INTERAKSI PUPUK ORGANIK DAN MEDIA RAMAH LINGKUNGAN

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
(MANDIRI)
INTERAKSI PUPUK ORGANIK DAN MEDIA RAMAH
LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq)
Oleh:
Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
2
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.......................................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Tujuan dan Manfaat ...........................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
3
A. Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) .............................................
3
B. Cacing tanah ......................................................................................
4
C. Mikoriza.............................................................................................
7
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan .............................
11
III. METODE PENELITIAN .......................................................................
13
A.
Tempat dan Waktu penelitian ...........................................................
13
B
Alat dan Bahan..................................................................................
13
C.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian……………………………………
14
D.
Analisis Data………………………………………………………
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
17
A. Persentase Tumbuh Semai Meranti Merah……………………………
17
B. Pertambahan Diameter Batang Semai Meranti Merah………………..
18
C. Pertambahan Tinggi Semai Meranti Merah…………………………..
21
V. PENUTUP ...............................................................................................
27
A. Kesimpulan ........................................................................................
27
B. Saran ..................................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
28
LAMPIRAN
3
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Hasil Rekapitulasi Analisis Kimia Kascing
17
2. Analisis Keragaman Pertambahan Diameter Semai Meranti Merah
18
3. Uji Duncan Nilai Rata-Rata Pertambahan Diameter Semai Meranti Merah
18
4. Analisis Keragaman Pertambahan Tinggi Semai Meranti Merah
21
4
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Histogram Rata-Rata Pertambahan Diameter Semai Meranti Merah
18
2.
Histogram Rata-Rata Pertambahan Tinggi Semai Meranti Merah
21
5
RINGKASAN
Interaksi Pupuk Organik dan Media Ramah Lingkungan Terhadap
Pertumbuhan Semai Meranti Merah (Shorea leprosula Miq). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh mikoriza dan media yang berasal dari cacing tanah
terhadap pertumbuhan semai meranti merah dari ukuran pertumbuhan tinggi dan
diameter serta keberhasilan hidup semai.
Dengan menggunakan semai Meranti Merah dan medium bekas medium cacing
tanah serta tablet ektomikoriza diamati pertumbuhan dalam hal pertambahan tinggi dan
diameter serta tingkat keberhasilan tanaman tersebut dalam satuan percobaan.
Dari pengamatan percobaan diperoleh bahwa perlakuan media Kascing tanpa
pemberian tablet ektomikoriza memberikan pertambahan diameter 0,36 cm, sedangkan
perlakuan media top soil dengan pemberian tablet ektomikoriza memberikan
pertambahan tinggi rata-rata 10,78 cm, pemberian tablet ektomikoriza memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan semai meranti merah dan perbedaan
media yang digunakan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai
meranti merah. Interaksi antara penggunaan media yang digunakan dengan pemberian
tablet ektomikoriza memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan
semai meranti merah. Tingkat keberhasilan semai selama percobaan 100 %.
Key words : Pupuk Organik, Meranti Merah, Media, Ramah lingkungan, Cacing
tanah
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya jualah sehingga penelitian yang berjudul Interaksi Pupuk Organik dan
Media Ramah Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Semai Meranti Merah (Shorea
leprosula Miq) dapat diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Teman-teman sejawat yang
membantu pekerjaan penelitian,
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan serta
rekan-rekan yang mendorong dan memotivasi penelitian ini, semoga segala bantuan
mendapat balasanNYA.
Segala bentuk kritik dan saran yang dapat menyempurnakan hasil penelitian ini
sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat
berguna bagi kita semua. Aamiin.
Banjarbaru, Juni 2012
Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP
7
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan alam dengan jenis tegakan Meranti (Shorea spp)
yang cukup luas di Sumatera, Kalimantan dan sebagian Maluku.
Masa berbuah
Meranti merah 6 sampai 8 tahun sekali. Oleh karena itu pada saat panen raya buah
Meranti Merah dapat dibuat persemaian dalam jumlah besar. Salah satu kegiatan
untuk membuat Semai Meranti Merah yang baik adalah dengan memperhatikan
keperluan unsur hara dari media sapih anakan tersebut yaitu melalui kegiatan
pemupukan.
