analisis beban kerja dan kebutuhan tenaga perawat pelaksana

advertisement
ANALISIS BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN TENAGA
PERAWAT PELAKSANA DENGAN METODE WORKLOAD
INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI INSTALASI RAWAT
INAP TULIP RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2015.x
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh:
NURUL ISMI RUBBIANA
1111101000037
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, September 2015
Nurul Ismi Rubbiana, NIM : 1111101000037
Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode
Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi Tahun 2015
xiii+109 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
RSUD Kota Bekasi merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan milik
pemerintah Kota Bekasi. Menurut Permenkes 340/MENKES/PER/III/2010 bahwa rumah
sakit tipe B memiliki perbandingan tenaga perawat dan tempat tidur sebesar 1:1.
Berdasarkan data rumah sakit tahun 2015, rasio antara jumlah perawat dan tempat tidur
adalah 255: 307. Rasio jumlah perawat dan tempat tidur yang tidak seimbang ini
menunjukan jumlah tenaga yang tersedia baru hanya memenuhi 83% dari total tenaga
perawat yang ideal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis beban kerja perawat sebagai
dasar dalam penentuan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi.
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
selama tujuh hari mulai tanggal 15 Juni sampai dengan 21 Juni 2015. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan work
sampling, observasi, pedoman wawancara dan telaah dokumen. Kemudian hasil dari beban
kerja yang didapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga perawat dengan metode
Workload Indicator Staff Need (WISN). Pemilihan sampel sebagai subjek personal yang
akan diamati sebanyak 21 orang perawat yang bertugas pada saat itu dengan menggunakan
teknik accidental sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh aktivitas yang dilakukan
oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip seperti kegiatan keperawatan langsung,
kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan produktif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan keperawatan langsung di RSUD
Kota Bekasi yaitu (38,1%) dan kegiatan keperawatan tidak langsung (48,3%). Proporsi
waktu yang diperoleh dari komponen beban kerja kegiatan langsung dan kegiatan tidak
langsung sudah mencapai batas maksimal yaitu (86,4%). Perhitungan kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan beban kerja diperoleh 44,76 tenaga perawat dengan rasio WISN 0,8.
Hasil penelitian menyarankan bagi manajemen RSUD Kota Bekasi untuk melakukan
pengelolaan tenaga keperawatan secara optimal untuk mencapai pelayanan keperawatan
yang berkualitas mempertimbangkan beban kerja perawat sebagai acuan dalam penentuan
kebutuhan tenaga perawat.
Kata Kunci: Analisis beban kerja, kebutuhan tenaga perawat, WISN
Daftar Bacaan : 25 (1994-2014)
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
HEALTH CARE MANAGEMENT
Skripsi, September 2015
Nurul Ismi Rubbiana, NIM: 1111101000037
Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode
Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi Tahun 2015
xiii+109 pages, 13 tables, 2 charts, 5 attachment
ABSTRACT
Bekasi City Hospital is a hospital-type B non education owned by Bekasi’s
government. According to Permenkes 340 / Menkes / Per / III / 2010 that the hospital type B
has a ratio of nurses and beds of 1: 1. Based on data from the hospital in 2015, the ratio
between the number of nurses and the bed is 255: 307. The ratio of nurses and beds were not
balanced shows that the amount of new employees only fulfill 83% of the ideal nurses.
Therefore it is necessary to analyze the workload of nurses as a basis for determining the
amount of the needs of nurses in Hospital Inpatient Tulip Bekasi.
This study was conducted at Hospital Inpatient Tulip Bekasi City for seven days
from June 15 to 21 June 2015. The study was conducted using quantitative and qualitative
descriptive method by using work sampling observation method, observation, interview and
document review. Then the results obtained from the workload can be used for the
calculation of the needs of nurses with a method Workload Indicator Staff Need (WISN).
Selection of the sample as a personal subject that will be observed as many as 21 nurses on
duty at that time by using accidental sampling technique. Samples that taken are all activities
performed by nurses at Tulip Inpatient nursing activities such as direct, indirect nursing
activities, personal activities and productive activities.
Based on the survey results revealed that at the Bekasi City Hospital a direct
nursing activities are 38.1% and nursing activities are 48.3%. The proportion of time
obtained from the workload components direct activities and indirect activities has reached
the maximum limit, namely 86.4%. Calculation of the workload of nurses by nurses gained
44.76 with WISN ratio of 0.8. Results of the research suggest for Bekasi City Hospital
management to consider the workload of nurses as a reference in determining the needs of
nurses and necessary and to perform optimal management of nursing personnel to achieve
quality nursing care.
Keywords: Workload Analysis, the needs of nursing staff, WISN
Bibliography: 25 (1996-2014)
ii
RIWAYAT PENULIS
Nama
: Nurul Ismi Rubbiana
NIM
: 1111101000037
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 27 Agustus 1993
Alamat
: Jl. Raya Jatiwaringin No.53 Rt.001/011
Kelurahan Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede
Kota Bekasi17411
Telepon
: 085710518700
Status
: Mahasiswa
Email
: [email protected]
Agama
: Islam
JenisKelamin
: Perempuan
RiwayatPendidikan :
2010 – sekarang
: Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
2008 – 2011
: SMA Negeri 07 Bekasi
2005 – 2008
: SMP Negeri 15 Bekasi
2002 – 2005
: SDN Nagrak 01 Gn.Putri
1999 – 2002
: SDN Grogol 14 Pagi
1998 – 1999
: TK Tunas Muda II
Pengalaman Organisasi :
2012 – 2013
: Staf Kementerian Pendidikan Penelitian dan Keilmuan
(P2K) PAMI Jakarta Raya
2012 – 2013
: Ketua Artistik Paduan Suara Fakultas Kedokterandan
Ilmu Kesehatan (PASIFIK)
2013
: Bilateral Students Leader Advanture Camp (BiSAC) in
Hanoi, Vietnam
v
2013 - sekarang
: Anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UIN Syahid
Jakarta
2013 - 2014
: Presiden PAMI Jakarta Raya
2013 - 2014
: Anggota Pendidikan Penelitian dan Keilmuan (P2K)
BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syahid
Jakarta
2013 - 2014
: Staf Pengembangan Ekonomi Komisariat Dakwah
Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan
2014 - 2015
: Staf Kementerian Kaderisasi dan Organisasi PAMI
Nasional
2015 – sekarang
: Presiden PAMI Nasional
Pengalaman Kerja :
Januari - April 2014 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Ciputat
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan
Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) Di
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi Tahun 2015”. Skripsi ini disusun untuk
melakukan penelitian dalam memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Strata
Satu (S1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS
selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku Dosen
Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu
sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari
bantua berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua saya yaitu Sutiadi dan Sri Murniah, saya mengucapkan terimakasih yang
tak terkira dan terdalam untuk abi dan umi saya yang setiap harinya memberikan doa
dan kasih sayang serta motivasi dalam setiap kondisi yang saya hadapi.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M,Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes, PhD, Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM,
dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp,M.Kep selaku penguji sidang skripsi terimakasih sudah
meluangkan waktunya untuk saya.
5. Dr. Dr. Hj. Titi Masrifahati, MKM selaku Direktur RSUD Kota Bekasi yang telah
mengijinkan saya melakukan penelitian.
vii
6. Ns.Suzana, S.Kep selaku Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi.
7. Bapak Ajib selaku administrator pada Program Studi Kesehatan Masyarakat
8. Sahabat-sahabat saya yaitu Ukhfiya Haigis, Betti Ronayan, Achmad Nurhamdi, Nur
Fitri, Hari Agus, Hasanah Putri, Ajrina Winasari, Safira, Anisa Putri, Lina, Sarah
Islamia, Ibnu Burhanuddin, Sri Wahyu Fitria. Saya ucapkan terimakasih banyak atas
bantuan dan semua sarannya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun dengan berbagai
keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan dukungannya, penulis menyampaikan
terimakasih.
Jakarta, 30 September 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................................ i
Pernyataan Persetujuan ........................................................................................................ iii
Riwayat Hidup ..................................................................................................................... v
Kata Pengantar..................................................................................................................... vii
Daftar Isi .............................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ......................................................................................................................... xii
Daftar Bagan ........................................................................................................................ xiii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
C.Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 8
D.Tujuan ................................................................................................................. 9
E.Manfaat ................................................................................................................ 9
F.Ruang Lingkup ..................................................................................................... 10
BAB II Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 11
A.Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................................... 12
a.Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan .......................... 12
b.Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan .............. 13
c.Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan ................ 14
B.Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan ........................... 17
C.Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan ........................................... 18
a.Tujuan Perencanaan SDM Kesehatan ...................................................... 19
b.Determinan dan Perencanaan Kebutuhan SDM ....................................... 20
c.Jenis-Jenis Perencanaan SDM .................................................................. 20
ix
d.Strategi Perencanaan SDM ....................................................................... 21
D.Rumah Sakit .................................................................................................. 22
a.Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................................ 23
b.Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................... 24
c.Jenis Ketenagaan Rumah Sakit ................................................................. 24
d.Indikator Pelayanan Mutu Rumah Sakit ................................................... 25
e.Pelayanan Rawat Inap ...............................................................................27
E.Tenaga Perawat .............................................................................................. 27
a.Peran dan Fungsi Perawat ......................................................................... 28
b.Hak dan Kewajiban Perawat..................................................................... 29
c.Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit .................................................. 30
F.Manajemen Keperawatan .............................................................................. 33
G.Analisis Beban Kerja ..................................................................................... 40
H.Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat dengan Metode WISN ..... 52
I.Kerangka Teori ................................................................................................ 59
BAB III Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ......................................................... 60
A.Kerangka Konsep ................................................................................................ 63
B.Definisi Operasional ........................................................................................... 66
BAB IV Metode Penelitian ................................................................................................. 67
A.Desain Penelitian ................................................................................................. 67
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 67
C.Populasi dan Sampel ............................................................................................ 68
D.Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................................... 68
E.Teknik dan Analisis Data ..................................................................................... 69
BAB V Hasil Penelitian ...................................................................................................... 70
A.Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di IRNA Tulip RSUD Kota Bekasi ... 71
x
B.Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN ................................ 79
C.Analisis Kesenjangan Tenaga Perawat ................................................................ 91
BAB VI Pembahasan ........................................................................................................... 93
A.Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 93
B.Analisis Beban Kerja Perawat di IRNA Tulip RSUD Kota Bekasi..................... 93
C.Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana RSUD Kota Bekasi ............ 97
D.Strategi Pemenuhan SDM.................................................................................... 102
BAB VII Penutup ................................................................................................................ 105
A.Kesimpulan ......................................................................................................... 105
B.Saran .................................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 105
Lampiran .............................................................................................................................. 110
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Tenaga Perawat dan Pasien di IRNA Tulip ........................... 71
Tabel 5.2 Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan Langsung................................................ 72
Tabel 5.3 Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung ..................................... 73
Tabel 5.4 Jumlah Waktu Kegiatan Pribadi .......................................................................... 75
Tabel 5.5 Jumlah Waktu Kegiatan Non Produktif .............................................................. 76
Tabel 5.6 Jumlah Total Penggunaan Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana.......................... 77
Tabel 5.7 Jumlah Waktu Kerja Tersedia ............................................................................. 83
Tabel 5.8 Unit Kerja, Sub Unit Kerja, Kategori Tenaga ..................................................... 84
Tabel 5.9 Perhitungan Standar Beban Kerja ....................................................................... 86
Tabel 5.10 Perhitungan Waktu Kelonggaran ..................................................................... 88
Tabel 5.11 Perhitungan Kuantitas Kegiatan ........................................................................ 89
Tabel 5.12 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat........................................................... 90
Tabel 5.13 Kesenjangan Tenaga yang Ada dengan Kebutuhan Berdasarkan WISN .......... 91
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........……...…………………………………………………. 63
Bagan 2.1 Kerangka Teori ........……...…………………………………………………… 52
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sumber daya manusia kesehatan yang dihadapi dewasa ini antara
lain pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan belum
dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) untuk pembangunan
kesehatan. Perencanaan kebijakan dan program sumber daya manusia kesehatan
masih lemah dan belum didukung dengan tersedianya sistem informasi terkait
sumber daya manusia kesehatan yang memadai, masih kurang serasinya antara
kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis sumber daya manusia kesehatan, kualitas
hasil pendidikan sumber daya manusia kesehatan dan pelatihan kesehatan pada
umumnya masih belum merata, serta kurangnya pemerataan sumber daya manusia
kesehatan yang berkualitas (SKN, 2012).
Menurut Depkes tahun 2013, jumlah SDM Kesehatan yang tercatat
sebanyak 877.088 orang yang terdiri atas 681.634 tenaga kesehatan dan 195.454
tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 90.444 tenaga medis (dokter
spesialis, dokter umum dan dokter gigi), 288.405 perawat, 137.110 bidan, 40.181
tenaga farmasi, dan 125.494 tenaga kesehatan lainnya. Namun permasalahan
distribusi tenaga kesehatan masih merupakan isu yang sampai saat ini masih ada
dalam sistem kesehatan di Indonesia.
Rumah Sakit merupakan salah satu sektor kesehatan yang mempunyai misi
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Oleh karena itu rumah sakit di daerah dituntut untuk memperbaiki manajemen,
mengembangkan sumber pembiayaan sendiri, agar dapat secara otonomi berupaya
1
meningkatkan mutu pelayanan dan melakukan pemberdayaan terhadap semua
potensi yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat
tergantung pada kemampuan sumber daya manusia (Purwanto, 2011).
Salah satu upaya penting lainnya untuk mengatasi masalah tersebut adalah
kemampuan manajer rumah sakit untuk merencanakan kebutuhan SDM secara
tepat sesuai dengan kebutuhan, fungsi pelayanan setiap unit, bagian dan instalasi
rumah sakit. Pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan kebutuhan SDM
rumah sakit merupakan kompetensi yang harus dimiliki setiap pimpinan disetiap
level manajemen rumah sakit (Nuryanto, 2005).
Manajemen SDM adalah kunci yang sangat penting untuk keberhasilan
dan kemajuan organisasi termasuk rumah sakit. Karena makin tinggi tingkat
pemanfaatan SDM makin tinggi hasil guna sumber daya lainnya. Tidak ada
artinya sumber daya lainnya tanpa SDM yang berkualitas. Dimasa depan,
manajemen SDM menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para
manajer rumah sakit. Ketepatan dalam perencanaan, seleksi, pengelolaan dan
pengembangan SDM menjadi kunci sukses rumah sakit untuk dapat berkembang
(Nuryanto, 2005).
RSUD Kota Bekasi merupakan salah satu rumah sakit tipe B non
pendidikan milik Pemerintah Kota Bekasi yang sudah terakreditasi. Pelayanan
kesehatan bagi masyarakat telah dilakukan lebih dari 76 tahun. RSUD Kota
Bekasi memiliki jumlah rata-rata kunjungan lebih banyak dibanding dengan
rumah sakit yang bertipe sama di Jawa yaitu sebanyak 293.213 pasien per tahun.
Kapasitas tempat tidur yang dimiliki rumah sakit sebanyak 307 dengan jumlah
perawat pelaksana di instalasi rawat inap sebanyak 255 orang. Menurut
2
Permenkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 bahwa rumah sakit tipe B
memiliki perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur sebesar 1:1. Jika
dilihat dari jumlah yang ada di RSUD Kota Bekasi, rasio antara jumlah perawat
dan tempat tidur adalah 255:307. Artinya jika dibandingkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 maka adanya kekurangan
tenaga perawat.
Penelitian mengenai beban kerja tenaga keperawatan telah dilakukan oleh
Malika (2013) di RSU Kota Tangerang Selatan, dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa beban kerja di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III di
RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat karena beban kerja produktif
berada diatas 80% dan dari hasil perhitungan didapatkan adanya kekurangan
tenaga perawat di instalasi rawat inap kelas II dan kelas III sebanyak 9 orang.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Irnalita (2008) pada Instalasi Gawat
Darurat BPK-RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan gambaran bahwa
kegiatan produktif perawat sebesar 71,43% belum mencapai standar waktu kerja
dan beban kerja masih tergolong rendah sehingga dinilai belum optimal kegiatan
produktifnya sedangkan kegiatan non produktif mencapai 28,58% dan dinilai
sangat tinggi melebihi waktu standar non produktif.
RSUD Kota Bekasi memiliki fasilitas rawat inap sebanyak 10 unit dimana
masing-masing area tersebut memiliki jenis kelasnya tersendiri mulai dari kelas
utama, kelas I, kelas II, dan kelas III. Berdasarkan rasio data rumah sakit antara
jumlah perawat dan jumlah tempat tidur, dari 12 unit area rawat inap di RSUD
Kota Bekasi ini hampir seluruhnya kekurangan tenaga perawat. Namun dari data
unit rawat inap yang ada, Ruang Rawat Inap Tulip memiliki tingkat kekurangan
3
tenaga perawat kedua terbanyak setelah Ruang Rawat Inap Melati yaitu dengan
jumlah kekurangan sebanyak 29 perawat pelaksana. Jika dilihat dari jumlah
kunjungan pasien, Ruang Rawat Inap Tulip memiliki angka tertinggi
dibandingkan dengan ruang rawat inap lain yaitu sebanyak 2205 pasien.
Jumlah perawat pelaksana di ruang Tulip hanya berjumlah 35 orang
dengan jumlah tempat tidur tersedia sebanyak 64 unit dan jumlah rata-rata
kunjungan untuk Kelas I, II dan III adalah 49 pasien perhari. Jika dibandingkan
dengan Permenkes 340/MENKES/PER/III/2010, maka adanya kekurangan tenaga
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip dari rasio antara jumlah perawat
dan tempat tidur yaitu 35:64. Hal ini dapat mengakibatkan pelayanan asuhan
keperawatan tidak berjalan maksimal.
