GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA TINGKAT 1

advertisement
HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU REMAJA YANG BERPENGARUH
PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DUSUN KEMLOKO BERGAS KIDUL
KABUPATEN SEMARANG
Dewi Fitriani1), Heni Setyowati2), Eti Salafas3)
1)
Peneliti email: [email protected]
Staf pengajar dan pembimbing email: [email protected]
3) Staf pengajar dan pembimbing email: [email protected]
2)
ABSTRAK
Dewi Fitriani, 2015; Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh
pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Karya Tulis
Ilmiah. Dill. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I: Heni Setyowati,
S.SiT., M.Kes. Pembimbing II: Eti Salafas, S.SiT.,M.Kes
Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya
remaja berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap orang tua
dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini termasuk deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua (ibu) dan remaja umur 12-20 tahun
sebanyak 72 orang dan sampel sebanyak 91 responden dengan teknik total sampling. Analisis data
yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada
lingkungan beresiko PMS sebagian besar positif (75,0%), perilaku remaja dalam kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS sebagian besar baik (54,2%).Ada hubungan sikap orang
tua dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun
Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, dengan p-value sebesar 0,041.
Sebaiknya orangtua dan remaja menambah pengetahuan tentang IMS baik melalui tenaga
kesehatan maupun sumber literatur yang sehingga diperoleh pemahaman yang baik yang pada
akhirnya meningkatkan prilaku kesehatan reproduksi
Kata kunci: sikap orang tua, perilaku, remaja, kesehatan reproduksi
1
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
ABSTRACT
Dewi Fitriani, 2015; The Correlation between the Attitude of Parents and Adolescent Behavior
that Affect the Reproductive Health at Kemloko Bergas Kidul Village Semarang Regency.
Scientific Paper. Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Heni Setyowati, S.SiT.,
M.Kes. Second Advisor: Eti Salafas, S.SiT.,M.Kes
The adolescent reproductive health behavior recently is trends less supporting the creation of
quality adolescents. The purpose of this study is to find the correlation between the attitude of
parents and adolescent behavior that affect the reproductive health at Kemloko Bergas Kidul
Village Semarang Regency.
This was a descriptive correlative study with cross sectional approach. The population in
this study was the parents (mother) and adolescents aged 12-20 years old as many as 72 and the
samples were 91 respondents that sampled by using total sampling technique. The data analysis
used frequency distributions and chi square test.
The results of this study indicate that the attitude of parents toward adolescents on
reproductive health in the risk of sexually transmitted disease environments is mostly positive
(75.0%), the adolescents behavior in reproductive health at the risk of sexually transmitted disease
environments is mostly good (54.2%). There is a correlation between with the attitude of parents
and adolescents behavior in reproductive health in the risk of sexually infected disease
environments at Kemloko Bergas Kidul Village Semarang Regency, with p-value of 0.041.
The parents and adolescents are recommended to improve their knowledge about sexually
transmitted infections through health personnel and literatures in order to obtain a good
comprehension and in turns improving the reproductive health behaviors
Keywords: attitude of parents, behavior, adolescents, reproductive health
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud kesehatan masyarakat baik
dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif agar setiap warga masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan
sosial serta harapan berumur panjang.
Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow
menetapkan suatu syarat yang sangat penting,
yaitu harus ada pengertian, bantuan dan
partisipasi masyarakat secara teratur dan terus
menerus.Salah satu sasaran pembangunan
kesehatan adalah perkembangan kesehatan
adalah perkembangan dan pertumbuhan
remaja. (Depkes RI, 2006:126)
Remaja merupakan suatu masa
kehidupan
individu
dimana
terjadi
eksplorasi psikologis untuk menemukan
identitas diri. Pada masa transisi dari masa
anak-anak ke masa remaja, individu mulai
2
mengambangkan ciri-ciri abstrak dan konsep
diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai
memandang diri dengan penilaian dan
standar pribadi, tetapi kurang dalam
interpretasi perbandingan sosial (Kusmiran,
2011:103).
Remaja mempunyai sifat yang unik,
salah satunya adalah sifat ingin meniru
sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan,
serta lingkungan di sekitarnya. Remaja juga
mempunyai kebutuhan
akan kesehatan
seksual, di mana pemenuhan kebutuhan
seksual tersebut sangat bervariasi (Kusmiran,
2011:124). Kesehatan reproduksi merupakan
Kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi, serta proses reproduksi
dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994)
(Kusmiran, 2011:152)
Perilaku
kesehatan
reproduksi
remaja
saat
ini
cenderung
kurang
mendukung terciptanya remaja berkualitas.
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
Angka aborsi di kalangan remaja saat ini
diperkirakan sekitar 700-800 ribu kasus
pertahun, perempuan usia 15–19 tahun yang
telah menjadi ibu mencapai 10%. Proporsi
remaja di daerah pedesaan yang sudah
mengandung dua kali lebih tinggi dari remaja
di perkotaan, perempuan yang kurang
berpendidikan cenderung mulai mengandung
pada usia lebih muda. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesi (SDKI) (2012–2013)
menemukan bahwa sebanyak 13%
Perempuan
yang
berpendidikan
sekolah dasar telah menjadi ibu, sedangkan
perempuan yang tamat SLTP keatas hanya
4%. Presentase remaja yang terjangkit
Penyakit Menular Seksual (PMS) serta
Human Imumunodeficiency virus / Acquired
Immuno Deficiency Sindrome (HIV / AIDS)
cenderung meningkat (SDKI, 2013:128).
Dusun Kemloko Bergas Kabupaten
Semarang merupakan bagian dari wilayah
pemerintahan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang yang mempunyai letak berdekatan
dengan Kecamatan Bandungan, yaitu salah
satu daerah wisata di Kabupaten Semarang.
