Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERAN PENDAMPING DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) RAILA ADNIN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Keluarga Harapan (PKH)” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahanbahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Raila Adnin NIM. I34110028 iii ABSTRAK RAILA ADNIN. Peran pendamping dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai angka 28,28 juta jiwa yang merupakan 11,25 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Kemiskinan jika tidak ditangani secara serius akan memberikan dampak buruk diberbagai bidang, antara lain bidang kesehatan dan pendidikan. Mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat miskin yakni Program Keluarga Harapan (PKH). Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep PKH, pendampingan, pemberdayaan masyarakat miskin, dan menganalisis peran pendamping PKH dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Hasil dari penulisan ini adalah PKH merupakan program bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui proses pendampingan untuk mencapai peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang pendidikan dan kesehatan. Peran pendamping PKH dalam pemberdayaan masyarakat miskin mempengaruhi efektivitas keberhasilan PKH. Terdapat empat peran pendamping PKH, yakni peran dan keterampilan fasilitatif, peran dan keterampilan edukasional, peran dan keterampilan perwakilan, dan peran dan keterampilan teknis. Peran pendamping juga mempengaruhi implementasi program PKH. Implementasi tersebut dapat dilihat melalui (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Tolak ukur dari efektivitas keberhasilan PKH adalah ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, pemantauan program, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, pemanfaatan tenaga, dan penanggulangan kemiskinan. Kata kunci: masyarakat miskin, pemberdayaan, pendamping, Program Keluarga Harapan (PKH) iv ABSTRACT RAILA ADNIN. The role of facilitator in empowering the poor people through Program Keluarga Harapan (PKH). Supervised by TITIK SUMARTI. Number of poor people in Indonesia in 2014 has reached 28,28 million people that is 11,25 percent of the overall the Indonesian population. If poverty do not address seriously, it will give negative effects on the various field, such as health and education. To overcome these issues, the government created a policy that pertain to empowering the poor named Program Keluarga Harapan (PKH). This writing aimed to identify the concept of Program Keluarga Harapan (PKH) program, assistance, empowering the poor, and analyze the role of a companion Program Keluarga Harapan (PKH) program in empowering the poor. The result of the writing is Program Keluarga Harapan (PKH) program is conditional cash transfers program to the very poor households (RTSM) through mentoring process to achieve an increasing quality of human resources in the field of education and health. The role of PKH facilitators in empowering the poor affect the effectiveness of the success of PKH. There are four roles of PKH facilitators, there are role of facilitate and skill, role of educational and skill, role of representatives and skill, and technical skill. The role of PKH facilitator also affected the implementation of the program. The implementation can be seen through (a) program poverty reduction through PKH and (b) PKH poverty reduction through the implementation of the program. Yardstick of the effectiveness of the PKH's success are the accuracy socialization target of the program, socialization of the program, program aims, monitoring of the program, ways of working that good and right, productive in the service, work performance, the use of power, and poverty reduction. Keywords: empowerment, facilitator, poor people, Program Keluarga Harapan (PKH) v PERAN PENDAMPING DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Oleh RAILA ADNIN I34110028 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Insititut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 vi LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bawa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Raila Adnin Nomor Pokok : I34110028 Judul : Peran Pendamping dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr Ir Titik Sumarti MC, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: vii PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Keluarga Harapan (PKH)”. Meskipun seringkali penulis mengalami kesulitan, namun berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka ini dengan tepat waktu. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Titik Sumarti MC, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Dr Ir Dody Prayitno M.Eng dan Ibu Dra RR Susi Handayani serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik secara materi maupun non materi dan doa kepada penulis. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada sahabat terbaik Hery Prasetyo yang selalu memberikan dorongan positif dan semangat kepada penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Romanna Trya Debora, Dita Pratiwi, Fina Fatihur Rizka, dan seluruh teman SKPM 48 sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2014 Raila Adnin NIM. I34110028 viii DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. ix PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1 Tujuan Tulisan .................................................................................................................. 2 Metode Penulisan .............................................................................................................. 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................ 3 1. Jurnal 'Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun’ (Firma Kusuma Indrayani 2014) ................................... 3 2. Jurnal 'Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo)’ (Claudio Usman 2014). ............................................................................................................... 6 3. Jurnal 'Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi Pada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri)’ (Dedy Utomo 2014) .................. 9 4. Jurnal 'Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto)’ (Slamet Agus Purwanto, Sumartono, dan M. Makmur 2013) ................................................. 12 5. Jurnal 'Karakteristik Demografi, Sosial, Dan Ekonomi Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)’ (Megawati Simanjuntak, Herien Puspitawati, MD Djamaludin 2010)....................................................................................................... 15 6. Jurnal 'Peran Pendamping Pada Program Keluarga Harapan Kabupaten Karawang’ (Habibullah 2011) ...................................................................................................... 18 7. Jurnal 'Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat’ (D. Susanto 2011) .................... 21 8. Jurnal 'Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara’ (Nurnita Widya Kusuma 2013) .................................................................................. 24 9. Jurnal 'Strategi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan Pada PNPM Mandiri’ (Sukidjo 2009)............................................................................................................ 27 10.Jurnal 'Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali’ (I.G.W. Murjana Yasa 2008)............................................................................. 30 11.Jurnal 'Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Suarakarta Jawa Tengah)’ (Ravik Karsidi 2007)....................... 33 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 36 Program Keluarga Harapan (PKH) ................................................................................. 36 Pendampingan ................................................................................................................. 37 Pemberdayaan Masyarakat Miskin ................................................................................. 38 Peran Pendamping PKH dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin .............................. 39 SIMPULAN ................................................................................................................... 41 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ................................................................................ 41 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .................................................... 42 Usulan Kerangka Analisis Baru ...................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 44 LAMPIRAN .................................................................................................................. 46 Riwayat Hidup ................................................................................................................ 46 ix DAFTAR GAMBAR Gambar1. Hubungan Konseptual Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. ................................... 5 Gambar 2. Hubungan Konseptual Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo) ............................................................................................. 8 Gambar 3. Hubungan Konseptual Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi Pada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri) .......................................................................................................... 11 Gambar 4. Hubungan Konseptual Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto) ................................................................................. 14 Gambar 5. Indikator Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Penerima Program Keluarga Harapan ........................................................................................ 17 Gambar 6. Hubungan Konseptual Peran Pendamping Pada Program Keluarga Harapan Kabupaten Karawang ................................................................................... 20 Gambar 7. Hubungan Konseptual Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat .. 23 Gambar 8. Hubungan Konseptual Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara ............................................. 26 Gambar 9. Hubungan Konseptual Strategi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan Pada PNPM Mandiri .................................................................................... 29 Gambar 10. Hubungan Konseptual Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali ......................................................................... 32 Gambar 11. Hubungan Konseptual Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Suarakarta Jawa Tengah) ............ 35 Gambar 12. Kerangka Analisis ....................................................................................... 42 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Riwayat Hidup............................................................................................46 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan yang terjadi di Indonesia merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan. Hal ini didukung oleh penetapan Persatuan Bangsa Bangsan (PBB) mengenai Millenium Development Goals (MDGs) yang menyatakan bahwa pada tahun 2015 proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan harus dikurangi hingga 50 persen dari kondisi tahun 1999. Deklarasi MDGs tersebut dituangkan pada bulan Oktober 2000 dan disepakati oleh 189 negara anggota PBB, termasuk Indonesia (Sukidjo 2009). Permasalahan tersebut menjadi semakin penting karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (2014), jumlah penduduk miskin di Indonesia telah mencapai angka 28,28 juta jiwa yang merupakan 11,25 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Kemiskinan yang terjadi apabila tidak ditangani secara serius akan memberikan dampak yang berkepanjangan. Dampak yang terjadi diantaranya adalah dampak di bidang kesehatan dan pendidikan. Pada bidang kesehatan, kemiskinan dapat menyebabkan kondisi kesehatan masyarakat miskin rentan terjangkit penyakit dan resiko ibu hamil akan kekurangan gizi sehingga mempengaruhi pada perkembangan janin dan tingkat kelahiran hidup, sedangkan pada bidang pendidikan bertambahnya jumlah anak putus sekolah dari keluarga miskin (Indrayani 2014). Menyadari pentingnya permasalahan tersebut, pemerintah melakukan segala upaya untuk menganggulangi permasalahan yang terjadi akibat kemiskinan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengeluarkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan keluarga miskin. Salah satu kebijakan pemerintah dalam hal ini diwujudkan melalui Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM/KSM) yang telah ditetapkan sebagai peserta PKH dengan ketentuan tertentu. Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan (Pedoman Umum PKH 2012). Dalam pelaksanaan PKH, terdapat pendamping yang merupakan aktor penting dalam menyukseskan PKH. Pendamping merupakan pancaindera PKH yang melaksanakan tugas pendampingan kepada RTSM/KSM penerima program dan membantu kelancaraan pelaksanaan PKH (Pedoman Umum PKH 2012). Menurut Kemsos (2014), pendamping diperlukan karena: 1) Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki suara dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang menyuarakan mereka, yang membantu mereka mendapatkan hak. 2) UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan melakukan tugasnya di seluruh tingkat kecamatan dalam waktu bersamaan. Tugas dan tanggungjawab pendamping PKH secara umum adalah melaksanakan tugas pendampingan kepada RTSM/KSM peserta PKH (Pedoman Umum PKH 2012). Selain tugas tersebut, pendamping juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat miskin yang menjadi sasaran program. Menurut Purwanto dkk (2013), pendamping PKH tidak hanya berhenti pada pendataan dan pencairan dana melainkan pendamping PKH juga memberikan inovasi-inovasi seperti membelajari warga penerima bantuan membuat kerajinan tangan. Pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan oleh pendamping PKH ini dilaksanakan untuk mendukung pencapaian MDGs. Terdapat lima komponen tujuan MDGs yang didukung melalui PKH, yaitu penanggulangan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar untuk semua, 2 kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pengurangan angka kematian anak, dan peningkatan kesehatan ibu (Pedoman Umum PKH 2012). Salah satu program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah PKH yang dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH merupakan program yang diberikan kepada RTSM/KSM dalam upaya mencapai MDGs melalui pengurangan angka kemiskinan negara. Dalam pelaksanaannya, PKH memiliki pendamping yang memiliki tugas pendampingan kepada RTSM/KSM peserta PKH dan berperan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat bagaimana peran pendamping dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Keluarga Harapan? Tujuan Tulisan Tujuan tulisan dengan judul Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu: 1. Mengidentifikasi konsep Program Keluarga Harapan (PKH). 2. Mengidentifikasi konsep pendampingan. 3. Mengidentifikasi konsep pemberdayaan masyarakat miskin. 4. Menganalisis peran pendamping Program Keluarga Harapan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Metode Penulisan Metode yang dilakukan dalam penulisan studi pustaka ini adalah penelaahan serta analisis data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Hal pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan berbagai data sekunder berupa hasil penelitian, seperti jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku terkait PKH dan pemberdayaan masyarakat miskin. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah menarik keterkaitan diantara semua sumber, kemudian membentuk sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah bagi penelitian yang akan dilakukan. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun : : : : : : : 2014 Jurnal Elektronik Firma Kusuma Indrayani Surabaya, Universitas Negeri Surabaya : Jurnal Unesa : 1-12 : http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika /article/view/8901/baca-artikel : 19 September 2014 Ringkasan Pustaka Kemiskinan merupakan permasalahan yang dapat memberi dampak di bidang kesehatan maupun pendidikan. Dari data kemiskinan dari BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka (2008), menjelaskan bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kabupaten Madiun masih relatif tinggi yakni 8.993. Untuk menanggulangi permasalahan yang ditimbulkan karena kemiskinan, segala upaya dilakukan oleh pemerintah. Salah satu program pemerintah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat miskin adalah Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas program keluarga harapan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, dengan rincian indikator yang akan diukur dalam penelitian yakni ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program dan pemantauan program keluarga harapan. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Pada penelitian ini pengukuran efektivitas menggunakan indikator-indikator efektivitas yang dikemukakan oleh Budiani (2007) antara lain meliputi ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Indikator yang telah ditentukan kemudian dikembangkan menjadi item-item pernyataan atau pertanyaan yang memiliki skor 1 sampai 5 menggunakan skala Likert. Berdasarkan penelitian tersebut, pelaksanaan PKH di kecamatan Saradan Kabupaten Madiun dapat dikatakan efektif. Dalam mengukur efektivitas program, digunakan ukuran efektivitas program dari Budiani (2007) dengan variabel sebagai berikut: 1. Ketepatan sasaran sosialisasi program Sebanyak 96,7 persen sasaran yang menjadi sosialisasi program di wilayah tersebut merupakan RTSM yang berdomisili di Desa Sugihwaras. Selain itu, penerima adalah RTSM yang memiliki anak usia Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama, dan RTSM yang memiliki anak berusia dibawah 6 tahun. 4 Program PKH memberikan bantuan kepada ibu hamil dan ibu nifas setelah melahirkan mendapatkan bantuan tunai serta bantuan pelayanan kesehatan. 2. Sosialisasi Program Jumlah pendamping disesuaikan dengan peserta PKH yang terdaftar di kecamatan. Satu petugas atau satu orang pendamping akan mendampingi sekitar 375 RTSM peserta PKH. Keefektivitasan program dalam hal ini dilihat dari kemampuan petugas memberi informasi kepada RTSM penerima PKH. Selain itu, tugas rutin petugas PKH adalah melakukan pendampingan dan memberikan informasi kepada setiap kota atau kecamatan, memberikan pemahaman mengenai pemahaman dan tujuan PKH, prosedur dan mekanisme PKH, hak dan kewajiban penerima PKH, syarat penerima PKH, dan manfaat PKH di wilayah tersebut. 3. Tujuan program Tujuan program juga dinyatakan efektif yang dapat dilihat dari kemampuan PKH dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi, taraf pendidikan anak RTSM, meningkatkan status kesehatan dan gizi penerima PKH, dan meningkatkan akses dan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Dalam meningkatkan taraf pendidikan yang menjadi sasaran adalah RTSM yang memiliki anak berusia 6-15 tahun. 4. Pemantauan program. Pemantauan program dilakukan terhadap penilaian petugas dalam menjalankan program, penggunaan sumber daya secara efisien, dan penilaian mengenai pelaksanaan program. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Efektivitas Program Keluarga Harapan di desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun dapat ditarik kesimpulan bahwa program keluarga harapan adalah suatu program yang sangat efektif untuk membantu RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari keempat indikator keefektivan program yaitu ketepatan saran program, sosialisasi program, tujuan program dan pemantauan program. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Firma Kusuma Indrayani (2014) ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Program Keluarga Harapan di Desa Sugihwaras. Efektivitas program tersebut diukur menggunakan empat indikator efektivitas yang dikemukakan oleh Budiani (2007) yakni ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Program Keluarga Harapan dikatakan efektif apabila keempat indikator tersebut tersebut dinyatakan tercapai dengan baik. Sasaran penelitian untuk mengkaji keempat indikator adalah pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan PKH yakni peserta program, stakeholder pendidikan, stakeholder kesehatan, dan pendamping program. Jurnal tersebut dapat bermanfaat untuk mengetahui efektivitas PKH yang diukur dengan menggunakan beberapa indikator. Dari segi teknik penulisan, jurnal tersebut sudah baik karena terdapat tujuan, metode dan pembahasan yang saling berkesinambungan. Kriteria efektivitas yang digunakan juga sudah baik karena mencakup keseluruhan program, dari mulai program dilaksanakan hingga pemantauan program pada waktu pelaksanaannya. Meskipun begitu, masih terdapat kekurangan dalam jurnal ini yakni dalam pembahasan tidak dibahas mengenai hal yang menjadi pendukung maupun penghambat dari keefektivan program. 5 Ketepatan sasaran - - - Tujuan Program tingkat kondisi sosial ekonomi tingkat taraf pendidikan anak RTSM tingkat status kesehatan dan gizi penerima PKH tingkat akses dan pelayanan pendidikan dan kesehatan Efektivitas keberhasilan PKH Sosialisasi program - kemampuan petugas memberi informasi kepada RTSM penerima PKH. - tugas rutin petugas PKH Pemantauan program. - penilaian petugas dalam menjalankan program - penggunaan sumber daya secara efisien, - penilaian mengenai pelaksanaan program Gambar1. Hubungan Konseptual Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. 6 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo). : 2014 : Jurnal : Elektronik : Claudio Usman : : : : Jurnal Administrasi Publik : 02(001):1-13 : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/ 4503 /4032 : 19 September 2014 Ringkasan Pustaka Banyak sekali penduduk Indonesia saat ini yang masih hidup dalam keadaan miskin dan bahkan sangat miskin, yang membuat mereka tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-harinya. Kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat pendapatan, dan pada dasarnya dapat dibedakan dalam kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut, apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan, atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Sedangkan kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sudah diatas garis kemiskinan. Salah satu cara pemerintah untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu/miskin, yang disebut sebagai Bansos. Bansos ini dalam bentuk bantuan tunai maupun bantuan material, seperti dana BOS, Jamkesmas, PNPM-Mandiri, Raskin, Program Keluarga Harapan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu memberikan keterangan dengan angka-angka statistik terhadap faktor efektivitas dalam menanggulangi kemiskinan di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Dalam melakukan pengukuran efektivitas program keluarga harapan dapat diukur menggunakan indikator berikut: a. Tepat sasaran, PKH hanya diberikan kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang datanya bersumber dari desa/kelurahan tersebut. b. Cara kerja yang baik dan benar, proses administrasi yang benar dan dapat dipercaya. c. Produktif dalam pelayanan, pemberian materi maupun jasa yang tepat dan baik. d. Prestasi kerja, penilaian yang baik dari masyarakat atas kinerja dari aparat pemerintah e. Pemanfaatan tenaga, biaya dan peralatan dengan sebagaimana mestinya, tidak ada penyelewengan, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam melakukan pengukuran penanggulangan kemiskinan untuk memberantas kemiskinan, dapat diukur dari beberapa indikator berikut: 7 a. Pendapatan, Pemerintah harus mengatur batas pendapatan minimum bagi setiap warga negara agar dapat mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. b. Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. c. Pekerjaan, penyediaan lapangan kerja baik dari pemerintah maupun swasta merupakan salah satu faktor agar tidak terjadinya pengangguran. d. Bansos, memperluas bantuan bagi calon penerima yang benar-benar berhak menerimanya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh gambaran tentang distribusi frekuensi untuk variabel Efektivitas Program Keluarga Harapan memperlihatkan kecenderungan bahwa pendapat responden masyarakat di Kecamatan Kota Utara tentang Efektivitas Program Keluarga Harapan rata-rata masih berada pada kategori “Sedang” atau moderat, yakni sebesar 46.7 persen dari 90 responden yang ada. Hasil ini menunjukkan bahwa Efektivitas Program Keluarga Harapan di Kecamatan Kota Utara dalam memberikan kontribusi untuk membantu RTSM belum secara optimal terpenuhi. Sedangkan untuk variabel Penanggulangan Kemiskinan memperlihatkan kecenderungan bahwa pendapat responden tentang Penanggulangan Kemiskinan rata-rata masih berada pada kategori “sedang” yakni sebesar 48.9 persen dari 90 responden masyarakat. Hasil ini menunjukkan penanggulangan kemiskinan di Kecamatan Kota Utara belum secara optimal dicapai, namun telah memadai. Belum optimalnya penanggulangan kemiskinan, akibat dari program yang masih belum tepat sasaran kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dan masih belum berjalan sebagaimana mestinya program ini. Analisis Pustaka Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo pada tahun 2014 ini bertujuan untuk melihat efektivitas PKH dalam menanggulangi kemiskinan. terdapat dua variabel yang digunakan dalam jurnal ini yakni variabel efektivitas program PKH dan variabel penanggulangan kemiskinan. Indikator yang digunakan dalam variabel efektivitas program PKH adalah tepat sasaran, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, dan pemanfaatan tenaga. Indikator yang digunakan dalam variabel penanggulangan kemiskinan adalah pendapatan, meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, pekerjaan, dan bansos. Program PKH dinyatakan efektif apabila indikator tersebut dapat dicapai secara optimal. Jurnal tersebut dapat bermanfaat untuk mengetahui efektivitas PKH dalam menanggulangi kemiskinan yang diukur dengan menggunakan beberapa indikator. Dari segi teknik penulisan, jurnal tersebut masih terdapat kekurangan karena tujuan penulisan tidak dicantumkan sehingga sulit untuk melihat kesinambungan antara tujuan dengan pembahasan yang ditulis. Kriteria efektivitas yang digunakan sudah cukup baik karena indikator yang digunakan dapat mengukur efektivitas program dan penanggulangan kemiskinan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator dari penanggulangan kemiskinan yang dirasa masih belum cukup untuk menjadi indikator tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya penjelasan lebih lanjut mengenai pekerjaan yang dimaksud, seperti contoh penjelasan siapa saja yang bekerja dalam rumah tangga dan siapa yang memiliki penghasilan terbesar dalam rumah tangga. Hal ini dapat digunakan untuk melihat apakah anak turut serta dalam menyumbang pendapatan keluarga (pekerja anak). 