahan hamisaran. Kalau bunyi tersebut sebagai satu suku kata
diberi tambahan hamisaran maka dipakailah induk huruf /a/ dengan anak huruf
baluaan dan atau hahoruan, misalnya :
ingkau
inggu
gaing
haing
saing
paing
ungga
unggi
paung
raung
langgiung
haliung
Latihan membaca :
Latihan menulis :
1. Hulubalang hotang digalapang. Madahu ma huting tu tataring.
2. Tongang roha mamereng losung hahang najolo.
3. Ingkon laho angkang mangusung si Langgiung tu godung.
4. Tading ma ho anggia di tonga ni huta, ai laho ma ahu tu Kota.
5. Engge ma hulung na gaung-gaung i asa unang matutung.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
f. PANGOLAT
1. Anak huruf yang mematikan bunyi /a/ pada induk huruf disebut pegolat.
Bentuknya berupa garis miring (……) dan diletakkan di sebelah kanan induk
huruf;
misalnya :
ama
am
hara
har
jama
jam
pata
pat
rapa
rap
lama
lam
data
dat
2. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi
/u/ diberi tanda pangolat maka bunyi /a/ menjadi bilang dan digantikan oleh bunyi
/u/ dari suku kedua, misalnya :
sapi
sip
pari
pir
ami
im
tapi
tip
bari
bir
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
3. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi
/u/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan oleh bunyi
/u/ dari suku kedua misalnya :
basu
bus
jatu
jut
taku
tuk
pasu
pus
4. Kata yang terdiri dari 2 suku, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua berbunyi
/e/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan oleh bunyi
/e/ dari suku kedua misalnya :
tape
tep
bare
ber
lame
lem
sate
set
5. Kata yang terdiri dari 2 suku kata, suku pertama berbunyi /a/ dan suku kedua
berbunyi /o/ diberi tanda pengolat maka bunyi /a/ menjadi hilang dan digantikan
oleh bunyi /o/ dari suku kata kedua, misalnya :
garo
gos
haso
hos
bano
bon
tako
tok
lapo
lop
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Latihan menulis :
1. Mangallang ubat na arga do si Rainol. Tok uluna nabodari.
2. Manuk ni si Langge hotek-hotek laho marpira.
3. Tiptip sanggar i jolo, asa hubahen huru-huruan ni anduhur.
4. Marmahan si Jakob di ladang huhut marmeam-meam dohot si Mallatang.
5. Na malo do ompungku manortor dohot manerser.
6. Manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhula-hula.
7. Sititok ma siompa golang-golang pangarahutna, otik pe na hupatupa hami i sai tu
godangna ma pinasuna.
8. Mardangka salohot, marnata naunsolhot.
Jamorlan Siahaan : Fonotaktik Bahasa Toba, 2009
Download