Sebagai daerah wisata, otomatis berkembang
bisnis perhotelan dan lokalisasi. Kondisi
tersebut menyebabkan Desa Kemloko ikut
bersinggungan dengan bisnis perhotelan dan
lokalisasi. Dampak negatif dari hal tersebut
adalah kemungkinan terjangkit penyakit
menular seksual semakin tinggi terutama bagi
remajanya.
Hasil studi pendahuluan wawancara
dengan 10 orang remaja putri di Dusun
Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
didapatkan bahwa ada 6 orang yang
mempunyai perilaku yang kurang baik
tentang kesehatan reproduksi (berciuman
dengan pacar, bergaul secara bebas dan
menonton video porno), dimana 4 orang
menyatakan bahwa orang tua mereka
mempunyai sikap yang baik tentang
kesehatan reproduksi (melarang anak
menonton film porno, mengawasi anaka agar
tidak terjadi seks bebas dan melarang anak
keluar malam) dan 2 orang menyatakan
bahwa orang tua mereka mempunyai sikap
yang kurang baik tentang kesehatan
reproduksi (tidak melarang anak menonton
film porno, tidak mengawasi anaka agar tidak
terjadi seks bebas dan tidak melarang anak
3
keluar malam). Didapatkan bahwa ada 4
orang yang mempunyai perilaku yang baik
tentang kesehatan reproduksi (tidak mau
berciuman walau dengan pacar, menghindari
pergaulan bebas dan tidak menonton video
porno), dimana 2 orang menyatakan bahwa
orang tua mereka mempunyai sikap yang baik
tentang kesehatan reproduksi (melarang anak
menonton film porno, mengawasi anaka agar
tidak terjadi seks bebas dan melarang anak
keluar malam) dan 2 orang menyatakan
bahwa orang tua mereka mempunyai sikap
yang kurang baik tentang kesehatan
reproduksi (tidak melarang anak menonton
film porno, tidak mengawasi anaka agar tidak
terjadi seks bebas Dan tidak melarang anak
keluar malam). Responden menyatakan
bahwa
mereka
sudah
mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi dari mahasiswa kesehatan yang
melakukan kegiatan PKMD.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang
tingkat “Hubungan sikap orang tua dengan
perilaku remaja yang berpengaruh pada
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang”.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
diskripsi korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di Dusun
Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
pada bulan Juli 2015. Jenis penelitian yang
digunakan
adalah
deskriptif
yang
menghubungkan antara sikap orang tua
dengan perilaku remaja dalam pengaruh
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua
(ibu) yang mempunyai remaja di Dusun
Kemloko pada bulan Juni 2015 sebanyak 72
orang. teknik sampling dengan menggunakan
sampling jenuh, yaitu teknik penentuan
sampel apabila semua anggota populasi
dijadikan sampel sebanyak 72 orang. Data
primer dari penelitian ini adalah data yang
berupa
kuesioner,
diperoleh
dengan
pembagian kuesioner kepada responden
dengan hasil berupa jenis mekanisme koping
pada orang tua dan remaja. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
kuesioner dengan jenis pernyataan tertutup
yaitu diisi oleh responden.
Sikap orang tua (ibu) dengan perilaku
remaja
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sikap Orang
Tua
pada
Remaja
dalam
pengaruh Kesehatan Reproduksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Dusun
Kemloko pada bulan Juni 2015. Responden
orang tua (ibu) dan remaja umur 12-20 tahun.
Sikap
Negatif
Positif
Jumlah
Frekuensi
18
54
72
Persentase
25,0
75,0
100,0
Berdasarkan
tabel
1
diatas
menunjukkan sikap orang tua pada remaja
dalam pengaruh kesehatan reproduksi di
Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang sebagian besar dalam kategori
positif yaitu sebanyak 54 responden (75,0%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap Orang Tua pada
Remaja dalam pengaruh Kesehatan Reproduksi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
4
Pernyataan
Saya akan menikahkan anak saya secara
dini untuk menghindari seks bebas
Saya akan memberitahu kepada anak
bahwa seks dibawah umur dapat
menyebabkan kanker
Saya akan melarang anak saya agar tidak
menonton film porno
Saya akan mengajarkan anak saya tentang
norma-norma dan etika tentang seks
bebas
Apabila anak saya berpacaran saya akan
mengawasinya agar tidak terjadi seks
bebas
Saya akan melarang anak saya untuk
tidak menggunakan pakaian yang terlalu
ketat karna dapat merangsang hasrat seks
lawan jenisnya
Pendidikan seks bebas perlu di ajarkan
kepada anak yang berusia <17 tahun
Saya akan melarang anak untuk tidak
sering keluar malam dengan lawan
jenisnya
Saya akan menyarankan anak saya untuk
mengikuti pengajian mingguan agar dapat
menguatkan imannya dari seks bebas
Saya akan membebaskan anak saya untuk
berpacaran*
Saya akan mengajarkan anak tentang
bahaya dari seks bebas
Apabila anak saya berpacaran saya akan
melarang anak saya untuk berhungan
badan karena dapat menyebabkan
kehamilan
Saya akan membiarkan anak saya untuk
bergaul dengan lawan jenis sampai larut
malam*
Perempuan lebih beresiko tertular PMS
dari pada laki-laki, maka saya akan
menjaga anak perempuan saya dengan
ketat
SS
S
JAWABAN
R
TS
f
%
f
%
0
0,0
1
1,4
f
17
STS
%
23,6
f
17
%
23,6
f
37
%
51,4
0
0,0
10
13,9
37
51,4
17
23,6
8
11,1
26
36,1
40
55,6
0
0,0
6
8,3
0
0,0
0
0,0
4
5,6
43
59,7
18
25,0
7
9,7
17
23,6
35
48,6
0
0,0
2
2,8
18
25,0
25
34,7
40
55,6
0
0,0
7
9,7
0
0,0
16
22,2
33
45,8
0
0,0
6
8,3
17
23,6
0
0,0
10
13,9
37
51,4
18
25,0
7
9,7
26
36,1
38
52,8
0
0,0
8
11,1
0
0,0
7
9,7
18
25,0
45
62,5
2
2,8
0
0,0*
16
22,2
31
43,1
0
0,0
10
13,9
15
20,8
0
0,0
9
12,5
37
51,4
18
25,0
8
11,1
0
0,0
6
8,3
0
0,0
41
56,9
25
34,7*
17
23,6
37
51,4
0
0,0
0
0,0
18
25,0
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
15.