8 - Efektivitas program PKH tepat sasaran cara kerja yang baik dan benar produktif dalam pelayanan prestasi kerja pemanfaatan tenaga Efektivitas keberhasilan PKH - Penanggulangan kemiskinan pendapatan meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar pekerjaan bansos. Gambar 2. Hubungan Konseptual Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo) 9 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi Pada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri) : 2014 : Jurnal : Elektronik : Dedy Utomo : : : Malang, Universitas Brawijaya : Jurnal Administrasi Publik : 02(01):29-34 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index. php/jap/article/view/333 : 12 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Rendahnya kualitas hidup penduduk miskin berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi produktivitas. Penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan mencakup mereka yang berpendapatan rendah, tidak berpendapatan tetap atau tidak berpendapatan sama sekali. Dengan demikian maka pengentasan dan penanggulangan kemiskinan yang diupayakan berbagai pihak diharapkan dapat mengangkat taraf hidup masyarakat miskin. Oleh karena itu dalam rangka penanggulangan kemiskinan berbasis rumah tangga, Pemerintah meluncurkan program khusus yang diberi nama Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Dalam setiap pelaksanaan suatu program yang menjadi salah satu unsur terpenting adalah pencapaian sebuah target. Dalam penelitian ini bardasarkan pernyataan dari pendamping berkaitan dengan hal tersebut target yang harus dicapai dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) ini yaitu terbantunya masyarakat tidak mampu khususnya RTSM dalam memenuhi kebutuhan hidup berkaitan dengan pendidikan anaknya dan kesehatan ibu hamil dan balita. Sampai saat ini pelaksanaan PKH di Kecamatan Purwoasri mulai dari pertama pelaksanaan program telah terdapat peningkatan mulai dari status pendidikan dan status peningkatan gizi ibu hamil dan balita. Hasil dari evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) bertujuan untuk memberikan bukti nyata dalam pelaksanaan program terkait dengan pembiayaan maupun pencapaian tujuan. Adanya anggapan bahwa penerima PKH mau melakukan dan memenuhi komitmennya karena takut dengan adanya sanksi yang diberikan. Dan juga kurang pahamnya masyarakat terhadap sanksi yang disosialisasikan menyebabkan 10 munculnya masalah yaitu penggunaan kartu yang tidak sesuai atau melanggar kesepakatan. Jika kesepakatan dilanggar oleh peserta PKH maka sanksi yang diberikan yaitu pemotongan uang pada saat pencairan. Berdasarkan hasil penelitian, program ini telah mampu membantu mengurangi kebutuhan hidup RTSM. Tidak hanya itu jumlah peserta PKH juga mengalami penurunan penerima program yang pada awal pelaksanaan 692 peserta dan pada tahun 2013 berkurang menjadi 528 peserta saat ini. Secara tidak langsung hal ini membuktikan pelaksanaan PKH di Kecamatan purwoasri mampu memberikan hasil yang baik dengan berkurangnya peserta PKH sebanyak 164 peserta walaupun hasil ini dirasa masih belum signifikan me-ngurangi angka kemiskinan yang ada. Dalam penelitian ini, faktor pendukung program yaitu adanya koordinasi yang bagus dari aktor yang terlibat. Aktor tersebut meliputi perangkat desa, di bidang pendidikan yaitu guru/wali kelas yang harus melakukan absensi rutin agar partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat terpantau, sedangkan di bidang kesehatan yaitu bidan desa yang berada didesa lokasi peserta PKH menetap. Selain itu, faktor pendukung pelaksanaan program adalah dukungan finansial yang mencukupi sehingga dapat menentukan kesuksesan tujuan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan PKH ini yaitu kurang pahamnya RTSM terhadap sanksi yang diberikan. Selain itu bahwa faktor penghambat yang ada dalam pelaksanaan PHK di Kecamatan Purwoasri yaitu adanya data yang tidak benar. Hal ini dikarenakan peserta RTSM melakukan pemalsuan data pada saat verifikasi. Dari penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa target pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Purwoasri yaitu terbantunya masyarakat tidak mampu khususnya RTSM dalam memenuhi kebutuhan hidup berkaitan dengan pendidikan anaknya dan kesehatan ibu hamil dan balita. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Dedy Utomo (2014) ini memiliki tujuan mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis pelaksanaan PKH. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa PKH mampu membantu mengurangi kebutuhan hidup RTSM. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan jumlah penerima PKH dari tahun 2007 ke tahun 2013. Selain itu, terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dari pelaksanaan program keluarga harapan yang dibahas dalam jurnal. Faktor pendukung program adalah dukungan dari berbagai aktor yang terlibat seperti guru dan bidan dan dukungan finansial yang mencukupi. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat program adalah ketidakpahaman peserta program terhadap sanksi yang diberikan dan adanya pemalsuan data pada saat verifikasi. Dari segi teknik penulisan, jurnal tersebut masih terdapat kekurangan dalam pembahasan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya indikator yang digunakan dalam menganalisis pelaksanaan PKH. Selain itu, antara judul dengan pembahasan dirasa kurang sesuai. Judul dari jurnal tersebut adalah Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin. Namun pada pembahasannya, jurnal tersebut lebih cenderung membahas pelaksanaan PKH saja dan hanya sedikit menyinggung mengenai peningkatan kualitas hidup RTSM. Hal ini dapat dibuktikan, pembahasan mengenai peningkatan kualitas hidup RTSM hanya dibahas dengan penurunan angka penerima PKH pada tahun 2013. 11 Faktor penghambat Faktor pendukung - - dukungan dari berbagai aktor yang terlibat - dukungan finansial yang mencukupi - ketidakpahaman peserta program terhadap sanksi yang diberikan adanya pemalsuan data pada saat verifikasi Pelaksanaan PKH Gambar 3. Hubungan Konseptual Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi Pada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri) 12 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto) : 2013 : Jurnal : Elektronik : Slamet Agus Purwanto, Sumartono, dan M. Makmur : : : Malang, Universitas Brawijaya : Jurnal Wacana : 16(02):79-96 : http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/ 246/245 : 19 September 2014 Ringkasan Pustaka Salah satu faktor penyebab ketertinggalan dan penghambat dalam pembangunan suatu bangsa adalah tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan dapat menimbulkan dampak yang bersifat menyebar (multiplier effects) terhadap tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh. Selama ini persoalan kemiskinan yang terdapat di Mojosari salah satu permasalahan yaitu masih rendahnya sumberdaya manusia, yang mengakibatkan rendahnya daya saing dalam merebut peluang kerja. Sehingga, hal itu menjadi penyebab tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. Pemerintahan Mojokerto merespons masalah kemiskinan tersebut dengan menggulirkan Program Keluarga Harapan (PKH) yang merupakan pengembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu rumah tangga sangat miskin dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan Pendidikan Dasar dengan harapan program ini akan dapat mengurangi kemiskinan yang diimplementasikan melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang percepatan penangulangan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Mojosari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif . Adapun fokus dalam penelitian ini adalah: A. Program Pengentasan Kemiskinan Melalui PKH di Kecamatan Mojosari: - Arah Pengentasan Kemiskinan Melalui PKH Arah program pengentasan kemiskinan melalui PKH ini mengarah pada outcome atau hasil dari kegiatan pengentasan kemiskinan yang selama ini telah dilaksanakan dari output atau keluaran. Chambers dalam penelitianya menyimpulkan bahwa inti dari masalah kemiskinan terletak pada apa yang disebut sebagai jebakan kekurangan atau deprivation trap sedangkan deprivation traps itu sendiri dalam lima ketidakberuntungan yang melilit keluarga miskin. Kelima ketidakberuntungan ini adalah: 1. Kemiskinan itu sendiri; 2. Kelemahan fisik; 3. Keterasingan; 4. Kerentanan; 5. Ketidakberdayaan. Dari kelima ketidakberuntungan yang perlu mendapatkan perhatian khusus di kecamatan Mojosari yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Arah pengentasan kemiskinan pada komponen pelaksana bantuan 13 pendamping tingkat pemerintah pusat, pemerintah kota/kabupaten pada masyarakat miskin sudah cukup tinggi. - Pengentasan Kemiskinan Melalui Kesehatan PKH mempunyai tujuan utama turut serta mendukung upaya peningkatan status kesehatan ibu dan anak, maka persyaratan yang ditetapkan didalam PKH komponen kesehatan dikaitkan dengan upaya peningkatan aksesibilitas masyarakat ke pelayanan kesehatan profesional dan terlatih. Melalui persyaratan kesehatan ini, diharapkan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta PKH akan meningkat. - Pengentasan Kemiskinan Melalui Pendidikan Kehadiran PKH pendidikan diharapkan akan merubah pola pikir kelompok masyarakat tidak mampu untuk berperilaku positif dalam mengoptimalkan dan memanfaatkan fasilitas pendidikan di Indonesia. B. Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Melalui PKH - Organisasi Pelaksana Efektivitas organisasi pelaksana program keluarga harapan (PKH) dapat diidentifikasi dari pembagian struktur organisasi dan pembagian tugas menunjukkan tanggung jawab dan fungsi yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tim pendamping atau fasilitator adalah posisi yang sangat berperan dalam mendorong, mengarahkan dan membimbing masyarakat. Kualitas fasilitator sebagai pendamping dimasyarakat sangat berperan dalam menentukan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program. - Mekanisme Pelaksanaan PKH di Kecamatan Mojosari Terkait dengan mekanisme atau tahapan suatu program pengentasan kemiskinan, maka masyarakat setidaknya harus diposisikan sebagai pelaksana utama atau sasaran dalam setiap prosesnya. - Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Terdapat faktor yang mendukung dan menghambat implementasu kebijakan program. Faktor yang mendukung program ini di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto adalah adanya komitmen yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk menyukseskan Program Keluarga Harapan (PKH) dan aturan yang jelas mengenai mekanisme pelaksanaan program dan adanya jaminan memperoleh kesehatan dan pendidikan yang layak dari pemerintah melalui dinas sosial. Sedangkan faktor penghambat program ini adalah rendahnya pendidikan RTSM dan sulitnya merubah pola berfikir RTSM untuk memandang pentingnya arti kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka, kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara stakeholder secara intens, dan masih rendahnya partisipasi dari RTSM. Analisis Pustaka Jurnal yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini memiliki tujuan mengetahui implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan dua variabel yakni: (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH, yang dapat dilihat dari arah pengentasan kemiskinan, pengentasan kemiskinan melalui kesehatan, dan pengentasan kemiskinan melalui pendidikan; dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH, yang dapat diukur melalui organisasi pelaksana, mekanisme pelaksanaan PKH di kecamatan Mojosari, dan faktor pendukung dan penghambat implementasi program. Selain itu, dalam penelitian ini juga dibahas mengenai lima ketidakberuntungan yang melilit keluarga miskin menurut Chambers. Kelima ketidakberuntungan ini adalah: 1. Kemiskinan itu sendiri; 2. Kelemahan fisik; 3. Keterasingan; 4. Kerentanan; 5. 14 Ketidakberdayaan. Kelima ketidakberuntungan ini dapat digunakan untuk mengkaji dan mengetahui penyebab kemiskinan yang melilit Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Dari segi teknik penulisan, antara tujuan dan pembahasan dalam jurnal memiliki kesinambungan. Pembahasan yang ditulis sangat mendukung tujuan sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui implementasi program PKH. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa kekurangan dalam pembahasan. Hal ini dilihat dari kurangnya fakta dan data yang mendukung poin pengentasan kemiskinan melalui kesehatan dan poin pengentasan kemiskinan melalui pendidikan. Dalam kedua poin tersebut hanya dibahas mengenai harapan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pengentasan kemiskinan melalui pendidikan dan kesehatan. Penyebab kemiskinan - kemiskinan itu sendiri kelemahan fisik keterasingan kerentanan ketidakberdayaan Kemiskinan - Implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH organisasi pelaksana mekanisme pelaksanaan PKH faktor pendukung dan penghambat implementasi program. Program pengentasan kemiskinan melalui PKH - arah pengentasan kemiskinan - pengentasan kemiskinan melalui kesehatan - pengentasan kemiskinan melalui pendidikan Gambar 4. Hubungan Konseptual Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto) 15 5. Judul : Karakteristik Demografi, Sosial, Dan Ekonomi Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh 2010 Jurnal Elektronik Megawati Simanjuntak , Herien Puspitawati, MD Djamaludin : : : : Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen : 02(01):86-91 : http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/vie w/5190 : 12 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,2%), dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,4%). Program Keluarga Harapan (PKH) atau Cash Conditional Transfer (PKH) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dengan mengkampanyekan pembangunan manusia Indonesia untuk meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat melalui program pemberian subsidi bersyarat. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi keluarga penerima, dan menganalisis perbedaan karakteristik ekonomi antara pra dan saat keluarga mendapat dana PKH. Adapun penelitian ini memfokuskan pada: 1. Karakteristik demografi keluarga penerima PKH a) Besar dan struktur keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 persen termasuk keluarga kecil, 58 persen termasuk keluarga sedang, dan 20 persen termasuk keluarga besar. b)Usia Kepala Keluarga dan Istri. Secara keseluruhan usia kepala keluarga dan istri pada penelitian ini paling banyak terdapat pada kisaran antara 30 sampai 49 tahun yang bila didasarkan pada kelompok usia produktif, yaitu mulai usia 15 tahun sampai dengan usia 64 tahun. 2. Karakteristik sosial keluarga penerima PKH a) Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga dan Istri. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh mayoritas kepala keluarga adalah tamat SD, dengan persentase sebesar 48,1 persen. Di lain pihak, istri bahkan mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah dari kepala keluarga, yakni lebih dari separuhnya (59,1%) adalah tidak tamat. b)Kemampuan Baca Tulis Aksara Latin. 16 Jika dilihat dari melek aksara baik dari membaca maupun menulis aksara latin ternyata lebih dari 85% kepala keluarga maupun istri termasuk mampu dalam kedua keterampilan tersebut. Namun yang memprihatinkan adalah kemampuan membaca dan menulis aksara latin istri yang relatif lebih rendah dibandingkan kepala keluarga. c) Bantuan yang Diterima di Luar PKH. Persentase keluarga yang mendapat raskin antara pra dan saat PKH adalah sama, yakni 98,7 persen. Persentase keluarga yang mendapat Askeskin/Jamkesmas dan BLT mengalami penurunan, yakni dari masing-masing 60,7 persen dan 90,7 persen praPKH menjadi 55,3 persen dan 88 persen saat PKH. 3. Karakteristik ekonomi keluarga a) Pekerjaan Kepala Keluarga dan Istri Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada praPKH kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan utama adalah 96 persen, yang mengalami penurunan menjadi 94,2 persen saat keluarga mendapat dana PKH. Namun untuk pekerjaan tambahan, mengalami peningkatan dari 10,8 persen praPKH menjadi 12,8 persen saat mendapat dana PKH. b)Penerimaan Total Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan total keluarga contoh per bulan per kapita adalah Rp 89.594,01 praPKH dan Rp 118.044,96 saat PKH. Hal ini berarti penerimaan keluarga mengalami peningkatan saat keluarga mendapat dana PKH. c) Kontribusi Anggota Keluarga terhadap Penerimaan Total Keluarga Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kepala keluarga mempunyai kontribusi terbesar (68,3% praPKH; 51,1% saat PKH) terhadap penerimaan total keluarga, baik pra maupun saat PKH, serta secara statistik adalah berbeda nyata (p=0,008). Kontribusi penerimaan total keluarga selanjutnya adalah dari istri yang menyumbang 18,7 persen praPKH dan 14,5 persen saat PKH. d)Pengeluaran Total Keluarga Pengeluaran rata-rata per bulan keluarga contoh mempunyai persentase terbesar untuk pengeluaran pangan per bulan (70,1%) yang jauh lebih besar daripada rata-rata pengeluaran nonpangan per bulan (29,9%). Hal ini sejalan dengan Soekirman (1991) yang menyatakan bahwa keluarga berpendapatan rendah di Indonesia membelanjakan sekitar 60 hingga 80 persen dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangan. e) Kepemilikan Aset. Rumah merupakan salah satu kebutuhan penting bagi setiap keluarga. Lebih dari tiga perlima (66,7%) kepemilikan rumah keluarga contoh adalah rumah sendiri, diikuti oleh rumah milik orangtua/keluarga (32,7%) dan kontrak/sewa (0,7%). Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Simajuntak dkk (2010) ini bermanfaat untuk mengetahui karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi keluarga penerima PKH. Dalam mengukur variabel karakteristik demografi keluarga, digunakan dua indikator yakni: besar dan struktur keluarga dan usia kepala keluarga. Sedangkan untuk mengetahui variabel karakteristik sosial keluarga, digunakan indikator tingkat pendidikan kepala keluarga dan istri, kemampuan baca tulis aksara latin, dan bantuan yang diterima di luar PKH. Untuk mengetahui variabel karakteristik ekonomi keluarga, digunakan indikator pekerjaan kepala keluarga dan istri, penerimaan total keluarga, kontribusi anggota 17 keluarga terhadap penerimaan total keluarga, pengeluaran total keluarga, dan kepemilikan aset. Sasaran dalam jurnal ini adalah penerima PKH yang termasuk kedalam golongan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Dari segi teknik penulisan, jurnal tersebut memiliki kesinambungan yang baik dari judul, tujuan, dan pembahasan dalam tulisan. Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian juga ditulis dengan baik sehingga pembaca mudah memahami hal yang menjadi ukuran untuk melihat berbagai karakteristik keluarga penerima PKH. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa kekurangan dalam jurnal yakni tidak adanya bab tinjauan teoritis yang berisi konsep-konsep yang akan digunakan dalam jurnal. Hal ini dapat dilihat dari bab pembahasan terletak tepat setelah bab pendahuluan, bukan setelah bab tinjauan teoritis. - - Karakteristik ekonomi penerima PKH pekerjaan kepala keluarga dan istri penerimaan total keluarga kontribusi anggota keluarga terhadap penerimaan total keluarga pengeluaran total keluarga kepemilikan aset Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Penerima PKH Karakteristik sosial penerima PKH - pendidikan kepala keluarga dan istri - kemampuan baca tulis aksara latin - bantuan yang diterima di luar PKH Karakteristik demografi penerima PKH - besar dan struktur keluarga - usia kepala keluarga Gambar 5. Indikator Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Penerima Program Keluarga Harapan 18 6. Judul : Peran Pendamping Pada Program Keluarga Harapan Kabupaten Karawang Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit : : : : : : : Nama Jurnal : Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : 2011 Jurnal Cetak Habibullah Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Jurnal Informasi (Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial) 16 (02):101-116 - Ringkasan Pustaka Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 melaksanakan Program Keluarga Harapan sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial. PKH merupakan program bantuan uang tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan sebagai imbalannya RTSM diwajibkan untuk memenuhi persyaratan yang terkait dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan kesehatan. Peranan pendamping PKH dalam pelaksanaan program di lapangan secara langsung maupun tidak langsung sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan program di lapangan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran pendamping PKH di Kabupaten Karawang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, dalam profil program keluarga harapan Kabupaten Karawang dapat dilihat bahwa PKH mengalami perkembangan di wilayah tersebut. Perkembangan tersebut dilihat dari makin meningkatnya jumlah peserta PKH dari tahun ke tahun akan tetapi terjadi perkembangan dari segi sebaran program di Kabupaten Karawang. Meskipun penerima manfaat BLT dengan kategori RTSM merupakan target sasaran penerima manfaat PKH, namun hanya 49,50 persen penerima manfaat BLT yang mendapatkan PKH. Hal ini disebabkan untuk menjadi penerima manfaat PKH harus memenuhi persyaratan kewajiban yaitu mempunyai anggota keluarga ibu hamil/nifas dan anak usia 0-6 tahun dengan kewajiban memeriksakan kesehatan pada layanan kesehatan untuk mendapatkan PKH kesehatan dan anak usia sekolah (6-15 tahun) dengan kewajiban menyekolahkan anaknya. Sebanyak 77 persen pendamping PKH Kabupaten Karawang berlatar pendidikan strata 1 dengan berbagai macam program studi. Pendamping PKH memiliki kedudukan sebagai mitra pemerintah dan mitra masyarakat sehinga dituntut untuk menjembatani berbagai kepentingan yang datang dari pemerintah maupun kepentingan masyarakat. Peran pendamping PKH berdasarkan konsep peran community worker yang dikemukakan Ife adalah sebagai berikut: 1. Peran dan keterampilan fasilitatif 19 Peran pendamping PKH sebagai animator, dengan memberikan memberikan rangsangan, dorongan, memberikan motivasi kepada keluarga penerima manfaat PKH dan memenuhi kewajiban PKH biasanya hanya dilakukan apabila penerima manfaat PKH tidak memenuhi kewajiban PKH. Selain itu, pendamping juga melakukan mediasi dan negosiasi yang dilakukan kepada pihak layanan kesehatan maupun pendidikan yang tidak menjalankan fungsinya. Peran pendamping sebagai konsensus, fasilitasi kelompok, dan pengorganisasian pada tahap awal pelaksanaan PKH saja. Pengorganisasian yang dilakukan hanya sebatas pembentukan kelompok penerima manfaat PKH untuk saluran informasi dan komunikasi saja, padahal seharusnya kelompok tersebut dipersiapkan dan diberdayakan untuk kegiatan seperti Usaha Ekonomi Produktif (UEP) agar penerima manfaat tidak bergantung lagi dengan PKH ketika program berakhir. 2. Peran dan keterampilan edukasional Peran pendamping dalam hal ini adalah memberikan pemahaman kepada penerima manfaat PKH mengenai kewajiban dan PKH itu sendiri. Namun dalam kenyataannya, banyak penerima PKH yang tidak mengetahui hal tersebut ketika mendapatkan program dan baru menyadari kewajiban PKH pada saat bantuan yang diterima dipotong karena penerima manfaat tidak melaksanakan kewajibannya. 3. Peran dan keterampilan perwakilan Peran tersebut secara umum untuk menyampaikan informasi dan komunikasi baik dari penerima manfaat PKH ke UPPKH Kabupaten maupun sebaliknya. Informasi yang diberikan ke UPPKH Kabupaten misalnya perubahan status dari pendidikan SD ke SMP. 4. Peran dan keterampilan teknis Peran tersebut merupakan peran yang cenderung menonjol dilakukan oleh pendamping PKH meskipun peran tersebut tidak secara langsung mempengaruhi penerima manfaat PKH. Peran tersebut menjadi indikator keberhasilan pendampingan yang dilihat secara administratrif. Peran tersebut berkaitan dengan keterampilan untuk melakukan riset, menggunakan komputer, dan melakukan presentasi. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Habibullah (2011) ini memiliki tujuan mengetahui dan menganalisis peran pendamping PKH melalui metode kualitatif. Terdapat empat peran pendamping yang dipaparkan dalam jurnal tersebut yakni: (a) peran dan keterampilan fasilitatif, (b) peran dan keterampilan edukasional, (c) peran dan keterampilan perwakilan, dan (d) peran dan keterampilan teknis. Dalam pelaksanaan PKH, peran yang paling mempengaruhi kualitas pendamping adalah peran dan keterampilan teknis. Peran tersebut merupakan peran yang paling diperhatikan oleh pendamping meskipun peran ini tidak secara langsung mempengaruhi penerima manfaat PKH. Hal ini bertolak belakang dengan peran yang pertama yakni peran dan ketrampilan fasilitatif. Peran ini merupakan peran yang sangat mempengaruhi penerima manfaat PKH secara langsung namun terlihat tidak terlalu diperhatikan oleh pendamping. Kegiatan fasilitasi kelompok dan pengorganisasian kelompok penerima manfaat PKH hanya dilakukan pada tahap awal pertemuan saja. Kegiatan ini membentuk kelompok-kelompok penerima PKH. Dalam kenyataannya kelompok ini hanya berfungsi sebagai saluran informasi mengenai PKH dan tidak dipersiapkan dan diberdayakan membentuk kelompok seperti UEP ataupun KUBE. Hal ini sangat 20 disayangkan karena peluang untuk melakukan pemberdayaan masyarakat miskin tidak dimanfaatkan dengan baik. - Peran dan keterampilan edukasional Peran dan keterampilan teknis keterampilan melakukan riset menggunakan komputer melakukan presentasi Peran Pendamping PKH Peran dan keterampilan perwakilan - menyampaikan informasi dan komunikasi - - Peran dan keterampilan fasilitatif memberikan rangsangan dan dorongan memberikan motivasi mediasi negosiasi konsensus fasilitasi kelompok pengorganisasian Gambar 6. Hubungan Konseptual Peran Pendamping Pada Program Keluarga Harapan Kabupaten Karawang 21 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat : 2010 : Jurnal : Elektronik : D. Susanto : : : Bogor, Institut Pertanian Bogor : Jurnal Komunikasi Pembangunan : 08(01):77-89 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/vie w/5696/4324 : 19 September 2014 Ringkasan Pustaka Peran dari pendamping akan tampak nyata dan diperlukan, tatkala di dalam sistem sosial masyarakat terdapat indikasi adanya rasa ketidakpuasan pada kalangan warga masyarakat setempat. Ketidakpuasan yang muncul itu umumnya berakar pada adanya kebutuhan masyarakat yang belum atau tidak terpenuhi. Dalam tulisan ini disajikan hasil pemikiran dan telaahan hasil-hasil penelitian disertasi beberapa orang Doktor yang dibimbing, tentang bagaimana seyogyanya para Pendamping pengembangan masyarakat perlu ditingkatkan kompetensi dan keprofesionalannya, khususnya dari perspektif kapasitas modal sosial dan kualitas SDM. Masyarakat, khususnya yang tergolong segmen yang memiliki asset dan akses rendah terhadap berbagai pelayanan publik, segmen masyarakat miskin dan duapha, baik yang tinggal di perdesaan maupun di perkotaan perlu dikembangkan sedemikian rupa agar merasa memiliki hak hidup dan berkehidupan layak, merasa diperhatikan, dihargai, dimanusiakan dan dilimpahi keadilan, serta pada gilirannya secara bertahap akan lebih baik kehidupannya. Seperti dinyatakan oleh Misra (1981), pengembangan masyarakat hendaklah didasarkan kepada empat hal berikut, yaitu: (1) Keterjangkauan sarana dan prasarana pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua orang secara berkelanjutan; (2) Pengakuan dan saling menghargai atas harga diri masing-masing unsur dalam masyarakat; (3) Bebas dari segala bentuk tirani dan kekerasan; (4) Pemilikan kedamaian hidup yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Terdapat kesenjangan antara ‘apa yang diharapkan petani’ dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh kinerja Pendamping. Harapan petani yang amat jelas dan umum sifatnya adalah, bahwa bagi petani para Pendamping hendaklah memiliki kompetensi tinggi dalam aspek teknis budi-daya tanaman termasuk di sini pemuliaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian, dan aspek kewira-usahaan berkaitan dengan ‘bisnis usaha-tani’ yang menguntungkan dan berkeadilan bagi petani. 