BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Kupu-kupu
Kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) adalah bangsa serangga bersayap sisik,
kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang artinya serangga yang
mempunyai sayap tertutup oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan
warna sayap kupu-kupu. Istilah Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani (Lepidos
‘sisik’ dan ptera ’sayap’). (Mohammad Amir, 2003 : 1,2 & 123).
Kupu-kupu dengan bentuk, ukuran serta pola warna yang menarik memiliki
nilai estetika tinggi. Para kolektor kupu-kupu berusaha untuk mendapatkan jenis
yang khusus dan indah dan jarang dimiliki orang lain, misalnya dengan cara
berburu di hutan, tukar menukar dengan pengumpul lainnya, dan bahkan membeli
dari pengumpul kupu-kupu dengan harga yang mahal. Kupu-kupu dipandang
sebagai lambang jenis untuk konservasi invertebrate. Warna dan bentuknya yang
indah memberikan nilai estetika yang tetap menjadi perhatian pengumpul dan
penggemar kupu-kupu sejak lama, serta menjadi alasan untuk tetap dipelihara
keberadaannya di alam.
Beberapa jenis bahkan sudah dimasukkan ke dalam daftar perlindungan
CITES (Convention of International Trades in Endangered Species) yang tidak
diizinkan untuk diperdagangkan. Menurut Simbolon dan Kiswari salah satunya
adalah baru 20 jenis (19 jenis dari papilionidae dan 1 jenis dari nymphalidae)
dinyatakan terancam punah dan dilindungi oleh Undang-Undang (Berdasar Surat
5
6
Keputusan Menteri Pertanian No: 576/kpts/1980 dan 716/kpts/1980). Pada tahun
1990 IUCN (International Union Conservationof Nature) mencatat sebanyak 51
jenis kupu-kupu di wilayah nusantara yang perlu dilindungi (Mohammad Amir,
1996 : 26).
Kupu-kupu sebagai bentuk serangga dewasa ini, memiliki alat mulut khusus
seperti belalai yang digunakan untuk mengambil madu yang terdapat pada dasar
bunga dengan cara mengisap dengan belalainya. Kupu-kupu memakan benda cair
misalnya madu, sedangkan larva memakan daun tanaman inangnya. Bagian yang
paling penting pada alat mulut kupu-kupu adalah belalai atau sifon yakni berupa
pembuluh yang panjang dapat diulur dan digulung. Selain pada belalai kupu-kupu
juga memiliki pola sayap yang sangat beragam, ada yang berwarna
kuning
(Catopsilia), hitam kebiruan (Papilio ulyses), hijau (Omithoptera), hitam (Papilio
memnon), putih (Idea) dan lain-lain yang indah. Warna-warna pada sayap kupukupu dibentuk oleh sisik-sisik yang tertata dengan rapi pada permukaan sayapnya.
Kupu-kupu adalah serangga yang permukaan sayapnya tertutup oleh sisik. Sisik
pada permukaan sayap memberikan sifat kelompok serangga ini. Sisik pada sayap
kupu-kupu berisi pigmen yang memberikan warna dan corak yang menarik
(Mohammad Amir, 1996 : 6-8).
B. Jenis Kupu-kupu
Kupu-kupu sayap burung sebagian besar terdapat di Indonesia. Jenis ini
terbesar antara lain di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian
Jaya. Kupu-kupu ini warnanya indah, ukuran sayap panjang dan lebar.
7
Tiga marga kupu-kupu sayap burung di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Kelompok Ornithoptera sp.
* O. aesacus
* O. chimaera
* O. priamus
* O. croesus
* O. goliath
* O. rotschildii
* O. meredionalis
* O. paradisea
* O. tithonus
2. Kelompok Trogonoptera sp.
* T. Brookiana
3. Kelompok Triodes sp.
* T. cuniefera
* T. amphrysus
* T. helena
* T. dohertyi
* T. andromache * T. rhadamantus
* T. oblongmaculatus * T. criton
* T. hypolitus
* T. prattorum
* T. plato
* T. haliphron
* T. vandepoli
* T. riedeli
Selain itu, terdapat satu jenis kelompok swallow tail yang telah dilindungi
undang-undang yaitu Genus Chethosia (C. myrina), Famili Nymphalidae, Ordo
Lepidoptera.
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Smart (1975), Tsakada dan
Nishiyama (1982), jenis kupu-kupu sayap berung ini dapat digolongkan ke dalam:
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Papilionidae
Subfamili
: Papilioninae
Subsubfamili : Troidini
Genus
: Ornithoptera, Trogonoptera, Troides
8
Oleh beberapa pengarang, genus Troides ini dapat dikelompokkan ke dalam
4 jenis dan masing-masing jenis terdiri dari beberapa anak jenis yaitu :
1. T. hypolitus
2. T. amphrysus
3. T. helena
4. T. magellanus
Masing-masing anggota kelompok kupu-kupu sayap burung memiliki ciri
khas tertentu. Kadang-kadang hampir sulit dibedakan satu dengan yang lainnya.
Sebagian besar kupu-kupu sayap burung mempunyai sayap depan lebih dari 8 cm
panjangnya. Bagian perut memanjang dari dada atas hingga ke bagian bawah,
tempat sayap belakang. Bentuk sayap memanjang. Sayap depan umumnya lebih
panjang dari sayap belakang. Pada beberapa jenis tertentu bentuk sayap depan ini
mirip triangular atau bentuk segitiga.
Skema umum warna sayap depan diperinci sebagai berikut:
1. Kelompok jenis Ornithoptera :
Jantan : mempunyai warna hitam dan pelangi seperti hijau, kuning, orange, biru,
atau kombinasi dari berbagai warma tersebut.
Betina : biasanya berwarna abu-abu, coklat atau hitam disertai warna cream dan
putih.
2. Kelompok jenis Trogonoptera :
Jantan dan betina : memiliki warna dasar hitam disertai warna bintik-bintik
hijau dan kuning.
3. Kelompok jenis Troides :
9
Jantan : mempunyai warna hitam dan garis putih melebar pada sayap
depan, sedangkan sayap belakang didominasi warna kuning dan warna
hitam pada bagian pinggirnya.
Betina : warna sayap depan lebih terang tembus dengan warna dasar kecoklatan
sedangkan pada sayap belakang warna dominan adalah kuning dan hitam
disertai bintik-bintik putih di luar warna kuning (Kuppin, 1990 : 1-4).
C. Siklus Hidup Kupu-kupu
Kupu-kupu (Lepidoptera) adalah serangga holometabola sejati yang siklus
hidupnya melalui stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (kupu
dewasa) (Mohammad Amir, 2003 : 124).
Lama dari siklus ini dari telur hingga menjadi dewasa sangat bervariasi
menurut spesies serangganya. Jika serangga hidup pada tempat yang
bertemperatur tinggi siklus hidupnya hanya beberapa minggu. Kebanyakan siklus
hidup kupu-kupu berlangsung tanpa terlihat manusia. Seluruh lingkaran hidupnya
dijalani dalam 4 fase.
Peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan kupu-kupu adalah saat
mereka mencari pasangan dan akhirnya bertelur. Warna-warna yang mencolok
dan rupa-rupa bentuk pada banyak spesies diduga berguna untuk menarik
perhatian lawan jenis masing-masing. Sewaktu mencari pasangan, dua jenis
serangga tersebut bertingkah laku rumit dan aneh, mereka terlihat seperti menari.
Dalam tariannya kupu-kupu jantan menarik perhatian kupu-kupu betina dengan
corak atau warna yang terpancar dari kedua sayapnya.
10
Saat itu kupu-kupu memanfaatkan cairan kimia yang disebut Feromon
untuk menarik lawan jenisnya. Terpikatnya sang jantan kepada betina karena
pengaruh cairan kimia ini disebut ”assembling”. Pada kupu-kupu, sang jantanlah
yang menghasilkan cairan semacam ini, sedangkan pada ngengat adalah
betinanya. Jika seekor jantan ketemu dengan seekor betina yang tertarik
kepadanya, maka keduanya akan mendarat. Sang betina akan sedikit membuka
sayapnya agar sang jantan dapat mendarat dengan mudah di sisinya, untuk
kemudian menyebarkan aromanya. Pasangan serangga yang sedang kawin
seringkali “berpukul-pukulan” dengan sungut masing-masing, sambil mendeteksi
bau-bauan lain yang dapat merangsang kegiatan dalam jarak dekat. Sepasang
kupu-kupu yang sedang kawin sering terlihat seperti seekor kupu-kupu yang
memiliki kepala dua, seperti pasangan kupu-kupu ekor walet Asia. Dengan posisi
ekor ke ekor, kedua jenis alat perkembangbiakan serangga berhubungan.
