BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus pertama Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia ditemukan pada tahun 1987 di Bali, tetapi penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Data terbaru di Indonesia dari 1 April 1987 sampai 30 Juni 2005 jumlah penderita HIV/AIDS 7098 orang, terdiri dari 3740 kasus infeksi HIV dan 3358 kasus AIDS dan kematian terjadi pada 828 orang. Fakta baru tahun 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV di Indonesia telah meluas ke rumah tangga, sejumlah 251 orang diantara penderita HIV/AIDS di atas adalah anak-anak dan remaja, dan transmisi perinatal (dari ibu kepada anak) terjadi pada 71 kasus.1 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), penyakit sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), telah muncul sebagai krisis global sejak penemuannya pada musim panas tahun 1981 di Amerika Serikat.2 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit defisiensi seluler yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) yang merusak sel yang berfungsi untuk system kekebalan tubuh yaitu CD4(Lymphocyte Thelper).3 Cacat imunitas seluler yang terkait dengan AIDS dapat menempatkan orang yang terinfeksi berisiko untuk berbagai infeksi oportunistik. Kandidiasis oral adalah salah satu yang paling umum, infeksi oral mukosa terlihat pada orang dengan HIV atau AIDS.2 Presentasi status kesehatan mulut dari pasien yang terinfeksi HIV adalah parameter yang sangat penting, karena dapat mengungkapkan informasi penting tentang status kekebalan individu. Gangguan mulut terjadi sekitar 64-80% kasus HIV / AIDS di India dan dapat hadir sebagai berbagai macam lesi, terutama jamur, virus, dan bakteri dan neoplasma ganas seperti sarkoma Kaposi dan presentasi nonspesifik seperti ulserasi aphthous dan penyakit kelenjar ludah seperti cacat T-lymphocytemediated. Faktorfaktor yang mempengaruhi ekspresi lesi oral termasuk jumlah CD4 kurang dari 200 sel/mm3,lebih besar dari 3000 kopi / mL, xerostomia dan merokok. Pada umumnya gangguan rongga mulut pada HIV adalah kandidiasis yang terjadi dalam kasus-kasus 17-43% infeksi dengan HIV dan di lebih dari 90% kasus dengan AIDS.2 Orang dengan HIV dapat mendapatkan banyak infeksi (dikenal sebagai infeksi oportunistik, atau IO). Banyak dari penyakit yang sangat serius dan memerlukan pengobatan. Beberapa dapat dicegah. Infeksi opotunistik disebabkan baik oleh organisme virulensi rendah atau pathogenic pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, atau dikenal patogen yang hadir dalam cara yang berbeda dari biasanya pada individu imunodefisiensi, misalnya dalam bentuk virulensi meningkat, kekambuhan, berbagai obat resistensi atau presentasi atipikal. Infeksi Candida (C) albicans adalah salah satu infeksi oportunistik yang paling sering diamati pada HIV-1 positif.1 Bukti Data Klinis dan eksperimental telah menunjukkan bahwa baik bawaan dan adaptif sistem kekebalan tubuh mengatur kontrol infeksi Candida.4 2 Berdasarkan pernyataan diatas,penelitian ini penting dan perlu untuk dilakukan oleh karena pada penderita HIV mengalami penurunan system imun dan terjadi manifestasi pada rongga mulut berupa infeksi oportunistik dan peneliti ingin mengidentifikasi sp. Candida pada rongga mulut penderita. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Jenis candida apa yang paling banyak dijumpai pada rongga mulut Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis spesies candida yang banyak terdapat pada rongga mulut Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran gigi. 2. Sebagai data awal bagi penelitian lebih lanjut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aquired immune Deficiency Syndrome (AIDS) Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).5 HIV pertama kali ditemukan oleh sekelompok peneliti yang dikepalai oleh Luc Montagnier pada tahun 1983, merupakan virus RNA diploid berserat tunggal (single stranded) berdiameter 100-120nm. HIV memiliki enzim reverse transcriptase, yang mampu mengubah RNA menjadi DNA pada sel yang terinfeksi, kemudian berintegrasi dengan DNA sel pejamu dan selanjutnya dapat berproses untuk replikasi virus.1 HIV melemahkan peran defensif dari sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah HIV menginfeksi seseorang, tubuh berusaha untuk mengatasi virus dengan menghasilkan antibodi untuk melawannya. Namun, dalam proses tingkat-membatasi, perkembangan dari penyakit melemahkan sistem kekebalan tubuh untuk mematikan dan bahkan memicu untuk infeksi. Sebagai sistem kekebalan tubuh merespon, beberapa infeksi oportunistik memberikan reaksi ke AIDS.6 4 2.1.1 Struktur HIV. HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family Retroviridae, genus Lentivirus. HIV termasuk virus RNA dengan berat molekul 9,7 kb (kilobases). Jenis virus RNA dalam proses replikasinya membuat sebuah salinan DNA dari RNA yang ada didalam virus. Gen DNA tersebut yang memungkinkan virus untuk bereplikasi.seperti halnya virus yang lain,HIV hanya dapat bereplikasi di dalam sel pejantan. HIV merupakan virus yang memiliki selubung virus (envelope), mengandung dua kopi genomic RNA virus yang terdapat di dalam inti. Di dalam inti virus juga terdapat enzim-enzim yang digunakan untuk membuat salinan RNA yang deperlukan untuk replikasi HIV yakni : reverse transcriptase, integrase dan protease. RNA diliputi oleh kapsul berbentuk kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus. 3 Individu yang telah terinfeksi oleh HIV dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan,yaitu :7 1. Tanpa adanya tanda-tanda imunosupresi pembawa virus asimtomatik. 