Salah bentuk pemupukan yang dianjurkan agar menghindari efek residu adalah
dari jenis organik, salah satu diantaranya adalah pupuk mikoriza. Mikoriza dapat
mempengaruhi pertumbuhan melalui inokulasi akar tanaman sehingga dapat tumbuh
lebih baik. Aspek penting peranan mikoriza di kehutanan adalah dalam reboisasi lahan
yang rusak. Keuntungan utama yang dapat diperoleh dengan adanya mikoriza pada
akar tanaman adalah meningkatnya penyerapan hara dari dalam tanah, dan dengan
adanya mikoriza dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen
tertentu, dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, beberapa jamur
mikoriza dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh, dan mikoriza dapat membantu
mempercepat terjadinya siklus hara.
Inokulasi dengan menggunakan tablet ektomikoriza merupakan cara yang
paling efektif bagi perkembangan mikoriza pada perakaran anakan maupun bagi
pertumbuhan anakan.
Hal lain yang cukup berperan dalam pertumbuhan tanaman adalah media tanam
itu sendiri, media yang berasal dari hasil feses cacing disinyalir sangat baik untu
8
tanaman. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata), makhluk hidup ini hidup di dalam tanah dengan berbagai
ukuran dan mempunyai banyak kegunaan.
Makhluk ini mempunyai potensi atau
kemampuan yang menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia, karena
keberadaan cacing tanah ini antara lain dapat berperan untuk memperbaiki struktur
tanah sehingga dapat meningkatkan drainase tanah, disamping itu cacing tanah juga
dapat meningkatkan laju siklus nutrisi karena cacing tanah mempunyai kemampuan
untuk merombak atau menguraikan sisa-sisa bahan organik di tanah. Cacing tanah
cukup berperan untuk meningkatkan kesuburan tanah, karena kotoran cacing yang
bercampur dengan tanah atau bahan lainnya merupakan sumber pupuk organik yang
lumat dan kaya unsur hara yang siap diserap akar, sehingga pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik.
Dari beberapa analisis tersebut kemudian diamati interaksi pertumbuhan semai
tanaman terhadap pemberian mikoriza dan media yang berasal dari fese cacing tanah.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mikoriza dan
media yang berasal dari cacing tanah terhadap pertumbuhan semai meranti merah dari
ukuran pertumbuhan tinggi dan diameter serta keberhasilan hidup semai dalam satuan
percobaan.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Meranti Merah (Shorea leprosula Miq)
Di Indonesia Meranti Merah memiliki beberapa nama daerah antara lain :
Banio, Ketuko, Melebeken, Meranti, Merkuyung sirantih (Sumatera), Abang, Awang,
Dammar, Engkaban, Kakan, Kenuar, Kontoi, Lampung, Lanan, Lentang, Ponga,
Putang, Tengkawang (Kalimantan), Kayu bapa, Seho (Maluku).
Di negara lain
meranti merah dikenal dengan nama Red meranti (USA), Red seroya (Sabah), Meranti
rouge (Perancis), Meranti royo (Spanyol), Meranti rosco (Italia), Lichtrode meranti
(Netherland), Hollrotes merantis (Jerman), Saya (Thailand) dan Red lanan (Filipina)
(Martawijaya et.al, 1981).
Umumnya Meranti Merah berbuah setelah berumur enam tahun. Kuncup mulai
keluar pada bulan Agustus sampai Oktober dan buah masak pada bulan Januari hingga
Maret. Buah yang jatuh segera berkecambah. Biji yang segar mempunyai
daya kecambah 80 – 90%. Banyaknya biji per kg untuk Meranti Merah adalah 730
butir. Bunga Meranti Merah berbentuk malai, berbulu dan berwarna coklat muda pada
ujung ranting atau ketiak daun, dan buah Meranti berbentuk bulat telur, berbulu,
bersayap lima yang berbentuk sodet, tiga sayapnya besar dan dua sayapnya kecil.
