Urgensi Memadukan Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Nasional Oleh: MENTERI SOSIAL RI Jakarta, 26 November 2015 1 KONDISI KEMISKINAN Angka kemiskinan relatif tinggi Kesenjangan Berdasarkan data BPS per Maret 2015, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan 28,59 juta orang (11,22%) bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Kesenjangan masih cukup tinggi dengan nilai koefisien Gini 0,41 (2013). Kesenjangan tidak hanya dari sisi pendapatan, tetapi juga wilayah (desa vs kota, barat vs timur). Penurunan Kemiskinan Cenderung Melambat Vulnerability Meskipun terdapat kecenderungan angka kemiskinan menurun, namun penurunan kemiskinan cenderung melambat karena kemiskinan kronis (chronicle poverty). Golongan masyarakat yang dalam kategori “vulnerable” relatif besar. Golongan ini rentan menjadi miskin apabila terdapat goncangan. Negara harus “hadir” untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial. 2 TANTANGAN Wilayah geografis Indonesia yang sangat luas. Terdapat 13.466 pulau: Sabang Merauke Miangas Rote Terdapat pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa (BPS, 2010) dan diproyeksikan pada tahun 2015 berjumlah 250 juta jiwa. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun (BKKBN). Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2015 mencapai 4,73% sementara asumsi APBN-P 2015 sebesar 5,7% 3 UU RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah • Pasal 12 a. (1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi a. Pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan f. masyarakat; dan g. sosial. 4 Pondasi SDG’s 1. 2. 3. 4. 5. Manusia Planet Kesejahteraan Perdamaian Kemitraan Tujuan SDG’s 1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun. 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Tujuan SDG’s 4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. 5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan. 6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang. Tujuan SDG’s 7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi semua orang. 8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang. Tujuan SDG’s 9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi. 10.Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara. 11.Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan. 12.Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Tujuan SDG’s 13.Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. 14.Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan. 15.Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, Tujuan SDG’s 16.Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan. 17.Memperkuat cara-cara implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Penyebab naiknya angka kemiskinan Menurut BPS, ada beberapa faktor penyebab bertambahnya jumlah dan persentase orang miskin selama periode September 2014Maret 2015 1. Laju inflasi selama kurun enam bulan tersebut sebesar 4,03 % 2. Rata-rata harga beras secara Nasional meningkat 14,48% menjadi Rp 13.089 per kilogram 3. Harga eceran beberapa komoditas bahan pokok selain beras mengalami kenaikan. Antara lain harga cabe rawit dan gula pasir masing-masing naik sebesar 26,28 % dan 1,92 % 4. Pertumbuhan ekonomi yang melambat pada triwulan kedua dan ketiga 2015 5. Meningkatnya pengangguran karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan 12 KRITERIA FAKIR MISKIN DAN ORANG TIDAK MAMPU (KEPMENSOS 146/HUK/2013) 1. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar; 2. Mempunyai pengeluaran, yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana; 3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis, kecuali Puskesmas atau yang disubsidi pemerintah; 4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap anggota rumah tangga; 5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; KRITERIA FAKIR MISKIN DAN ORANG TIDAK MAMPU (KEPMENSOS 146/HUK/2013) 6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/berlumut atau tembok tidak diplester; 7. Kondisi lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah; 8. Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik/ kualitas rendah; 9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau listrik tanpa meteran; 10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/orang; dan 11. Mempunyai sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tak terlindung/air sungai/air hujan/lainnya STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peningkatan akses kesempatan berusaha melalui pemberian modal usaha. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan (makanan) dan papan (rumah). Peningkatan kapasitas melalui pemberian pelatihan dan ketrampilan Pendampingan sosial dalam rangka memberikan bimbingan kepada beneficiaries serta mempercepat proses pemberdayaan. 15 PROGRAM KELUARGA HARAPAN Direktorat Jaminan Sosial Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Kepesertaan PKH Tahun 2015 ACEH 79.428 KALTARA 4.194 SUMUT 82.746 KALTIM 18.575 SUMSEL 86.176 KEP. RIAU 6.581 KALBAR 35.792 RIAU 35.240 SULUT 24.580 GORONTALO 20.262 MALUT 5.718 PAPUA BARAT 7.371 SULTENG 42.145 SUMBAR 41.997 KEP. BABEL 4.900 JAMBI 21.823 BENGKUL U 28.005 LAMPUNG 118.885 KALTENG 8.714 SULBAR 13.706 KALSEL 18.262 DKI JKT 17.392 BANTEN 85.530 MALUKU 26.202 PAPUA 4.796 SULSEL 73.195 JATENG 503.488 JATIM 543.594 JABAR 486.415 D.I YOGYA 28.224 SULTRA 29.690 BALI 14.238 NTB 107.421 NTT 115.122 Sumber: UPPKH, November 2015 3 TENTANG PKH PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer/CCT) kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Membantu keluarga sangat miskin untuk memastikan generasi berikutnya sehat dan menyelesaikan pendidikan dasar 19 JENDERAL PROGRAMDIREKTORAT KELUARGA HARAPAN - PKH PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL BANTUAN TUNAI BERSYARAT KEMENTERIAN SOSIAL RI (Conditional Cash Transfer) PKH diarahkan untuk membantu keluarga sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada keluarga untuk meningkatkan konsumsi. PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk memeriksakan ibu hamil /Nifas/Balita ke fasilitas kesehatan, dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan. Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar-generasi. 20 Syarat Peserta PKH KSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria: Anak SMA dan sederajat Ibu Hamil/Nifas Anak SMP dan sederajat Anak Usia Di bawah Lima Tahun Anak SD dan sederajat Anak Usia pra sekolah Jumlah penerima Program PKH • Pada APBN 2015 penerima sebanyak 2,78 juta orang • Pada APBNP 2015 bertambah menjadi 3,5 Juta dan diharapkan pada APBN 2016 dapat mencapai 6 juta orang • Untuk tahun 2016, penerima PKH ditambah dengan ODKB dan Lansia kurang mampu berusia di atas 70 tahun Hak peserta PKH Menerima bantuan tunai * Hingga jenjang SMA Memperoleh layanan kesehatan Memperoleh layanan pendidikan dasar 12 tahun* Memperoleh bantuan penanggulangan kemiskinan lainnya (Rastra, kube, rutilahu, PSKS, KIS, KIP) Komplementaritas merupakan komponen pelengkap program untuk memenuhi kebutuhan dasar KSM Rastra PIP Program Indonesia Pintar PIS Program Indonesia Sehat Beras kelurga sejahtera PKH Rutilahu PSKS Program Simpanan Keluarga Sejahtera Rumah Tinggal Layak Huni KUBE (Kelompok usaha bersama) Sinergitas adalah memadukan program penanggulangan kemiskinan sejenis untuk percepatan penanggulangan kemiskinan PKH Program Dengan KL Lain Program dari pemerintah Daerah Pemberdayaan Petani, Pesisir, Sanitasi, Desa Program Intra (Kemensos) KUBE, UEP dan RUTILAHU STUDI DAMPAK World Bank (2012). PKH Conditional Cash Transfer, Social Assistance and Public Expenditure Review 6. • PKH berhasil mendorong masyarakat miskin mengubah mindsetnya untuk bangkit. • PKH adalah program yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan dan ketidakadilan secara langsung dibandingkan program pengentasan kemiskinan lainnya. • PKH adalah program yang paling efektif belanja APBN per Rupiah menurunkan rasio kesenjangan (gini rasio) dibandingkan program pengentasan kemiskinan lainnya. • Prosentase anggaran PKH terhadap GDP paling kecil dibandingkan negara pelaksana CCT lainnya (Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico, Peru, Uruguay, Armenia, Sri Lanka) • Dampak PKH terhadap Per Capita Expenditure (PCE) cukup signifikan RENCANA PERLUASAN TAHUN 2016 Target Perluasan Kepesertaan PKH Tahun 2016 3,5 Juta KSM (2015) 472 Kab/Kota • • • Total 6 Juta KSM (2016) 2,5 Juta KSM Tambahan (2016) 42 Kab/Kota 514 Kab/Kota Target Peserta PKH 2016 = 6 Juta KSM Estimasi jumlah peserta 2015 = 3,5 Juta KSM Penambahan peserta PKH 2016 = 2,5 Juta KSM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Strategi Perluasan 1. 