Investigasi Internal Amerika Tidak Akan Mengubah Wajah Buruknya RABU, 15 JANUARI 2014 10:31 Syabab.Com - Surat kabar Yaman, melalui situsnya “yemenat.net” pada tanggal 9 Januari 2014, mempublikasikan sebuah berita berjudul: “Amerika Serikat untuk pertama kalinya melakukan investigasi terkait serangan drone yang mengubah pernikahan menjadi pemakaman”. Dalam berita itu dikatakan: “Pemerintah Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah memulai investigasi internal terkait serangan drone yang terjadi pada 2 Desember tahun lalu, di Yaman yang menargetkan anggota Al-Qaeda. Ini adalah kasus yang jarang dilakukan oleh Amerika Serikat terkait program pesawat tak berawak (drone)-nya.” *** *** *** Disebutkan dalam berita tersebut “untuk pertama kalinya” dilakukan investigasi terkait rangkaian serangan pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat di beberapa kota Yaman, dan menewaskan ribuan warga sipil dengan dalih memerangi terorisme, terutama setelah mendapatkan izin untuk memasuki kota, yang menargetkan tempattempat yang diinginkan, khususnya di era presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi. Padahal penguasa sebelumnya masih malu-malu dalam melakukan semua ini. Sementara dalam pemerintahan Hadi menunjukkan hal berbeda, dimana tidak sedikit jumlah anak-anak dan orang tua yang meninggal di beberapa kota Yaman. Bahkan, sejak Hadi berkuasa, Amerika Serikat telah melancarkan 160 serangan pesawat tak berawak (drone), dan membunuh ratusan warga sipil tak berdosa. Sungguh serangan ini menyebabkan kepanikan di tengahtengah penduduk kota dan desa yang tidak tahu kapan datang dan perginya pesawat ini. Serangan drone Amerika Serikat yang terus berulang ini telah menyebabkan sekitar 40 ribu warga mengungsi dari provinsi Abyan. Perlu diketahui bahwa Amerika Serikat melakukan serangan pertama di Yaman pada tahun 2002. Dan hingga saat ini jumlah total serangan drone Amerika Serikat sebanyak 415 serangan, semuanya didengar dan dilihat oleh Pemerintah Yaman, juga menewaskan sekitar 4.700 orang. Sementara militer melaporkan bahwa dari mereka yang meninggal, sekitar seratus orang yang menjadi anggota Al-Qaeda. Dan ketahuilah bahwa apa yang dilakukan America hari ini, yang melakukan investigasi internal hanyalah sandiwara, dan operasi plastik untuk menutupi wajahnya yang jelek. Operasi ini tidak akan bermanfaat sama sekali, justru itu akan memperburuk wajah pemerintahannya, dan pemerintah orang yang berada di belakangnya, yang mengizinkan Amerika Serikat melakukan pembantaian dan penganiayaan terhadap warga sipil, serta turut intimidasinya dengan dalih perang melawan terorisme. Ironisnya adalah keberadaan Hadi dan para pejabat di Departemen Pertahanan yang dengan telanjang mendukung pembantaian yang dilakukan Amerika Serikat, dan membantunya menentukan sejumlah target. Ingatlah, bahwa laknat Allah atas para penindas. Dan semoga Allah membinasakan siapa saja yang membunuh orang-orang tak bersalah dan anak-anak, demi kepentingan Amerika Serikat dengan dalih perang melawan terorisme. َل ذ َاََٰه نلب ٌَ َغ َب ه ن َ نٌَِن ِب ِ ََ ِأ الَِلَ ََ ِِ ََََّٰ َّي َب ِ َّهِ باَ ٌِ ذَِ بهَ ا َلَب اَاَّ َِن ََ ََِِ نْسَ لَِه ٌِ ِهب ََ َِِل ناََٰ لَِه ِِسا “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim [14] : 52). Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 13/1/2014. [htipress/syabab.com] ++++ Telegraph: Barat Akan Membayar Mahal Penghancuran Demokrasi di Mesir RABU, 15 JANUARI 2014 09:37 Syabab.Com - Surat kabar Inggris “Telegraph” menegaskan bahwa penahanan Presiden terpilih Muhammad Mursi tidak hanya melanggar hukum, namun juga tindakan tidak bermoral. Surat kabar juga menegaskan adanya sejumlah kebohongan rezim kudeta terkait tuduhan terhadap Presiden Mursi, serta penundaan sidang dengan dalih cuaca buruk. Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan hari Kamis (9/1) dengan judul “Kita semua akan membayar mahal penghancuran demokrasi di Mesir”, surat kabar Inggris “Telegraph” menyebutkan bahwa rezim kudeta yang represif dan brutal tengah membuat kelompok Islamis mustahil bisa berpartisipasi dalam kehidupan politik. Ia memperingatkan bahwa praktek pemerintahan kudeta ini dapat mendorong kelompok Islamis menggunakan cara-cara kekerasan, seperti organisasi “Al-Qaeda”. Peter Oborne dalam artikelnya di surat kabar tersebut mengatakan: “Saya baru saja kembali dari Kairo dalam sebuah perjalanan yang sangat menggelisahkan, dibandingkan dengan apa yang saya lihat pada musim panas tahun 2011, ketika orang banyak berkumpul di Tahrir Square, di mana segala sesuatu—harapan dan kebahagiaan— mungkin terwujudkan setelah penggulingan Presiden Mubarak.” Ia melanjutkan: “Sekarang setelah kudeta militer, setiap aksi protes diancam hukuman penjara, penculikan, penyiksaan, dan penembakan para demonstran. Sementara Presiden interim “Adli Mansour” hanyalah seorang boneka, sedang Menteri Pertahanan “Abdul Fattah al-Sisi” adalah pengendali pemerintahan yang sesungguhnya.” Oborne mengatakan bahwa kemungkinan kuat “Sisi” akan mencalonkan diri untuk pemilihan presiden yang akan diadakan tahun ini pada tanggal yang belum ditentukan hingga sekarang, setelah terungkap bocoran terkait “Sisi” bahwa ia mengatakan kepada temantemannya tentang serangkaian mimpi—selama beberapa dekade—ia memimpin Mesir! Oborne menambahkan bahwa Ikhwanul Muslimin yang memenangkan pemilihan presiden yang bebas dan adil, justru mendapatkan perlakukan represiif dari rezim kudeta, yang mengeluarkan keputusan bahwa Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, hal itu dibuktikan dengan banyaknya anggota, pendukung dan pimpinannya yang dipenjara. Sebagai sebuah sindiran, Auburn mengatakan: “Selama kunjungan, saya tidak mencoba untuk mewawancarai satupun dari Ikhwanul Muslimin, tidak hanya takut akan keselamatanku, namun karena itu bisa berakhir di penjara seperti wartawan aljazeera yang ditangkap akhir bulan lalu!” Oborne melanjutkan: “Inggris, Eropa dan Amerika Serikat meski tidak terlibat langsung dalam kudeta militer, namun mereka bersekongkol di dalamnya.” Buktinya, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague tidak menyebut kata “kudeta”, bahkan mengakui rezim baru. Ia menambahkan, bahkan John Kerry, Menteri Luar Negeri AS telah melangkah lebih jauh dan mengatakan kepada media sebagai pujian terhadap al-Sisi. Ia mengatakan bahwa Sisi akan mengembalikan demokrasi! Sementara, saya menyoroti betul pembantaian untuk membubarkan aksi massa di “Rabiah al-Adawiyah” dan “an-Nahdhah”, yang menyisakan lebih dari seribu orang meninggal, dan ribuan terluka oleh peluru tajam. Dikatakan bahwa pasukan rezim kudeta sengaja melakukan pembunuhan massal terhadap para demonstran, kemudian menghancurkan mayat mereka dengan buldoser. Dan yang semakin mempertegas bahwa itu semua sengaja dilakukan oleh rezim kudeta adalah tidak adanya penyelidikan apapun terhadap kejahatan yang sangat keji ini. [islammemo.cc/htipress/syabab.com] +++ Masya Allah, Anak-anak dan Remaja Muslim Di Negeri Eropa Gelar Konferensi Islam Anak-anak AHAD, 24 NOVEMBER 2013 20:57 Syabab.Com - Masa depan Eropa