16.
17.
18.
Saya akan menganjurkan anak untuk
sering mengganti celana dalam yang
basah agar terhindar dari keputihan yang
menyebabkan infeksi
Saya tidak akan bosan untuk
mengingatkan anak saya agar selalu
berhati-hati dengan lawan jenis
Saya akan menyarankan anak yang
sedang masa pubertas untuk membaca
buku tentang bahaya PMS
Saya akan mengajarkan anak saya untuk
lebih mendekatkan diri kepada allah SWT
agar terhindar dari nafsu sesat
* = pernyataan negatif
0
0,0,
10
13,9
37
51,4
17
23,6
8
11,1
27
37,5
40
55,6
0
0,0
5
6,9
0
0,0
0
0,0
4
5,6
46
63,9
16
22,2
6
8,3
13
23,6
37
51,4
0
0,0
0
0,0
18
25,0
Berdasarkan tabel 2 diperoleh bahwa
sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di
Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang sebagian besar dalam kategori positif
yaitu sebanyak 54 responden (75,0%), yang
ditunjukkan dengan sebagian besar responden
yaitu sebanyak 37 orang (51,4%) menjawab
setuju bahwa akan menikahkan anak saya
secara dini untuk menghindari seks bebas,
sebagian besar responden yaitu sebanyak 40
orang (55,6%) menjawab setuju bahwa akan
melarang anak saya agar tidak menonton film
porno, sebagian besar responden yaitu
sebanyak 35 orang (48,6%) menjawab setuju
bahwa apabila anak saya berpacaran saya
akan mengawasinya agar tidak terjadi seks
bebas, sebagian
besar responden yaitu
sebanyak 40 orang (55,6%) menjawab setuju
bahwa akan melarang anak saya untuk tidak
menggunakan pakaian yang terlalu ketat
karna dapat merangsang hasrat seks lawan
jenisnya, sebagian besar responden yaitu
sebanyak 33 orang (45,8%) menjawab setuju
bahwa pendidikan seks bebas perlu di ajarkan
kepada anak yang berusia <17 tahun,
sebagian besar responden yaitu sebanyak 38
orang (52,8%) menjawab setuju bahwa akan
menyarankan anak saya untuk mengikuti
pengajian mingguan agar dapat menguatkan
imannya dari seks bebas, sebagian besar
responden yaitu sebanyak 18 orang (25,0%)
menjawab setuju bahwa akan membebaskan
anak saya untuk berpacaran,sebagian besar
responden yaitu sebanyak 31 orang (43,1%)
menjawab setuju bahwa akan mengajarkan
anak tentang bahaya dari seks bebas, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 37 orang
(51,4%) menjawab setuju bahwa perempuan
lebih beresiko tertular PMS dari pada laki5
laki, maka saya akan menjaga anak
perempuan saya dengan ketat, sebagian besar
responden yaitu sebanyak 40 orang (55,6%)
menjawab setuju bahwa tidak akan bosan
untuk mengingatkan anak saya agar selalu
berhati-hati dengan lawan jenis, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 37 orang
(51,4%) menjawab setuju bahwa akan
mengajarkan anak saya untuk lebih
mendekatkan diri kepada allah SWT agar
terhindar dari nafsu sesat.
Gambaran Perilaku Remaja dalam
pengaruh Kesehatan Reproduksi
Hasil analisis data tentang perilaku
remaja dalam kesehatan reproduksi pada
lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang, disajikan
dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku
Remaja
dalam
Kesehatan
Reproduksi
Perilaku
Kurang
Baik
Jumlah
Frekuensi
33
39
72
Persentase
45,8
54,2
100,0
Berdasarkan
tabel
3
diatas
menunjukkan
perilaku
remaja
dalam
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar
dalam kategori baik yaitu sebanyak 39
responden (54,2%).
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
Tabel 4
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Perilaku Remaja dalam
Reproduksi
JAWABAN
Pernyataan
SL
SR
KD
f
%
f
%
f
%
Saya melakukan hubungan seksual setelah menikah.
9
12,5 27
37,5 30
41,7
Saya melakukan kegiatan positif seperti olah raga untuk
9
12,5 30
41,7 27
37,5
menekan nafsu seksual
Saya mendekati perbuatan yang dapat memberi dorongan 5
6,9 28
38,9 33
45,8
seperti menonton video porno*
Saya menolak rayuan pacar untuk melakukan hubungan
0
0,0 60
83,3 9
12,5
badan sebelum menikah
Saya senang bepergian dengan semua orang meskipun
3
4,2 30
41,7 36
50,0
orang yang tak dikenal.*
Saya berupaya mendekatkan diri pada Tuhan setiap
3
4,2 20
27,8 26
36,1
waktu dengan rajin beribadah
Saya mengikuti kegiatan rohani dengan tokoh agama
0
0,0 41
56,9 25
34,7
setempat
Saya menghindari melakukan seks bebas.