2. 3. 4. Pemilahan Sasaran Rumah Tangga menjadi Keluarga Pengembangan Kabupaten Pengembangan Kecamatan Saturasi Kecamatan (Diutamakan Kohor Kepesertaan Lama) 5. Validasi data hingga 15% BDT (mengurangi exclusion error) 31 DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Implikasi Penambahan 2,5 Juta KSM (Keluarga Sangat Miskin) PENAMBAHAN SDM PELAKSANA – Penambahan pendamping sebanyak 10.000 orang (rasio pendamping : KSM = 1:250) – Penambahan operator sebanyak 1.000 orang (rasio operator : KSM = 1:2.500) – Total penambahan SDM pendamping dan operator sebanyak 11.000 orang Kelompok Usaha Bersama Tujuan Meningkatkan kemampuan sosial ekonomi Keluarga Fakir Miskin melalui wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Sasaran Persyaratan Keluarga Fakir Miskin dengan kriteria: 1. Memiliki KTP/Identitas yang berlaku; 2. Keluarga Fakir Miskin atau Miskin; 3. Berusia antara 18-60 tahun dan sudah berkeluarga; 4. Berdomisili tetap; 5. Memiliki potensi dan keterampilan dibidang UEP. • Membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE); • Memiliki rencana usaha/pemanfaatan dana bantuan; • Memiliki rekening atas nama kelompok pada Bank Pemerinatah; • Diusulkan pemerintah Kota/Kabupaten melalui Dinas Sosial setempat. 33 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) Tujuan Kriteria Penerima Bantuan Kriteria Rumah Tidak Layak Huni Memperbaiki rumah (pemugaran/ renovasi) tidak layak huni milik keluarga fakir miskin sehingga tercipta rumah yang layak sebagai tempat tinggal Masuk kategori fakir miskin. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku. Kepala Keluarga/ anggota Keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (memperoleh upah dibawah UMR) Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti: zakat dan Raskin. Tidak memiliki aset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 (tiga) bulan kecuali tanah dan rumah yang ditempati. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan atas status tanah. • Tidak permanen dan / atau rusak. • Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk seperti : papan, ilalang, bambu yang dianyam/gedeg dsb. • Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu keselamatan penghuninya. • Lantai tanah/semen dalam kondisi rusak. • Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas mandi, cuci dan kakus Bantuan Rutilahu sebesar Rp10.000.000,-/Unit dan dikerjakan dengan mekanisme gotong royong melalui kelompok. Tahun 2016 indeks Rutilahu menjadi Rp15.000.000,-/Unit. 34 TARGET SASARAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2015 No Jumlah Target 2015 Kegiatan/ Tahun KUBE RSRTLH/ Rutilahu SARLING KUBE PKH (P2B)* 1. Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan 14,095 Klp 12,003 KK 10,000 Klp 170 unit 2. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan 10,035 Klp 12,658 KK - 214 unit JUMLAH 24,130 Klp 24,661 KK 10,000 Klp 384 unit TARGET SASARAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2016 Jumlah Target NO Kegiatan/ Tahun 2016 KUBE RSRTLH / Rutilahu SARLING KUBE PKH (P2B)* 1. Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan 111,090 Klp 7,250 KK 40 unit 7,000 Klp 2. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan 66,161 Klp 7,000 KK 50 unit - 177,251 Klp 90 unit 70,000 Klp JUMLAH 14,250 KK Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Raskin/Rastra) Tujuan • • Sasaran Mengurangi beban pengeluaran RTS melalui pemenuhan sebagian kebutuhan bahan pangan dalam bentuk beras Memastikan kelompok miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat Besar Alokasi 15 Kg/ RTS PM/ bulan selama 12 bulan 15.530.897 RTS PM Tahun 2015 dialokasikan 14 kali penyaluran. 