Kupu-kupu jantan memilki rangkaian struktur yang rumit, termasuk di
dalamnya alat pencapit untuk merangkul perut sang betina saat berkencan. Organ
kelamin kupu-kupu dapat dipakai untuk membedakan species. Pada beberapa
species kupu-kupu, sang jantan dan betina tampak begitu berbeda. Perbedaan
semacam ini disebut dismorfism seksual. Sebagai contoh pada kupu-kupu UjungJingga, Anthocharis cardamines (Eropa dan Asia). Ujung sayap pada kupu-kupu
jantan jenis ini berwarna jingga, sedangkan pada sang betina berwarna hitam.
Pada species lain, betinanya bertubuh lebih besar dari pada yang jantan.
Masa kawin serangga dapat berlangsung selama sekitar dua puluh menit
atau bahkan beberapa jam. Selama kawin pasangan serangga atau kupu-kupu itu
11
tidak berpindah tempat. Perkawinan kupu-kupu biasanya berlangsung di
tumbuhan. Pasangan kupu-kupu yang sedang kawin ini kadang-kadang terbang
saat keduanya bertautan untuk mencari tempat yang terang, namun hal ini hanya
dilakukan jika keduanya merasa benar-benar terganggu.
Setelah kawin sang jantan akan mencari betina lain sedangkan sang betina
tadi akan mencari tumbuhan untuk makanan ulat. Beberapa kupu-kupu betina
(khususnya jenis yang larvanya memakan rumput) menyebarkan telurnya begitu
saja, sedangkan betina jenis lain meletakkan telur-telurnya pada tumbuhan
tertentu (Whalley,1992 :10-11).
1. Telur
Kupu-kupu biasanya bertelur banyak, jumlah telur masing-masing serangga
ini tidak sama. Beberapa serangga betina menghasilkan lebih dari seribu butir
telur, tetapi hanya sedikit yang dapat menjadi kupu-kupu dewasa. Warna dan kulit
telur bermacam-macam, tergantung pada spesies pada serangganya. Ada kulit
telur yang halus, ada pula yang berulir indah. Telur kupu-kupu Burung Hantu
memiliki rusuk-rusuk halus yang bertemu di bagian atas telur. Bentuk seperti ini,
serta struktur cangkang (berupa lapisan yang kuat seperti tubuh serangga itu
sendiri tedak rapuh seperti telur ayam) berguna agar telur tidak kekurangan air
dan dapat bernafas (Whalley, 1992 : 12).
Telur kupu-kupu berukuran kecil, 1-2 mm, warna dan bentuknya beragam,
bentuknya ada yang seperti kubah, setengah bulatan dan bulat dan ada yang
terpuntir. Bagian bawah selalu rata, pada bagian atas telur terdapat lubang kecil
12
yang disebut mikropile, yaitu tempat spermatozoid masuk ke dalam telur.
Cangkang telur ada yang halus, ada pula yang seperti terpahat. Telur diletakkan
oleh kupu betina satu-satu atau dalam kelompok pada bagian bawah permukaan
daun tanaman inangnya, direkatkan dengan kelenjar yang dihasilkan oleh alat
kelamin betinanya (Mohammad Amir, 2003 : 124).
Umumnya telur dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu yang oval-pipih
dan yang agak tinggi-tegak. Kulit permukaan telur jenis pertama biasanya halus,
jenis ke dua memilki semacam rusuk. Hampir semua kupu-kupu dan ngengat
bertelur pada daun atau tangkai tumbuhan, tetapi ada juga yang bertelur sambil
terbang, khususnya pada jenis pemakan rumput. Cara serangga menaruh telur
pada dasarnya bertujuan agar ulatnya tidak mengalami kesulitan akan makanan.
Beberapa spesies kupu Heliconius meletakkan telur-telurnya pada tunas tumbuhan
jalar, menata telurnya melingkari ranting sehingga tampak menyerupai bagian
tumbuhan.
Di daerah beriklim sedang, telur kupu-kupu yang dihasilkan pada musim
gugur mengalami masa istirahat yang disebut “diapause” untuk melewati musim
dingin. Masa istirahat ini terhenti bila temperatur menjadi rendah (pada musim
dingin). Begitu masa diapause selesai dan suhu baik bagi ulat, warna telur akan
menjadi gelap, ulat kecilpun siap keluar dari telur, agar telur dapat menetas, ulat
harus membuat jalan keluar dari cangkang. Kulit telur memang tidak sekeras kulit
telur ayam, tetapi cukup menyulitkan ulat tersebut. Agar kepalanya dapat keluar,
ulat yang kecil harus dapat membuat lubang yang cukup besar dengan rahangnya.