Salah satu data yang ada di RSUD Kota Bekasi menyebutkan bahwa
jumlah pasien rawat inap di RSUD Kota Bekasi pada tahun 2013 hanya 98.088
orang, kemudian tahun 2014 lalu sudah mencapai 101.069 orang. Meningkatnya
jumlah pasien yang datang ke rumah sakit tersebut menunjukan tingkat
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada rumah sakit tersebut dalam
hal pelayanan kesehatan semakin tinggi. RSUD Kota Bekasi dari tahun ketahun
terus berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, perubahan itu
terlihat dari adanya pembangunan gedung baru RSUD Kota Bekasi yang lebih
modern dan megah, selain itu juga penambahan sarana medis yang dibutuhkan
dalam menangani pasien. Namun, faktor profesionalisme sumber daya manusia
juga berperan besar dalam suatu organisasi.
Dalam perencanaan kebutuhan SDM di rumah sakit, masing-masing jenis
tenaga harus dikaji atau di analisis agar kegiatan dari masing-masing bagian/
4
instalasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, serta dapat memenuhi tuntutan
masyarakat akan layanan yang bermutu/profesional. Hal ini menyebabkan pihak
manajemen rumah sakit sering menghadapi masalah yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan, baik medis, paramedis maupun administrasi. Kesesuaian jenis
dan jumlah tenaga di rumah sakit dengan beban kerja yang harus mereka kerjakan
akan mempengaruhi mutu pelayanan di rumah sakit (Nuryanto, 2005). Menurut
Tappen (1995), outcome dari pelayanan kesehatan berkaitan dengan hasil dari
aktivitas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Dimana hasil dari pelayanan
keperawatan adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien.
Kedua indikator tersebut yang dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan
keperawatan.
Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 81/MENKES/SK/2004 telah mengeluarkan
Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Dalam pedoman ini yang paling menarik dan
tepat digunakan di Rumah Sakit adalah penghitungan Kebutuhan SDM dengan
menggunakan metoda Workload Indicator Staff Need (WISN). Kelebihan metoda
WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
diterapkan, komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan metode WISN kita
dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja tersedia tiap
kategori SDM, standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok
dan akhirnya dapat mengetahui kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut
(Nuryanto, 2005).
5
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Ruangan Rawat
Inap RSUD Kota Bekasi didapatkan informasi bahwa pada tahun 2013 RSUD
Kota Bekasi telah melakukan perhitungan beban kerja tenaga perawat dengan
menggunakan metode Gillies. Hasil dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah
kebutuhan perawat yang ideal per shift adalah 8 perawat, namun pada
kenyataannya di ruang rawat inap tulip hanya terdapat 6 sampai 7 tenaga perawat.
Hal
ini
belum
sesuai
81/MENKES/SK/2004
dengan
tentang
Keputusan
Pedoman
Menteri Kesehatan
Penyusunan
Perencanaan
Nomor:
SDM
Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, dimana
metode perhitungan beban kerja yang tepat dan dianjurkan untuk rumah sakit
adalah dengan menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN).
Berdasarkan adanya kekurangan tenaga perawat pelaksana menurut
Permenkes 340/MENKES/PER/III/2010, maka peneliti ingin melakukan analisis
beban kerja berlebih pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruang Tulip
untuk menentukan jumlah perawat yang tepat sebagai masukan bagi RSUD Kota
Bekasi.
B. Rumusan Masalah
Jenis tenaga kesehatan, mayoritas didominasi oleh tenaga keperawatan
yaitu sebesar 69%. Tenaga keperawatan di sini meliputi perawat, bidan, dan
perawat gigi. Diikuti dengan tenaga kedokteran (12%) yang meliputi dokter
spesialis, dokter umum, dan dokter gigi. Proporsi terkecil dari tenaga kesehatan
(1%) adalah tenaga fisioterapi. Begitupun dengan jumlah karyawan yang ada di
RSUD Kota Bekasi berjumlah 881 orang, dan hampir 40% diantaranya adalah
6
perawat yang berjumlah 326 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah perawat
lebih besar dibandingkan tenaga lainnya.
Salah satu indikator tingginya beban kerja perawat di RSUD Kota Bekasi
adalah rasio jumlah perawat dan jumlah tempat tidur yang tidak seimbang. Rasio
jumlah perawat dan tempat tidur yang tidak seimbang ini menunjukan jumlah
tenaga yang tersedia baru hanya memenuhI 83% dari total tenaga perawat yang
ideal. Dengan demikian, peneliti ingin melakukan perhitungan beban kerja dan
kebutuhan tenaga yang didalamnya dilakukan perhitungan kegiatan pokok
keperawatan termasuk kegiatan administrasi dan kegiatan pendukung lainnya.
Penelitian ini dibutuhkan untuk analisis kebutuhan tenaga yang tepat berdasarkan
beban kerja nyata perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi dengan menggunakan teknik work sampling.
Selanjutnya jumlah tenaga yang dibutuhkan dihitung dengan metode WISN.
Metode WISN digunakan dengan pertimbangan bahwa metode ini sudah
ditetapkan sebagai metode untuk perhitungan sumber daya manusia kesehatan di
dalam Kepmenkes Nomor 81/2004.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Berapa waktu kerja yang tersedia di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
Kota Bekasi tahun 2015?
2. Berapa besar beban kerja dan standar kelonggaran perawat di Instalasi
Rawat Inap RSUD Kota Bekasi tahun 2015 dengan menggunakan teknik
work sampling?
7
3. Berdasarkan beban kerja yang ada berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan
pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Bekasi tahun 2015
dengan menggunakan metode WISN?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui besar beban kerja dan kebutuhan tenaga perawat pelaksana
yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui waktu kerja yang tersedia di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi tahun 2015.
2. Mengetahui besar beban kerja dan standar kelonggaran di Instalasi
Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015 dengan menggunakan
teknik work sampling.
3. Mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja
yang ada di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015
menggunakan metode WISN.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Bekasi
Menjadi masukan bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bekasi khusunya bidang SDM untuk membuat perencanaan kebutuhan tenaga di
Instalasi Rawat Inap sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan dan
mengurangi komplain atau keluhan dari pelanggan.
8
2. Bagi Bidang Keperawatan
Menjadi masukan bagi bidang keperawatan dalam pengelolaan tenaga
keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya di Instalasi
Rawat Inap.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pendidikan tentang
analisis kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja dan perencanaan tenaga SDM.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Instalasi Rawat
Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
analisis data kualitatif. Data kualitatif primer dikumpulkan dengan cara observasi
dengan teknik work sampling,wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Selanjutnya data ini digunakan untuk mengetahui berapa besar beban kerja yang
ada di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Data besar beban kerja
digunakan
untuk
menghitung
jumlah
tenaga
yang
dibutuhkan
dengan
menggunakan metode WISN. Untuk data sekunder diperoleh dengan telaah
dokumen di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan sentral dalam suatu
organisasi. Tanpa SDM yang profesional, sasaran kerja tidak dapat dicapai
walaupun alat kerjanya canggih (Darsono, 2011). Manajemen SDM merupakan
salah satu departemen yang memiliki tugas paling rumit dan menantang. Manajer
SDM harus mampu menyediakan angkatan tenaga kerja yang efektif bagi
perusahaan sekaligus memberikan harapan serta perhatian yang besar kepada para
karyawan (Suhendra, 2006).
Menurut Ilyas (2013), secara konseptual SDM merupakan mahluk yang
unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks, dan hal ini dapat dilihat
dari berbagai aspek yaitu :
a.
SDM adalah komponen kritis
Tingkat manfaat sumber daya lainnya tergantung kepada bagaimana
kita memanfaatkan SDM. Makin tinggi tingkat pemanfaatan SDM makin tinggi
hasil guna sumber daya lainnya. Hal ini berarti , tidak ada artinya capital
resources atau sumber daya lain, tanpa SDM yang berkualitas. SDM yang
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang pas dengan
kebutuhan organisasi sangatlah esensial.
b.
SDM tidak instan
Kebutuhan akan SDM yang handal dan berkualitas tidak bisa diperoleh
dengan seketika. Kita perlu melakukan perencanaan dengan seksama agar bisa
mendapatkan orang yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi kita.
10
Dengan demikian, SDM harus dipersiapkan dan direncanakan jauh hari
sebelum waktunya dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan SDM yang baik perlu
dilakukan untuk jangka panjang. Disamping itu, SDM yang ada perlu diberikan
kesempatan pelatihan dan pendidikan sesuai dengan kebutuhan kerja dan minat
mereka. Semua itu membutuhkan waktu yang panjang dan biaya investasi yang
tidak sedikit
c.
SDM tidak dapat distock
Kita harus mengembangkan tenaga kesehatan yang dibutuhkan
sekarang untuk kebutuhan dimasa depan. Dengan demikian kita tidak dapat
membuat stock SDM sebagaimana dapat kita lakukan pada barang atau suplai.
Oleh sebab itu, kebutuhan personel harus direncanakan kemudian dilakukan
rekruitmen, seleksi dan pendayagunaan personel sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan organisasi. Kalau organisasi membutuhkan tenaga ahli tertentu,
pada moment tertentu mesti direncanakan dengan baik.
d.
SDM adalah subjek yang dapat Obsolete
SDM bisa menjadi usang, dimana pengetahuan dan keterampilannya
tidak berkembang sehingga ketinggalan zaman. Perlu adanya upaya pendidikan
dan pelatihan lanjutan dalam rangka mencegah SDM menjadi usang
a. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu proses
memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan,
memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah
keadilan (Suhendra, 2006). Manajemen sumber daya manusia (MSDM) juga
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
11
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat
dalam fungsi/ bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian
(Rivai, 2009).
Manajemen sumber daya manusia adalah seni untuk merencanakan
mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan-kegiatan sumber daya
manusia atau karyawan, dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut
French “Manajemen sumber daya manusia adalah sebagai penarikan, seleksi,
pengambangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh
organisasi” (Notoatmodjo, 2009).
b. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola
unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin
sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas dan memuaskan bagi
organisasi. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
umumnya yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Perhatian ini
mencakup fungsi manajerial, fungsi operasional, dan peran serta kedudukan
sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi secara terpadu
(Cardoso, 1999).
Lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua aktivitas yang
berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi, seperti dikatakan
oleh Russel & Barnadian bahwa “... all decisions which affect the workforce
concern the organization’s human resource management function”. Aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia ini secara
umum mencakup:
12
1. Rancangan organisasi
2. Staffing
3. System reward, tunjangan-tunjangan, dan pematuhan
4. Manajemen performansi
5. Pengembangan pekerja dan organisasi
6. Komunikasi dan hubungan masyarakat
Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan sangat
penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para
pekerja dengan kepentingan organisasi secara keseluruhan (Sunyoto, 2012).
c. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi-fungsi dalam Manajemen Sumber Daya antara lain :
1.
Perencanaan (Planning)
Menentukan tujuan perusahaan, aturan-aturan dan prosedur, serta
menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagi
seorang manajer sumber daya manusia, perencanaan berarti penentuan
program manajemen sumber daya manusia yang akan membantu
tercapainya sasaran yang telah disusun untuk perusahaan. Dalam hal ini
akan melibatkan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari manajer.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan
sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana
yang telah ditetapkan serta mencapai tujuan perusahaan. Manajer harus
13
menyusun suatu organisasi dengan merancang suatu struktur hubungan
antara pekerjaan sumber daya manusia dan faktor-faktor fisik.
3.
Pengarahan (Directing)
Suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas
dan efisien kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan dinamis.
4.
Pengendalian (Controlling)
Suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat
untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
5.
Pengadaan tenaga kerja (Procurement)
Suatu fungsi dalam upaya untuk memperoleh jenis dan jumlah yang
tepat dari personalia yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
Hal-hal yang terkait dalam fungsi ini adalah penentuan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi karyawan dan
penempatannya. Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan harus
sesuai dengan standar terhadap tugas-tugas yang tercantumnya pada
rancangan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.
6.
Pengembangan (Development)
Setelah perekrutan sumber daya manusia, harus dilakukan
pengembangan terhadap sumber daya manusia tersebut sampai dengan
tingkat
tertentu.
keterampilan
yang
Fungsi
pengembangan
dilakukan
melalui
meningkatkan prestasi kerja yang maksimal.
14
merupakan
peningkatan
pelatihan-pelatihan
untuk
7.
Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layanan
kepada personalia untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.
Dalam membahas masalah ini harus dipertimbangkan kompensasi
ekonomis. Kompensasi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi
pekerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu-waktu.
8.
Integrasi (Integration)
Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi
(kecocokan)
yang
layak
atas
kepentingan-kepentingan
perorangan,
masyarakat dan organisasi. Definisi ini berpijak atas dasar kepercayaan
bahwa adanya tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti. Hal ini
berakibat manajemen sumber daya manusia harus mempertimbangkan
perasaan dan sikap dalam menerapkan asas-asas dan kebijakan organisas.
9.
Pemeliharaan (Maintanace)
Setelah melaksanakan fungs-fungsi sebelumnya dengan baik, maka
manajemen sumber daya manusia akan memiliki angkatan kerja yang
mempunyai kemauan dan mampu untuk bekerja. Komunikasi dengan
karyawan
merupakan
suatu
hal
yang
sangat
berpengaruh
dalam
terpeliharanya kemauan bekerja.
10. Pemisah (Separation)
Jika fungsi pertama adalam memperoleh karyawan, maka fungsi
terakhir adalah untuk memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan
sumber daya manusia tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung
15
jawab untuk melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, dan menjamin bahwa warga
masyarakat yang dikembalikan itu berada dalam keadaan sebaik mungkin
(Suhendra, 2006).
B. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit menyatakan bahwa SDM Kesehatan (Sumber
Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Yang dimaksud dengan tenaga di RS berdasarkan jenis pekerjaannya adalah
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga penunjang medis, dan staf administrasi.
Pekerjaan di Rumah Sakit juga ada beberapa jenis yaitu pekerjaan yang berisiko
tinggi (efek radiasi di instalasi Rontgent), pekerjaan yang terus-menerus harus
dilaksanakan selama 24 jam yaitu IGD, Unit Perawatan dan sebagainya. Jenis
tenaga dan sifat pekerjaan ini merupakan variabel penting untuk merencanakan
kebutuhan tenaga di sebuah RS. (Muninjaya, 2004).
16
C. Perencanaan SDM Kesehatan
Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang penting. Oleh
karenanya, perencanaan memegang peranan strategis untuk keberhasilan
pelayanan RS. Dengan menerapkan sistem perencanaan yang baik, manajemen
RS sudah memecahkan sebagian masalah pelayanan yang dihadapi sebuah RS
karena upaya pengembangan RS sudah didasarkan pada kebutuhan pengguna jasa
pelayanan kesehatan (Muninjaya, 2004). Sedangkan perencanaan tenaga
kesehatan menurut (Depkes, 2004) adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan
kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Perencanaan ketenagaan (staff development) di sebuah RS didasarkan pada
empat faktor yaitu kebutuhan tenaga baru, tenaga yang sudah tersedia, tenaga
yang sudah berhenti (pensiun), tenaga yang akan pensiun. (Muninjaya, 2004).
Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antara lain bahwa
pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional
tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis pelayanan yang
dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan
nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat
metoda penyusunan yang dapat digunakan yaitu;
1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.
17
2. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.
3. Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan,
misalnya Puskesmas, dan Rumah Sakit.
4. Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu (Bappenas, 2005).
a. Tujuan Perencanaan SDM
1) Untuk menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi
semua jabatan dalam perusahaan.
2) Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa
depan, sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakannya.
3) Untuk menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih
dalam pelaksanaan tugas
4) Untuk mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS)
sehingga produktivitas kerja meningkat.
5) Untuk menghindari kekurangan dan atau kelebihan karyawan.
6) Untuk menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan,
seleksi, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
7) Menjadi
pedoman
dalam
melaksanakan
mutasi
(vertikal
atau
horizontal) dan pensiun karyawan.
8) Menjadi dasar dalam melakukan penilaian karyawan. (Sulistiyani,
2009).
18
b. Determinan Dalam Perencaaan Kebutuhan SDM
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM
adalah:
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli,
maupun keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat / bencana
2. Pertumbuhan ekonomi; dan
3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan.
Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan:
1. Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat.
2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan; atau
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
4. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.
c. Jenis Perencanaan Kebutuhan SDM
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi.
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik
dan lain-lainnya.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM
kesehatan
berdasarkan
kebutuhan
19
di
tingkat
wilayah
(Propinsi/Kabupaten/Kota)
yang
merupakan
gabungan
antara
kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan
saat prabencana, terjadi bencana, dan post bencana, termasuk
pengelolaan kesehatan pengungsi (Depkes, 2004).
Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab
pada ketiga kelompok tersebut di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis
perhitungannya untuk masing-masing kelompok.
d. Strategi Perencanaan SDM Kesehatan
Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan:
1. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.
2. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM
Kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
perorangan dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM Kesehatan
oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang
proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya
kesehatan dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010.
20
4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing
(Depkes, 2004).
D. Rumah Sakit
WHO merumuskan bahwa rumah sakit adalah suatu usaha yang
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik,
dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk
mereka yang mau melahirkan. Bisa juga di samping itu menyediakan atau tidak
menyediakan pelayanan atas dasar berobat jalan kepada pasien-pasien yang bisa
langsung pulang (Iskandar, 1998).
Dalam (Azwar, 1996), Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui
tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan
pelayanan
kedokteran,
asuhan
keperawatan
yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien
(American Hospital Association; 1974). Sedangkan menurut UU Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit adalah sebuah Institusi Perawatan Kesehatan Profesional
yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainnya.
Di dalam RS terdapat banyak aktivitas dan kegiatan yang berlangsung secara
berkaitan. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi bagian dari tugas serta fungsi RS,
yaitu:
21
1. Memberi pelayanan medis,
2. Memberi pelayanan penunjang medis,
3. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman,
4. Memberi pelayanan medis khusus,
5. Memberi pelayanan rujukan kesehatan,
6. Memberi pelayanan kedokteran gigi,
7. Memberi pelayanan sosial
8. Memberi penyuluhan kesehatan
9. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif,
10. Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus,
11. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan, dan
12. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi (Haliman, 2012)
a. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SKXI/1992, tugas rumah sakit umum
adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan rujukan. Sedangkan fungsi rumah sakit yaitu menyelenggarakan
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2003).
