Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Penerapan Model Pembelajaran Time Token
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V MI BAHRUL ULUM SURABAYA
Khabibatus Sholikha
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Email : [email protected]
Siradjuddin
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan cara menerapkan model pembelajaran
yang tepat untuk siswa. Penerapan model pembelajaran Time Token bertujuan untuk meningkatkan keaktifan
siswa di dalam pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik observasi dan teknik tes.
Hasil yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan pada hasil belajar pada siklus ialah I 72%, pada siklus
II 85,79%, dan pada siklus III 92%. Data aktivitas guru pada siklus I mendapatkan 77,84 %, pada siklus II 87,5%
dan pada siklus III 91.4%. Dan aktivitas siswa pada siklus I ialah 75,50%, pada siklus II 85.79% dan pada siklus
III 92%. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Time Token dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Hasi belajar, Model Pembelajaran Time Token, IPS.
Abstract
One of many ways to improve student learning results is applying the right learning model to the students.
Application of Time Token learning model aims to improve students' activity in learning. Techniques that used in
the research are observation and test. The learning result in the cycle is 72%, in the second cycle 85.79%, and
the third cycle 92%. Teacher activity in cycle I is 77,84%, in cycle II 87,5% and in cycle III 91.4%. And student
activity on cycle I is 75,50%, in cycle II 85.79% and in cycle III 92%. From the data can be concluded that Time
Token learning model can improve student learning results.
Keyword: learning outcome, Time Token learning model, Social science
PENDAHULUAN
Di zaman yang sudah modern ini, segala bidang
dalam kehidupan manusia sudah sangat pesat
kemajuannya. Perubahan dalam bidang kehidupan
manusia tersebut mengakibatkan manusia satu dengan
manusia lain bersaing untuk menunjukan kualitas
terbaiknya, seperti yang tertera pada visi pendidikan
nasional ialah menjadikan manusia yang berkualitas
sehingga dapat proaktif menjawab perubahan zaman
yang akan terjadi. Visi tersebut menyatakan adanya
keinginan untuk memberdayakan bangsa Indonesia
dengan cara menjadikan sistem pendidikan sebagai hal
utama dalam pranata sosial yang kuat. Sesungguhnya
pendidikan sudah terlaksana sejak adanya manusia,
namun masih menggunakan proses yang sangat
sederhana. Karena terlalu sederhananya pendidikan itu
berlangsung, maka manusia pada zaman tersebut tidak
menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan merupakan
bagian dari proses pendidikan.
Ada proses pendidikan pasti ada pula proses
pembelajaran di dalamnya. Proses pendidikan adalah
upaya pengembangan potensi manusia sehingga proses
pembelajaran adalah suatu proses mengamati, melihat,
dan memahami sesuatu dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman yang ada di sekitar individu. Pada
hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan
pemanfaatan berbagai pengalaman yang didapatnya
sebagai perubahan tingkah laku. Didalam proses
pembelajaran selalu ada peran guru. Guru bertugas
sebagai fasilitator yang menumbuhkan dan mendorong
siswa dalam suatu proses pembelajaran serta sebagai
pemberi bimbingan terhadap siswa saat melakukan
proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan hasil yang diinginkan, keterpaduan
antara pengajar dan pendidik harus terjalin dengan
harmonis. Karena sering kita jumpai bahwa didalam
proses pembelajaran, tujuan dari pengajaran dapat
tercapai dengan sempurna disebabkan oleh sistem
komunikasi yang lemah. Terdapat tiga pola komunikasi
dalam proses pengajaran yaitu komunikasi sebagai aksi
atau komunikasi satu arah, komunikasi sebagai interaksi
atau komunikasi dua arah, komunikasi banyak arah atau
komunikasi sebagai transaksi. Ketiga pola komunikasi
tersebut telah memberikan sentuhan, cara, bentuk dan
warna yang sangat berbeda. Agar dapat mecapai hasil
belajar yang maksimal seperti yang diinginkan, guru
dapat menerapkan pola komunikasi yang terakhir.