Ukuran kepala ulat yang baru keluar dari telur terlihat jauh lebih besar
13
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Kepala atau bagian mulut yang besar
berguna untuk membuka jalan keluar telur. Tidak lama setelah keluar dari telur,
ulat mulai memakan kulit telur. Kebanyakan ulat tidak akan berkembang dengan
baik jika tidak memakan kulit telur, sebab kulit ini mengandung gizi yang penting
bagi pertumbuhannya (Whalley, 1992 : 11-12).
2. Larva (Ulat)
Ulat adalah suatu fase perkembangan di dalam siklus hidup Lepidoptera
yang berkaitan dengan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Fase larva sering kali dianggap sebagai makhluk yang
memerlukan makan, padahal dalam siklus kupu-kupu tahap ulat merupakan
tahapan yang unik dan menarik. Bentuk badannya memanjang, biasanya silindris.
Di dalam tubuh ulat terdapat sel-sel yang kelak akan membentuk serangga
dewasa. Selama hidupnya ulat berkali-kali berganti kulit. Selama stadium, larva
umumnya mengalami 5 kali pergantian kulit, tergantung pada jenis dan kesehatan
larvanya, membuang kulit luar dan menggantinya dengan kulit yang baru, yang
lebih lentur agar ulat dapat terus hidup (Mohammad Amir, 2003 : 124-125).
Pada mulanya ulat hidup berkelompok dan sering dalam jala yang dijalani di
atas selembar daun yang dijadikan bahan makanan. Kebiasaan ini tetap
berlangsung atau kemudian atau memencar kalau individu tersebut makin tua dan
persediaan makanannya sudah habis. Walaupun ulat umumnya pemakan nabati
sering juga menunjukkan kecenderungan kanibal, yakni suka menyerang spesies
14
sendiri atau spesies lain, kecuali jika ulat ini hidup berkelompok (Ensiklopedia
Indonesia, 1988 : 112).
Pada saat ini biasanya ulat sangat aktif dan perlu cukup makan serta oksigen
agar dapat bertahan hidup. Tidak seperti mamalia, ulat tidak berparu-paru. Udara
masuk ke dalam tubuhnya melalui pori-pori kecil (spirakel), lalu melewati
pembuluh-pembuluh halus (trakeol), untuk kemudian disarikan oleh cairan tubuh
ulat.
Badan larva dibedakan menjadi 3 bagian: kepala, toraks, dan abdomen.
1. Kepala; pada kepala ulat terdapat sistem syaraf dan ganglion selebral, atau
otak yang masih primitif susunannya. Kepala ulat juga dilengkapi dengan
organ indra, biasanya berupa sungut atau antena kecil, agar ulat dapat
mengetahui hal-hal yang ada di sekelilingnya. Selain itu, ada juga ulat yang
memiliki Ocelli atau “mata” sederhana yang peka terhadap cahaya, berbentuk
setengah lingkaran. Selain organ-organ tersebut, di kepala ulat juga terdapat
rahang untuk mengunyah tumbuhan makanan. Larva memiliki mulut yang
dapat digunakan untuk memotong dan mengunyah daun tanaman inangnya.
Pada mulutnya terdapat sepasang rahang yang kuat, berkhitin, tajam pada sisi
bagian dalam rahang dan alat-alat lain yang membantu larva mengunyah.
Umumnya larva memakan daun dari bagian tepi dan memotong-motong
makanannya sambil berjalan mundur.
2. Toraks; dibagi menjadi 3 segmen (pro, meso, dan matatoraks) masing-masing
mempunyai seperangkat kaki sejati pendek yang terdiri dari 5 segmen yang
akan menjadi kaki dewasanya.
15
3. Abdemon; terdiri dari 10 segmen, segmen 3-6 masing-masing mempunyai kaki
abdomen (prolegs), segmen 10 mempunyai proleg anal, prolegs dipergunakan
untuk berjalan atau tergantung pada ranting dengan bantuan kait-kait kecil,
sekitar 2-3 mm panjangnya. Satu ciri peting ulat yang tidak terdapat pada
serangga dewasa adalah kemampuannya menghasilkan sutra. Sutra dihasilkan
oleh kelenjar khusus dan dikeluarkan melalui alat pintal yang terdapat di
bagian bawah.
