doc - ejurnal untag samarinda

advertisement
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH
PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10
KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG
JUMRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tenggarong Seberang merupakan pemekaran dari Tenggarong kota atau yang biasa
dikenal dengan Kota Tenggarong, merupakan sebuah kota kecamatan sekaligus ibu kota
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kota Tenggarong terletak pada 116°47' 117°04' Bujur Timur dan 0°21' - 0°34' Lintang Selatan. Titik pusat tertinggi kota Tenggarong
dari permukaan laut ± 500 m. Kota Tenggarong di lewati oleh aliran sungai Mahakam yang
merupakan salah satu sungai terbesar di Kalimantan timur. Kondisi lahan di Tenggarong
cenderung lahan rawa di daerah dataran dekat tepian sungai dan berbukit. Suhu udara ratarata di kota Tenggarong adalah 30 °C, dengan curah hujan tahunan rata-rata 1500-2000
mm/tahun. Wilayah Tenggarong yang terbagi dalam 13 kelurahan ini memiliki luas wilayah
mencapai 398,10 km2 (BPS 2010).
Dalam upaya pemekaran dan pemerataan pembangunan Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara melakukan terobosan dengan membangun Jembatan Kutai Kartanegara sehingga
membuka jalur transportasi Tenggarong-Tenggarong Seberang-Samarinda hanya dengan jarak
± 25 Kilometer. Prasarana jalan yang dibangun menggunakan perkerasan kaku (Rigid
Pavement), dengan panjang 13 kilometer dan dibuat 2 (dua) jalur dengan lebar masing-masing
8 (Delapan) meter.
Dengan perkerasan menggunakan Rigid pavement ini diharapkan agar jalan yang dibuat
itu awet, kuat, mampu layan dan tahan lama sehingga pengguna jalan yang menggunakan
jalan tersebut merasa aman, nyaman dan lancar. Namun sangat disayangkan karena kondisi
topografi dijalur Tenggarong Seberang cenderung berbukit dan ditambah curah hujan tahun
ini cenderung tinggi maka ada beberapa bagian pada sisi jalan yang mengalami kelongsoran
salah satunya pada Kilometer 10. Longsoran yang terjadi pada sisi jalan ini kalau terus
dibiarkan bisa mengakibatkan kerusakan pada badan jalan berupa retak/patah sehingga kinerja
prasarana jalan tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Badan jalan yang tadinya lebar
karena mengalami kerusakan menjadi sempit sehingga arus lalu lintas menjadi terganggu
karena adanya pengalihan arus lalu lintas bahkan bagi pengguna jalan yang tidak berhati-hati
bisa membahayakan keselamatannya.
Pada dasarnya longsoran terjadi karena pada permukaan tanah vertikal, komponen
gravitasi cenderung untuk menggerakan tanah ke bawah. Apabila komponen gravitasi
semakin besar sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikembangkan oleh tanah
akan terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran.
Untuk mencegah agar longsoran tidak bertambah parah yang bisa menyebabkan
kerusakan badan jalan maka diperlukan suatu tindakan yang cepat dan tepat dalam
penanganan longsoran yang terjadi pada ruas jalan tersebut salah satunya adalah dengan
membuatkan dinding penahan tanah (Retaining wall). Asal mula dibuatnya konstruksi dinding
penahan tanah adalah akibat bertambah luasnya kebutuhan konstruksi penahan yang
digunakan untuk mencegah agar tidak terjadi kelongsoran menurut kemiringan alaminya.
Sebagian besar bentuk dinding penahan tanah adalah tegak (vertikal) atau hampir tegak
kecuali pada keadaan tertentu yang dinding penahan tanah dibuat condong kearah urugan.
Dalam penanganan longsoran ini tentunya memerlukan analisa dan kajian secara teknis
dalam bentuk perencanaan, sehingga dapat dihasilkan suatu desain yang mumpuni dan tepat
guna agar sesuai dengan tujuan awal dalam penanganan longsoran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Longsoran
Tanah longsor (landslides) adalah perpindahan sejumlah massa berupa batuan, tanah,
atau bahan rombakan, material penyusun lereng, yang merupakan campuran tanah dan
batuan, secara gravitasional menuju bagian bawah suatu lereng (Cruden, 1991). Proses
terjadinya tanah longsor disebabkan karena air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng. Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan
membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Pada tempat dimana terdapat dua
permukaan tanah yang berbeda ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja
mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah
bawah yang disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor.
2.1.1 Faktor Penyebab Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari
pada gaya penahan yang dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air beban serta kestabilan
tanah. Proses pemicu longsoran dapat berupa :
a. Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang
merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah
untuk longsor.
b. Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
penggalian, dan getaran lalu lintas kendaraan. Gempa bumi pada tanah pasir dengan
kandungan air sering mengakibatkan liquefaction atau tanah kehilangan kekuatan
geser dan daya dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari
bawah tanah.
c. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah.
