BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Michael Faraday

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Michael Faraday ialah ilmuwan Inggris yang mendapat julukan "Bapak
Listrik", yang telah membawa perubahan besar dalam aspek kehidupan ini. Dengan
ide brilian dan karyanya orang bisa berevolusi dan bersosialisasi dan bermasyarakat.
Dengan demikian kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat, sehingga di
butuhkan kerja sistem kelistrikan yang handal, mulai dari sistem pembangkit,
penyaluran dan beban.
Dalam mencukupi kebutuhan tersebut maka pembangkit merupakan peran
penting dalam penyaluran energy listrik ke konsumen. Pembangkit listrik adalah
bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga
listrik dari berbagai sumber tenaga. Seiring berkembangnya teknologi di bidang
pembangkit energi listrik, maka hingga saat ini telah banyak di temukan bermacam
jenis pembangkit listrik, seperti PLTU, PLTA, PLTD, PLTG, dan lain lain.
Pada sistem pembangkit, tingkat keandalan ditentukan oleh kemampuan
sistem menyuplai seluruh beban yang ada. Keadaaan pembangkit merupakan
probalitas suatu alat atau pendayagunaan sistem supaya mampu melakukan suatu
pengoprasian pada periode waktu tertentu sesuai dengan apa yang di harapkan.
Dalam melayani kebutuhan tenaga listrik maka sistem tenaga listrik haruslah
dikembangkan
sejalan
dengan
petumbuhan
pemakaian
beban
dengan
pengkoordinasian yang baik, sehinga dapat menghindari pemutusan aliran listrik yang
diakibatkan pemakaian beban yang berlebihan. Dengan metode Algoritma Genetika
didapatkan sebuah
penjadwalan pembangkit yang optimum dengan tujuan
menyediakan tenaga listrik yang ekonomis dengan memperhatikan mutu dan
keandalan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
dikemukakan adalah bagaimana mendapatkan suatu penjadwalan pengoprasian
pembangkit listrik yang ekonomis dengan menggunakan metode Algoritma Genetika
pada Sistem Pembangkit Sumatera Bagian Tengah.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari tugas akhir ini adalah:
1.
Analisa sistem pembangkit Hidro-Termis di Sumatera Bagian Tengah.
2.
Pembahasan penjadwalan daya optimum dari pembangkit tersebut
3.
Menganalisa biaya pengoperasian dari beberapa pembangkit tersebut.
4.
Rugi-Rugi Transmisi diabaikan.
5.
Rugi-Rugi Dalam sistem diabaikan.
6.
Jadwal Pemeliharaan diabaikan.
1.4 Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian dari tugas akhir ini didapat sebuah
perencanaan penjadwalan operasi pembangkit yaitu dengan perbandingan pemakaian
beban dan biaya operasional pembangkit. Sehingga kita dapat meminimalkan biaya
operasional pembangkit.
1.5 Metodologi Penelitian
Untuk memenuhi tujuan yang akan dicapai melalui tugas akhir ini, maka ada
beberapa metode yang digunakan, yaitu :
1. Studi literature dari buku–buku, makalah, dan dari berbagai sumber online
lainnya.
3
2. Studi Lapangan, mencari dan mengumpulkan data – data yang berkenaan
dengan Operasional Pembangkit di Sumatera Bagian Tengah.
3. Menganalisa data yang di dapat berupa :
 Perhitungan besar beban harian selama satu minggu
 Perhitungan biaya operasional
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori dan mengenai konsep dasar
yang berhubungan dengan unit pembangkit, dan pembebanan.
BAB III
APLIKASI
METODE
ALGORITMA
GENETIKA
UNTUK OPTIMASI OPERASI PEMBANGKIT
Menerangkan tentang teori-teori optimasi penjadwalan unit
pembangkit dengan menggunakan metode Algritma Genetika.
BAB IV
HASIL
DAN ANALISA PENJADWWALAN SISTEM
PEMBANGKIT
GENETIKA
DENGAN
METODE
ALGORITMA
4
Pada bab ini mengambarkan analisa optimasi penjdawalan tiaptiap pembangkit dengan menggunkan metode Algoritma
Genetika.
BAB V
PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa optimasi pegangkit
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Kelistrikan
Ketenagalistrikan di Indonesia di mulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan balanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Pengusahaan listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak perusahaan
swasta Belanda. Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, perusahaan
listrik yang dikuasai jepang direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan
September 1945, lalau deserahkan kepada pemerintahan republik Indonesia.
Interkoneksi sistem tenaga listrik di Indonesia dibangun oleh PLN, dimana tenaga
listrik yang di bangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU,
PLTG, dan PLTD disalurkan melalui saluran transmisi ke pusat-pusat beban.