Daun penumpu Meranti Merah berbuku tebal dan kasar yang berwarna coklat
merah. Daunnya tunggal, besar, agak tebal, permukaan bawahnya berbulu kasar dan
ibu tulang daun menonjol pada permukaan atas serta berbentuk jorong bulat terbalik
(Martawijaya et.al, 1981).
Jafarsidik et.al. (1988) mengatakan bahwa Shorea leprosula Miq mempunyai
ciri khusus yaitu bentuk daun jorong sampai lonjong lebar, pada permukaan bawah
10
terdapat kelenjar-kelenjar (dormatia) yang tersusun sepanjang urat daun primer, daun
penumpu cepat tanggal.
Menurut Martawijaya et.al. (1981), batang Meranti Merah dapat mencapai
ketinggian 70 m dan diameter 110 cm, batangnya agak bulat, lurus dan berbanir,
berwarna coklat keabu-abuan, sering mengeluarkan damar yang bila kering berwarna
kuning.
B. Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki ciri-ciri tubuh yang sangat khas dibanding dengan
hewan-hewan lain.
Tubuhnya terdiri atas segmen-segmen teratur seperti cincin
(annulus) sehingga cacing tanah dimasukkan ke dalam kelompok (phylum) Annelida.
Berbeda dengan Arthropoda yang segmen-segmennya hanya bersifat segmen luar,
sedangkan pada Annelida segmentasi tidak saja terjadi di luar (eksternal) tetapi juga di
Alat pencernaan cacing tanah terdiri atas mulut yang dilengkapi dengan bibir
yang disebut prostomium. Posterior dari mulut terdapat farink yang terus ke posterior
bersambung dengan esofagus, tembolok, empela, usus, dan berakhir pada anus. Alat
pencernaan makanan atau usus, rongga tubuh memanjang, kelenjar kalsiferus terletak
di dinding ruang esopagus. Tembolok cacing berdinding tipis, merupakan tempat
penyimpanan sementara makanan. Empela atau empedalnya berotot, berfungsi untuk
menggiling makanan dengan bantuan butiran-butiran tanah.
Pada cacing tanah
terdapat tiga pasang kelenjar yang berkapur dan berfungsi untuk menetralkan makanan
yang mengandung asam (Mahardono, 1982).
Sel telur cacing tanah terkandung di dalam kokon dan kebanyakan bangsa
cacing tanah hidup dekat permukaan tanah. Bila tanah sangat basah, cacing akan
menempatkan dirinya hampir di permukaan tanah. Klitelium membentuk semacam
11
kepompong yang membungkus anak-anak cacing yang sedang tumbuh. Pada suatu
saat klitelium ini mengelupas dari tubuh. Ketika keluar melalui ruas tubuh terakhir,
suatu sekresi mukus atau lendir dari kulit tubuh melapisi dan menutup ujung klitelium
sehingga merupakan bungkusan atau sarang bagi anak-anak cacing yang sedang
tumbuh (Mahardono, 1982).
Kascing merupakan tanah bekas media tempat perkembangbiakan cacing tanah
yang kaya akan unsur hara. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan bagi
tanaman dalam jumlah yang cukup besar untuk pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur
makro yang terkandung dalam kascing adalah sebagai berikut:
C. Mikoriza
De la Cruz (1979) yang dikutip oleh Widiyanto (1997), mikoriza (Ektomikoriza
dan endomikoriza) merupakan cendawan yang hidupnya bersimbiosis secara
mutualistik dengan akar-akar pepohonan, baik tanaman kehutanan, tanaman
perkebunan maupun tanaman pertanian.
