DAMPAK PELEMAHAN RUPIAH ATAS DOLLAR AMERIKA DAN DEVALUASI YUAN TIONGKOK TERHADAP IHSG DAN BEBERAPA INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Mochamad Taufiq1 dan Sam’ani2 STIE Dharmaputra Jl. Pamularsih Raya No. 16 Semarang 50148 Telp. 024-7601410 Email: [email protected] Email: [email protected] Sutopo3 STIE Dharmaputra Jl Pamularsih 16 Semarang Email: [email protected] Abstrak Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika terus melemah cukup tajam bahkan sampai dengan 15 Sept 2015 telah menembus angka Rp 14,371 per 1 Dollar Amerika. Semestinya kondisi ini dapat meningkatkan ekspor, namun yang terjadi nilai ekspor juga menurun dan defisit perdagangan semakin meningkat, hal ini mengindikasikan kondisi perekonomian yang tidak sehat,dan kondisi ini akan direfleksikan dalam pasar modal sebagai pergerakan indeks harga saham yang tidak menguntungkan. Penelitian ini menganalisis pengaruh pelemahan rupiah dan devaluasi yuan terhadap indeks harga saham di BEI. Sampel penelitian meliputi data kurs Dollar Amerika, kurs Yuan Tiongkok, IHSG, indeks harga saham manufaktur , perbankan dan LQ-45 dari tanggal 1 Juli hingga 15 September 2015. Analisis menggunakan metoda regresi berganda dengan hasil: 1) Kurs Dollar Amerika berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, deks harga saham manufaktur , perbankan dan LQ-45 2) Kurs Yuan Tiongkok tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, indeks harga saham manufaktur , perbankan dan LQ-45. Besarnya dampak pelemahan Rupiah terhadap indeks harga saham secara peringkat adalah pertama dampak pelemahan Rupiah terhadap IHSG (b = -0,336), kedua terhadap indeks manufaktur (b= -0,097), ketiga terhadap indeks LQ-45 (b= -0,062), dan keempat terhadap indeks perbankan (b= -0,034) Kata kunci : Kurs Dollar Amerika, kurs Yuan Tiongkok, IHSG, indeks harga saham manufaktur , perbankan dan LQ-45 . Abstract Rupiah exchange rate against the US dollar continues to weaken quite sharply even up to 15 Sept 2015 has already exceeded Rp14,371 per 1 US dollar. This condition should be able to increase exports, but that happens the value of exports also declined and the trade deficit is increasing, this indicates an unhealthy condition of the economy, and this will be reflected in the capital market as the movement of the stock price index unprofitable. This study analyzed the effect of the weakening rupiah and the devaluation of the yuan against the stock price index at IDX. The research sample includes a data rate of the US dollar, the Chinese Yuan exchange rate, composite stock price index, stock price index of manufacturing, banking and LQ-45 from 1 July to 15 September 2015. The analysis uses multiple regression method with the results: 1) Exchange rate US Dollar significant negative effect on composite stock price index, the stock price index of manufacturing, banking and LQ-45 2) Exchange rate Chinese Yuan no significant effect on composite stock price index, stock price index of manufacturing, banking and LQ-45. The magnitude of the impact of the weakening of the rupiah against the composite stock price index is ranked first (b= -0.336), second of the manufacturing index (b= -0.097), third of the LQ-45 index (b= -0.062), and fourth of the banking index (b= -0.034) Keyword: Exchange rate of the US dollar, the Chinese Yuan exchange rate, composite stock price index, stock price index of manufacturing, banking and LQ-45 kemudian diikuti 1. Latar Belakang Masalah Globalisasi dunia berdampak luas tidak hanya pada hubungan kawasan disebabkan negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini eratnya akibat hubungan perdagangan antar negara tetapi juga perdagangan antar negara di kawasan pada kondisi perekonomian negara - tersebut. Krisis ini memberi tekanan seluruh dunia.Adanya pada nilai mata uang Thailand ( Bath ) perubahan di suatu negara bisa negara di yang kemudian juga diikuti oleh berdampak pada negara lain. Sejarah melemahnya mata uang regional yang mencatat terjadinya krisis ekonomi di lain seperti Ringgit Malaysia , Dollar Indonesia Singapura, Peso Filipina, dan Rupiah. dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Pada Masa awal krisis melanda awalnya krisis ekonomi dialami oleh Indonesia, nilai mata uang Rupiah yang Thailand pada pertengahan tahun 1997, sebelumnya berkisar Rp. 2.000 per US $ 1 melemah hingga mencapai nilai di atas ini disebabkan adanya pelemahan mata Rp 10.000 per US $ 1, dan nilai Rupiah uang Rupiah atas Dollar Amerika. ini terus berfluktuasi Pelemahan mata uang dari bulan ke Rupiah terjadi bulan. Keadaan ini memberikan tekanan akibat tak langsung adanya kebijakan yang sangat kuat bagi perekonomian devaluasi Yuan oleh pemerintah Tiongkok Indonesia. Dampak yang sangat besar pada 11 Agustus 2015. Sebelum devaluasi dirasakan oleh para pelaku bisnis yang 1 Dollar Amerika senilai 6,229 namun selama ini sangat tergantung pada mata setelah devaluasi uang asing. Hal ini dapat dilihat dari senilai 6,450 Yuan. Penurunan nilai yuan menurunnya atas Dollar Amerika juga menyeret nilai Indeks Harga Gabungan (IHSG) secra Saham tajam dari 1 Dollar Amerika mata uang negara Asia lainnya, seperti bulan ke bulan yaitu dari angka tertinggi ringgit 785 pada pertengahan tahun 1997 menyentuh titik terendah sejak 17 tahun menurun lalu menjadi 339 pada 15 Malaysia (CNN dan rupiah Indonesia, yang 13/08/2015). Desember 1997 dan terus menurun Dampak terparah atas devaluasi Yuan menjadi 275 pada 25 September 1998 adalah negara Kazakhstan dan 10 (Prabowo, 2008). Kondisi ini terus negara lain bekas Uni Soviet di Asia berlanjut menyebabkan Tengah . Sebab, negara – negara terjadinya kerugian yang besar hingga tersebut tak hanya kena efek devaluasi kebangkrutan