22 Individu-individu yang terkategori sebagai Pendamping pengembangan pengembangan masyarakat secara umum dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni (1) Yang saat ini telah dan sedang berposisi sebagai penyuluh di berbagai instansi pemerintah, baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun calon PNS, kader pembangunan desa, kader Posyandu, sukarelawan dan kader pengembangan masyarakat, kader-kader pembangunan bidang-bidang spesifik, sukarelawan dan lainnya. (2) Mereka yang saat ini sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi pendidikan yang berkiprah menyiapkan lulusan-lulusan calon Pendamping pengembangan masyarakat. Termasuk pada golongan manapun, maka Pendamping pengembangan masyarakat perlu ditingkatkan kapasitas modal sosial dan kualitas SDM guna menjawab tantangan perubahan yang demikian pesat dewasa ini. Seorang pendamping memiliki kapasitas modal sosial tinggi, jika ia memiliki kualitas SDM dan kepribadian tinggi, serta kemampuan melakukan interaksi sosial yang berkualitas dan elegan, antara lain sebagai dampak positif dari proses belajar yang pernah dijalani selama hidupnya. Pemahaman tentang komunikasi demikian penting di dalam upaya untuk meningkatkan modal sosial. Orang-orang lain akan mempercayai Anda, jika pada setiap berkomunikasi, Anda selalu mencoba berkata benar, berkata konsisten, menggunakan kata-kata sederhana dan senantiasa berupaya membahagiakannya dengan berbuat yang terbaik baginya. Dengan begitu, merasa diakui dan dihargai posisi, status dan keberadaannya; merasa dimanusiakan dan dihargai martabatnya. SDM Pendamping berkualitas dan handal dicirikan antara lain oleh kinerja dan kompetensinya yang tinggi, khususnya kompetensi teknis, kompetensi berinteraksi sosial dan kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisikal handal. Dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, terdapat tiga sumberdaya harus ditingkatkan, yakni: (a.) Daya fisikal. Daya fisikal meliputi kondisi kesehatan fisik (b.) Daya psikologik. Daya psikologik berkaitan dengan ketahanan mental, dan (c.) Daya sosiologikal. Daya yang berkaitan dengan kemampuan seseorang di dalam melakukan berbagai interaksi sosial secara bijak dan elegan, tidak mau menang sendiri. Peningkatan modal sosial dan kualitas sumber daya manusia akan bertambah efektif apabila mendapatkan dukungan dari instasi-instasi pengemban peran pengembang masyarakat. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh D. Susanto (2010) ini bermanfaat untuk mengetahui kategori pendamping dan hal yang harus ditingkatkan dari seorang pendamping yang diharapkan oleh masyarakat. Menurut D. Susanto, terdapat dua golongan pendamping masyarakat, yakni (1) pendamping yang saat ini telah dan sedang berposisi sebagai penyuluh di berbagai instansi pemerintah, dan (2) Mereka yang saat ini sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi pendidikan yang berkiprah menyiapkan lulusan-lulusan calon pendamping pengembangan masyarakat. Terdapat tiga sumberdaya yang harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia seorang pendamping, yakni: (a.) Daya fisikal yang meliputi kondisi kesehatan fisik (b.) Daya psikologik yang berkaitan dengan ketahanan mental, dan (c.) Daya sosiologikal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang di dalam melakukan berbagai interaksi sosial secara bijak dan elegan, tidak mau menang sendiri. Dari segi teknik penulisan, harus diketahui bahwa jurnal tersebut bukan merupakan jurnal penelitian yang membahas suatu realita di lapang yang dikumpulkan melalui data akurat. Jurnal ini merupakan jurnal yang membahas pengetahuan penulis 23 berdasarkan pengalaman penulis membimbing para mahasiswa untuk meraih gelar doktor. Berdasarkan hal tersebut, pembaca hanya akan menemukan beberapa konsep yang dipaparkan oleh penulis dan konsep yang ditulis ini berlaku umum bagi para pendamping program, termasuk pendamping PKH. Pendamping penyuluh di berbagai instansi pemerintah Daya fisikal Daya Psikologik Daya Sosiologikal Pendamping Mereka yang saat ini sedang dalam proses belajar formal Gambar 7. Hubungan Konseptual Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat 24 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara : 2013 : Jurnal : Elektronik : Nurnita Widya Kusuma : : : Jakarta, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial RI : Jurnal Informasi : 18 (02):211-224 : http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/36eec0397 02e6b91ec1fa1058bbcbca.pdf : 15 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Home care merupakan bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga/di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. (Kementerian Sosial, 2009a, h.2). Namun yang terpenting adalah bahwa pemegang peran utama untuk home care ini adalah anggota keluarga lanjut usia. Jika tidak ada anggota keluarga lanjut usia, maka dapat melibatkan anggota masyarakat yang tinggal di lingkungan yang sama dengan lanjut usia yang memerlukan pendampingan ataupun perawatan di lingkungan keluarga (Departemen Sosial, 2007, h.3). Peran yang dimiliki pendamping lanjut usia sebaiknya mencerminkan prinsip-prinsip metode pekerjaan sosial, yaitu mengutamakan lanjut usia sebagai subjek (pelaku) kegiatan pelayanan sosial untuk mengalihkan situasi dan kondisi yang dirasakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran pendamping dalam meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia dalam program pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (home care). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Terdapat 10 peran pendamping, peran-peran tersebut adalah: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3 .Pemungkin (enabler); 4.Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pendamping menjalankan perannya sebagai enabler (pemungkin), fasilitator, dinamisator, mediator, dan motivator. Dalam menjalankan perannya sebagai enabler, yakni mengidentifikasi permasalahan lanjut usia, kebutuhan, meluruskan permasalahan serta menjajagi langkah-langkah menghadapi masalah lanjut. Sebagaimana hasil penelitian, bahwa peran sebagai fasilitator memiliki kaitan dengan pelayanan terhadap lanjut usia, merujuk dan menindaklanjuti pelayanan, dan memberikan pertolongan yang kongkrit. Peranan sebagai mediator telah dilaksanakan oleh pendamping yaitu dengan mempertemukan lanjut usia tersebut dengan anggota keluarga yang berselisih paham untuk mencari jalan 25 keluar guna mengakhiri perselisihan yang terjadi. Peran berikutnya yang dilaksanakan adalah sebagai dinamisator, yaitu menggerakkan, menciptakan peluang-peluang dan mencari sumber dana dan daya untuk mengembangkan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Selanjutnya pendamping berperan sebagai motivator. Dalam hal ini pendamping memberikan rangsangan dan dorongan semangat kepada lanjut usia untuk dapat bersikap positif, pola pikir, dan mengembangkan potensi bagi peningkatan kesejahteraan sosial di masa tuanya. Terdapat faktor pendukung dan penghambat pendamping dalam menjalankan perannya. Faktor pendukung dari dalam diri pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, memiliki pengalaman dalam berorganisasi dan pengalaman mengurus lanjut usia. Sedangkan faktor pendukung dari luar diri pendamping adalah lanjut usia binaan home care adalah tetangganya, dan dukungan keluarga lanjut usia. Faktor penghambat dari dalam diri pendamping adalah rasa jenuh, bosan dan mengatur waktu kunjungan. Sedangkan faktor penghambat dari luar pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Eksistensi seorang atau sekelompok pendamping dalam pelayanan sosial umumnya, dan khususnya pelayanan sosial terhadap lanjut usia memiliki arti yang sangat penting. Hal ini dapat dipahami karena para pendampinglah yang berhadapan dan terlibat langsung dengan lanjut usia binaan home care yang ditanganinya melalui berbagai macam kegiatan sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Nurnita Widya Kusuma (2013) ini bermanfaat untuk mengetahui peran pendamping dalam program pendampingan. Terdapat 10 peran pendamping yang dibahas dalam jurnal ini, yakni: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3 .Pemungkin (enabler); 4. Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Selain itu, dalam jurnal ini juga dijabarkan mengenai faktor pendukung dan penghambat pendamping. Faktor pendukung pendamping dalam hal ini adalah dukungan keluarga pendamping, memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pengalaman mengurus lanjut usia, lanjut usia binaan home care adalah tetangganya, dan dukungan keluarga lanjut usia. Sedangkan faktor penghambat dari dalam diri pendamping adalah rasa jenuh, bosan dan mengatur waktu kunjungan, honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Dari segi teknik penulisan, terdapat kesinambungan antara judul, tujuan dan pembahasan dalam jurnal. Berdasarkan jurnal tersebut, dapat diketahui bahwa pendamping memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan program yang memposisikan masyarakat sebagai subjek atau pelaku suatu program. Keberadaan pendamping dapat menjadi penentu keberhasilan suatu program berbasis masyarakat. Untuk itu, pendamping haruslah benar-benar sosok yang mendedikasikan dirinya kepada masyarakat agar mampu menghadapi faktor-faktor yang menghambat proses pendampingan pada pelaksanaan program. 26 Faktor pendukung - dukungan keluarga pendamping - memiliki pengalaman dalam berorganisasi - pengalaman mengurus penerima program - penerima program adalah tetangganya - dukungan keluarga penerima program Pendamping - - Peran pendamping Pembela Fasilitator Pemungkin Penjangkauan Pembimbing Penggerak Pemotivasi Katalisator Mediator Elaborator Faktor penghambat honor pendamping yang tidak layak tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Gambar 8. Hubungan Konseptual Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara 27 9. Judul : Strategi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan Pada PNPM Mandiri Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi : : : : : : : Tanggal diunduh 2009 Jurnal Elektronik Sukidjo Jogjakarta, Universitas Negeri Yogyakarta : Jurnal Cakrawala Pendidikan : 28(02):155-164 : http://eprints.uny.ac.id/3723/1/6Strategi_Pemberdayaa n.pdf : 19 September 2014 Ringkasan Pustaka Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang harus diperhatikan dalam pembangunan, sebab salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah mengurangi kemiskinan. Oleh sebab itu kini telah terjadi pergeseran makna pembangunan dari orientasi yang mengutamakan laju pertumbuhan menuju pemerataan hasil pembangunan. Program pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah selama ini dinilai kurang menekankan aspek pemberdayaan, lebih bersifat sinterklas sehingga dampaknya justru membuat masyarakat menjadi manja, tidak mau kerja keras bahkan menurut Gumilar (2007:12) pemberian berbagai bantuan keuangan langsung justru berdampak melanggengkan kemiskinan. Oleh sebab itu, program pengentasan kemiskinan yang dilakukan perlu lebih menekankan aspek pemberdayaan, antara lain perlu dilengkapi dengan pendidikan kewirausahaan, guna mengubah sikap mental ketergantungan serta mengembangkan etos kerja, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian. Dalam memahami kemiskinan dapat dilakukan dengan lima pendekatan, seperti berikut: 1) Pendekatan pendapatan (income approach); 2) Pendekatan kebutuhan dasar (basics needs approach); 3) Pendekatan aksesibilitas (accessibility approach) ; 4) Pendekatan kemampuan manusia (human capability approach); 5) Pendekatan ketimpangan (inequality approach). Penyebab kemiskinan menurut Teori Neoliberalisme merupakan masalah individual, sedangkan Teori Sosial Demokrat memandang penyebab kemiskinan karena masalah struktural. Kurang berhasilnya program pengentasan kemiskinan yang dilakukan selama ini disebabkan kemiskinan hanya dilihat dari aspek ekonomi dan menekankan aspek pemberdayaan serta kurang melibatkan masyarakat lokal. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan mulai tahun 2007 pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang popular disebut PNPM Mandiri. Strategi penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui perubahan perilaku masyarakat, yakni dengan pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan 28 kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat. Kegiatan pembelajaran dalam rangka pemberdayaan warga miskin dilakukan melalui (1) penciptaan iklim, (2) penguatan kelembagaan (3) penguatan potensi dan (4) perlindungan. Penciptaan iklim memungkinkan berkembangnya nilai-nilai universal kemanusiaan. Nilai-nilai universal kemanusiaan berupa kebersamaan, kejujuran, kerelawanan/keikhlasan, keadilan, kesetaraan, dan kesatuan dalam keragaman, sedangkan prinsip-prinsip kemasyarakatan berupa kegotongroyongan, demokrasi, transparansi dan akuntabilitas. Untuk keperluan ini dilakukan kegiatan sosialisasi nilainilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan. Penguatan kelembagaan, yang dilakukan melalui proses pembelajaran pembentukan kelembagaan lokal yang berupa Badan Keswadayaan Masyarakatan (BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengakar, transparan dan akuntabel. Penguatan potensi dan daya yang dimiliki, berupa pemberian bantuan dana, peningkatan SDM, pembangunan sarana prasarana yang tergabung dalam pembelajaran pembangunan tridaya, yakni pembangunan bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Perlindungan, yakni pembelajaran penyusunan program yang sesuai kebutuhan, permasalahan dan potensi warga miskin. Warga miskin diberikan pembelajaran penyusunan Program Jangka Menengah Progran Pengentasan Kemiskinan (PJMPronangkis). PNPM Mandiri merupakan progam pengentasan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan, yang mengembangkan proses pembelajaran melalui (1) penciptaan iklim cara melakukan sosialisasi nilai-nilai universal kemanusiaan, (2) penguatan kelembagaan, berupa pembelajaran pembentukan lembaga kemasyarakatan lokal, dan penyusunan program berdasarkan aspirasi warga, (3) penguatan potensi dengan cara memberikan bantuan pendanaan, pelatihan dan (4) perlindungan yang berupa kepastian program yang berpihak pada warga miskin. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Sukidjo (2009) ini bermanfaat untuk mengetahui strategi yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Sebelum mempelajari strategi yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat miskin, perlu diketahui penyebab kemiskinan melalui lima pendekatan, seperti berikut: 1) Pendekatan pendapatan (income approach); 2) Pendekatan kebutuhan dasar (basics needs approach); 3) Pendekatan aksesibilitas (accessibility approach) ; 4) Pendekatan kemampuan manusia (human capability approach); 5) Pendekatan ketimpangan (inequality approach). Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat miskin, dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan melalui empat hal, yakni: (a) penciptaan iklim, (b) penguatan kelembagaan, (c) penguatan potensi, dan (d) perlindungan. Pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan dalam jurnal tersebut dilakukan melalui dua langkah yakni (1) memahami kemiskinan dari lima pendekatan dan (2) melakukan pemberdayaan melalui empat hal. Kedua langkah tersebut dalam pelaksanaannya tentu membutuhkan jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan seorang pendamping yang kompeten yang berfungsi sebagai fasilitator sekaligus pengawas dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat miskin tersebut. Dari segi teknik penulisan, tidak terdapat tujuan penulisan dan metode penulisan yang digunakan dalam jurnal. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk membandingkan antara kesesuaian tujuan dengan pembahasan tulisan dalam jurnal. 29 Pendekatan kemiskinan - Pendekatan pendapatan - Pendekatan kebutuhan dasar - Pendekatan aksesibilitas - Pendekatan kemampuan manusia - Pendekatan ketimpangan Kemiskinan Pemberdayaan masyarakat miskin - penciptaan iklim - penguatan kelembagaan - penguatan potensi - perlindungan Gambar 9. Hubungan Konseptual Strategi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan Pada PNPM Mandiri 30 10. Judul : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : 2008 Jurnal Elektronik I. G. W. Murjana Yasa - : : : : Jurnal Ekonomi dan Sosial 02(01) : 86-91 http://ojs.unud.ac.id/index.php/input/article/view/3187 12 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya degradasi lingkungan (Faturochman dkk, 2007). Terkait dengan kemiskinan, isu penting yang perlu mendapat perhatian adalah masih relatif banyaknya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk yang relatif banyak ini terutama dikaitkan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengentasannya, baik melalui pendanaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah. Namum demikian, upaya yang sedemikian tinggi kuantitasnya tersebut belum secara signifikan dapat mengentaskan kemiskinan. Terlihat dari masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Pola pengentasan kemiskinan yang cenderung kurang mendidik seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang banyak menuai koreksi masyarakat, juga diduga memberi andil terhadap banyaknya masyarakat terutama kelompok abu-abu (hampir miskin) yang ingin tetap miskin agar mendapat bantuan. Dalam kaitan dengan pengentasan kemiskinan tersebut diperlukan terobosan pemikiran yang memungkinkan angka kemiskinan dapat ditekan sekaligus membelajarkan masyarakat bahwa adalah penting menjadi manusia kaya, setidaknya secara moral. Oleh karena itu orientasi terhadap pola pengentasan kemiskinan mesti lebih berbasis pada masyarakat di mana terjadi kemiskinan. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Cara pandang kemiskinan ini beranjak dari pendekatan berbasis hak ini mengakui bahwa mayarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Persoalan kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks. Banyak faktor yang berperan menjadi penyebab kemiskinan. Ketidakberuntungan (disadvantages) yang melekat pada keluarga miskin, keterbatasan kepemilikan aset (poor), kelemahan kondisi fisik (physically weak), keterisolasian (isolation), kerentaan (vulnerable), dan ketidakberdayaan (powerless) adalah berbagai penyebab mengapa keluarga miskin selalu kekurangan dalam memenuhi dasar hidup, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya. Kondisi kemiskinan juga menjadi diperparah karena kewajiban sosial yang ditanggung keluarga miskin, seperti kewajiban 31 menyumbang. Situasi yang seperti ini menyebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan pedesaan menghadapi hambatan dalam pelaksanaannya. Penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi dan memanfaatkan keunggulan lokal adalah salah satu solusi yang dapat diberikan dalam penanggulangan kemiskinan. Konsepnya adalah membangun desa secara terintegrasi. Melalui cara ini, peran pemerintah lebih pada fasilitator. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan. Beberapa prinsip dalam ekonomi kerakyatan adalah 1) strategi pembangunan yang memihak rakyat; 2) prinsip pedoman pembangunan atas dasar musyawarah mufakat; 3)prinsip keterpaduan mekanisme pembangunan antara kepentingan masyarakat lokal dan kepentingan nasional; 4) prinsip koordinasi secara lintas sektor dan lintas daerah; 5) prinsip pelestarian pembangunan yang diselenggarakan melalui proses pembiayaan pembangunan, pemantauan, dan evaluasi yang dilaksanakan oleh rakyat. Secara kelembagaan, pengembangan ekonomi rakyat dapat dilakukan dengan mengambil kewilayah seperti di Bali bisa Desa atau Banjar Adat. Pentingnya menggunakan pendekatan kewilayahan desa adat disebabkan, desa adat telah memiliki pranata sosial yang relatif lengkap. Peluang besar dimiliki oleh Lembaga Perekreditan Desa (LPD) dalam penanggulangan kemiskinan. LPD milik desa pekraman yang melingkupi hampir seluruh desa pekraman di Bali, selain memiliki fungsi ekonomi (mencari untung) juga memiliki fungsi sosial. Melihat fenomena yang dihadapi LPD saat ini yaitu kelebihan kapasitas, maka pengembangan fungsi sosial dapat menjadi pilihan strategis sembari mengembangkan ekonomi produktif untuk peningkatan penyerapan dana oleh masyarakat. Penanggulangan pengangguran perlu melibatkan masyarakat secara partisipatif. Melalui pola partisipatif lebih memungkinkan proses pembelajaran masyarakat, sekaligus proses perubahan perilaku untuk hidup yang lebih bermartabat. Pola ini juga memungkinkan pengentasan kemiskinan dapat dilakukan lebih mendasar, menguatkan komitmen kebersamaan diantara masyarakat bahwa penanggulangan kemiskinan bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tetapi justru menjadi tanggung jawab bersama. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh IGW Murjana Yasa (2008) ini bermanfaat untuk mengetahui cara penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat. Dari jurnal tersebut dapat diketahui bahwa penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi dan memanfaatkan keunggulan lokal adalah salah satu solusi yang dapat diberikan dalam penanggulangan kemiskinan. Pemerintah berperan sebagai fasilitator, sedangkan masyarakat sebagai subjek. Contoh dari kegiatan ini adalah ekonomi kerakyatan. Beberapa prinsip dalam ekonomi kerakyatan adalah 1) strategi pembangunan yang memihak rakyat; 2) prinsip pedoman pembangunan atas dasar musyawarah mufakat; 3) prinsip keterpaduan mekanisme pembangunan antara kepentingan masyarakat lokal dan kepentingan nasional; 4) prinsip koordinasi secara lintas sektor dan lintas daerah; 5) prinsip pelestarian pembangunan yang diselenggarakan melalui proses pembiayaan pembangunan, pemantauan, dan evaluasi yang dilaksanakan oleh rakyat. Dari segi teknik penulisan, jurnal ini masih memiliki kelemahan. Penulis tidak mencantumkan tujuan penulisan sehinga sulit untuk membandingkan isi pembahasan dengan tujuan yang ingin disampaikan penulis. Selain itu, dalam membahas ekonomi kerakyatan penulis tidak mengkaji karakteristik masyarakat yang memiliki potensi untuk mampu menjalankan ekonomi kerakyatan. Karakteristik masyarakat ini 32 dibutuhkan untuk mengetahui potensi apa yang dapat dikembangkan oleh masyarakat dalam menjalankan ekonomi kerakyatan. Penulis juga tidak membahas kendala-kendala yang sering terjadi dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan yang dapat berpengaruh dalam keberlanjutan program. Pemberdayaan masyarakat Ekonomi kerakyatan - - Prinsip ekonomi kerakyatan : Prinsip pelestarian pembangunan Strategi pembangunan yang memihak rakyat Prinsip koordinasi secara lintas sektor dan lintas daerah Prinsip pedoman pembangunan atas dasar musyawarah mufakat Prinsip keterpaduan mekanisme pembangunan Gambar 10. Hubungan Konseptual Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali 33 11. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Suarakarta Jawa Tengah) : 2007 : Jurnal : Elektronik : Ravik Karsidi : : : : Jurnal Penyuluhan : 03(02):136-145 : https://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/21 61 : 12 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Sejarah telah menunjukkan bahwa Usaha Kecil dan Mikro (UKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda negeri ini sejak tahun 1997, bahkan menjadi katup penyelamat bagi pemulihan ekonomi bangsa karena kemampuannya memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada PDM maupun penyerapan tenaga kerja. Sejalan dengan program PBB, pemerintah Indonesia menetapkan tahun 2005 sebagai “Tahun UMKM Indonesia” dengan malakukan berbagai instrumen dan program fasilitasi pemberdayaan UKM di tingkat nasional, sedangkan untuk daerah diharapkan dilakukan oleh pemerintah daerah. Makalah singkat ini menyajikan uraian tentang dinamika keterlibatan dan hubungan peran antar stakeholder UKM, pemberdayaan untuk UKM dan berbagai pengalaman empiris. Menurut Silkhondze (1999), orientasi pemberdayaan masyarakat haruslah membantu masyarakat agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran dan hal-hal yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok. Peran petugas pemberdayaan masyarakat sebagai outsider people dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi 1988), sebagai berikut: 1). belajar dari masyarakat , 2) pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, 3) saling belajar, saling berbagi pengalaman. Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat sasaran langkah-langkah yang dilakukan (Karsidi 2005), adalah: 1) Identifikasi Potensi, 2) Analisis Kebutuhan , 3) Rencana Kerja Bersama, 4) Pelaksanaan Program Kerja Bersama, 5) Monitoring dan Evaluasi. Identifikasi potensi, dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik Sumberdaya Manusia (SDM) UKM dan lingkungan internalnya baik lingkungan sosial, ekonomi, dan Sumberdaya Alam (SDA) khususnya yang terkait dengan usahanya, maupun lingkungan eksternal UKM. Analisis kebutuhan, tahapan analisis ini dilakukan oleh perwakilan UKM yang dapat difasilitasi oleh Perguruan Tinggi/LSM/Swasta, maupun 34 instansi terkait tentang berbagai kebutuhan dan kecenderungan produk dan pasar. Rencana program kerja bersama, setelah kebutuhan dapat ditentukan maka kemudian disusun sebuah rencana program kerja bersama untuk mencapai kondisi yang diinginkan berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan bersama. Pelaksanaan program kerja bersama, jikalau program kerja telah disepakati maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan program kerja. Monitoring dan evaluasi, berfungsi tidak saja untuk mengetahui hasil pelaksanaan program kerja bersama apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan bersama, namun juga untuk membuat penyesuaian-penyusuaian jika diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan. Berdasarkan pengalaman BSSD LPPM UNS mendampingi sentra meubel Bulakan Sukoharjo dapat diketahui bahwa begitu besar potensi yang ada di sentra Bulakan ini mendorong LPM-UNS melalui BIDS untuk melakukan pendampingan dan pembinaan mulai tahun 2000 yang lalu. Pendampingan dilakukan dengan cara formal maupun informal seperti mengadakan pelatihan, manajemen informasi, pertemuan rutin dan diskusi maupun secara informal melalui kegiaian kunjungan ke sentra. Kini, telah terlihat hasilnya bahwa Sentra Meubel Bulakan telah menjadi pemacu kegiatan ekonomi masyarakat sekitar terutama ekspo, karena tidak kurang dari 1.500 pengrajin ada disana. Berdasarkan pengalaman BIDS LPPM mendampingi sentra meubel Serenan Klaten dapat diketahui bahwa BIDS LPPM UNS, JICA, Pemerintah Kabupaten Klaten cq. Deperindagkop beserta masyarakat pengrajin membentuk Badan Kerjasama (BKS) Serenan untuk mempermudah koordinasi dan pelaksanaan pendampingan maupun berbagai pelatihan. Sejak tahun 2001 telah dilakukan berbagai pelatihan terkait dengan pemilihan bahan baku, proses produksi, administrasi usaha maupun kelembagaan kelompok, pameran produk dan studi banding tokoh masyarakat ke Jepang. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh Ravik Karsidi (2007) bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat miskin melalui UKM. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsipprinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi, 1988), sebagai berikut: 1). belajar dari masyarakat , 2) pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, 3) saling belajar, saling berbagi pengalaman. Berdasarkan prinsip pendampingan masyarakat tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat membutuhkan pendamping. Pendamping atau petugas pemberdayaan masyarakat berperan sebagai outsider people, yang dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat sasaran langkah-langkah yang dilakukan (Karsidi, 2005), adalah: 1) Identifikasi Potensi, 2) Analisis Kebutuhan, 3) Rencana Kerja Bersama, 4) Pelaksanaan Program Kerja Bersama, 5) Monitoring dan Evaluasi. Dari segi teknik penulisan, terdapat kesinambungan antara judul, tujuan dan pembahasan dalam tulisan. Berdasarkan jurnal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh untuk mempelajari pemberdayaan masyarakat. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pendamping adalah pendamping menyadari peran-perannya. Langkah kedua, pendamping perlu menggugah partisipasi masyarakat agar mau ikut serta dalam kegiatan. Langkah yang ketiga adalah pendamping melakukan pendampingan masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat. Apabila ketiga langkah tersebut berjalan dengan baik maka akan diperoleh suatu pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. 35 Prinsip pendampingan masyarakat - belajar dari masyarakat - pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku - saling belajar, saling berbagi pengalaman - - Langkah pendampingan masyarakat identifikasi potensi analisis kebutuhan rencana kerja bersama pelaksanaan program kerja bersama monitoring dan evaluasi Pemberdayaan masyarakat Gambar 11. Hubungan Konseptual Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Suarakarta Jawa Tengah) RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Purwanto (2013), Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan pengembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. Peserta PKH adalah RTSM yang sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program, yaitu: memiliki ibu hamil/melahirkan/nifas, dan atau memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, dan atau memiliki anak usia SD dan SLTP dan anak 1518 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar (Pedoman umum PKH 2012). Karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi keluarga penerima PKH perlu diketahui untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga. Menurut Simanjutak (2010), dalam mengukur variabel karakteristik demografi keluarga penerima PKH, dapat menggunakan dua indikator yakni: besar dan struktur keluarga dan usia kepala keluarga. Sedangkan untuk mengetahui variabel karakteristik sosial keluarga, digunakan indikator tingkat pendidikan kepala keluarga dan istri, kemampuan baca tulis aksara latin, dan bantuan yang diterima di luar PKH. Untuk mengetahui variabel karakteristik ekonomi keluarga, digunakan indikator pekerjaan kepala keluarga dan istri, penerimaan total keluarga, kontribusi anggota keluarga terhadap penerimaan total keluarga, pengeluaran total keluarga, dan kepemilikan aset. Program Keluarga Harapan menurut Indrayani (2014) dan Utomo (2014) dapat dikatakan efektif untuk membantu RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan serta mampu membantu mengurangi kebutuhan hidup RTSM. Keefektivan program PKH dalam menanggulangi kemiskinan tersebut dapat dikaji menggunakan dua variabel. Variabel tersebut menurut Usman (2014) adalah variabel efektivitas program PKH dan variabel penanggulangan kemiskinan. Variabel efektivitas program PKH adalah tepat sasaran, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, dan pemanfaatan tenaga. Sedangkan variabel penanggulangan kemiskinan adalah pendapatan, meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, pekerjaan, dan bantuan sosial. Selain itu, efektivitas program juga dapat diukur menggunakan empat indikator efektivitas yang dikemukakan oleh Budiani (2007) yakni ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Selain keefektivan program PKH, implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH juga dapat digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program PKH. Menurut Purwanto (2013) terdapat dua variabel untuk mengukur implementasi program yakni: (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH, yang dapat dilihat dari arah pengentasan kemiskinan, pengentasan kemiskinan melalui kesehatan, dan pengentasan kemiskinan melalui pendidikan; dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH, yang dapat diukur melalui organisasi pelaksana, mekanisme pelaksanaan PKH di kecamatan Mojosari, dan faktor pendukung dan penghambat implementasi program. Program PKH memiliki faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi pelaksanaan PKH. Menurut Utomo (2014) faktor pendukung program adalah dukungan dari berbagai aktor yang terlibat seperti guru dan bidan dan dukungan finansial yang mencukupi. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat program adalah ketidakpahaman RTSM terhadap sanksi yang diberikan dan adanya pemalsuan data pada saat verifikasi. 37 Pendampingan Pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents) (Susanto 2010). Menurut Susanto (2010) terdapat dua golongan pendamping masyarakat, yakni (1) pendamping yang saat ini telah dan sedang berposisi sebagai penyuluh di berbagai instansi pemerintah, dan (2) Mereka yang saat ini sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi pendidikan yang berkiprah menyiapkan lulusan-lulusan calon Pendamping pengembangan masyarakat. Menurut Nasdian (2014) dalam konteks pengembangan masyarakat, pendampingan haruslah berdasarkan pada pemahaman terhadap komunitas tersebut. Untuk itu, perlu diketahui siapa dalam komunitas tersebut yang akan didampingi karena berkenaan dengan kebutuhan memfasilitasi. Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga pilihan pendekatan yang akan dilakukan, yakni: (1) pendekatan menolong diri sendiri (self-help), (2) pendampingan tekhnik (technical assistance), dan (3) pendekatan konflik. Dalam pendekatan pertama, masyarakat menjadi partisipan yang berarti dalam proses pembangunan dan melakukan kontrol dalam kegiatan pengembangan komunitas. Pendekatan kedua adalah pendampingan tekhnik, yang mendasarkan pada perkiraan kebutuhan oleh para perencana yang dapat mengantarkan dan mengevaluasi proses pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat dari perspektif ini bersifat spesifik mencakup pengembangan individu, kelompok, organisasi, dan kelembagaan. Pendekatan ketiga menekankan pada usaha-usaha menyadarkan masyarakat bahwa apa yang dilakukan oleh orang lain adalah baik juga untuk dilakukan olehnya. Pendamping pengembangan masyarakat memiliki 10 peran penting kepada masyarakat. Menurut Widyakusuma (2013) peran-peran tersebut adalah: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3. Pemungkin (enabler); 4. Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Selain itu, menurut Karsidi (2007) pendamping atau petugas pemberdayaan masyarakat berperan sebagai outsider people, yang dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Dalam menjalankan peran tersebut, pendamping perlu meningkatkan modal sosial dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga sumberdaya yang harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menurut Susanto (2010) yakni: (a.) Daya fisikal yang meliputi kondisi kesehatan fisik (b.) Daya psikologik yang berkaitan dengan ketahanan mental, dan (c.) Daya sosiologikal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang di dalam melakukan berbagai interaksi sosial secara bijak dan elegan, tidak mau menang sendiri. Dalam pelaksanaannya, PKH memiliki pendamping yang merupakan petugas lapangan yang direkrut oleh UPPKH Pusat dengan persyaratan tertentu dalam rangka memberikan layanan pendampingan atau fasilitasi kepada peserta PKH guna keberhasilan program PKH (Pedoman umum PKH 2012). Menurut Indrayani (2014), pendamping memiliki tugas untuk memberi informasi kepada RTSM penerima PKH, melakukan pendampingan dan memberikan informasi kepada setiap kota atau kecamatan, memberikan pemahaman mengenai pemahaman dan tujuan PKH, prosedur dan mekanisme PKH, hak dan kewajiban penerima PKH, syarat penerima PKH, dan manfaat PKH di wilayah tempat ia bertugas. PKH memiliki peran dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi, taraf pendidikan anak RTSM, meningkatkan status kesehatan dan gizi penerima PKH, dan meningkatkan akses dan pelayanan pendidikan dan 38 kesehatan. Selain itu, pendamping PKH juga memiliki empat peran yakni: (1) peran dan keterampilan fasilitatif, (2) peran dan keterampilan edukasional, (3) peran dan keterampilan perwakilan, dan (4) peran dan keterampilan teknis (Habibullah 2011). Dalam melaksanakan tugas sebagai pendamping masyarakat terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja pendamping masyarakat. Faktor pendukung pendamping menurut Widyakusuma (2013) adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, masyarakat binaan adalah tetangganya, dan dukungan masyarakat. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah rasa jenuh dan bosan dalam mengatur waktu kunjungan, honor pendamping yang tidak layak, dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Banyak program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang dinilai masih kurang berhasil untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Sukidjo (2009) bahwa meskipun sudah banyak program untuk menanggulangi kemiskinan dari pemerintah, disadari program tersebut kurang berhasil. Hal ini disebabkan kemiskinan hanya dilihat berdasarkan dari aspek ekonomi dan menekankan aspek pemberdayaan serta kurang melibatkan masyarakat lokal. Padahal kemiskinan dapat dilihat berdasarkan: 1) Pendekatan pendapatan (income approach); 2) Pendekatan kebutuhan dasar (basics needs approach); 3) Pendekatan aksesibilitas (accessibility approach); 4) Pendekatan kemampuan manusia (human capability approach); 5) Pendekatan ketimpangan (inequality approach). Selain itu, Yasa (2008) menyatakan bahwa penanggulangan kemiskinan yang sudah dilakukan pemerintah seperti BLT (Bantuan langsung tunai) banyak menuai kritik dari masyarakat. Pola pengentasan kemiskinan tersebut cenderung kurang mendidik dan diduga memberi andil terhadap banyaknya masyarakat terutama kelompok abu-abu (hampir miskin) yang ingin tetap miskin agar mendapat bantuan. Mengatasi hal tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat miskin untuk menanggulangi kemiskinan. Pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang ia akan lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan (Nasdian 2014). Dalam mengkaji penyebab kemiskinan dapat menggunakan lima penyebab ketidakberuntungan yang melilit keluarga miskin menurut Chambers dalam Purwanto (2013). Kelima ketidakberuntungan ini adalah: 1. Kemiskinan itu sendiri; 2. Kelemahan fisik; 3. Keterasingan; 4. Kerentanan; 5. Ketidakberdayaan. Menurut Sukidjo (2009) dalam pemberdayaan masyarakat miskin, dapat dilakukan melalui proses pembelajaran sebagai berikut: (a) penciptaan iklim, (b) penguatan kelembagaan, (c) penguatan potensi, dan (d) perlindungan. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi 1988 dalam Karsidi 2007), sebagai berikut: 1). belajar dari masyarakat , 2) pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, 3) saling belajar, saling berbagi pengalaman. Masyarakat dalam hal ini tidak hanya harus berpartisipasi aktif tetapi juga sebagai pelaku kegiatan. Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat sasaran langkah-langkah yang dilakukan (Karsidi 2005 dalam Karsidi 2007), adalah: 1) Identifikasi Potensi, 2) Analisis Kebutuhan, 3) Rencana Kerja Bersama, 4) Pelaksanaan Program Kerja Bersama, 5) Monitoring dan Evaluasi. 