Asosiasi antara jamur dan akar tanaman (mycorrhiza) ini disebut dengan
simbiosis mutualistik, karena adanya keuntungan kedua belah pihak, dimana jamur
akan mendapatkan tempat hidup dan memperoleh sumber karbohidrat dari hasil
fotosintesis tanaman inang (autobion), sedangkan tanaman inang dengan adanya
mikoriza akan memperoleh keuntungan yaitu meningkatnya serapan hara dan air,
terlindungnya akar dari serangan hama dan patogen, dihasilkannya zat antibiotik
sehingga terlindung dari serangan patogen akar, serta dihasilkannya hormon-hormon
seperti auksin, sitokinin dan gibberelin untuk mengatur pertumbuhan pohon (Mosse,
1972 yang dikutip oleh Gunawan, 1993). Berdasarkan hasil penelitian Frank ternyata
mikoriza menyerap nitrogen organik dari dalam tanah melalui akar kemudian
12
meneruskannya ketubuh inang, dalam asosiasi ini jamur mengambil sejumlah air serta
unsur hara kemudian memberikannya ke akar inang, sebaliknya jamur mendapatkan
sejumlah ikatan gula dari perakaran inang (Smith et.al, 1988 yang dikutip oleh
Gunawan, 1993).
Ektomikoriza, Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur, dimana mikoriza
yang tumbuh hanya pada permukaan akar, sehingga seolah-olah membungkus akar,
filamennya berkembang keluar akar. Mikoriza ini tidak menginfeksi jaringan korteks,
hanya berada pada lapisan luar (epidermis) (Date and Mc comb, 1982 yang dikutip
oleh Gunawan, 1993). Ektomikoriza di daerah tropika dicirikan oleh keragaman
species yang sangat tinggi di Asia Tenggara dan di Indonesia banyak terdapat di
Sumatra dan Kalimantan. Tumbuh pada tanah podsolik merah kuning dan tanah
latosol, keragaman ektomikoriza yang sangat tinggi umumnya ditemukan pada
Dipterocarpaceae (Smith et.al, 1997 yang dikutip oleh Pujiyanto, 2001).
Fungsi Mikoriza dalam Pertumbuhan Tanaman
a.
Meningkatkan Penyerapan Unsur Hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik daripada yang tidak
bermikoriza.
Asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza
menyebabkan terbentuknya luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu
memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan
tanaman untuk menyerap unsur hara makro (Fosfor, Nitrogen, Kalium) dan
beberapa unsur hara mikro seperti Sulfur dan Zinc, hal ini dikarenakan hifa jamur
mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah unsur hara yang diserap juga meningkat (Pujiyanto, 2001).
b. Meningkatkan Ketahanan terhadap Kekeringan
13
Tanaman yang bermikoriza biasanya lebih tahan kekeringan daripada yang tidak
bermikoriza. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan korteks, kemudian
matinya perakaran pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza.
Akar yang bermikoriza akan cepat kembali pulih setelah periode kekurangan air
berlalu. Hal ini disebabkan hifa cendawan masih mampu untuk menyerap air pada
pori-pori tanah, pada saat akar tanaman sudah tidak mampu. Selain itu penyebaran
hifa di dalam tanah sangat luas, sehingga dapat mengambil air relatif banyak (Imos
et.al, 1989).
c.
Tahan terhadap Serangan Patogen Akar
Tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap serangan patogen akar. Mikoriza dapat
berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar.
Mekanisme pertahanan terhadap serangan patogen dapat dilakukan dengan
pembentukan lapisan hifa (mantel) yang berfungsi sebagai pelindung fisik untuk
masuknya patogen, menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan zat
kimia lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen dan
selain itu cendawan mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan
patogen (Imos et.al, 1989).
d. Dapat Memproduksi Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh
Cendawan mikoriza dapat menghasilkan hormone yang dapat mempercepat
pertumbuhan inang seperti auksin, sitokinin, giberelin, juga zat pengatur tumbuh
seperti vitamin kepada inangnya. Auksin yang diproduksi dapat berfungsi untuk
mencegah atau memperlambat proses penuaan pada akar (feeder roots), dengan
demikian fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air akan bertahan lebih
lama.
e.
Dapat Memperbaiki Struktur Tanah
14
Mikoriza dapat meningkatkan struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir
tanah. Stabilitas agregat dapat ditingkatkan oleh adanya sel polisakarida yang
dihasilkan oleh cendawan pembentuk mikoriza.