Terlepas dari kemampuan untuk makan dan tumbuh dengan cepat, ulat juga
harus mampu menjaga diri di dunia yang keras. Ulat adalah sumber makanan
utama bagi keluarga burung. Bahkan bukan hanya burung, mamalia atau serangga
lain juga gemar menyantap binatang kecil yang lunak dan berair itu. Diincar untuk
dijadikan santapan bukanlah hal yang menyenangkan. Karena itu, ulat memiliki
seperangkat alat pertahanan atau perlindungan. Terdapat jenis ulat yang memakan
tumbuhan yang beracun, maka dengan memakannya sang ulat menyerap racun
dan memamerkan adanya racun tersebut melalui warna-warni yang mencolok.
Dengan demikian sang ulat dapat terhindar dari kematian dini, sebab binatang
pemangsa menjadi tidak suka, bahkan takut memakannya. Seperti jenis ulat
Harimau yang berwarna cerah sering “pamer”. Kemungkinan besar filame mirip
rambut pada tubuhnya memberi perlindungan dengan menyebarkan bau yang
tidak sedap (Mohammad Amir, 2003 :125 ; Whalley, 1992 :14-16).
16
3. Pupa
Ulat seringkali dianggap sebagai tahap makan saja dalam siklus kehidupan
kupu-kupu. Padahal sesungguhnya ulat itu sendiri merupakan hewan yang sangat
kompleks, yang harus bertahan hidup di dunia yang penuh bahaya. Ulat juga harus
siap menjalani tahapan selanjutnya, yaitu tahapan “pertapaan” yang disebut pupa
atau krisalis. Para ilmuan telah melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa
perubahan wujut serangga itu diatur oleh sejumlah hormon. Dalam keadaan atau
situasi normal, ulat harus mendapat tempat yang cocok dan aman sebelum
memupa. Untuk itu ada spesies yang membutuhkan tempat persembunyian, tetapi
ada pula yang tidak. Tempat persembunyian tersebut biasanya
di antara
dedaunan. Agar aman, spesies tertentu membungkus dirinya dengan daun
kemudian disatukan dengan benang sutra. Cara lain yang terbaik dilakukan oleh
sebagian besar pupa adalah dengan menyesuaikan bentuk dan warna menurut
warna
lingkungan
sekitarnya.
Sedangkan
yang
tidak
membutuhkan
persembunyian biasanya mengandung racun dalam tubuhnya.
Tahap pupa adalah tahap yang penting dalam kehidupan kupu-kupu, yang
berlangsung saat ulat akan menjadi serangga dewasa. Lamanya tahap pupa
bervariasi menurut spesies dan iklim di sekitarnya. Ada yang menghasilkan waktu
berminggu-minggu. Ada pula yang berbulan-bulan. Selama mempupa, serangga
jarang bergerak seolah tidak ada kehidupan. Padahal justru sebaliknya, perubahan
yang terjadi sungguh hebat dan kadang-kadang dapat diamati lewat kulit pupa.
Selama dalam tahapan pupa ini serangga mudah diserang. Mengapa? Sebab,
seperti dikatakan tadi, sang serangga hampir tidak bergerak. Jika larva telah
17
tumbuh dengan sempurna, maka akan segera berhenti makan, setelah ganti kulit
terakhir, larva mempersiapkan untuk berkembang pada waktu kulit larva
dilepaskan. Fase pupa tidak memiliki kaki yang berfungsi untuk bergantung pada
waktu kulit larva dilepaskan. Agar
pupa yang terbentuk dapat bergantung
sebelum menjadi pupa, larva membuat landasan sutera di ujung abdomennya atau
semacam kait untuk menopang atau bergantungnya badan pupa.
Berikut ini tahapan atau proses dinama ulat berubah menjadi pupa:
1. Tahapan yang pertama adalah tahapan mencari tempat; untuk jenis
ulak kupu-kupu ekor walet, akan memilih tempat yang cocok untuk
memupa. Kaki pengait belakang serangga
itu akan mencengkram
tangkai pohon.
2. Ulat akan mulai memintal; sang ulat telah berganti posisi. Dengan
kepala di bawah, ulat tersebut kini mulai menghasilkan sutra dari alat
pintal di kepalanya. Ulat tersebut memintal sutra menjadi semacam
alas yang ditempelkan kepohon.
3. Membuat pembungkus; posisi ulat telah kembali lagi. Sambil
menggerakkan kepala ke sana-sini, ulat tersebut memintal dan
kemudian
menghasilkan pembungkus
di sekililing tubuh dengan
menggunakan sutra dari alat pintalnya itu.