2. Dengan limfadenopati pada ketiak,leher dan lain-lain: Persistent generalized lymphadenopathy (PGL). 3. Simtomatik dengan gejala kelelahan,demam,dan kerusakan system imunitas : AIDS-related complex (ARC) 4. Simtomatik dengan ancaman jiwa (life threatening) akibat adanya infeksi oportunistik dan sarcoma Kaposi : full-blown AIDS 5 2.1.2 Sifat-sifat khusus HIV :8 1. Morfologi : Membentuk tonjolan pada permukaan sel;partikel virus dewasa (mature) mempunyai inti eksentrik berbentuk batang. 2. Densitas : 1,16- 1,17 dalam gradient sukrosa. 3. Struktur antigenic : ada dua, yaitu HIV-I dan HIV-II yang mempunyai persamaan dalam tropisma spesifiknya terhadap limfosit T4, tipe efek sitopatik yang spesifik pada biakan sel in vitro, tetapi berbeda secara biologic molekuler dan tropismanya pada anggota golongan kera (HIV-I menginfeksi simpanse dan HIV-II golongan makakus). 4. Mempunyai RNA yang terdiri dari dua subunit identik (9.200 pasang basa) dengan tiga gen utama (gag,pol dan env) serta beberapa gen tambahan (LTR,tat,rev,vif,vpr,vpu dan nef) 5. Enzim reverse transcriptase (RT) : bekerja dengan menggunakan primer RNAlysin dengan menggunakan bantuan Mg++. Untuk pemeriksaan RT dapat digunakan template primer poly A dan oligo dT atau poly C dan oligo dG. 6. Glikoprotein selubung terdiri dari: gp 120;g 41 7. Tropisma : spesifik, selektif tinggi dari HIV terhadap sel limfosit T-helper (OKT4-reaktive;CD4;TH)yang memegang system peranan penting pada system kekebalan seluler. 8. Sitopatologi : HIV pada biakan sel limfosit menimbulkan efek sitopatik yang khas berupa sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell). pada 6 permukaan sel dari biakan sel leukemik secara in vitro akan terlihat adanya tonjolan-tonjolan (budding) dari virion HIV 9. Virus dapat di adaptasikan untuk mengadakan replikasi dalam stable cell lines seperti sel limfoblastoid B yang ditransformasikan oleh virus Epstein-Barr (EBV), biakan sel leukemik strain H9,HUT78 dan CEM.( MO UI) (buku ajar mokroniologi kedokteran UI) Sistem stadium klinis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 7 Stadium 1: penyakit Serokonversi Infeksi asimtomatik persisten Limfadenopati generalisata Stadium 2 : Berat badan turun hingga 10% Herpes zoster Manifestasi mukokutan Kecil infeksi saluran pernapasan atas yang berulang Stadium 3 : Hilangnya Lebih dari 10% berat badan Diare kronis > 1 bulan Demam berkepanjangan selama > 1 bulan Oral candida, kandidiasis vagina kronis Oral hairy leukoplakia 7 Infeksi bakteri TB Paru Stadium 4 (AIDS) : TB luar paru Pneumocystis jirovecii pneumonia (PCP) Meningitis kriptokokus Virus herpes simplex ulkus > 1 bulan Kandidiasis esofagus atau paru Toksoplasmosis serebral Ekstra-paru Kriptosporidiosis Isosporiasis Cytomegalovirus (CMV) (selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening) Sindrom wasting HIV HIV ensefalopati Sarkoma Kaposi (KS) Progressive multifocal leukoencephalopathy Mikosis endemik diseminata Mycobacteriosis Atypical Non-typhoid Salmonella bakteremia Limfoma 8 2.1.3 Patogenesis dan patologi. A.Tinjauan perjalanan infeksi HIV. Perjalanan infeksi HIV yang khas menghabiskan waktu sekitar satu dasawarsa. Stadium-stadium yang terjadi antara lain infeksi primer,penyebaran virus ke organ-organ limfoid, masa laten klinik, timbulnya ekspresi HIV, penyalit klinik dan kematian. Lama waktu antara infeksi promer dan perkembangan penyakit klinik rata-rata sekitar 10 tahun .kematian biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah mula timbul gejala klinik.9 B.Penurunan limfosit T CD4. Gambaran utama infeksi HIV adalah penurunan limfosit yang menginduksi T_helper akibat tropisme HIV untuk populasi limfosit ini yang mengekspresikan penanda fenotipik CD4 yang permukaannya. Molekul CD4 adalah reseptor utama untuk HIV; molekul ini memiliki afinitas tinggi terhadap selubung virus. infeksi dapat dihambat melalui antibody monoklinal terhadap CD4 dan melalui rekombinan CD4 terlarut. Subset tertentu dari monosit dan makrofag juga mengekspresikan molekul CD4 dan sel-sel ini dapat berikatan dan diinfeksi oleh HIV.9 2.1.4 Gambaran klinik. AIDS ditandai dengan penekanan yang nyata terhadap system imun dan perkembangan neoplasma yang tidak lazim (khususnya Sarcoma kaposi) atau dengan berbagai infeksi oportunistik berat. Gejala yang lebih serius pada orang dewasa sering didahului dengan suatu prodroma (diare dan penurunan berat badan) yang dapat meliputi 9 rasa lelah, malaise, penurunan berat badan, demam sesak napas, diare kronik, bercak putih pada lidah (Hairy lekoplakia, kandidiasis oral) dan limfadenopati. Gejala penyakit pada saluran pencernaan mulai dari esophagus sampai colon merupakan penyebab utama dari kelemahan. Jangka waktu antara infeksi primer dengan HIV dan penampakan gejala klinik yang pertama biasanya cukup lama pada orang dewasa, rata-rata sekitar sepuluh tahun.kematian terjadi sekitar dua tahun kemudian.9 Penyebab paling sering dari morbiditas dan mortalitas di antara pasien dengan infeksi HIV stadium lambat adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang ditimbulkan oleh penyebab yang jarang menimbulkan penyakit serius pada orang dengan fungsi imun yang baik. Akibat perkembangan pengobatan untuk beberapa pathogen umum dan penatalaksanaan pasien AIDS, maka memungkinkan mereka untuk bertahan hidup lebih lama, sehingga spectrum infeksi oportunistik berubah. Infeksi oportunistik yang paling lazim pada pasien AIDS adalah sebgai berikut : 1. Protozoa : Toxoplasma gondii, Isospora belli, Cryptosporidium. 