Penerapan Model Pembelajaran Time Token PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V MI BAHRUL ULUM SURABAYA Khabibatus Sholikha PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected] Siradjuddin PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan cara menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk siswa. Penerapan model pembelajaran Time Token bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik observasi dan teknik tes. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan pada hasil belajar pada siklus ialah I 72%, pada siklus II 85,79%, dan pada siklus III 92%. Data aktivitas guru pada siklus I mendapatkan 77,84 %, pada siklus II 87,5% dan pada siklus III 91.4%. Dan aktivitas siswa pada siklus I ialah 75,50%, pada siklus II 85.79% dan pada siklus III 92%. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Time Token dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasi belajar, Model Pembelajaran Time Token, IPS. Abstract One of many ways to improve student learning results is applying the right learning model to the students. Application of Time Token learning model aims to improve students' activity in learning. Techniques that used in the research are observation and test. The learning result in the cycle is 72%, in the second cycle 85.79%, and the third cycle 92%. Teacher activity in cycle I is 77,84%, in cycle II 87,5% and in cycle III 91.4%. And student activity on cycle I is 75,50%, in cycle II 85.79% and in cycle III 92%. From the data can be concluded that Time Token learning model can improve student learning results. Keyword: learning outcome, Time Token learning model, Social science PENDAHULUAN Di zaman yang sudah modern ini, segala bidang dalam kehidupan manusia sudah sangat pesat kemajuannya. Perubahan dalam bidang kehidupan manusia tersebut mengakibatkan manusia satu dengan manusia lain bersaing untuk menunjukan kualitas terbaiknya, seperti yang tertera pada visi pendidikan nasional ialah menjadikan manusia yang berkualitas sehingga dapat proaktif menjawab perubahan zaman yang akan terjadi. Visi tersebut menyatakan adanya keinginan untuk memberdayakan bangsa Indonesia dengan cara menjadikan sistem pendidikan sebagai hal utama dalam pranata sosial yang kuat. Sesungguhnya pendidikan sudah terlaksana sejak adanya manusia, namun masih menggunakan proses yang sangat sederhana. Karena terlalu sederhananya pendidikan itu berlangsung, maka manusia pada zaman tersebut tidak menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan merupakan bagian dari proses pendidikan. Ada proses pendidikan pasti ada pula proses pembelajaran di dalamnya. Proses pendidikan adalah upaya pengembangan potensi manusia sehingga proses pembelajaran adalah suatu proses mengamati, melihat, dan memahami sesuatu dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang ada di sekitar individu. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan pemanfaatan berbagai pengalaman yang didapatnya sebagai perubahan tingkah laku. Didalam proses pembelajaran selalu ada peran guru. Guru bertugas sebagai fasilitator yang menumbuhkan dan mendorong siswa dalam suatu proses pembelajaran serta sebagai pemberi bimbingan terhadap siswa saat melakukan proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan hasil yang diinginkan, keterpaduan antara pengajar dan pendidik harus terjalin dengan harmonis. Karena sering kita jumpai bahwa didalam proses pembelajaran, tujuan dari pengajaran dapat tercapai dengan sempurna disebabkan oleh sistem komunikasi yang lemah. Terdapat tiga pola komunikasi dalam proses pengajaran yaitu komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Ketiga pola komunikasi tersebut telah memberikan sentuhan, cara, bentuk dan warna yang sangat berbeda. Agar dapat mecapai hasil belajar yang maksimal seperti yang diinginkan, guru dapat menerapkan pola komunikasi yang terakhir. Komunikasi sebagai transaksi adalah komunikasi yang tidak hanya terjalin antara guru dan siswa saja namun 1051 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 juga komunikasi antar siswa satu dengan siswa yang lain. Berbeda dengan komunikasi sebagai aksi yang hanya guru saja yang berperan dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai penerima, pola komunikasi sebagai interaksi lebih baik dari pola yang pertama. Karena kegiatan siswa bisa setara dengan kegiatan yang dilakukan guru sehingga mereka dapat saling memberi dan menerima. Oleh sebab itu, pendidik harus tetap memperhatikan dan memilih beberapa faktor pola komunikasi pengajaran yang baik dan cocok untuk digunakan. Faktor-faktor itu terdiri dari karakteristik kelas, sumber belajar yang tersedia, tujuan yang akan dicapai dan yang tepenting adalah kemampuan dari guru, kerena kemampuan dan karakteristik seorang guru itu berbeda-beda, maka kemampuan dan karakteristik dari guru harus sama seperti apa yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Januari 2017 pada kelas V di MI Bahrul Ulum Surabaya didapatkan hasil bahwa pelaksanaan pembelajaran khususnya pembelajaran IPS belum berjalan dengan optimal. Kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti; (1) tidak adanya kebebasan siswa untuk mengutarakan ide dan pendapat, (2) kurangnya penguasaan pemahaman materi pada siswa seperti sebagaimana siswa dapat membedakan, menyimpulkan, memberikan contoh, dan menuliskan kembali, (3) akibat dari kurangnya pemahaman tersebut telah menimbulkan hanya sebagaian siswa saja yang dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan yakni 75. Agar siswa dapat menemukan dan menyelesaikan persoalan sendiri, siswa harus mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kemampuan berpikirnya secara bagus. Sehingga dapat berkontribusi dengan kehidupan di masyarakat dan menjadikan siswa yang inovatif serta kreatif. Sebagai guru sudah seharusnya dapat memberikan pemahaman konsep yang baik keapada siswanya. Guru dapat menumbuh kembangkan potensi siswa dalam memahami berbagai konsep dengan cara menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi efektif. Menurut Somantri (dalam Siradjuddin, 2012:5) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikkan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologi untuk tujuan pendidikan. Pada hakikatnya IPS adalah penggabungan dari beberapa mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Tujuan pembelajaran IPS agar siswa dapat mengenal secara sistematis tentang pengetahuan kehidupan masyarakat. IPS berperan sebagai pendidik siswa dalam mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Sehingga, diharapkan kelak siswa dapat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan dapat menjadi warga negara yang baik. Dari tujuan tersebut guru diberikan tanggung jawab dalam mengajarkan IPS dengan baik dan benar. Pengajaran IPS yang berkualitas dapat mempersiapkan siswa dalam mengahadapi berbagai permasalahan sebagai warga negara di masa depan. Berdasarkan pengamatan peneliti pada tanggal 12 Januari 2017, kondisi saat pembelajaran IPS di kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya hanya 15 siswa atau 65% saja dari 25 siswa yang mendapatkan hasil belajar mencapai KKM, padahal pembelajaran baru akan dinyatakan memenuhi kriteria ketuntasan bila 80% dari jumlah siswa mendapatkan nilai minimal 75. Untuk menarik perhatian serta minat belajar siswa di dalam kelas, perlu diterapkannya pembelajaran yang inovatif agar mengundang partisipasi dari siswa. Bekal bagi siswa agar dapat menjadi warga negara yang baik ialah proses pendidikan yang terjadi di sekolah dasar (SD). Dari hasil diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya mengenai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS, penggunaan model Time Token lah yang dipilih guna untuk meningkatan kualitas pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sandi, Rustini, & Sutini (2016) bahwa penggunaan model pembelajaran Time Token dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas V. Model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat membuat seluruh siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi lebih lebih baik, mengesankan dan menyenangkan. Menurut Kurniasih (2015:107) model pembelajaran Time Token adalah contoh dari salah satu pembelajaran yang menerapkan pembelajaran demokratis di sekolah. Titik perhatian utama dalam model ini ialah aktivitas siswa, sehingga siswa selalu dilibatkan secara aktif di setiap pembelajaran. Peran guru dalam model ini merupakan sebagai fasilitator yang membantu setiap siswa dalam penyelesaian atau pencarian solusi di setiap permasalahan secara bersama. Siswa diharapkan dapat adil agar semua mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan batasan waktu ± 30 detik. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini menuju ke arah upaya pencapaian pembelajaran atau upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan KD 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya”. Sehingga dapat dirumuskan masalahnya (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam penggunaan model 1052 Meningkatkan Hasil Belajar pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pwmbwlajaran IPS kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, (2) Bagaimana aktivitas guru dalam penggunaan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, (3) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam penggunaan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, (4) Adakah kendala yang diahadapi dalam menyampaikan materi dengan menggunakan model pembelajaran Time Token di kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya. Pada hakikatnya didalam suatu pembelajaran harus terdapat dua orang pelaku yaitu seorang guru dan siswa. Guru berperilaku untuk mengajar dan siswa berperilaku untuk belajar. Perilaku yang ditunjukan oleh guru dan siswa tersebut terkait sesuai dengan adanya bahan pembelajaran yang sebelumnya telah disiapkan. Dalam pembelajaran bisa terdapat bahan ajar yang berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, seni, agama, dan nilainilai kesusilaan. Beberapa para ahli telah melakukan penelitian tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kegiatan guru dan siswa yang berkaitan dengan bahan pengajaran adalah suatu model pembelajaran. Menurut Joyce (dalam Rusman, 2014:132) model pembelajaran disusun dengan melihat berbagai unsur berdasarkan analisis sistem, sosiologis, teori-teori psikologis, prinsip-prinsip pembelajaran, serta teori-teori lain yang mendukung. Lalu Joyce (dalam Rusman, 2014:2) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Dengan adanya uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah pelaksanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru sebagai pedoman dalam mencapai tujuan belajar tertentu dengan mengorganisasikan pengalaman belajar. Fungsi dari model pembelajaran itu merupakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam perancangan pengajaran. Oleh karena itu, dalam suatu pembelajaran akan selalu menggunakan model sebagai penentu perangkat dalam pembelajaran. Harus ada beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam pemilihan model seperti tingkat kemampuan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan juga dipengaruhi oleh sifat dan materi yang akan diajarkan. Didalam setiap model juga pasti selalu terdapat langkah-langkah (sintaks) yang harus dijalankan oleh siswa dengan bimbingan seorang guru. Agar model tersebut dapat berjalan seperti yang diinginkan guru harus memperhatikan setiap sintaks yang belangsung karena setiap sintaks memiliki perbedaan, diantaranya pembukaan dan penutupan. jadi guru dituntut harus dapat menguasai berbagai macam ketrampilan belajar mengajar agar bisa menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar sekolah dan anekah ragam pengajaran yang ada. Menurut Rusman (2014:201) dengan model pembelajaran kooperatif siswa dapat memiliki pemahaman lebih tinggi dengan catatannya sendiri dan guru yang akan menjadi fasilitator sebagai penghubungnya. Jadi, siswa tidak hanya menerima pengetahuan saja dari guru, tetapi guru juga akan membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa diberikan kesempatan untuk dapat menerapkan ide-ide pengalaman mereka sendiri didalam sebuah pembelajaran. Pada dasarnya, cooperative learning tidak berbeda jauh dengan kerja kelompok. Sehigga banyak guru tidak mengalami kesulitan yang berarti karena menggangap sama saja seperti kerja kelonpok biasanya. Meskipun, semua kerja kelompok yang biasa dilakukan semuanya belum tentu dapat dikatakan sebagai cooperative learning. Sama seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak (dalam Rusman, 