4. Bergantung; sekarang ulat telah menempel di ranting dengan bantuan
pengait belakang dan pembungkus benang sutranya. Di balik kulitnya
pupa sudah mulai membentuk.
18
5. Merobek lipatan; sang ulat meronta kuat-kuat, sehingga kulit
punggungnya akan robek. Kulit baru pupa sudah mulai terlihat.
6. Kulit baru; gerakan ulat sewaktu meronta sedikit demi sedikit
menanggalkan kulit luar ulat. Kulit baru mulai mengeras begitu
terkena udara.
7. Berpegangan kuat-kuat; sang pupa mengarahkan ekor capitnya keatas
sutra yang telah dibuat sebelumnya, saat masih berupa ulat.
8. Krisalis sempurna; dalam bentuk yang sempurna, krisalis terlihat
seperti sehelai daun saja. Krisalis tersebut tetap menempel di ranting
dengan bantuan tali dan alasnya (Whalley : 20-22)
4. Menjadi kupu-kupu
Dalam pertumbuhannya kupu-kupu mengalami sejumlah kejadian yang
mengubah dan memperbaharui bentuknya. Ketika tahap perubahan atau
metamorfosa selesai, krisalis harus “membuka” agar serangga dewasa dapat
keluar. Tahap krisalis yang berlangsung hampir tanpa gerakan itu sebenarnya
berisi perubahan yang sangat luar biasa, sehingga seolah-olah menghasilkan
seekor makhluk baru saat krisalis membuka.
Berikut ini tahapan di nama krisalis siap membuka dan akhirnya akan keluar
seekor kupu-kupu dewasa yang siap terbang:
1. Siap menetas; beberapa jam sebelum keluar dari pupa, sang hewan
terus berkembang. Sekarang beberapa struktur tubuh kupu sudah
tampak dari kulit krisalinya. Bagian yang berwarna gelap adalah
19
bagian sayap. Di bagian bawah krisalis terlihat garis-garis kaki dan
sungut.
2. Tahap pertama; begitu menyelesaikan masa metamorfosisnya dan siapsiap untuk keluar, sang serangga mulai memompa cairan tubuhnya ke
bagian kepala dan dada. Ini membantu merobek kulit krisalis pada
beberapa titik lemah, sehingga serangga dewasa dapat membuka jalan
keluar dengan kaki
3. Munculnya kepala dan dada; sekali saja kulit robek, tubuh sang
serangga semakin cepat membesar. Penggembungan tubuh kupu-kupu
tersebut tidak saja disebabkan oleh cairan tubuh tetapi juga untuk
udara yang dihirup. Kini sungut, kepala, dan indera pendeteksi
makanan sang kupu-kupu sudah terlihat, tetapi sayapnya belum sebab
masih terlalu halus dan masih terlipat.
4. Bebas seluruhnya; setelah berhasil keluar dari krisalis tubuh kupukupu kini bergantung bebas. Pada tahap ini kerangka bagian luar sang
serangga (ekso skeleton) masih lunak dan masih dapat berkembang.
Jika pada tahap ini sang serangga cidera atau mengalami kerusakan
pada tubuhnya, hal tersebut akan menimbukan cacat. Cacat tubuh itu
akan tampak saat tubuh kupu-kupu akan mengeras.
5. Perkembangan sayap; sang kupu-kupu telah keluar dari pupanya. Sang
kupu-kupu membuang kotoran dari perut dengan membentangkan
sayapnya. Sambil memompa cairan dari tubuh ke sayap, kupu-kupu
20
akan bergelantungan dengan posisi kepala berada di atas. Dengan
demikian gaya gravitasi akan meluruskan sayapnya.
6. Menjadi sempurna; kini hampir semua pembuluh sayap telah terisi
darah. Sayap-sayap kian mengembang. Perkembangan sayap ini harus
berlangsung dengan cepat, sebab jika tidak, sayap akan mengering dan
mengeras sebelum ukuran maksimum dicapai. Jika hal ini terjadi sang
serangga mungkin tidak akan bisa terbang.
7. Menanti saat terbang; sayap kupu-kupu mencapai ukuran penuh
setelah berkembang selama 10-20 menit. Sang kupu-kupu kini tinggal
menunggu sayapnya mengeras agar cukup kaut untuk terbang. Sekitar
satu jam kemudian setelah mengepak-ngepakan sayapnya, serangga
tersebut melayang di udara. Biasanya tempat yang dituju serangga
adalah tumbuhan atau sumber makanan sebagai makanan pertamanya
(Whalley, 1992 : 24-25).
