HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU REMAJA YANG BERPENGARUH PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DUSUN KEMLOKO BERGAS KIDUL KABUPATEN SEMARANG Dewi Fitriani1), Heni Setyowati2), Eti Salafas3) 1) Peneliti email: [email protected] Staf pengajar dan pembimbing email: [email protected] 3) Staf pengajar dan pembimbing email: [email protected] 2) ABSTRAK Dewi Fitriani, 2015; Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Dill. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I: Heni Setyowati, S.SiT., M.Kes. Pembimbing II: Eti Salafas, S.SiT.,M.Kes Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini termasuk deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua (ibu) dan remaja umur 12-20 tahun sebanyak 72 orang dan sampel sebanyak 91 responden dengan teknik total sampling. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS sebagian besar positif (75,0%), perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS sebagian besar baik (54,2%).Ada hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, dengan p-value sebesar 0,041. Sebaiknya orangtua dan remaja menambah pengetahuan tentang IMS baik melalui tenaga kesehatan maupun sumber literatur yang sehingga diperoleh pemahaman yang baik yang pada akhirnya meningkatkan prilaku kesehatan reproduksi Kata kunci: sikap orang tua, perilaku, remaja, kesehatan reproduksi 1 Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang ABSTRACT Dewi Fitriani, 2015; The Correlation between the Attitude of Parents and Adolescent Behavior that Affect the Reproductive Health at Kemloko Bergas Kidul Village Semarang Regency. Scientific Paper. Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Heni Setyowati, S.SiT., M.Kes. Second Advisor: Eti Salafas, S.SiT.,M.Kes The adolescent reproductive health behavior recently is trends less supporting the creation of quality adolescents. The purpose of this study is to find the correlation between the attitude of parents and adolescent behavior that affect the reproductive health at Kemloko Bergas Kidul Village Semarang Regency. This was a descriptive correlative study with cross sectional approach. The population in this study was the parents (mother) and adolescents aged 12-20 years old as many as 72 and the samples were 91 respondents that sampled by using total sampling technique. The data analysis used frequency distributions and chi square test. The results of this study indicate that the attitude of parents toward adolescents on reproductive health in the risk of sexually transmitted disease environments is mostly positive (75.0%), the adolescents behavior in reproductive health at the risk of sexually transmitted disease environments is mostly good (54.2%). There is a correlation between with the attitude of parents and adolescents behavior in reproductive health in the risk of sexually infected disease environments at Kemloko Bergas Kidul Village Semarang Regency, with p-value of 0.041. The parents and adolescents are recommended to improve their knowledge about sexually transmitted infections through health personnel and literatures in order to obtain a good comprehension and in turns improving the reproductive health behaviors Keywords: attitude of parents, behavior, adolescents, reproductive health PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan suatu syarat yang sangat penting, yaitu harus ada pengertian, bantuan dan partisipasi masyarakat secara teratur dan terus menerus.Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah perkembangan kesehatan adalah perkembangan dan pertumbuhan remaja. (Depkes RI, 2006:126) Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai 2 mengambangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial (Kusmiran, 2011:103). Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya. Remaja juga mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, di mana pemenuhan kebutuhan seksual tersebut sangat bervariasi (Kusmiran, 2011:124). Kesehatan reproduksi merupakan Kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994) (Kusmiran, 2011:152) Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang Angka aborsi di kalangan remaja saat ini diperkirakan sekitar 700-800 ribu kasus pertahun, perempuan usia 15–19 tahun yang telah menjadi ibu mencapai 10%. Proporsi remaja di daerah pedesaan yang sudah mengandung dua kali lebih tinggi dari remaja di perkotaan, perempuan yang kurang berpendidikan cenderung mulai mengandung pada usia lebih muda. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesi (SDKI) (2012–2013) menemukan bahwa sebanyak 13% Perempuan yang berpendidikan sekolah dasar telah menjadi ibu, sedangkan perempuan yang tamat SLTP keatas hanya 4%. Presentase remaja yang terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) serta Human Imumunodeficiency virus / Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV / AIDS) cenderung meningkat (SDKI, 2013:128). Dusun Kemloko Bergas Kabupaten Semarang merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang mempunyai letak berdekatan dengan Kecamatan Bandungan, yaitu salah satu daerah wisata di Kabupaten Semarang. Sebagai daerah wisata, otomatis berkembang bisnis perhotelan dan lokalisasi. Kondisi tersebut menyebabkan Desa Kemloko ikut bersinggungan dengan bisnis perhotelan dan lokalisasi. Dampak negatif dari hal tersebut adalah kemungkinan terjangkit penyakit menular seksual semakin tinggi terutama bagi remajanya. Hasil studi pendahuluan wawancara dengan 10 orang remaja putri di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang didapatkan bahwa ada 6 orang yang mempunyai perilaku yang kurang baik tentang kesehatan reproduksi (berciuman dengan pacar, bergaul secara bebas dan menonton video porno), dimana 4 orang menyatakan bahwa orang tua mereka mempunyai sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi (melarang anak menonton film porno, mengawasi anaka agar tidak terjadi seks bebas dan melarang anak keluar malam) dan 2 orang menyatakan bahwa orang tua mereka mempunyai sikap yang kurang baik tentang kesehatan reproduksi (tidak melarang anak menonton film porno, tidak mengawasi anaka agar tidak terjadi seks bebas dan tidak melarang anak 3 keluar malam). Didapatkan bahwa ada 4 orang yang mempunyai perilaku yang baik tentang kesehatan reproduksi (tidak mau berciuman walau dengan pacar, menghindari pergaulan bebas dan tidak menonton video porno), dimana 2 orang menyatakan bahwa orang tua mereka mempunyai sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi (melarang anak menonton film porno, mengawasi anaka agar tidak terjadi seks bebas dan melarang anak keluar malam) dan 2 orang menyatakan bahwa orang tua mereka mempunyai sikap yang kurang baik tentang kesehatan reproduksi (tidak melarang anak menonton film porno, tidak mengawasi anaka agar tidak terjadi seks bebas Dan tidak melarang anak keluar malam). Responden menyatakan bahwa mereka sudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dari mahasiswa kesehatan yang melakukan kegiatan PKMD. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang tingkat “Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang”. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang pada bulan Juli 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menghubungkan antara sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua (ibu) yang mempunyai remaja di Dusun Kemloko pada bulan Juni 2015 sebanyak 72 orang. teknik sampling dengan menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sampel sebanyak 72 orang. Data primer dari penelitian ini adalah data yang berupa kuesioner, diperoleh dengan pembagian kuesioner kepada responden dengan hasil berupa jenis mekanisme koping pada orang tua dan remaja. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang kuesioner dengan jenis pernyataan tertutup yaitu diisi oleh responden. Sikap orang tua (ibu) dengan perilaku remaja Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua pada Remaja dalam pengaruh Kesehatan Reproduksi HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Dusun Kemloko pada bulan Juni 2015. Responden orang tua (ibu) dan remaja umur 12-20 tahun. Sikap Negatif Positif Jumlah Frekuensi 18 54 72 Persentase 25,0 75,0 100,0 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan sikap orang tua pada remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori positif yaitu sebanyak 54 responden (75,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap Orang Tua pada Remaja dalam pengaruh Kesehatan Reproduksi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 4 Pernyataan Saya akan menikahkan anak saya secara dini untuk menghindari seks bebas Saya akan memberitahu kepada anak bahwa seks dibawah umur dapat menyebabkan kanker Saya akan melarang anak saya agar tidak menonton film porno Saya akan mengajarkan anak saya tentang norma-norma dan etika tentang seks bebas Apabila anak saya berpacaran saya akan mengawasinya agar tidak terjadi seks bebas Saya akan melarang anak saya untuk tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat karna dapat merangsang hasrat seks lawan jenisnya Pendidikan seks bebas perlu di ajarkan kepada anak yang berusia <17 tahun Saya akan melarang anak untuk tidak sering keluar malam dengan lawan jenisnya Saya akan menyarankan anak saya untuk mengikuti pengajian mingguan agar dapat menguatkan imannya dari seks