Menurut Imos et.al, 1989 penggunaan mikoriza dapat memberikan kontribusi lain
bagi tanaman yaitu :
 Mikoriza dapat menggantikan sebagian dari kebutuhan pupuk, bagi anakan
pohon yang ditanam pada kondisi tanah jelek. Sebagai contoh mikoriza dapat
menggantikan kira-kira 50% dari kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan nitrogen
dan 25% kebutuhan kalium untuk jenis Leucaena leucocephale
 Penggunaan mikoriza dibandingkan dengan pupuk organik (sintesis) lebih
menguntungkan disamping mampu menyerap N, P, dan K mikoriza terbukti
dapat mengekstrak Ca, Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan
bagian dari pupuk buatan
 Suatu tanaman yang telah terinfeksi oleh cendawan mikoriza maka manfaatnya
akan diperoleh selama hidupnya, tetapi pemupukan harus diulangi tiap fase
pertumbuhan, karena sebagian pupuk akan hilang atau terbawa erosi.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terbagi menjadi 4, yaitu :
1.
Faktor edafis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah
2.
Faktor fisiografis, yaitu keadaan yang menentukan bentuk dan struktur permukaan
3.
Faktor klimatis, yaitu faktor yang berhubungan erat dengan keadaan atmosfir,
termasuk semua faktor yang ada hubungannya dengan atmosfir yang
mempengaruhi kehidupan suatu tanaman
4.
Faktor biotis, yaitu faktor yang berhubungan dengan pengaruh tumbuhan dan
hewan.
15
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Shade House Fakultas Kehutanan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Waktu yang diperlukan untuk
penelitian ini adalah ± 3 bulan.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah :
1.
Polybag ukuran 24 cm x 28 cm
2.
Jangka sorong atau sigmat untuk mengukur diameter semai
3.
Mistar panjang untuk mengukur tinggi
4.
Label plastik untuk memberi nomor pada setiap satuan percobaan
5.
Thally sheet untuk mencatat data
6.
Kamera digital untuk dokumentasi
7.
Alat penyiram (gembor)
8.
Kalkulator untuk perhitungan data dan alat tulis menulis
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Semai Meranti Merah berumur  4 bulan yang berasal dari biji
2.
Tablet ektomikoriza
3.
Media topsoil
4.
Air
5.
Kascing
6.
Serasah
7.
Kotoran sapi.
16
C.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1) Menyiapkan bahan tanam berupa semai meranti merah yang berasal dari biji
dan sudah berumur lebih kurang 4 bulan
2) Pemberian tablet ektomikoriza sesuai dengan ketentuan pada penelitian
terdahulu yaitu 3 tablet dan dilakukan pada minggu ke-3 setelah penanaman
dan pengukuran awal.
3) Inokulasi tablet ektomikoriza diberikan dengan cara menaburkan tablet yang
telah dihancurkan sedalam ± 3–4 cm dengan jarak ± 1–2 cm dari batang semai.
4) Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan cara penyiraman tanaman yang
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari agar tanaman tidak
menjadi kering dan layu serta dilakukan juga pembersihan tanaman
pengganggu.
5) Melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap jumlah tanaman hidup,
pertambahan diameter, tinggi serta penambahan jumlah daun setiap dua
minggu sekali
D. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
percobaan faktorial 2x2, dimana setiap kombinasi perlakuan diterapkan 5 kali ulangan
sehingga keseluruhannya semai yang digunakan sebanyak 20 semai.
Model umum dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yij
=
µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
17
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persentase Tumbuh Semai Meranti Merah
Persentase hidup merupakan perbandingan antara semai yang masih hidup pada
akhir pengamatan dengan seluruh semai yang ditanam dikalikan 100%. Hasil yang
didapat dari pengamatan selama tiga bulan penelitian menunjukkan bahwa semai
Meranti Merah mampu bertahan hidup. Persentase hidup semai merupakan kriteria
dalam kegiatan yang berhubungan dengan penanaman. Keberhasilan tumbuh semai
meranti menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan media dan unsur tambahan mikoriza
memberikan sumbangan yang berarti dalam kesempatan tetap tumbuh sampai akhir
penelitian.
Media tanam, yang berasal dari fese cacing mempunyai nilai keharaan yang
cukup baik, sehingga memberikan kontribusi yang sangat baik untuk pertumbuhan
tanaman.