Untuk mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik dibutuhkan biaya yang
besar, dimana biaya operasi dari sistem tenaga listrik merupakan biaya terbesar dari
biaya operasi dari suatu perusahaan listrik. dimana biaya yang dikeluarkan kira-kira
60 % adalah biaya bahan bakar dari operasi keseluruhan, adapun biaya operasi
sistem tenaga listrik itu adalah :
1. Biaya pembelian tenaga listrik
2. Biaya bahan bakar dan material operasi
3. Biaya lain lain
Dari data biaya operasional di atas salah satunya adalah kendala pengeluaran
biaya bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga termal. Untuk itu diperlukan suatu
cara atau strategi untuk melayani kebutuhan beban dengan menekan biaya produksi
dan mengkobinasikan dengan pembangkit hidro, dengan tetap memperhatikan mutu
serta keandalan sistem tenaga listrik yang di hasilkan.
6
2.2
Kendala Operasional
Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. banyak berbagai permasalahan
yang berakibatkan pada penurunan kualitas serta kendala
dari tenaga listrik.
persoalan yang muncul diakibatkan dari pemakaian listrik yang selalu berubah
sepanjang waktu, tingginya biaya bahan bakar untuk operasional pembangkit listrik
dan kondisi alam dan lingkungan yang dapat mengakibatkan ganguna pada proses
operasi sistem.
Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik ada beberapa persoalan pokok yang
dihadapi antara lain sebagai berikut.
a. Pengaturan Frekuensi
Salah satu karakteristik pada sistem tenaga listrik yang sangat
penting untuk dijaga kestabilannya adalah frekuensi. Pentingnya menjaga
frekuensi berkaitan erat dengan upaya untuk menyediakan sumber energi yang
berkualitas bagi konsumen. Pasokan energi dengan frekuensi yang berkualitas
baik akan menhindarkan peralatan konsumen dari kerusakan (umumnya alat
hanya dirancang untuk dapat bekerja secara optimal pada batasan frekuensi
tertentu saja – 50 s.d 60 Hz). Penyimpangan frekuensi dari nilai nominal harus
selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai
hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban sistem
yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang waktu.
Sehubungan dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang
dihasilkan dalam sistem pembangkitan harus disesuaikan dengan beban daya
aktif. Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel
penggerak generator.
b. Pemeliharaan Peralatan
Peralatan dalam sistem perlu dipelihara secara periodik sesuai
dengan buku petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan
7
yang bersangkutan. Namun dilain pihak pemeliharaan peralatan yang
menyebabkan peralatan tersebut menjadi tidak siap operasi dalam sistem perlu
dikoordinir agar penyediaan daya dalam sistem selalu memenuhi kebutuhan
beban. Sementara itu cadangan daya harus cukup tinggi hal ini untuk
menjamin tersedianya daya pembangkit yang cukup tinggi dalam sistem.
Cadangan daya ini merupakan ukuran keandalan.
c. Biaya Operasional
Komponen biaya pembangkitan energi listrik terbesar adalah bahan
bakar untuk pembangkit termal. Dimana biaya operasional pembangkit ini
merupakan biaya terbesar dari suatu perusahaan listrik sehingga di perlukan
tenik-teknik optimasi untuk menekan biaya dari operasional pembangkit
tersebut.
d. Gangguan
Ganguan dalam sistem tenaga listrik merupakan suatu kendala yang
tidak dapat dihindari, seiring terjadinya perubahan iklim alam seperti petir
sebagai penyebab ganguan paling besar di Negara ini.
e. Tegangan
Tegangan adalah suatu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik yang
perlu di perhatikan dalam pengoperasian sistem. Tegangan diatur oleh eksitasi
(Penguatan Medan) generator pada pembangkit dan alat pengatur tegangan
dibeberapa tempat seperti tap changer trafo.
2.3
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Air
(PLTA)
adalah
pembangkit
yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik.
8
Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Bentuk utama
dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari air.
Gambar 1.1 : Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Daya yang di hasilkan dapat di hitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
P = 9,8 . Q . H (kW)
Dimana:
P
= Tenaga yang dikeluarjan secara teoritis
H
= Tinggi jatuh air (m)
Q
= Debit air (𝑚3 /dt)
Daya yang keluar dari generator dapat di peroleh dari perkalian efisiensi
turbin dan generator dengan daya yang dihasilkan secara teoritis. Sebagai mana dapat
di pahami dari rumus diatas, daya yang dihasilkan adalah hasil kalai dari tinggi jatuh
9
air dan debit air. Berhasilnya pembangkit tenaga air tergantung daripada usaha untuk
mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara afektif dan ekonomis.
2.3.1 Karakteristik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Karakteristik pada pembangkit listrik tenaga air adalah air berperan sebagai
input dan mengahasilkan daya dalam satuan megawatt. Sistem tenaga air mengubah
energi dari air yang mengalir menjadi energi mekanik dan kemudian biasanya
menjadi energi listrik. Air mengalir melalui kanal (penstock) melewati kincir air atau
turbin dimana air akan menabrak sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun
turbin berputar. Ketika digunakan untuk membangkitkan energi listrik, perputaran
turbin menyebabkan perputaran poros rotor pada generator. Energi yang dibangkitkan
dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk
memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.