bebas Saya akan membebaskan anak saya untuk berpacaran* Saya akan mengajarkan anak tentang bahaya dari seks bebas Apabila anak saya berpacaran saya akan melarang anak saya untuk berhungan badan karena dapat menyebabkan kehamilan Saya akan membiarkan anak saya untuk bergaul dengan lawan jenis sampai larut malam* Perempuan lebih beresiko tertular PMS dari pada laki-laki, maka saya akan menjaga anak perempuan saya dengan ketat SS S JAWABAN R TS f % f % 0 0,0 1 1,4 f 17 STS % 23,6 f 17 % 23,6 f 37 % 51,4 0 0,0 10 13,9 37 51,4 17 23,6 8 11,1 26 36,1 40 55,6 0 0,0 6 8,3 0 0,0 0 0,0 4 5,6 43 59,7 18 25,0 7 9,7 17 23,6 35 48,6 0 0,0 2 2,8 18 25,0 25 34,7 40 55,6 0 0,0 7 9,7 0 0,0 16 22,2 33 45,8 0 0,0 6 8,3 17 23,6 0 0,0 10 13,9 37 51,4 18 25,0 7 9,7 26 36,1 38 52,8 0 0,0 8 11,1 0 0,0 7 9,7 18 25,0 45 62,5 2 2,8 0 0,0* 16 22,2 31 43,1 0 0,0 10 13,9 15 20,8 0 0,0 9 12,5 37 51,4 18 25,0 8 11,1 0 0,0 6 8,3 0 0,0 41 56,9 25 34,7* 17 23,6 37 51,4 0 0,0 0 0,0 18 25,0 Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang 15. 16. 17. 18. Saya akan menganjurkan anak untuk sering mengganti celana dalam yang basah agar terhindar dari keputihan yang menyebabkan infeksi Saya tidak akan bosan untuk mengingatkan anak saya agar selalu berhati-hati dengan lawan jenis Saya akan menyarankan anak yang sedang masa pubertas untuk membaca buku tentang bahaya PMS Saya akan mengajarkan anak saya untuk lebih mendekatkan diri kepada allah SWT agar terhindar dari nafsu sesat * = pernyataan negatif 0 0,0, 10 13,9 37 51,4 17 23,6 8 11,1 27 37,5 40 55,6 0 0,0 5 6,9 0 0,0 0 0,0 4 5,6 46 63,9 16 22,2 6 8,3 13 23,6 37 51,4 0 0,0 0 0,0 18 25,0 Berdasarkan tabel 2 diperoleh bahwa sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori positif yaitu sebanyak 54 responden (75,0%), yang ditunjukkan dengan sebagian besar responden yaitu sebanyak 37 orang (51,4%) menjawab setuju bahwa akan menikahkan anak saya secara dini untuk menghindari seks bebas, sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 orang (55,6%) menjawab setuju bahwa akan melarang anak saya agar tidak menonton film porno, sebagian besar responden yaitu sebanyak 35 orang (48,6%) menjawab setuju bahwa apabila anak saya berpacaran saya akan mengawasinya agar tidak terjadi seks bebas, sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 orang (55,6%) menjawab setuju bahwa akan melarang anak saya untuk tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat karna dapat merangsang hasrat seks lawan jenisnya, sebagian besar responden yaitu sebanyak 33 orang (45,8%) menjawab setuju bahwa pendidikan seks bebas perlu di ajarkan kepada anak yang berusia <17 tahun, sebagian besar responden yaitu sebanyak 38 orang (52,8%) menjawab setuju bahwa akan menyarankan anak saya untuk mengikuti pengajian mingguan agar dapat menguatkan imannya dari seks bebas, sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 orang (25,0%) menjawab setuju bahwa akan membebaskan anak saya untuk berpacaran,sebagian besar responden yaitu sebanyak 31 orang (43,1%) menjawab setuju bahwa akan mengajarkan anak tentang bahaya dari seks bebas, sebagian besar responden yaitu sebanyak 37 orang (51,4%) menjawab setuju bahwa perempuan lebih beresiko tertular PMS dari pada laki5 laki, maka saya akan menjaga anak perempuan saya dengan ketat, sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 orang (55,6%) menjawab setuju bahwa tidak akan bosan untuk mengingatkan anak saya agar selalu berhati-hati dengan lawan jenis, sebagian besar responden yaitu sebanyak 37 orang (51,4%) menjawab setuju bahwa akan mengajarkan anak saya untuk lebih mendekatkan diri kepada allah SWT agar terhindar dari nafsu sesat. Gambaran Perilaku Remaja dalam pengaruh Kesehatan Reproduksi Hasil analisis data tentang perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Remaja dalam Kesehatan Reproduksi Perilaku Kurang Baik Jumlah Frekuensi 33 39 72 Persentase 45,8 54,2 100,0 Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden (54,2%). Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang Tabel 4 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Perilaku Remaja dalam Reproduksi JAWABAN Pernyataan SL SR KD f % f % f % Saya melakukan hubungan seksual setelah menikah. 9 12,5 27 37,5 30 41,7 Saya melakukan kegiatan positif seperti olah raga untuk 9 12,5 30 41,7 27 37,5 menekan nafsu seksual Saya mendekati perbuatan yang dapat memberi dorongan 5 6,9 28 38,9 33 45,8 seperti menonton video porno* Saya menolak rayuan pacar untuk melakukan hubungan 0 0,0 60 83,3 9 12,5 badan sebelum menikah Saya senang bepergian dengan semua orang meskipun 3 4,2 30 41,7 36 50,0 orang yang tak dikenal.