7
9,7 30
41,7 29
40,3
Saya menghindari hubungan seks bebas agar tidak
0
0,0 62
86,1 7
9,7
terkena penyakit menular seksual
Saya berpacaran dengan satu pasangan yang setia
0
0,0, 38
52,8 31
42,1
Saya hanya berciuman wajar dengan pacar saja*
3
4,2 34
47,2 34
47,2
Saya memilih-milih teman dalam bergaul yang dapat
1
1,4 35
48,6 27
37,5
membawa saya kedalam pergaulan bebas
Saya menghindari pergaulan bebas untuk mencegah
18
25,0 45
62,5 6
8,3
adanya seks bebas
Saya Mengikuti penyuluhan/seminar tentang pencegahan 3
4,2 30
41,7 32
44,4
seks bebas*
* = pernyataan negatif
Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa
perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada
lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian
besar dalam kategori baik yaitu sebanyak
yang ditunjukkan dengan sebagian besar
responden yaitu sebanyak 27 orang (37,5%)
menjawab sering bahwa melakukan hubungan
seksual setelah menikah, sebagian besar
responden yaitu sebanyak 30 orang (41,7%)
menjawab sering bahwa melakukan kegiatan
positif seperti olah raga untuk menekan nafsu
seksual, sebagian besar responden yaitu
sebanyak 60orang (83,3%) menjawab sering
bahwa menolak rayuan pacar untuk
melakukan
hubungan
badan
sebelum
menikah, sebagian besar responden yaitu
sebanyak 30 orang (41,7%) menjawab sering
bahwa menghindari melakukan seks bebas,
sebagian besar responden yaitu sebanyak 62
orang (86,1%) menjawab sering bahwa
menghindari hubungan seks bebas agar tidak
terkena penyakit menular seksual, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 34 orang
(47,2%) menjawab sering bahwa hanya
berciuman wajar dengan pacar saja, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 45 orang
6
Kesehatan
TP
f
6
6
%
8,3
8,3
6
8,3*
3
4,2
3
4,2*
23
31,9
6
8,3
6
3
8,3
4,2
3
1
9
4,2
1,4*
12,5
3
4,2
7
9,7*
(62,5%) menjawab sering bahwa menghindari
pergaulan bebas untuk mencegah adanya seks
bebas.
Gambaran Hubungan Sikap Orang Tua
dengan Perilaku Remaja dalam Kesehatan
Reproduksi pada Lingkungan Beresiko
PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul
Kabupaten Semarang.
Hasil analisis data tentang hubungan
sikap orang tua dengan perilaku remaja
dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang, disajikan dalam
tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hubungan
Sikap
Orang Tua Dengan
Perilaku
Remaja
dalam
Kesehatan Reproduksi
Perilaku remaja
Sikap
Kurang
Baik
OR
Total
X2 p value
(CI-95%)
%
f
f
%
f
%
4
22,2
14
77,8
18 100,0 0,246 4,196 0,041
Negatif
Positif 29 53,7 25 46,3 54 100,0
Jumlah 33 45,8 39 54,2 72 100,0
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil analisis hubungan
sikap orang tua dengan perilaku remaja
dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS diperoleh hasil bahwa
responden yang mempunyai sikap kategori
negatif sebanyak 18 orang dimana perilaku
remaja dalam kesehatan reproduksi kategori
baik sebanyak 14 orang (77,8%) lebih banyak
dari pada kategori kurang yaitu sebanyak 4
orang (22,2%). Responden yang mempunyai
sikap kategori positif sebanyak 54 orang
dimana perilaku remaja dalam kesehatan
reproduksi kategori kurang sebanyak 29 orang
(53,7%) lebih banyak dari pada kategori baik
yaitu sebanyak 25 orang (46,3%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai
2
X hitung sebesar 4,196 lebih besar dali nilai
X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,041 (α
= 0,05), maka dapat disimpulkan ada
hubungan sikap orang tua dengan perilaku
remaja dalam kesehatan reproduksi pada
lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko
Bergas
Kidul
Kabupaten
Semarang.
Diperoleh pula nilai odd ratio sebesar 0,246
artinya orang tua yang mempunyai sikap yang
negatif cenderung 0,246 kali remajanya
mempunyai
prilaku
dalam
kesehatan
reproduksi kategori kurang dibandingkan
yang mempunyai sikap positif.
Pembahasan
1. Gambaran Sikap Orang Tua dengan
Remaja dalam pengaruh kesehatan
reproduksi
Hasil penelitian menunjukkan
sikap orang tua pada remaja dalam
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang dalam
kategori negatif yaitu sebanyak 18
responden
(25,0%).
Hal
tersebut
ditunjukkan dengan mereka yang sebagian
besar menyatakan tidak setuju pada
indikator hubungan seks sebelum nikah
pada pernyataan nomor 4 yaitu mereka
akan mengajarkan anak tentang normanorma dan etika tentang seks bebas
(25,0%). Kurangnya bimbingan dan
pengawasan orang tua sudah pasti akan
membuat anak menjadi liar, orang tua
yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh
7
anak merupakan tindakan yang salah yang
berakibat fatal bagi si anak sendiri.
Bahkan bukan tidak mungkin sebenarnya
orang tua sendiri yang menjerumuskan
anaknya, sebagai contoh misalnya, orang
tua merasa malu kalau anaknya yang
sudah SMA ataupun sudah remaja belum
punya pacar. Orang tua yang terlalu
otoriter
juga
tidak
baik
bagi
perkembangan psikologi anak, ketika ia
mendapatkan sekali kebebasan ia lupa
segalanya
(Dianawati,
2008:68).
pergaulan bebas yang menjerumuskan ke
penyimpangan prilaku. Upaya yang dapat
dilakukan orang tua untuk mengantisipasi
perilaku menyimpang anak diantaranya
mengendalikan anak untuk keluar malam
terutama ketika tidak tepat pada waktunya
seperti jam 10.00 malam ke atas apalagi
dengan lawan jenis (Drajat, 2005:35).
Orang tua juga menyatakan tidak
setuju apabila anak mereka berpacaran
mereka harus melarang anak untuk
berhubungan badan meskipun dapat
menyebabkan
kehamilan
(25,0%).
Perilaku seksual pada remaja wabal/
wanita baulan yaitu remaja putri yang
mempunyai perilaku seksual bebas
dilatarbelakangi oleh adanya komunikasi
orangtua dan anak yang kurang efektif
dan kepribadian locus of control yang
cenderung
eksternal.
Kurangnya
pengetahuan seksualitas dan kualitas
komunikasi orang tua - anak dapat
menyebabkan perilaku seksual pranikah
pada remaja (Widodo, 2009:124)
Orang tua pada remaja dalam
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang tidak
mengajarkan anak tentang norma-norma
dan etika tentang seks bebas. Seks bebas
merupakan segala cara mengekspresikan
dan melepaskan dorongan seksual yang
berasal dari kematangan organ seksual,
seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual, tetapi
perilaku tersebut dinilai tidak sesuai
dengan norma karena remaja belum
memiliki pengalaman tentang seksual.
Seks bebas juga menunjukkan hubungan
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
seksual tanpa ikatan pada yang
menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Orang tua tidak memberikan
bimbingan bagaimana anak dapat
terhindari dari seks bebas. Mereka juga
tidak melarang anak untuk tidak sering
keluar malam dengan lawan jenisnya.
Sebagian dari orang tua memberikan izin
kepada anak keluar malam dengan asumsi
anak mereka sudah remaja sehingga
memberikan kepercayaan sepenuhnya
kepada anak untuk menjaga diri termasuk
yang berkaitan dengan seks.
Orang tua tidak akan melarang
anak yang berpacaran untuk berhungan
badan meskipun dapat menyebabkan
kehamilan. Mereka berpikir bahwa usia
remaja sudah saatnya
berekspresi
termasuk yang berkaitan dengan seks,
mereka
juga
sudah
mengetahui
konsekuensi dari anak yang berpacaran
yaitu jika tidak terkendali maka anak akan
melakukan hubungan seks. Sikap orang
tua pada remaja dalam kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS
dalam kategori negatif disebabkan faktor
pekerjaan.
Orang tua remaja pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul
Kabupaten
Semarang
yang
mempunyai sikap negatif sebanyak 18
orang dimana sebagian besar dari mereka
adalah ibu bekerja dimana ibu yang
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13
orang (72,2%) dan yang berkerja sebagai
karyawan swasta sebanyak 2 orang
(11,1%) lebih banyak dari pada ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 3 orang (16,7%).
Ibu yang bekerja harus membagi
waktunya untuk keluarga dan pekerjaan
sehingga
mereka
tidak
memiliki
kesempatan yang lebih luas untuk
menggali informasi yang berkaitan
dengan perkembangan remaja sehingga
pemahaman mereka dan sikap mereka
terhadap perkembangan anak remajanya
menjadi negatif.
Orang tua remaja pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul
Kabupaten
Semarang
yang
mempunyai sikap negatif sebanyak 18
orang dimana sebagian besar dari mereka
8
adalah ibu bekerja dimana ibu yang
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13
orang (72,2%) dan yang berkerja sebagai
karyawan swasta sebanyak 2 orang
(11,1%) lebih banyak dari pada ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 3 orang (16,7%).
Ibu yang bekerja harus membagi
waktunya untuk keluarga dan pekerjaan
sehingga
mereka
tidak
memiliki
kesempatan yang lebih luas untuk
menggali informasi yang berkaitan
dengan perkembangan remaja sehingga
pemahaman mereka dan sikap mereka
terhadap perkembangan anak remajanya
menjadi negatif.
Hasil penelitian menunjukkan
sikap orang tua pada remaja dalam
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang dalam
kategori positif yaitu sebanyak 54
responden
(75,0%).
Hal
tersebut
ditunjukkan dengan mereka yang sebagian
besar menyatakan setuju pada indikator
kesehatan alat- alat reproduksi pada
pernyataan nomor 3 yaitu akan melarang
anak agar tidak menonton film porno
(55,6%).
Faktor-faktor
yang
meningkatkan dorongan seksual pada
remaja diantaranya menonton film porno,
melihat gambar porno, mendengar cerita
porno, berduaan ditempat sepi, berkhayal
tentang seksual, menggunakan zat
perangsang
atau
napza.
Cara
mengendalikannya yaitu dengan taat
beribadah, remaja memahami tugas
utamanya misalnya belajar dan bekerja,
mengisi waktu sesuai bakat, minat dan
kemampuan misalnya olahraga, kesenian
dan berorganisasi. Mengahadapi remaja,
orangtua juga harus lebih bijaksana sedikit
demi sedikit mengontrol agar anak
tersebut dapat menyadari dampak dari
film porno (BKKBN, 2007).
Sebagian
besar
orang
tua
menyatakan setuju pada indikator
hubungan seks sebelum nikah pada
pernyataan nomor 6 yaitu akan melarang
anak saya untuk menggunakan pakaian
yang terlalu ketat karena dapat
merangsang hasrat seks lawan jenisnya
(55,6%). Pakaian mencerminkan sifat
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
dasar manusia yang mempunyai rasa malu
sehingga
manusia
beruaha
untuk
menutupi badanya dengan pakaian.