2.4
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
PLTU dalam sistem merupakan pembangkit listrik yang dominan baik secara
teknis operasional maupun di tinjau dari segi biaya operasi.
Pada PLTU sendiri terdapat bagian-bagian sebagai berikut :
1. Sirkuit bahan bakar
2. Sirkuit udara untuk pembakaran
3. Sirkuit air bersih dan uap
4. Sirkuit air dingin
10
Gambar 1.2 : Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
2.4.1 Karakteristik PLTU
Bahan bakar sebagai energy primer di campur dengan udara, dibakar dalam
ruang bakar ketel uap sehingga timbul energy panas. Air bersih yang dialirkan dalam
pipa ketel uap mengambil sebanyak mungkin energy panas yang dihasilkan
pembakaran dalam ketel uap sehingga uap menghasilkan tekanan dan suhu yang
tinggi. Drum uap yang mengandung energy (enthalpy) yang tinggi dialirkan ke turbin
uap melalui super heater. Didalam super heater uap mengambil energy naik.
Kemudian uap dialirkan ke turbin untuk mengkonversikan energinya menjadi energy
listrik.
Mekanisme turbin uap penggerak generator, jika memakai sistem reheat maka
uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi dialiri kedalam reheat dahulu sebelum
dialiri ke turbin tekanan menengah untuk mengambil energy panas dari gas hasil
pembakaran dan menaikkan suhu pada reheater. Setelah uap melepas energinya
dalam turbin maka uap diembunkan dalam kondensor agar menjadi air kembali dan
11
dapat dipompakan kembali kedalam ketel uap. Sisa energy yang masih ada dalam uap
yang keluar dari turbin dibuang melalui kondensor kedalam air pendingin kondensor
ketika berlangsung peroses pengembunan.
Dari uraian diatas terlihat bahwa apabila ada perubahan beban pada unit
PLTU yang menyebabkan adanya perintah dari governor untuk melakukan
penambahan atau pengurangan uap yang dialirkan keturbin uap, maka hal ini harus
diikuti dengan penambahan atau pengurangan aliran ke ketel bahan bakar dan udara,
hal ini menunjukkan bahwa pengaturan beban unit PLTU menyangkut suatu sistem
control yang panjang sehingga sangat terbatasi kemampuan untuk menghadapi
perubahan beban dan proses star atau stop.
2.5
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Unit PLTG adalah unit pembangkit termahal biaya operasionalnya khususnya
biaya bahan bakar. Pengoperasian dari unit PLTG dijadwalkan dalam waktu yang
sependek mungkin, misalnya pada waktu beban puncak atau pada waktu ada
gangguan/kerusakan pada unit lain (sebagai unit cadangan).
Oprasi sistem dengan gas suhu tinggi pada PLTG merupakan penyebab utama
timbulnya keausan apabila unit PLTG mengalami proses start-stop. Seperti halnya
unit PLTG secara operasional juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Beban maksimum
2. Beban minimum
3. Kecepatan perubahan beban
4. Perhitungan cadangan putar
12
2.5.1
Karakteristik PLTG
Udara yang dimampatkan oleh kompresor kemudian dicampur dengan
bahan bakar dan dibakar dalam ruang bungker. Selanjutnya gas hasil
pembakaran yang suhunya kira-kira 9000C dialirkan ke turbin untuk
dikonversikan menjadi daya mekanis. Daya mekanis inilah yang digunakan untuk
menggerakkan generator sebagai pembangkit energy listrik.
Karakteristik pembangkit listrik tenaga gas mempunyai input-output
yang sama dengan karakteristik pembangkit listrik tenaga uap.
2.6
Pembangkit listrik tenaga Diesel (PLTD)
Pusat PLTD merupakan pusat listrik yang memproduksi energy listrik yang
merubah energy panas yang dihasilakan dari bentuk bahan bakar menjadi energy
listrik.dalam operasinya pusat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel memerlukan biaya
yang tinggi, namun biaya infestasinya rendah dan waktu pembangunannya relative
singkat.
Pada sistem tenaga listrik, Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan
unit pembangkit yang besar biaya operasionalnya untuk biaya bahan bakar sebagai
energy penggerak turbin. Agar unit Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) beroperasi
dalam waktu pendek maka perlu pengaturan penjadwalan. Adapun komponenkomponen yang terdapat pada sistem pembangkit pada PLTD yaitu : Sistem Bahan
Bakar, Mesin Diesel sebagai turbin, generator.
2.6.1
Karakteristik Pembangkit Listirk Tenaga Diesel
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan pembangkit
yang menggunakan tenaga diesel sebagai pemutar turbin. Dengan kata lain
turbin merubah energy panas pada boiler menjadi energy mekanik. Kemudian
generator merubah energy mekanik menjadi nergi listrik. maka sebagai
13
masukan (input) adalah bahan bakar dan keluarannya (output) adalah daya
listirk.