22
b. Klasifikasi Rumah Sakit
1. Rumah Sakit Umum kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas;
2. Rumah Sakit Umum kelas B, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas;
3. Rumah Sakit Umum kelas C, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dasar;
4. Rumah Sakit Umum kelas D, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik dasar (Siregar, 2003).
c. Jenis Ketenagaan di Rumah Sakit
Dalam Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga
medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
manajemen Rumah Sakit, dan tenaga kesehatan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
menjelaskan:
1. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
2. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker
4. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian
5. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien
23
6. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis
wicara
7. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknis gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis.
Selain itu kebutuhan tenaga di RS juga diatur secara umum melalui
peraturan pemerintah No.5 tahun 1976 tentang formasi kepegawaian (Pegawai
Negeri Sipil). Pertimbangan yang sering dipakai untuk merencanakan kebutuhan
tenaga di sebuah RS adalah sebagai berikut:
1. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh RS tersebut
2. Sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh RS tersebut
3. Perkiraan beban tugas masing-masing pekerjaan tersebut
4. Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu ditampung oleh RS tersebut
5. Jenis dan jumlah peralatan medis yang tersedia
d. Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur RS.
24
2. Average Length of Stay (ALOS)
Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini disamping
merupakan gambaran tingkat efisiensi manejemen pasien di sebuah RS,
indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila
diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan
lebih lanjut).
3. Bed Turn Over (BTO)
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per
tahun) tempat tidur RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat
pemakaian tempat tidur RS.
4. Turn Over Interval (TOI)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi
berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.
5. Normal Tissue Removal Rate
25
e. Pelayanan Rawat Inap
Menurut UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
menyatakan bahwa rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana
penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari Pelaksana
Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan Kesehatan lain.
Ruang pasien rawat inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan
pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesnambungan lebih dari 24
jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama
sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
pihak rumah sakit kepada pasiennya (Kemenkes RI, 2012).
E. Tenaga Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin, yaitu kata Nutrix
yang
berarti merawat atau memelihara. Harlley (1997) menjelaskan pengertian dasar
seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu, dan melindungi seseorang dari sakit, injuri, serta proses penuaan.
Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang
untuk memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan/atau berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002)
dalam Bastian (2008).
Lokakarya Nasional Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu
Kesehatan (1983) dalam Aditama (2003) merumuskan bahwa keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada
26
individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari secara mandiri
a. Peran dan Fungsi Perawat
Keperawatan merupakan profesi, yang di masa depan perlu semakin
tertib seperti yang dikemukakan oleh World Medical Association, (1991),
yakni “enchancing the quality of life and the health status of all people”.
Dengan demikian profesi perawat secara berkesinambungan akan berperan
besar dalam meningkatkan kualitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
Fungsi perawat adalah melakukan pengkajian atas kondisi individu
baik sehat maupun sakit, di mana segala aktivitas yang dilakukan berguna
untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, aktivitas
ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien
secepat mungkin; yaitu dalam bentuk proses Keperawatan yang terdiri dari
tahap
Pengkajian,
Identifikasi
Masalah
(Diagnosis
Keperawatan),
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.
Keperawatan, dalam menjalankan pelayanan sebagai Nursing Service,
menyangkut bidang yang sangat luas, yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat dari sejak
lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan pengetahuan,
27
kemauan, serta kemampuan yang dimiliki. Jadi, orang tersebut dapat secara
optimal melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri tanpa memerlukan
bantuan atau tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).
b. Hak dan Kewajiban Perawat
Menurut
Undang-Undang
Nomor
38
Tahun
2014
Tentang
Keperawatan, Perawat memiliki Hak dan Kewajiban Perawat dalam
melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
1. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;
3. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
4. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
5. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
1. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundangundangan;
28
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
4. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
6. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
7. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pelayanan Keperawatan di RS
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan
bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program
pengendalian mutu di rumah sakit.
James Willan dalam buku Hospital Management (1990) menyebutkan
bahwa Nursing Departement di rumah sakit mempunyai beberapa tugas,
seperti: (1) memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk
29
kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya, (2) memberikan
pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien, seperti penataan
tempat
tidur
dll.,
(3)
melakukan
tugas-tugas
administratif,
(4)
menyelenggarakan pendidikan keperawatan berkelanjutan, (5) melakukan
berbagai penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, (6) berpartisipasi aktif dalam program pendidikan bagi para
calon perawat.
Untuk melakukan tugas-tugas tersebut, maka Nursing Departement di
rumah sakit perlu memperhatikan beberapa hal seperti :
1. Mengupayakan semaksimal
mungkin
kesembuhan seorang pasien
sehingga pasien tersebut mendapat derajat kesehatan yang sebaik-baiknya
2. Sepanjang keadaan memungkinkan, mengikutsertakan keluarga pasien
dalam proses perawatan, misalnya memberi makan atau mengganti baju
3. Mengelompokkan pasien berdasar berat ringannya penyakit, sehingga
kelompok pasien yang relatif lebih berat dapat ditempatkan tidak jauh dari
nurse station dan relatif mendapat perhatian yang lebih besar.
John Griffith (1987) dalam Aditama (2003) menyatakan bahwa
kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik
dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri
dari :
1. Pelayanan keperawatan profesional (personal nursing care), yang antara
lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem
30
tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien,
pemberian obat dll
2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat
perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga
merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang keadaan pasien
3. Berbagai hal tentang keadaan pasien ini perlu dikomunikasikan dengan
dokter atau petugas lain
4. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik
dengan
dengan
keluarga/kerabat
pasien
akan
membantu
proses
penyembuhan pasien itu sendiri. Keluarga perlu mendapatkan kejelasan
sampai batas tertentu tentang keadaan pasien, dan berpartisipasi aktif
dalam proses penyembuhannya.
5. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Dalam hal ini perlu
diingatkan bahwa dulu Florence Nightingale dan teman-temannya secara
langsung mengepel dan menyikat lantai bangsal perawatan tempat mereka
bekerja. Kini situasinya mungkin telah berubah, tetapi perawat tetap
bertanggung jawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik
lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan dll
6. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.
Program ini dapat dilakukan pada pasien dengan materi spesifik sesuai
penyakit yang dideritanya. Tetapi, dapat juga diberikan pada pengunjung
rumah sakit secara umumnya, bahkan masyarakat di luar dinding rumah
sakit sekalipun.
31
Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus
dilakukan adalah:
1. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan masuknya
pasien ke rumah sakit (patient admission), pengawasan pengisian
dokumen catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses
pemeriksaan/pengobatan pasien dll
2. Membuat penggolongan pasien sesuai berat-ringannya penyakit, dan
kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap pasien
sesuai kebutuhannya masng-masing
3. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan
secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya
4. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi
staffing, schedulling, assignment dan budgeting
F. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya
pada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
maupun alat pengontrol pelayanan tersebut. Kemajuan bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan masa kini dan mendatang, telah memperluas peran dan fungsi
keperawatan.
32
Manajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan
dan tanggung jawab, kini menjadi desentralisasi melalui pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi, integrasi, dan
kegiatan penunjang. Selain itu, telah terjadi pula perubahan mendasar pada
manajemen keperawatan dan penggunaan sumber daya yang bersifat proaktif.
Pelaksanaan manajemen sumber daya proaktif lebih ditekankan pada terjamin
pada terjaminnya aktivitas kolaborasi dan keterbukaan dalam setiap kegiatan
untuk mencapai tujuan.
Menurut Gillies (1985) dalam Kuntoro (2010), Manajemen keperawatan
secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/ keluarga serta masyarakat. Manajemen
keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya
suatu sistem dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu sistem
sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
33
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil/ atau
keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme
umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang
akan datang. Mekanisme umpan-balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Menurut Gillies (1985) dalam Kuntoro (2010), Proses manajemen keperawatan
dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga
keberadaan manajemen keperawatan dimaksud untuk mempermudah pelaksanaan
proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpul data, identifikasi masalah, pembuatan rencana,
pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilai hasil.
Beberapa prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana. Perencanaan
merupakan hal yang utama dan pertama dari serangkaian fungsi dan
aktifitas manajemen. Perencanaan adalah pemikiran atau konsep-konsep
tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fumgsi yang penting
dalam
mengurangi
resiko-resiko
dalam
pengambilan
keputusan,
pemecahan masalah dan efek-efek dari perubahan. Selama proses
34
perencanaan, pimpinan keperawatan menganalisa dan mengkaji sistem,
mengatur startegi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan
pendek (operasional), mengkaji sumber-sumber organisasi, kemampuankemampuan
Perencanaan
yang ada
dalam
dan aktivitas
manajemen
spesifik
mendorong
serta prioritasnya.
seorang
pimpinan
keperawatan untuk menganalisa aktivitas dan struktur.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyususun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan seorang
pimpinan keperawatan tergantung pada penggunaaan waktu yang efektif.
Di dalam keperawatan, manajemen dipengaruhi oleh kemampuan dan
keterbatasan pimpinan keperawatan. Pengambilan keputusan dari seorang
top manajer akan mengandung input-input dari tingkat bawah yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Pengambilan
keputusan seorang pimpinan keperawatan dipengaruhi oleh elemen waktu.
Pimpinan keperawatan yang ada sekarang melakukan perencanaan untuk
masa depan, perkembangan dan perubahan-perubahan. Penggunaan waktu
yang efektif sangat diperlukan untuk implementasi dari rencana dalam
suatu organisasi untuk mencapai produktifitas yang tinggi. Contoh
penggunaan waktu yang efektif : seorang kepala ruangan merencanakan
pertemuan dengan dengan stafnya pada permulaan dan akhir minggu.
Jadwal individual perawat akan dinilai kembali pada setiap pertemuan dan
dipertimbangkan dengan tujuan produksi sesuai target.
35
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan memerlukan
pengambilan keputusan khususnya karena pelayanan keperawatan
dilakukan dalam 24 jam per hari. Proses pengambilan keputusan
tergantung pada apakah pola komunikasi tradisional yang diikuti atau
keputusan desentralisasi untuk masing-masing tingkat.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan. Dalam mencapai tujuan ini pimpinan
keperawatan punya tiga tugas utama dalam mengatur sumberdaya manusia
dan material, yaitu:
a. Membentuk tujuan khusus untuk unit tertentu.
b. Membuat pekerjaan yang menghasilkan .
c. Mengatur efek sosial dan tanggung jawab sosial (misalnya bila
terjadi pemogokan atau kekurangan tenaga perawat)
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisiran dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya. Ada empat
biok untuk struktur organisasi, yaitu:
a. Unit
b. Departemen
c. Top atau eksekutif
d. Tingkat Operasional
36
Prinsip pengorganisasian : 1) Division if work (pembagian tugas). 2)
Koordinasi. 3) Unity of command (kesatuan komando). 4) Tanggung jawab
dan kewenangan yang sesuai. 5) Hubungan staf dan lini. 6) Span of control
(rentang pengawasan).
Dalam
keperawatan,
pengorganisasian
pelayanan
keperawatan
dilaksanakan dengan cara (Burges dan Gillis, 1988):
a. Fungsional atau penugasan, yaitu pembagian tugas untuk perawat yang
dilakukan oleh kepala ruangan, masing-masing mempunyai tugas
khusus.
b. Alokasi pasien, yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk
beberapa pasien atau satu pasien oleh perawat pada saat jaga.
c. Perawatan Grup (Team Nursing), yaitu pelayanan lapangan dimaa
sekelompok perawat memberikan pelayanan keperawatan kepada
sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin perawat yang berijazah
dan berpengalaman (registered nurse).
d. Pelayanan
keperawatan
utama
(Primary
Nurse),
yaitu
pengorganisasian dengan pelayanan keperawatan sehingga satu orang
registrered nurse atau primary nurse dalam 24 jam bertanggung jawab
pada pasien yang di bawah tanggung jawabnya dari masuk rumah sakit
sampai pulang.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. Dalam bimbingan ini
37
termasuk proses delegasi, supervisi, koordinasi dan kontrol implementasi
dan rencana.
7. Divisi
keperawatan
yang
baik
memotivasi
karyawan
untuk
memperlihatkan keterampilan kerja yang baik, memberikan motivasi
kepada petugas untuk menunjukkan penampilan kerja yang baik. Contoh
melalui sistem peningkatan penggajian dan promosi. Diusahakan
pendidikan tambahan dengan biaya institusi. Publikasi tentang profesi
keperawatan.
8. Manajemen
keperawatan
menggunakan
komunikasi
yang
efektif.
Komunikas yang efektif akan mengurangi kesalah fahaman dan
memberikan persamaan pandagangan arah dan pengertian diantara
pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat-perawat pelaksana menduduki kedudukan yang lebih tinggi
ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
Manajemen keperawatan selalu mengembangkan stafnya. Di dalam
keperawatan
keterampilan
dibagi
dalam
teknologi
manajemen
keperawatan. Fraclic & O’Connor menganjurkan dalam keperawatan
seorang
anggota
kemampuan
eksekutif
konseptual
keperawatan
yang
tinggi.
diharapkan
Sedangkan
mempunyai
kepala
ruangan
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam teknik praktek keperawatan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksaaan rencaa yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan
menetapkan
prinsip-prinsip
38
melalui
penetapan
standar,
membandingkan penampilan kerja dengan standar dan memperbaiki
kekurangan. Manajemen keperawatan melakukan evaluasi dan kontrol.
Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan evaluasi pelaksana rencana.
Membandingkan penampilan kerja dengan standar yang ada.
G. Analisis Beban Kerja
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
KEP/75/M.PAN/7/2004, Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target
hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.
Sedangkan standar beban kerja menurut Kepmenkes RI Nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit
adalah banyaknya satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesinya.
Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat dari
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan
kegiatan yang tidak produktif. Ilyas (2011) dalam Meidiawati (2012).
Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya komunikasi yang
buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan
39
dokter,
keluarnya
perawat
dan
ketidakpuasan
kerja
perawat.
Untuk
memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus
mengumpulkan data tentang: jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap
hari/bulan/ tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien di unit tersebut, ratarata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masingmasing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1994). Pendekatan berdasarkan
sistem klasifikasi pasien ini menghasilkan perhitungan beban kerja yang lebih
akurat karena pasien telah dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan, tingkat
kesulitan, serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
a. Kegiatan Keperawatan Langsung
Kegiatan keperawatan langsung (Direct Care) adalah kegiatan yang
difokuskan pada pasien dan keluarganya, meliputi: komunikasi dengan pasien
dan keluarganya, pemeriksaan kondisi pasien, mengukur tanda-tanda vital,
tindakan atau prosedur keperawatan dan pengobatan, nutrisi dan eliminasi,
kebersihan pasien, mobilisasi, transfusi, serah terima pasien, pengambilan
spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
b. Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung
Tindakan yang tidak langsung pada pasien tetapi berhubungan dengan
persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti:
persiapan atau kegiatan untuk melengkapi
asuhan keperawatan seperti:
mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,
menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah
40
dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan, melakukan
kolaborasi dengan dokter tentang program terapi/visite, mempersiapkan status
pasien, mempersiapkan formulir untuk pemeriksaan laboratorium/radiologi,
mempersiapkan alat untuk pelaksaaan tindakan keperawatan/pemeriksaan atau
tindakan khusus, merapikan ligkungan pasien, menyiapkan/memeriksa alat dan
obat emergensi, melakukan koordinasi/konsultasi dengan tim kesehatan
lainnya, mengadakan/mengikuti pre dan post konferens, mengikuti ronde
keperawatan/tim medis, mengikuti diskusi keperawatan/kegiatan ilmiah
keperawatan dan medis, memberikan bimbingan dalam pelaksaaan tindakan
keperawatan, melakukan komunikasi tentang obat pasien dengan pihak
farmasi, mengirim/menerima berita pasien melalui telepon dan membaca status
pasien.
c. Kegiatan Pribadi Perawat
Kegiatan untuk memenuhi keperluan perawat seperti: sholat, makan,
minum, kebersihan diri, duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke toilet.
d. Kegiatan Non Produktif
Kegiatan non produktif adalah kegiatan yang tidak terkait dengan tugas
dan tanggung jawab sebagai perawat, merupakan kegiatan pribadi misalnya:
nonton televisi, baca koran, mengobrol, telepon urusan pribadi, pergi keluar
ruangan/pergi untuk keperluan pribadi atau keluarga, datang terlambat dan
pulang lebih awal dari jadwal
Dalam (Aditama, 2004) dalam perekrutan pegawai baru sebaiknya
dilakukan perhitungan beban kerja pegawai terlebih dahulu selain mendengarkan
juga keluhan kurangnya pegawai. Perhitungan beban kerja dapat dilakukan
41
berdasarkan need, berdasarkan demand, rasio dengan standar dan dilaksanakan
dengan cara work sampling, time and motion study, daily log, self assesment.
Gambar 2.1 Cara Perhitungan Beban Kerja
Work Sampling
Berdasarkan need
Time and motion study
Rasio dengan standar
Perhitungan
Beban Kerja
Berdasarkan demand
Daily log
Self Assesment
Sumber : (Aditama, 2004)
Dalam perhitungan beban kerja Ilyas (2011) dalam Meidiawati (2012)
menyebutkan ada 3 cara yang dapat digunakan, yaitu :
1. Work Sampling
Work Sampling adalah pengukuran kegiatan kerja dari karyawan
dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan, dimana jumlah sampel
pengamatann kegiatan dilakukan secara acak (Barnes, 1980). Pada metode ini
yang menjadi fokus pengamatan adalah apa yang dilakukan responden pada
waktu tertentu dan apa kegiatannya. Dalam (Barnes, 1980) menyebutkan tiga
kegunaan utama dari work sampling, yaitu :
1) Activity and Delay Sampling
42
Mengukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan aktifitas
seorang pegawai.
2) Performance Sampling
Mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak
digunakan untuk bekerja seorang pegawai berdasarkan uraian tugasnya
dan dapat sekaligus untuk mengukur produktifitasnya.
3) Work Measurement
Menetapkan standar waktu dari suatu kegiatan.
Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling Ilyas (2011) dalam
Meidiawati (2012):
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam kerja
b. Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif
d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam kerja
a. Prosedur Work Sampling
1) Menentukan jenis pegawai yang akan diteliti
2) Memilih sampel sebagai subjek yang akan diteliti jika jumlah pegawai
banyak
43
3) Membuat formulir daftar kegiatan pegawai yang diklasifikasikan,
dikombinasikan dan disesuaikan dengan tujuan
4) Melatih pengamat mengenai cara pengamatan kerja dengan menggunakan
work sampling, pengamat sebaiknya memiliki latar belakang yang sejenis
dengan subjek yang akan diamati untuk memudahkan pelatihan dan
pelaksanaan pengamatan. Setiap pengamat yang mengamati 5-8 orang
pegawai.
5) Pengamat kegiatan pekerja dilakukan dengan interval waktu tiap 2-15
menit, tergantung karakteristik pekerjaan. Semakin tinggi tingkat
kesibukan pekerja yang diamati, semakin pendek waktu pengamatan.
Semakin pendek jarak waktu pengamatan, semakin banyak sampel
pengamatan yang diamati oleh pengamat sehingga akurasi pengamatan
menjadi lebih akurat. Pengamatan dilakukan selama jam operasional.
Bila jenis tenaga yang akan diteliti berfungsi 24 jam maka pengamata
dilaksanakan sepanjang hari
b. Kelebihan dan Kekurangan Work Sampling (Barnes, 1980)
Kelebihan metode work sampling :
a. Pengamatan tidak perlu mengamati pekerjaan terus-menerus, sehingga
secara teknis mudah dikerjakan dan bagi pegawai yang menjadi objek
merasa tidak diamati.
b. Pengamat dapat mengamati beberapa orang pegawai sekaligus
c. Tidak diperlukan pengamat profesional yang terlatih karena yang diamati
hanya jenis kegiatannya.
44
d. Pengamatan dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap
hasil penelitian.
e. Lebih menyenangkan bagi pengamat dibandingkan dengan metode time
motion study. Pengamat jarang merasa bosan dan kelelahan.
f. Tidak diperlukan stop watch
Kelemahan metode work sampling :
a. Tidak memberikan informasi yang lengkap dan terperinci detail kegiatan
tenaga yang diamati
b. Data yang didapat bisa terjadi bias karena pegawai tahu akan diamati
2. Time and Motion Study
Pada time and motion study pengamat melakukan pengamatan dan
mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh pegawai yang
sedang diamati. Pada teknik ini yang dihasilkan tidak hanya berupa beban kerja
tapi juga kualitas kerja pegawai Ilyas (2011) dalam Meidiawati (2012).
Pada metode ini dilakukan pengamatan secara terus-menerus sampai
pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu. Pengamatan
dilakukan terhadap setiap jenis tugas dilakukan dan lamanya waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. Kegiatan ini dilakukan pengulangan pada
keesokan harinya. Time ad motion study sulit dilakukan, berat dan mahal
sehingga jarang dilakukan.
Bias dapat terjadi karena objek yang diamati akan berperilaku lebih
baik dalam pekerjaannya. Bias diperkecil dengan melakukan pengamatan lebih
lama dan atau pengamatan dilakukan secara acak sehingga objek tidak merasa
diamati.
45
3. Daily Log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana
orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap
kerjasama dan kejujuran dari pegawai yang sedang diteliti.
Pelaksanaan teknik ini menggunakan formulir isian sederhana
mengenai kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan. Sebelum dilakukan
penelitian, peneliti harus memberikan penjelasan dan penekanan bahwa
informasi mengenai pegawai tidak akan tercantum pada laporan peneliti (Ilyas,
2011).
Peneliti memilih teknik work sampling dibandingkan teknik time and
motion study dan daily log. Hal tersebut dikarenakan teknik work sampling
empat kelebihan diantaranya : 1) Lebih mudah dilakukan karena pengamatan
terhadap pekerja tidak perlu dilakukan terus-menerus. 2) Teknik ini dapat
mengamati banyak pegawai dalam waktu yang sama. 3) Tidak diperlukan
pengamat profesional yang terlatih karena yang diamati hanya jenis
kegiatannya. 4) Pengamatan dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak
buruk terhadap hasil penelitian.
H. Metode Perhitungan Tenaga
Metode yang dapat digunakan dalam membuat perhitungan tenaga adalah
sebagai berikut:
1. Cara Rasio
Cara rasio adalah dengan membandingkan menggunakan rasio standar
tenaga, baik yang melalui :
46
a. UU yang telah ditetapkan, maupun menurut
b. Rasio yang dikembangkan sesuai hasil
Untuk sebuah rumah sakit baru setara kelas C dengan 100 tempat tidur,
kebutuhan tenaga dapat diperhitungkan sebagai berikut:
10-11 tenaga medis, misalnya 4 spesialis dan 6 dokter umum,
100
tenaga paramedis,
20
tenaga pembantu perawat
75
tenaga untuk administrasi umum, keuangan dan urusan non medis
Dapat dilihat bahwa dengan cara rasio ini, jumlah tenaga dengan mudah
dapat ditetapkan. Namun kita tidak tahu apakah akan terjadi utilisasi yang
rendah atau berlebihan. Bila jumlah pasien sedikit, jumlah itu akan terlalu
banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan. Sebagai patokan dapat dikatakan
bahwa cara rasio ini dihitung dengan beban standar. Jadi untuk rumah sakit
baru, atau pada periode permulaan, jumlah tenaga yang direkrut dapat lebih
rendah dari yang dihitung. Bila BOR sudah sekitar 60-70%, dan kunjungan
rawat jalan sudah ramai, jumlah tenaganya dapat dihitung kembali.
2. Cara Need
Cara need adalah cara menghitung kebutuhan menurut beban kerja yang
kita perhitungkan sendiri. Yang dimaksud dengan kita disini adalah
administrator rumah sakit atau para ahli (profesional). Sehingga beban kerja
yang dihitung adalah memenuhi standar profesi. Untuk menghitung kebutuhan
seluruh tenaga, diperluka deskripsi tentang pelayanan apa saja yang akan
47
diberikan kepada pasien selama ada di rumah sakit. Misalnya untuk pasien
poli, setiap pasien yang akan datang akan mendapatkan pelayanan :
a. pembelian karcis
b. pendaftaran
c. pemeriksaan dokter
d. penyuluhan
e. pemeriksaan laboratorium
f. apotik dan sebagainya
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menggunakan standard sebagai
berikut :
a. Self care
: 1-2 jam/hari
b. Partial care: 3-4 jam/hari
c. Total care : 5-7 jam/hari
3. Cara Demand
Perhitungan menurut demand adalah perhitungan menurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat. Jadi dasarnya adalah perhitungan
waktu per pasien atau hasil penelitian.
4. Formula Lokakarya Keperawatan
Formula hasil lokakarya keperawatan adalah sebagai berikut:
A= Rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima oleh seorang penderita
dalam 24 jam
Formula ini sudah memperhitungkan hari kerja efektif, yaitu 41 minggu.
Tambahan
25%
adalah
untuk
penyesuaian
48
terhadap
produktivitas.
Contoh:Misalkan rata-rata jam perawatan adalah 6 jam sehari. Untuk sebuah
rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%, kebutuhan
perawat adalah sebesar:
6 X 52 X 7 X 100 X 7
= 152880
152880 : (41x40)
= 93,22
93,22 + 25% X 93,22
= 116,5
Jadi dibutuhkan 117 perawat
5. Formula Gillies
Menurut Gillies, jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
A= rata-rata jam perawatan/hari
B= sensus harian rata-rata
Contoh: Misalkan rata-rata jam perawatan adalah 6 jam sehari. Untuk
sebuah rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%,
kebutuhan perawat adalah sebesar:
Sensus harian : TT X BOR
= 10 X 70% = 70
6 X 70 X 365
= 153300
(365 – 52) X 6
= 1878
153300/1878
= 81,63
Jadi dibutuhkan 82 perawat
49
6. Formula Nina
Nina (1990) menggunakan 5 tahap dalam menghitung kebutuhan tenaga,
berikut lima tahapannya:
Tahap I:
Dihitung A= Jumlah jam perawatan penderita dalam 24 jam per pasien
Dalam contoh diatas A= 6 jam
Tahap II:
Dihitung B= Jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh penderita dalam
satu hari
B= A X TT
B= 6 X 100 = 600 jam perawatan
Tahap III:
Dihitung C= Jumlah jam perawatan seluruh penderita selama satu tahun
C= B X 365
C= 600 X 365 = 219000
Tahap IV:
Dihitung D= Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun
D= C X BOR/80
D= 21900 X 70/80 = 191625
Tahap V:
Didapat E= Jumlah tenaga paramedis perawatan yang dibutuhkan
E= D/1878
E= 191625/1878 = 102,04, Jadi diperlukan 102 perawat
50
I.
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga dengan Metode WISN (Work
Load Indicator Staffing Need)
Kepmenkes
RI
Nomor
81/MENKES/SK/I/2004
tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit menyatakan bahwa metode perhitungan
kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata
yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah
digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Workload Indicator Staff Need (WISN) bermanfaaf untuk menghitung
kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada
daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan
bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi
seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009).
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini
meliputi 5 langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;
3. Menyusun standar beban kerja;
4. Menyusun standar kelonggaran;
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
51
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit,
puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk
kebutuhan tenaga di Kantor Dinas Kesehatan.
Adapun beberapa langkah dalam menghitung kebutuhan SDM dengan
metode WISN berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Kebutuhan SDM
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2004 adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing
kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah
sebagai berikut.
a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah
setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250
hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja
setiap tahun. (B)
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap
kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/
lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)
d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003
ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
52
e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama
kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah,
pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari
kerja/minggu). (F)
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :
Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F
Keterangan :
A = Hari Kerja
D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan
E = Ketidak Hadiran Kerja
C = Pendidikan dan Pelatihan
F = Waktu Kerja
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
Tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.
Struktur organisasi RS, data kepegawaian, standar profesi, standar
pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) sangat membantu proses
penetapan unit kerja dan kategori SDM di rumah sakit.
3. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
53
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata
waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masingmasing kategori tenaga. Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap
unit kerja RS adalah meliputi :
a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai
standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk
menghasilkan pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM
kesehatan dengan kompetensi tertentu. Untuk memudahkan dalam
menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM, perlu disusun
kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan, yang berkaitan langsung/
tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.
b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok.
Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM
pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan
sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional
prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta
kompetensi SDM.
Rata-rata
waktu
ditetapkan
berdasarkan
pengamatan
dan
pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh
data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan,
sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
54
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki
kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional
prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik. Secara bertahap RS
dapat melakukan studi secara intensif untuk menyusun standar waktu
yang dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh masing-masing
kategori SDM.
c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan nya
(waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masingmasing kategori SDM.
4. Penyusunan standar kelonggaran
Tujuannya adalah diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori SDM
meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan suatu
kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya
kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Penyusunan faktor
kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada
tiap kategori tentang :
a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada
pasien, misalnya ; rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun
kebutuhan obat/bahan habis pakai.
b. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan
c. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
55
Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja,
sebaiknya mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan
yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena
tidak/kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya
digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori
SDM. Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah
selanjutnya adalah menyusun Standar Kelonggaran dengan melakukan
perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini.
5. Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja
Tujuannya adalah diperolehnya jumlah dan jenis/kategori SDM per unit
kerja sesuai beban kerja selama 1tahun. Sumber data yang dibutuhkan
untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi :
1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
• Waktu kerja tersedia
• Standar beban kerja dan
• Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
tahuan.
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun
waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi Rawat Jalan
dapat diperoleh dari laporan kegiatan RS (SP2RS), untuk mendapatkan
data kegiatan tindakan medik yang dilaksanakan di tiap poli rawat jalan
56
perlu dilengkapi data dari Buku Register yang tersedia disetiap poli
rawat jalan.
Pada umumnya data kegiatan rawat jalan tersedia dan mudah diperoleh,
namun apabila data hanya tersedia 7 bulan, maka data kuantitas
kegiatan pokok 5 bulan berikutnya ditetapkan berdasarkan angka ratarata kegiatan pokok selama 7 bulan (ekstrapolasi). Untuk penyusunan
kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap dibutuhkan data dasar
sebagai berikut :
1. Jumlah tempat tidur
2. Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun
3. Rata-rata sensus harian
4. Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)
Dari kelima langkah yang telah dilakukan maka untuk perhitungan
kebutuhan SDM digunakan rumus:
Setelah kebutuhan tenaga diperoleh maka akan didapatkan perbedaan
jumlah kenyataan pegawai saat ini dengan jumlah SDM yang dibutuhkan dan
akan diketahui hasil adanya kekurangan atau lebih SDM. Rasio WISN bernilai 1
(satu) menunjukkan bahwa jumlah staf dan bebean kerja disuatu unit kerja berada
dalam keadaan seimbang. Semakin kecil Rasio WISN, semakin besar tekanan
beban kerja. Rasio WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini
lebih kecil daripada yang dibutuhkan. Sebaliknya, rasio WISN yang besar (lebih
dari 1) membuktikan adanya kelebihan staf apabila dibandingkan terhadap beban
kerja (Depkes RI dan GTZ, 2009).
57
J.
Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan pada bagian tinjauan pustaka,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga
perawat dibutuhkan perhitungan berdasarkan pengukuran beban kerja. Beban
kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam
satu satuan waktu tertentu (KepMenPan No.75, 2004).
Untuk mengukur beban kerja, salah satu teknik yang digunakan adalah
dengan work sampling yaitu melihat dari beberapa kegiatan perawat pelaksana
yang meliputi kegiatan keperawatan langsung, tidak langsung, kegiatan pribadi,
dan kegiatan non produktif. Dari hasil perhitungan beban kerja yang sudah
dilakukan, dapat digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga dengan
menggunakan rumus Workload Indicator Staff Need (WISN).
Workload Indicator Staff Need (WISN) bermanfaaf untuk menghitung
kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada
daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan
bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi
seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009).
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini
meliputi 5 langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
2. Menetapkan Uraian tugas dan Produk;
3. Menyusun standar beban kerja;
4. Menyusun standar kelonggaran;
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
58
Berdasarkan teori di atas, maka disusun kerangka teori sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Analisis Beban Kerja:
Analisis Kebutuhan Tenaga/
WISN
Kegiatan Keperawatan Langsung
Kegiatan Keperawatan tdk Langsung
Kegiatan Pribadi
Waktu Kerja Tersedia
Kegiatan Non Produktif
Sumber : Gillies (1994)
Kategori SDM
Standar Beban Kerja
Teknik Perhitungan Beban Kerja:
1. Work Sampling
Standar Kelonggaran
2. Time and motion study
3. Daily Log
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Sumber : Aditama (2004)
Sumber : Kepmenkes RI Nomor
81/MENKES/SK/I/2004
59
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik
observasi, pedoman wawancara mendalam dan telaah dokumen Selanjutnya
perhitungan beban kerja yang di dapat melalui teknik work sampling, digunakan
untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode Workload
Indicator Staff Need (WISN) yang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil
beban kerja dan kebutuhan tenaga yang telah diperoleh tersebut untuk
menentukan strategi untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat.
Pengukuran
beban
kerja
dilakukan
dengan
mengamati
kegiatan
keperawatan antara lain: kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung, kegiatan pribadi
dan kegiatan non produktif. Kegiatan
keperawatan langsung yang dimaksud adalah komunikasi dengan pasien dan
keluarganya, pemeriksaan kondisi pasien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan
atau prosedur keperawatan dan pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan
pasien, mobilisasi, transfusi, serah terima pasien, pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan laboratorium. Sedangkan kegiatan keperawatan tidak langsung
adalah mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,
menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Jenis kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pribadi yaitu kegiatan untuk
memenuhi keperluan perawat seperti: sholat, makan, minum, kebersihan diri,
duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke toilet. Selanjutnya adalah kegiatan
60
non produktif, yaitu kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai perawat, merupakan kegiatan pribadi misalnya: nonton televisi, baca
koran, mengobrol, telepon urusan pribadi, pergi keluar ruangan/pergi untuk
keperluan pribadi atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal dari
jadwal. Hasil pengukuran beban kerja yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
keperawatan tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan kebutuhan
tenaga untuk diketahui jumlah tenaga perawat pelaksana yang tepat di instalasi
rawat inap RSUD Kota Bekasi.
Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam latar belakang dan kerangka
teori, maka kerangka konsep dalam menghitung beban kerja dan menentukan
jumlah kebutuhan tenaga perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
Kota Bekasi adalah sebagai berikut:
61
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Waktu Kerja Tersedia
Kategori Perawat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Perawat Pelaksana di
Work Sampling :
Analisis
Beban Kerja
Perawat
Standar Beban Kerja
Kegiatan Keperawatan Langsung
Kegiatan Keperawatan tdk Langsung
Standar Kelonggaran
Kegiatan Pribadi
Kegiatan Non Produktif
62
Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi
B. Definisi Operasional
No
Variabel
1
Analisis Beban
Kerja Perawat
2
Kegiatan
Keperawatan
Langsung
3
Kegiatan
Keperawatan
Tidak Langsung
4
Definisi
Kegiatan menghitung beban kerja
perawat dengan melakukan
pengamatan terhadap macammacam kegiatan keperawatan di
Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi
Aktivitas yang langsung berkaitan
dengan kegiatan pokok atau fungsi
utama unit yaitu seperti
berkomunikasi langsung dengan
pasien
Aktivitas yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan
pokok atau fungsi utama unit
seperti membuat diagnosa,
mendokumentasikan kegiatan
perawat.
Kegiatan Pribadi Aktivitas yang berkaitan dengan
kepentingan pribadi perawat
pelaksana yang sama sekali tidak
berdampak terhadap unit produksi,
seperti, sholat, makan, minum, ke
toilet.