* Saya berupaya mendekatkan diri pada Tuhan setiap 3 4,2 20 27,8 26 36,1 waktu dengan rajin beribadah Saya mengikuti kegiatan rohani dengan tokoh agama 0 0,0 41 56,9 25 34,7 setempat Saya menghindari melakukan seks bebas. 7 9,7 30 41,7 29 40,3 Saya menghindari hubungan seks bebas agar tidak 0 0,0 62 86,1 7 9,7 terkena penyakit menular seksual Saya berpacaran dengan satu pasangan yang setia 0 0,0, 38 52,8 31 42,1 Saya hanya berciuman wajar dengan pacar saja* 3 4,2 34 47,2 34 47,2 Saya memilih-milih teman dalam bergaul yang dapat 1 1,4 35 48,6 27 37,5 membawa saya kedalam pergaulan bebas Saya menghindari pergaulan bebas untuk mencegah 18 25,0 45 62,5 6 8,3 adanya seks bebas Saya Mengikuti penyuluhan/seminar tentang pencegahan 3 4,2 30 41,7 32 44,4 seks bebas* * = pernyataan negatif Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak yang ditunjukkan dengan sebagian besar responden yaitu sebanyak 27 orang (37,5%) menjawab sering bahwa melakukan hubungan seksual setelah menikah, sebagian besar responden yaitu sebanyak 30 orang (41,7%) menjawab sering bahwa melakukan kegiatan positif seperti olah raga untuk menekan nafsu seksual, sebagian besar responden yaitu sebanyak 60orang (83,3%) menjawab sering bahwa menolak rayuan pacar untuk melakukan hubungan badan sebelum menikah, sebagian besar responden yaitu sebanyak 30 orang (41,7%) menjawab sering bahwa menghindari melakukan seks bebas, sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 orang (86,1%) menjawab sering bahwa menghindari hubungan seks bebas agar tidak terkena penyakit menular seksual, sebagian besar responden yaitu sebanyak 34 orang (47,2%) menjawab sering bahwa hanya berciuman wajar dengan pacar saja, sebagian besar responden yaitu sebanyak 45 orang 6 Kesehatan TP f 6 6 % 8,3 8,3 6 8,3* 3 4,2 3 4,2* 23 31,9 6 8,3 6 3 8,3 4,2 3 1 9 4,2 1,4* 12,5 3 4,2 7 9,7* (62,5%) menjawab sering bahwa menghindari pergaulan bebas untuk mencegah adanya seks bebas. Gambaran Hubungan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Remaja dalam Kesehatan Reproduksi pada Lingkungan Beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Hasil analisis data tentang hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Perilaku Remaja dalam Kesehatan Reproduksi Perilaku remaja Sikap Kurang Baik OR Total X2 p value (CI-95%) % f f % f % 4 22,2 14 77,8 18 100,0 0,246 4,196 0,041 Negatif Positif 29 53,7 25 46,3 54 100,0 Jumlah 33 45,8 39 54,2 72 100,0 Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil analisis hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS diperoleh hasil bahwa responden yang mempunyai sikap kategori negatif sebanyak 18 orang dimana perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi kategori baik sebanyak 14 orang (77,8%) lebih banyak dari pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (22,2%). Responden yang mempunyai sikap kategori positif sebanyak 54 orang dimana perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi kategori kurang sebanyak 29 orang (53,7%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu sebanyak 25 orang (46,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai 2 X hitung sebesar 4,196 lebih besar dali nilai X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,041 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Diperoleh pula nilai odd ratio sebesar 0,246 artinya orang tua yang mempunyai sikap yang negatif cenderung 0,246 kali remajanya mempunyai prilaku dalam kesehatan reproduksi kategori kurang dibandingkan yang mempunyai sikap positif. Pembahasan 1. Gambaran Sikap Orang Tua dengan Remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori negatif yaitu sebanyak 18 responden (25,0%). Hal tersebut ditunjukkan dengan mereka yang sebagian besar menyatakan tidak setuju pada indikator hubungan seks sebelum nikah pada pernyataan nomor 4 yaitu mereka akan mengajarkan anak tentang normanorma dan etika tentang seks bebas (25,0%). Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh 7 anak merupakan tindakan yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya, orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA ataupun sudah remaja belum punya pacar. Orang tua yang terlalu otoriter juga tidak baik bagi perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan sekali kebebasan ia lupa segalanya (Dianawati, 2008:68). pergaulan bebas yang menjerumuskan ke penyimpangan prilaku. Upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mengantisipasi perilaku menyimpang anak diantaranya mengendalikan anak untuk keluar malam terutama ketika tidak tepat pada waktunya seperti jam 10.00 malam ke atas apalagi dengan lawan jenis (Drajat, 2005:35). Orang tua juga menyatakan tidak setuju apabila anak mereka berpacaran mereka