Komunikasi sebagai transaksi adalah komunikasi yang
tidak hanya terjalin antara guru dan siswa saja namun
1051
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
juga komunikasi antar siswa satu dengan siswa yang lain.
Berbeda dengan komunikasi sebagai aksi yang hanya
guru saja yang berperan dalam pembelajaran sedangkan
siswa hanya sebagai penerima, pola komunikasi sebagai
interaksi lebih baik dari pola yang pertama. Karena
kegiatan siswa bisa setara dengan kegiatan yang
dilakukan guru sehingga mereka dapat saling memberi
dan menerima.
Oleh sebab itu, pendidik harus tetap memperhatikan
dan memilih beberapa faktor pola komunikasi pengajaran
yang baik dan cocok untuk digunakan. Faktor-faktor itu
terdiri dari karakteristik kelas, sumber belajar yang
tersedia, tujuan yang akan dicapai dan yang tepenting
adalah kemampuan dari guru, kerena kemampuan dan
karakteristik seorang guru itu berbeda-beda, maka
kemampuan dan karakteristik dari guru harus sama
seperti apa yang akan diajarkan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
pada tanggal 11 Januari 2017 pada kelas V di MI Bahrul
Ulum Surabaya didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
pembelajaran khususnya pembelajaran IPS belum
berjalan dengan optimal. Kurang optimalnya pelaksanaan
pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa hal,
seperti; (1) tidak adanya kebebasan siswa untuk
mengutarakan ide dan pendapat, (2) kurangnya
penguasaan pemahaman materi pada siswa seperti
sebagaimana siswa dapat membedakan, menyimpulkan,
memberikan contoh, dan menuliskan kembali, (3) akibat
dari kurangnya pemahaman tersebut telah menimbulkan
hanya sebagaian siswa saja yang dapat mencapai KKM
yang telah ditetapkan yakni 75. Agar siswa dapat
menemukan dan menyelesaikan persoalan sendiri, siswa
harus mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan
kemampuan berpikirnya secara bagus. Sehingga dapat
berkontribusi dengan kehidupan di masyarakat dan
menjadikan siswa yang inovatif serta kreatif. Sebagai
guru sudah seharusnya dapat memberikan pemahaman
konsep yang baik keapada siswanya. Guru dapat
menumbuh kembangkan potensi siswa dalam memahami
berbagai konsep dengan cara menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang menyenangkan sehingga
pembelajaran menjadi efektif.
Menurut Somantri (dalam Siradjuddin, 2012:5)
menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikkan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologi untuk tujuan pendidikan. Pada
hakikatnya IPS adalah penggabungan dari beberapa mata
pelajaran ilmu-ilmu sosial. Tujuan pembelajaran IPS agar
siswa dapat mengenal secara sistematis tentang
pengetahuan kehidupan masyarakat. IPS berperan
sebagai pendidik siswa dalam mengembangkan
keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Sehingga,
diharapkan kelak siswa dapat menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat dan dapat menjadi warga negara
yang baik. Dari tujuan tersebut guru diberikan tanggung
jawab dalam mengajarkan IPS dengan baik dan benar.
Pengajaran IPS yang berkualitas dapat mempersiapkan
siswa dalam mengahadapi berbagai permasalahan sebagai
warga negara di masa depan.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada tanggal 12
Januari 2017, kondisi saat pembelajaran IPS di kelas V
MI Bahrul Ulum Surabaya hanya 15 siswa atau 65% saja
dari 25 siswa yang mendapatkan hasil belajar mencapai
KKM, padahal pembelajaran baru akan dinyatakan
memenuhi kriteria ketuntasan bila 80% dari jumlah siswa
mendapatkan nilai minimal 75. Untuk menarik perhatian
serta minat belajar siswa di dalam kelas, perlu
diterapkannya pembelajaran yang inovatif agar
mengundang partisipasi dari siswa. Bekal bagi siswa agar
dapat menjadi warga negara yang baik ialah proses
pendidikan yang terjadi di sekolah dasar (SD). Dari hasil
diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru kelas V
MI Bahrul Ulum Surabaya mengenai permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran IPS, penggunaan model Time
Token lah yang dipilih guna untuk meningkatan kualitas
pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sandi,
Rustini, & Sutini (2016) bahwa penggunaan model
pembelajaran Time Token dapat meningkatkan hasil
belajar IPS di kelas V. Model pembelajaran ini juga
memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat membuat
seluruh siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi
lebih lebih baik, mengesankan dan menyenangkan.