2014:203) mengatakan bahwa sharing dilakukan dalam pembelajaran cooperative, guna untuk menciptakan pemahaman dalam belajar secara bersama. Jadi dalam cooperative learning siswa tidak hanya mendapatkan hal yang diberikan guru dalam pembelajaran namun juga dapat menerima hal yang diberikan oleh teman sebayanya dalam pembelajaran. Menurut Kurniasih (2015:107) model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Subjek yang ditetapkan dalam proses pembelajaran Time Token ini adalah siswa dan yang menjadi perhatian titik utama dari sepanjang proses belajar ialah aktivitas siswa. Guru mempunyai tugas untuk selalu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, guru juga harus mendampingi siswa untuk menemukan berbagai sosuli bersama-sama terhadap pemecahan permasalahan yang ada. Sehingga semua siswa dapat mengalami perubahan serta kemajuan dalam sebuah pembelajaran, yang awalnya siswa hanya diam saja atau pasif siswa itu dapat berubah menjadi proaktif dan selalu terlibat dalam sebuah pembelajaran. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Time Token menurut Kurniasih (2016:108) sebagai berikut: (1) Guru menjelaskana tuuan pembnelajaran yang ingin dicapai, (2) guru mengkondisikan kelas untuk melaksanaan diskusi klasikal seperti konsep yang akan diterapkan, (3) guru memberi tugas pada siswa, (4) guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 1053 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 detik per kupon pada tiap siswa, (5) guru meminta siswa menyerahkan kupon terleih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya, (6) bagi siswa yang telah kehabisan kupon, tidak boleh berbicara lagi, (7) siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis, (8) demikian seterusnya hingga anak berbicara, (9) guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa, (10) setelah selesai semua, guru membuat kesimpulan bersama-sama siswa dan setelah itu menutup pelajaran. Model pembelajaran Time Token memiliki kelebihan dan kekurangan seperti halnya dengan modelmodel pembelajaran lainnya. Adapun kelebihan model pembelajaran Time Token menurut Huda (2013:241) seperti (1) mendorong siswa untuk meningkatlkan inisiatif dan partisipasi, (2) menghindri siswa yang pandai berbicara untuk mendominasi kegiatan pembelajaran, (3) membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi ( aspek berbicara), (5) melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, (6) menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik, (7) mengajrkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain, (8) mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain, (9) mengajak siswa mencari solusi bersama orang lain, dan (10) tidak memerlukan banyak media pembelajaran. Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran Time Token, model pembelajaran Time Token juga memiliki beberapa kekurangan yang harus dipertimbangkan. Menurut Huda (2013:241) beberapa kekurangan tersebut ialah (1) hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja seperti tidak dapat digunakan dalam mata pelajaran yang beunsur filosofi, (2) tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak atau maksimal hanya 25 siswa saja, (3) memerlukan banyak waktu untuk persiapan. Dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya, (4) kecenderungan untuk memberi motivasi lebih kepada siswa yang pasif dan membatasi siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang cocok agar dapat mengembangkan dan melatih keterampilan sosial untuk semua siswa menjadi proaktif dalam sebuah pembelajaran dikelas dan guru juga bisa mengajak siswa untuk dapat mencari solusi terhadap permasalahn yang ada ialah model pembelajaran Time Token. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmuilmu sosial dan humoniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajarn di sekolah menurut ibid (Siradjuddin, 2012:5). Sedangkan bila menurut Susanto (2014:6) ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Menurut Gunansyah (2015:3) Pendidikan IPS pada dasarnya merupakan panduan antara konsep-konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji dan dikembangkan secara sistematis, psikologis, dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan baik kognitif, moral, dan sosial peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu sosial yang mencakup beberapa ilmu-ilmu sosial lainnya untuk dijadikan satu keterpaduan dalam sebuah pembelajaran. Setiap dilakukannya pembelajaran akan selalu menghasilkan hasil belajar, hasil belajar yang di dapatkan akan selalu berbeda antara peserta didik satu dan lainnya. Sering kali hasil belajar yang di dapatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hasil belajar akan menunjukan seberapa tercapainya tujuan dari peserta didik dan menunjukan bagaimana proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, karena proses belajar yang baik akan selalu menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Biasanya hasil belajar juga menjadi tolak ukur dalam suatu pembelajaran agar mengetahui sejauh manakah mereka dapat memahami bahan pengajaran tersebut. Hasil belajar adalah sebuah perubahan perilaku yang terlihat cukup siknifikan akibat adanya penguasaan bahan ajar yang telah diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. perubahan tersebut berupa tujuan dari pembelajaran yang sebelumnya telah ditetapkan. METODE Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penilitian ini ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penggunaan rancangan PTK ini bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa didalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini akan ada peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di MI Bahrul, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya yang terdiri dari 25 siswa dengan siswa laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 13 orang. Rancangan prosedur dari 1054 Meningkatkan Hasil Belajar penelitian ini adalah sesuai dengan sebagaimana prosedur penelitian tindakan kelas. Prosedur dari pelaksanaannya juga mengikuti bagiamana prinsip dasar penelitian tindakan kelas. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini, meliputi pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data diambil pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung mulai dari tingkat pemahaman siswa sampai dengan hasil belajar siswa. Teknik analisis data digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau presentase mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Rumus perhitungan yang digunakan dalam analisis data penelitian ini ialah sebagai berikut. Untuk perhitunggan hasil observasi aktivitas guru, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: M ∑ N = Mean (nilai rata-rata) = Jumlah nilai seluruh siswa = Jumlah siswa (Indarti, 2008:26) Sedangkan, jika untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal akan menggunakan rumus sebagai berikut: Kriteria ketuntasan belajar klasikal sebagai berikut: >80% 60%-79% 40% - 59% 20% - 39% 0% - 19% = Sangat Tinggi = Tinggi = Sedang = Rendah = Sangat Rendah (Aqib, 2014:41) Keterangan: P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul f = Banyaknya akivitas siswa yang muncul N = Jumlah aktivitas keseluruhan (Indarti, 2008:26) Data yang termasuk dalam kriteria hasil penilaian aktivitas guru ialah sebagai berikut: 80% - 100% = Sangat baik 60% - 79% = Baik 40% - 59% = Cukup 20% - 39% = Kurang 0% - 19% = Sangat kurang Untuk perhitungan hasil observaasi aktivitas siswa peneliti menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul f = Banyaknya akivitas siswa yang muncul N = Jumlah aktivitas keseluruhan (Indarti, 2008:26) Data yang termasuk dalam kriteria hasil penilaian aktivitas guru ialah sebagai berikut: 80% - 100% = Sangat baik 60% - 79% = Baik 40% - 59% = Cukup 20% - 39% = Kurang 0% - 19% = Sangat kurang Untuk mengetahui rata-rata nilai akademik, peneliti akan menggunakan rumus analis data hasil, sebagai berikut: M= Indikator keberhasilan ini baru akan dinyatakan berhasil apabila telah mencapai presentase yang telah ditentukan oleh peneliti. Presentase yang ingin dicapai oleh peneliti ialah (1) Apabila persentase aktivitas guru telah mencapai minimal 80%. Namun, bila rata-rata presentase yang dicapai ≤ 80% maka harus dilakukan siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan seperti diinginkan, (2) Apabila persentase aktivitas siswa telah mencapai minimal 80%. Namun, bila rata-rata presentase yang dicapai ≤ 80% maka harus dilakukan siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan seperti diinginkan, (3) Hasil nilai belajar siswa harus mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75 dan hasil rata-rata klasikal seluruh siswa harus mencapai minimal 80%. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk hasil penelitian yang didapatkan, peneliti melakukan beberapa tahapan yang digunakan dalam pengumpulan data dengan penelitian tindakan kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Tahapan yang dilakukan terdiri dari komponen – komponen penting yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengamatan, tahap refleksi. Penelitian dilakukan di MI Bahrul Ulum Surabaya dengan menggunakan model pembelajaran Time Token pada mata pelajaran IPS KD 2.4 menghargai pejuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VA dengan jumlah keseluruhan 25 siswa. Teknik yang dilakukan untuk pengambilan data melalui tes dan observasi serta dilakukan menggunakan model siklus. Adapun hasil dari penelitian pada KD 2.4 Menghargai pejuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan dengan model 1055 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 pembelajaran Time Token disajikan dalam siklus sebagai berikut: Siklus I Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu meliputi 1) Mengkaji kurikulum untuk memilih bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2. Menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3) membuat kisi-kisi lembar evaluasi, 4) membuat lembar evaluasi dan kunci jawaban evaluasi, 5) membuat LKS dan kunci jawaban, (6) menyiapkan media, 7) membuat instrument penelitian aktivitas guru dan aktivitas siswa. Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal 14-15 April 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1) kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan inti, a)guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan secara singkat, b) guru menujukan salah satu gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, c) siswa mengamati gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, d) guru menugaskan siswa untuk mengindentifikasi gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, e) guru membagikan ssejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik perkupon kepada tiap siswa, f) guru menjelaskan cara bermain kupon berbicara yang telah dibagikan, g) siswa melaksanakan ugas guru untuk mengidentifikasi tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, h) siswa bisa menukarkan kuponnya dengan cara menuliskan atau mengurtarakan jawaban di papan tulis dari tugas yang telah diberikan guru di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari /mengoreksi atau menambahi bila jawaban di papan tulis dirasa kurang tepat, j) guru menjelaskan peristiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik dengan lebih rincih, k) siswa memperhatikan penjelasan guru tentang peritiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, l) guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali secara singkat peristiwa para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, m) siswa melaksanakan tugas guru, n) guru bertanya pada siwa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, o) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1) kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan, serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dan guru menyapaikan materi tentang peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan, b) guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan, c) siswa yang masih memiliki kupon berbicara dapat mempergunakan dengan cara menjawab secara singkat tentang pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, d) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada 1056 Meningkatkan Hasil Belajar siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Pada tahap pengamatan siklus I dilakukan oleh peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas Guru, Siklus I: Dari hasil observasi aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah 77.84% dengan kategori baik namun belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sedangkan bila pada hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajajan Time Token mendapatkan hasil 75.50% dengan kategori baik namun belum juga mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan. Setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Pembelajaran pada siklus I akan diakhiri dengan adanya pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1 Data hasil belajar siswa siklus I Ketuntasan No. Nama Siswa Tidak Tuntas Tuntas A S 1 √ 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ADAW B P DARPS F N R FF F F JI M M A W M. M F M T.A.A N √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 G N N 14 N S 15 R P 16 R A S 17 R N D 18 R A P L 19 S 20 V M 21 A M 22 A Y 23 D P 24 R Y 25 D I Jumlah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18 7 Hasil belajar siswa pada siklus 1 ini siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa. Prsentase yang didapat yaitu 72%. Hasil ini masih belum mencapai indikator keberhasilan yaitu kurang lebih sama dengan 80%. Nilai rata-rata keseluruhan siswa hanya mencapai 76.64 dan nilai ratarata tersebut belum dikatakan tuntas sehingga masih perlu diperbaiki di siklus II. Siklus II Pada tahap perencanaan siklus II kegiatan yang dilakukan ialah 1) Mengkaji kurikulum untuk memilih bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2. Menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3) membuat kisi-kisi lembar evaluasi, 4) membuat lembar evaluasi dan kunci jawaban evaluasi, 5) membuat LKS dan kunci jawaban, (6) menyiapkan media, 7) membuat instrument penelitian aktivitas guru dan aktivitas siswa. Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal 28-29 April 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1) kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan 1057 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 inti, a)guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan secara singkat, b) guru menujukan salah satu gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi, c) siswa mengamati gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi, d) guru menugaskan siswa untuk mengindentifikasi gambar tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi, e) guru membagikan ssejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik perkupon kepada tiap siswa, f) guru menjelaskan cara bermain kupon berbicara yang telah dibagikan, g) siswa melaksanakan ugas guru untuk mengidentifikasi tokoh pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi, h) siswa bisa menukarkan kuponnya dengan cara menuliskan atau mengurtarakan jawaban di papan tulis dari tugas yang telah diberikan guru di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari /mengoreksi atau menambahi bila jawaban di papan tulis dirasa kurang tepat, j) guru menjelaskan peristiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi dengan lebih rincih, k) siswa memperhatikan penjelasan guru tentang peritiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fdiplomasi, l) guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali secara singkat peristiwa para tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangandiplomasi, m) siswa melaksanakan tugas guru, n) guru bertanya pada siwa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, o) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1) kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan, serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan dan guru menyapaikan materi tentang peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan, b) guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan, c) siswa yang masih memiliki kupon berbicara dapat mempergunakan dengan cara menjawab secara singkat tentang pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, d) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Pada tahap pengamatan siklus II dilakukan oleh peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas Guru, Siklus II: Dari hasil observasi aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah 87.5% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Namun, walaupun presentase yang telah didapat sudah mencapai indikator keberhasilan akan tetap dilanjutkan pada siklus III untuk pemantapan kinerja guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Sedangkan bila pada hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajajan Time Token mendapatkan hasil 85.79%% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai indikator 1058 Meningkatkan Hasil Belajar keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun, walaupun presentase yang telah didapat sudah mencapai indikator keberhasilan akan tetap dilanjtkan pada siklus III untuk pemantapan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Pembelajaran pada siklus II akan diakhiri dengan adanya pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 2 Data hasil belajar siswa siklus II Ketuntasan No. Nama Siswa AS 1 2 A DAW 3 B P 4 D ARPS 5 F N R. 6 FF 7 F F 8 J I M 9 M A W 10 M M F 11 M T A A 12 N 13 G N N 14 N S 15 R P 16 R A S 17 R N D 18 R A P L 19 S 20 V M 21 A M 22 A Y 23 D P 24 R Y 25 D I Jumlah Tuntas Tidak Tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 20 5 Hasil belajar pada siklus II ini siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 siswa. Persentase yang didapat yaitu 80%. Hasil ini masih sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih dari atau sama dengan 80%. Nilai rata-rata keseluruhan siswa hanya mencapai 83.2 dan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan tuntas. Tahap refleksi, Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token pada siklus II dengan peneliti dan teman sejawat. Untuk hambatan dan kendala dari siklus II ini pada dasarnya sudah teratasi karena sudah dilakukannya siklus II sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi kendala tersebut, dan proses pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Time Token di siklus II ini lebih baik dari pada di siklus sebelumnya. Siswa lebih antusias dan bersemangat ketika materi diberikan maupun pada saat bermain menggunakan kupon berbicara. Walaupun dalam siklus I dan siklus II sudah mengalami peningkatan dan pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan, namun peneliti akan memutuskan untuk melanjutkan ke siklus III untuk tetap meningkatkan kinerja aktivitas guru dan pemantapan materi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Siklus III Pada tahap perencanaan siklus III kegiatan yang dilakukan ialah 1) Mengkaji kurikulum untuk memilih bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2. Menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3) membuat kisi-kisi lembar evaluasi, 4) membuat lembar evaluasi dan kunci jawaban evaluasi, 5) membuat LKS dan kunci jawaban, (6) menyiapkan media, 7) membuat instrument penelitian aktivitas guru dan aktivitas siswa. Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal 5-6 Mei 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1) kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan inti, a) guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam usaha pengakuan kedaulatan secara singkat dalam mempertahankan kemerdekaan, b) guru menujukan salah satu gambar tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan kemerdekaan. c) siswa mengamati gambar tokoh tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan 1059 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 kemerdekaan, d) guru menugaskan siswa untuk mengindentifikasi gambar tokoh tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan kemerdekaan, e) guru membagikan ssejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik perkupon kepada tiap siswa, f) guru menjelaskan cara bermain kupon berbicara yang telah dibagikan, g) siswa melaksanakan ugas guru untuk mengidentifikasi tokoh tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan kemerdekaan, h) siswa bisa menukarkan kuponnya dengan cara menuliskan atau mengurtarakan jawaban di papan tulis dari tugas yang telah diberikan guru di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari /mengoreksi atau menambahi bila jawaban di papan tulis dirasa kurang tepat, j) guru menjelaskan peristiwa perjuangan para tokoh tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan kemerdekaan dengan lebih rincih, k) siswa memperhatikan penjelasan guru tentang peritiwa yang berkaitan dengan perundingan dalam usaha kedaulatan dalam mempertahankan kemerdekaan, l) guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali secara singkat peristiwa dengan perundingan dalam usaha kedaulatan dalam mempertahankan kemerdekaan, m) siswa melaksanakan tugas guru, n) guru bertanya pada siwa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, o) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1) kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perundingan dalam usaha pengakuan kedaulatan, serta memberi contoh tentang perilaku sikap mengahargai jasa para pahlawan, b) guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai sikap apa saja yang termasuk dalam menghargai jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan, c) siswa yang masih memiliki kupon berbicara dapat mempergunakan dengan cara menjawab secara singkat tentang pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, d) siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Pada tahap pengamatan siklus III dilakukan oleh peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas Guru, Siklus IIII: Dari hasil observasi aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah 91.4% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sedangkan bila pada hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajajan Time Token mendapatkan hasil 92% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun, Setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Pembelajaran pada siklus II akan diakhiri dengan adanya pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa pada tabel 3, sebagai berikut: Tabel 3 Data hasil belajar siswa siklus III 1060 No. 1 Nama Siswa AS Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas √ Meningkatkan Hasil Belajar 2 ADAW √ B P 3 4 D ARPS √ 5 FN R √ 6 FF √ 7 FF √ 8 J I M √ 9 MA W √ 10 M M F √ 11 M T A A √ 12 N √ 13 G N N √ 14 N S √ 15 R P √ 16 R A S √ 17 R N D √ 18 R A P L √ 19 S √ 20 V M √ 21 A M √ 22 A Y √ 23 D P √ 24 R Y √ 25 D I √ Jumlah 23 2 Hasil belajar pada siklus III ini siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Persentase yang didapat yaitu 92%. Hasil ini masih sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih dari atau sama dengan 80%. Nilai rata-rata keseluruhan siswa hanya mencapai 87.68 dan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan tuntas. Tahap refleksi, Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token pada siklus III dengan peneliti dan teman sejawat. Untuk hambatan dan kendala dari siklus III ini pada dasarnya sudah teratasi karena sudah dilakukannya siklus II sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi kendala tersebut, dan proses pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Time Token di siklus III ini lebih baik dari pada di siklus sebelumnya. Siswa lebih antusias dan bersemangat ketika materi diberikan maupun pada saat bermain menggunakan kupon berbicara, siswa lebih kondusif dalam pembelajaran, dan siswa juga sudah mulai mempunyai rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajarinya. Maka dari hasil refleksi yang dilakukan pada siklus III dapat dilihat dari aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar yang didapatkan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Dan hasil yang didapatkan pada siklus III sudah dapat mencapai Indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan keberhasilan yang didapkan pada siklus III ini, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Time Token karena telah mencapai indikator keberhasilan. Pembahasan Pada pembahasan akan dideskripsikan bagaimana aktivitas siswa, aktivitas guru pada saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token. Selain itu juga akan dipaparkan hasil belajar yang didapatkan siswa setelah penggunaan model pembelajaran Time Token pada proses pembelajaran. Apabila ketiga aspek tersebut dapat memenuhi kriteria pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu minimal sama dengan 80% untuk aktivitas siswa secara klasikal, aktivitas guru, dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal maka penelitian dinyatakan berhasil. Dan pembahasan dari ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas guru Pada siklus I aktivitas yang dilakukan guru mendapatkan nilai persentase 77.84%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87.5% dan pada siklus III tetap mengalami peningkatan menjadi 91.4%. Hasil peningkatan yang terjadi dapat dilihat pada diagram berikut: 77.84% 87.50% 91.4% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Siklus I Siklus II Siklus III Diagram 1 Persentase aktivitas guru dari siklus I, siklus II dan siklus III Aktivitas guru pada siklus I telah memperoleh nilai persentase 77.84%. Persentase ini sudah masuk pada kategori baik namun persentase tersebut belum dapat mencapai indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan (1) Guru belum maksimal disaat memberikan materi kepada siswa, (2) Guru kurang bisa unuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa, (3) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa di akhir pembelajaran, (4) Guru belum maksimal dalam pemberian reward kepada siswa. Sedangkan bila pada pencapaian presentase di siklus II telah mendapatkan 87.5%. Pencapaian ini sudah termasuk dalam kategori sangat baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan dikarenakan guru telah memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada siklus I atau dengan kata lain telah memperbaiki poin- 1061 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 poin yang kurang pada siklus sebelumnya seperti, guru sudah mampu membuka pembelajaran dengan lebih baik, guru mampu memberikan materi kepada siswa dengan lebih detail dan lebih jelas sehingga siswa dapat menerima pembelajaran tersebut, guru sudah lebih memanfaatkan waktu untuk memberikan motivasi yang lebih kepada siswa untuk dapat lebih aktif dalam pembelajaran, dan guru juga sudah memberikan reward kepada siswa dengan lebih adil dan merata. Hal ini sesuai seperti pendapat Rusman (2012:211) yang menyatakan bahwa salah satu tahap dari pembelajaran kooperatif adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi dimana informasi atau materi tersebut dapat disajikan dengan berbagai cara dan memberikan reward atau prnghargaan kepada siswa untuk menunjukan bahwa hasil kerja siswa tersebut telah dihargai oleh guru. Baik itu dalam bentuk individu maupun kelompok. 2. Aktivitas Siswa Pada siklus I nilai persentase aktivitas siswa yang diperoleh sebesar 75.50%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 85.79% dan pada siklus III tetap mengalami peningkatan menjadi 92%. Data dari nilai persentase yang diperoleh pada siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat dari diagram berikut: 75.50% 85.80% 92% 100% dapat lebih baik dan menarik sampai usaha guru inipun mendapatkan hasil diantaranya adalah siswa sudah lebih aktif didalam pembelajaran, siswa sudah memiliki rasa ingin tahu, dan siswa sudah berani untuk menggungapkan pendapat. Lalu bila pada pelaksanaan siklus III hasil yang didapat ialah sudah termasuk dalam kategori sangat baik. Dalam pencapaian kategori ini siswa sudah dapat menjalankan pembalajaran dengan lebih baik dari awal hingga akhir pembelajaran dan siswa juga sudah dapat secara mandiri untuk mengerjakan lembar evaluasi yang diberikan oleh guru dan hasil yang didaptkanpun cukup memuaskan. Sejalan dengan adanya perubahan peningkatan aktivitas siswa yang telah didapat pada siklus I hingga siklus III ialah sama dengan adanya pendapat Sudjana (2014:39) bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memperngaruhi belajar siswa, diantaranya adalah kemampuan sikap bahkan lingkungan tempat belajar. jadi bila memang lingkungan tempat belajar telah dibangun guru dengan sedemikian rupa hingga siswa dapat tertarik dan menjadi antusias dengan adanya pembelajaran maka perubahan baik yang akan didaptkan. Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I, siklus II dan siklus III terdapat peningkatan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token pada KD 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan kelas VA di MI Bahrul Ulum Surabaya. 3. Hasil Belajar 80% Pada siklus I hasil belajar yang didapatkan siswa adalah 72%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 85.79% dan pada siklus III tetap mengalami peningkatan menjadi 92% 60% 40% 20% 0% Siklus I Siklus II 65% Siklus III 72% 85.79% 92% 100% 80% Diagram 2 Persentase aktivitas siswa dari siklus I, siklus II dan siklus III 60% 40% 20% Presentase aktivitas siwa pada siklus I hanya masuk dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor dari diri siswa itu sendiri seperti (1) siswa kurang bekerja sama dengan teman saat mengerjakan LKS, (2) diawal pembelajaran siswa masih merasa sedikit kebinggungan untuk mempergunakan kupon berbicara, (3) siswa belum cukup berani untuk mengutarakan pendapat di depan kelas, (4) sebagian siswa belum dapat mengerjakan LE secara mandiri. Sedangkan pada siklus II telah masuk dalam kategori sangat baik. Kenaikan yang dialami oleh siklus II ini dikarenakan oleh beberapa hal, seperti guru berusaha mengoptimalkan dalam mengelolah pembelajaran agar 0% Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Diagram 3 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal Pada siklus I hasil belajar yang di peroleh siswa kelas VA MI Bahrul Ulum Surabaya dengan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token sebanyak 72% siswa sudah tuntas dan sebanyak 28% siswa belum tuntas dengan rincian 18 siswa pada lembar tes mendapat nilai lebih atau sama dengan 75. Sedangkan 7 siswa pada lembar tes mendapat nilai 1062 Meningkatkan Hasil Belajar kurang dari 75. Persentase ketuntasan secara klasikal ini merupakan patokan yang digunakan peneliti untuk menentukan apakah sudah memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan. Belum tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditentukan pada siklus I, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token di kelas VA MI Bahrul Ulum surabaya mengalami peningkatan 18%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II mendapatkan persentase sebesar 80% dengan rincian 20 siswa sudah tuntas dalam hasil belajarnya dengan mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 pada lembar tes. Dan 5 siswa belum tuntas dalam hasil belajar yang didapatkan karena nilai yang didapatkan pada lembar tes masih kurang dari 75. Jika dilihat dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni 80%, maka persentase nilai yang didapatkan pada siklus II sudah dapat dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada siklus III hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token di kelas VA MI Bahrul Ulum surabaya mengalami peningkatan 12%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus III mendapatkan persentase sebesar 92% dengan rincian 23 siswa sudah tuntas dalam hasil belajarnya dengan mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 pada lembar tes. Dan 2 siswa belum tuntas dalam hasil belajar yang didapatkan karena nilai yang didapatkan pada lembar tes masih kurang dari 75. Hal ini menandakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus III sudah mencapai indikator ketuntasan yang ditetapkan dan mencapai tujuan pengajaran IPS di sekolah sesuai dengan pendapat (Siradjuddin dan Suhanadji, 2012:19) yang dikelompokkan menjadi empat (4) komponen yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), nilai/sikap (value), kehidupan sosial (social participation) dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada siklus I-III di atas, maka pemahaman siswa juga meningkat. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai mengenal dan terbiasa dengan model pembelajaran Time Token yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat (Huda, 2013:239) yaitu bahwa model pembelajaran Time Token dapat melibatkan siswa didalam setiap poses pembelajaran serta dapat mengajarkan siswa untuk mengutarakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Sehingga pembelajaranpun menjadi lebih efektif. Hal ini juga sesuai dengan kelebihan model pembelajaran Time Token seperti yang dikemukakan (Kurniasih, 2016:107) kelebihan model pembelajaran Time Token, yaitu (1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisatif dan partisipasinya dalam proses pembelajaran. (2) menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendergakan, berbagai, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik. (3) guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui. Setelah melakukan refleksi pada siklus I dan II peneliti melaksankaan perbaikan pada siklus III. Pada siklus III tampak adanya peningkatan persentase ketuntasan klasikal mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut penelitian dapat dinyatakan berhasil karena persentase ketuntasan klasikal melebihi indikator keberhasilan ≥80%. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Time Token dapat meningkatkan aktivitas guru, siswa, dan hasil belajar siswa. PENUTUP Simpulan Dari hasil analisis data penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, maka dapat disimpulkan bahwa: Untuk penggunaan model pembelajaran Time Token sudah berlangsung cukup menyenangkan sehingga siswa antusias dalam proses pembelajaran walaupun dalam siklus I masih ada beberapa poin yang kurang baik dari aktifitas guru, aktivitas siswa, maupun hasil belajar siswa. Aktivitas guru pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Time Token yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas telah mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut di karenakan peneliti selalu menelaah kendala-kendala yang terjadi pada siklus sebelumnya untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Dan hasil presentase yang didapatkan pada siklus III ialah sudah termasuk dalam kategori sangat memuaskan. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Time Token yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas telah mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut di karenakan peneliti selalu menelaah kendala-kendala yang terjadi pada siklus sebelumnya untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Dan hasil presentase yang didapatkan pada siklus III ialah sudah termasuk dalam kategori sangat memuaskan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Time Token yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas telah mengalami peningkatan mulai dari pelaksanaan siklus I hingga siklus III. Pada siklus I 1063 JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017 peningkatan peresentase yang didapat belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan hingga peneliti harus melanjutkan ke siklus ke II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kendala yang terjadi pada siklus sebelumnya. Peresentase yang didapat pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan kategori sangat baik, namun peneliti tetap melanjutkan ke siklus III untuk pemantapan. Persentase yang didapat pada siklus III juga telah mengalami peningkatan dengan kategori sangat baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Berdasarkan penejelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa di kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya telah menggalami peningkatan. Dalam Pembeajaran IPS SD. Vol. 37, NO. 5, Juli 2016, (Online) http://kdcibiru.upi.edu/jurnal/index.php/antologipgsd /article/viewFile/708/618 diunduh 3 April 2017 Siradjuddin, dan Suhanadji. 2012. Pendidikan IPS (Hakikat, Konsep, dan Pembelajaran). Surabaya: Unesa University Press. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan agar model pembelajaran Time Token dapat digunakan dengan lebih baik, maka dengan ini penulis akan memaparkan beberapa saran seperti, (1) guru seharusnya dapat menggunakan berbagai model pembelajaran di setiap pembelajaran agar siswa dapat terlibat lebih aktif, (2) perhatian guru harus dapat lebih tertuju kepada siswa di saat pembelajaran berlangsung agar kreativitas dan keaktifan siswa dapat terpantau dengan baik, (3) Siswa sebaiknya mengerti tentang pentingnya berpesran aktif dan menghargai pendapat orang lain didalam pembelajaran agar siswa dapat memperoleh wawasan baru serta mencapai tujuan bersama tanpa adanya perselisihan. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: Yrama Widya. Gunansyah, Ganes. 2015. Pendidikan IPS Berorientasi Praktik yang Baik. Surabaya: Unesa University Press. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Indarti, Titik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: FBS Unesa. Kurniasih, imas & Sani, Berlin. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kurniasih, imas & Sani, Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo Persada Sandi, Gita Yuniar. Rustini Tin. Ai Sutini. Penerapan Model Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatakan Kemampuan Berpikir Kreatif siswa 1064