harus melarang anak untuk berhubungan badan meskipun dapat menyebabkan kehamilan (25,0%). Perilaku seksual pada remaja wabal/ wanita baulan yaitu remaja putri yang mempunyai perilaku seksual bebas dilatarbelakangi oleh adanya komunikasi orangtua dan anak yang kurang efektif dan kepribadian locus of control yang cenderung eksternal. Kurangnya pengetahuan seksualitas dan kualitas komunikasi orang tua - anak dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja (Widodo, 2009:124) Orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang tidak mengajarkan anak tentang norma-norma dan etika tentang seks bebas. Seks bebas merupakan segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Seks bebas juga menunjukkan hubungan Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan. Orang tua tidak memberikan bimbingan bagaimana anak dapat terhindari dari seks bebas. Mereka juga tidak melarang anak untuk tidak sering keluar malam dengan lawan jenisnya. Sebagian dari orang tua memberikan izin kepada anak keluar malam dengan asumsi anak mereka sudah remaja sehingga memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada anak untuk menjaga diri termasuk yang berkaitan dengan seks. Orang tua tidak akan melarang anak yang berpacaran untuk berhungan badan meskipun dapat menyebabkan kehamilan. Mereka berpikir bahwa usia remaja sudah saatnya berekspresi termasuk yang berkaitan dengan seks, mereka juga sudah mengetahui konsekuensi dari anak yang berpacaran yaitu jika tidak terkendali maka anak akan melakukan hubungan seks. Sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS dalam kategori negatif disebabkan faktor pekerjaan. Orang tua remaja pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang yang mempunyai sikap negatif sebanyak 18 orang dimana sebagian besar dari mereka adalah ibu bekerja dimana ibu yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (72,2%) dan yang berkerja sebagai karyawan swasta sebanyak 2 orang (11,1%) lebih banyak dari pada ibu rumah tangga yaitu sebanyak 3 orang (16,7%). Ibu yang bekerja harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan sehingga mereka tidak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggali informasi yang berkaitan dengan perkembangan remaja sehingga pemahaman mereka dan sikap mereka terhadap perkembangan anak remajanya menjadi negatif. Orang tua remaja pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang yang mempunyai sikap negatif sebanyak 18 orang dimana sebagian besar dari mereka 8 adalah ibu bekerja dimana ibu yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (72,2%) dan yang berkerja sebagai karyawan swasta sebanyak 2 orang (11,1%) lebih banyak dari pada ibu rumah tangga yaitu sebanyak 3 orang (16,7%). Ibu yang bekerja harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan sehingga mereka tidak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggali informasi yang berkaitan dengan perkembangan remaja sehingga pemahaman mereka dan sikap mereka terhadap perkembangan anak remajanya menjadi negatif. Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori positif yaitu sebanyak 54 responden (75,0%). Hal tersebut ditunjukkan dengan mereka yang sebagian besar menyatakan setuju pada indikator kesehatan alat- alat reproduksi pada pernyataan nomor 3 yaitu akan melarang anak agar tidak menonton film porno (55,6%). Faktor-faktor yang meningkatkan dorongan seksual pada remaja diantaranya menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar cerita porno, berduaan ditempat sepi, berkhayal tentang seksual, menggunakan zat perangsang atau napza. Cara mengendalikannya yaitu dengan taat beribadah, remaja memahami tugas utamanya misalnya belajar dan bekerja, mengisi waktu sesuai bakat, minat dan kemampuan misalnya olahraga, kesenian dan berorganisasi. Mengahadapi remaja, orangtua juga harus lebih bijaksana sedikit demi sedikit mengontrol agar anak tersebut dapat menyadari dampak dari film porno (BKKBN, 2007). Sebagian besar orang tua menyatakan setuju pada indikator hubungan seks sebelum nikah pada pernyataan nomor 6 yaitu akan melarang anak saya untuk menggunakan pakaian yang terlalu ketat karena dapat merangsang hasrat seks lawan jenisnya (55,6%). Pakaian mencerminkan sifat Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga manusia beruaha untuk menutupi badanya dengan pakaian. Pakaian merangsang, misalnya pakaian mini yang menampakan tubuh bagian atas (dada dan payudara) dan tubuh bagian bawah (paha dan bokong), pakaian yang tipis menembus pandangan (transparan), atau pakaian yang ketat melekat pada lekuk-lekuk tubuh sehingga membangkitkan nafsu birahi bagi yang memandangnya (Rintyastini, 2006: 13) Orang tua sebagian