Pakaian merangsang, misalnya pakaian
mini yang menampakan tubuh bagian atas
(dada dan payudara) dan tubuh bagian
bawah (paha dan bokong), pakaian yang
tipis menembus pandangan (transparan),
atau pakaian yang ketat melekat pada
lekuk-lekuk
tubuh
sehingga
membangkitkan nafsu birahi bagi yang
memandangnya (Rintyastini, 2006: 13)
Orang
tua
sebagian
besar
menyatakan setuju pada indikator
hubungan dengan lawan jenis pada
pernyataan nomor 16 yaitu tidak akan
bosan untuk mengingatkan anak agar
selalu berhati-hati dengan lawan jenis
(55,6%). Ketidakmampuan remaja dalam
menahan dorongan seksual dalam
menahan doronngan seksual dapat
membuat ia mengalami penyakit kelamin
atau kehamilan. Oleh karena itu, remaja
harus lebih berhati-hati dalam pergaulan,
terutama dengan lawan jenis (Rintyastini,
2006:43)
Orang tua pada remaja pada
lingkungan beresiko PMS di Dusun
Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang yang mempunyai sikap positif
melarang anak agar tidak menonton film
porno, menggunakan pakaian yang terlalu
ketat karena dapat merangsang hasrat seks
lawan jenisnya dan tidak bosan untuk
mengingatkan anak agar selalu berhatihati dengan lawan jenis. Mereka merasa
perlu memberikan bimbingan kepada anak
karena mereka mengetahui bahwa pada
masa perkembangan remaja, anak mudah
sekali mendapat pengaruh negatif baik
dari lingkungan atau teman sebayanya.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan
lebih protektif terhadap berbagai sumber
informasi bagi anak dan cara mereka
berperilaku dengan lawan jenisnya. Sikap
orang tua pada remaja dalam kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS
dalam kategori positif didukung oleh
pendidikan yang baik.
Responden yang mempunyai sikap
positif sebanyak 54 orang dimana
sebagian besar dari mereka adalah
9
mempunyai pendidikan yang baik yaitu
berpendidikan
tinggi
sebanyak
4
responden (7,4%) dan yang berpendidikan
atas sebanyak 29 responden (53,7%) lebih
banyak daripada yang berpendidikan
dasar yaitu 21 responden (38,9%). Orang
tua yang mempunyai pendidikan yang
tinggi cenderung mudah informasi
termasuk
yang
berkaitan
dengan
perkembangan
remaja
sehingga
pengetahuan dan pemahaman mereka
lebih baik. Orang tua juga lebih aktif
menggali informasi yang berkaitan
dengan perkembangan remaja termasuk
berkonsultasi dengan psikiater ataupun
menggali informasi melalui buku ataupun
seminar-seminar. Pemahaman mereka
yang baik tersebut mendukung sikap
mereka terhadap perkembangan anak
menjadi positif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Nawati (2012) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan sikap
siswa-siswi SLTA terhadap hubungan
seksual pranikah di Kota Samarinda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan pendidikan dengan sikap siswasiswi SLTA terhadap hubungan seksual
pranikah di Kota Samarinda, dengan p
value 0,000 (α = 0,05).
2. Gambaran Perilaku Remaja dalam
Kesehatan Reproduksi Pada Lingkungan
Beresiko PMS
Hasil penelitian menunjukkan
perilaku
remaja
dalam
kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS
di Dusun Kemloko Bergas Kidul
Kabupaten Semarang dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 33 responden
(45,8%). Remaja pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang hanya
kadang-kadang berupaya mendekatkan
diri pada Tuhan setiap waktu dengan rajin
beribadah (36,1%). Beberapa cara
menghindari perilaku seks bebas yaitu
membentengi diri dengan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Hal pertama yang harus
dilakukan sebagai cara mengatasi
pergaulan bebas dengan menanamkan
keimanan yang kokoh. Agama mengatur
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
batasan-batasan setiap manusia dalam
berinteraksi dengan yang lainnya. Jika
seseorang sudah memiliki iman yang
kokoh maka mereka yang akan
mengingatkan dirinya sendiri untuk
berada dalam batasan-batasan tersebut
(Irwansyah, 2006:18).
Mereka juga aktif mengikuti
kegiatan rohani dengan tokoh agama
setempat (34,7%). Memperkuat keimanan
dan ketakwaan kepada tuhan yang maha
esa dengan banyak melakukan aktifitas
yang dapat menambah pemahaman agama
dan aktif dalam kegiatan keagamaan
seperti pengajian (Rintyastini, 2005:52).
Mereka juga memilih-milih teman
dalam bergaul yang dapat membawa ke
dalam pergaulan bebas (37,5%). Remaja
menghindari tontonan, bacaan, atau situasi
dan tempat yang kondusif untuk
menimbulkan fantasi atau ransangan
seksual. Membatasi pergaulan dan
frekuensi pertemuan dengan lawan jenis
tanpa ada aktifitas yang pasti. Banyak
melibatkan teman-teman atau sudara
dalam berinteraksi (Rintyastini, 2005:52).
Responden mendekatkan diri pada
Tuhan dengan beribadah hanya pada harihari besar agama seperti Indul fitri bagi
yang muslim. Mereka mengikuti kegiatan
rohani dengan tokoh agama setempat jika
dipaksakan oleh orangtua namun tidak
memilih-milih teman dalam bergaul
meskipun mereka dapat membawa ke
dalam pergaulan bebas. Remaja lebih
senang memanfaatkan waktunya untuk
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
hati mereka seperti bermain motor
bersama
teman
sebaya,
duduk
bercengkrama di suatu tempat atau hal
lainnya. Mereka kurang tertarik untuk
kegiatan yang berbau agama meskipun
orangtua mereka sering memberikan
dorongan dan motivasi. Perilaku remaja
dalam
kesehatan
reproduksi
pada
lingkungan beresiko PMS di Dusun
Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang
dalam
kategori
kurang
disebabkan oleh faktor jenis kelamin
mereka laki-laki.