2.7
Beban
Beban adalah pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan listrik. Karakteristik
juga mempengaruhi keputusan dalam operasi ekonomis. Untuk beban yang sama dan
sejenis akan bervariasi dengan pola yang sama, dimana pola beban tersebut
ditentukan oleh:
1. Kurva beban
2. Kurva lama beban
Besarnya beban sistem pada suatu unit hanya dapat diperkirakan dengan
acuan beban sistem dimasa yang lalau yaitu kemampuan untuk melayani beban secara
berkala.
2.7.1
Kurva beban
Beban yang ada pada sistem tidak selalu sama besarnya pada setiap
saat. Sebagai contoh, misalnya beban yang harus dilayani terdiri dari
perumahan dan pabrik-pabrik. Waktu siang hari pabrik beroperasi penuh dan
dirumah memeakai beban yang kecil karena lampu penerangan belum di
hidupkan. Hal ini akan berlawanan pada malam hari jadi terlihat adanya
perubahan beban antara siang dam malam hari.
Akibat perubahan ini tentunya daya listrik harus dibangkitkan pusat
tenaga listirik turut berubah sesuai beban yang ada. Keadaan daya listirik yang
dibangkitkan pusat tenaga listrik yang berubah-ubah itu dapat digambarkan
pada sebuah grafik yang dinamakan kurva beban (load curve). Karena beban
ini mempunyai arti penting bagi operasi sisitem pembangkit yaitu:
1. Menyediakan beban yang mencukupi veriasi kebutuhan beban
2. Pengoperasian yang optimal dari unit-unit pembangkit
14
3. Rencana pengalokasian pembangkit yang optimum dari seluruh
kapasitas produksi
4. Penentuan kapasitas cadangan unit pembangkit
2.7.2
Kurva lama beban
Kurva lama beban yaitu kurva yang menunjukakan permintaan beban
dari konsumen terhadap waktu dan melalui variasi beban dapat di tentukan
bebas beban total yang digunakan menurut waktu tertentu, sehingga untuk
perhitungan dapat melalui kurva beban.
Bila kurva beban dibuat besarnya beban setiap saat, maka grafik kurva
lama beban menggambarkan tetang besarnya beban dengan besar dengan
besar beban yang sama. Cara memperoleh kurva lama beban ialah dengan
membagi grafik kurva beban menjadi strip-strip partikel. Kemudian
menyusunnya kembali pada sebuah palang sumbu. Dimana palang sumbu
tersebut mempunyai satuan lama beban (jam) dan besar beban (kwh).
2.8
Keuntungan Koordinasi Operasi
Dengan melakukan koordinasi operasi , akan didapatkan beberapa keuntungan
yaitu Oprasi yang fleksibel. Variasi beban dalam sebuah sistem bertujuan untuk
mencari beberapa solusi. Untuk mengatasi permasalahan operasional, perlu dilakukan
koordinasi antara beberapa buah pembangkit. Dimana suatu pembangkit di
operasikan pada jam-jam tertentu dan pembangkit yang lain di operasikan secara
terus menerus, dimana keperluan daya sistem harus dapat dipercaya dan aman. Untuk
memelihara kesatbilan sistem, diperlukan cadangan kapasitas yang disalurkan setiap
saat. Pada pembangkit termis seperti PLTU yang mempunyai biaya operasional yang
mahal. Sedangkat pembangkit hidro seperti PLTA mempunyai biaya operasional
rendah.
15
2.9
Algoritma Genetik
Dalam sejumlah sistem tenaga listrik yang terdiri dari sejumlah PLTA dan
sejumlah pusat listrik termis, perlu dicari jalur pembagian beban antara subsistem
hidro dan subsistem termis agar didapat operasi yang optimum bagi sistem tenaga
listirk secara keseluruhan, dalam arti dicapai bahan bakar yang minimum dari total
biaya operasional pembangkit untuk memasok permintaan daya atau beban. Untuk
memecahakan persoaalan ini digunakan metode Algoritma Genetika. Dalam
menggunakan metode ini harus di cari objective fungsion atau dikenal dengan fungsi
fitness. Fungsi fitness disini adalah biaya operasional yang minimum.
Algoritma genetik adalah algoritma yang berusaha menerapkan pemahaman
mengenai evolusi alamiah pada tugas-tugas pemecahan-masalah (problem solving).