Menurut
Kurniasih
(2015:107)
model
pembelajaran Time Token adalah contoh dari salah satu
pembelajaran yang menerapkan pembelajaran demokratis
di sekolah. Titik perhatian utama dalam model ini ialah
aktivitas siswa, sehingga siswa selalu dilibatkan secara
aktif di setiap pembelajaran. Peran guru dalam model ini
merupakan sebagai fasilitator yang membantu setiap
siswa dalam penyelesaian atau pencarian solusi di setiap
permasalahan secara bersama. Siswa diharapkan dapat
adil agar semua mendapatkan kesempatan untuk
berbicara dengan batasan waktu ± 30 detik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini
menuju ke arah upaya pencapaian pembelajaran atau
upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS dengan KD 2.4 Menghargai perjuangan
para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, maka
peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
IPS Kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya”.
Sehingga dapat dirumuskan masalahnya (1)
Bagaimana aktivitas siswa dalam penggunaan model
1052
Meningkatkan Hasil Belajar
pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pwmbwlajaran IPS kelas V MI Bahrul
Ulum Surabaya, (2) Bagaimana aktivitas guru dalam
penggunaan model pembelajaran Time Token untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, (3) Bagaimana
peningkatan hasil belajar siswa dalam penggunaan model
pembelajaran Time Token untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V MI Bahrul
Ulum Surabaya, (4) Adakah kendala yang diahadapi
dalam menyampaikan materi dengan menggunakan
model pembelajaran Time Token di kelas V MI Bahrul
Ulum Surabaya.
Pada hakikatnya didalam suatu pembelajaran harus
terdapat dua orang pelaku yaitu seorang guru dan siswa.
Guru berperilaku untuk mengajar dan siswa berperilaku
untuk belajar. Perilaku yang ditunjukan oleh guru dan
siswa tersebut terkait sesuai dengan adanya bahan
pembelajaran yang sebelumnya telah disiapkan. Dalam
pembelajaran bisa terdapat bahan ajar yang berupa
keterampilan, pengetahuan, sikap, seni, agama, dan nilainilai kesusilaan. Beberapa para ahli telah melakukan
penelitian tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
kegiatan guru dan siswa yang berkaitan dengan bahan
pengajaran adalah suatu model pembelajaran.
Menurut Joyce (dalam Rusman, 2014:132) model
pembelajaran disusun dengan melihat berbagai unsur
berdasarkan analisis sistem, sosiologis, teori-teori
psikologis, prinsip-prinsip pembelajaran, serta teori-teori
lain yang mendukung. Lalu Joyce (dalam Rusman,
2014:2) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka
panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
Dengan adanya uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah
pelaksanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru
sebagai pedoman dalam mencapai tujuan belajar tertentu
dengan mengorganisasikan pengalaman belajar. Fungsi
dari model pembelajaran itu merupakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam perancangan pengajaran. Oleh karena itu,
dalam suatu pembelajaran akan selalu menggunakan
model sebagai penentu perangkat dalam pembelajaran.
Harus ada beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam
pemilihan model seperti tingkat kemampuan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan
juga dipengaruhi oleh sifat dan materi yang akan
diajarkan. Didalam setiap model juga pasti selalu terdapat
langkah-langkah (sintaks) yang harus dijalankan oleh
siswa dengan bimbingan seorang guru. Agar model
tersebut dapat berjalan seperti yang diinginkan guru harus
memperhatikan setiap sintaks yang belangsung karena
setiap sintaks memiliki perbedaan, diantaranya
pembukaan dan penutupan. jadi guru dituntut harus dapat
menguasai berbagai macam ketrampilan belajar mengajar
agar bisa menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar
sekolah dan anekah ragam pengajaran yang ada.