juga sehingga banyak perusahaan. harus menghadapi pelemahan Bahkan secara tak langsung krisis Rubel Rusia (Tribunnews. Com, ekonomi ini mengakibatkan jatuhnya /2015 ). pemerintahan presiden Suharto pada pertengahan tahun 1998. Pada tahun 2015 ini pemerintahan Presiden menyatakan 20/08 Adanya pelemahan mata uang Rupiah atas Dollar Amerika.tersebut sekarang membuat para pelaku bisnis sangat Jokowi mempertimbangkan risiko nilai tukar. bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Hal Risiko ini timbul akibat adanya ketidakpastian akan besarnya nilai tukar mata uang asing sehingga dengan analisis regresi tersebut dirancang berfluktuasinya nilai tukar tersebut untuk maka akan dapat mempengaruhi kinerja nilai tukar secara individual memiliki perusahaan (Kuncoro, 2001). Telah pengaruh terhadap perubahan harga banyak ditemukan metode peramalan saham perusahaan. nilai tukar akan tetapi besar pula Banyak kemungkinannya prediksi menentukan apakah perubahan penelitian mengenai didapatkan hasil pengaruh fluktuasi nilai tukar / kurs tidak tepat. terhadap yang harga saham telah dilakukan Ketidaktepatan hasil prediksi ini terjadi dengan karena Penelitian yang dilakukan oleh Abdalla banyaknya faktor yang mempengaruhi nilai tukar itu sendiri & sehingga tidak hasil Murinde yang (1997) berbeda-beda.. menunjukkan mudah bagi adanya pengaruh negatif dan signifikan metode-metode peramalan untuk fluktuasi nilai tukar terhadap harga memasukkannya dalam perhitungan saham perusahaan – perusahaan di India mengingat tidak semua faktor dapat , Pakistan, Korea dikuantifikasikan. Kemudian Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan Wu dan Filipina. (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kurs dalam berpengaruh negatif dan signifikan mengantisipasi risiko akibat adanya terhadap harga saham di Singapura. ketidakpastian adalah dengan mengukur Demikian juga penelitian Chan et al seberapa besar perusahaan trepengaruh (2002) oleh kondisi ketidakpastian tersebut berpengaruh negatif dan signifikan melalui pengukuran yang menggunakan terhadap harga saham industri farmasi metode analisis regresi. Analisis di Amerika. Sebaliknya hasil penelitian regresi ini akan mengukur seberapa Thobarry (2009) menunjukkan bahwa besar perubahan nilai tukar terhadap variabel nilai tukar memiliki pengaruh perubahan harga saham perusahaan. positif dan signifikan (Kuncoro, 2001). Jadi, dalam hal ini harga saham sektor property di Bursa menunjukkan bahwa kurs terhadap indeks Efek Indonesia ( BEI). Hasil penelitian Menurut Basri (2002) , Hua (2010) juga menunjukkan bahwa satu adanya korelasi atau hubungan yang menghadang gerak maju perekonomian kuat dan signifikan antara kurs harga Indonesia saham perusahaan di China. kepercayaan (trust) merintah terhadap Hasil penelitian yang berbeda akar masalahan salah utama yang adalah merosotnya pemerintah. Variabel yang paling ditemukan oleh Jorion (1990) yang sensitif terhadap hal ini adalah nilai mengindikasikan tukar kurs tidak rupiah dan IHSG. Maka tidak berpengaruh signifikan terhadap harga mengherankan jika hingga saat saham perusahaan multinasional di variabel tersebut menjadi pusat perhatian. Amerika. Demikian juga penelitian Berikut Nasir perkembangan nilai kurs, IHSG, Indeks & menemukan Mirza (2013) bahwa yang kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap return Harga ini ditampilkan Saham Sektoral ( ini data industri manufaktur dan perbankan), serta LQ 45. saham industri perbankan di BEI. Tabel 1 : Perkembangan Kurs Dan Indeks Harga Saham Di BEI (Juli-September 2015) Bulan Kurs Kurs IHSG Manufaktur Perbankan LQ 45 Dollar Yuan 13.481 2.204 4.802,53 1.212,83 676,85 813,09 Juli Agustus 14.027 2.195 4.509,61 1.124,47 673,34 757,07 September (tanggal 15) 14.371 2.257 4.347,16 1.114,72 632,24 732,62 Sumber : IDX dan bi go.id, 2015 Tabel di atas menununjukkan adanya manufaktur kenaikan kurs (Rupiah terhadap Dollar indeks harga saham unggulan LQ 45. Amerika kurun dan Yuan Tiongkok ) dalam waktu 1 Juli hingga 15 dan perbankan serta Mengacu pada uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian September 2015 berdampak terhadap mengenai kurs (Rupiah terhadap Dollar penurunan IHSG, indeks harga saham dan Yuan ) dan dampaknya terhadap IHSG, indeks harga saham manufaktur umum dan perbankan) serta saham unggulan eksposur ekonomi adalah: LQ 45 dan judul penelitian yang a. Penjualan lokal (dibanding produk diambil adalah :” Dampak Pelemahan Rupiah Atas Dollar Amerika Devaluasi Dan Yuan Tiongkok Terhadap IHSG Dan Beberapa Indeks Saham Di Bursa Efek Indonesia “ yang merupakan subyek luar negeri dalam pasar lokal) b. Ekspor perusahaan yang didominasi dalam valuta lokal c. Ekspor perusahaan yang didominasi dalam valuta asing d. Suku bunga yang diterima dari investasi asing e. Bahan baku impor perusahaan yang 2. Landasan Teori didominasi dalam valuta lokal 2.1. Eksposur Ekonomi Menurut Madura (1989) dalam Kuncoro (2001) menyatakan bahwa dalam present value dari arus kas masa depan sebuah perusahaan yang f. Bahan baku impor perusahaan yang didominasi dalam valuta asing g. Suku bunga yang terhutang dari dana luar negeri yang dipinjam dipengaruhi oleh fluktuasi nilal tukar yang disebut dengan eksposur Shapiro ( 1992) dalam Kuncoro (2001) menyimpulkan bahwa ekonomi (economic exposure) terhadap determinan utama dari risiko nilai tukar nilai sebuah perusahaan multinasional adalah tukar. Sebagaimana telah disinggung di atas, eksposur ekonomi proporsi penjualan mengukur seberapa jauh nilai sekarang intensitas kompetisi dari aliran kas di masa mendatang tingkat substitusi faktor-faktor produksi dipengaruhi oleh fluktuasi valuta asing dalam (valas ). Akan tetapi pengaruh fluktuasi perusahaan nilai sebuah memiliki