Dalam algoritma genetik ada beberapa istilah yang harus di ketahui,
1. Gen
: Satuan terkecil dari individu
2. Kromosom
: Kumpulan dari Gen
3. Individu
: Kumpulan dari kromosom
4. Populasi
: Kumpulan dari individu
Pendekatan yang diambil oleh algoritma ini adalah dengan menggabungkan
secara acak berbagai pilihan solusi terbaik di dalam suatu kumpulan untuk
mendapatkan generasi solusi terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi yang
memaksimalkan kecocokannya atau lazim disebut fitness. Generasi ini akan
merepresentasikan perbaikan-perbaikan pada populasi awalnya. Dengan melakukan
proses ini secara berulang, algoritma ini diharapkan dapat mensimulasikan proses
evolusioner.
Untuk
menggunakan
algoritma
genetik,
solusi
permasalahan
direpresentasikan sebagai khromosom.
. Untuk itu menyelesaikain optimasi tersebut harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
16
2.9.1
Skema Pengkodean
Skema pengkodean yang digunakan dalam pengkodean, yaitu Binary
encoding, yang setiap gennya hanya bernilai 0 atau 1, skema pengkodean ini
berguna untuak pengkodean perpembangkit. Yaitu jika pembangkit hidup
maka pembangkit akan bernialai 1 jika pembangkit mati akan bernilai 0.
2.9.2
Nilai Fitnes
Suatu individu dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai
ukuran perfomansinya. Didalam evolusi alam, individu yang bernilai fitness
tinggi yang akan bertahan hidup. Sedangkan individu yang bernialai fitness
rendah akan mati. Pada masalah optimasi, jika solusi yang dicari adalah
memaksimalkan sebuah fungsi, maka nilai fitness yang digunakan adalah dari
nilai fungsi tersebut, tetapi jika msalahnya adalah minimasi fungsi maka nilai
fitness yang di gunakan 1 dibagi nilai fungsi tersebut.
2.9.3
Seleksi Orang Tua
Pemilihan dua buah kromosom sebagai orang tua, yang akan dipindah
silangkan, biasanya dilakukan secara proposiaonal sesuai dengan nilai
fitnesnya. Suatu metode seleksi yang umum digunakan adalah roulettewheel,
diamana masing-masing kromosom menempati potongan pada roulettewheel
secara proposional sesui dengan nilai fitnesnya. Kromosom yang memiliki
nilai fitness yang lebih besar menempati potongan lingkararan yang lebih
besar, dibandingan dengan kromosom bernilai fitness rendah.
2.9.4
Pindah Silang
Salah satu komponen paling penting dalam algoritma genetik adalah
pindah silang (crossover). Sebuah kromosom yang mengarah pada solusi yang
bagus bisa di peroleh dari proses memindah-silangkan kromosom. Pindah
silang bisa juga berakibat buruk jika ukuran populasinya sangat kecil. Dalam
17
suatu populasi yang sangat kecil, suatu kromosom dari gen gen yang
mengarah ke solusi akan sangat cepat ke kromosom-kromosom lainnya.
Pindah silang bisa dilakukan dalam beberapa cara berbeda. Yang paling
sederhana adalah pindah silang satu titik potong (one-point crossover). Suatu
titik potong dipilih secara random.
2.9.5
Mutasi
Prosedur mutasi sangatlah sederhana. Untuk semua gen yang ada, jika
bilangan random yang dibangkitkan kurang dari probabilitas mutasi yang
ditentukan maka ubah gen tersebut menjadi nilai kebalikanya (dalam binary
encoding, 0 menjadi 1, 1 menjadi 0).
2.9.6 Elitisme
Karena seleksi di lakukan secara random, maka tidak ada jaminan
suatu indifidu bernilai fitness tertinggi akan selalu terpilih. Kalaupun individu
bernilai fitness tertinggi terpilih, mungkin saja individu tersebut akan rusak
(nilai fitnessnya menurun) karena proses pindah silang. Untuk menjaga agar
individu bernilai fitness tertinggi tersebut tidak hilang selama evolusi, maka
aperlu dibuat suatu atau beberapa kopinya.
18
BAB III
APLIKASI METODE ALGORITMA GENETIK UNTUK
OPTIMASI PENJADWALAN PEMBANGKIT
3.1
Umum
Jumlah kapasitas terpasang dari peralatan tenaga dan julmlah pembangkit
tenaga listrik semakin berkembang sebegitu jauh, pembangkitan tersebut ditetakankan
pada pembangkitan tenaga air. Alas an pemikiranya adalah tidak diperlukannya biaya
yang besar dalam pengoperasiannya karena yang dimanfaatkan dari sumber
pembangkit disini adalah energy air.
Untuk pembangunan PLTA diperlukan biaya yang besar dan waktu yang
lama, tetapi sebanding dengan biaya operasionalnya yang murah. Selama teknoekonomis memungkinkan, kiranya akan lebih menguntungkan untuk terus
membangun PLTA, oleh karena pembangkit dengan tenaga termis, walaupun lebih
murah pembangunannya tetapi tidak tahan lama dan masih memerlukan bahan bakar
sehingga biaya operasionalnya mahal.