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
-Observasi kegiatan
keperawatan
Formulir work
sampling
Rasio
Berupa jumlah besaran
beban kerja perawat
pelaksana
Dengan mengamati dan
mencatat aktivitas hasil
pengamatan
-Formulir
pengamatan
aktivitas perawat
pelaksana
(Formulir work
sampling)
-Formulir
pengamatan
aktivitas perawat
pelaksana
(Formulir work
sampling)
-Formulir
pengamatan
aktivitas perawat
pelaksana
(Formulir work
sampling)
Rasio
Berupa data jumlah kegiatan
keperawatan langsung
perawat pelaksana dalam
menit
Rasio
Berupa data jumlah kegiatan
keperawatan tidak langsung
perawat pelaksana dalam
menit
Rasio
Berupa data jumlah kegiatan
pribadi perawat pelaksana
dalam menit
Dengan mengamati dan
mencatat aktivitas hasil
pengamatan
Dengan mengamati dan
mencatat aktivitas hasil
pengamatan
63
5
Kegiatan Non
Produktif
6
Waktu kerja
tersedia
7
Tenaga Perawat
8
Standar
Kerja
Aktivitas yang sama sekali tidak
terkait dengan kegiatan pokok dan
penunjang atau fungsi unit dan
tidak bermanfaat bagi unit
pelayanan, seperti : mengobrol,
menonton tv, bermain HP.
Angka yang menunjukkan satuan
waktu yang digunakan untuk
bekerja setahun dalam menit
Dengan mengamati dan
mencatat aktivitas hasil
pengamatan
Responden yang akan diamati dan
dihitung kebutuhan tenaganya
berdasarkan analisis beban kerja
perawat di Ruang Tulip RSUD
Kota Bekasi
Wawancara mendalam
Telaah dokumen
-Data kepegawaian
-Data keperawatan
-Data kunjungan pasien
Beban Aktivitas pokok yang disusun
berdasarkan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan
aktivitas pokok dan waktu tersedia
yang dimiliki oleh paerawat
-Formulir pencatatan
waktu
-Wawancara mendalam
Wawancara mendalam
dan
Telaah dokumen :
-Daftar Absen
64
-Formulir
pengamatan
aktivitas perawat
pelaksana
(Formulir work
sampling)
-Menggunakan
rumus waktu
kerja tersedia
dalam metode
WISN
- Pedoman
wawancara
-Data bagian
keperawatan
Rasio
Berupa data jumlah kegiatan
non produktif perawat
pelaksana dalam menit
Rasio
Satuan waktu yang
digunakan untuk bekerja
bagi perawat dalam menit/
Jumlah waktu yang
digunakan untuk bekerja
selama setahun (satuan
menit)
Diperolehnya informasi
mengenai rincian tugas
berdasarkan kegiatan pokok
dan jumlah produk yang
dihasilkan
Nominal
-Pedoman
wawancara
-Rumus WISN
-Pedoman
wawancara
Rasio
Berupa informasi tentang
angka rata-rata standar
beban kerja
9
10
Standar
Kelonggaran
Jumlah
Kebutuhan
Tenaga
pelaksana
Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan aktivitas lainnya
(selain aktivitas/ kegiatan pokok)
yang tidak dipengaruhi oleh
kuantitas aktivitas pokok di
instalasi rawat inap Tulip RSUD
Kota Bekasi
Data
jumlah
tenaga
yang
dibutuhkan berdasarkan beban
kerja yang ada menggunakan
metode WISN
Telaah dokumen
-Daftar absen
-Rumus WISN
-Pedoman
wawancara
Rasio
Berupa informasi tentang
angka standar kelonggaran
Rumus WISN
Rasio
Berupa data atau informasi
jumlah
tenaga
yang
dibutuhkan oleh instalasi
rawat inap Tulip RSUD
Kota Bekasi
Wawancara mendalam
Menggunakan data
waktu kerja tersedia,
standar beban kerja,
standar kelonggaran,
dan jumlah aktivitas
selama satu tahun untuk
perhitungan ke dalam
rumus WISN
65
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik observasi, pedoman wawancara dan telaah dokumen.Teknik yang digunakan dalam
pengamatan ini untuk mendapatkan jumlah penggunaan waktu setiap pola aktivitas perawat
pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi adalah dengan menggunakan
teknik work sampling, dimana aktivitas perawat pelaksana yang diamati akan diteliti setiap
waktu lima menit selama tujuh hari kerja. Selanjutnya penggunaan waktu produktif yang di
dapat, digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode WISN
yang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil beban kerja dan kebutuhan tenaga yang telah
diperoleh tersebut untuk menentukan strategi untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat.
Kegiatan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
bervariasi dan karena yang diamati peneliti adalah kegiatan dari perawat dan bukan
kinerjanya, oleh karena itu peneliti menggunakan metode work sampling dalam melakukan
pengamatan kegiatan perawatan agar kegiatan yang dilakukan tersebut dapat terwakili dalam
penelitian ini. Formulir work sampling yang digunakan adalah formulir yang telah banyak
digunakan oleh peneliti sebelumnya, Meidiawati (2013), Warongan (2006), Irnalita (2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi yang
berada di Jl. Pramuka No.55 Bekasi Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari sejak
tanggal 15 Juni s.d 21 Juni 2015.
66
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja pada
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Tidak semua perawat yang bertugas pada saat
diamati, jadi dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personel yang akan diamati
sebanyak 21 orang perawat yang bertugas pada saat itu yaitu dengan menggunakan
accidental sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer dari penelitian ini adalah hasil observasi beban kerja perawat dan hasil
wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan data primer. Teknik yang digunakan adalah teknik work sampling.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan perbandingan observan dengan yang
diobservasi adalah 1:2. Alat yang digunakan adalah formulir work sampling yang
berisi waktu pengamatan, kegiatan tenaga perawat yang terdiri dari kegiatan
keperawatan langsung, kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan
kegiatan non produktif, jam serta alat tulis untuk membantu dalam pencatatan
kegiatan keperawatan. Pengamatan dilakukan untuk 3 shift pelayanan selama 7 hari
kerja
2. Data Sekunder dari penelitian ini adalah daftar absen, daftar keperawatan, daftar
kunjungan pasien.
E. Pengolahan Data
1. Data Primer, proses pengolahan hasil observasi dihitung kemudian dikalikan lima
menit karena pengamatan terhadap kegiatan keperawatan dilakukan setiap lima menit
sekali. Untuk hasil dari wawancara mendalam yang sudah direkam, direkap untuk
dimasukan kedalam hasil penelitian.
67
2. Data Sekunder, data sekunder yang didapatkan digunakan untuk menentukan waktu
kerja tersedia yang terdiri dari: 1) Lamanya hari kerja. 2) Banyaknya cuti tahunan
perawat. 3) Jumlah pendidikan dan pelatihan dalam setahun terakhir. 4) Menghitung
rata-rata ketidakhadiran kerja.
F. Teknik dan Analisa Data
Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang
telah diolah. Selain itu, analisis data juga berguna untuk memperoleh kesimpulan secara
umum dari penelitian. Langkah-langkah dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Reduksi data berarti merangkum, mengambil data
yang penting, membersihkan data yang tidak cocok atau bias dan mencari tema dan pola yang
sama. Reduksi data dibantu dengan komputer, dengan mengelompokkan data sesuai aspek
atau kriteria tertentu. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan semua data yang diperoleh setiap selesai pengamatan aktivitas setiap
shift pengamatan
b. Memeriksa
adanya
kesalahan,
kekuranganlengkapan
dan
ketidakkonsistenan
pengamatan
c. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam komputer dan melakukan pengelompokkan
berdasarkan jenis kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan tidak
langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan non produktif
d. Menjumlahkan masing-masing jenis kegiatan keperawatan
e. Setiap jenis kegiatan, jumlahnya dikalikan 5, karena pengamatan dilakukan setiap 5
menit, untuk mengubah pola kegiatan tersebut ke dalam menit. Sehingga diperoleh
waktu setiap aktivitas perawat pelaksana selama satu hari
68
f. Jumlah kegiatan perawat pelaksana selama penelitian dijumlahkan, sehingga
didapatkan jumlah waktu setiap jenis kegiatan perawat pelaksana selama satu hari
g. Menghitung standar beban kerja dan standar kelonggaran berdasarkan waktu yang telah
diperoleh untuk menyelesaikan kegiatan pokok dan kegiatan penunjang
h. Menghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan denga menggunaka rumus WISN,
berdasarkan data waktu kerja tersedia, standar kelonggaran, standar beban kerja, dan
jumlah pelayanan atau aktivitas selama satu tahun
i. Merangkum hasil wawancara, memeriksa, mengedit dan meringkas dalam bentuk
narasi
Menyajikan dalam bentuk uraian singkat dan tabel hasil pengamatan. Langkah selanjutnya
dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu bagaimana beban
kerja yang ada, jumlah tenaga yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan rumus WISN.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
Penelitian ini menggambarkan aktivitas dan waktu yang digunakan perawat pelaksana
selama dilakukan pengamatan dengan formulir work sampling. Aktivitas yang dilakukan
terbagi menjadi empat, yaitu jenis kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan non produktif.
Tabel 5.1
Distribusi Jumlah Tenaga Perawat dan Jumlah Pasien di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi Tahun 2015
No
Hari/Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
Senin, 15 Juni 2015
Selasa, 16 Juni 2015
Rabu, 17 Juni 2015
Kamis, 18 Juni 2015
Jumat, 19 Juni 2015
Sabtu, 20 Juni 2015
Minggu, 21 Juni 2015
Rata-Rata
Shift
Pagi
Siang
Malam
Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien
7
36
7
36
7
36
7
36
7
36
7
36
7
40
7
40
7
40
7
45
7
45
7
45
7
49
7
49
7
49
7
43
7
43
7
43
7
42
7
42
7
42
7
42
7
42
7
42
Pada tabel 5.1 terlihat bahwa rata-rata jumlah perawat masing-masing shift sama yaitu
sebanyak tujuh orang. Pada hari rabu, kamis dan jumat terjadi kenaikan pasien yaitu
sebanyak 40 orang, 45 orang dan 49 orang dan terjadi penurunan kembali terjadi pada hari
minggu sebanyak 42 orang. Rata-rata jumlah kunjungan pasien di Ruang Tulip adalah 42
orang.
70
a. Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan Langsung
Jumlah waktu kegiatan keperawatan dilakukan selama tujuh hari mulai tanggal 15
Juni 2015 sampai 21 Juni 2015 di instalasi rawat inap Tulip dan mendapatkan hasil jumlah
waktu kegiatan perawat pelaksana. Jumlah waktu tersebut dapat menggambarkan besar beban
kerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap Tulip selama tujuh hari kerja selama 24 jam.
Berikut tabel jumlah waktu kegiatan perawat pelaksana (Kegiatan Keperawatan Langsung,
Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung, Kegiatan Pribadi, dan Kegiatan Non Produktif) :
Tabel 5.2
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Keperawatan
Langsung Selama Tujuh Hari Kerja.
Kegiatan Keperawatan Langsung
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah
Melakukan perekaman EKG
Perawatan Luka
Mengganti cairan infus
Mengganti Balutan
Memasang Infus
Memeriksa gula darah
Memberikan obat oral dan injeksi
Pemasangan gelang identifikasi
Pengambilan darah
Perawat keliling ruangan observasi pasien
Mengontrol infus
Mengganti baju/ pampers
Membersihkan tempat tidur
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain
Menerima pasien dari ruangan lain
Pendidikan kesehatan
Memasang cateter urin, observasi
Memeriksa sleding scale
Fisioterapi dada
Menghitung ballance cairan
Jumlah
Shift
Pagi
%
Siang
%
Malam
%
(Menit)
(Menit)
(Menit)
35
1,5
200
6,3
700
20,5
160
6,9
20
0,6
10
0,3
130
5,6
80
2,5
10
0,3
190
8,2
240
7,5
680
19,9
180
7,7
90
2,8
15
0,4
70
3,0
125
3,9
0
0,0
25
1,1
0
0,0
0
0,0
355
15,3
415
13,1
260
7,6
30
1,3
0
0,0
0
0,0
65
2,8
225
7,1
85
2,5
565
24,3
695
21,9
1245
36,5
155
6,7
100
3,1
155
4,5
20
0,9
50
1,6
50
1,5
200
8,6
135
4,2
5
0,1
60
2,6
80
2,5
0
0,0
0
0,0
175
5,5
100
2,9
30
1,3
460
14,5
100
2,9
25
1,1
30
0,9
0
0,0
10
0,4
20
0,6
0
0,0
20
0,9
10
0,3
0
0,0
0
0,0
30
0,9
0
0,0
2325
100,0
3180
100,0
3415
100,0
71
Pada tabel 5.2 didapatkan penggunaan waktu untuk kegiatan keperawatan langsung
pada perawat pelaksana selama tujuh hari terbanyak ada pada shift malam dengan jumlah
waktu kegiatan sebesar 3415 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu perawat keliling
mengobservasi pasien sebesar 1245 menit atau 36,5%. Penggunaan waktu terbanyak kedua
ada pada shift siang yaitu sebesar 3180 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu perawat
keliling ruangan mengobservasi pasien sebesar 695 menit atau 21,9%. Penggunaan waktu
terbanyak ketiga ada pada shift pagi yaitu sebesar 2325 menit dengan kegiatan terbanyak
yaitu perawat keliling ruangan mengobservasi pasien sebesar 565 menit atau 24,3%.
Tabel 5.3
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan
Keperawatan Tidak Langsung Selama Tujuh Hari Kerja
Pagi
%
Shift
Siang
%
Malam
%
Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung
Mengisi dan melengkapi formulir pasien
Mengecek status pasien
Membuat laporan tugas
Membereskan administrasi pasien pulang
Menerima telepon kantor
Berkomunikasi dengan dokter
Menyiapkan & membersihkan alat tindakan
Menyiapkan obat oral dan injeksi
Membuat daftar permintaan makanan
Menulis resep pasien
Laporan shift
Menulis instruksi dokter
Visit dokter
Jumlah
(Menit)
(Menit)
110
3,1
320
1170
33,0
1160
920
25,9
1120
80
2,3
75
125
3,5
150
185
5,2
230
285
8,0
225
325
9,2
565
0
0,0
0
40
1,1
40
105
3,0
115
35
1,0
25
170
4,8
0
3550
100,0
4025
72
8,0
28,8
27,8
1,9
3,7
5,7
5,6
14,0
0,0
1,0
2,9
0,6
0,0
100,0
(Menit)
200
5,3
1365
36,4
905
24,2
0
0,0
40
1,1
10
0,3
450
12,0
525
14,0
0
0,0
10
0,3
210
5,6
30
0,8
0
0,0
3745
100,0
Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan keperawatan tidak
langsung pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi selama
tujuh hari terbanyak ada pada shift malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 3745 menit
dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien sebesar 1365 menit atau 36,4%.
Penggunaan waktu terbanyak kedua ada pada shift siang dengan jumlah waktu kegiatan
sebesar 4025 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien sebesar 1160
menit atau 28,8%. Penggunaan waktu terbanyak ketiga ada pada shift pagi dengan jumlah
waktu kegiatan sebesar 3550 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien
sebesar 1170 menit atau 33%.
Dari hasil pengamatan beban kerja menggunakan teknik work sampling ini, sesuai
dengan hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan. Berdasarkan hasil
wawancara, didapatkan bahwa jumlah waktu kegiatan keperawatan langsung dan tidak
langusng terbanyak ada pada shift malam dikarenakan banyaknya pasien masuk untuk
persapan operasi sehingga perawat akan banyak kegiatan pada shift tersebut.
“... Karena SDM nya memang harusnya ditambah tadi kata saya kalo emang udah
delapan udah aman tenteram, jadi dia harus banyak mengerjakan apalagi di sore malam, itu
kan di sore malam itu tindakan kan banyak pasien baru, banyak pasien operasi baru selesai
dari kamar operasi itu banyak sekali yang akhirnya kadang-kadang ada yang terlambat”
(Informan 1).
73
Tabel 5.4
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Pribadi
Selama Tujuh Hari Kerja
Pagi
%
Siang
11,0
0,0
6,9
1,2
80,9
0,0
100,0
(Menit)
230
20
135
35
515
0
935
%
Malam
%
Kegiatan Keperawatan Pribadi
Makan
Minum
Ibadah
Pergi ke toilet
Duduk di nurse station
Tidur/ istirahat
Jumlah
(Menit)
135
0
85
15
995
0
1230
(Menit)
24,6
130
28,6
2,1
0
0,0
14,4
30
6,6
3,7
35
7,7
55,1
255
56,0
0,0
5
1,1
100,0
455
100,0
Pada tabel 5.4 diketahui bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan pribadi pada
perawat pelaksana selama tujuh hari terbanyak ada pada shift pagi dengan jumlah waktu
kegiatan sebesar 1230 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu duduk di nurse station sebesar
995 menit atau 80,9%. Penggunaan waktu terbanyak kedua ada pada shift siang dengan
jumlah waktu kegiatan sebesar 935 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu duduk di nurse
station sebesar 515 menit atau 55,1%. Penggunaan waktu terbanyak ketiga ada pada shift
malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 455 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu
duduk di nurse station sebesar 255 menit atau 56%.
74
Tabel 5.5
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Non
Produktif Selama Tujuh Hari Kerja
Kegiatan Keperawatan Non Produktif
Menonton TV
Mengobrol
Telepon Urusan Pribadi
Membaca koran
Pergi keluar ruang untuk keperluan pribadi
Datang terlambat
Pulang Lebih Awal
Jumlah
Shift
Pagi
%
Siang
%
Malam
%
(Menit)
(Menit)
(Menit)
0
0
35
10,6
65
40,6
75
83,3
130
39,4
50
31,3
0
0
45
13,6
45
28,1
15
16,7
0
0,0
0
0,0
0
0
120
36,4
0
0,0
0
0
0
0,0
0
0,0
0
0
0
0,0
0
0,0
90
100
330
100,0
160
100,0
Pada tabel 5.5 diketahui bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan non produktif pada
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi selama tujuh hari
terbanyak ada pada shift siang dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 330 menit dengan
kegiatan terbanyak yaitu mengobrol sebesar 130 menit atau 39,4%. Penggunaan waktu
terbanyak kedua ada pada shift malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 160 menit
dengan kegiatan terbanyak yaitu menonton tv sebesar 65 menit atau 40,6%. Penggunaan
waktu terbanyak ketiga ada pada shift pagi dengan kegiatan terbanyak yaitu mengobrol
sebesar 75 menit.