penjualan di luar negeri atau perusahaan tidak selalu disebabkan oleh bahkan investasi langsung di luar negeri tukar atas arus kas transaksi valuta. Beberapa variabel dan luar luar negeri, domestik, dan negeri. Sebuah multinasional yang oleh karenanya akan sangat terekspos didefinisikan oleh risiko nilai tukar ini. persamaan regresi yang menhubungkan Eksposur ekonomi ini tidak hanya mempengaruhi sebagai lereng dari perubahan dalam nilai mata uang perusahaan domestik riil dan asset, kewajiban atau Perusahaan pendapatan operasi terhadap perubahan domestik murni juga dapat dipengaruhi kurs yang tak terantisipasi. Hal ini oleh eksposur ini. Hal ini bisa terjadi menunjukkan pengukuran eksposur bisa jika perusahaan-perusahaan asing ikut dilakukan dengan analisis regresi. multinasional saja. beroperasi dalam pasar domestik karena perusahaan lokal harus bersaiang 2.2. Nilai Tukar (Kurs) dengan perusahaan asing tersebut dalam Nilai tukar (kurs) adalah harga merebut pasar. Jika mata uang asing dalam negeri dari uang luar negeri mengalami depresiasi maka perusahaan (asing). Suatu kenaikan kurs tukar asing dapat menjual produknya dengan disebut depresiasi atau pengurangan harga yang lebih rendah dari pada nilai mata uang dalam negeri dalam perusahaan itulah hubungannya dengan mata uang asing, perusahaan domestik dalam kasus ini sedangkan penurunan kurs tukar disebut secara apresiasi atau kenaikan nilai mata uang tidak lokal. Karena langsung menghadapi eksposur ekonomi. dalam negeri dalam hubungannya a. Pengukuran Eksposur Ekonomi dengan mata uang asing. (Siamat, Pengukuran eksposur ekonomi 1999). Kebijakan nilai tukar mata uang menurut Kuncoro (2001 ) secara umum besar pengaruhnya terhadap kegiatan dapat dilakukan dengan dua metode, transaksi yaitu (1) sensitivitas penerimaan dan perusahaan yang biaya terhadap pergerakan kurs, (2) impor dan yang berorientasi pada pasar analisis regresi terhadap data aliran kas luar negeri . Hal ini dapat terjadi karena dari kurs. Levi (2000) mengemukakan besarnya bahwa eksposur valuta asing dapat mempengaruhi perusahaan. terutama tergantung pada nilai harga tukar barang akan yang diperdagangkan, sekaligus berpengaruh dengan mata uang negara lain adalah terhadap besarnya investasi. tingkat infllasi. Ada beberapa faktor yang c. Tingkat Bunga dapat menentukan besarnya nilai tukar Faktor ketiga yang berpengaruh yaitu transaksi ekspor dan impor, terhadap nilai tukar adalah tingkat tingkat inflasi, tingkat bunga dan bunga . Tingkat bunga deposito secara harapan pasar . Berikut ini akan teoritis dijelaskan keempat faktor penentu nilai keuntungan riil ditambah dengan tukar. tingkat keuntungan premi resiko. a. Transaksi Ekspor dan Impor Yang dimaksud dengan hal premi mencerminkan Faktor pertama adalah transaksi ekspor risiko dan impor antar negara. Seperti halnya untuk menutup resiko seperti halnya komoditi lainnya, mata uang pada risiko inflasi, risiko likuiditas dan dasarnya dapat dianggap resiko – resiko lainya. komoditi selain alat sebagai adalah tingkat tingkat keuntungan pembayaran. Dengan demikian harga atau daya beli atau nilai tukar satu mata uang terhadap d. Harapan Pasar mata uang negara lain ditentukan oleh Faktor keempat adalah pengharapan hukum kekuatan pasar atau market expectation atau permintaan dan penawaran. Oleh sebab kondisi pasar di masa datang . itu perlu untuk memahami faktor apa Apabila pasar berpengharapan inflasi yang mempengaruhi permintaan dan akan tinggi di masa datang, maka penawaran pemilik pasar melalui satu mata uang. modal akan segera (Sartono,2001). membelanjakan uangnya baik untuk b. Tingkat Inflasi barang – barang yang diperkirakan Faktor kedua yang mempengarui akan mengalami kenaikan harga nilai tukar mata uang suatu negara ataupun untuk dibelanjakan / ditukarkan dalam bentuk mata uang tetap yang dibayarkan setiap kuartal dan lain yang nilainya stabil. dinyatakan dalam bentuk rupiah atau prosentase 2.3. Saham Dan Indeks Saham saham (stocks) adaah surat bukti atau tanda kepemilikan bagi modal pada suatu perusahaan terbatas. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah, selembar yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa penyertaan yang ditanamkan besar di perusahaan tersebut (Darmajdi , 2001) Jenis saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa (common stocks), didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau badan pemilihan dalam seseorang suatu nilai nominal saham ( Sunariyah , 2004). Menurut Sunariyah ( 2004), kertas terhadap atau perusahaan. Saham preferen (preferred stocks), didefinisikan saham yang memberikan pendapatan tetap dalam bentuk deviden a. Indek Harga Saham Gabungan Bila saham perusahaan telah dicatatkan di bursa efek, maka saham tersebut dengan sendirinya akan menjadi perhatian bagi para pelaku pasar modal, terjadinya transaksi jual beli dan naik turunnya harga akan menyemarakkan kegiatan pasar modal. Berbagai media akan melaksanakan pemantauan terhadap saham tersebut dan juga memuat berita tentang indeks harga yang terjadi. Selain harga saham suatu perusahaan tertentu, salah satu hal lain yang menjadi perhatian pelaku pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG menggambarkan suatu rangkain informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan di bursa efek pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu . IHSG mencerminkan Selain IHSG di Bursa Efek suatu nilai yang berfungsi sebagai Jakarta ( BEJ) terdapat 4 jenis indeks pengukuran lainnya yaitu ( Darmadji, 2001 ) : kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari 1) Indeks Harga Saham Individual gabungan itu sendiri adalah kinerja (IHSI), menggunakan indeks harga saham masing-masing yang dimasukkan dalan saham terhadap perhitungan