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Analisis Kimia Kascing
Unsur Kimia
Kascing
Nitrogen (N)
0,34 %
Fosfor (P)
252,81 mg/100 gr
Kalium (K)
31,68 mg/100 gr
Kalsium (Ca)
22,37 me/100 gr
Magnesium (Mg)
9,68 me/100 gr
18
B. Pertambahan Diameter Batang Semai Meranti Merah
Secara grafis data hasil rekapitulasi rata-rata pertambahan diameter batang (cm)
semai Meranti dapat dilihat sebagai berikut:
0.36
Rata-rata Diameter Batang (cm)
0.4
0.318
0.35
0.3
0.25
0.216
0.192
0.2
0.15
0.1
0.05
0
A0B0
A0B1
A1B0
A1B1
Perlakuan
Gambar 1. Histogram Rata-Rata Pertambahan Diameter Batang (cm) Semai
Meranti Merah
Tabel 2. Analisis Keragaman Pertambahan Diameter Batang Semai Meranti Merah
Sumber
Derajat
Bebas
Keragaman
3
Perlakuan
Faktor A 1
Faktor B 1
Interaksi
1
AB
16
Galat
19
Total
Keterangan :
Jumlah
Kuadrat
0,096975
0,091125
0,000405
Kuadrat
Tengah
0,032325
0,091125
0,000405
Ftabel
5%
1%
25,254**
3,240 5,290
71,191**
4,490 8,530
0,316ts
4,490 8,530
0,005445
0,005445
4,254ts
0,020480
0,117455
0,001280
Fhitung
4,490
8,530
** = Berpengaruh sangat nyata Faktor A = Media
ts
= Tidak berpengaruh nyata
Faktor B = Ektomikoriza
KK = 13,18%
19
Dari hasil tersebut nampak terlihat bahwa pertambahan diameter batang pada
kascing lebih besar jika dibandingkan dengan penggunan media topsoil.
Hal ini
dikarenakan adanya komposisi unsur P dalam media kascing yang digunakan sebagai
media pertumbuhan tanaman sudah mencukupi kebutuhan unsur P bagi tanaman.
Pendapat ini didukung oleh pernyataan Sambas (1979), yang menyatakan bahwa unsur
P memegang peranan penting dalam pertambahan diameter. Selain itu, unsur K juga
berperan penting dalam kegiatan pembelahan sel dan perkembangan jaringan
meristematik yang berakibat dalam pembesaran batang. Dengan jumlah P dan K yang
mencukupi maka akan membantu dalam proses perkembangan diameter batang.
Tanaman yang mempunyai mikoriza cenderung tumbuh lebih subur
dibandingkan dengan tanaman yang tidak mempunyai mikoriza. Hal ini dikarenakan
hifa jamur mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air.
Penyerapan hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat.
Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut
terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat,
disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat
akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan
patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang
dapat mematikan patogen. Mikoriza dapat mengurangi perkembangan penyakit busuk
akar (Khairul, 2001).
Selain itu menurut Hadi & Sabamotoi, (2002), mikoriza
merupakan cendawan yang dapat bekerjasama dengan akar tanaman sehingga bisa
memacu pertumbuhan tanaman. Pernyataan ini serupa dalam hasil penelitian yang
telah dilakukan ini yakni pada perlakuan A0B0 (tanpa pemberian ektomikoriza) dan
20
A0B1 (dengan pemberian ektomikoriza), dimana diameter batang semai Meranti Merah
mengalami peningkatan dari 0,192 cm menjadi 0,216 cm.
C. Pertambahan Tinggi Semai Meranti
Ciri dari kehidupan tanaman ditandai dengan adanya pertumbuhan tinggi
yang merupakan perkembangan sel-sel hidup pada tanaman. Pertambahan tinggi ini
merupakan indikator yang paling mudah untuk diamati dan dapat digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui pertumbuhan pada suatu tanaman. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Sambas (1979) yang menyatakan bahwa salah satu ciri kehidupan tanaman
adalah proses fisiologis tanaman yang salah satunya terlihat pada pertumbuhan tinggi
tanaman.