2.1.2 Klasifikasi Tanah Longsor
Menurut Kementrian ESDM (2008), jenis tanah longsor dapat dibedakan atas 6 (Enam)
jenis, yaitu :
a. Longsoran translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsoran rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata, longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
d. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
e. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiangtiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
f. Aliran bahan rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunung api.
2.2
Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Sudarmanto (1996) dalam bukunya “Konstruksi Beton 2” dinyatakan bahwa, dinding
penahan tanah adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami
dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemampatannya tidak dapat
dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Jenis konstruksi antara lain pasangan batu dengan
mortar, pasangan batu kosong, beton, kayu dan sebagainya. Fungsi utama dari konstruksi
penahan tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakangnya dari bahaya longsor akibat :
1. Benda-benda yang ada di atas tanah ( perkerasan & konstruksi jalan, jembatan,
kendaraan dan lain-lain
2. Berat tanah
3. Berat air (tanah)
Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama
untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau
tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan
dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang
dibuat. Jenis konstruksi dapat dikonstribusikan jenis klasik yang merupakan konstruksi
dengan mengandalkan berat konstruksi untuk melawan gaya-gaya yang bekerja.
2.3
Macam Tipe Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah
digolongkan sebagai berikut (Braja M Das, 1991) :

Dinding gravitasi (gravity wall)
Dinding ini biasanya di
buat dari
beton
murni (tanpa tulangan) atau dari
pasangan batu kali. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat
sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu, pada dasarnya peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara
sistematis, logis, rasional dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan
sesudah pengumpulan data.
Dengan demikian, metode penelitian merupakan suatu pengetahuan untuk menggali
kebenaran suatu metodologis dengan sistematis sesuai dengan pedoman yang berlaku
sehingga penelitian yang dilakukan dapat menjawab secara ilmiah tentang perumusan
masalah yang telah ditetapkan.
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara. Tenggarong Seberang merupakan pemekaran dari Tenggarong kota atau yang
biasa disebut Kota Tenggarong merupakan sebuah kota kecamatan sekaligus ibu kota
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara 27.263,10 Km2 terletak antara 115°26’ Bujur Timur 117°36 Bujur Barat serta
diantara 1°28’ Lintang Utara dan 1°08’ Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat
Dalam pembagian wilayah pembangunan, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 18
Kecamatan yang terbagi 3 (tiga) wilayah, yaitu :
a. Wilayah Pantai yang terdiri dari : Kecamatan Samboja, Muara jawa, Sanga-sanga,
Anggana, Muara Badak dan Marangkayu.
b. Wilayah Ulu terdiri dari : Kecamatan Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun,
Sebulu, Muara Kaman, Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang.
c. Wilayah Kota terdiri dari : Kecamatan Loa Janan, Loa Kulu, Tenggarong dan
Tenggarong Seberang.
Lloopenelitian.
Lokasi
Gambar 3.1 Peta lokasi
Penelitian
3.2
Waktu Penyusunan Skripsi
Untuk mendapatkan data secara akurat dan benar kemudian menyajikannya sebagai
informasi atau pegetahuan biasanya dilakukan penelitian. Dalam hal penelitian biasanya akan
memakan waktu bermacam-macam ada yang 1 minggu, ada yang 1 bulan bahkan ada yang
memakan waktu sampai tahunan, tergantung dari masalah yang akan dibahas. Dalam
pembuatan skripsi ini, penulis membutuhkan waktu selama 6 (Enam) bulan dari pengajuan
judul sampai selesainya penyusunan skripsi sesuai dengan waktu yang diberikan. (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Jadwal/Waktu Penyusunan Skripsi
No Bulan/
Pebruari
Kegiatan
1 Persiapan
2 Pengumpulan
data
3 Penyusunan
proposal
4 Seminar I
5 Pengumpulan
Data
6 Analisa data
7 Penulisan TA
8 Seminar II
9 Persiapan
Pendadaran
10 Pendadaran
Maret
April
Mei
Juni
Juli
3.3
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini pengumpulan data merupakan faktor penting untuk
keberhasilan analisa perhitungan dinding penahan tanah yang akan direncanakan. Jenis
sumber data menggunakan dua sumber data yang saling berkaitan yaitu data primer dan data
skunder.
3.3.1 Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari observasi lapangan melalui pengamatan,
pengukuran dan dokumentasi.
3.3.2 Data Skunder
Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku atau media lain, laporan hasil pengumpulan
data primer oleh instansi terkait dapat berupa : Peta Topografi, Data tanah berupa data sondir
dan data boring.