D. Unsur Rupa dalam Karya Seni
Dalam penciptaan sebuah karya lukis tidak lepas dari beberapa unsur rupa
yang akan membentuknya menjadi sebuah karya lukis. Unsur-unsur rupa yang ada
dalam karya lukis di antaranya meliputi garis, value, tekstur, shape, dan warna.
Berdasarkan teori para ahli yang sudah ada berikut ini pengertian masing-masing
dari unsur rupa tersebut:
21
1. Garis
Garis dimulai dari sebuah titik; merupakan “jejak” yang ditimbulkan
oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan titik-titik yang
berhimpit. Juga merupakan suatu goresan atau sapuan yang sempit dan
panjang sehingga sehingga membentuk seperti benang atau pita.
Fisik suatu garis mempunyai karakter tertentu; misalnya panjang
atau pendeknya suatu garis, tebal atau tipisnya garis; dan arah suatu garis
maupun lokasi suatu garis (Arfial Arsad Hakim, 1997 : 42).
Garis merupakan salah satu elemen dasar yang penting, tentang definisi
garis menurut Ocvirk menyebutkan bahwa garis terjadi dari adanya titik yang
bergerak / suatu dinamika (Ocvirk, 1962 :38).
Pada dunia seni rupa sering kali kehadiran “garis” bukan saja hanya
sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat
garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh
seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap
garis yang dihadirkan sehingga dari kesan yang berbeda maka garis
mempunyai kerakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari
seniman. Di samping memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan
nonformal, misalnya garis-garis geometrik beraturan, dan sifat resmi dan
cukup luwes, lemah gemulai, lembut acak-acakan, yang semuanya tergantung
dari intensitas pembuat garis itu. Yang paling penting sebenarnya bukan
simbol atau lambang apa, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis yang
tergores pada setiap karya seni (Darsono Sony Kartika. 2004).
22
Secara visual garis mengesankan gerak dan arah, suatu kesan dinamis.
Garis yang dihasilkan dari goresan benda runcing disebut garis aktual,
sedangkan yang dihasilkan dari bekas-bekas yang lebar, atau kelompok
bidang, atau bahkan hanya dihasilkan oleh imaji kita karena adanya bidangbidang yang berdekatan, disebut garis ideal, atau sering juga disebut garis
ilusif (Suryo Suradjijo, 1998 : 74).
2. Value
Dalam karya lukis value diartikan sebagai tingkat perbedaan kecerahan
warna antra bidang warna yang berdekatan. Dalam pembicaraan teknis value
banyak diidentikkan dengan gelap terang (Suryo Suradjijo, 1998 : 74).
Value diartikan , sebagai nada, kecerahan, bayang-bayang, bahkan
sebagai warna. Dan value sebagai gelap terangnya warna adalah dapat pula
diartikan sebagai gejala cahaya dari warna menyebabkan perbedaan pancaran,
atau tingkat kecerahan warna dalam perbandingan dengan unsur-unsur hitam
putih (Ocvirk, 1962 : 38).
3. Tekstur
Tekstur dibatasi sebagai kesan suatu permukaan dari suatu bidang objek,
atau penggambaran dari sifat permukaan. Tekstur dibedakan menjadi tekstur
aktual dan tekstur semu (simulated textur), Tekstur aktual dapat dirasakan
dengan meraba, sedangkan tekstur semu adalah sifat permukaan yang menipu
penghayat yang dihasilkan dari garis-garis, titik-titik dan sebagainya (Suryo
Suradjijo, 1998 : 74).
23
4. Shape
Shape adalah suatu daerah / bidang dari volume, warna, garis, atau
ketiga-tiganya yang mempunyai dimensi.
Shape juga dapat didefinisikan sebagai bidang atau daerah yang terukur,
artinya secara empirik dapat ditangkap batas-batasnya dengan jelas dalam arti
relatif, artinya batas itu tidak selalu disebabkan oleh adanya garis-garis aktual,
atau warna-warna yang nyata daerah batasnya, tetapi mungkin juga oleh
warna-warna nuansa atau garis-garis ilusif (Suryo Suradjijo, 1998 : 75).
Shape dapat dibedakan atas shape geometri dan shape biomorphic.
Shape geometrik merupakan bentuk yang standar (ukuran, aturan dan batasan)
dalam sifat dan berasal dari ilmu ukur, seperti lingkaran, empat persegi,
segitiga. Shape biomorphic merupakan bentuk yang tidak beraturan (bebas
dan organik) (Arfial Arsad Hakim, 1997 : 87).