37 Anggaran Program Subsidi Raskin/Rastra Tahun 2015 Rincian RTS-PM Alokasi per RTSPM/Bulan (Kg) Durasi (bulan) Kuantum (Juta Ton) Subsidi Harga Raskin (Rp/Kg) a. Harga Pembelian Beras Bulog (Rp/Kg) b. Harga Tebus Raskin Total Anggaran (Rp.Trilyun) 2015 15.530.897 15 12 2.79 6.725 8.325 1.600 18.939.930.000.000 Keterangan: Tahun 2015 terdapat penambahan Raskin/Rastra 13 & 14 yang disalurkan pada bulan September dan November 2015, maka terjadi penambahan anggaran subsidi sebesar Rp3.156.654.000.000,sehingga total subsidi Raskin/Rasta menjadi 38 Rp22.096.584.000.000,- . EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN/RASTRA) TAHUN 2015 • Terdapat RTS-PM yang hanya terdiri dari satu keluarga, sementara terdapat pula RTS-PM lainnya terdiri dari beberapa keluarga tetapi sama-sama menerima 15 Kg. KONSEKUENSI • Rastra yang saat ini menggunakan basis rumah tangga (RTS-PM) FAKTA DILAPANGAN KEBIJAKAN PERMASALAHAN BASIS SASARAN RASTRA • Manfaat dan kontribusi Rastra terhadap pemenuhan kebutuhan makanan pokok berbeda-beda. • Memicu praktik bagi rata KELUARGA SEBAGAI BASIS SASARAN RASTRA Basis keluarga diharapkan menjadi pilihan agar cakupan program ini benar-benar tepat sasaran. • Meningkatkan ketepatan sasaran • Memenuhi rasa keadilan • Sejalan dengan pelasanaan program nasional lainnya (KKS, KIP, KIS). Keluarga Sejahtera PERUBAHAN NOMENKLATUR RASKIN MENJADI RASTRA Merubah stigma terhadap keluarga miskin Dapat mendorong perubahan kebijakan sasaran penerima manfaat program dari rumah tangga kepada keluarga Perspektif Rastra menjadi beras yang layak konsumsi. UPAYA-UPAYA YANG PERLU TERUS DILAKUKAN 1 Ketepatan kualitas Rastra sangat perlu dijaga. Beras yang diterima penerima Rastra kualitasnya harus bagus. Tim Koordinasi Raskin di Daerah harus pro aktif melakukan pengecekan kualitas Rastra di gudang-gudang Bulog, sebelum beras tersebut disalurkan. 2 Ketepatan harga, yaitu Rp1.600,-/kg di Titik Distribusi. Hal ini perlu dimonitor oleh Tim Koordinasi Rastra Daerah, sehingga harga tebus Raskin di Titik Distribusi tidak melebihi Rp1.600,-/kg yang memberatkan RTS-PM. Dukungan APBD untuk memantau, membiayai ongkos angkut dari Titik Distribusi ke Titik Bagi serta melakukan sosialisasi dan sebagainya 3 Menjamin ketepatan sasaran dimana masyarakat yang masuk dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) adalah keluarga rentan dan miskin dan dipastikan menerima Rastra sesuai haknya. DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Permasalahan Program Subsidi Raskin Masih sering ditemukan: 1. Beras dengan kualitas tidak layak konsumsi (Berkutu, kecoklatan, berjamur, berbatu dll) 2. BAGITO (Bagi roto) atau RASTA (Beras merata) 3. Keterlambatan SPA (Surat Perintah Alokasi) dari Bupati/ Tikor (Tim Koordinasi) ke Kepala Gudang Divre dan Sub Divre 4. Harga tebus melebihi standar (Harga tebus per kilo Rastra: Rp. 1600) 44 DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Rekomendasi 1. Disiapkan anggaran Daerah (APBD Tingkat II) untuk membiayai harga tebus Rastra serta ongkos distribusi sampai ke titik bagi (RTSPM) 2. Agar ketua Tikor Rastra di Daerah diwenangkan kepada Kepala Dinas Sosial (Bagi Dinsos Tingkat II yang sudah melaksanakan fungsi tunggal) 3. Tim Tikor melakukan pengecekan langsung ke Gudang Divre atau Sub Divre, untuk memastikan kualitas beras sebelum didistribusikan 45 Program Simpanan Keluarga Program Indonesia Pintar Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produkif 1. UU No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin 2. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produkif 1. UU N0 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin PENDATAAN FAKIR MISKIN PASAL 8 (1) MENTERI menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk melaksanakan penanganan fakir miskin. (2) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. (3) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk melakukan pendataan. (4) MENTERI melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Lanjutan... (5) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali. (6) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi seseorang menjadi fakir miskin. (7) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada di kecamatan, kelurahan atau desa. (8) Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaporkan kepada Bupati/Walikota. (9) Bupati/Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI. Pasal 9 (1) Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. (2) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. (3) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat. (4) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI. (5) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 10 (1) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi informasi dan dijadikan sebagai data terpadu. (2) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Menteri. (3) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan oleh kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Kementerian/lembaga yang menggunakan data terpadu untuk menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaporkan hasil pelaksanaannya kepada MENTERI. (5) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai fakir miskin diberikan kartu identitas. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan penerbitan kartu identitas diatur dengan Peraturan Menteri. Penetapan Pasal 11 (1) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang disampaikan kepada MENTERI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (9) dan Pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri. (2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan dan/atau pemberdayaan. (3) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan oleh MENTERI. 2. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produkif Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 2014 Pasal 8 : a. meningkatkan koordinasi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penetapan sasaran Program Simpanan Keluarga Sejahtera b. menyediakan Kartu Simpanan Keluarga-Sejahtera sejumlah penerima Simpanan Keluarga Sejahtera c. mendorong Dinas Sosial Kabupaten/Kota untuk melakukan verifikasi dan pemutakhiran data Kartu Perlindungan Sosial sebelumnya d. Menyalurkan dan seterusnya JENIS KARTU & JUMLAH KARTU 2015 Pemegang KPS : 15.500.000 Buffer : 500.000 PMKS : 340.000 Kemendikbud : 17.900.000 Jiwa Kemenag : 2.400.000 Jiwa Pemegang kartu lama : 86,4 juta jiwa PMKS, Napi & Bayi : 1,8 juta jiwa 56 KARTU KELUARGA SEJAHTERA • Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) adalah Penanda Keluarga Kurang Mampu Yang Berhak Untuk Mendapatkan Berbagai Bantuan Sosial Termasuk Simpanan Keluarga Sejahtera. • Tahun 2014 dicetak sebanyak 1.023.553 KKS untuk mengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS) di 19 Kabupaten/Kota. Tahun 2015 Akan dicetak sebanyak 15.347.344 KKS untuk dibagikan kepada Keluarga Miskin sesuai dengan hasil verifikasi dan validasi Kementerian Sosial dan Badan Pusat Statistik, termasuk didalamnya mencakup PMKS sebanyak 340.000 penerima dan 500.000 buffer. • Mekanisme pembayarannya adalah diberikan dalam bentuk Layanan Keuangan Digital dengan pemberian sim card dan dalam bentuk Simpanan Giro Pos. KARTU SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA • Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) adalah bantuan tunai bagi keluarga kurang mampu, yang diberikan dalam bentuk rekening simpanan sebagai bagian dari strategi nasional keuangan inklusif. • KSKS ditujukan untuk mendorong akses terhadap sistem keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan serta menjaga stabilitas sistem • Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera menggunakan sistem Layanan Keuangan Digital (LKD) • Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah sarana simpanan dan transaksi keuangan non tunai dimana nomor ponsel seseorang menjadi rekening simpanan. dengan LKD, masyarakat tidak lagi dibatasi oleh keberadaan bank atau atm secara fisik. masyarakat bisa mengirim dana lewat ponsel mereka serta mengambil