3.4
Metode Analisis Perhitungan Dinding Penahan Tanah
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisa perhitungan dinding
penahan tanah ini adalah sebagai berikut :
1. Hitung Pembebanan
2.
3.
4.
5.
3.5
- Berat sendiri struktur
- Berat tekanan tanah
Perhitungan tekanan tanah dengan cara Rankine
- Perhitungan kofisien tekanan tanah aktif
- Perhitungan kofisien tekanan tanah pasif
- Perhitungan tekanan tanah aktif
- Perhitungan tekanan tanah pasif.
Pemilihan tipe konstruksi dinding penahan tanah.
Dalam perencanaan pembuatan dinding penahan tanah ini tipe penahan yang akan
direncanakan adalah tipe kantilever yang dibuat dari beton bertulang yang tersusun
dari dinding vertikal dan tapak lantai. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat
sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak.
Hitung stabilitas terhadap gaya guling, geser dan kegagalan daya dukung.
Perhitungan penulangan dinding penahan tanah.
Perhitungan penulangan dinding penahan mengacu pada SNI 03-2847-1992 tentang
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang.
Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)
Diagram alir penelitian menggambarkan urutan atau langkah-langkah penelitan secara
grafis. Adapun diagram alir dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam gambar-gambar di
bawah ini.
Mulai
Studi Pendahuluan
Pendahuluan
Data Primer :
- Observasi
Lapangan
- Dokumentasi
Studi pustaka
Permasalahan
Metode Pengumpulan data
Analisis data
dataData
Pembahasan
Data Skunder :
- Data Topografi
- Data Sondir
- Data Boring
Kesimpulan dan Saran
N
Selesai
Gambar 3.3 Diagram alir penulisan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan perencanaan dan perhitungan dinding penahan tanah dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Tipe dinding penahan yang akan direncanakan adalah tipe kantilever, dengan
ukuran/dimensi sebagai berikut :
- Tinggi dinding penahan (H) = 4,0 m
- Untuk lebar L1 (0,3 – H/12) = 0,3 m
- Untuk lebar L2 (H/10 –H/8) = 0,8 m
- Untuk lebar L3 (H/12 –H/8) = 0,7 m
- Untuk tinggi h1
= 3,5 m
- Untuk tinggi h2 (H/8 –H/6) = 0,5 m
- Untuk lebar L ( ½H –2/3 H) = 2,5 m
2. Stabilitas dinding penahan tanah aman terhadap gaya guling, geser, dan keruntuhan
daya dukungnya.
a.
Stabilitas dinding penahan terhadap penggulingan
Fgl
=
 Mw
 M gl
=
49,13
8,5
= 5,78 > 2,00 …….. Aman
b. Stabilitas dinding penahan terhadap penggeseran
Rh
Fgs
=
cd x B + ∑W x tg x δb
=
2 x 2,50 + 28,54 x tg 32,43
=
5,00 + 17,73
=
22,73 kN/ m
=
 Rh
 Ph
=
22,73
7,9
= 2.87 >
2,00
…….. Aman
c. Stabilitas dinding penahan terhadap daya dukung
F
=
qu
q'
=
51,5
9,51
=
5,41 > 3,00
…… Aman
Atau dapat pula faktor aman daya dukung dihitung dengan:
F
=
=
qu x ( B' )
v
51,5 x 3
= 5,41 ( Sama ).
28,54
3. Ukuran/diameter besi yang dipakai untuk penulangan sebagai berikut :
No
1
Uraian
Diameter (Ø), (mm)
Retaining Wall
Tulangan Pokok (A)
Tulangan Geser (B)
D 19 mm-80 mm
D 12 mm-200 mm
2
Floor Plate
Tulangan Pokok (C)
D 19 mm-80 mm
Tulangan Geser (D)
D 12 mm-200 mm
Tulangan pokok (E)
6 Ø 19
Tulangan geser digunakan sengkang spiral (F)
5.2
Ø 12 – 33 cm
Saran
Dari perencanaan perhitungan dinding penahan tanah jenis kantilever ini telah
memenuhi stabilitas aman terhadap guling, geser, dan kapasitas dukung tanahnya, namun
dari perhitungan stabilitas aman tersebut angka stabilitas geser hanya lebih sedikit dari angka
yang telah disyaratkan sebagai faktor aman yaitu (2.87 > 2,00....Aman), oleh karena itu untuk
mencegah terjadinya geser pemasangan bracing sangat disarankan agar kelompok tiang
pancang pondasi dapat terhindar dari terjadinya penurunan dalam bentuk tiang tunggal dan
memperkokoh kelompok tiang untuk mencegah terjadinya geser.
Download