75
Tabel 5.6
Total Penggunaan Waktu Kerja Perawat Pelaksana Instalasi Rawat Inap Tulip
Menggunakan Metode Work Sampling di RSUD Kota Bekasi Tahun 2015
Pagi
Siang
Malam
Total
Kegiatan Keperawatan
Menit
%
Menit
%
Menit
%
Menit
%
Kegiatan keperawatan Langsung
2325
32,3
3180
37,5
3415
43,9
8920
38,1
Kegiatan keperawatan Tidak Langsung
3550
49,3
4025
47,5
3745
48,2
11320
48,3
Kegiatan Pribadi
1230
17,1
935
11,0
455
5,9
2620
11,2
90
1,3
330
3,9
160
2,1
580
2,5
7195
100,0
8470
100,0
7775
100,0
23440
100,0
Kegiatan Non Produktif
Total
76
Dari total penggunaan waktu oleh perawat selama dilakukan pengamatan,
didapatkan bahwa penggunaaan waktu untuk kegiatan keperawatan langsung oleh
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi yaitu sebesar
38,1%, kegiatan keperawatan tidak langsung 48,3%, kegiatan pribadi sebesar
11,2%, serta kegiatan non produktif sebesar 2,5%. Hal ini menunjukan bahwa
kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh perawat adalah kegiatan keperawatan
tidak langsung. Hal ini disebabkan, karena kegiatan keperawatan tidak langsung
memang banyak dan harus diselesaikan sesuai dengan prosedur.
Menurut Rowland dalam Purwanto (2011) waktu untuk kegiatan
keperawatan tidak langsung adalah 38 menit per pasien per hari. Jika dilihat dari
rata-rata jumlah pasien di Instalasi Rawat Inap Tulip yaitu sebanyak 42 pasien,
kemudian dikalikan dengan waktu keperawatan tidak langsung menurut Rowland
sebanyak 38 menit dan dikalikan dengan banyaknya jumlah hari yaitu tujuh hari.
Didapatkan hasil bahwa jumlah keperawatan tidak langsung yang masih dalam
batas normal menurut Rowland dalam Purwanto (2011) adalah 11.172 menit.
Namun total kegiatan keperawatan tidak langsung yang ada di Instalasi Rawat
Inap Tulip ini sudah mencapai batas normal yaitu sebanyak 11.320 menit.
Untuk selanjutnya, kegiatan produktif tidak langsung oleh peneliti
dimasukan sebagai komponen beban kerja perawat karena kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang tidak mungkin dihindari dan masih berhubungan
dengan kebutuhan dan kepentingan pasien. Bila dijumlahkan antara waktu
kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung sebagai
beban kerja perawat, maka proporsi waktu yang diperoleh adalah sebesar 86,4%.
Menurut Ilyas (2004) dan International Labour Organization dalam Purwanto
77
(2011) menyatakan bahwa waktu kerja yang produktif berkisar 80% dan jika
pekerja sudah bekerja di atas 80% waktu produktifnya, maka perlu
dipertimbangkan
dan
memperhatikan
bahwa
unit
tersebut
benar-benar
membutuhkan tenaga baru. Berdasarkan teori diatas dan hasil waktu kegiatan
keperawatan perawat mencapai 86,4%, maka pada perawat pelaksana di Instalasi
Rawat Inap Tulip perlu diadakan penambahan tenaga.
B. Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN (Work Load
Indicator Staff Need)
Untuk menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan di Instalasi Rawat
Inap Tulip berdasarkan metode WISN, diperlukan 5 langkah yaitu :
1.
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Waktu kerja tersedia adalah satuan waktu yang digunakan oleh perawat
untuk bekerja menjalankan kegiatan pokoknya selama setahun. Menetapkan
waktu kerja tersedia bertujuan untuk memperoleh waktu kerja tersedia masingmasing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu
tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah
sebagai berikut. rumus sebagai berikut :
Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F
a. Hari kerja;
Jumlah hari kerja dalam satu tahun sesuai ketentuan yang berlaku
di RS atau Peraturan Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5
hari kerja. Namun, karena pelayanan keperawatan berlangsung selama 24
jam, maka hari kerja dihitung 7 hari. Perawat pelaksana di Ruang Tulip
78
menggunakan sistem shift, sehingga ketentuan yang berlaku untuk perawat
pelaksana adalah 6-2, yaitu enam hari kerja kemudian dua hari libur.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian ini
mengenai hari kerja di Ruang Tulip.
“Karena kita mengatur shift nya itu pagi dua, siang dua, malam dua,
liburnya dua. Jadi dalam sebulan itu liburnya antara enam sampai
delapan untuk yang shif. (Informan 1)
“... ada 24 hari lah, seminggu enam hari” (Informan 2)
“... seminggu kita enam hari” (Informan 3)
Dari perolehan data tersebut, maka dapat dihitung jumlah hari kerja
efektif. Dalam setahun ada 365 hari, jika dilakukan perhitungan secara
manual dengan sistem masuk perawat yang 6 hari kerja kemudian 2 hari
libur, maka didapatkan bahwa dalam satu bulan ada 7 hari libur, sehingga
dalam satu tahun ada 84 hari libur. Dengan demikian, jumlah hari kerja
perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi adalah 281 hari
dari perolehan hasil pengurangan 365 dengan 84 hari.
b. Cuti Tahunan;
Cuti tahunan yang berlaku di RSUD Kota Bekasi adalah sebanyak
12 hari dalam setahun. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
informan penelitian ini mengenai cuti tahunan di Ruang Tulip.
“Cuti itu kita untuk setiap karyawan dalam satu tahun ber hak cuti
tahunan 12 hari kerja” (Informan 1)
“Cuti kan setahun 12 hari” (Informan 2)
“Kita cuti dapet 12 hari kerja” (Informan 3)
79
c. Pendidikan dan Pelatihan;
Waktu yang disediakan sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme. Jumlah
pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh perawat pelaksana Instalasi
Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi dalam setahun adalah 6 hari. Jika
dirata-rata dengan keseluruhan jumlah perawat maka 6 : 21 = 0,3.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian ini
mengenai pendidikan dan pelatihan di Ruang Tulip.
“Nah itu, kurang kita. Kita ruang perawatan bedah tapi belum ada
pelatihan yang khusus perawatan luka, perawatan luka cuma kita tidak
secara khusus dilatih seperti itu. Jadi kalo pas ada pelatihan kita
bergantian, satu tahun enggak sampai 10 kali, paling juga 6 kali 2 bulan
sekali itu juga kadang-kadang ya ikut dengan pelatihan bagian pelatihan
lain gak hanya khusus bedah jadinya, umum yang semua bagian dan
ruangan harus ikut” (Informan 1)
“... ada diklat, tapi jarang sih” (Informan 2)
“... saya sudah lama disini dari tahun 1997, dulu-dulu mah saya sering.
Setahun ini gak dapet nih, gantian kita pelatihannya banyak banget dari
awal masuk. Setahun ini aja sepi ..” (Informan 3)
d. Hari Libur Nasional;
Jumlah hari libur dan cuti bersama dalam satu tahun. Karena yang
berlaku sistim shift, maka hari libur tetap masuk kerja.
80
e. Ketidakhadiran Kerja;
Sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu 1
tahun)
karena
alasan
sakit,
tidak
masuk
dengan
atau
tanpa
pemberitahuan/ijin. Berdasarkan daftar hadir selama tahun 2015, jumlah
rata-rata ketidakhadiran kerja perawat di instalasi rawat inap tulip dalam
setahun adalah 31 hari kerja. Toleransi ketidakhadiran kerja di Ruang
Tulip berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut :
“Kita kan disini ada yang mendadak sakit, anak sakit, berita biasanya
lewat telepon atau sekarang kan udah ada WA ada BBM nah kita atur
kalau dia masih punya cuti dan dia tidak bisa menunjukkan surat sakit
akan kita potong cuti atau potong ekstra. Ekstra itu kalau ada tanggal
merah kan harusnya libur tapi dia tetep dinas dia punya ekstra satu. Jadi
kalau tiba2 sakit bisa di potong ekstra atau cuti. Tapi kalau misalnya tidak
ada berita sama sekali kita tulis alfa” (Informan 1)
“... ada si, kalo sakit, kecelakaan pasti ada toleransi. Kalo misalnya
parah, ada yang sakit sampe satu bulan” (Informan 2)
“... kita kan dalam sebulan toleransinya ya boleh boleh aja, nanti kan
kepala ruangan yang atur. Kita harus ada informasi, kalo mendadak ya
tergantung dia mendadaknya karena apa, kalo kita sakit ya harus ada
surat keterangan sakit” (Informan 3)
f. Waktu Kerja;
Jumlah jam kerja perharinya. Karena perawat ini sistem shift ,
maka perhitungan jam kerjanya berdasarkan rata-rata jam kerja per shift
(pagi, siang, malam) selama setahun. Rata-rata waktu kerja perawat
81
pelaksana di Ruang Rawat Inap Tulip adalah (7+7+10) 8 jam/hari.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian ini
mengenai waktu kerja di Ruang Tulip.
“Untuk shift pagi itu dari habis apel 07.15 sampai jam 14.00, siang itu
jam 14.00 sampai jam 21.00, malem dari jam 21.00 sampai operan ke
pagi jam 07.00 sampai jam 08.00 sampai selesai operan” (Informan 1)
Berikut adalah perhitungan waktu kerja tersedia perawat pelaksana di
Ruang Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.
Tabel 5.7
Waktu Kerja Tersedia Perawat Pelaksana
Kode
Faktor
Kategori SDM
Perawat
281
Keterangan
A
Hari kerja
B
Cuti tahunan
12
Hari/tahun
C
Pendidikan dan pelatihan
0,3
Hari/tahun
D
Hari libur nasional
-
Hari/tahun
E
Rata-rata ketidakhadiran kerja
31
Hari/tahun
F
Waktu kerja
8
Jam/hari
Hari kerja tersedia
237,7
Hari
kerja/tahun
Waktu kerja tersedia
1901,6
Jam/tahun
114.096
Menit/tahun
Uraian perhitungannya adalah sebagai berikut :
-
Hari kerja tersedia untuk kategori SDM :
Perawat = {281-(12+0,3+31)}
= 237,7 Hari kerja/tahun
82
Hari/tahun
-
Waktu kerja tersedia untuk kategori SDM :
Perawat = (237,7 hari/tahun) x 8 (jam/hari)
= 1901,6 jam kerja/tahun
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa waktu kerja tersedia bagi
perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi sebesar 1901,6
jam/tahun.
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang diteliti
Unit kerja dalam perhitungan beban kerja disini adalah Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Bekasi dengan pemilihan sub unit kerja berdasarkan jumlah
perbandingan antara perawat dengan tempat tidur yang memiliki kesenjangan
terbanyak. Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi memiliki perbandingan antara
jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur adalah 35:64 dengan jumlah pasien
terbanyak per bulan Juli 2015 adalah sebanyak 2.205 pasien.
Tabel 5.8
Unit Kerja, sub unit kerja dan kategori tenaga
Unit Kerja
Sub Unit Kerja
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Ruang Tulip Kelas I,II,III
Bekasi
RSUD Kota Bekasi
Kategori Tenaga
Perawat
Sumber: Data sekunder, 2015
3. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata waktu)
dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori
83
tenaga. Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah
meliputi :
Standar Beban Kerja=
Waktu Kerja Tersedia
Rata-rata waktu produksi per satuan kegiatan pokok
Untuk mendapatkan besaran rata-rata waktu produksi per satuan kegiatan
pokok, caranya adalah dengan membagi besaran jumlah waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan kegiatan pokok tersebut dalam satu hari
kerja dengan rata-rata jumlah unit kegiatan yang dapat diselesaikan dalam satu
hari kerja dalam satuan menit. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
kepala ruangan dan observasi terhadap kegiatan keperawatan didapatkanlah
standar beban kerja sebagai berikut :
84
Tabel 5.9
Perhitungan Standar Beban Kerja
Kegiatan Keperawatan Langsung
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah
Melakukan perekaman EKG
Perawatan Luka
Mengganti cairan infus
Mengganti Balutan
Memasang Infus
Memeriksa gula darah
Memberikan obat oral dan injeksi
Pemasangan gelang identifikasi
Pengambilan darah
Perawat keliling ruangan observasi pasien
Mengontrol infus
Mengganti baju/ pampers
Membersihkan tempat tidur
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain
Menerima pasien dari ruangan lain
Pendidikan kesehatan
Memasang cateter urin, observasi
Memeriksa sleding scale
Fisioterapi dada
Menghitung ballance cairan
Rata-rata
waktu
Standar Beban
Kerja
(menit)
5
10
10
2
10
4
3
5
2
6
10
3
10
10
10
10
5
5
4
10
3
22819
11410
11410
57048
11410
28524
38032
22819
57048
19016
11410
38032
11410
11410
11410
11410
22819
22819
28524
11410
38032
4. Penyusunan Standar Kelonggaran
Standar kelonggaran merupakan standar kegiatan untuk kegiatan-kegiatan
dimana tidak dilakukan pencatatan statistik tahunan secara teratur. Standar
kelonggaran dibagi menjadi dua yaitu standar kelonggaran kategori dan standar
kelonggaran individu. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan,
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh perawat di Ruang Tulip RSUD Kota
Bekasi untuk standar kelonggaran kategori adalah rapat ruangan yang dilakukan
tiga bulan sekali.
85
“Yang lain ya kalau ada pertemuan, misalnya ada presentasi ya ada perwakilan
kita juga kita atur yang udah pernah pertemuan tentang cairan, pertemuan
tentang apa kita atur siapa yang belum. Terus juga kita memang dalam dua
sampai tiga bulan sekali kita adakan rapat ruangan” (Informan 1)
“Kalo rapat baru diruangan aja, kalo yang diluar ruangan keseringan kepala
ruangan terus nerangin kitanya pas kita lagi operan” (Informan 2)
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan rapat ruangan ini
adalah dua jam atau 120 menit sebanyak empat kali dalam setahun, sehingga
jumlahnya dalam setahun adalah 8 jam atau 480 menit. Dalam perhitungan
standar kelonggaran, data yang diperlukan adalah waktu kerja tersedia dalam
setahun yang sebelumnya sudah dihitung yaitu sebesar 114.096 menit/tahun.
Selanjutnya, standar kelonggaran kategori untuk perawat pelaksana di Ruang
Tulip RSUD Kota Bekasi ini adalah 0,0042 atas hasil perhitungan jumlah waktu
faktor kelonggaran dibagi dengan jumlah waktu kerja tersedia dalam setahun.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh perawat di Ruang Tulip RSUD
Kota Bekasi untuk standar kelonggaran individu adalah mengikuti pelatihan
yang dilakukan selama enam kali dalam setahun dan cuti hamil. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam dengan informan adalah sebagai berikut:
“Jadi kalo pas ada pelatihan kita bergantian, satu tahun enggak sampai 10 x,
paling juga 6 kali 2 bulan sekali” (Informan 1)
Berdasarkan data sekunder per bulan Juli tahun 2015, jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk pelatihan adalah empat jam selama enam kali dalam setahun,
sehingga jumlahnya dalam setahun adalah 24 jam atau 1440 menit. Sedangkan
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk cuti adalah sebanyak 88 hari atau 2112
86
jam/tahun. Dalam perhitungan standar kelonggaran, data yang diperlukan adalah
waktu kerja tersedia dalam setahun yang sebelumnya sudah dihitung yaitu
sebesar 114.096 menit/tahun. Selanjutnya, standar kelonggaran individu untuk
perawat pelaksana di Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi ini adalah sebesar 0,0126
untuk pelatihan dan 1,11 untuk cuti yang berdasarkan hasil perhitungan jumlah
waktu faktor kelonggaran dibagi dengan jumlah waktu kerja tersedia dalam
setahun.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diperoleh jumlah standar
waktu kelonggaran bagi perawat pada Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi adalah:
Standar kelonggaran =
Rata-rata waktu per faktor kelonggaran
Waktu kerja tersedia
Tabel 5.10
Perhitungan Waktu Kelonggaran Perawat
No
Faktor Kelonggaran
Rata-rata
Jumlah
Standar
waktu
Kelonggaram
Standar Kelonggaran Kategori (terkait kegiatan produktif tidak langsung)
1
Rapat ruangan (3
2 jam/ 3
8 jam/ tahun
0,004
bulan)
bulan
2
Administrasi, karena total keseluruhan pencatatan dan
0,75
pelaporan dalam sehari sebesar 14.3%
Standar Kelonggaran Individu
1
Pendidikan dan
4 jam/ 2
24 jam/tahun
0,013
Pelatihan
bulan
2
Cuti Hamil dan sakit
65 hari/tahun 1560
0,82
jam/tahun
Total Faktor Kelonggaran
1,58
5. Kuantitas Kegiatan Pokok
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
perawatan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RSUD Kota Bekasi selama
87
kurun waktu satu tahun. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
terkait kegiatan pokok dan tanggung jawab perawat didapatkan bahwa sistem
kerja di Ruang Tulip ini adalah per tim. Jumlah tim di Ruang Tulip adalah tiga
dengan masing-masing dua orang perawat dalam setiap timnya. Satu orang
perawat rata-rata bertanggung jawab atas enam orang pasien, atau bisa tujuh
sampai delapan pasien jika kunjungan sedang tinggi.
“Rata-rata 7-8 pasien, tapi kalau pagi karena ada yang tidak ikut shift juga
dinas pagi dalam satu hari itu tambahan di pagi dua maka rata-rata 6 lah, kita
juga bikin targetnya dalam satu hari hanya megang 6, walaupun dia megang
delapan tapi kan yang dua ini bisa saja rencana pulang atau dia pasien baru
masuk. Tindakan itu setiap pasien berbeda, rata-rata tindakan kita itu satu
pasien satu kali dinas itu empat tindakan” (Informan 1)
“... kita kan dibagi 3 tim ya satu tim itu terdiri dari 2 orang biasanya 1 orang itu
megang berapa kamar. Nanti perorang itu megangnya berapa kamar misal 2
kamar, tergantung sih tergantung jumlah pasien. Kalo jumlah pasien sedikit ya
paling 6 pasien, kalo lagi full 7-8” (Informan 2)
Berdasarkan data sekunder per bulan Juli tahun 2015, jumlah kunjungan
pasien di Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi mencapai 2.205 pasien. Jika dikalikan
dengan rata-rata tindakan satu pasien per satu kali dinas yaitu sebanyak empat
tindakan, maka didapatkan untuk jumlah kuantitas kegiatan pokok di Ruang
Tulip adalah sebanyak 8.820 kegiatan.