lebih dari satu, bahkan harga dasarnya. Perhitungan Indeks seluruh saham yang tercatat di bursa ini efek tersebut ( Sunariyah , 2004). Indeks sama dengan IHSG, yaitu Harga Harga Saham Gabungan atau IHSG Pasar/Harga (Composite Index), BEJ memberi angka dasar IHSI 100 menggunakan semua saham yang tercatat ketika saham diluncurkan pada pasar sebagai komponen penghitungan indeks. perdana dan berubah sesuai dengan Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan perubahan pasar. Stock Price sebagai hari dasar (nilai Indeks = 100). Indeks harga saham setiap hari menggunakan 2) Indeks prinsip Dasar Harga yang x Saham 100. Sektoral, menggunakan semua saham yang dihitung menggunakan harga saham termasuk terakhir yang terjadi di bursa. Dua sektor yang meliputi: macam indeks yang digunakan di Bursa a) Sektor-sektor primer (ekstraktif) Efek Jakarta adalah Indeks Harga : dalam masing-masing Pertanian dan Pertambangan Saham Individual yang menerminkan b) Sektor-sektor sekunder (industri perkembangan harga suatu saham dan manufaktur) : Industri Dasar dan Indeks Harga Saham Gabungan yang Kimia, mencerminkan Industri Barang Konsumsi perkembangan pasar secara keseluruhan. Harga saham yang digunakan dalam perhitungan indeks Aneka Industri dan c) Sektor-sektor Tersier (jasa) : Properti dan Real Estate, Transportasi dan Infranstruktur , b. Indeks Harga Saham Lainnya Keuangan serta Perdagangan, Jasa dan Investasi a) Usaha perjudian dan permainan yang 3) Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b) Usaha lembaga keuangan likuiditas perdagangan saham dan konvensional (ribawi) termasuk disesuaikan perbankan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham dan asuransi konvensional. c) Usaha yang memproduksi, yang terdapat dalam indeks tersebut mendistribusi akan selalu berubah. memperdagangkan makanan dan 4) Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks serta minuman yang tergolong haram. 1) Usaha yang memproduksi, terakhir yang dikembangkan oleh mendistribusi dan/atau BEJ bekerja sama dengan Danareksa menyediakan barang-barang Investment Management. Indeks ini ataupun merupakan indeks moral dan bersifat mudarat. mengakomodasi syariat dalam Islam atau yang investasi indeks yang jasa yang merusak c. Faktor Penentu Harga Saham Ada beberapa variabel kata mempengaruhi harga saham antara lain dimasukkan dalam indeks saham-saham ini yang yang atau berdasarkan syariah Islam. Dengan lain, ekonomi faktor dapat (Sunariyah, 2004) : memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah 1) Pertumbuhan GDP emiten yang kegiatan usahanya tidak Meningkatnya GDP atau PDB akan bertentangan dengan syariah seperti : berengaruh positif terhadap pendapatan konsumen karena dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan, hal ini akan (ceteris paribus) maka profitabilitas memberikan optimisme yang tinggi perusahaan akan menurun. Tingkat dan juga memacu sentimen pasar bunga yang tinggi adalah signal sehingga mempunyai pengaruh yang negatif bagi harga saham. positif terhadap pasar saham /ekuitas 2) Pertumbuhan Produksi Industri 5) Nilai Tukar Menurunya kurs dapat meningkatkan Naiknya indeks produksi yang terus biaya menerus, menunjukkan suatu tanda meningkatkan suku bunga walaupun kekuatan, sehingga akan dapat meningkatkan nilai ekspor. memberikan pengaruh positif Menurunnya kurs rupiah terhadap terhadap pasar bahan baku dan mata uang asing memiliki pengaruh 3) Inflasi Inflasi impor negatif terhadap ekonomi dan pasar yang tinggi menyebabkan modal menurunnya profitabilitas suatu perusahaan sehingga akan Meningkatnya pengangguran berarti menurunkan pembagian deviden dan bisnis mulai melemah, berarti dunia daya beli masyarakat juga akan usaha menjadi kurang menarik bagi menurun. Sehingga inflasi yang tinggi investor, sehingga berdampak negatif mempunyai hubungan negatif dengan terhadap harga saham. pasar ekuitas. 6) Pengangguran 7) Anggaran defisit 4) Tingkat Bunga Anggaran defisit mendorong Meningkatnya tingkat bunga akan konsumsi dan investasi pemerintah meningkatkan harga kapital sehingga sehingga memperbesar perusahaah, permintaan perpindahan perusahaan. sehingga biaya terjadi investasi dari saham ke deposito atau fixed investasi lainnya. Apabila faktor-faktor lainnya dianggap tetap dapat meningkatkan terhadap produk Selain indikator-indikator di atas ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu bursa-bursa internasional utamanya adalah Amerika Serikat yang mempunyai industri pasar modal Penelitian mengenai pengaruh nilai tukar / kurs terhadap harga saham terbesar di dunia, sehingga dijadikan telah dilakukan oleh peneliti sebagai indikator perkembangan bursa sebelumnya baik dari luar maupun negara – negara lain. dalam 2.4. Penelitian Terdahulu menunjukkan peneliti terdahulu. negeri. Tabel berikut ini Tabel 2. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Jorion (1990) Abdalla & Murinde (1997) Wu (2001) Judul Penelitian Hasil Penelitian On Jump Processes in the Foreign Exchange and Stock Markets. Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan multinasional di Amerika Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan di India , Pakistan, Korea dan Filipina Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham di Singapura Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham industri farmasi di Amerika Nilai tukar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor property di Bursa Efek Indonesia Adanya korelasi atau hubungan yang kuat dan signifikan antara kurs harga saham perusahaan di China Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham industri perbankan di BEI Exchange Rate and Stock Price Interactions In Emerging Financial Markets: Evidence on India, Korea, Pakistan and the Philippines. Exchange rates, stock prices, and money markets: Evidence from Singapore Chan et al (2002) Foreign exchange risk and firm value: an analysis of US pharmaceutical firms Thobarry (2009) Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Periode Pengamatan Tahun 2000-2008) Dynamic relationship between exchange rate and stock price: Evidence from China. Hua (2010) Nasir (2013) & Mirza Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2.5. Kerangka Pikir Kerangka pikir dipahami kerangka pikir dilengkapi dalam suatu penelitian karena berguna dengan gambar untuk Adapun Kerangka menjelaskan pembahasan penelitian diperlukan arah dari yang akan penelitian dilaksanakan. Agar lebih mudah Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika (X1) ini (secara grafis). pikir dalam dapat dilihat pada gambar berikut ini. H1 (a-d) Indeks Harga Saham Di BEI (Ya-d) Kurs Rupiah Terhadap Yuan Tiongkok (X2) H2 (a-d) Gambar 1. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika dan Yuan Tiongkok Terhadap Indeks Harga Saham Di BEI H1a: Kurs Dollar Amerika berpengaruh 2.6.Hipotesis Berdasarkan landasan teori ysng telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang deiajukan dalam penelitian ini adalah : terhadap IHSG H2a: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap IHSG H1b: Kurs Dollar Amerika berpengaruh 2) Devaluasi Yuan Tiongkok yang terhadap indeks harga saham diproksikn manufaktur terhadap Yuan Tiongkok (X2) H2b: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks harga saham manufaktur dengan kurs Rupiah b. Variabel terikat meliputi : 1) IHSG (Ya) 2) Indeks saham manufaktur (Yb) H1c: Kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap indeks harga saham 3) Indeks saham perbankan (Yc) 4) Indeks saham LQ 45 (Yd) perbankan H2c: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks harga saham perbankan penelitian ini adalah data sekunder yang H1d: Kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap indeks harga saham LQ 45 harga saham LQ 45 3. Metode Penelitian 3.1. Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas : 1) Pelemahan rupiah yang diproksikn dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1) berupa data kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, kurs Rupiah terhadap Yuan Tiongkok Amerika, Indeks Harga Saham H2d: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks 3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam Gabungan (IHSG) , Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) yaitu industri manufaktur dan perbankan serta indeks harga saham LQ 45 dari September tanggal 1 Juli hingga 15 2015 . Data tersebut diperoleh dari yang Jakarta Stock Exchange ( JSX Daily ). Data sekunder lainnya adalah data harian atau kurs tengah Rupiah terhadap Dollar Amerika dan Rupiah terhadap Yuan Tiongkok diperoleh dari (www.bi.go.id). data yang laporan Bank Indonesia Metode pengumpulan dilakukan dengan metode studi pustaka / dokumentasi pengumpulan data kepustakaan yaitu cara yang berasal dari / buku ataupun dokumen a. Uji Asumsi Klasik Asumsi-asumsi yang dalam uji asumsi klasik ( Marzuki,2002). Ghozali (2011) meliputi : 3.3.Populasi Dan Sampel 1) Uji Normalitas Populasi penelitian yang ini diamati adalah dalam seluruh data digunakan menurut Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi sekunder yang berupa data kurs Rupiah variabel pengganggu atau residual terhadap Dollar Amerika, berdistribusi kurs Rupiah normal. Cara terhadap Yuan Tiongkok Amerika, Indeks mendeteksi yaitu dengan melihat Harga Saham Gabungan (IHSG) , Indeks penyebaran titik-titik disekitar garis Harga Saham industri manufaktur dan lurus diagonal pada grafik Normal perbankan serta indeks harga saham LQ P-P Plot. Agar lebih meyakinkan 45. Sedangkan sampelnya adalah sebagian maka dari populasi yaitu data harian dari normalitas tanggal 1 Juli hingga 15 September 2015 lainnya yaitu uji ( 50 data amatan). Jumlah sampel tersebut Smirnov. Jika angka signifikansi dianggap Kolmogorov-Smirnov lebih besar Bailey memadai sesuai pendapat bahwa menggunakan penelitian analisis data yang statistik, dianjurkan melengkapi uji dengan uji statistik Kolmogorov- dari = 0,05 maka distribusi residual berdistribusi normal, ukuran sampel yang digunakan minimal sebaliknya bila adalah 30 ( Iqbal , 2002 ). sama dengan = 0,05 maka 3.4. Metode Analisis Data distribusi residual berdistribusi tidak Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2) Uji Multikolonieritas Uji uji untuk menguji sebagai berikut : analisis regresi ganda atau normal. uji asumsi klasik, uji kelayakan model, hipotesis, lebih kecil multikolonieritas bertujuan apakah model regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Uji Model regersi yag baik seharusnya menguji apakah dalam tidak terjadi korelasi antar variabel regresi terjadi ketidaksamaan bebas. Pengujian multikoleniaritas variance dalam penelitian ini akan dilihat dari pengamatan ke pengamatan yang nilai VIF dan tolerance, bila nilai lain. Cara yang digunakan dalam VIF kurang dari 10 dan nilai penelitian ini untuk melihat ada tolerance lebih dari 0,10 maka tidaknya heterokedastisitas adalah dari dengan melihat grafik Scatterplot. model regresi bebas multikoleniaritas. heterokedastisitas Dasar dari analisis bertujuan residual yang model suatu digunakan adalah jika titik – titik menyebar 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji secara acak di atas dan di bawah apakah dalam model regeresi linier angka 0 sumbu Y maka ada disimpulkan bahwa korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode (t) heterokedastisitas dengan periode sebelumnya regresi. (t-1). Jika ada korelasi maka terdapat dapat tidak terjadi pada model b. Uji Kelayakan Model problem autokorelasi. Cara menguji Uji kelayakan model diginakan untuk asumsi autokorelasi yaitu dengan uji mengukur ketepatan fungsi regresi dalam Durbin-Watson (DW), menaksir nilai aktual. Goodness of fit jika angka DW lebih rendah dari pada batas test menurut Ghozali (2011) meliputi : bawah atau lowerbound (dl), maka 1) Koefisien Determinasi koefisien autokorelasi lebih besar dari Koefisien Determinasi (R2) pada pada nol, berarti ada autokorelasi intinuya mengukur seberapa jauh positif. Sedangkan jika DU < DW < kemampuan 4 - DU maka tidak terjadi masalah menerangkan autokorelasi antar residual. dependen. Agar diperoleh hasil yang 4) Uji Heterokedastisitas model variasi dalam variabel baik banyak peneliti menganjurkan Kurs tidak berpengaruh terhadap menggunakan adjusted R2. indeks harga saham di BEI - Ha : β 0 : 2) Uji F (F Test) Uji F digunakan untuk mengetahui Kurs berpengaruh terhadap indeks apakah variabel bebas berpengaruh harga saham di BEI secara simultan atau bersama-sama Kriteria yang digunakan : terhadap variabel terikat. a) Kalau + t hitung > + t tabel Ho Kriteria yang digunakan : ditolak dan kalau + t hitung < + t a) Jika nilai F hitung > F tabel , tabel maka Ho diterima maka signifikan. dan jika nilai F hitung < b) Kalau - t hitung < - t tabel Ho F tabel, maka tidak ditolak dan kalau - t hitung > - t signifikan. tabel maka Ho diterima b) Jika angka signifikansi < = c) Jika angka signifikansi < = 0,05, maka signifikan. dan jika 0,05, maka Ho ditolak dan jika angka signifikansi > 0,05, maka angka signifikansi > 0,05, maka tidak signifikan. Ho diterima 3) Uji Hipotesis Individual (t Test) 4) Analisis Regresi Ganda Uji hipotesis individual yaitu untuk Analisis menguji hipotesis pengaruh secara mengenai ketergantungan variabel individual terikat variabel bebas yang regresi adalah studi dengan satu atau lebih terdapat dalam persamaan regresi variabel terhadap nilai variabel terikat. untuk mengestimasi dan / atau Adapun hipotesis dalam penelitian mempredilsi rata-rata populasi atau ini yaitu : nilai bebas rata-rata dengan variabel tujuan terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang diketahui - Ho : β = 0 : (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi ganda : Y (a-d) = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan: Data yang dikaji dalam penelitian ini meliputi data kurs Rupiah terhadap Ya= Indeks Harga Saham Gabungan Yb= Indeks harga saham industri manufaktur Yc= Indeks harga saham industri perbankan Yd= Indeks harga saham LQ 45 X1= Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika X2= Kurs Rupiah terhadap Yuan Tiongkok b = Koefisien Regresi e = error Dollar Amerika, kurs Rupiah terhadap Yuan Tiongkok Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) , Indeks Harga Saham industri manufaktur dan perbankan serta indeks harga saham LQ 45. Berikut ini disajikan deskripsi data tersebut. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian a. Data Deskriptif Tabel 3. Data Deskriptif N Kurs Dollar (X1) Kurs Yuan (X2) IHSG (Ya) Saham Manu (Yb) Saham Bank (c) LQ 45 (Yd) Valid N (listwise) Minimum 50 50 50 50 50 50 50 13304.00 2148.00 4163.57 1023.81 599.56 692.20 Maximum 14371.00 2257.00 4982.91 1257.47 713.59 857.04 Mean Std. Deviation 13728.86 2197.84 4623.32 1157.36 668.88 784.58 361.28 26.17 239.75 63.97 29.26 45.56 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa : 1) Kurs Dollar terendah Rp 13.304 tertinggi Rp 14.371 dan rata-rata Rp 13.728,86 dengan standar deviasi Rp 361,28 2) Kurs Yuan terendah Rp 2.148 tertinggi Rp 2.257 dan rata-rata Rp 2.197,84 dengan standar deviasi Rp 25,17 3) IHSG terendah 4.163,57 tertinggi 4982.91 dan rata-rata b. Analisis Statistik 4623.32 dengan standar d ini meliputi uji asumsi klasik, uji e Model VIF Kesimpulan Regresi 1 Toler ance 0,705 v 1,418 i Regresi 2 0,705 1,418 a Regresi 3 0,705 1,418 s Regresi 4 0,705 1,418 Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas i 239.75 4) Harga saham manufaktur terendah 1.157,36 dengan standar deviasi 63.97 5) Harga saham perbankan kelayakan model, uji hipotesis dan analisis regresi berganda. 1) Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hasil sebagai berikut: 1023,81 tertinggi 1257.47dan rata-rata terendah 599,56 tertinggi 713,59 dan rata-rata 668,88 dengan standar deviasi 29,26 6) Harga saham LQ 45 terendah 692,20 tertinggi 857,04 dan rata-rata Rp 784,58 dengan standar deviasi 45,56 b) Analisis statistik dalam penelitian Uji Multikolonieritas Hasil pengujian ini adalah sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Multikolonieritas Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Model Prob Kesimpulan K-S Regresi 1 0,251 Berdisribusi Normal Regresi 2 0,632 Berdisribusi Normal Regresi 3 0,590 Berdisribusi Normal Regresi 4 0,439 Berdisribusi Normal Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini berdisribusi normal. Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 tidak terjadi multikolonieritas atau Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi model regresi dalam penelitian ini antar variabel bebas terjadi autokorelai positif d) Uji Heteroskedastisitas c) Uji Autokorelasi Hasil pengujian ini adalah sebagai Hasil olah data (print berikut: menunjukkan bahwa semua grafik Model Regresi 1 T Nilai D-W 0,840 aRegresi 2 0,905 bRegresi 3 0,659 eRegresi 4 0,835 Scatterplot Kesimpulan Autokorelai positif Autokorelai positif Autokorelai positif Autokorelai positif l out) SPSS memperlihatkan adanya titik – titik yang menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. 2) Uji Kelayakan Model 6. Hasil Uji Autokorelasi Hasil pengujian ini berdasarkan pada Model Regresi 1 Regresi 2 Regresi 3 Regresi 4 Ajusted R2 0,428 F hitung 19,339 Sig. 0,000 0,373 15,560 0,000 0,302 11,603 0,000 0,406 17,652 0,000 Kesimpulan Model layak Model layak Model layak Model layak tabel berikut ini: Tabel 7. Hasil Uji Kelayakan Model Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa : a) Nilai Ajusted R2 pada model regresi variabel 1 menunjukkan terikat IHSG bahwa dapat dijelaskan oleh variabel kurs Dollar Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah) sebesar 42,8 % sedangkan yang 57,2 % dijelaskan faktor di luar model. Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 b) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 2 menunjukkan bahwa variabel terikat indeks harga saham manufaktur dapat dijelaskan oleh variabel kurs Dollar Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah) sebesar 37,3 % sedangkan yang 66,7 % dijelaskan faktor di luar model. c) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 3 menunjukkan bahwa variabel terikat indeks harga saham perbankan dapat dijelaskan oleh variabel kurs Dollar Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah) sebesar 30,2 % sedangkan yang 69,8 % dijelaskan faktor di luar model. d) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 4 menunjukkan bahwa variabel terikat Tabel di atas menunjukkan bahwa : a) Nilai t hitung variabel X1 dari model regresi 1 sampai dengan 4 lebih kecil dari t tabel = -2,021 dan angka probabilita (sig.) < α =0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa : i. H1a bahwa kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap IHSG diterima ii. H1b bahwa kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap indeks harga saham manufaktur diterima iii. H1c bahwa kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap indeks indeks harga saham LQ 45 dapat dijelaskan oleh variabel kurs Dollar harga saham perbankan diterima Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah) iv.H1d bahwa kurs Dollar Amerika sebesar 40,6 % sedangkan yang 59,4 berpengaruh terhadap indeks % dijelaskan faktor di luar model. harga saham LQ 45 diterima a) Uji Hipotesis Hasil pengujian ini berdasarkan pada b) Nilai t hitung variabel X2 dari model regresi 1 sampai dengan 4 lebih besar tabel berikut ini: dari t tabel = -2,021 dan angka Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Model Regresi 1 Regresi 2 Regresi 3 Regresi 4 Var. Bebas X1 X2 X1 X2 X1 X2 X1 X2 t hitung -4,846 -0,645 -5,001 0,639 -3,635 -0,682 -4,646 -0,589 Sig. Keterangan 0,000 0,522 0,000 0,526 0,001 0,499 0,000 0,559 Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan probabilita (sig.) > α =0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa : i. H2a bahwa kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap IHSG tidak diterima ii. H2b bahwa kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks harga signifikan maka tidak dapat dilakukan interpretasi. saham manufaktur tidak diterima iii. H2c bahwa kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks harga saham perbankan tidak diterima i. Koefisien regresi b1=-0,097, dapat iv. H2d bahwa kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap indeks harga saham LQ 45 tidak diterima diinterpretasikan bahwa kenaikan Rp kurs 1,- setiap akan menurunkan IHSG sebesar 0,097 4) Analisis Regresi ii. Koefisien regresi b2 = 0,210 Hasil analisis regresi berdasarkan pada (tidak signifikan), karena tidak tabel berikut ini: signifikan Tabel 9. Koefisien Regresi Model b)Model Regresi 2 : Koef Regresi Regresi 1 10.915,564 b1= -0,336 b2= -0,760 Regresi 2 2.028,503 b1= -0,097 b2= 0,210 Regresi 3 1.374,567 b1= -0,034 b2= -0,108 Regresi 4 1.939,703 b1= -0,062 b2= -0,135 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 tabel Keterangan Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan Signifikan Tak signifikan di atas dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut : dapat c) Model Regresi 3 : i. Koefisien regresi b1=-0,034, dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan Rp kurs 1,- setiap akan menurunkan IHSG sebesar 0,034 ii. Koefisien regresi b2 = -0,108 (tidak signifikan), karena tidak signifikan maka tidak dapat dilakukan interpretasi. a) Model Regresi 1 : i. Koefisien regresi b1=-0,336, dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan Rp kurs tidak dilakukan interpretasi. Konstanta Berdasarkan maka 1,- setiap akan menurunkan IHSG sebesar 0,336 ii. Koefisien regresi b2 = -0,760 (tidak signifikan), karena tidak d)Model Regresi 4 : i. Koefisien regresi b1= -0,062, dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan kurs Rp 1,- akan menurunkan IHSG sebesar 0,336 ii. Koefisien regresi b2 = -0,135 berdampak negatif terhadap harga sahan (tidak signifikan), karena tidak keempat indeks tersebut. signifikan sejalan dengan peneltian maka tidak dapat dilakukan interpretasi. Penelitian ini Abdalla & Murinde (1997) bahwa fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatih terhadap harga Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa besarnya dampak saham perusahaan – perusahaan di India , dan Filipina. Juga pelemahan Rupiah (naiknya kurs Rupiah sejalan dengan penelitian Wu (2001) atas Dollar Amerika) terhadap bahwa kurs berpengaruh negatif dan indeks Pakistan, Korea harga saham berdasarkan peringkat adalah signifikan pertama Rupiah Singapura. Juga sejaln dengan penelitian terhadap IHSG (b = -0,336), kedua Chan et al (2002) menunjukkan bahwa terhadap indeks harga saham manufaktur kurs berpengaruh negatif dan signifikan (b= -0,097), ketiga terhadap indeks harga terhadap harga saham industri farmasi di saham LQ 45 (b= -0,062), dan keempat Amerika. Namun hasil penelitin ini tidak terhadap indeks harga saham perbankan sejalan (b= -0,034), (2009) dampak pelemahan terhadap dengan harga penelitian saham di Thobarry menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif dan 4.2. Pembahasan Hasil penelitian signifikan menunjukkan bahwa kurs Dollar Amerika ( terhadap sektor property di Bursa Efek Indonesia ( BEI). Rupiah) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, indeks harga saham manufaktur, perbankan dan LQ 45, sehingga hipotesis H1a, H1b, H1c dan H1d diterima. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan kurs Dollar Amerika (pelemahan Rupiah) akan terhadap indeks harga saham Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kurs Yuan Tiongkok ( atas Rupiah) tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, indeks harga saham manufaktur, perbankan dan LQ 45, sehingga hipotesis H2a, H2b, H2c dan H2d tidak diterima. Dengan demikian perubahan Yuan Tiongkok tidak berdampak terhadap harga sehingga H1b bahwa kurs Dollar sahan keempat indeks tersebut. Penelitian Amerika berpengaruh ini sejalan dengan peneltian Jorion (1990) indeks harga saham manufaktur yang diterima mengindikasikan berpengaruh saham kurs tidak signifikan terhadap harga perusahaan tidak berpengaruh di signifikan terhadap indeks harga Amerika. Demikian juga penelitian Nasir saham manufaktur sehingga H2b & Mirza (2013) yang menemukan bahwa bahwa kurs berpengaruh tidak multinasional 4) Kurs Yuan terhadap berpengaruh signifikan kurs Yuan terhadap return saham industri perbankan harga di BEI. diterima Tiongkok terhadap indeks saham manufaktur tidak 5) Kurs Dollar Amerika berpengaruh 5. Simpulan Berdasarkan analisis sebelumnya negatif dan signifikan terhadap dapat disimpulkan bahwa : indeks a. Hasil pengujian hipotesis diketahui sehingga H1c bahwa kurs Dollar bahwa : harga Amerika berpengaruh 1) Kurs Dollar Amerika berpengaruh indeks harga negatif dan signifikan terhadap diterima IHSG sehingga H1a bahwa kurs 6) Kurs Yuan Dollar Amerika berpengaruh terhadap IHSG diterima 2) Kurs Yuan signifikan bahwa saham perbankan tidak berpengaruh IHSG sehingga H2a kurs Yuan berpengaruh IHSG tidak diterima terhadap saham perbankan tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham perbankan sehingga H2c bahwa kurs Yuan berpengaruh harga saham Tiongkok terhadap perbankan indeks tidak diterima 3) Kurs Dollar Amerika berpengaruh 7) Kurs Dollar Amerika berpengaruh negatif dan signifikan terhadap negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham manufaktur indeks LQ 45 sehingga H1d bahwa kurs Dollar Amerika berpengaruh terhadap indeks tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham LQ 45 sehingga bahwa H2d kurs Yuan Tiongkok berpengaruh terhadap impor dan sebanyak mungkin menggunakan bahan baku lokal / dalam negeri harga saham LQ 45 diterima 8) Kurs Yuan bahan baku indeks harga saham LQ 45 c. Dampak pelemahan Rupiah oleh Dollar Amerika dapat dikurangi dengan penerapan konsep hedging diantaranya dengan money market hedge yaitu menukarkan mata uang Rupiah dengan Dollar Amerika dan menginvestasikan dalam sekuritas / saham yang memiliki b. Besarnya dampak pelemahan Rupiah jatuh tempo pada akhir tahun.. (naiknya kurs Rupiah atas Dollar Amerika) terhadap indeks harga saham DAFTAR PUSTAKA berdasarkan peringkat adalah pertama dampak pelemahan Rupiah terhadap IHSG (b = -0,336), kedua terhadap indeks harga saham manufaktur (b= -0,097), ketiga terhadap indeks harga saham LQ 45 (b= -0,062), dan keempat terhadap indeks harga saham perbankan (b= -0,034), 6.Saran Saran atau rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah : a. Perlu adanya kebijakan pemerintah untuk menggunakan mata uang Rupiah pada semua transaksi di dalam negeri b. Industri manufaktur perlu mengurangi intensitas penggunaan komponen / Abdalla, Issam, S. A., and V. Murinde. 1997. “Exchange Rate and Stock Price Interaction in Emerging Financial Markets : Evidence on India, Korea, Pakistan and the Phillipines “. Applied Financial Economics 7, 25-35. Basri, Faisal .2002. Perekonomian Indonesia-Tantangan Dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga Darmajdi. 2001. Pasar Modal Di Indonesia – Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat Ghozali, Imam. 2011..Analisis Multivariat SPSS,.Edisi Ketiga. Semarang : BP – UNDIP Hua, Zhao. 2010. Dynamic relationship between exchange rate and stock price: Evidence from China. Research in International Business and Finance, 24 (2), 103112. Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, 19(04). Iqbal Hasan M. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia Prabowo, Hari. Pojok Bursa.Harian Bisnis (Jakarta), 3 Maret 2008 Jorion, Philippe. 1990. "The Exchange-Rate Exposure of U.S. Multinationals". Journal of Business. Vol. 63. No. 3: 331-345 Chan C.Kam , Gim S. Seow, Kinsun Tam, .2002. "Foreign exchange risk and firm value: an analysis of US pharmaceutical firms", Managerial Finance, Vol. 28 Iss: 3, pp.57 – 72 Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional : Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global. Edisi Ketiga. Yogyakarta : PT. BPFE Levi, Maurice D. 2001. International Finance. Terjemahan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit ANDI Marzuki. 2002. Metode Riset. Yogyakarta : BPFE-UII Nasir, A., & Mirza, A. 2013. Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku bunga Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama. Yogyakarta : PT BPFE Siamat, Dahlan.1999. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kedua Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Thobarry, A. A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008).Doctoral Dissertation. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro). Wu, Y. 2001. Exchange rates, stock prices, and money markets: evidencefrom Singapore. Journal of Asian Economics, 12(3), 445458. _____CNN Indonesia, 13/08/2015 _____Tribunnews. Com, 20/08 /2015 ).