2. Jamur : Candida albicans Cryptococcus neoformans, coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum, pneumocystis caranii (sebelumnya diklasifikasikan sebgai protozoa). 3. Bakteri : Mycobacterium aviumintra cellulare,Mycobacterium tuberculosis, Listeriamonocytogenes, Nocardia asteroids, salmonella, streptococcus. 4. Virus : Sitomegalovirus, virus herpes simpleks, virus verisela-zoster, adenovirus, papovavirus JC manusia, virus hepatitis B.9 10 2.1.5 Cara penularan. HIV ditularkan melalui kontak seksual, pemaparan darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan cara parenteral dan dari ibu ke anaknya selama masa perinatal.adanya penyakit yang ditularkan secara seksual, seperti sifilis, gonore, atau chancroid, meningkatkan risiko pebularan HIV seksual sebanyak seratus kali lipat. Diduga, proses peradangan dan ulkus akan memudahkan pemindahan sel yang terinfeksi HIV . Orang-orang yang bersifat positif virus tetapi asimtomatik dapat menularkan virus.9 Jalur penularan (darah ,seks dan waktu lahir) merupakan penyebab dari hampir seluruh infeksi HIV, tetapi tetap harus diperkirakan bahwa di lingkungan yang jarangpun dapat juga terjadi penularan melaui cara lain, terutama melalui kontak dengan saliva, kontak lain yang “tidak disengaja” dengan orang-orang yang terinfeksi HIV atau vector serangga tidak terdapat bukti mengenai penularan virus dibawah kondisi yang tidak biasa.9 2.2 SPESIES CANDIDA Candida merupakan bagian dari flora normal mulut pada kebanyakan orang. Pada bayi baru lahir, kolonisasi biasanya diperoleh dari flora vagina ibu atau sumber eksogen lainnya dan tampaknya kebanyakan orang terkolonisasi dengan strain Candida yang berbeda, jika infeksi terjadi, strain menginfeksi kemudian strain yang sama sebagai koloni.10 11 Spesies Candida yang umum berasal dari rongga mulut, saluran usus dan vagina,dengan bayi yang baru lahir terbentuk koloni segera setelah lahir. Spesies ini berbahaya di sebagian besar individu, pada keadaan tertentu mereka bisa tumbuh terlalu oportunis dan menyebabkan berbagai penyakit.10 Yeast (ragi) merupakan bagian dari genus Candida yang terdiri dari 150-200 spesies. Mereka adalah jamur dimorfik uniseluler yang tidak sempurna yang berkembang biak oleh sel-sel yang serupa tunas dari permukaan mereka dan membentuk hifa dan pseudohyphae. Mereka sebelumnya ditempatkan ke family Deuteromycetes, menunjukkan ketiadaan reproduksi seksual. Namun, beberapa patogen dan nonpatogenik spesies Candida sempurna telah diidentifikasi memiliki tahap seksual/bereproduksi. 10 Species of Candida.11 Candida albicans Candida glabrata Candida dubliniensis Candida guilliermondii Candida krusei Candida lusitaniae Candida parapsilosis Candida tropicalis Candida kefyr 12 Gambar 2.1 : Spesies candida Sumber : Jabra,M.A.Emergency medicine & Critical Care Review 2006 13 Gambar 2.2 : Scanning gambar mikroskopis elektron dari beberapa nonCandida albicans strain Candida. Sumber : Meurman1 J.H, Siikala E, Richardson M, Rautemaa R. Non-Candida albicans Candida yeasts of the oral cavity. Communicating Current Research and Educational Topics and Trends in Applied Microbiology A. Mendez-vilaz (ed).2007 14 2.2.1 Candida albicans. Candida albicans adalah patogen oportunistik yang biasanya berkolonisasi pada permukaan mukosa manusia seperti rongga mulut. Dalam keadaan tertentu, biasanya berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, C. albicans menyebabkan infeksi yang dapat terbatas pada mukosa atau, dalam kasus immunodepresi, berkembang ke invasi sistemik.19 Candida albicans terdapat dalam 3 bentuk morfologi, yaitu yeast-like cell, berupa kumpulan sel berbentuk bulat atau oval, lebar 2-8 Mm, panjang 3-4 Mm, berbentuk hifa, berupa sel berbentuk panjang yang mudah tumbuh dalam lingkungan yang menguntungkan, seperti serum manusia atau hewan, klamidospora berupa sel berbentuk bulat, berdinding tebal, dengan diameter 8-12 Mm, mudah ditemukan dalam media yang tidak memngkinkan terjadinya pertumbuhan optimal. Candida albicans dianggap sebagai spesies yang paling patogen dan merupaka etiologi bagi candidiasis rongga mulut. Infeksi Candida albicans hadir dalam empat bentuk: kandidiasis pseudomembran,kandidiasis hiperplastik, kandidiasis eritematosa dan angular cheilitis. Pasien mungkin menunjukkan salah satu atau kombinasi dari berbagai presentasi ini.19 Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik umum di populasi. C. albicans masih dianggap sebagai agen etiologi utama dalam infeksi ini dan menyumbang 70% sampai 80% dari organisme yang terisolasi dari lesi mukosa mulut. Namun, dalam 15 beberapa tahun terakhir, C. Glabrata telah muncul sebagai agen patogen penting pada mukosa mulut, baik sebagai agen co-menginfeksi dengan C. albicans atau sebagai spesies terdeteksi tunggal dari lesi oral.19 2.2.2 Candida tropicalis. C. tropicalis adalah yang paling virulen dari spesies NCAC (Non-candida albicans candida). Hal ini mungkin karena kemampuannya untuk melekat pada sel epitel in vitro dan kemampuannya untuk mengeluarkan tingkat moderat proteinase.Candida tropicalis biasanya terisolasi dari rongga mulut dan kulit. Candida tropicalis juga dapat menyebabkan infeksi kerongkongan. kasus terakhir, telah terbukti berhubungan dengan penyakit sistemik, dengan kata lain, kesehatan umum yang buruk membuat besar kemungkinan pasien untuk candidemia disebabkan oleh strain ini.10 2.2.3 Candida glabrata. Sebelumnya C. glabrata dianggap sebagai patogen yang menyebabkan infeksi hanya bila terdeteksi dengan C. albicans.Namun ada beberapa laporan tentang infeksi Candida orofaringeal (OPC) hanya untuk C.glabrata dan sekarang muncul sebagai patogen penting, baik infeksi terisolasi dari rongga dalam mukosa dan aliran darah. Hal ini umumnya mulut yang terinfeksi HIV. C. glabrata adalah agen kedua yang paling umum dari candidemia di Amerika serikat sejak awal 1990-an .Hal ini dianggap bahwa C. glabrata terkait OPC infeksi HIV-dan pasien kanker lebih parah dan lebih sulit untuk diobati. Hal ini terutama disebabkan 16 kemampuan C. glabrata dengan cepat mengembangkan ketahanan terhadap flukonazol. Cross resisten terhadap azoles baru telah ditemukan .Perlawanan dapat menjadi baik bawaan dan diperoleh. Infeksi C. glabrata sulit untuk diobati dan yang terkait dengan infeksi sistemik memiliki tingkat kematian yang tinggi. C. glabrata kapasitas keratinocyteadherence mulut lebih rendah dibandingkan dengan C. albicans. Faktorfaktor virulensi dan host-parasit interaksi C. glabrata tidak diketahui .1 2.2.4 Candida parapsilosis. Dalam beberapa tahun terakhir, spesies non-Candida albicans seperti Candida parapsilosis semakin terlibat dalam infeksi nosokomial, terutama pada pasien bedah jantung dan neonatus. 2.2.5 Candida krusei. C. krusei menyebabkan infeksi terutama pada pasien penyakit kritis dan yang paling sering terisolasi di hematologi pasien dengan neutropenia berat. Ini adalah patogen yang jarang menyebabkan candidemia. Isolat telah dilaporkan tahan terhadap flukonazol dan itrakonazol,ada juga beberapa laporan strain yang resisten terhadap amfoterisin B . Meluasnya penggunaan flukonazol untuk mencegah infeksi jamur pada pasien terinfeksi HIV telah menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam infeksi C. Krusei.10 17 2.2.6 Candida guilliemondi. C. guilliermondii telah dikaitkan dengan hasil klinis yang buruk dan keganasan hematologi. Ini dapat ditemukan pada kulit manusia dan sebagai bagian dari flora saluran genitourinari dan gastrointestinal. Ini telah didokumentasikan yang menyebabkan infeksi pada pasien yang menjalani prosedur bedah, endokarditis di intravena pengguna narkoba dan fungemia pada pasien immunocompromised. C. guilliermondii juga telah diisolasi dalam infeksi saluran kemih. Ini mungkin mengembangkan resistansi terhadap amfoterisin B.10 2.2.7 Candida dubliniensis C. dubliniensis pertama kali dijelaskan pada tahun 1995. Ini adalah spesies yang berhubungan dengan lesi oral individu yang terinfeksi HIV dan itu adalah fenotipik dan genotypically terkait erat dengan C. albicans. Penelitian in vitro fenotipik telah menunjukkan bahwa C.dubliniensis memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari C. albicans. Keduanya memproduksi tabung sel dan chlamydospores. Tidak seperti C. Albicans, isolat C. dubliniensis.tumbuh buruk pada 42 ° C. Meskipun kesamaan dengan C. albicans, C. dubliniensis bukan konstituen umum dari mikroflora oral dan hanya sekitar 3,5% dari orang sehat membawa C.dubliniensis di rongga mulut. Sebuah prevalensi 15-30% dari C. dubliniensis dalam rongga mulut yang terinfeksi HIV dan AIDS telah dilaporkan. Ini bukan penyebab umum dari infeksi aliran darah dan kejadian infeksi sistemik rendah. Alasan ini tampaknya menjadi virulensi rendah dari C. dubliniensis dibandingkan dengan virulensi C. albicans. Ia telah 18 mengemukakan bahwa alasan untuk virulensi relatif rendah adalah kemampuannya lebih rendah untuk membentuk hifa compred ke C. albicans. Namun C.dubliniensis, hanya spesies Candida selain C. albicans yang membentuk hifa benar. Penurunan kerentanan atau ketahanan telah dilaporkan pada isolat pulih dari HIV-pasien menerima terapi flukonazol. C. dubliniensis telah diisolasi dari berbagai geografis.10 2.2.8 Candida lusitaniae. C. lusitaniae pertama kali dijelaskan pada tahun 1959 yang umum mengisolasi saluran gastrointestinal dan laporan pertama pada kasus infeksi manusia yang disebabkan oleh C. lusitaniae berada di 1979. Ini adalah patogen yang jarang. Ini adalah patogen yang kurang dari pada C. tropicalis dan C.parapsilosis dan penyebab infeksi utama pada host immunocompressed dengan penggunaan antibiotik spektrum luas yang berkepanjangan ,berobat dirumah sakit yang lama, terapi sitotoksik atau kortikosteroid, atau granulositopenia. Hal ini juga ditemukan sebagai penyebab infeksii pada kelahiran rendah pada neonatals. C. lusitaniae mungkin berkembang resistansi terhadap amfoterisin B, namun data bertentangan.10 19 BAB III KERANGKA KONSEP Penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penurunan system imun/ Kadar CD4 Faktor Internal : Usia Penyakit sistemik OH yang buruk Penurunan jumlah saliva/xerostomia Faktor Eksternal : Merokok Pemakaian gigi tiruan Penggunaan antibiotic spectrum luas Infeksi candida/ Candidiasis Spesies candida: 1.candida albicans 2.candida tropicalis 3.candida glabrata 4.candida parapsilosis 5.candida krusei 6. candida guilliemondi Ket : 7. candida pseudotropicalis Variabel yang tidak diteliti 8.candida steilatoidea Variabel yang diteliti 9. candida dubliniensis 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang akan diteliti tanpa melakukan intervensi . 4.2 RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian yaitu cross sectional study (transversal) karena dalam penelitian ini observasi hanya dilakukan pada waktu tertentu saja . Setiap sampel atau subjek hanya dilakukan observasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan tersebut. 4.3 LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 4.4 WAKTU PENELITIAN Waktu penelitian pada bulan Juni 2012 21 4.5 SUBJEK PENELITIAN Orang dengan HIV/AIDS yang datang ke Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya, yang memenuhi criteria sebagai berikut ; 1. Orang dengan HIV/AIDS. 2. Pasien yang bersedia dilakukan pemeriksaan. 4.6 DEFINISI OPERASIONAL Identifikasi spesies candida adalah suatu tes biokimia yang dilakukan dengan menggunakan glukosa, sukrosa, maltose dan laktosa dengan tujuan untuk membedakan spesies candida. Penderita HIV/AIDS adalah seseorang yang terserang virus HIV (human immunodeficiency Virus). HIV terutama menginfeksi dan menghancurkan sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh, terutama CD4 + T-limfosit. Sistem kekebalan tubuh tidak mampu menghilangkan virus HIV, meskipun dapat mengontrol replikasi virus ke tingkat tertentu melalui respon imun humoral dan seluler(epidemiology). 22 4.7 ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat : Handscone Diagnostic set 5 buah Handuk putih Cotton bud steril Masker Label Gunting Isolasi Alat tulis Ose Bunsen dan korek api Kotak pendingin/termos Kamera digital Gabus Mistar Papan pengalas Stuart transport medium Cawan petri 23 Bahan : Saboraud’s Dextrose Agar (SDA) Manitol Salt Agar (MSA) Nutrient Agar (NA) NaCl 09/0.85% Es batu Spirtus 4.8 POPULASI DAN SAMPEL 4.8.1 Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah semua Orang dengan HIV/AIDS yang terdaftar di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya Makassar. 4.8.2 Sampel. Sampel pada penelitian ini Orang dengan HIV/AIDS yang datang di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya Makassar. 4.9 METODE PENGAMBILAN SAMPEL Convenience sampling 4.10 JUMLAH SAMPEL Jumlah sampel adalah 14 sampel 24 4.11 PROSEDUR PENELITIAN 1. Bersurat ke Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya untuk perizinan melakukan penelitian. 2. Melakukan anamnesa pada penderita HIV/AIDS 3. Pengambilan apusan/swab pada dorsum lidah penderita Kemudian disimpan dalam medium yang telah diberi label 4. Hasil apusan disimpan dalam kotak pendingin kemudian dibawa kelaboratorium mikrobiologi 5. Hasil apusan dipindahkan pada medium Saboroud Dextrose agar (SDA) dan Nutrient agar (NA) untuk mengetahui jamur dan bakteri yang terdapat pada hasil apusan kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 hari 6. Hasil dari medium tersebut dipindahkan dalam medium salt agar (MSA) dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 hari 7. Hasil dari MSA dilanjutkan dengan tes biokimia,yaitu dengan memindahkan ke dalam medium glukosa,sukrosa,laktosa dan maltosa.diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 hari. 8. Dilakukan pemeriksaan mikroskop untuk melihat morfologi candida 9. Mengumpulkan hasil penelitian 10. Mengolah data yang didapatkan 25 4.12 ALUR PENELITIAN Mengambil medium transport dari laboratorium mikrobiologi Mengisi kuesioner Melakukan pemeriksaan Rongga mulut Melakukan swab pada Permukaan dorsum lidah Membawa hasil apusan ke laboratorium mikrobiologi Pemeriksaan laboratorium Pengumpulan data . Analisis data Hasil 26 BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian identifikasi spesies Candida pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Adapun bagian yang dilakukan apusan untuk penelitian ini adalah pada bagian dorsal lidah. Penelitian dilakukan di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya, Makassar dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, kota Makassar pada bulan Maret-April 2012. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdaftar di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya Makassar dan sampel ditentukan berdasarkan kriteria seleksi sampel. Penentuan sampel menggunakan Total sampling. Didapatkan jumlah sampel sebanyak 14 orang. Pengambilan data primer dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai data umum, pengisian kuesioner, Pemeriksaan rongga mulut pada pasien yang menderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Pada penelitian ini data diolah dengan menggunakan program SPSS. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. 27 Tabel V.1 Distribusi Karakteristik Responden Variabel Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Jumlah CFM Waktu terpapar HIVAIDS 1. Laki-laki 2. Perempuan Total 1. 21-30 2. 31-40 Total n 9 5 14 8 6 14 % 64,3 35,7 100 57,1 42,9 100 mean±SD 29,1±4,04 3,64±6,61 1. 2. 3. 4. Cara penularan virus HIV 1. 2. 3. Pengawasan Dokter 1. 2. Kadar CD-4T cell 1. 2. 3. 4. Stadium HIVAIDS 1. 2. 3. 4. 5. Kelainan Rongga Mulut 1. 2. Pemeriksaan Kelainan rongga mulut ke Dokter 1. 