Responden yang mempunyai
perilaku kesehatan reproduksi dalam
10
kategori kurang sebanyak 33 orang
dimana sebagian besar dari mereka
mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 24 orang (72,7%) lebih banyak
daripada
yang
berjenis
kelamin
perempuan yaitu sebanyak 9 orang
(27,3%). Remaja dengan jenis kelamin
laki-laki cenderung lebih agresif dan
terbuka dalam bergaul, sehingga mereka
yang tidak dapat membedakan hal yang
baik dan buruk akan mudah sekali
mendapat
pengaruh
negatif
dari
lingkungan bermain, yang pada akhirnya
membawa mereka ke perilaku yang
kurang baik termasuk yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Wahyuni (2009) tentang
hubungan jenis kelamin dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja di SMA
Muhammadiyah I Sragen. Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan jenis
kelamin dengan perilaku seksual pranikah
pada remaja di SMA Muhammadiyah I
Sragen, dengan p value 0,00 (α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan
perilaku
remaja
dalam
kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko PMS
di Dusun Kemloko Bergas Kidul
Kabupaten Semarang dalam kategori baik
yaitu sebanyak 39 responden (54,2%).
Remaja pada lingkungan beresiko PMS di
Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang sering menolak rayuan pacar
untuk melakukan hubungan badan
sebelum menikah (83,3%). Keberatan
utama dari remaja terhadap hubungan
badan sebelum menikah adalah bahaya
kehamilan di luar nikah. Apabila terjadi
kehamilan di luar nikah akan terjadi
kerusakan sosial dan pribadi yang terjadi
selama bertahun-tahun. Yang merasakan
akibat yang lebih berat adalah bayi, ibu
bayi dan keuarganya (Miles, 2010:35).
Remaja
juga
menghindari
hubungan seks bebas agar tidak terkena
penyakit menular seksual (86,1%).
Menyatakan bahwa ada beberapa dampak
akibat dari perilaku seks bebas Penyakit
Menular Seksual. Penyakit ini merupakan
penyakit
yang
ditularkan
melalui
hubungan seksual yang mengakibatkan
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
penderitaan, kemandulan, dan kematian.
Penyakit yang ditimbulkan akibat seks
bebas, antara lain : Herpes Genital, Sifilis
(Penyakit Raja Singa), Gonore (Kencing
Nanah), HIV/AIDS, Kanker Serviks
(leher rahim) (Rintyastini, 2005:110).
Remaja
juga
menghindari
pergaulan bebas untuk mencegah adanya
seks bebas (62,5%). Pengaruh lingkungan
yaitu pergaulan dengan siapa dan apa
yang dilakukan menjadi salah satu
pengaruh cukup besar bagi kehidupan
seks bebas, berkumpul dengan temanteman seperti apa dan dalam lingkungan
pergaulan macam apa akan membawa
efek bagi anak itu sendiri sehingga
memilih teman menjadi salah satu
pertimbangan yang harus dipikirkan
dengan baik (Furuq, 2006:124).
Responden sering menolak pacar
mereka yang mencoba merayu untuk
melakukan hubungan badan sebelum ada
ikatan
pernikahan.
Mereka
juga
menghindari hubungan pergaulan dan
seks bebas agar tidak terkena penyakit
menular seksual. Responden menyadari
bahwa penyakit menular sesksual dimulai
dari hubungan badan secara langsung.
Hubungan badan dengan berbagai
pasangan apalagi tanpa ikatan perikahan
sangat mudah dilakukan oleh remaja yang
sudah masuk ke pergaulan bebas dan seks
bebas yang pada akhirnya merugikan
mereka sendiri yaitu mengalami penyakit
seksual. Perilaku remaja dalam pengaruh
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam
kategori baik didukung oleh faktor tingkat
pendidikan.
Remaja di Dusun Kemloko Bergas
Kidul
Kabupaten
Semarang
yang
mempunyai perilaku dalam kesehatan
reproduksi dalam kategori baik sebanyak
39 orang dimana sebagian besar dari
mereka mempunyai pendidikan yang baik
yaitu pendidikan tinggi sebanyak 2 orang
(5,1%) dan pendidikan atas sebanyak 20
orang (51,3%) lebih banyak dari pada
yang berpendidikan dasar yaitu sebanyak
17 orang (43,6%). Pendidikan responden
yang baik memudahkan mereka dalam
menerima informasi termasuk yang
11
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
sehingga pengetahuan mereka tentang
penyakit menular seksual menjadi baik.
Pengetahuan
yang
baik
tersebut
mendukung perilaku dalam Kesehatan
reproduksi pada lingkungan beresiko
PMS.
Makin
tinggi
pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media
massa. Diharapkan orang yang pendidikan
formalnya tinggi, maka pengetahuan
tentang kesehatan pun lebih baik
(Notoatmodjo, 2010:145).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Hasni, iit (2012) tentang
hubungan pengetahuan dan tingkat
pendidikan kepala keluarga terhadap
perilaku hidup bersih dan sehat keluarga
dikelurahan Limau Manis Selatan. Hasil
uji chi square menunjukkan ada hubungan
tingkat pendidikan kepala keluarga
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
keluarga dikelurahan Limau Manis
Selatan, dengan p value 0,000 (α = 0,05).