Keuntungan dari kedua macam pembangkit tenaga tersebut hendaknya dapat
dikombinasikan, sehingga dengan demikian dapat dimanfaatkan secara efektif.
Namun dalam tahun-tahun trakhir ini lokasi yang menguntungkan bagi pusat listrik
tenaga air lebih sulit diperoleh, sehingga mengakibatkan harga listrik per kWH
menjadi lebih tinggi. Sebaliknya teknologi pembangkit tenaga termis telah
mengalami kemajuan yang pesat. Dengan memakai mesin-mesin dengan temperatur
dan tekanan tinggi, kapasitas tiap unit pembangkit tenaga termis dapat dipertinggi dan
biaya kontruksinya terus menurun.
Oleh karena itu akhir-akhir ini ada kecendrungan untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Termis (PLTT) dengan beban yang tetap. Karena
19
kapasitas tiap unit dari PLTT juga semakin besar, maka secara keseluruhan
persentase kapasitas terpasang PLTT juga semakin tinggi dibandingkan jenis
3.3
Optimasi Penjadwalan Pembangkit Menggunakan Algoritma Genetik
dalam Mtlab
Pemilihan bahasa pemograman Matlab lebih didasari pada kemudahan
didalam mengimplemaentasikan komponen-komponen AG yang banyak
menggunakan operasi matriks.
Implementasi Algoritma Genetika untuk Optimasi penjadawalan pembangkit
sebagai berikut.
3.3.1
Inisialisasi Populasi
Tujuan dari fungsi ini adalah membangkitkan kromosom berisi
sejumlah gen. masukan untuk funsi ini adalah kromosom dan jumlah gen.
function Populasi = InisialisasiPopulasi(UkPop,JumGen)
Populasi = fix(2*rand(UkPop,JumGen));
Keterangan:
Membangkitkan sejumlah UkPop kromosom, masing-masing kromosom
berisi bilangan biner (0 dan 1) sejumlah JumGen.
Masukan :
UkPop : ukuran populasi atau jumlah kromosom dalam
populasi
JumGen: jumlah gen dalam kromosom
Keluaran :
populasi : kumpulan kromosom, matriks berukuran UkPop x
JumGen
Pada perintah rand(UkPop,JumGen) akan menghasilakan sebuah
matriks dua dimensi berukuran UkPop x JumGen yang berisi nilai real dalam
interval (0,1), sedangkan perindah fix digunakan untuk pembulatan kebawah.
20
Dengan
demikian
(fix(2*rand(UkPop,JumGen)))akan
menghhasilkan
sebuah matrix dua dimensi, UkPop x JumGen, yang bernilai biner (0,1). Maka
file InisialisasiPopulasi.m berisikan kode program diatas.
3.3.2
DekodekanKromosom
Fungsi ini bertujuan untuk mengkodekan sebuah kromosom yang
berisi bilangan biner menjadi individu x yang bernilai real dalam interval yang
digunakan. Proses pengkodean dilakukan berdasarkan persamaan 2.1 pada
Bab II. Pada fungsi ini intilah kromosom mengacu pada Vektor baris yang
berisi bilangan biner. Sedangkan individu mengacu pada veriable x yang
berisikan bilangan real.
function x = DekodekanKromosom(Kromosom,Nvar,Nbit,Ra,Rb)
for ii=1:Nvar,
x(ii) = 0;
for jj=1:Nbit,
x(ii) = x(ii) + Kromosom((ii-1)*Nbit+jj)*2^(-jj);
end
x(ii) = Rb + (Ra-Rb)*x(ii);
end
Keterangan:
Mendekodekan kromosom yang berisi bilangan biner menjadi individu
x yang bernilai real dalam interval yang ditentukan [Ra,Rb].
Masukan :
Kromosom : kromosom, matriks berukuran 1 x JumGen
Nvar : jumlah variabel
Nbit : jumlah bit yang mengkodekan satu variabel
Ra : batas atas interval
Rb : batas bawah interval
Keluaran :
x : individu hasil dekode kromosom
21
Kromosom adalah sebuah matriks berukuran 1 x JumGen atau atau
bisa dikenal sebagai vector baris. Nvar adalah jumlah variabel yang terdapat
pada fungsi yang dipotimasi. Sedangkan Nbit adalah jumlah bit yang
digunakan untuk mengkodekan suatu variabel. Ra adalah batasan interval.,
sedangkan Rb adalah batas bawah interval. Keluaran fungsi ini adalah x, yaitu
sebuah undividu yang bernilai real dalam interval [Ra,Rb]. Jika Nvar sama
dengan 2 dan Nbit sama dengan 10, Maka individu x terdiri dari dua kolom,
x(1) dan x(2). Dengan skema x(1) adalah hasil decode dari kromosom (1)
sampai kromosom (10). Sedangakan x(2) adalah hasil decode dari kromosom
(11) sampai kromosom(20). Dalam hal ini kromosom(ii) mengacu pada nilai
gen ke ii.