Menurut Rusman (2014:201) dengan model
pembelajaran kooperatif siswa dapat memiliki
pemahaman lebih tinggi dengan catatannya sendiri dan
guru
yang akan
menjadi
fasilitator
sebagai
penghubungnya. Jadi, siswa tidak hanya menerima
pengetahuan saja dari guru, tetapi guru juga akan
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa
diberikan kesempatan untuk dapat menerapkan ide-ide
pengalaman
mereka
sendiri
didalam
sebuah
pembelajaran.
Pada dasarnya, cooperative learning tidak berbeda
jauh dengan kerja kelompok. Sehigga banyak guru tidak
mengalami kesulitan yang berarti karena menggangap
sama saja seperti kerja kelonpok biasanya. Meskipun,
semua kerja kelompok yang biasa dilakukan semuanya
belum tentu dapat dikatakan sebagai cooperative
learning. Sama seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak
(dalam Rusman, 2014:203) mengatakan bahwa sharing
dilakukan dalam pembelajaran cooperative, guna untuk
menciptakan pemahaman dalam belajar secara bersama.
Jadi dalam cooperative learning siswa tidak hanya
mendapatkan hal yang diberikan guru dalam
pembelajaran namun juga dapat menerima hal yang
diberikan oleh teman sebayanya dalam pembelajaran.
Menurut Kurniasih (2015:107) model pembelajaran
Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil
dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah.
Subjek yang ditetapkan dalam proses pembelajaran Time
Token ini adalah siswa dan yang menjadi perhatian titik
utama dari sepanjang proses belajar ialah aktivitas siswa.
Guru mempunyai tugas untuk selalu melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran, guru juga harus
mendampingi siswa untuk menemukan berbagai sosuli
bersama-sama terhadap pemecahan permasalahan yang
ada. Sehingga semua siswa dapat mengalami perubahan
serta kemajuan dalam sebuah pembelajaran, yang
awalnya siswa hanya diam saja atau pasif siswa itu dapat
berubah menjadi proaktif dan selalu terlibat dalam sebuah
pembelajaran.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Time
Token menurut Kurniasih (2016:108) sebagai berikut: (1)
Guru menjelaskana tuuan pembnelajaran yang ingin
dicapai, (2) guru mengkondisikan kelas untuk
melaksanaan diskusi klasikal seperti konsep yang akan
diterapkan, (3) guru memberi tugas pada siswa, (4) guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
1053
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
detik per kupon pada tiap siswa, (5) guru meminta siswa
menyerahkan kupon terleih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu
kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan
siswa lainnya, (6) bagi siswa yang telah kehabisan kupon,
tidak boleh berbicara lagi, (7) siswa yang masih
memegang kupon harus berbicara sampai semua
kuponnya habis, (8) demikian seterusnya hingga anak
berbicara, (9) guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu
yang digunakan tiap siswa, (10) setelah selesai semua,
guru membuat kesimpulan bersama-sama siswa dan
setelah itu menutup pelajaran.
Model pembelajaran Time Token memiliki
kelebihan dan kekurangan seperti halnya dengan modelmodel pembelajaran lainnya. Adapun kelebihan model
pembelajaran Time Token menurut Huda (2013:241)
seperti (1) mendorong siswa untuk meningkatlkan
inisiatif dan partisipasi, (2) menghindri siswa yang
pandai berbicara untuk mendominasi kegiatan
pembelajaran, (3) membantu siswa untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran, (4) meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi ( aspek berbicara), (5)
melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, (6)
menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan memiliki
sikap keterbukaan terhadap kritik, (7) mengajrkan siswa
untuk menghargai pendapat orang lain, (8) mengajarkan
siswa untuk menghargai pendapat orang lain, (9)
mengajak siswa mencari solusi bersama orang lain, dan
(10) tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
model pembelajaran Time Token, model pembelajaran
Time Token juga memiliki beberapa kekurangan yang
harus dipertimbangkan. Menurut Huda (2013:241)
beberapa kekurangan tersebut ialah (1) hanya dapat
digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja seperti tidak
dapat digunakan dalam mata pelajaran yang beunsur
filosofi, (2) tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah
siswanya banyak atau maksimal hanya 25 siswa saja, (3)
memerlukan banyak waktu untuk persiapan. Dalam
proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara
satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya, (4)
kecenderungan untuk memberi motivasi lebih kepada
siswa yang pasif dan membatasi siswa yang aktif untuk
tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas.