3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan
Perilaku
Remaja
dalam
pengaruh
Kesehatan Reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang.
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan sikap orang tua dengan
perilaku
remaja
dalam
pengaruh
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko diperoleh hasil bahwa responden
yang mempunyai sikap kategori negatif
sebanyak 18 orang dimana perilaku
remaja dalam kesehatan reproduksi
kategori baik sebanyak 14 orang (77,8%)
lebih banyak dari pada kategori kurang
yaitu sebanyak 4 orang (22,2%).
Responden yang mempunyai sikap
kategori positif sebanyak 54 orang dimana
perilaku
remaja
dalam
kesehatan
reproduksi kategori kurang sebanyak 29
orang (53,7%) lebih banyak dari pada
kategori baik yaitu sebanyak 25 orang
(46,3%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai
X2hitung sebesar 4,196 lebih besar dali nilai
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar
0,041 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan
ada hubungan sikap orang tua dengan
perilaku
remaja
dalam
pengaruh
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang.
Diperoleh pula nilai odd ratio sebesar
0,246 artinya orang tua yang mempunyai
sikap yang negatif cenderung 0,246 kali
remajanya mempunyai prilaku dalam
kesehatan reproduksi kategori kurang
dibandingkan yang mempunyai sikap
positif.
Remaja merupakan suatu masa
kehidupan individu dimana terjadi
eksplorasi psikologis untuk menemukan
identitas diri. Pada masa transisi dari
masa anak-anak ke masa remaja,
individu mulai mengambangkan ciri-ciri
abstrak dan konsep diri menjadi lebih
berbeda. Remaja mulai memandang diri
dengan penilaian dan standar pribadi,
tetapi kurang
dalam
interpretasi
perbandingan
sosial
(Kusmiran,
2011:103).
Remaja mempunyai sifat yang
unik, salah satunya adalah sifat ingin
meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada
keadaan, serta lingkungan di sekitarnya.
Remaja juga mempunyai kebutuhan akan
kesehatan seksual, di mana pemenuhan
kebutuhan seksual tersebut sangat
bervariasi
(Kusmiran,
2011:124).
Kesehatan reproduksi
merupakan
kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan
fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit atau kecacatan (ICPD,
1994) (Kusmiran, 2011:152).
Perilaku kesehatan reproduksi
remaja saat ini cenderung kurang
mendukung
terciptanya
remaja
berkualitas. Angka aborsi di kalangan
remaja saat ini diperkirakan sekitar 700800 ribu kasus pertahun, perempuan usia
15-19 tahun yang telah menjadi ibu
mencapai 10%. Proporsi remaja di daerah
pedesaan yang sudah mengandung dua
kali lebih tinggi dari remaja di perkotaan,
perempuan yang kurang berpendidikan
12
cenderung mulai mengandung pada usia
lebih muda. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesi (SDKI) (2012–2013)
menemukan bahwa sebanyak 13%
perempuan yang berpendidikan sekolah
dasar telah menjadi ibu,
sedangkan
perempuan yang tamat SLTP keatas
hanya 4%. Presentase remaja yang
terjangkit Penyakit Menular Seksual
(PMS) serta HIV / AIDS cenderung
meningkat (SDKI, 2013:128).
Keterbatasan Penelitian
Peneliti
mengalami
beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya
masih
adanya
variabel
lain
yang
dimungkinkan mempengaruhi hasil penelitian
dan tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh
peneliti, misalnya faktor lingkungan bergaul.
Dimungkinkan dalam penelitian ini Perilaku
Remaja dalam Kesehatan Reproduksi pada
Lingkungan Beresiko PMS yang dialami
responden tidak hanya disebabkan oleh sikap
remaja akan tetapi oleh lingkungan bergaul.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sikap orang tua pada remaja yang
berpengaruh pada kesehatan reproduksi di
Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten
Semarang sebagian besar dalam kategori
positif yaitu sebanyak 54 responden
(75,0%).
2. Perilaku remaja yang berpengaruh pada
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sebanyak 39 responden (54,2%).
3. Ada hubungan sikap orang tua dengan
perilaku remaja yang berpengaruh pada
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,041
Saran
1. Perilaku remaja yang berpengaruh pada
kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko
Bergas Kidul Kabupaten Semarang
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sebanyak 39 responden (54,2%).
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
2. Ada hubungan sikap orang tua dengan
perilaku remaja yang berpengaruh pada
kesehatan reproduksi pada lingkungan
beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas
Kidul Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,041
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik ( edisi revisi ).
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Badudu, JS, Dkk. 1996. Kamus Besar Bahasa
Indonesi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Hurlock, Elizabeth B. 2008. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang
Rentang
Kehidupan.
Jakarta : Erlangga
Imron, Ali. 2012. Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta : Ar-Ruzz
Media
Kamus saku Kedokteran Dorland/ alih
bahasa, Poppy Kumala...[et al.] ; copy
editor edisi bahasa indonesia, Dyah
Nuswantari. Jakarta : EGC
Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
13
Mochtar, Rustam. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aeculapius FKUI
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo. 2003.pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan
Pedoman
Skirpsi, Tesis dan
Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo,
Sarwono.
2009.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Keempat. Jakarta :
Gramedia Utama
Riyanto, Agus. 2011. Metode Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saryono. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Remaja
dan
Permasalahannya.
Jakarta : Sagung Selo
Widyastuti, Yani, Dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Yanti.2011.
Buku
Ajar
Kesehatan
Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka
Rihama
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU REMAJA YANG BERPENGARUH
PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DUSUN KEMLOKO BERGAS KIDUL
KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
Dewi Fitriani
NIM. 0121530
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
14
Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi
di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang
Download