Tabel 5.11
Perhitungan Kuantitas Kegiatan Pokok
No
Unit Kerja
1. Rawat Inap Tulip
Kegiatan Pokok
Pelayanan Keperawatan
88
Kuantitas (1tahun)
9.888
6. Perhitungan kebutuhan SDM Unit Kerja
Kebutuhan SDM = Kuantitas Kegiatan Pokok + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
Dengan kuantitas kegiatan pokok sebanyak 9.888 setahun, berikut
Perhitungan Kebutuhan Perawat Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.
Tabel 5.12
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
Nama Kegiatan
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah
Melakukan perekaman EKG
Perawatan Luka
Mengganti cairan infus
Mengganti Balutan
Memasang Infus
Memeriksa gula darah
Memberikan obat oral dan injeksi
Pemasangan gelang identifikasi
Pengambilan darah
Perawat keliling ruangan observasi pasien
Mengontrol infus
Mengganti baju/ pampers
Membersihkan tempat tidur
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain
Menerima pasien dari ruangan lain
Pendidikan kesehatan
Memasang cateter urin, observasi
Memeriksa sleding scale
Fisioterapi dada
Menghitung ballance cairan
Jumlah
Ket : SBK = Standar Beban Kerja
KS = Kebutuhan Sumber Daya Manusia
SBK
22819
11410
11410
57048
11410
28524
38032
22819
57048
19016
11410
38032
11410
11410
11410
11410
22819
22819
28524
11410
38032
KS
1.97
2.51
2.51
1.65
2.51
1.86
1.75
1.97
1.65
2.08
2.51
1.75
2.51
2.51
2.51
2.51
1.97
1.97
1.86
2.51
1.75
44.76
Dari tabel 5.24 di atas, berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga
dengan menggunakan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga perawat di
Instalasi Rawat Inap Tulip berjumlah 44,76 orang.
89
C. Analisis Kesenjangan Tenaga Perawat
Kesenjangan antara kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan WISN
dengan jumlah tenaga perawat yang tersedia saat ini dapat dilihat dari Ratio
WISN. Ratio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” (proxy) bagi tekanan
kerja yang dialami tenaga kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari mereka di suatu
fasilitas kesehatan. Sebuah ratio WISN bernilai satu (1) menunjukan bahwa
jumlah staf dan beban kerja di suatu fasilitas kesehatan berada dalam keadaan
seimbang. Semakin kecil ratio WISN, semakin besar tekanan beban kerja. Ratio
WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini lebih kecil daripada
yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada. Sebaliknya, ratio WISN
yang besar membuktikan adanya kelebihan staf apabila dibandingkan terhadap
beban kerja. Berikut merupakan kesenjangan tenaga yang ada dengan kebutuhan
berdasarkan WISN:
Tabel 5.13
Kesenjangan Tenaga Yang Ada dengan Kebutuhan Berdasarkan WISN
Tenaga yang
ada (a)
Kebutuhan
tenaga (b)
Kurang/Lebih
(a-b)
35
44,76
-9,76
WISN
Ratio
a/b
0,8
Keadaan
masalah
tenaga
Kurang Staf
WISN RATIO
2,0
Kurang
1,5
1
Sesuai
90
1,5
2,0
Lebih
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan bahwa ratio WISN tenaga
perawat pelasana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi sebesar 0,8
yang artinya adalah jumlah tenaga saat ini lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan beban kerja yang ada. Hal ini
menunjukan bahwa perlu adanya penambahan tenaga perawat sebanyak 10 orang
dari jumlah yang ada sebanyak 35 orang untuk mencapai keadaan yang seimbang.
91
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati semua kegiatan keperawatan
yaitu kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan tidak langsung,
kegiatan pribadi, dan kegiatan non produktif. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah:
1. Kegiatan yang dilakukan perawat saat berada di ruang kamar perawatan
tidak sepenuhnya diketahui peneliti karena ada beberapa kegiatan
keperawatan yang bersifat privasi sehingga peneliti hanya menanyakan
kegiatan tersebut kepada perawat.
2. Jumlah observan tidak sebanding dengan jumlah yang diobservasi
3. Belum ada rata-rata waktu penggunaan per kegiatan keperawatan,
sehingga mempersulit perhitungan kebutuhan tenaga
4. Peneliti tidak melihat karakteristik pasien dalam pengukuran beban kerja
B. Analisis Beban Kerja Perawat Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi
Beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
diperoleh dengan melakukan pengamatan selama 24 jam dalam tiga shift yaitu
shift pagi, siang dan malam dengan menggunakan teknik work sampling.
Kapasitas tempat tidur yang dimiliki instalasi rawat inap tulip sebanyak 64 buah
92
dengan jumlah perawat sebanyak 35 orang. Pengamatan kegiatan keperawatan ini
dilakukan dengan interval waktu lima menit sekali.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah
waktu kegiatan keperawatan langsung adalah 38,1% dan jumlah waktu kegiatan
keperawatan tidak langsung adalah 48,3%, sedangkan jumlah waktu kegiatan
pribadi sebesar 11,2% dan jumlah waktu kegiatan non produktif yang digunakan
oleh perawat sebesar 2,5%. Untuk selanjutnya, kegiatan produktif tidak langsung
oleh peneliti dimasukan sebagai komponen beban kerja perawat karena kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang tidak mungkin dihindari dan masih
berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan pasien dan perawat. Bila
dijumlahkan antara waktu kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung dan kegiatan pribadi sebagai beban kerja perawat, maka proporsi
waktu yang diperoleh adalah sebesar 86,4%.
Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Purwanto (2011)
tenaga kerja dianggap produktif bila mampu menyelesaikan 80% dari beban
tugasnya. Menurut Ilyas (2004) dalam Purwanto (2011) menyatakan waktu kerja
yang produktif berkisar 80% dan jika pekerja sudah bekerja di atas 80% waktu
produktifnya, maka perlu dipertimbangkan dan memperhatikan bahwa unit
tersebut benar-benar membutuhkan tenaga baru. Proporsi waktu beban kerja pada
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi melebihi dari standar waktu kerja
produktif menurut ILO, maka dari itu perlu adanya penambahan tenaga kerja
perawat. Beradasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan,
menyebutkan bahwa memang di Instalasi Rawat Inap Tulip kurang tenaga
perawat, namun masih bisa mengatur dan butuh penyesuaian dengan RS untuk
93
bisa mengadakan tambahan tenaga. Beberapa informan lain juga mengatakan
bahwa kurang tenaga perawat, karena tergantung pada kondisi dan jumlah pasien,
selain itu juga ada penambahan kamar oleh kepala ruangan namun tidak
diimbangi dengan penambahan jumlah perawat.
Jumlah kunjungan di Instalasi Rawat Inap Tulip pada tahun 2014
mencapai angka 4337 pasien dan berdasarkan data rumah sakit per bulan Juli
2015 jumlah kunjungan Instalasi Rawat Inap Tulip sudah mencapai 2.472 pasien.
Angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan ruang rawat inap
lainnya. Dengan tingginya jumlah kunjungan pasien dan kurangnya tenaga
perawat, bisa menyebabkan beban kerja yang berlebih. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dengan informan 1 terkait beban kerja di Instalasi Rawat
Inap Tulip menyatakan bahwa beban kerja di Ruang Tulip berlebih karena masih
kurangnya tenaga perawat yang seharusnya setiap shift itu ada delapan orang
perawat, namun kenyataan yang sekarang adalah enam sampai tujuh perawat di
setiap shift nya.
Kegiatan terbanyak yang dilakukan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap
Tulip adalah kegiatan keperawatan tidak langsung dengan persentase sebesar
48,3%. Tingginya pelaksanaan kegiatan keperawatan tidak langsung dikarenakan
kegiatan ini merupakan kegiatan pelaporan rutinan perawat yang harus dilaporkan
kepada kepala ruang terkait jumlah pasien, kondisi pasien, dan tindakan
keperawatan. Kegiatan keperawatan tidak langsung ini terbanyak ada pada shift
siang dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 4025 menit. Kemudian kegiatan
94
keperawatan yang banyak menyita waktu perawat adalah kegiatan mengecek
status pasien (28,8%) dan membuat laporan tugas (27,8%).
Selain pelaporan dan pengecekan, kegiatan lain yang banyak menyita
waktu perawat adalah menyiapkan obat oral dan injeksi (14%) dan mengisi
formulir pasien (8%). Tingginya waktu kegiatan keperawatan tidak langsung pada
shift siang ini menggambarkan menumpuknya kegiatan seperti pelaporan,
pengecekan dan persiapan alat tindakan dan obat yang dilakukan pada siang hari
untuk persiapan kegiatan di shift selanjutnya. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan salah satu informan menyatakan bahwa, kegiatan pada shift
siang ini banyak karena pada jam-jam tersebut banyak pasien masuk. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam dengan informan 1 menyatakan bahwa kegiatan
terbanyak ada pada shift siang dan malam. Banyaknya pasien baru dan pasien
yang baru selesai dari kamar operasi. Sehingga kegiatan keperawatan pada shift
siang dan malam banyak sehingga menyebabkan adanya keterlambatan pelayanan.
Distribusi beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip ini bervariasi
disetiap shift nya dimana kegiatan keperawatan langsung terbanyak ada pada shift
malam dan siang dengan persentase sebesar 43,9% untuk kegiatan keperawatan
langsung,
48,2% untuk kegiatan keperawatan tidak langsung, 5,9% untuk
kegiatan pribadi, dan 2,1% untuk kegiatan non produktif. Pada saat penelitian
berlangsung peneliti melihat adanya keaktifan dari keluarga pasien terkait kondisi
pasien yang membutuhkan tindakan keperawatan seperti mengganti cairan infus,
mengontrol cairan infus dan mengontrol keadaan luka pasien. Perawat di Instalasi
Rawat Inap Tulip juga menghibau
kepada keluarga pasien agar membantu
mengawasi kondisi pasien dikarenakan jumlah perawat yang sedikit sehingga
95
belum mampu memantau kondisi pasien secara berkala. Beban kerja perawat
tersebut dapat dijadikan dasar dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga
perawat di instalasi rawat inap tulip.
C. Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN (Workload
Indicator Staff Need)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode work sampling
sebagai metode untuk mendapatkan gambaran beban kerja perawat dengan
mengamati kegiatan perawat dengan formulir work sampling dalam interval
waktu 5 menit. Dalam penelitian ini, pengamat melakukan pengamatan seluruh
kegiatan keperawatan yaitu kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung, kegiatan pribadi dan kegiatan non produktif di Instalasi Rawat
Inap Tulip. Dengan demikian peneliti berharap mendapatkan gambaran beban
kerja yang di alami di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Selanjutnya
jumlah beban kerja yang didapatkan selama tujuh hari pengamatan digunakan
untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan
metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Dalam menggunakan rumus ini,
peneliti harus melalui lima langkah diantanya :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Waktu kerja tersedia perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi dalam satu tahun adalah 238 hari atau 1902 jam atau 114.096 menit.
Artinya waktu tersebut seharusnya lebih banyak digunakan perawat untuk
menjalankan kegiatan pokoknya. Variabel untuk perhitungan waktu kerja tersedia
ini didapatkan dari total jumlah hari kerja dalam satu tahun dikurangi dengan
jumlah hari hari libur dan cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan,
96
rata-rata
ketidakhadiran kerja dalam setahun. Kemudian didapatlah jumlah waktu kerja
tersedia bagi perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip.
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang diteliti
Langkah selanjutnya dalam menentukan jumlah kebutuhan SDM adalah
dengan menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang diteliti. Berdasarkan
analisis situasi, pada penelitian ini peneliti memilih unit kerja di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kota Bekasi dengan kategori SDM yaitu perawat pelaksana pada
Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dimana adanya kesenjangan jumlah perawat
pelaksana dengan jumlah tempat tidur yang tersedia. Ruang Tulip RSUD Kota
Bekasi memiliki perbandingan antara jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur
adalah 35:64 dengan jumlah pasien terbanyak per bulan Juli 2015 adalah
sebanyak 2.205 pasien Oleh karena itu peneliti ingin memperoleh gambaran
jumlah kebutuhan SDM yang ideal dengan menganalisis beban kerja nyata dari
perawat pelaksana.
3. Menyusun standar beban kerja
Untuk menyusun standar beban kerja ini, peneliti membutuhkan rata-rata
waktu kegiatan keperawatan langsung yang dimiliki oleh RSUD Kota Bekasi.
Kemudian dihitung dengan jumlah waktu kerja tersedia dibagi rata-rata waktu
kegiatan, maka didapatkanlah hasil standar beban kerja perawat setiap jenis
kegiatannya.
4. Menyusun Standar Kelonggaran
Setelah didapatkan standar beban kerja perawat, perhitungan selanjutnya
adalah menentukan standar kelonggaran dimana waktu kelonggaran merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan
97
langsung tapi bermanfaat bagi personil yang ada. Standar kelonggaran dibagi
menjadi dua kategori yaitu standar kelonggaran terkait kegiatan seperti rapat
ruangan, diskusi kasus bulanan, segala kegiatan administrasi dan standar
kelonggaran individu seperti waktu untuk pendidikan dan pelatihan serta cuti
hamil.
Menurut Kurniadi (2013) dalam Wahyunigsih (2014) menyebutkan bahwa
rapat keperawatan merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antar perawat
dalam satu ruangan. Hal-hal yang dibahas/dikomunikasikan dalam rapat
keperawatan tergantung dari permasalahan yang diangkat. Selain itu, rapat
keperawatan membahas segala hal yang terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan yang telah diberikan oleh perawat kepada pasien.
Dari telaah
dokumen di Bagian Keperawatan dan Sub Bagian Kepegawaian, berdasarkan
perhitungan didapatkan standar kelonggaran perawat adalah 1,43.
5. Perhitungan Jumlah Kebutuhan SDM
Hasil perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan metode
Workload Indicator Staff Need (WISN) menunjukan bahwa jumlah kebutuhan
tenaga perawat untuk instalasi rawat inap tulip RSUD Kota Bekasi adalah
sebanyak 45 orang. Sedangkan jumlah perawat saat ini adalah sebanyak 35 orang,
hal ini menunjukan bahwa instalasi rawat inap tulip membutuhkan penambahan
tenaga perawat sebanyak 10 orang. Jika dilihat dari hasil perhitungan kebutuhan
tenaga perawat berdasarkan metode Workload Indicator Staff Need (WISN),
jumlah tenaga yang tersedia baru hanya memenuhi 83% dari total tenaga perawat
ideal. Dan hal ini dapat mengakibatkan pengaruh buruk bagi pelayanan rumah
98
sakit karena dengan kurangnya tenaga dengan beban kerja yang banyak dapat
mengakibatkan stres kerja yang berakibat buruk terhadap keselamatan pasien.
Hasil penelitian Malika (2013) diperoleh bahwa beban kerja di instalasi
rawat inap Kelas II dan Kelas III di RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat
karena beban kerja produktif berada di atas 80%. Beban kerja produktif pada
perawat di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III sebesar (80,36%) dan
(84,72%). Berdasarkan hasil perhitungan tenaga perawat dengan menggunakan
formula Ilyas didapatkan adanya kekurangan tenaga perawat di instalasi rawat
inap kelas II dan III sebanyak sembilan orang. Berbeda dengan hasil penelitian
Purwanto (2011) yang menunjukan bahwa berdasarkan perhitungan kebutuhan
tenaga dengan menggunakan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga perawat di
Instalasi rawat Inap Bagian Interna berjumlah 25 orang. Waktu kegiatan produktif
perawat mencapai 76,5%, berarti tidak perlu diadakan penambahan tenaga.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pernyataan dari Direktur RSUD
Kota Bekasi dalam berita harian Megapolitan yang menyatakan bahwa pihaknya
masih kurang dalam memberikan pelayanan terhadap para pasien RSUD. Hal itu
disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang ada dengan jumlah tempat
tidur yang ada di RSUD Kota Bekasi mencapai 400 lebih. Seharusnya jumlah
perawat berbanding satu dengan tempat tidur rumah sakit. Adapun manfaat
penambahan jumlah tenaga perawat sesuai dengan perhitungan kebutuhan tenaga
yang berdasarkan beban kerja nyata perawat adalah perawat mampu memberikan
pelayanan kepada pasien secara optimal.
Hasil penelitian Latifah (2013) tentang analsisis hubungan beban kerja
dengan stres kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat didapatkan bahwa adanya
99
potensi untuk terjadinya stres kerja pada perawat yang ditimbulkan oleh adanya
beban kerja. Diperoleh bahwa perawat dengan beban kerja tugas rendah dan
perawat dengan beban kerja tugas tinggi sama-sama mempunyai tingkat stres
yang tinggi, namun perawat dengan beban kerja tugas tinggi memiliki peluang
untuk stres tingkat tinggi 0,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang
beban kerja tugasnya rendah.
Menurut Ilyas (2004) kekurangan tenaga perawat dapat menyebabkan
beban kerja tinggi. Tingginya beban kerja dapat berdampak pada penurunan
kualitas dan prestasi kerja. Hal ini dapat terjadi terutama bila naiknya beban kerja
tanpa diikuti dengan peningkatan imbalan. Dengan terjadinya penurunan kualitas
kerja dan prestasi perawat yang akan berdampak pada rumah sakit adalah
penurunan citra rumah sakit karena hasil yang akan dicapai tidak akan maksimal
yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai pelayanan keperawatan.
Apabila hal tersebut dibiarkan terjadi terus menerus, akan berdampak juga
kepada diri perawat seperti penurunan motivasi kerja yang selanjutnya berefek
terhadap produktivitas kerja perawat. Hasil penelitian Norman (2006) menemukan
perawat pelaksana di RSU Dr.Pringadi Medan belum mampu memberikan
pelayanan keperawatan yang terbaik kepada pasien disebabkan oleh rendahnya
motivasi kerja perawat. Dan artinya, produktivitas kerja perawat menurun.