3.3.3
Evaluasi Individu
Fungsi ini bertujuan untuk menghitung nilai fitness dari suatu individu
x. Fungsi ini sangat bergantung pada masalah yang akan diselesaikan. Kode
program berikut ini digunakan khusus untuk menyelesaikan masalah
minimasi.
function fitness = EvaluasiIndividu(x,A,B,C)
a = A;
b = x*B';
if
b >= a
fitness = 1 / ((x.*b*C')+ eps);
else
fitness = 0;
end
Individu x terdiri dari 3 buah data excel yang berisi data :
A = Beban
B = Daya Mampu Pembangkit
C = Biaya Operasional Perpembangkit.
22
Sedangkan untuk eps merupakan bilangan terkecil, seadngkan (‘)
untuk merubah vector baris menjadi vector kolom.
Karena tujuannya untuk mencari nilai minimasi biya operasioanal
maka fungsi fitness nya:
1 / ((x.*b*C')+ eps)
Untuk menjaga agar individu bernilai fitness tertingggi tidak hilang
selama evolusi, maka perlu dilakukan prosesdur eletisme dengan cara
membuat satu atau dua kopi dari individu bernilai fitness tertinggi tersebut.
Pada kode program dibawah ini dilakukan suatu prosedur pencarian individu
bernilai fitness tertinggi dan terendah yang disimpan sebagai variabel MaxF
dan MinF. Sedangkan indeksdari individu bernilai fitness tertinggi disimpan
dalam veriabel IndeksIndividuTerbaik. Agar tidak tertimpa, populasi baru
disimpan didalam veriabel TemPopulasi. Eletisme dilakukan dengan
mengkopi suatu atau dua individu terbaik dari populasi dan disimpan dalam
TemPopulasi.
x = Populasi(1,:)
Fitness(1) = EvaluasiIndividu(x,A,B,C);
MaxF = Fitness(1);
MinF = Fitness(1);
IndeksIndividuTerbaik = 1;
for ii=2:UkPop,
Kromosom = Populasi(ii,:);
x = Kromosom
Fitness(ii) = EvaluasiIndividu(x,A,B,C);
if (Fitness(ii) > MaxF),
MaxF = Fitness(ii);
IndeksIndividuTerbaik = ii;
BestX = x;
end
if (Fitness(ii) < MinF),
MinF = Fitness(ii);
end
end
TempPopulasi = Populasi;
23
Elitisme:
Buat satu kopi kromosom terbaik jika ukuran populasi ganjil
Buat dua kopi kromosom terbaik jika ukuran populasi genap
if mod(UkPop,2)==0,
(ukuran populasi genap)
IterasiMulai = 3;
TempPopulasi(1,:) = Populasi(IndeksIndividuTerbaik,:);
TempPopulasi(2,:) = Populasi(IndeksIndividuTerbaik,:);
else
% ukuran populasi ganjil
IterasiMulai = 2;
TempPopulasi(1,:) = Populasi(IndeksIndividuTerbaik,:);
end
3.3.4
Linear Fitnes Rangking
Untuk menghindari kecendrungan konvergen pada optimum lokal,
maka digunakan penskalaan nilai fitness, sehingga diperoleh nilai fitness baru
yang lebih baik, yaitu yang memiliki veriansi tingi.
function LFR = LinearFitnessRanking(UkPop,Fitness,MaxF,MinF)
[SF,IndF] = sort(Fitness);
for rr=1:UkPop,
LFR(IndF(UkPop-rr+1)) = MaxF-(MaxF-MinF)*((rr-1)/(UkPop-1));
end
Masukan
: UkPop : ukuran populasi atau jumlah kromosom dalam populasi
Fitness: nilai fitness, matriks ukuran 1 x UkPop
MaxF : nilai fitness maximum
MinF : nilai fitness minimum
SF berisi nilai fitness yang terurut dari kecil ke besar (ascending)
IndF berisi index dari nilai fitness yang menyatakan nomor urut kromosom
LinearFitness = nilai fitness baru hasil pen-skala-an.
Fungsi sort sudah tersedia dalam MATLAB, digunakan untuk
mengurutkan nilai fitness dari kecil ke besar (ascending). Variabel SF bernilai
24
fitness hasil pengurutan, sedangkan IndF berisi indeks dari nilai-nilai fitness
tersebut.
3.3.5
RouletteWheel
Fungsi roulette-wheel secara sederhana diimlementasikan dengan kode
pemograman sebagai berikut:
function Pindex = RouletteWheel(UkPop,LinearFitness);
JumFitness = sum(LinearFitness);
KumulatifFitness = 0;
RN = rand;
ii = 1;
while ii <= UkPop,
KumulatifFitness = KumulatifFitness + LinearFitness(ii);
if (KumulatifFitness/JumFitness) > RN,
Pindex = ii;
break;
end
ii = ii + 1;
end
Memilih orang tua dengan menggunakan LinearFitness, yaitu nilai fitness
hasil pen-skala-an. Pemilihan dilakukan secara proporsional sesuai dengan
nilai fitness-nya.