uang tunai lewat agen yang ditunjuk. • Agen LKD bisa berupa warung, penjual pulsa, gerai waralaba, bahkan individu yang ada di komunitas. masyarakat yang jauh dari cabang bank tidak perlu pergi terlalu jauh untuk mendapatkan layanan keuangan. KARTU INDONESIA PINTAR • Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan transformasi dari Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) • Program Kartu Indonesia Pintar bertujuan menghilangkan hambatan ekonomi siswa untuk bersekolah sehingga mereka memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak, di tingkat dasar dan menengah. • Kartu Indonesia Pintar diberikan kepada seluruh anak usia sekolah (6 hingga 21 tahun) dari keluarga kurang mampu, baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di sekolah maupun madrasah • Pada Tahap Lanjutan, KIP mencakup pula anak usia sekolah yang tidak berada di sekolah seperti anak jalanan, pekerja anak, di panti asuhan, dan difabel. • Selain berlaku di sekolah/madrasah, KIP berlaku juga di Pesantren, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Dan Balai Latihan Kerja (BLK). • KIP kedepannya mendorong mengikutsertakan anak usia sekolah yang belum terdaftar di satuan pendidikan untuk kembali bersekolah. KARTU INDONESIA SEHAT • Kartu Indonesia Sehat (KIS) merupakan program untuk mendapatkan jaminan sosial yang berlaku nasional untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pra sejahtera. • Program KIS merupakan perluasan manfaat secara kualitas dan kuantitas, secara kualitas, masyarakat prasejahtera akan mendapat layanan kesehatan mulai dari preventif (pencegahan) dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu 86,4 juta jiwa ditambah 1,831.816 jiwa untuk bayi lahir dari keluarga PBI, PMKS, dan Narapidana. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2012 PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 2 Ayat (1) Kriteria Fakir Miskin dan Oraqng Tidak Mampu ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau lembaga terkait. Ayat (2) Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk melakukan pendataan. Pasal 3 Hasil pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri untuk dijadikan data terpadu. Pasal 11 Ayat (4) Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam tahun anggaran berjalan. MEKANISME PENANGANAN KELUHAN & PELAPORAN SISTEM RUJUKAN TERPADU Filterisasi dilaksanakan oleh sekretariat sistem rujukan (TKPKD, Bappeda, Dinas Sektor, atau badan lainnya) Pekerja Sosial (TKSK, pendamping,dll) VALIDASI DAN INPUT KELUHAN Penentuan validitas keluhan Valid Tidak Valid FILTERISA SI KELUHAN • Input data dasar untuk pencocokan • Input jenis keluhan Petunjuk & Kriteria Validitas Penentuan validitas: - Hasil pengecekan kondisi lapangan; - Berdasarkan rekomendasi musyawarah desa/tokoh masyarakat & pimpinan daerah setempat RUJUKAN KELUHAN Pencocokan dengan data terpadu (BDT) Pengawasan Penanganan Komplain (NGO, Masyarakat) Dinas terkait di tingkat kabupaten/kota Tidak perlu Updating Perangkingan Penduduk Miskin Daerah server/ database Dinas terkait di tingkat provinsi PENANGANAN & PENYAMPAIAN HASIL Perangkingan Penduduk Miskin Nasional PENGUMPULAN DATA DAN PERANGKINGAN Perlu Updating Petunjuk & Kriteria Pendataan PENGAJUAN KELUHAN KEMBALI Pemerintah pusat Pemantauan Hasil Penanganan 62 Proses Verifikasi dan Validasi Data pada Tingkat Desa/Kelurahan Recheck Data Korlap KEC (TKSK ) Kompilasi Data KKS Terupdate Penyerahan Prelist Awal Data KKS Per Desa Konsolidasi Prelist Data Awal SLS /Desa /Kel Enumerator Hasil konsultasi dengan ketua SLS dan pembahasan dalam Musdes /Muskel : 1 . RTS ada dan tetap miskin ; 2 . RTS tidak ditemukan /sudah pindah alamat 3 . ART meninggal dunia , lahir ART baru ; 3 . RTS tidak memenuhi kriteria miskin /tdk layak sebagai penerima program 4 . usulan RT baru sebagai penerima program yang memenuhi kriteria miskin Musdes / Muskel Pendataan /Verifikasi Data Basis Rumah Tangga Penyusunan Prelist Akhir Data KKS Melakukan Kunjungan rumah (home visit ) ke RTS untuk wawancara dalam rangka pendataan dan verifikasi sesuai daftar dalam prelist akhir Recheck Data SEJARAH ASLUT 2006 6 PROVINSI, 32 KAB/KOTA, 64 KEC, 204 DESA - 2500 Lansia 2007 10 PROVINSI, 48 KAB/KOTA, 96 KEC, 296 DESA - 3500 Lansia 2008 15 PROVINSI, 72 KAB/KOTA, 143 KEC, 424 DESA - 5000 Lansia 2009 - 2010 29 PROVINSI, 142 KAB/KOTA, 356 KEC, 878 DESA - 10.000 Lansia 2011 33 PROVINSI, 187 KAB/KOTA, 505 KEC, 1.170 DESA - 13.250 Lansia 2012 - 2014 - 26.500 Lansia 2015 - 27.000 Lansia 33 PROVINSI, 361 KAB/KOTA, 1.237 KEC, 3.335 DESA 34 PROVINSI, 361 KAB/KOTA, 1.300 KEC, 3.654 DESA SEBARAN ASLUT 2015 2015 27.000 Lansia NO 1 2 3 4 34 PROVINSI 361 KAB/KOTA 1.300 KEC 3.654 DESA 5 6 7 8 9 10 11 12 PROVINSI DKI Jakarta Banten Jawa Barat DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Bengkulu Jambi KABUPATEN/ DESA/ JUMLAH KECAMATAN KOTA KELURAHAN PENERIMA 5 8 18 5 24 22 13 20 10 13 10 9 42 145 1.200 63 163 1.250 87 139 1.500 47 130 1.400 62 149 1.400 48 116 1.350 30 234 650 77 198 1.100 27 91 900 41 125 700 51 162 600 26 70 600 SEBARAN ASLUT 2015 NO 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 PROVINSI Lampung Riau Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Kalimantan Timur KABUPATEN/ KOTA 10 11 9 10 14 11 8 4 17 9 11 16 8 KECAMATAN DESA/ KELURAHAN JUMLAH PENERIMA 27 55 550 31 79 600 46 107 800 57 153 700 48 96 1.100 27 91 900 25 80 650 17 47 450 48 118 1.250 30 81 600 24 68 600 42 114 950 33 110 590 66 SEBARAN ASLUT 2015 NO 26 27 28 29 30 31 32 PROVINSI Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Gorontalo Kepulauan Riau Bangka Belitung Sulawesi Barat 33 Papua Barat 34 Kalimantan Utara JUMLAH KABUPATEN/ KECAMATAN KOTA 11 13 9 6 7 7 5 4 4 361 DESA/ KELURAHAN JUMLAH PENERIMA 32 65 650 49 187 1.100 27 92 850 38 95 600 28 78 350 17 58 350 16 36 350 18 76 250 19 46 110 1.300 3.654 27.000 67 MATRIX SEBARAN ASLUT 2015 30 25 20 15 10 5 0 Realisasi Penerima Asistensi (Orang dengan Kecacatan Berat) ODKB No Provinsi/ Kabupaten/ Kota Populasi ODK Jumah ODK Berat Penerima Bantuan Jumlah anggaran (Rp. 300.000/ orang/ Bulan) Selama 1 Tahun 01 Sumatera Barat 89, 789 1098 3.952.800.000 02 Sumatera Selatan 56,806 871 3.135.600.000 03 Jawa Barat 413,701 2033 7.318.800.000 04 Jawa Tengah 495,028 2523 9.082.800.000 05 DI. Yogyakarta 57,242 939 3.380.400.000 06 Sulawesi Selatan 106,984 1135 4.086.000.000 07 Kalimantan Selatan 53,570 682 2.455.200.000 08 Bali 55,081 1081 3.891.600.000 09 Jawa Timur 541,548 1765 6.354.000.000 10 Nusa Tenggara Barat 59,591 973 3.502.800.000 69 Realisasi Penerima Asistensi (Orang dengan Kecacatan Berat) ODKB No Provinsi/ Kabupaten/ Kota Populasi ODK Jumah ODK Berat Penerima Bantuan Jumlah anggaran (Rp. 300.000/ orang/ Bulan) Selama 1 Tahun 11 Nusa Tenggara Timur 86,229 1032 3.715.200.000 12 Sumatera Utara 118,648 933 3.358.800.000 13 Jambi 33,986 701 2.523.600.000 14 Lampung 89,293 918 3.304.800.000 15 Kalimantan Barat 71,850 626 2.253.600.000 16 Sulawesi Tengah 90,822 488 1.756.800.000 17 Maluku 81,481 303 1.090.800.000 18 Banten 90,358 507 1.825.200.000 19 DKI Jakarta 78,356 748 2.692.800.000 20 Bengkulu 103,343 517 1.861.200.000 70 Realisasi Penerima Asistensi (Orang dengan Kecacatan Berat) ODKB No Provinsi/ Kabupaten/ Kota Populasi ODK Jumah ODK Berat Penerima Bantuan Jumlah anggaran (Rp. 300.000/ orang/ Bulan) Selama 1 Tahun 21 Kalimantan Tengah 90,236 94 338.400.000 22 Sulawesi Utara 74,005 248 892.800.000 23 Gorontalo 120,224 115 414.000.000 24 Kepulauan Bangka Belitung 107,709 147 529.200.000 25 Sulawesi Tenggara 116,129 249 896.400.000 26 Kepulauan Riau 126,142 110 396.000.000 27 Riau 47,692 96 345.600.000 28 Kalimantan Timur 89,412 205 738.000.000 29 Papua 145,212 109 392.400.000 30 Maluku Utara 100,117 81 291,600,000 71 Realisasi Penerima Asistensi Orang dengan Kecacatan Berat (ODKB) No Provinsi/ Kabupaten/ Kota Populasi ODK Jumah ODK Berat Penerima Bantuan Jumlah anggaran (Rp. 300.000/ orang/ Bulan) Selama 1 Tahun 31 Aceh 104,625 367 1.321.200.000 32 Sulawesi Barat 12,533 137 493.200.000 33 Papua Barat 2762 121 435.600.000 34 Kalimantan Utara 48 172.800.000 Total 34 Propinsi, 324 Kabupaten/ Kota 22.000 79.200.000.000 72 TERIMAKASI