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran yang cocok agar dapat mengembangkan
dan melatih keterampilan sosial untuk semua siswa
menjadi proaktif dalam sebuah pembelajaran dikelas dan
guru juga bisa mengajak siswa untuk dapat mencari
solusi terhadap permasalahn yang ada ialah model
pembelajaran Time Token.
Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmuilmu sosial dan humoniora, serta kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pembelajarn di sekolah menurut
ibid (Siradjuddin, 2012:5). Sedangkan bila menurut
Susanto (2014:6) ilmu pengetahuan sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Menurut Gunansyah (2015:3) Pendidikan IPS pada
dasarnya merupakan panduan antara konsep-konsep ilmu
sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji dan
dikembangkan secara sistematis, psikologis, dan
fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan baik
kognitif, moral, dan sosial peserta didik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah ilmu sosial yang mencakup beberapa ilmu-ilmu
sosial lainnya untuk dijadikan satu keterpaduan dalam
sebuah pembelajaran.
Setiap dilakukannya pembelajaran akan selalu
menghasilkan hasil belajar, hasil belajar yang di dapatkan
akan selalu berbeda antara peserta didik satu dan lainnya.
Sering kali hasil belajar yang di dapatkan tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Hasil belajar akan menunjukan
seberapa tercapainya tujuan dari peserta didik dan
menunjukan bagaimana proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan, karena proses belajar yang baik akan selalu
menghasilkan hasil belajar yang baik pula.
Menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011:45) hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Biasanya hasil
belajar juga menjadi tolak ukur dalam suatu pembelajaran
agar mengetahui sejauh manakah mereka dapat
memahami bahan pengajaran tersebut.
Hasil belajar adalah sebuah perubahan perilaku
yang terlihat cukup siknifikan akibat adanya penguasaan
bahan ajar yang telah diberikan selama proses
pembelajaran berlangsung. perubahan tersebut berupa
tujuan dari pembelajaran yang sebelumnya telah
ditetapkan.
METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam
penilitian ini ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penggunaan rancangan PTK ini bertujuan untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa didalam proses
pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan adanya
penelitian ini akan ada peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan di MI Bahrul, Kecamatan
Wiyung, Kota Surabaya. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya
yang terdiri dari 25 siswa dengan siswa laki-laki 12 orang
dan siswa perempuan 13 orang. Rancangan prosedur dari
1054
Meningkatkan Hasil Belajar
penelitian ini adalah sesuai dengan sebagaimana prosedur
penelitian tindakan kelas. Prosedur dari pelaksanaannya
juga mengikuti bagiamana prinsip dasar penelitian
tindakan kelas.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini,
meliputi pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Data diambil pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung mulai dari tingkat pemahaman siswa sampai
dengan hasil belajar siswa. Teknik analisis data
digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat keberhasilan
atau presentase mengenai aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung. Rumus
perhitungan yang digunakan dalam analisis data
penelitian ini ialah sebagai berikut.