Data rata-rata pertambahan tinggi semai meranti dapat dilihat sebagai berikut
10.78
Rata-rata Pertambahan Tinggi (cm)
12
10
8.1
7.34
8
6.1
6
4
2
0
A0B0
A0B1
A1B0
A1B1
Perlakuan
Gambar 2. Histogram Rata-Rata Pertambahan Tinggi (cm) Semai Meranti Merah
Novizan (2002), menambahkan bahwa pertambahan tinggi semai merupakan
suatu pertumbuhan vegetatif dan pada fase ini terdapat 3 tahapan yaitu pembelahan sel,
perpanjangan sel dan differensiasi sel. Dalam proses pembelahan sel ini tanaman
banyak memerlukan unsur hara karbohidrat.
21
Tabel 4. Analisis Keragaman Pertambahan Tinggi Semai Meranti Merah
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Faktor A
Faktor B
Interaksi AB
Galat
Total
Keterangan :
Deraja
bebas
3
1
1
1
16
19
*
ts
KK
=
=
=
Jumlah
Kuadrat
58,791870
36,991871
19,207788
2,592211
120,959839
179,751709
Kuadrat
Tengah
19,597290
36,991871
19,207788
2,592211
7,559990
Berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
34,03%
F hitung
2,592ts
4,893*
2,541ts
0,343ts
F tabel
5%
1%
3,240 5,290
4,490 8,530
4,490 8,530
4,490 8,530
Faktor A = Media
Faktor B = Ektomikoriza
Adanya respon pertambahan tinggi yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini
dikarenakan ketersediaan unsur hara yang cukup dalam media yang digunakan (topsoil
atau kascing) serta adanya pemberian tablet ektomikoriza yang semakin menambah
kebutuhan kandungan unsur hara tersebut, yang tentu saja dapat menunjang
pertumbuhan tinggi semai Meranti dalam hal mempercepat pertumbuhan tanaman.
Penggunaan media topsoil dan adanya penambahan ektomikoriza dalam penelitian ini
menunjukkan pertambahan tinggi semai Meranti yang lebih baik jika dibandingkan
dengan penggunaan media kascing. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman yang tidak diperoleh dari media topsoil dapat
terpenuhi dari adanya pemberian tablet ektomikoriza sehingga saling mencukupi dan
memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari
Dudi Iskandar (2002) yang menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza dapat
menyerap unsur P lebih tinggi (10-27%) dibandingkan dengan tanaman yang tidak
bermikoriza (0,4-13%).
Pengaruh penggunaan mikoriza ini pada pertumbuhan
tanaman terlihat dengan adanya perbedaan pertambahan tinggi tanaman jika dibanding
kontrol.
22
Pertumbuhan menunjukkan adanya perkembangan beberapa organ khusus
tanaman atau kumpulan organ tanaman secara keseluruhan.
Pertumbuhan ini
merupakan suatu proses yang sangat kompleks pada bagian tanaman dan saling
berhubungan satu sama lain. Pada umumnya pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari
adanya pertambahan tinggi semai, jumlah daun dan diameter batang semai (Suharti,
1979). Hadi & Sabamoto (2002), menyatakan bahwa kehadiran mikoriza baik diluar
atau di dalam jaringan akar dapat mempercepat pertumbuhan tanaman yang
ditempatinya. Gunawan (1993), menambahkan bahwa adanya simbiosis mutualistik
antara jamur dan akar tanaman (mycorrhiza) akan menambah sumber karbohidrat serta
meningkatkan serapan hara dan air bagi tanaman. Tingginya kandungan unsur hara ini
diduga dapat menyebabkan buruknya perkembangan akar (kelebihan takaran/dosis
unsur hara), sehingga akar tidak dapat memanfaatkan air dan unsur hara yang
tersimpan media kascing.
Ada lima hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya
mikoriza ini yaitu mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah,
mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar,
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim,
meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti
auxin dan menjamin terselenggaranya proses biogeokemis. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa konsumsi unsur hara yang berlebih tentu saja tidak
menguntungkan pertumbuhan semai Meranti. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Tom Barr (2004), bahwa semua nutrisi yang dipakai oleh tanaman harus tersedia
dalam jumlah yang proporsional dan dibatasi agar tidak terjadi kelebihan unsur.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila didukung pemberian nutrisi
(unsur hara) yang tepat.