benar-benar akan berada di tangan Islam, sebagaimana Islam akan meliputi seluruh penjuru bumi, dari ujung timur hingga barat dunia. Pembinaan ke-Islam-an di Eropa sangat gencar dilakukan, termasuk di kalangan anak-anak dan remaja. Anak-anak Ukraina menggelar konferensi Islam dengan tema "Islam di Mata Anak-anak", di Bakhchysarai, sebuah kota di pusat Krimea, selatan Ukraina, 17/11/2013. Saat di negeri berpenduduk muslim terbesar di sini, ide-ide sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan baik secara sistematis atau pun tidak, tengah dicengkramkan mengancam generasi kita, membuahkan kisah-kisah yang miris mendengarnya, maka secercah cahaya bagi anak-anak Muslim di Eropa ini. Sebuah konferensi anak-anak untuk membicarakan Islam digelar di Eropa, baik pembicara maupun pesertanya semuanya adalah anak-anak. Mereka seperti halnya orang dewasa menggelar konferensi untuk membicarakan topik yang menarik terkait dengan Islam. Pada acara tersebut, anak-anak yang diundang hadir berusia 6 sampai 12 tahun. Lebih dari 150 anak-anak baik laki-laki dan perempuan hadir menyemarakkan konferensi yang unik dan luar biasa tersebut. Para pembicara dalam konferensi itu pun terdiri dari rekan-rekan seusia mereka yang membicarakan tentang Islam. Mengikuti Sunnah nabi kita tercinta Muhammad Saw, Eden Zakiryaev sambil membaca kutipan ayat Surat Yasin membuka acara. Kemudian, pembawa acara Fatima Smailova mempersilahkan kepada pembicara pertama Elizabeth Federova, yang berbicara kepada para anak-anak muda tentang keberaan Allah Swt. Dalam presentasinya, ia menunjukkan bahwa apa pun yang ada di sekitar kita menjadi tanda bagi kita, terhadap keberadaan Allah Swt. Presentasi dilanjutkan oleh Aisyah Ibrahimova, yang menjelaskan kepada semua peserta, bahwa Islam, hukum yang harus hidup. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakantindakannya, tegasnya. Setelah itu, Esma Urinbayeva berbicara tentang Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul utusan Allah yang menerima wahyu dari-Nya. Ia juga menjelaskan bagaimana situasi orang-orang sebelum Muhammad sebagai Nabi, dan bagaimana setelah ia menerima Islam. Said Ali Chikiyev dalam pemaparannya mengatakan bahwa al-Quran sebagai kitab suci merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia, karena Allah menjaganya. Ia menegaskan tidak ada yang satu pun yang sanggup mendatangkan sesuatu seperti al-Quran. Dalam presentasi terakhir yang mengambil tema "Saya seorang Muslim", Ismail Osman mengungkapkan esensi iman para peserta cilik sebagai seorang Muslim, serta bagaimana cara dia membangun gaya hidupnya dengan Islam. Kuliah dari anak-anak remaja intelektual tersebut disertai dengan tayangan slide berwarna-warni dan video demonstrasi. Usai konferensi, anak-anak pun mendapatkan bingkisan hadiah dari panitia. Acara ini mendapat sambutan hangat dari anak-anak yang hadir. Usai acara, banyak anak-anak yang bersedia untuk mengikuti acara serupa bagi anak-anak tentang Islam di masa depan. Demikianlah, salah satu diantara bentuk kegigihan pembinaan generasi Islam di bumi Eropa. Begitu hebatnya pembinaan mereka, sehingga usia anak pun telah belajar berkonfrensi dan membicarakan Islam. Bagaimana dengan anak-anak di negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia ini? Maka sudah saatnya selamatkan anak-anak dan remaja di negeri ini dari cengkraman kapitalisme. Mari gencarkan dakwah, dan gelorakan pembinaan Islam di kalangan generasi muda kita. Masa depan ada di tangan Islam, di tangan generasi mereka! [m/ar/f/qv/syabab.com]