2. 2 tahun lalu 1 tahun lalu 6 bulan lalu > 2 tahun lalu Total Hubungan Seksual Jarum Suntik Lain-lain Total Ya Tidak Total ≥500/mm3 200-499/mm3 <200/mm3 Tidak tahu Total Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Lain-lain Tidak tahu Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total 4 1 1 8 14 3 10 1 14 11 3 14 5 5 3 1 14 5 5 1 2 1 14 3 11 14 11 3 14 28,6 7,1 7,1 57,1 100 21,4 71,4 7,1 100 78,6 21,4 100 35,7 35,7 21,4 7,1 100 35,7 35,7 7,1 14,3 7,1 100 50,0 50,0 100 21,4 78,6 100 28 Mengonsumsi Obat Antiretroviral Keluhan Rongga Mulut Jenis Candida 1. Ya 2. Tidak Total 1. Oral candidiasis 2. Lain-lain 3. Tidak tahu Total 1. C.Albicans 2. C.Tropikalis 3. C.Krusei 4. C.Rugosa 5. Tidak ditemukan Total 9 5 14 1 2 11 14 2 2 1 1 8 14 64,3 35,7 100 7,1 14,3 78,6 100 14,3 14,3 7,1 7,1 57,1 100 Sumber : Data Primer,2012 Berdasarkan tabel V.1 menunjukkan distribusi karakteristik responden, yakni pada jenis kelamin laki-laki terdapat 9 orang (64.3%) dan perempuan sebanyak 5 orang (35.7%), pada kelompok umur,sekitar 21-30 tahun terdapat 8 sampel (57.1%) dan 31-40 tahun terdapat 6 sampel (42.9%).Waktu terpapar HIV/AIDS angka paling tinggi menunjukkan waktu lebih dari 2 tahun (57,1%), cara penularan virus HIV,paling banyak melalui jarum suntik yaitu 10 sampel (71.4%), adapun sampel yang berada pada pengawasan dokter terdapat 11 orang (78.6%), sampel yang mempunyai kadar CD4 T cell paling rendah <200/mm3 terdapat sebanyak 3 orang (21.4%). Sampel yang telah mencapai stadium 3 terdapat 1 orang (7.1%), Sampel yang mengalami kelainan rongga mulut sebanyak 3 orang (50.0%), Sampel yang memeriksakan rongga mulutnya kedokter sebanyak 11 orang (78.6%), Sampel yang mengkonsumsi obat antiretroviral sebanyak 9 orang (64,3%), Sampel yang mengalami kelainan rongga mulut berupa oral candidiasis terdapat 1 orang (7.1%). Adapun jenis candida yang teridentifikasi yaitu 29 C.Albicans 2 (14.3%), C. Tropicalis 2 (14.3%), C. Krusei 1 ( 7.1%), C. Rugosa 1 (7.1%) dan tidak teridentifikasi sebanyak 8 (57.1%). Tabel V.2 Distribusi Jenis Kelamin berdasarkan Spesies Candida Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % n % N % Tdk ditemukan n % 2 22.2 2 22.2 1 11.1 0 0 4 44.4 9 100 0 0 0 0 0 0 1 20.0 4 80.0 5 100 14.3 2 14.3 1 7.1 1 7.1 8 57.1 14 100 C.Albicans Total 2 Sumber : Data Primer C.Tropikalis C.Krusei C.Rugosa Total n % Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa spesies candida yang ditemukan pada penderita HIV/AIDS berjenis kelamin laki-laki yang paling banyak adalah candida albicans dan c. tropikalis yaitu masing-masing 22% atau 2 orang. Dan pada perempuan hanya 1 orang (20%) di temukan yaitu spesies candida nugora. Tabel V.3 Distribusi Kelompok Umur berdasarkan Spesies Candida Kelompok Umur 21-30 C.Albicans n % C.Tropikalis n % 100 16.7 3 50.0 6 100 7.1 8 57.1 14 100 n n 0 % 0 1 1 % 12.5 1 12.5 1 12.5 1 16.7 1 16.7 0 2 Sumber : Data Primer 14.3 2 14.3 1 0 7.1 Total n 8 C.Rugosa 1 31-40 Tdk ditemukan n % 5 62.5 C.Krusei Total % Berdasarkan tabel 3 menunjukkan distribusi kelompok umur berdasarkan spesies Candida, yakni ditemukan 1 (12.5%) spesies c. albicans, 1 (12.5%) c.tropicalis, dan 1 30 (12.5%) c. krusei pada usia 21-30 tahun,sedangkan terdapat 1 (16.7%) spesies c. albicans, 1 (16.7%) c. tropikalis, 1 (16.7%) c. Rugosa pada usia 31-40 tahun. Tabel V.4 Distribusi Waktu terpapar HIV-AIDS berdasarkan Spesies Candida Waktu terpapar 2 tahun lalu 1 tahun lalu 6 bulan lalu > 2 tahun lalu Total C.Albicans C.Tropikalis Tdk ditemukan n % 0 0 C.Krusei C.Rugosa Total n 1 % 25.0 0 0 1 100.0 1 n % n % n % n 4 1 1 25.0 1 0 25.0 0 0 0 0 25.0 0 0 0 1 100.0 0 0 0 0 0 0 1 1 12.5 0 0 0 0 0 0 7 87.5 8 2 14.3 2 14.3 1 7.1 1 7.1 8 57.1 14 % 100 100 100 100 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4 menunjukkan distribusi wktu terpapar HIV-AIDS berdasarkan spesies candida, yakni pada waktu terpapar 2 tahun ditemukan 1 (25%) spesies c. albicans, 1 (25%) c. tropicalis, 1 (25%) c. krusei, dan 1 (25%) c. Rugosa, pada waktu terpapar 1 tahun tidak ditemukan spesies candida,pada waktu terpapar 6 bulan ditemukan 1 (100%) spesies c. tropikalis, pada waktu terpapar lebih dari 2 tahun ditemukan 1 (100%) spsies c. albicans. 31 Tabel V.5 Distribusi Kadar CD4 T- cell berdasarkan Spesies Candida Kadar CD-4T cell C.Albicans n ≥500/mm3 200-499/mm3 % % C.Rugosa n n % % Tdk ditemukan n % Total n % 0 0 0 1 20.0 1 20.0 3 60.0 5 100 0 0 1 20 0 0 0 0 4 80.0 5 100 100 0 0 0 0 0 0 1 33.3 3 0 7.1 0 0 1 8 0 14 2 Total n C.Krusei 0 <200/mm3 Tidak tahu C.Tropikalis 66. 7 0 0 1 100 0 0 0 2 0 2 0 1 7.1 1 100 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hasil distribusi kadar CD4 T-cell berdasarkan spesies candida, yakni pada kadar CD4 T-cell ≥500/mm3 ditemukan 1 (20%) c. krusei dan 1 (20%) c.Rugosa, pada kadar 200-499/mm3 ditemukan 1 (20%0 c. tropikalis, pda kadar <200/mm3 ditemukan 2 (66.7%) c. albicans, sedangkan pada sampel yang tidak mengetahui kadar CD4 T-cellnya ditemukan 1 (100%) spesies c. tropicali. Tabel V.6 Distribusi Stadium HIV-AIDS berdasarkan Spesies Candida Stadium HIVAIDS Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Lain-lain Tidak tahu Total n % n % n % n % Tdk ditemukan n % 0 0 1 1 0 3 20.0 0 0 20.0 0 0 1 20.0 0 1 20.0 1 0 0 0 0 0 0 100.0 0 0 0 0 0 0 0 1 100.0 0 14.3 2 14.3 1 C.Albicans 2 Sumber : Data Primer C.Tropikalis C.Krusei C.Rugosa Total n % 60.0 5 100 3 60.0 5 100 0 0 0 1 100 0 0 2 2 100 0 0 0 0 100.0 0 1 100 7.1 1 7.1 8 57.1 14 100 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan distribusi stadium HIV/AIDS berdasarkan spesies candida, yakni pada stadium 1 terdapat 1 (20%) c. tropikalis, dan 1 (20%) c. 32 Krusei. Pada stadium 2 terdapat 1 (20%) c. albicans dan 1 (20%) c. Rugosa. Pada stadium 3 terdapat 1 (100%) c. albicans. Sedangkan pada sampel yang tidak diketahui klasifikasi stadiumnya terdapat 1 (100%) c. tropikalis Tabel V.7 Distribusi Mengonsumsi Obat Antiretroviral berdasarkan Spesies Candida Mengonsumsi Obat Antiretroviral Ya Tidak C.Albicans n 1 1 Total 2 C.Tropikalis C.Krusei C.Rugosa Tdk ditemukan n % % 11. 