5. Warna
Warna merupakan suatu elemen-elemen dasar yang sangat sensitif
karena kualitasnya, sangat peka terhadap reaksi emosional. Warna merupakan
suatu elemen yang sangat mempunyai emosi, atau mempesona langsung dan
segar. (Ocvrik, 1962 :38).
Demikian eratnya hubungan warna dengan kehidupan manusia, maka
warna mempunyai peranan penting , yaitu: warna sebagai warna, warna
sebagai representasi alam, warna sebagai lambang atau simbol, dan warna
sebagai ekspresi.
24

Warna sebagai warna : kehadiran warna tersebut sekedar untuk
membedakan tanda pada suatu benda atau barang, atau hanya
membedakan ciri benda satu dengan benda lainnya tanpa maksud tertentu
dan tidak memberi pretensi apapun.

Warna
sebagai
representasi
alam:
kehadiran
warna
merupakan
penggambaran sifat obyek secara nyata, atau penggambaran diri suatu
obyek alam sesuai dengan apa yang dilihatnya.

Warna sebagai lambang atau simbol : disini kehadiran warna merupakan
lambang atau melambangkan suatu yang merupakan tradisi atau pola
umum (Darsono Sony Kartika, 2004).
Warna juga dapat dibedakan dalam dua pengertian, warna sebagai
cahaya atau fenomena dan warna sebagai bahan yang keduanya berasal dari
pigmen warna ; warna sebagai cahaya sangat dipengaruhi oleh kondisi ruang
sekitarnya. Warna merah akan memantulkan cahaya merah yang berbeda jika
benda dalam ruangan yang derajat terangnya berbeda. Sedang sebagai bahan,
warna merah dimanapun dia berada tetap sebagai warna (Suryo Suradjijo,
1990;64).
Warna mempunyai daya tarik yang sensual yang akan menjadi rasa
nikmat bila terorganiser dengan baik. Oleh karena itu warna mayoritas
dipergunakan untuk menciptakan keindahan dalam seni rupa, khususnya
dalam seni lukis. Untuk dapat mengolah warna dengan baik kita harus
memilki pengetahuan dari teori-teori warna yang telah ditemukan, sebagai
pedoman untuk memudahkan dalam pengekspresian dan dapat menempatkan
25
warna tersebut dalam perwujudan sesuai dengan konsepsi yang akan
dikemukakan.
Warna dapat digunakan sampai pada kesesuaian seperti dengan
kenyataan, sebagaimana pada pelukis-pelukis realis atau naturalis. Namun
warna dapat juga dipergunakan tidak demi bentuk tetapi demi warna itu
sendiri, untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya
serta dapat dipergunakan untuk berbagai pengekspresikan (Fadjar Sidik, 1981
: 11).
E. Distorsi dan Deformasi
Dalam peristilahan di bidang seni rupa, pengubahan bentuk dibedakan
menjadi beberapa cara, antara lain adalah:
* Distorsi :
Yang dimaksud distorsi ialah pengubahan bentuk yang bertujuan uantuk
lebih menonjolkan karakter visual obyek, sehingga mendapatkan bentuk yang
sesuai dengan keinginan seniman dari betuk alam, atau untuk mendapatkan betuk
lain yang sesuai dengan konsep estetik seniman, sehingga sering nampak
berlebih-lebihan. Misalnya melebihkan ukuran, dan merubah bagian-bagian yang
dianggap dapat mendominasi bentuk keseluruhannya. Sunarto; dalam Buku
Pegangan Kuliah Studio Lukis I menyebutkan, pada dasarnya distorsi adalah
mengubah suatu bentuk dengan tujuan uantuk melebih-lebihkan warna dan obyek
sesungguhnya dan juga perbedaan-perbedaan yang bersifat tekstural atau kualitas
suatu permukaan tanpa meninggalkan karakter obyeknya (Sunarto, 1998 : 5).
26
* Deformasi :
Deformasi dipakai dalam istilah pengubahan bentuk yang tidak dapat
diklarifikasikan ke dalam distorsi. Tetapi dengan deformasi, bagaimanapun
bentuk yang diciptakan seniman, imaji penghayat masih dapat menangkap tema
alam di dalamnya. Misal pada bentuk patung geometris yang kaku dan karya
abstrak (Surya Suradjijo, 1994 : 80).
Download