39 Salah satu program pemberdayaan masyarakat miskin adalah ekonomi kerakyatan. Beberapa prinsip dalam ekonomi kerakyatan adalah 1) strategi pembangunan yang memihak rakyat; 2) prinsip pedoman pembangunan atas dasar musyawarah mufakat; 3) prinsip keterpaduan mekanisme pembangunan antara kepentingan masyarakat lokal dan kepentingan nasional; 4) prinsip koordinasi secara lintas sektor dan lintas daerah; 5) prinsip pelestarian pembangunan yang diselenggarakan melalui proses pembiayaan pembangunan, pemantauan, dan evaluasi yang dilaksanakan oleh rakyat. Peran Pendamping PKH dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dengan memberikan biaya pendidikan dan kesehatan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Efektivitas keberhasilan PKH dipengaruhi oleh proses implementasi pemberdayaan RTSM dan peran pendamping. Menurut Indrayani (2014) dan Usman (2014) efektivitas keberhasilan PKH dapat diukur menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut adalah ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, pemantauan program, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, pemanfaatan tenaga, penanggulangan kemiskinan. Sosialisasi program dapat dilihat melalui kemampuan petugas memberi informasi kepada RTSM penerima PKH. dan melaksanakan tugas rutin petugas PKH. Tujuan program dapat dilihat melalui tingkat kondisi sosial ekonomi, taraf pendidikan anak RTSM, status kesehatan dan gizi penerima PKH, dan akses dan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Pemantauan program dapat dilihat dari penilaian petugas dalam menjalankan program, penggunaan sumber daya secara efisien, dan penilaian mengenai pelaksanaan program. Untuk mengetahui penanggulangan kemikinan, dapat diukur malalui pendapatan, meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, pekerjaan, dan bansos (bantuan sosial). Implementasi pemberdayaan rumah tangga sangat miskin melalui Program Keluarga Harapan merupakan pelaksanaan program yang mempengaruhi efektivitas keberhasilan program. Implementasi program dapat dilihat melalui (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Poin tersebut diukur berdasarkan arah pengentasan kemiskinan, pengentasan kemiskinan melalui kesehatan, pengentasan kemiskinan melalui pendidikan, dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH yang diukur berdasarkan organisasi pelaksana dan mekanisme pelaksanaan PKH di kecamatan (Purwanto dkk 2013). Arah pengentasan kemiskinan mengarah pada hasil kegiatan dari pengentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan. Implementasi pemberdayaan RTSM dapat berjalan dengan baik didukung oleh beberapa hal. Beberapa hal tersebut adalah penggunaan prinsip pendampingan oleh pendamping, langkah-langkah pendampingan yang tepat, tingginya faktor pendukung program, dan rendahnya faktor penghambat program. Prinsip pendampingan masyarakat menurut Karsidi (2007) adalah belajar dari masyarakat, pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, saling belajar, dan saling berbagi pengalaman. Langkah pendampingan masyarakat terdiri dari lima tahap. kelima tahapan ini adalah identifikasi potensi, analisis kebutuhan, rencana kerja bersama, pelaksanaan program kerja bersama, dan monitoring dan evaluasi (Karsidi 2007). Faktor pendukung program menurut Purwanto dkk (2013) adalah dukungan dari berbagai aktor yang terlibat, dukungan finansial yang mencukupi, dan komitmen yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk mensukseskan program keluarga harapan. Sedangkan faktor 40 penghambat program adalah ketidakpahaman peserta program terhadap sanksi yang diberikan, dan adanya pemalsuan data pada saat verifikasi (Purwanto 2013). Efektivitas keberhasilan program selain didukung oleh implementasi program yang bagus juga didukung oleh peran pendamping yang berjalan secara efektif. Terdapat empat peran pendamping PKH menurut Habibullah (2011) yakni peran dan keterampilan fasilitatif, peran dan keterampilan edukasional, peran dan keterampilan perwakilan, dan peran dan keterampilan teknis. Peran dan keterampilan fasilitatif dapat dilihat melalui pendamping memberikan rangsangan dan dorongan, memberikan motivasi, mediasi, negosiasi, konsensus, fasilitasi kelompok, dan pengorganisasian oleh pendamping. Peran dan keterampilan perwakilan dapat dilihat melalui kemampuan pendamping dalam menyampaikan informasi dan komunikasi. Peran dan keterampilan teknis dapat dilihat dari pendamping memiliki kemampuan dalam melakukan riset, menggunakan komputer, dan melakukan presentasi. Peran pendamping yang berjalan secara efektif dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat pendamping. Menurut Kusuma (2013) faktor pendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Efektivitas keberhasilan Program Keluarga Harapan dipengaruhi oleh implementasi pemberdayaan masyarakat miskin (RTSM) dan peran pendamping. Pendamping yang melaksanakan peran pendamping secara efektif merupakan kunci keberhasilan program pemberdayaan masyarakat miskin. Peran pendamping dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat pendamping. Implementasi pemberdayaan yang menjadi proses pelaksanaan program dipengaruhi oleh empat faktor yakni faktor pendukung program, faktor penghambat program, penggunaaan prinsip pemberdayaan, dan langkah-langkah pemberdayaan. SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan pengembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. Dalam pelaksanaan PKH, terdapat pendamping yang berperan dalam menjalankan program. Efektivitas keberhasilan PKH dipengaruhi oleh implementasi pemberdayaan masyarakat miskin (RTSM) dan peran pendamping tersebut. Pendamping yang melaksanakan peran pendamping secara efektif merupakan kunci keberhasilan program pemberdayaan masyarakat miskin. Peran pendamping yang dilaksanakan secara efektif dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar pendamping yang mendukung pendamping bahkan menghambat pendamping. Implementasi pemberdayaan masyarakat miskin yang menjadi proses pelaksanaan program juga dipengaruhi oleh empat faktor yakni pendukung program, penghambat program, penggunaaan prinsip pemberdayaan, dan langkah-langkah pemberdayaan. Efektivitas keberhasilan PKH dapat diukur menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut adalah ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, pemantauan program, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, pemanfaatan tenaga, dan penanggulangan kemiskinan. Selain indikator tersebut, peran pendamping juga mempengaruhi efektivitas keberhasilan program. Peran pendamping yang berjalan efektif akan membuat program semakin efektif. Terdapat empat peran pendamping PKH, yakni peran dan keterampilan fasilitatif, peran dan keterampilan edukasional, peran dan keterampilan perwakilan, dan peran dan keterampilan teknis. Peran pendamping juga mempengaruhi implementasi program PKH. Implementasi tersebut dapat dilihat melalui (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi implementasi program, yakni langkahlangkah pendampingan yang tepat, tingginya faktor pendukung program, dan rendahnya faktor penghambat program. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peran pendamping dalam Program Keluarga Harapan? 2. Bagaimana implementasi pemberdayaan RTSM melalui Program Keluarga Harapan? 3. Bagaimana hubungan peran pendamping dengan efektivitas keberhasilan Program Keluarga Harapan? 42 Usulan Kerangka Analisis Baru Keterangan: : Mempengaruhi Gambar 12. Kerangka Analisis 43 Peran pendamping dipengaruhi oleh faktor pendukung pendamping dan faktor penghambat pendamping. Empat peran pendamping ini adalah peran dan keterampilan fasilitatif, peran dan keterampilan edukasional, peran dan keterampilan perwakilan, dan peran dan keterampilan teknis. Faktor yang mendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Implementasi pemberdayaan masyarakat miskin (RTSM) dipengaruhi oleh peran pendamping. Implementasi tersebut dapat dilihat melalui (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH dan (b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi implementasi program, yakni langkah-langkah pendampingan yang tepat, tingginya faktor pendukung program, dan rendahnya faktor penghambat program. Implementasi pemberdayaan akan mempengaruhi efektivitas keberhasilan program PKH. Efektivitas keberhasilan PKH dapat diukur menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut adalah ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi program, tujuan program, pemantauan program, cara kerja yang baik dan benar, produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, pemanfaatan tenaga, dan penanggulangan kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Provinsi, Maret 2014. [Internet]. [Dikutip 20 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=23 [Kemensos] Kementrian Sosial RI. 2012. Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH). Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementrian Sosial RI. Habibullah. 2011. Peran Pendamping Pada Program Keluarga Harapan Kabupaten Karawang. 16 (02):101-116. Dalam Jurnal Informasi (Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial). Jakarta (ID):Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Indrayani FK. 2014. Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Dalam Jurnal Unesa [Internet]. [Dikutip 19 September 2014]. 1-12. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unesa.ac.id/ index.php/publika/article/view/8901/baca-artikel Jaya PHI. 2011. Kehidupan Setelah Dinyatakan Tidak Miskin. Kehidupan Setelah Dinyatakan Tidak Miskin. Dalam Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. 10(03):235-246. Karsidi R. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Suarakarta Jawa Tengah). Dalam Jurnal Penyuluhan. [Internet]. [Dikutip 12 Oktober 2014]. 03(02):136-145. Dapat diunduh dari: https://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2161 Kusuma NW. 2013. Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Dalam Jurnal Informasi. [Internet]. [Dikutip 15 Oktober 2014]. 18(02):211-224. Dapat diunduh dari: http://puslit.kemsos.go.id /upload/post/files/3f6eec039702e6b91ec1fa1058bbcbca.pdf Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID):Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Purwanto SA, Sumartono, Makmur M. 2013. Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). Jurnal Wacana. [Internet]. [Dikutip 19 September 2014]. 16(02):79-96. Dapat diunduh dari: http://wacana.ub.ac.id /index.php/wacana/article/view/246/245 Simanjuntak M, Puspitawati H, Djamaludin MD. 2010. Karakteristik Demografi, Sosial, Dan Ekonomi Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Dalam Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. [Internet]. [Dikutip 12 Oktober 2014]. 02(01):86-91. Dapat diunduh dari: http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view/5190 Sukidjo. 2009. Strategi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan Pada PNPM Mandiri. Dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan [Internet]. [Dikutip 19 September 2014]. 28(02):155-164. Dapat diunduh dari: http://eprints.uny.ac.id/3723/1/6Strategi Pemberdayaan.pdf Susanto D. 2010. Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. Dalam Jurnal Komunikasi Pembangunan. [Internet]. [Dikutip 19 September 2014]. 08(01):77-89. 45 Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/ view/5696/4324 Usman C. 2014. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo). Dalam Jurnal Administrasi Publik [Internet]. [Dikutip 19 September 2014]. 02(001):1-13. Dapat diunduh dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/JAP/article/view/4503/4032 Utomo D. 2014. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi Pada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri). Dalam Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Dikutip 12 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/333 Yasa IGWM. 2008. Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali. Dalam Jurnal Ekonomi dan Sosial. [Internet]. [Dikutip 12 Oktober 2014]. 02(01):86-91. Dapat diunduh dari: http://ojs.unud.ac.id/index.php /input/article/view/3187 LAMPIRAN Riwayat Hidup Raila Adnin dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 September 1993 adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Dr. Ir. Dody Prayitno M.Eng dan Dra. RR. Susi Handayani. Pendidikan formal yang pernah dijalani baik di dalam dan luar negeri adalah Tadika Ihsan Johor Bahru Malaysia tahun 1998-1999, Sekolah Kebangsaan Taman Sri Pulau, Johor Bahru Malaysia tahun 1999-2002, SDN Pengasinan 4 Kota Bekasi tahun 2002-2005. Pada masa Sekolah Menengah Pertama penulis bersekolah di SMPIT AL-Kahfi Bogor tahun 2005-2008 yang merupakan sekolah berasrama sehingga penulis belajar hidup berbagi dan tidak selalu melihat keatas. Hal inilah yang membuat penulis mulai tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai masyarakat miskin. Pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 06 Kota Bekasi dan mulai aktif beroganisasi. Pada tahun 2011, penulis dinyatakan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanpa tes melalui jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis aktif sebagai pengurus Koran Kampus sejak tahun 2012 dan pengurus Forsia sejak tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitiaan di dalam dan luar kampus. Penulis menjadi panitia Fema Berkurban pada tahun 2012 divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi, panitia Communication Day pada tahun 2013 divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi, panitia Education Day SMAN 06 Kota Bekasi pada tahun 2012 divisi Badan Pengurus Harian, dan panitia Masa Perkenalan Departemen tahun 2013 divisi Badan Pengurus Harian. Pengalaman kerja penulis adalah menjadi asisten dosen pada Mata Kuliah Sosiologi Umum tahun ajaran 2013/2014 selama 2 semester.