1 n % n % n % 1 11.1 0 0 1 11.1 6 20 1 20 1 20 0 0 2 31.1 1 20 1 11.1 31. 1 Total n % 66.7 9 100 2 40 5 100 8 57.1 14 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 7 menunjukkan Distribusi mengonsumsi obat antiretroviral berdasarkan spesies candida, yakni pada sampel yang mengonsumsi obat antiretroviral terdapat 3 spesies candida yaitu 1 C. albicans, 1 C. Tropicalis, dan 1 C. Rugosa. Sedangkan pada sampel yang tidak mengonsumsi obat antiretroviral terdapat 3 spesies candida yaitu 1 C. albicans, 1 C.tropicalis, dan 1 C. Krusei. Tabel V.8 Distribusi Keluhan Rongga Mulut berdasarkan Spesies Candida Keluhan Rongga Mulut Oral candidiasis Lain-lain Tidak tahu Total n % n % n % n % Tdk ditemukan n % 1 100.0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 1 0 2 18.2 1 9.1 1 9.1 6 54.5 11 2 14.3 2 14.3 1 7.1 1 7.1 8 57.1 14 C.Albicans C.Tropikalis C.Krusei C.Rugosa Total n % 100 100 100 100 Sumber : Data Primer 33 Berdasarkan tabel 8 menunjukkan distribusi gambaran klinis rongga mulut berdasarkan spesies candida, yakni pada sampel yang mengalami oral candidiasis terdapat 1 (100%) c. albicans. 34 BAB VI PEMBAHASAN Penelitian secara ilmiah membuktikan tingginya frekuensi penyakit mulut pada penderita penyakit infeksi Human immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired immune deficiency syndrome (AIDS). Penyakit yang sering dijumpai adalah kandidiasis dan hairy leukoplakia dan pada keadaan ini jumlah sel Cluster Differentation (CD4) menurun. Kandida telah lama dikenal dan dipelajari sejak abad ke -18. Penyakit yang ditimbulkannya kerap kali dihubungkan dengan higiene yang buruk. Ada 30 spesies jamur dalam genus candida,namun hanya 7 spesies yang dijumpai pada manusia. Ke tujuh spesies tersebut adalah Candida albicans, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis dan Candida guillermondi. Spesies Candida tersebut merupakan flora normal yang terdapat dalam rongga mulut dan terdapat sekitar 40% dari populasi normal. Apabila terjadi infeksi maka akan mengakibatkan perubahan flora pada rongga mulut yang biasa dikenal dengan oral kandidiasis. United states nasional Nosocomial infections Surveillance system menyatakan Candida spp. sebagai penyebab dari 50% infeksi jamur Beberapa faktor predisposisi yang dapat mengakibatkan kandidiasis oral antara lain, pemakaian gigi tiruan, kondisi immunosupresi seperti pada AIDS, pasien transplantasi, kanker, gangguan autoimun, dan bentuk-bentuk lain pada defisiensi imunologi.12 35 Berdasarkan pada penelitian ini, dari 14 sampel hanya ada 4 spesies yang teridentifikasi yaitu C. Albicans, C. Tropicalis, C. Krusei, dan C. Rugosa. Sedangkan penelitian lain juga melaporkan adanya perbedaan spesies candida yang terisolasi pada pasien HIV seropositif dan seronegatif, Spesies yang dilaporkan adalah C.albicans, C. dubliniensis, C. parapsilosis, dan C. tropicalis. Pada penelitian tersebut jumlah sampel HIV seropostif sebanyak 50 sampel dengan 5 sampel tdk terisolasi spesies candida, sedangkan pada sampel HIV seronegatif dengan jumlah 30 sampel 12 diantaranya tidak terisolasi candida.13 Tabel 1 menunjukkan 2 spesies C. albicans, 2 spesies C. tropicalis, 1 C. krusei dan 1 C. Rugosa yang teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa diantara spesies candida, C. albicans merupakan spesies candida yang paling sering terisolasi dan berperan penting terhadap sebagian besar infeksi superfisial dan sistemik, namun banyak spesies non albicans, seperti C. glabrata, C. parapsilosis dan C. tropicalis baru-baru ini muncul sebagai patogen penting. Beberapa laporan menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh spesies “ non-albicans candida ” diantaranya dalah spesies C. Tropicalis, C. glabrata, C. Parapsilosis, C. krusei, C. lusitaniae dan spesies yang baru seperti C. Dubliniensis. Penelitian ini juga menunjukkan adanya spesies non Candida albicans lain yang jarang dijumpai pada rongga mulut yaitu Candida rugosa yang merupakan spesies yang terdapat pada tubuh manusia, namun spesies yang prevalensinya sangat kecil ini terdapat dalam rongga mulut selain terdapat pada kulit dan vagina. hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan semua spesies candida non albicans dapat menjadi pathogen dalam rongga mulut. 9 36 Tabel 5 menunjukkan kadar CD4 T-cell berkaitan dengan adanya spesies candida, ≥500/mm3 teridentifikasi 1 spesies C. Krusei dan 1 C. Rugosa, pada kadar 200499/mm3 dijumpai 1 spesies C. tropicalis, sedangkan pada kadar <200/mm3 teridentifikasi 2 spesies C. albicans. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa manifestasi oral khususnya kandidiasis secara signifikan berhubungan dengan berkurangnya jumlah CD4 dibawah 200 cell/mm3. Beberapa studi menyebutkan bahwa adanya hubungan antara kolonisasi candida dengan berkurangnya jumlah CD4, Namun deteksi candida pada pasien dengan jumlah CD4 200-499/µl dengan jumlah CD4 <200 µl hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain selain jumlah CD4 mempunyai peranan dalam perkembangan kandidiasis termasuk konsumsi tembakau, oral hygiene yang buruk, dan xerostomia. Tabel 7 menunjukkan Distribusi sampel yang mengonsumsi obat antiretroviral yakni pada sampel yang mengkonsumsi obat antiretroviral teridentifikasi spesies C. albicans, C. tropicalis, dan C. Rugosa.sedangkan pada sampel yang tidak mengonsumsi obat antiretroviral teridentifikasi spesies C. Albicans, C. tropicalis, dan C. Krusei. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa saat ini keprihatinan mengenai kandidiasis adalah munculnya resistensi Fluconazole pada C. albicans pada pasien AIDS dan kerentanan C. Krusei dan C. glabrata terhadap fluconazole. Lebih dari itu saat ini non-candida albicans berkembang menjadi resistensi terhadap obat golongan azoles untuk C. krusei yang telah dikenal resisten terhadap ketokonazole dan C. dubliniensis yang telah resisten terhadap terhadap flukonazole. 37 BAB VII PENUTUP 7.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas hasanuddin tanggal 2 juni -16 Juni 2012, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang datang di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya tidak semua teridentifikasi spesies candida, hanya 6 sampel dari 14 sampel. 2. Berdasarkan hasil identifikasi pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), hanya 4 spesies candida yang teridentifikasi yaitu, 2 candida albicans (14,3%), 2 candida tropicalis (14,3%), 1 candida krusei (7,1%), dan 1 candida rugosa (7,1%). Hal ini juga membuktikan bahwa selain candida albicans yang merupakan pathogen oportunistik yang banyak terisolasi juga terjadi perkembangan pada spesies candida non albicans yang pathogen dalam rongga mulut. 3. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang datang di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya yang memiliki kadar CD4 T-cell <200/mm3 teridentifikasi 2 spesies candida albicans, 200-499/mm3 teridentifikasi 1 spesies candida tropicalis,dan pada kadar ≥500/mm3 teridentifikasi 1 spesies candida krusei dan 1 candida rugosa. 38 4. Salah satu sampel yang teridentifikasi dari Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang datang di Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya, dijumpai salah satu spesies candida yang jarang ditemui pada rongga mulut,yaitu candida rugosa. 7.2 SARAN 1. Untuk Yayasan peduli kelompok dukungan sebaya, Sebaiknya memberikan perhatian yang lebih terhadap kesehatan Orang dengan HIV/AIDS terkhusus kesehatan gigi dan mulutnya dengan cara memberikan pelatihan atau penyuluhan. 2. Untuk pemerintah, Meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS dengan memberikan pengobatan gratis,terkhusus untuk pengobatan penyakit mulut yang biasa dijumpai pada ODHA. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan variable pada ODHA dan dengan sampel yang lebih banyak. 39 DAFTAR PUSTAKA 1. Sufiawati I,Priananto FR.Manifestasi oral yang berhubungan dengan tingkat imunosupresi pada anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS dan penatalaksanaannya[studi pustaka].Jakarta pusat.Universitas Indonesia. 2. Shetti A,Gupta I,Charantimath SM. Oral Candidiasis: Aiding in the Diagnosis of HIV—ACase Report. Hindawi Publishing Corporation Case Reports in Dentistry 2011. 3. Astari L,sawitri, safitri YE,hinda PS.Viral load pada infeks HIV [Telaah kepustakaan].Berkala ilmu kesehatan kulit & kelamin 2009 Apr 1;21:31-39. 4. Bauerle M,Schröppel K,Taylor B,Bergmann S,Schmitt-Haendle M,Harrer T. Analisis Candida albicans – khusus T-cell respon dan kolonisasi Candida orofaringeal dalam kohort pasien yang terinfeksi HIV-1.European journal of Medical Research 2006;11:479-484. 5. Kashou AH, Agarwal A. Oxidants and Antioxidants in the Pathogenesis of HIV/AIDS. The Open Reproductive Science Journal 2011;3: 154-161 6. Geubbels E, Bowie C. Epidemiology of HIV/AIDS in adults in Malawi. Malawi Medical Journal 2006 sep; 18 (3):99-121. 7. Saputra,Lyndon.Buku ajar mikrobiologi kedokteran.Jakarta.Universitas Indonesia. 40 8. Jawets E,Melnick J,Adelberg E.Mikrobiologi kedokteran.Ahli bahasa,Nugroho E Maulany R.F;editor,Setiawan I.ed 20.Jakarta : EGC.1996 9. Meurman J.H.,Siikala E,Richardson M,Rautemaa R. Non-Candida albicans Candida yeasts of the oral cavity. Communicating Current Research and Educational Topics and Trends in Applied Microbiology A.Mendez vilaz(ed).2007 10. Raju SB,Rajappa S. Isolation and Identification of Candida from the Oral Cavity. International Scholarly Research Network ISRN Dentistry Volume 2011. 11. (majalah ilmiah kedokteran gigi.1995.no.29-30 th10 mei-desember FKG trisakti.Enny Marwati.Identifikasi candida albicans penyebab kandidiasis rongga mulut.) 12. Anne F, Longman L. Tyldesley’s Oral Medicine.ed 5th. Oxford University. 2003 13. Wabale V, Kagal A, Bharadwaj R. Characterization of Candida spesies from Oral Trush in Human Immunodefeciency Virus (HIV) Seropositive and Seronegative Patient. Bombay Hospital Journal 2008. Vol. 50. No.2. 41