besar menyatakan setuju pada indikator hubungan dengan lawan jenis pada pernyataan nomor 16 yaitu tidak akan bosan untuk mengingatkan anak agar selalu berhati-hati dengan lawan jenis (55,6%). Ketidakmampuan remaja dalam menahan dorongan seksual dalam menahan doronngan seksual dapat membuat ia mengalami penyakit kelamin atau kehamilan. Oleh karena itu, remaja harus lebih berhati-hati dalam pergaulan, terutama dengan lawan jenis (Rintyastini, 2006:43) Orang tua pada remaja pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang yang mempunyai sikap positif melarang anak agar tidak menonton film porno, menggunakan pakaian yang terlalu ketat karena dapat merangsang hasrat seks lawan jenisnya dan tidak bosan untuk mengingatkan anak agar selalu berhatihati dengan lawan jenis. Mereka merasa perlu memberikan bimbingan kepada anak karena mereka mengetahui bahwa pada masa perkembangan remaja, anak mudah sekali mendapat pengaruh negatif baik dari lingkungan atau teman sebayanya. Salah satu upaya yang dilakukan dengan lebih protektif terhadap berbagai sumber informasi bagi anak dan cara mereka berperilaku dengan lawan jenisnya. Sikap orang tua pada remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS dalam kategori positif didukung oleh pendidikan yang baik. Responden yang mempunyai sikap positif sebanyak 54 orang dimana sebagian besar dari mereka adalah 9 mempunyai pendidikan yang baik yaitu berpendidikan tinggi sebanyak 4 responden (7,4%) dan yang berpendidikan atas sebanyak 29 responden (53,7%) lebih banyak daripada yang berpendidikan dasar yaitu 21 responden (38,9%). Orang tua yang mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung mudah informasi termasuk yang berkaitan dengan perkembangan remaja sehingga pengetahuan dan pemahaman mereka lebih baik. Orang tua juga lebih aktif menggali informasi yang berkaitan dengan perkembangan remaja termasuk berkonsultasi dengan psikiater ataupun menggali informasi melalui buku ataupun seminar-seminar. Pemahaman mereka yang baik tersebut mendukung sikap mereka terhadap perkembangan anak menjadi positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nawati (2012) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di Kota Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan sikap siswasiswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di Kota Samarinda, dengan p value 0,000 (α = 0,05). 2. Gambaran Perilaku Remaja dalam Kesehatan Reproduksi Pada Lingkungan Beresiko PMS Hasil penelitian menunjukkan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori kurang yaitu sebanyak 33 responden (45,8%). Remaja pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang hanya kadang-kadang berupaya mendekatkan diri pada Tuhan setiap waktu dengan rajin beribadah (36,1%). Beberapa cara menghindari perilaku seks bebas yaitu membentengi diri dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal pertama yang harus dilakukan sebagai cara mengatasi pergaulan bebas dengan menanamkan keimanan yang kokoh. Agama mengatur Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang batasan-batasan setiap manusia dalam berinteraksi dengan yang lainnya. Jika seseorang sudah memiliki iman yang kokoh maka mereka yang akan mengingatkan dirinya sendiri untuk berada dalam batasan-batasan tersebut (Irwansyah, 2006:18). Mereka juga aktif mengikuti kegiatan rohani dengan tokoh agama setempat (34,7%). Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dengan banyak melakukan aktifitas yang dapat menambah pemahaman agama dan aktif dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian (Rintyastini, 2005:52). Mereka juga memilih-milih teman dalam bergaul yang dapat membawa ke dalam pergaulan bebas (37,5%). Remaja menghindari tontonan, bacaan, atau situasi dan tempat yang kondusif untuk menimbulkan fantasi atau ransangan seksual. Membatasi pergaulan dan frekuensi pertemuan dengan lawan jenis tanpa ada aktifitas yang pasti. Banyak melibatkan teman-teman atau sudara dalam berinteraksi (Rintyastini, 2005:52). Responden mendekatkan diri pada Tuhan dengan beribadah hanya pada harihari besar agama seperti Indul fitri bagi yang muslim. Mereka mengikuti kegiatan rohani dengan tokoh agama setempat jika dipaksakan oleh orangtua namun tidak memilih-milih teman dalam bergaul meskipun mereka dapat membawa ke dalam pergaulan bebas. Remaja lebih senang memanfaatkan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang menyenangkan hati mereka seperti bermain motor bersama teman sebaya, duduk bercengkrama di suatu tempat atau hal lainnya. Mereka kurang tertarik untuk kegiatan yang berbau agama meskipun orangtua mereka sering memberikan dorongan dan motivasi. Perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori kurang disebabkan oleh faktor jenis kelamin mereka laki-laki. Responden yang mempunyai perilaku kesehatan reproduksi dalam 10 kategori kurang sebanyak 33 orang dimana sebagian besar dari mereka mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 orang (72,7%) lebih banyak daripada yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 9 orang (27,3%). Remaja dengan jenis kelamin laki-laki cenderung lebih agresif dan terbuka dalam bergaul, sehingga mereka yang tidak dapat membedakan hal yang baik dan buruk akan mudah sekali mendapat pengaruh negatif dari lingkungan bermain, yang pada akhirnya membawa mereka ke perilaku yang kurang baik termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Wahyuni (2009) tentang hubungan jenis kelamin dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Muhammadiyah I Sragen. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Muhammadiyah I Sragen, dengan p value 0,00 (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden (54,2%). Remaja pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sering menolak rayuan pacar untuk melakukan hubungan badan sebelum menikah (83,3%). Keberatan utama dari remaja terhadap hubungan badan sebelum menikah adalah bahaya kehamilan di luar nikah. Apabila terjadi kehamilan di luar nikah akan terjadi kerusakan sosial dan pribadi yang terjadi selama bertahun-tahun. Yang merasakan akibat yang lebih berat adalah bayi, ibu bayi dan keuarganya (Miles, 2010:35). Remaja juga menghindari hubungan seks bebas agar tidak terkena penyakit menular seksual (86,1%). Menyatakan bahwa ada beberapa dampak akibat dari perilaku seks bebas Penyakit Menular Seksual. Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang mengakibatkan Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang penderitaan, kemandulan, dan kematian. Penyakit yang ditimbulkan akibat seks bebas, antara lain : Herpes Genital, Sifilis (Penyakit Raja Singa), Gonore (Kencing Nanah), HIV/AIDS, Kanker Serviks (leher rahim) (Rintyastini, 2005:110). Remaja juga menghindari pergaulan bebas untuk mencegah adanya seks bebas (62,5%). Pengaruh lingkungan yaitu pergaulan dengan siapa dan apa yang dilakukan menjadi salah satu pengaruh cukup besar bagi kehidupan seks bebas, berkumpul dengan temanteman seperti apa dan dalam lingkungan pergaulan macam apa akan membawa efek bagi anak itu sendiri sehingga memilih teman menjadi salah satu pertimbangan yang harus dipikirkan dengan baik (Furuq, 2006:124). Responden sering menolak pacar mereka yang mencoba merayu untuk melakukan hubungan badan sebelum ada ikatan pernikahan. Mereka juga menghindari hubungan pergaulan dan seks bebas agar tidak terkena penyakit menular seksual. Responden menyadari bahwa penyakit menular sesksual dimulai dari hubungan badan secara langsung. Hubungan badan dengan berbagai pasangan apalagi tanpa ikatan perikahan sangat mudah dilakukan oleh remaja yang sudah masuk ke pergaulan bebas dan seks bebas yang pada akhirnya merugikan mereka sendiri yaitu mengalami penyakit seksual. Perilaku remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang dalam kategori baik didukung oleh faktor tingkat pendidikan. Remaja di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang yang mempunyai perilaku dalam kesehatan reproduksi dalam kategori baik sebanyak 39 orang dimana sebagian besar dari mereka mempunyai pendidikan yang baik yaitu pendidikan tinggi sebanyak 2 orang (5,1%) dan pendidikan atas sebanyak 20 orang (51,3%) lebih banyak dari pada yang berpendidikan dasar yaitu sebanyak 17 orang (43,6%). Pendidikan responden yang baik memudahkan mereka dalam menerima informasi termasuk yang 11 berkaitan dengan kesehatan reproduksi sehingga pengetahuan mereka tentang penyakit menular seksual menjadi baik. Pengetahuan yang baik tersebut mendukung perilaku dalam Kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Diharapkan orang yang pendidikan formalnya tinggi, maka pengetahuan tentang kesehatan pun lebih baik (Notoatmodjo, 2010:145). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Hasni, iit (2012) tentang hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat keluarga dikelurahan Limau Manis Selatan. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat keluarga dikelurahan Limau Manis Selatan, dengan p value 0,000 (α = 0,05). 3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Remaja dalam pengaruh Kesehatan Reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil analisis hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko diperoleh hasil bahwa responden yang mempunyai sikap kategori negatif sebanyak 18 orang dimana perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi kategori baik sebanyak 14 orang (77,8%) lebih banyak dari pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (22,2%). Responden yang mempunyai sikap kategori positif sebanyak 54 orang dimana perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi kategori kurang sebanyak 29 orang (53,7%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu sebanyak 25 orang (46,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai X2hitung sebesar 4,196 lebih besar dali nilai Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,041 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja dalam pengaruh kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang. Diperoleh pula nilai odd ratio sebesar 0,246 artinya orang tua yang mempunyai sikap yang negatif cenderung 0,246 kali remajanya mempunyai prilaku dalam kesehatan reproduksi kategori kurang dibandingkan yang mempunyai sikap positif. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengambangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial (Kusmiran, 2011:103). Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya. Remaja juga mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, di mana pemenuhan kebutuhan seksual tersebut sangat bervariasi (Kusmiran, 2011:124). Kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994) (Kusmiran, 2011:152). Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Angka aborsi di kalangan remaja saat ini diperkirakan sekitar 700800 ribu kasus pertahun, perempuan usia 15-19 tahun yang telah menjadi ibu mencapai 10%. Proporsi remaja di daerah pedesaan yang sudah mengandung dua kali lebih tinggi dari remaja di perkotaan, perempuan yang kurang berpendidikan 12 cenderung mulai mengandung pada usia lebih muda. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesi (SDKI) (2012–2013) menemukan bahwa sebanyak 13% perempuan yang berpendidikan sekolah dasar telah menjadi ibu, sedangkan perempuan yang tamat SLTP keatas hanya 4%. Presentase remaja yang terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV / AIDS cenderung meningkat (SDKI, 2013:128). Keterbatasan Penelitian Peneliti mengalami beberapa keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya masih adanya variabel lain yang dimungkinkan mempengaruhi hasil penelitian dan tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti, misalnya faktor lingkungan bergaul. Dimungkinkan dalam penelitian ini Perilaku Remaja dalam Kesehatan Reproduksi pada Lingkungan Beresiko PMS yang dialami responden tidak hanya disebabkan oleh sikap remaja akan tetapi oleh lingkungan bergaul. PENUTUP Kesimpulan 1. Sikap orang tua pada remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori positif yaitu sebanyak 54 responden (75,0%). 2. Perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden (54,2%). 3. Ada hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,041 Saran 1. Perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden (54,2%). Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang 2. Ada hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi pada lingkungan beresiko PMS di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,041 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( edisi revisi ). Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badudu, JS, Dkk. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Hurlock, Elizabeth B. 2008. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Imron, Ali. 2012. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Ar-Ruzz Media Kamus saku Kedokteran Dorland/ alih bahasa, Poppy Kumala...[et al.] ; copy editor edisi bahasa indonesia, Dyah Nuswantari. Jakarta : EGC Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan 13 Mochtar, Rustam. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aeculapius FKUI Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo. 2003.pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skirpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Utama Riyanto, Agus. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Saryono. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Selo Widyastuti, Yani, Dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya Yanti.2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka Rihama Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU REMAJA YANG BERPENGARUH PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DUSUN KEMLOKO BERGAS KIDUL KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Disusun Oleh : Dewi Fitriani NIM. 0121530 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 14 Hubungan sikap orang tua dengan perilaku remaja yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi di Dusun Kemloko Bergas Kidul Kabupaten Semarang