RUMUSAN HASIL SIDANG KOMISI III RAKERNAS BKPRN TAHUN 2013 6 s.d. 8 November 2013 - Hotel Borobudur, Jakarta. Tema Komisi : Sinergi Kebijakan, Rencana, Dan Program Pembangunan Nasional Dan Daerah Pimpinan Sidang : Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, BAPPENAS Sekretaris : Kepala Bappeda Provinsi Maluku Hari/Tanggal : Kamis, 7 November 2013 Waktu : 13.30 – 16.00 WIB Tempat : Ruang Banda A, Hotel Borobudur Jakarta Notulis : Mia Amalia, Agung Dorodjatoen No. 1. Isu Strategis Kurang sinergisnya berbagai peraturan perundangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang Rumusan Hasil Sidang Komisi 1. Perlu ada penyesuaian kembali UU 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang 2. RTRW Provinsi dan Kab/Kota agar mengakomodir materi teknis rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) sehingga dapat ditetapkan menjadi satu Perda, termasuk di dalamnya rencana pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil dan laut sampai dengan 12 mil laut. 3. Seluruh peraturan perundangan sektoral yang mengindikasikan penggunaan ruang perlu mewajibkan pencantuman peta pada peraturan perundangan turunannya (misal: Perda). UU 41/2009 mengamanatkan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) ke dalam Perda, tapi tidak dicantumkan peta. Sementara itu LP2B harus jelas lokasinya. 4. BKPRN perlu memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam proses penyusunan Perda yang mengakomodasi hak ulayat BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL No. 2. Isu Strategis Belum terintegrasinya rencana pembangunan dengan rencana tata ruang 3. Isu-isu lainnya Rumusan Hasil Sidang Komisi 1. Indikasi program dalam RTR seringkali tidak diacu di dalam RPJP dan RPJM. Usulan solusi: penyusunan pedoman penyerasian antara kedua rencana, sesuai amanat PP 15/2010 pasal 102. Sebagai contoh: RPI2JM. Program pembangunan yang sesuai dengan indikasi program akan memudahkan evaluasi, pengendalian dan pengawasan. 2. Penyusunan RPJMD Provinsi dan Kab/Kota harus mengacu kepada RTRW Provinsi dan Kab/Kota. 3. Perlu penguatan kapasitas kelembagaan BKPRD, terutama dalam rangka proses persetujuan substansi RDTR yang didekonsentrasikan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi. 4. RTRW dengan RPJMN: perlu mekanisme penyerasian keduanya, misalnya melalui forum BKPRD atau melalui Musrenbang. 5. Perlu dikaitkan antara proses penganggaran dengan penyusunan rencana tata ruang. Misal: melalui program besar lintas sektor (perkotaan, pedesaan, P3KT, dlsb). 6. Untuk pembangunan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu, harus ada penganggaran di dalam RPJM Nasional. Demikian juga untuk pembangunan Kawasan Strategis Provinsi di dalam RPJM Provinsi. 7. Perlu ada percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Perda RZWP3K. Diusulkan batas waktu Holding Zone paling lama 5 (lima) tahun sejak rencana tata ruang ditetapkan dengan Perda. Pimpinan Sidang, Jakarta, November 2013 Sekretaris, TTD TTD (Dr. Ir. Max Hasudungan Pohan, CES, MA) Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas (Dr. Antonius Sihaloho) Kepala Bappeda Provinsi Maluku BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL