1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan manusia terus mengalami perkembangan. Jika pada awal penemuan teknologi komunikasi kehidupan sehari-hari telah dimediasi dengan telepon, dan pesan-pesan singkat, kini komunikasi diperluas dalam bentuk jaringan yang mampu menghubungkan ratusan bahkan ribuan orang dalam waktu yang bersamaan. Hal ini sejalan pula dengan perkembangan teknologi komunikasi, yang ditulis oleh Cangara dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi yang menyebutkan bahwa, kecakapan manusia dalam berkomunikasi dengan alat cetak-mencetak berlangsung kira-kira 500 tahun, kemudian manusia tampil berkomunikasi melalui getaran-getaran elektronik. (Cangara: 2002:8) Pada era perkembangan media online saat ini situs jejaring sosial (social Network site) merupakan salah satu situs yang paling gandrungi oleh masyarakat umum. Mereka berhasil membuat gelisah kebanyakan penggunanya jika dalam satu hari tidak beraktifitas didalamnya. Bisa jadi inilah yang disebut oleh McLuhan sebagai Age of Anxiety (2001: 5). Sebuah kecemasan karena tidak menggunakan teknologi terbaru. Kini internet hadir secara global. Seperti yang dikatakan oleh McLuhan (2001:16), dengan teknologi, jarak dan waktu yang selama ini menjadi kendala dalam menjalin hubungan, takluk dengan sendirinya. Semesta ibaratnya makin mengerut karena terasa dekat dengan jangkauan internet. Dengan internet seseorang bisa menghadirkan/memperpanjang inderanya ke dimensi lain pada saat 2 yang bersamaan. Dalam internet, kita dapat mengunjungi berbagai jenis situs sesuai dengan yang kita inginkan. Tak terkecuali situs jejaring sosial yang sedang marak digunakan, salah satu diantaranya ialah Facebook. Jejaring sosial Facebook menjadi situs jejaring sosial favorit di dunia. Hal ini dibuktikan dengan survey bahwa dari 10 orang yang ditemui dan diberi pertanyaan "Apa itu Facebook?", Sembilan orang dari mereka sudah mengenal situs jejaring sosial yang satu ini. Bahkan anak berumur bawah 5 tahun pun sudah ada yang mengenal situs jejaring sosial yang satu ini.(2011, misterje.blogspot.com) Di Indonesia sendiri, pengguna Facebook telah mencapai puluhan juta orang. Bahkan menurut survey dari checkfacebook.com, Indonesia menyumbang pengguna Facebook sebanyak 40,139,480 pengguna. Dari data tersebut Indonesia menempati urutan nomor 2 untuk jumlah pengguna Facebook terbanyak di dunia. Facebook sebagai salah satu situs jejaring sosial seperti dilansir dari Wikipedia Indonesia, memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Diungkapkan oleh Soedjono dalam bukunya Port Pouri Fotografi (2007: 43) karya fotografi juga dapat dimaknakan memiliki nilai sosial karena difungsikan sebagai medium yang melengkapi suatu kegunaan tertentu dalam bentuk pengesahan jati diri seseorang dalam suatu pranata kemasyarakatan (sosial institution). 3 Hal ini dinampakkan bila sebuah karya fotografi dalam format tertentu (pas-foto) digunakan dalam berbagai tanda pengenal atau identitas kepemilikan yang sah seperti dalam KTP, SIM, Ijazah, Pasport, dan sebagainya, ada pula foto keluarga yang dibingkai dengan indah untuk menghiasi ruang keluarga, disamping yang berada di dalam album, dompet, ataupun yang dikirimkan atau diunggah di internet yang merupakan karya-karya fotografi yang memiliki aspek sosialinformal yang sifatnya personal. Masing-masing foto tersebut memiliki nilai personal yang berbeda tingkat rasa serta emosi kejiwaannya dan menjadi sangat bermakna dalam kehidupan sosial manusia. Pada kategori tertentu, (dalam hal ini foto yang hadir sebagai Profile Picture) karya fotografi yang ada berdasarkan fungsi dan kegunaannya hadir dalam bentuk fotografi potrait. Dalam fotografi potrait , karya foto hampir sama dengan kategori karya foto yang lainnya, dan perihal teknis menjadi hal yang kedua, representasi akan identitas dan karakteristik objek menjadi hal yang paling penting (Nugroho,2006: 264). Terlepas dari masalah hal teknis dalam memotret, fotografi sendiri sejatinya adalah sebuah media komunikasi, yang mengkomunikasikan pesan melalui gambar, dan terdapat beragam makna didalamnya. Sebagai contoh bagaimana seorang Eastakle yang banyak melakukan analisis tentang fotografi sebagai karya seni, menyatakan bahwa fotografi adalah bentuk baru medium komunikasi : “After painstakingly cataloging the dificiencies of picture making by photography as compared to picture making by painting, Lady Eastlake arrive at the surpraisingly modern conclution that photography is a new medium of communication and has its independent and indispensable place.”( Soedjono, 2007:14) 4 Cara tiap individu menampilkan diri terhadap orang lain berbeda-beda. Citraan melalui fotografi dalam Profile Picture tidak sekedar menjadi media komunikasi piktorial atas sebuah informasi, peristiwa atau menjadi visualisasi dari sebuah pribadi, lebih dari itu fotografi sebagai media juga merupakan upaya mereka membawa identitas sosial dan budaya masing-masing dalam bereksistensi. Nilai dalam bereksistensi inilah yang penulis ingin lihat lebih jauh di dalam foto-foto yang ditampilkan oleh pengguna dalam Facebook. Sehingga muncullah efek-efek pencitraan yang berpengaruh pada eksistensi diri. Kehidupan sosial dalam Facebook tak ubahnya kehidupan sosial yang ditemui sehari-hari. Didalamnya beragam latar belakang sosial dan budaya saling bertemu dan berinteraksi melalui pesan-pesan verbal maupun nonverbal. Bermacam-macam profesi dan kedudukan saling menyapa demi merajut hubungan sosial. Jika dilihat dari wujudnya, foto jelas mengandung tanda-tanda komunikatif, baik yang secara terang-terangan ditekankan melalui objeknya maupun hanya bersifat dokumentatif semata. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi makna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada Profile Picture itulah yang diharapkan mampu merepresentasikan tujuan dari sang pemilik akun untuk citraan dirinya demi tercapainya eksistensi. Penulis bertujuan untuk megkaji tanda verbal (terkait judul, caption dan body copy) dan tanda visual (terkait dengan pose, simbol, eksposure, tata cahaya dan unsur-unsur fotografis lainnya) Profile Picture dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual 5 dalam Profile Picture dan juga mengetahui bahwa foto merupakan fenomena komunikasi yang sarat akan tanda. Berdasar pada uraian di atas maka penulis ingin mengangkat hal tersebut sebagai sebuah penelitian berjudul: Representasi Eksistensi Diri pada Profile Picture dalam Situs Pertemanan Facebook (Sebuah Analisis Semiotika). B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan masalah yang kemudian akan menjadi titik berat penelitian. Adapun rumusan permasalahan yang akan dijawab ialah pertanyaan mengenai : 1. Apa makna tanda dibalik penyajian Profile Picture pada Facebook? 2. Bagaimana aspek eksistensi diri direpresentasikan dalam Profile Picture pada Facebook? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui makna dibalik tanda dalam penyajian Profile Picture pada Facebook. 2. Untuk mengetahui represantasi eksistensi diri dalam Profile Picture pada Facebook. 6 Kegunaan penelitian 1. Kegunaan teoritis Penelitian ini secara teoritis-akademik bermanfaat untuk menambah wacana penelitian kualitatif (semiotika) yang ada dalam khazanah penelitian fotografi khususnya dan komunikasi pada umumnya. 2. Kegunaan praktis Penelitian ini secara praktis bermanfaat mengetahui strategi kreatif pemilik akun menyajikan foto dirinya (Profile Picture) pada situs pertemanan Facebook dalam upaya eksistensi diri sehingga Profile Picture yang ada pada saat ini tidak lagi dipandang sebagai pelengkap data diri semata. lebih khusus penulis bermaksud agar masyarakat,terkhusus bagi yang mempunyai ketertarikan dalam bidang fotografi mengatahui bahwa foto dapat dikaji dalam berbagai ilmu, salah satunya semiotika yang dapat digunakan dalam membaca tandatanda yang diintepretasikan penuh atas kemampuan orang yang memandang foto tersebut. Penelitian ini juga sebagai salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan pada jurusan komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 7 D. Kerangka konseptual a. Fotografi sebagai media Pada dasarnya tanda dalam foto terdiri dari tanda-tanda verbal dan non- verbal. Tanda verbal mancakup bahasa yang kita kenal sedangkan tanda-tanda nonverbal adalah bentuk, warna, angle, komposisi yang disajikan dalam foto. Karya fotografi dapat dimaknai dengan mengacu pada referensi empiris apabila diharapkan suatu makna yang lebih ‘instantaneous’ sifatnya. Hal ini merupakan suatu pemaknaan yang lebih spontan setelah mempersepsi sebuah karya fotografi dari sisi kehadiran bentuk fisiknya saja. Pengenalan dan pengetahuan tentang ‘teks’ sebagai ‘tanda’ yang berasal dari beberapa analogi dan asosiasi dalam proses kajian semiotika terhadap elemen visual karya fotografi baik itu yang berupa bentuk representasi alam nyata maupun yang berupa hasil rekayasa bentuk akan dapat pula merekayasa hasil pemaknaan/intepretasi (multiinterpretable). Penggunaan karya fotografi bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan dengan menyebutnya sebagai medium penyampai pesan bagi tujuan tertentu. Karya fotografi disamping kehadirannya yang mandiri juga di manfaatkan bagi memenuhi suatu fungsi tertentu. Sebuah karya fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan dengan objek yang terpilih dan dihadirkan bagi kepentingan pemiliknya untuk luahan ekspresi artistik dirinya kemudian diunggah sebagai Profile Picture, maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Dalam hal ini karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri si pemilik dalam proses bereksisitensi. 8 Kadang pula suatu karya fotografi bisa bernilai sebagai suatu narative-text karena cara menampikannya yang disusun berurutan secara serial sehingga memberikan kesan sebuah ceritera yang berkesinambungan antara satu gambar dengan yang lain. Bahasa gambar yang yang tertuang dalam karya fotografi tersebut menyiratkannya sebagai media komunikasi piktorial dalam mengisahkan sebuah kejadian atau peristiwa secara visual dengan teknik fotografi. Dalam hal ini maka kajian semiotika juga harus mempertimbangkan hubungan satu karya fotografi dengan lainnya dengan mencoba mengisi visual gab yang ada sehingga dapat difahami nilai makna yang diharapkan dengan merunutkannya sebagai suatu bentuk ‘spatial continum’ yang berkelanjutan sebagaimana eksperimen yang pernah dilakukan oleh Eadweard Muybridge pada masa lalu.(Soedjono,2007:42) b. Representasi Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru. Menurut Julianti sebagaimana dikutip Seto (2011:124) representasi berubah-ubah akibat makna yang juga berubah-ubah. Setiap waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan. Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis, melainkan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Representasi merupakan suatu bentuk usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru juga merupakan pertumbuhan konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru yang menghasilkan 9 pemaknaan baru juga merupakan hasil pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia. Penulis melakukan penelitian terhadap tanda-tanda dalam foto dan menjelaskan bagaimana proses representasi ini bekerja berdasarkan teori tanda yang dikemukakan oleh seorang filsuf Amerika Charles Sanders Pierce. Dengan membedahnya melalui segitiga makna Pierce. Pierce sendiri menempatkan representasi sebagai suatu bentuk hubungan elemen-elemen makna, jadi representasi menurut pisau bedah yang dikemukakan oleh Pierce mengacu kepada bagaimana sesuatu itu ditandakan dan membentuk intepretant seperti apa lalu bagaimana segitiga makna itu berantai menjadi suatu bentuk rantai semiosis tersendiri. Gambar 1.D.1 : Model triadic yang digunakan Pierce (representamen+object+interpretant=sign) Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Pierce adalah sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu oleh Pierce disebut interpretant- dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada 10 gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan intepretan dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses yang memadukan entitas ( berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Pierce disebut sebagai signifikasi.(Sobur,2001:97) Dalam menganalisis tanda-tanda yang dimaksudkan penulis berdasarkan pada metode Charles Sanders Pierce yang membagi tanda kedalam ikon, simbol, dan indeks. Untuk lebih jelas melihat perbedaan antara ketiganya ialah sebagai berikut: Tabel 1.D.1: Jenis tanda menurut Charles Sanders Pierce Jenis tanda Ikon Indeks Simbol Ditandai dengan -persamaan (kesamaan) -kemiripan -Hubungan sebab akibat -keterikatan -konvensi atau -kesepakatan sosial Contoh Gambar, foto, patung Asap=api Gejala=penyakit -kata-kata, isyarat Proses kerja -dilihat -diperkirakan -dipelajari Sumber: Wibowo,2006: 35 c. Semiotika sebagai perangkat analisis Komunikasi dan tanda tidak bisa dipisahkan . Theodorson dan Theodorson memberikan suatu definisi yang menekankan pada penggunaan tanda atau simbol dalam komunikasi. Menurutnya komunikasi adalah “ Transisi dari informasi, ide, perilaku atau emosi dari satu individu atau kelompok kepada lainnya terutama \melalui simbol” (Mcquail dalam Seto,2011:133) 11 Penelitian ini mengacu pada definisi komunikasi yang mengetengahkan bahwa komunikasi merupakan proses transaksi, Dedy Mulyana (2007:68) berpendapat bahwa komunikasi sebagai proses transaksi, menganggap komunikator secara aktif mengirim dan menafsirkan pesan. Komunikasi berlangsung jika seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, pihak-pihak yang berkomunikasi berada pada keadaan interdependensi dan timbal-balik . Pendekatan semiotika dipilih penulis karena semiotika dianggap mampu untuk menjelaskan berbagai hal yang tidak tampak dipermukaan, tapi lebih jauh dari itu, semiotika mampu untuk membongkar makna-makna yang tersembunyi sehingga kedalaman dan keluasan informasi akan sangat menentukan sejauh mana galian informasi yang diperoleh. Penulis melakukan penelitian terhadap tanda-tanda dalam foto berangkat dari teori keberaksaraan visual yang dikemukakan Paul Messaris. Dalam teori yang digali dari Paul messaris, gambar-gambar yang dihasilkan manusia, termasuk fotografi, bisa dipandang sebagai suatu keberaksaraan visual. Dengan kata lain, gambar-gambar itu bisa dibaca. Sehingga konsekuensi pendapat ini, gambar-gambarpun merupakan bagian dari satu cara berbahasa. (Ajidarma, 2002:26) Pendapat Messaris ini mendukung asumsi, bahwa dalam suatu foto sebagai media visual, bukan hanya dimungkinkan untuk menarik suatu makna, melainkan bahwa makna itu mungkin direkayasa untuk tampil dengan gagasan menghujam. Sebuah foto jadinya bukan hanya representasi visual objek yang direproduksinya, melainkan mengandung pesan. 12 Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan dari Charles Sanders Pierce yang terkenal akan teori tandanya. Pierce sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), Pierce seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Perumusan yang terlalu sederhana ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda. Contoh, tanda A menunjukkan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsirnya yaitu C. Oleh karena itu, suatu tanda tidak pernah berubah suatu entitas yang sendirian, tetapi memiliki ketiga aspek tersebut. Maka dengan itu penulis menggambarkan kerangka pikir yang kelak akan menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini. Kerangka konseptualnya adalah sebagai berikut: Kerangka Konseptual Faktor internal & eksternal Penyajian Profile Picture Ikon Analisis Semiotika Pierce Indeks simbol Representasi eksistensi diri Gambar 1.D.2: Bagan kerangka konseptual 13 E. Definisi Oprasional Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai analisis semiotika penyajian foto diri (Profile Picture) pada upaya pengungkapan makna verbal maupun nonverbal dalam representasi diri melalui situs jejaring sosial maka penulis memberikan batasan penelitian dalam definisi operasionalnya sebagai berikut: a. Representasi merupakan penggunaan tanda untuk mewakili atau memberikan bentukan kepada suatu konsep akan hal-hal tertentu untuk ditampilkan. b. Eksistensi Diri merupakan suatu kondisi akan pengakuan keberadaan seorang pribadi atas kehidupan sosialnya. c. Profile Picture adalah salah satu aplikasi kelengkapan pribadi yang menampilkan foto diri atau sosok pemilik akun. d. Facebook adalah salah satu situs pertemanan yang dimotori oleh Mark Zuckerberg yang memungkinkan penggunanya untuk membentuk jejaring sosial maya secara global dengan berinteraksi menggunakan fitur-fitur yang telah disediakan di dalamnya. e. Analisis semiotika adalah metode analisis untuk mengkaji tanda. F. Metode Penelitian 1. Objek dan Waktu Penelitian a. Objek penelitian adalah Profile Picture sejumlah pemilik akun Facebook baik pria maupun wanita yang terdaftar pada friendlist 14 peneliti dengan menitik beratkan pada tanda-tanda verbal maupun nonverbal yang ada pada Profile Picture tersebut. b. Penelitian dilakukan selama delapan bulan terhitung dari bulan Oktober 2011 hingga Mei 2012. 2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menggunakan definisi sederhana, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya ( Mulyana,2007: 5) dan dalam meneliti makna pada Profile Picture menggunakan analisis semotika Charles Sanders Pierce dalam mencari penjelasan detil tentang fenomena sistem tanda yang ada dalam Profile Picture situs pertemanan Facebook. Analisis semiotika pada dasarnya bersifat kualitatif-intepretaif (interpretation) yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan kebutuhan analisa dan pengkajian penulis, melalui observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut ambil bagian dalam hal atau fenomena yang diobservasi. Hal ini sesuai dengan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dimana secara subjektif, melalui teknik Purposif Sampling peneliti mendokumentasikan sejumlah Profile Picture yang 15 dipilih sebagai sampel untuk mewakili populasi dalam hal ini ialah lima pemilik akun Facebook yang terdaftar pada Friendlist peneliti dengan memilah Profile Picture yang dianggap representative dengan melihat tematik foto yang digunakan. Keputusan ini diambil karena menurut pengamatan, ternyata ada suatu kecenderungan pola pergantian Profile Picture seseorang terhadap tema-tema kekinian sehingga sampel yang dipilih cukup memadai untuk memberi gambaran akan suatu upaya eksistensi diri seseorang melalui Profile Picture pada situs pertemanan facebook. Kemudian untuk keperluan pendukung interpretasi data digunakan studi kepustakaan dengan mempelajari dan mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan untuk mendukung dan memperkuat landasan teori permasalahan yang dibahas. 4. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara periset sebagai instrumen riset memberi makna kepada data menggunakan cara berfikir induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari hal-hal khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Langkah pertama adalah melihat dan memilah pemilik akun sebagai sampel penelitian berdasarkan tematik foto yang ada pada folder Profile Picture yang memiliki korelasi dengan tujuan& rumusan masalah penelitian Peneliti akan menganalisis dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce, dimana proses pemaknaan tanda yang bermula dari 16 persepsi atas dasar, kemudian dasar merujuk pada objek, akhirnya terjadi proses intepretan. Penerapan dari model triadic Pierce ini dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana peneliti melihat gambar atau tanda-tanda yang ada pada suatu profile picture yang membuatnya merujuk pada suatu objek, yakni pada sebuah konsep eksistensi diri. Proses selanjutnya ialah saat menafsirkannya. Misalnya, bahwa gambar tersebut menandakan bahwa pemilik akun ingin manampilkan ia sedang berada pada situasi kekinian dirinya atau keterwakilan lambang atau simbol atas pribadinya melalui apa yang ditampilkannya sebagai Profile Picture untuk diketahui oleh orangorang yang menjadi temannya pada akun facebooknya dalam rangka bereksistensi. Selanjutnya, dalam menganalisis sebuah foto (Profile Picture) penulis mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Bagaimana dengan nilai estetika foto itu? Bagaimana menampilkan foto, apa jenis bidikan kamera yang dipakainya? Makna apa yang terkandung dengan pengambilan jarak, pendek atau close up? Bagaimana dengan lighting (pencahayaan)? Apakah menggunakan foto berwarna? Bagaimana sisi pengambilan foto tersebut? 2. Apakah makna keseluruhan dari foto itu? Mood apa yang ditimbulkannya? Bagaimana foto itu melakukakannya. 3. Bagaimana desain foto itu? Bagaimana komponen atau elemen-elemen dasar foto itu disusun? 17 4. Apa hubungannya yang muncul antara elemen gambar dan elemen tertulis (jika ada) serta mengatakan apa ia (pemilik foto) pada kita( objek yang memandang)? 5. Tanda dan lambang-lambang apa yang kita temukan? Peran apa yang dimainkan oleh tanda-tanda dan simbol-simbol itu dalam Profile Picture? 6. Jika yang terpampang adalah gambar-gambar pribadi (orang lakilaki,perempuan, anak-anak, binatang) dalam foto itu, seperti apa? Apa yang bisa dikatakan tentang ekspresi-ekspresi, pose, model rambut, jenis kelamin, warna rambut,etnisnya,pendidikannya, hubungan yang satu dengan yang lain (dsb)? 7. Apa yang dikatakan background pada kita? Arti apa yang dimiliki oleh background? 8. Kegiatan apa yang terjadi dalam foto itu? Dan apa artinya? 9. Tema-tema apa yang ada dalam foto itu? Foto itu tentang apa? 10. Bagaimana mengenai bahasa yang digunakan dalam foto?(pada beberapa Profile Picture biasanya disertai dengan body copy) apakah memberikan informasi atau menimbulkan semacam respon emosional, atau keduanya? Teknik apa yang digunakan oleh pemiliknya: humor, makna kehidupan, perbandingan, sindiran seksual, (dsb)?