23
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah.
1.
Perlakuan media Kascing tanpa pemberian tablet ektomikoriza memberikan
pertambahan diameter 0,36 cm, sedangkan perlakuan media top soil dengan
pemberian tablet ektomikoriza memberikan pertambahan tinggi rata-rata 10,78 cm
2.
Pemberian tablet ektomikoriza memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap
pertumbuhan semai meranti merah dan perbedaan media yang digunakan
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai meranti merah
3.
Interaksi antara penggunaan media yang digunakan dengan pemberian tablet
ektomikoriza memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan semai
meranti merah
4.
Persentase tumbuh semai meranti merah adalah 100 %.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, D. 1991. Pengaruh Berbagai Perbedaan Jenis Media Terhadap Produksi
Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rebellus) dengan Kotoran Sapi Sebagai
Bahan Pakannya. Skripsi Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2003. Mikoriza Suatu Inokulasi Teknologi Ecto-Forest.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Djohansyah,
1998.
Pengaruh Pemberian Tablet Ektomikoriza Terhadap
Pertumbuhan 6 (enam) Jenis Anakan Meranti dengan Sistem Cabutan.
Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.
Gunawan, 1993. Pengaruh Inokulasi Jamur Pembentuk Mikoriza Bantuan Fosfat dan
Naungan terhadap Pertumbuhan Semai Hopea flouralis Asthor. Tesis Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Hadi, A dan K. Sabamoto. 2002. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza untuk Rehabilitasi
Lahan. Seminar Nasional IPTEK Diversifikasi Usaha tani terpadu. Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian, Unlam, Banjarbaru.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, W. M. Lubis, M. A. Diha, Go Ban Hong dan H. H.
Billey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Hanafiah, K.A. 1993. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. PT Raja Grafinda
Persada, Jakarta.
Imos, T., R.S. Hadioetomo, A.W.Gunawan, Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi Tanah II.
Departemen P dan K Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB, Bogor.
Jafarsidik, Y, Sutomo, S dan Anggana. 1998. Kunci pengenalan Anakan Jenis
Meranti Merah (Shorea spp). Pusat Penelitian dan Pengembangan, Bogor.
Kartasapoetra, A.G. dan Mul Mulyani Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit
rineka Cipta, Jakarta.
Kartasapoetra, G. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara, Jakarta.
Khairul, S. 2001. Pemanfaatan Mikroba Tanah Sebagai Pupuk Hayati dalam
Peningkatan Pertumbuhan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi-LIPI, Bogor.
LIPI, 1977. Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S. Amang Prawira, 1981. Atlas Kayu
Indonesia Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
25
Novizan, 2002.
Jakarta.
Petunjuk Pemumpukan yang Efektif.
PT Agro Media Pustaka,
Nurdin, M. S. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Rasmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,
Jakarta.
Sambas, S. N. 1979. Fisiologi Pohon. Bagian Penerbitan yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Smits, W., Daud Leppe dan Massotian Noor. 1988. Metode Inokulasi untuk
Persemaian Dipterocarpaceae. Departemen Kehutanan, Balai Penelitian
Kehutanan Samarinda.
Soekotjo, 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Penggunaan Perguruan Tinggi Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Suharti, 1979. Teknik Pemupukan Tanaman mahoni (Switenia macrophylla King).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.
Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 1985. Pengantar Ilmu Tanah.
Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Syekhfani. 1994. Sifat Kimia Tanah (Hubungan Tanah, Air, dan Hara Tanaman).
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Tamami. 1991. Status dan Potensi ZPT serta Prospek Penggunaan Rootone F dalam
Perbanyakan Tanaman. Dirjen RRL Departemen Kehutanan, Bogor.
Widiyanto, N. 1997. Efektivitas Beberapa Cara Inokulasi Mikoriza terhadap
Pertumbuhan Anakan Alam Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) dengan
Sistem Cabutan. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru. Tidak Dipublikasikan.
Download