Kurangnya jumlah tenaga keperawatan di instalasi rawat inap tulip RSUD
Kota Bekasi ini dapat disebabkan oleh
keadaan rumah sakit yang belum
memungkinkan untuk mengadakan penambahan tenaga baru. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dengan informan 1, Instalasi Rawat Inap Tulip sudah
100
mengajukan permohonan pengadaan tenaga baru namun belum ditindak lanjuti
karena untuk penambahan tenaga akan berhubungan dengan kesiapan rumah sakit
terkait anggaran. Menurut Ilyas (1997), tenaga adalah salah satu yang
pengadaannya tidak bisa seketika. Bila tersedia, perlu ada penyesuaian sebelum
bisa digunakan dengan optimal dan semua ini membutuhkan waktu. Sehingga
perencanaan tenaga harus dilakukan dengan visi yang jauh.
Dengan menggunakan metode workload indicator staff need (WISN) ini
rumah sakit dapat mengetahui jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan tepat
karena berdasarkan beban kerja nyata perawat. Oleh karena itu diharapkan RSUD
Kota Bekasi dapat mengadopsi metode ini dalam menentukan jumlah kebutuhan
tenaga perawat yang ideal.
Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari
aktivitas yangdiberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari
efektifitas dari aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan tingkat
kesembuhandan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus pendekatan
ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah
peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien. Sehingga kedua hal
tersebut dapat dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan.
(Tappen (1995). Nursing leadership and management : Concepts & Practice.
Philadelphia :F.A. Davis Company)
D. Strategi Pemenuhan Kebutuhan SDM
Besaran proporsi beban kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Bekasi
telah melewati titik batas maksimal 80% yang menggambarkan bahwa beban
101
kerja yang dialami oleh perawat sudah melebihi kapasitas diri perorangan
perawat, maka perlu dipertimbangkan bahwa unit tersebut benar-benar
membutuhkan tenaga baru. Rumah Sakit merupakan wadah atau tempat yang
menyediakan pelayanan kesehatan yang memiliki tugas dan fungsi untuk
memberikan pelayanan mulai dari pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat dan intensif dimana yang menjadi target pasarnya adalah pasien dengan
harapan keselamatan dan kesembuhan. Namun dengan kurangnya kualitas dan
kuantitas SDM yang ada di rumah sakit ini dapat menurunkan kualitas pelayanan
rumah sakit.
Tujuan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari hasil penelitian ini adalah
untuk menyeimbangkan antara beban kerja yang ada dengan tenaga yang tersedia.
Namun untuk mencari perawat yang mempunyai kualifikasi mampu bekerja baik
di Instalasi Rawat Inap membutuh proses rekruitmen dan seleksi yang cukup
panjang. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses rekrutmen dan
seleksi di RSUD Kota Bekasi ini terlihat kurangnya variasi data base calon tenaga
perawat dan masih banyaknya perawat dengan pendidikan terakhir hanya SPK.
Sedikitnya perguruan tinggi negeri yang ada dikota Bekasi juga menjadi alasan
sedikitnya calon tenaga perawat yang sesuai dengan kualifikasi RSUD Kota
Bekasi. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara pihak RSUD dengan
Perguruan Tinggi Negeri terkait lulusan perawat yang sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan. Hal ini dapat membantu untuk menambah variasi calon tenaga
perawat.
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam hal mengantisipasi kekurangan
tenaga adalah dengan merubah metode pemberian asuhan keperawatan yang
102
sesuai dengan karakteristik ruangan, meningkatkan kompetensi perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan guna efisiensi dan efektifitas jam perawatan,
realokasi tenaga diruangan yang beban kerjanya rendah diperbantukan keruangan
dengan beban kerja yang tinggi, serta melimpahkan tugas administrasi dan
kegiatan yang bukan kegiatan keperawatan kepada POS atau tenaga administrasi
lainnya.
103
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang permasalahan, tujuan, hasil penelitian
dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumya, peneliti dapat menarik
kesimpulan diantaranya :
1. Jumlah waktu kegiatan perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
dengan kegiatan keperawatan langsung sebesar 38,1% dan jumlah
waktu kegiatan keperawatan tidak langsung adalah 48,3%,
sedangkan jumlah waktu kegiatan pribadi sebesar 11,2% dan
jumlah waktu kegiatan non produktif yang digunakan oleh perawat
sebesar 2,5%. Jumlah beban kerja hasil dari penjumlahan kegiatan
keperawatan langsung dan keperawatan tidak langsung mencapai
lebih dari batas waktu kerja produktif 80% yaitu (86,4%), oleh
karena itu perlunya ada penambahan tenaga perawat.
2. Waktu kerja yang tersedia perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi dalam 1 tahun adalah 238 hari atau 1902 jam
atau 114.096 menit.
3. Standar beban kerja dihitung berdasarkan penggunaan waktu
kegiatan keperawatan langsung sebagai kegiatan pokok perawat.
4. Standar kelonggaran perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip adalah
sebesar 1,58 tenaga.
104
5. Total kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
berdasarkan WISN adalah 45 tenaga dengan rasio WISN 0,8. Dari
rasio WISN dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga saat ini lebih
kecil dibandingkan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
menjalankan beban kerja yang ada. Perlu adanya penambahan
tenaga sebanyak 10 orang dari jumlah tenaga yang ada sebanyak
35 orang untuk mencapai keadaan yang seimbang.
B. Saran
1. Bagi RSUD Kota Bekasi
a. Pengelolaan tenaga keperawatan secara optimal untuk mencapai
pelayanan keperawatan seperti mengadakan pelatihan secara rutin
yang berkaitan dengan kegiatan asuhan keperawatan
2. Bagi Bidang Keperawatan
a. Menghitung rata-rata waktu penggunaan kegiatan keperawatan
untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga
b. Melimpahkan tugas administrasi dan kegiatan yang bukan kegiatan
keperawatan kepada POS atau tenaga administrasi lainnya
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Melakukan penelitian dengan perbandingan jumlah observan
dengan yang diobservasi adalah 1:1.
b. Menghitung rata-rata penggunaan waktu kegiatan keperawatan
langsung saat observasi
c. Melihat karakteristik pasien sebagai pengukuran beban kerja untuk
kebutuhan tenaga
105
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara,
Jakarta
Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Erlangga. Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI dan Deutsche Gesellschaft fur Technissche
Zusammenarbelt (GTZ). 2009. Perlengkapan Kerja WISN Perlengkapa
Untuk Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN) Untuk
Memperbaiki Perencanaan dan Manajemen Tenaga Kerja Kesehatan
Dalam Sistem Kesehata Yang Di Desentralisasi.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.81/MENKES/SK/I/2004 tentang Penyusunan Perencanaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi. Kabupaten/Kota serta
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2005. Laporan Kajian Kebijakan
Perencanaan Tenaga Kesehatan.
Gillies. J.B. 1994. Nursing Management A System Approach. Philadelphia : WB
Saunders Company.
Haliman, Arif, Ari Wulandari. 2012. Cerdas Memilih Rumah Saki, Sebuah
Komunikasi Medical yang Jujur dan Harmonis: Kecerdasan Anda
Menentukan Nasib Anda. Rapha Publishing, Yogyakarta
Ilyas, Yaslis, 2013, Perencanaan SDM Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
Iskandar, Dalmy, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, SINAR
GRAFIKA, Jakarta.
106
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap.
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Penerbit : Mulia
Medika, Yogyakarta.
Kurniati, Anna, Ferry Efendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan Di Indonesia.
Salemba Medika, Jakarta.
Meidiawati, Christine. 2012. Analisis Beban Kerja Untuk Menentukan Kebutuhan
Tenaga Perawat Dengan Metode Work Load Indicator of Staffing Need
(WISN) Di Instalasi Rawat Inap Flamboyan Rumah Sakit Tugu Ibu
Tahun 2012. Universitas Indonesia, Jakarta.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT
RINEKA CIPTA, Jakarta.
Nuryanto. 2005. Kajian Kebutuhan Sumber Daya Manusia Dengan Menggunakan
Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.
P, Darsono, Tjatjuk Siswandoko, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad
21, Nusantara consulting, Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
Purwanto, Ari. 2011. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Dengan Metode
Workload Indicator Staffing Need (WISN) Di Instalasi Rawat Inap
Bagian Interna RSD Dr. Soebandi Jember), Skripsi, Bagian Administrasi
107
Dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Jember.
Rivai, Veithzal, Ella jauvani Sagala, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan, Rajawali Pers, Jakarta.
RSUD Kota Bekasi, diakses pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 14.18 dari
http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/1950/RSUD-Bekasi#
Siregar, Charles J.P, 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suhendra, Murdiyah Hayati, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, Jakarta.
Sulistiyani, Ambar Teguh, Rosidah, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia
Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supardi, Sudibyo, Surahman. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa
Farmasi, CV. Trans Info Media, Jakarta.
Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, CAPS (Center for
Academic Publishing Service), Yogyakarrta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Yoga, Aditama Candra. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Penerbit
UI-Press, Jakarta
108
LAMPIRAN
109
Lampiran 1
Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Tulip
Kepala Bidang Keperawatan
Kepala Instalasi Rawat Inap
Kepala Ruang Tulip
Ketua Tim I
Ketua Tim II
Ketua Tim III
Anggota Tim
Anggota Tim
Anggota Tim
110
Lampiran 2
URAIAN TUGAS
1. Kepala Ruangan
Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan, yang
berperan sebagai manajer di ruangan tersebut, yang bertanggung jawab dalam
berperan sebagai manajer di ruangan tersebut, yang bertanggung jawab dalam
:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan
b. Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan
c. Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpina
d. Mengorientaskan tenaga keperawatan yang baru tentang fungsi model
tim dalam sistem pemberian asuhan keperawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf
2. Ketua Tim
a. Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan
b. Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik
c. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui pre atau post conference
111
d. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun
b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien
c. Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
d. Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim
112
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Petunjuk Umum Wawancara :
1. Ucapkan terimakasih atas kesediaan diwawancarai
2. Lakukan perkenalan dua arah, baik pewawancara maupun informan mulai dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, jabatan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
5. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat
6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman sangat berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar atau salah serta dijaga
kerahasiaannya
Tanggal wawancara
Jenis kelamin
Jabatan
Umur
Pendidikan terakhir
Masa Kerja
113
Daftar pertanyaan untuk Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Instalasi
Rawat Inap, Kepala Ruangan Tulip RSUD Kota Bekasi
1. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik pegawai yang ada di ruang rawat
inap tulip sudah sesuai dengan jabatannya masing-masing? (Jenis kelamin,
Usia, Pendidikan) Apakah kualifikasi perawat saat ini sudah terpenuhi?
2. Berapa hari kerja perawat yang bertugas di ruang rawat inap tulip?
3. Bagiamana pembagian kerja shift pagi, sore, dan malam?
4. Berapa hari waktu untuk cuti dan bagaimana pembagiannya?
5. Bagaimana dengan toleransi ketidakhadira kerja?
6. Bagaimaa para perawat selama ini menyelesaikan pekerjaannya dengan
ketepatan waktu?
7. Apakah pernah menghitung beban kerja perawat di ruang rawat inap tulip?
8. Apakah ada SOP mengenai alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan tiap uraian tugas kegiatan pokok?
9. Jika belum ada, bagaimana menentukan target waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan waktu kegiatan pokok?
10. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana beban kerja perawat di RS ini khususnya
ruang tulip?
11. Apakah kepala perawat juga melakukan asuhan langsung kepada pasien?
12. Adakah kegiatan lainnya di luar kegiata pokok, seperti monitoring, rapat,
dll?
13. Bagaimana dengan kegiatan diklat? Berapa kali diklat dilakukan dan berapa
lama dalam setahun?
14. Pada saat kapan waktu diklat diberikan kepada perawat, pada jam dinas atau
di luar jam dinas?
15. Bagaimana pendelegasian tugas jika perawat yang bersangkutan rapat,
diklat, atau mengikuti kegiatan lainnya?
16. Bagaimana perhitungan tenaga keperawatan yang dilakukan selama ini?
17. Menurut Bapak/Ibu, apakah jumlah tenaga yang ada pada saat ini sudah
cukup?
18. Jika belum cukup, bagaimana pembagian tugas kepada masing-masing
perawat?
19. Menurut Ibu, masalah/keluhan pasien apa sajakah yang suda pernah terjadi?
20. Bagaiman cara RS menangani keluhan tersebut?
21. Bagaimanakah sstem keluhan pasien yang ada di RSUD ini? Apakah
berjalan?
114
Daftar pertanyaan untuk Perawat Pelaksana RSUD Kota Bekasi
1.
2.
3.
4.
5.
Berapa hari kerja perawat yang bertugas di ruang rawat inap tulip?
Bagiamana pembagian kerja shift pagi, sore, dan malam?
Berapa hari waktu untuk cuti dan bagaimana pembagiannya?
Bagaimana dengan toleransi ketidakhadira kerja?
Bagaimaa para perawat selama ini menyelesaikan pekerjaannya dengan
ketepatan waktu?
6. Apakah pernah menghitung beban kerja perawat di ruang rawat inap tulip?
7. Apakah ada SOP mengenai alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
tiap uraian tugas kegiatan pokok?
8. Jika belum ada, bagaimana menentukan target waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan waktu kegiatan pokok?
9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana beban kerja perawat di RS ini khususnya ruang
tulip?
10. Apakah kepala perawat juga melakukan asuhan langsung kepada pasien?
11. Adakah kegiatan lainnya di luar kegiata pokok, seperti monitoring, rapat, dll?
12. Bagaimana dengan kegiatan diklat? Berapa kali diklat dilakukan dan berapa
lama dalam setahun?
13. Pada saat kapan waktu diklat diberikan kepada perawat, pada jam dinas atau di
luar jam dinas?
14. Bagaimana pendelegasian tugas jika perawat yang bersangkutan rapat, diklat,
atau mengikuti kegiatan lainnya?
15. Bagaimana perhitungan tenaga keperawatan yang dilakukan selama ini?
16. Menurut Bapak/Ibu, apakah jumlah tenaga yang ada pada saat ini sudah cukup?
17. Jika belum cukup, bagaimana pembagian tugas kepada masing-masing
perawat?
115
Lampiran 4
FORMULIR WORK SAMPLING DI INSTALASI RAWAT INAP
TULIP RSUD KOTA BEKASI
Pengamat
Unit
Jenis Tenaga
Hari/Waktu Pengamatan
:
: Instalasi Rawat Inap Tulip
: Perawat Pelaksana
:
Waktu/tiap
Kegiatan
5 menit
07.00-07.05
Produktif Langsung
A
07.05-07.10
B
07.10-07.15
A
07.15-07.20
B
07.20-07.25
A
07.25-07.30
B
07.30-07.35
A
07.35-07.40
B
07.45-07.50
A
07.50-07.55
B
07.55-08.00
A
08.05-08.10
B
08.10-08.15
A
Produktif Tidak Langsung
Dst
116
Pribadi
Non Produktif
Lampiran 5
PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN TENAGA PERAWAT
KEGIATAN
PRODUKTIF LANGSUNG
PRODUKTIF TDK LANGSUNG
PRIBADI
NON PRODUKTIF
Komunikasi langsung pada pasien dan
keluarga
Persiapan pengadministrasian pasien
Kegiatan pribadi yang berhubungan
dengan kebutuhan pokok
Kegiata yang sama sekali tidak
berkaitan dengan tugas
1.Mengisi dan melengkapi formulir yang
berhubungan dengan pasien
2.Mendokumentasikan setiap kegiatan rekam
medis
3.Menulis instruksi dokter di catatan perawat
1.Makan
1.Menonton TV
2.Minum
2.Membaca kora
3.Ibadah
3.Mengobrol
4.Membuat laporan tugas
4.Toilet
4.Telepon urusan pribadi
5.Duduk di nurse station
3. Perawatan luka
5.Membereskan administrasi pasien yang akan
pulang
6.Menerima telepon kantor
-
5.Pergi keluar ruang untuk
keperluan pribadi
6.Datang terlambat
4. Mengganti cairan infus
7.Berkomunikasi dengan dokter
-
7.Pulang lebih awal
Mengukur tanda-tanda vital
1.Mengukur suhu, nadi, dan tekanan
darah
2.Menggunakan alat EKG
Tindakan dan prosedur
5.Memberikan kompres
Menyiapkan alat, obat, dan makanan
6.Memberikan Oksigen
-
-
7.Mengganti balutan
8.Menyiapkan dan membersihkan alat untuk
tindakan
9.Menyiapkan obat oral dan injeksi
-
-
8.Fisioterapi dada
10.Mengambil obat ke apotik
-
-
9.Memasang infus
11.Membuat daftar permintaan makanan
-
-
10.Memberikan terapi injeksi insulin
12.Berkomunikasi dengan pasien
-
-
11.Memberikan obat tetes mata
13.Menulis resep pasien
-
-
117
-
12.Memeriksa gula darah
-
-
-
13.Memeriksa sleding scale
-
-
-
14.Memberikan obat oral dan injeksi
-
-
-
15.Tindakan transfusi darah
-
-
-
16.Memberikan obat tetes telinga
-
-
-
17.Pemasangan gelang identifikasi
-
-
-
18.Pengambilan darah
-
-
-
19.Perawat keliling ruangan
mengobservasi pasien
20.Mengontrol infus
-
-
-
-
-
-
21.Mengganti baju/ pampers
-
-
-
-
-
-
22.Membersihkan tempat tidur
-
-
-
23.Memandikan pasien di tempat tidur
-
-
-
24.Menggunting kuku pasien
-
-
-
25.Mencuci rambut pasien
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Hygiene Pasien
Serah terima pasien
26.Mengantar atau memindahkan
pasien ketempt lain
27.Menerima pasien dari ruangan lain
118
Lampiran 6
FOTO KEGIATAN PERAWAT PELAKSANA
DI INSTALASI RAWAT INAP TULIP RSUD KOTA BEKASI
119
Download