Mohamad Dziqie Aulia Alfarauqi (13/359889/PSP/04994) Bojan Georgijev (13/357205/PSP/4862) Tiur panca novita pasaribu (13/359764/PSP/04946) Global Humanitarian Diplomacy Universitas Gadjahmada REPORT 2 : DATA EMPIRIS LAPANGAN Untuk laporan kedua kami khususkan untuk memasukkan semua data yang kami dapatkan di lapangan, data-data ini kami dapatkan melalui akses internet dan wawancara dengan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS Yogyakarta) dan dengan beberapa Ngo seperti Jari Mulia UMY dan VICTORY PLUS. Data-data dibawah memang merupakan data asli dan belum diolah untuk bagian analisanya, sebagian data juga masih berupa salinan asli dari internet guna ditindak lanjuti untuk diolah lebih lanjut dalam bab analisa. DATA 1 : KASUS HIV AIDS D.I. YOGYAKARTA Periode 1993 – 2014 (s.d. Maret 2014) Data berdasarkan jenis kelamin JENIS KELAMIN AIDS LAKI-LAKI 734 PEREMPUAN 341 TAK DIKETAHUI 9 1084 JUMLAH Data berdasarkan asal penderita ASAL PENDERITA AIDS KOTA YOGYA 232 KAB. BANTUL 213 KAB. KULON PROGO 49 KAB. GUNUNG KIDUL 86 KAB. SLEMAN 257 LUAR DIY 211 TAK DIKETAHUI 36 1084 JUMLAH Data berdasarkan Kondisi Pasien KONDISI AIDS HIDUP 902 MENINGGAL 175 TIDAK DIKETAHUI 7 1084 JUMLAH Data berdasarkan faktor resiko HIV 928 516 60 1504 HIV 482 293 71 45 317 237 59 1504 HIV 1400 55 49 1504 FAKTOR RESIKO AIDS HIV BISEKSUAL 3 27 HETEROSEKSUAL 709 690 HOMOSEKSUAL 83 204 NARKOTIK SUNTIK 150 108 PERINATAL 29 40 TRANSFUSI DARAH 3 14 NEONATAL 0 1 TAK DIKETAHUI 106 420 NEEDLE INJURY 1 0 1084 1504 JUMLAH Data berdasarkan golongan umur GOL UMUR AIDS HIV tidak tau 48 88 kurang 1 tahun 9 15 1-4 tahun 18 38 5-14 tahun 15 16 15-19 14 27 20-29 317 573 30-39 395 434 40-49 174 218 50-59 82 74 60 keatas 12 21 1084 1504 JUMLAH Data berdasarkan pekerjaan KASUS PEKERJAAN PENYAKIT AIDS HIV Tenaga Profesional Medis 5 2 Tenaga Non Profesional 84 52 Seniman/artis 5 4 Buruh Kasar 93 73 PNS 25 18 Narapidana 10 120 Pelaut 2 2 Pramugara/i 0 0 Manager Eksekutif 0 0 Profesional Non medis 100 114 Data berdasarkan tahun kasus penyakit TAHUN KASUS JUMLAH 7 136 9 166 43 130 4 0 0 214 JUMLAH PENYAKIT AIDS HIV 1993 1 1 2 1995 1 1 2 1998 2 0 2 2000 2 3 5 2001 3 6 9 2002 4 23 27 2003 7 5 12 2004 19 60 79 2005 37 81 118 2006 23 70 93 2007 47 72 119 2008 43 113 156 2009 283 278 561 2010 73 58 131 2011 42 151 193 2012 244 188 432 2013 185 316 501 2014 68 78 146 1084 1504 2588 JUMLAH Data diambil dari : http://aidsyogya.or.id/2014/data-hiv-aids/data-kasus-triwulan-i-2014/ DATA 2 : Profil Ngo’s 1. VICTORY PLUS Victory Plus adalah salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam penanganan dini HIV dan AIDS. LSM ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun 2004. VISI :Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik dan sebagai wadah pemberdayaan ODHA dan OHIDHA yang bebas dari STIGMA dan DISKRIMINASI MISI : Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA, mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA dalam penanggulangan HIV dan AIDS, dan mencapai Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik dan sebagai Wadah pemberdayaan ODHA dan OHIDHA yang bebas dari STIGMA dan DISKRIMINASI. Dalam mencapai Visi tersebut maka Victory Plus harus menjalankan misi dengan melakukan Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA serta mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA dalam penanggulangan HIV dan AIDS.1 2. JARI MULIA Semakin hari angka penyebaran virus HIV AIDS di Indoesia semakin melesat tinggi, ini tentunya mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk keperihatinan kita sebagai kaum muda. Berangkat dari keprihatinan inilah, terlintas ide dari beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadyah Yogyakarta untuk membentuk sebuah komunitas, yang mana komunitas ini akan menjadi wadah bagi remaja dan kaum muda khususnya mahasiswa Fakultas kedokteran yang konsen dan memiliki kepedulian terhadap laju penyebaran HIV AIDS terutama di Yogyakarta. Tak bisa dipungkiri bahwa remaja dan kaum muda dengan usia produktif yakni 19-29 tahun merupakan kelompok tertinggi yang terinfeksi penyebaran virus HIV. Kurangnya sarana edukasi dan penyampaian informasi tentang HIV AIDS kepada remaja dan kaum muda, merupakan salah satu faktor penyebab angka penyebaran virus ini melesat tajam, Disamping itu, minimnya lembaga dan komunitas yang menaungi serta menjadikan remaja sebagai objek preventif HIV AIDS ini juga menjadi faktor pendukung. Antusias dan solidaritas kaum muda yang peduli HIV AIDS juga menjadi latar belakang terbentuknya komunitas ini. Bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia, yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2006, Jaringan Muda Peduli HIV AIDS terbentuk. Dan pada 26 Januari 2007, komunitas dengan nama JARI MULIA (Jaringan Muda Peduli HIV AIDS) ini diresmikan dengan Dekan Fakultas Kedokteran UMY sebagai Dewan Pelindung. Dan komunitas ini berada dibawah naungan Lembaga Majelis Kesehatan dan kesejahtraan Muhammadiyah. Komunitas yang pada awal terbentuknya hanya terdiri dari 11 orang anggota ini memiliki fokus kegiatan yakni pencegahan penyebaran virus HIV AIDS melalui metode edukasi dengan penyuluhan dan pendampingan kepada remaja dan kaum muda. Pendampingan ini berupa pemberian materi dan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan HIV AIDS ke sekolah sekolah, dimana JARI MULIA telah memiliki beberapa sekolah sekolah bimbingan, baik SMP dan SMA. Disamping 1 http://victoryplusaids.org/ itu, JARI MULIA juga melakukan advokasi, yang secara aktif ikut memperjuangkan isu isu yang berhubungan dengan kesehatan dan juga terlibat dalam pembuatan perda HIV AIDS di Yogyakarta. Keanggotaan JARI MULIA bersifat terbuka, yang berarti siapa saja dapat bergabung dalam komunitas ini. Sedangkan untuk kepengurusannya sendiri, masih dijalankan oleh mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Komunitas Jari Mulia memiliki visi ‘mencetak generasi muda bersolidaritas dan berpengetahuan tinggi terhadap HIV AIDS’. Untuk mewujudkan visi ini, Jari Mulia memiliki beberapa divisi dalam keanggotaannya. Diantaranya : Divisi Pendampingan dan Advokasi, Devisi Penelitian dan pengembangan, Devisi PUSDIKLAT, Devisi humas.2 3. YAYASAN SPIRITIA Sejarah Spiritia didirikan pada 1995 oleh Suzana Murni dan beberapa rekan lain sebagai kelompok dukungan sebaya oleh dan untuk orang yang terinfeksi HIV (Odha) dan terpengaruh oleh HIV (Ohidha). Tujuan awal adalah: 1) menciptakan suasana yang aman dan terjaga kerahasiaan agar Odha dan Ohidha dapat saling bertemu dan berbagi pengalaman; dan 2) menyediakan informasi mengenai hidup dengan HIV/AIDS. Dalam perkembangannya, Spiritia menyadari bahwa untuk mengubah lingkungan yang tidak mendukung menjadi lebih mendukung, Spiritia harus bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Oleh karena itu, Spiritia mengembangkan dirinya dan mulai menerapkan program yang lebih memadai. Spiritia menjadi badan hukum pada 23 Juni 1997. Visi Hidup bermutu bagi semua orang yang terinfeksi dan terpengaruh HIV di Indonesia. Misi Spiritia berjuang mencapai visi dengan menerapkan pendekatan yang mendukung tanpa diskriminasi dan pandang bulu. Tata Nilai 2 http://jarimulia.wordpress.com/ 1. Spiritia akan menjalankan semua kegiatan dengan hati dan tanpa membedakan jender, ras, agama/kepercayaan, tingkat sosio-ekonomi, latar belakang pendidikan, orientasi seksual dan lain sebagainya. 