Masukan:
UkPop : ukuran populasi atau jumlah kromosom dalam populasi
LinearFitness : nilai fitness yang sudah di-skala-kan
Keluaran :
Pindex : indeks dari kromosom yang terpilih (bernilai 1 sampai
UkPop)
Sebuah perintah yang tersedia dalam MATLAB, dalah sum, digunakan
untuk menjumlahkan semua nilai pada vector LinearFitness. Perintah berak
digunkan untuk keluar dari suatu pengulangan for atau while. Keluaran dari
fungsi ini adalah Pindex, yaitu indeks dari individu yang terpilih sebagai
orang tua.
25
3.3.6
Pindah silang
Skema pindah silang satu titik potong, yang di bahas pada sub bab
2.9.4 di implementasikan pada program berikut :
function Anak = PindahSilang(Bapak,Ibu,JumGen);
% Membangkitkan satu titik potong (TP bernilai antara 1 sampai JumGen-1)
TP = 1 + fix(rand*(JumGen-1));
% Anak 1 berisi bagian depan Bapak dan bagian belakang Ibu
Anak(1,:) = [Bapak(1:TP) Ibu(TP+1:JumGen)];
Anak(2,:) = [Ibu(1:TP) Bapak(TP+1:JumGen)];
Memindah-silangkan bagian kromosom Bapak dan Ibu yang dipotong
secara random, sehingga dihasilkan dua buah kromosom baru yang disebut
Anak.
Masukan
Bapak : kromosom, matriks berukuran 1 x JumGen
Ibu : kromosom, matriks berukuran 1 x JumGen
JumGen : jumlah gen
Keluaran
Anak : kromosom hasil pindah silang, matriks berukuran 1 x JumGen
Sebuah pindah silang antara 1 sampai JumGen dibangkitkan secara
random dan disimpan dalam variabel TP. Variabel Anak(1,:) menyatakan
Anak baris ke-1 semua kolom. Baris 1 menunjukkan kromosom anak pertama
hasil pindah silang. Sedangkan semua kolom menunjukkan bahwa kromosom
anak tersebut berisi gen-gen gabungan dari bagian depan kromosom Bapak
dan bagian belakang kromosom Ibu.
3.3.7
Mutasi
Mutasi bisa terjadi secara random pada setiap gen dalam kromosom.
Berikut ini adalah baris-baris perintah untuk fungsi mutasi:
26
function MutKrom = Mutasi(Kromosom,JumGen,Pmutasi);
MutKrom = Kromosom;
for ii=1:JumGen,
if (rand < Pmutasi),
if Kromosom(ii)==0,
MutKrom(ii) = 1;
else
MutKrom(ii) = 0;
end
end
end
Mutasi gen dengan probabilitas sebesar Pmutasi
Gen-gen yang terpilih diubah nilainya: 0 menjadi 1, dan 1 menjadi 0
Masukan:
Kromosom : kromosom, matriks berukuran 1 x JumGen
JumGen : jumlah gen
Pmutasi : Probabilitas mutasi
Keluaran:
MutKrom : kromosom hasil mutasi, matriks berukuran 1 x JumGen
Jika suatu bilangan random [0,1], yang dibagkitkan oleh perintah rand
kurang dari probabilitas mutasi Pmutasi, maka gen yang bersesuaian akan
diganti dengan dengan nilai kebalikannya (nilai 0 diubah menjadi 1, dan 1
diubah menjadi 0). Keluaran dari fungsi mutasi ini adalah MutKrom, yaitu
kromosom hasil mutasi.
27
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1
Perbandingan Beban 726610 kWH Pukul 01:00
4.2
Perbandingan Beban 685700 kWH Pukul 04:00
4.3
Perbandingan Beban 786300 kWH Pukul 06:00
4.4
Perbandingan Beban 766700 kWH Pukul 10:00
4.5
Perbandingan Beban 785400 kWH Pukul 12:00
4.6
Perbandingan Beban 788800 kWH Pukul 15:00
4.7
Perbandingan Beban 846900 kWH Pukul 18:00
4.8
Perbandingan Beban 950600 kWH Pukul 21:00
4.9
Perbandingan Beban 751400 kWH Pukul 00:00
28
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil analisa penjadwalan operasi pembangkit sumatera bagian tengah
yang terdiri dari PLTA Singkarak, PLTA Maninjau, PLTA Batang Agam, PLTA
Koto Panjang, PLTG Pauh Limo, PLTU Ombilin, PLTG Teluk Lembu, PLTD Teluk
Lembu, PLTD Payo Silincah, PLTG Batang Hari, PLTD Agreko Pauh Limo, PLTD<
Agreko Riau, PLTD Dumau, PLTD Sewatama.
Download