2. Spiritia menganggap bahwa ada hubungan erat antara pencegahan HIV dan upaya perawatan/dukungan. Upaya untuk mencegah infeksi hanya akan berhasil bila perawatan dan dukungan HIV dilaksanakan dengan baik dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. 3. Spiritia berpendapat bahwa Odha, sebagai orang yang hidupnya langsung tersentuh oleh HIV, adalah subjek dan bagian dari solusi pada masalah HIV-AIDS, bukan objek dan bukan masalah. Tujuan Memberdayakan Odha dan Ohidha agar bisa menanggapi permasalahannya sendiri. Mendorong keterlibatan Odha dan Ohidha dalam penanggulangan HIV & AIDS. Terbentuknya wadah dukungan bagi Odha dan Ohidha, yang kuat, mandiri dan saling berjejaring secara aktif di seluruh Indonesia. Terbentuk dan terlaksana kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan HIV dan AIDS serta peningkatan akses pada perawatan dan pengobatan untuk Odha , melalui advokasi pada semua tingkat. Pengambil keputusan dan masyarakat umum bersikap objektif dan tidak diskriminatif terhadap Odha, serta menjunjung tinggi HAM. Sumber Dana Utama AusAID/HIV Cooperation Program from Indonesia (HCPI, sebelumnya IHPCP, sejak 2001) Ford Foundation (sejak 2002) Program Utama Pertemuan Odha provinsi Pertemuan nasional kelompok penggagas Pelatihan keterampilan Odha, termasuk pendidikan pengobatan Kunjungan penguatan daerah Dukungan sebaya; ‘HIV Stop di Sini’ Sebarkan informasi Hak asasi manusia; advokasi untuk meningkatkan akses terhadap pengobatan Bantuan teknis dan atau dana untuk pembentukan, penguatan dan pengembangkan Kelompok Penggagas dan Kelompok Dukungan Sebaya Dana dukungan Odha (Positive Fund) Dana dukungan anak Odha/Odha anak (Anak Fund)3 4. YAYASAN KEBAYA Kebaya adalah Keluarga Besar Waria Yogyakarta, sebuah LSM dengan slogan : " Membantu dan Membangun Waria untuk Waria oleh Waria ". Bergerak dalam bidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Diprakarsai oleh sekelompok waria yang konsen terhadap laju epidemi HIV dan AIDS di Indonesia, khususnya di kota Yogyakarta. Visi : Menurunkan angka infeksi HIV dan penanganan kasus AIDS di kalangan Waria di Daerah Istimewa Yogyakarta. Misi : Meningkatkan taraf hidup Waria dengan masyarakat lainnya warganegara Indonesia. Harapannya : 3 http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1019 Menjadikan LSM Kebaya sebagai pusat kegiatan waria yang mampu menyelenggarakan program-program yang sesuai dengan kebutuhan, termasuk layanan kesehatan ODHA, serta selalu mengembangkan kerjasama team dan menjunjung tinggi profesionalisme. Sasaran dan Tujuan : Sasaran : Individu dan kelompok yang ada di komunitas waria di Yogyakarta, dengan penekanan sasaran pada kelompok yang berisiko tinggi terhadap HIV dan AIDS. Tujuan : 1. Memberikan informasi, edukasi, dan advokasi kepada kelompok waria mengenai HIV dan AIDS. 2. Memberikan konseling dan dukungan psikososial pada kelompok waria yang berisiko tertular HIV dan pada ODHA Waria. 3. Melakukan pendampingan terhadap kelompok waria. Kegiatan- kegiatan Kebaya : 1. Peningkatan keterlibatan dan menumbuhkan semangat kerelawanan diantara Mitra Strategis: - Pelatihan Peer Educator ( P.E ) - Pertemuan rutin P.E. 2. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran Mitra Strategis terhadap IMS, HIV dan AIDS : - Penjangkauan individu dan kelompok terhadap semua M.S. - Edutainment 3. Pemberdayaan : - Pelatihan ketrampilan pada waria usia lanjut 4. Pertemuan " Violet Community " Kelompok dukungan Sebaya bagi komunitas odha dan ohidha di kalangan waria di Yogyakarta. Keanggotaan: Keanggotaan Kebaya bersifat terbuka bagi siapa saja dari kelompok waria yang peduli terhadap HIV/AIDS.4 DATA 3 : Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan HIV&AIDS DIY 2013 Laporan monev untuk tahun 2013. Latar belakang monev ini merupakan upaya untuk memantau pelaksanaan program apakah sesuai dengan perencanaan dan diperoleh dari hasil dan dampak program. Sebagai kerangka kegiatan, dilakukan penilaian terhadap: Asesmen dan perencanaan – data pengembangan program Input (sumber daya) – data program Kegiatan (pelayanan) – data program Output (hasil langsung) – data program Hasil (hasil antara) – dari data biologis, perilaku dan social berbasis populasi Dampak (hasil jangka panjang). – dari data biologis, perilaku dan social berbasis populasi Tujuan dari monev HIV/AIDS ini adalah untuk memonitor capaian program penanggulangan HIV&AIDS pada pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan, mitigasi dampak, lingkungan kondusif dan program lainnya. Sebagai tambahan, juga memberikan gambaran tentang kondisi penanggulangan HIV/AIDS di Yogyakarta. Proses pelaksanaan monev ini terdiri dair penyusunan tools monitoring untuk memantau capain indicator monev, bentuknya berupa form kegiatan dan form kunjungan lapangan. Pengambilan data capain monev: angket monev dibagikan kepada 37 lembaga yang dinilai terlibat dalamprogram penanggulangan HIV&AIDS di DIY. Capaian program yang dilaporkan than 2013. Ditambahakan laporan kegiatan KPA/K/Kab. Dilengkapi dengan data sekunder dan dianalisis dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatf. Sebagai tahap akhir, dibuat penyusunan laporan monev. Data dianalisis dari 28 lembaga sasaran yang terdiri dari 8 layanan kesehatan, 8 LSM, 8 SKPD tingkat provinsi, 4 SKPD tingkat kabupaten. Berdasarkan data dari Dinkes DIY tahun 2013, di Yogyakarta jumlah penderita AIDS adalah 965, HIV 1.323 sejak tahun 1993. Sedangkan jumlah estimasi populasi dewasa rawan terinfeksi HIV tahun 2013, sebanyak 60.743 orang. Layanan yang bisa diberikan di HIV& AIDS di DIY sudah komprehensif meliputi 8 layanan CST, 22 layanan VCT, 25 layanan IMS, 1 layanan PMTCT, 6 layanan LASS dan 5 layanan PTRM. Tim monev mengalami kendala dalam mengakumulasikan seluruh capaian dari tahun 2010. Oleh karena itu, hanya capaian tahun 2013. Beberapa hasil temuan kuantitatif dari berbagai sumber laporan: 4 http://kebaya-jogja.blogspot.com/2008/12/tentang-kebaya.html Capaian kegiatan penjangkauan LSM kembang di gunung kidul. Dari 225 WPS sebagai target, 113 yang dicapai. Gap yang paling cukup jauh adalah jumlah kondom yang didistribusi melalui fasilitas kesehatan. Dari 33.667 sebagai target, hanya 9.241 yang terdistribusi (27%). Jumlah ODHA yang dirujuk ke LSM untuk mendapat dukungan psikososial baru mencapai 44 orang Sedangkan jumlah dan penasun yang sedang mendapat pengobatan terapi rumatan metadon 46 orang Jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARV yakni 731 orang. Prevalensi HIV paling tinggi di lelaki seks lelaki (LSL): 20,3% termasuk LSL memiliki prevalensi paling tinggi terkena sifilis yakni 19.8%. Sedangkan prevalensi HIV dan prevalensi paling rendah pada kelompok wanita pekreja seks (WPS) Tidak langsung. Hasil survey Dinas kesehatan DIY untuk pengetahuan komprehensif remaja usai 15-24 tahun, baru tercapai 25,69% dari 90% target MDGs. Padahal waktu pencapaian tinggal 1 tahun lagi. Hasil program pencegahan Anggaran untuk kegiatan pencegahan yang bersumber dari pemerintah sebesar 1,2 Milyar (49%), sisanya dari non pemerintah. Sehingga total anggaran pencegahan sebesar 2,5 milyar rupiah. Tahun 2013, 50.153 remaja telah diberikan informasi mengenai HIV&AIDS, dengan rincian 63,1% remaja laki-laki. 36% perempuan dan 0,5% waria. Capaian ini dibandingkan dengan jumlah penduduk usia remaja adalah 8,6%. Populasi kunci yang terpapar informasi HIV sebesar 7.313 orang. Atau sekitar 10% lebih dari total populasi kunci yang sebaigan besar adalah high risk man (HRM) -77.2%-. Hasil program dukungan, perawatan, dan pengobatan Dana yang dianggarkan dari 13 lembaga yang melaporkan adalah 496 juta dengan persentase anggaran yang paling besar dari donor. Jumlah kunjungan IMS yang paling tinggi adalah WPS, LSL, dan pasangan Risti. Jumlah ODHA yang diskrining TB tahun 2013 di layanan VCT (113 dari 177) dan PITC (89 dari 116). Di layanan VCT, hanya 34 orang HIV ayng dirujuk ke LSM/ petugas pendukung dari 177 orang HIV yang positif. Selama 2013, terdapat 10 Kelompok dukungan sebaya yang terbentuk. Hasil program mitigasi dampak Anggaran untuk program ini sebesar 315 juta yang seluruhnya bersumber dari pemerintah. Beberapa kegiatan yang bersumber dari APBD dan APBN iniadalah untuk jaminan hidup ADHA sebanyak 27 orang, jaminan hidup ODHA non potensial sebanyak 30 orang dan fasilitasi ODHA usaha ekonomi produksi sebanyak 12 orang. Tambahan gizi untuk ADHA dan ODHA dari LSM Victory plus Hasil Program lingkungan kondusif Dari data yang berhasil dikumpulkan, anggaran kegiatan ini sebesar 35,8 juta yang sebagian besar didukung oleh donor (31 juta). Kegiatan yang dilakukan meliputi audiensi, pertemuan koordinasi, diskusi paralegal, workshop penysuunan dokumen strategi dan rencana aksi daerah, penysunan pedoman, penyusunan SOP PTRM di lapas, penyusunan kesepakatan local, penguatan kelembagaan KPA, diseminasi hasil penelitian serta kegiatan lainnya. Hasil temuan kendala dari kunjungan lapangan dan FGD Kegiatan yang belum dilaksanakan adalah ruukan layanan VCT perawatan dan kesehatan bagi TKI dan pekerja migran. Terdapat kendala dalam memberikan materi HIV & AIDS untuk kegiatan pendidikan remaja. Sehingga diperlukan materi pokok dan juklak. Koordinasi dengan penjangkau untuk layanan alat suntik steril (LASS) dan administrasi LASS dirasa masih lemah Penyediaan layanan PTRM yang sudah disediakan sejak tahun 2009, klien yang mengakses methadone masih rendah akibat dari rendahnya penasun yang dirujuk oleh pengjangkau untuk akses methadone Beberapa petugas belum melakukan prinsip 3C (Counseling, consent, confidential) secara optimal. Missal beberap aksus PITC tidak didahului dengan konseling Sistem monev yang belum berjalan baik, yakni dokumen rujukan yang belum lengkap dan standar. Pemantuan pasien-pasien yang mangkir masih menemui beberapa kendala. Fungsi manajer kasus belum optimal. Sistem pencatatan pasien ARV belum terpantau dengan baik. Meksipun sudah dilakuan pelatihan untuk manajer kasus, manajer kasus belum berfungsi optimal, karena melakukan double job, jejaring antar case manajer belum terjalin dengan baik, buku kontak person tidak ada. Sangat dibutuhkan indicator mutu yang jelas dan transparan untuk menilai quality assurance, saat ini indiaktor mutu layanan HIV di rumah sakit belum jelas. Dari hasil yang sudah disampaikan, terdapat kendala-kendala yang dilaksankan dalam monev ini, yakni belum rutinnya lembaga untuk menyampaikan laporan secara rutin. Sehinga data yang digunkaan dalam monev ini masih rendah. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan penanggulangan HIV&AIDS di DIY sudah dilakukan secara komprehensif. Kegiatan penanggulangan HIV&AIDS di DIY sudah dilakukan secara komprehensif. Kegiatan penanggulangan HIV&AIDS di DIY sudah mengacu pada 4 fokus area strategi yaitu pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan, mitigasi dampak serta lingkungan kondusif, sesuai dengan SRAN 2010-2014. Kegiatan yang dianggarkan SKPD juga sudah ada yang mengacu pada RAD MDGs serta SRAD penanggulangan HIV&AIDS DIY tahun 2011-2015. Diskusi Bagaimana kita bisa menyambungkan antar layanan, mungkin tidak perlu sama. Tapi bagiaaman mendekatkan layanan antara VCT dan CST, dan siapa saja yang melayani nya? Karena banyak layanan yang bisa memberi layanan VCT, tapi apakah benar-benar dirujuk dan sampai ke layanan CST? PPIA/ PMTCT, sudah harus menjadi tulang punggung, karena epidemic ada di perempuan. Sudah ada di permenkes 21. Seluruh ibu hamil yang memiliki risiko dan IMS harus diberikan penawaran. Tapi menurut beliau ini menjadi sulit, karena Menurut beliau, semua ibu hamil harus ditawari testing. Hal ini sudah terbukti berhasil di Kamboja. Perlu dianalisis lebih lanjut apa arti jumlah kondom yang didistribusi melalui fasilitas kesheatan –puskesmas ketika bertemu pasien- dengan distribusi kondom melalui KPA –di lokasi-lokasi kelompok kunci-. Apa arti data ini? Response: mungkin akan lebih baik jika kita bisa membandingkannya dengan target kebutuhan kondom dan kesediaannya kondom. Tapi setelah dulu pernah dicoba, kebutuhannya sangat tinggi dan penydiaan menjadi tidak bisa mencukupi, sehingga sekarang hanya berdasarkan permintaan outlet. Ke depan, seharusnya dilakukan integrasi program dengan PKBI, yang saat ini banyak menumpuk. Dan tentu saja banyak yang mandiri dalam membeli nya, sehingga juga dimasukkan. 5C yang sekarang diterapkan, bukan 3 C lagi. Target dan capaian pengobatan jumlahnya tidak apple to apple. Perlu ada pelatihan untuk menyamakan persepsi data sehingga hasil dapat dibandingkan. Survey penggunaan kondom ingin dilakukan, tapi metodenya masih sulit, dan tools nya belum ada. Paling mungkin hanya berdasarkan pengakuan. Hanya ada 1 losmen yang mau memeriksa sampah kondom dari penampungan sampah. Ada masukan untuk penyediaan kondom di tempat-tempat berisiko untuk tahun baru. Karena memang berdasarkan penelitian, penjualan kondom di apotek meningkat terutama tahun baru dan valentine. Bu Yanri, juga bisa mengusulkan untuk menyebar kondom dan informasi HIV/AIDS ketika malam tahun baru di losmen-losmen. Sudah banyak pasien baru dengan umur 19 tahun, yang berarti sudah terkena ketika 5-6 tahun yang lalu (masa SMP). Hal ini cukup menyedihkan. Diperlukan daftar istilah/ singkatan untuk masyarakat awam. Beberapa kegiatan strategi yang akan dilaksanakan untuk memberikan informasi adalah ABAT (aku bangga aku tau), dan memasukkan dalam kurikulum penjaskes. Diperlukan survey kepuasan pelanggan untuk mengetahui evaluasi pelayanan kesehatan.5 5 http://hafidzf.wordpress.com/2013/12/20/monitoring-dan-evaluasi-penanggulangan-hivaids-diy-2013/