Untuk perhitunggan hasil observasi aktivitas guru,
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
M
∑
N
= Mean (nilai rata-rata)
= Jumlah nilai seluruh siswa
= Jumlah siswa
(Indarti, 2008:26)
Sedangkan, jika untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar siswa secara klasikal akan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kriteria ketuntasan belajar klasikal sebagai berikut:
>80%
60%-79%
40% - 59%
20% - 39%
0% - 19%
= Sangat Tinggi
= Tinggi
= Sedang
= Rendah
= Sangat Rendah
(Aqib, 2014:41)
Keterangan:
P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul
f = Banyaknya akivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
(Indarti, 2008:26)
Data yang termasuk dalam kriteria hasil penilaian
aktivitas guru ialah sebagai berikut:
80% - 100%
= Sangat baik
60% - 79%
= Baik
40% - 59%
= Cukup
20% - 39%
= Kurang
0% - 19%
= Sangat kurang
Untuk perhitungan hasil observaasi aktivitas siswa
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul
f = Banyaknya akivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
(Indarti, 2008:26)
Data yang termasuk dalam kriteria hasil penilaian
aktivitas guru ialah sebagai berikut:
80% - 100%
= Sangat baik
60% - 79%
= Baik
40% - 59%
= Cukup
20% - 39%
= Kurang
0% - 19%
= Sangat kurang
Untuk mengetahui rata-rata nilai akademik, peneliti
akan menggunakan rumus analis data hasil, sebagai
berikut:
M=
Indikator keberhasilan ini baru akan dinyatakan
berhasil apabila telah mencapai presentase yang telah
ditentukan oleh peneliti. Presentase yang ingin dicapai
oleh peneliti ialah (1) Apabila persentase aktivitas guru
telah mencapai minimal 80%. Namun, bila rata-rata
presentase yang dicapai ≤ 80% maka harus dilakukan
siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan
seperti diinginkan, (2) Apabila persentase aktivitas siswa
telah mencapai minimal 80%. Namun, bila rata-rata
presentase yang dicapai ≤ 80% maka harus dilakukan
siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan
seperti diinginkan, (3) Hasil nilai belajar siswa harus
mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75 dan hasil
rata-rata klasikal seluruh siswa harus mencapai minimal
80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk hasil penelitian yang didapatkan, peneliti
melakukan beberapa tahapan yang digunakan dalam
pengumpulan data dengan penelitian tindakan kolaboratif
antara peneliti dan guru kelas. Tahapan yang dilakukan
terdiri dari komponen – komponen penting yaitu: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengamatan,
tahap refleksi. Penelitian dilakukan di MI Bahrul Ulum
Surabaya dengan menggunakan model pembelajaran
Time Token pada mata pelajaran IPS KD 2.4 menghargai
pejuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa
kelas VA dengan jumlah keseluruhan 25 siswa. Teknik
yang dilakukan untuk pengambilan data melalui tes dan
observasi serta dilakukan menggunakan model siklus.
Adapun hasil dari penelitian pada KD 2.4
Menghargai
pejuangan
para
tokoh
dalam
mempertahankan
kemerdekaan
dengan
model
1055
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
pembelajaran Time Token disajikan dalam siklus sebagai
berikut:
Siklus I
Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan
oleh peneliti yaitu meliputi 1) Mengkaji kurikulum untuk
memilih bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2.
Menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat
dalam
mempersiapkan
dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4
Menghargai
perjuangan
para
tokoh
dalam
mempertahankan kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3)
membuat kisi-kisi lembar evaluasi, 4) membuat lembar
evaluasi dan kunci jawaban evaluasi, 5) membuat LKS
dan kunci jawaban, (6) menyiapkan media, 7) membuat
instrument penelitian aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan
pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan
peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai
observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua
hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal
14-15 April 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I
adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1)
kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
inti, a)guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh
yang terlibat
dalam perjuangan fisik
untuk
mempertahankan kemerdekaan secara singkat, b) guru
menujukan salah satu gambar tokoh pejuang
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan fisik, c) siswa mengamati gambar tokoh
pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan
dengan perjuangan fisik, d) guru menugaskan siswa
untuk mengindentifikasi gambar tokoh pejuang
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan fisik, e) guru membagikan ssejumlah kupon
berbicara dengan waktu ± 30 detik perkupon kepada tiap
siswa, f) guru menjelaskan cara bermain kupon berbicara
yang telah dibagikan, g) siswa melaksanakan ugas guru
untuk mengidentifikasi tokoh pejuang mempertahankan
kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, h)
siswa bisa menukarkan kuponnya dengan cara
menuliskan atau mengurtarakan jawaban di papan tulis
dari tugas yang telah diberikan guru di depan kelas, i)
siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara
mengomentari /mengoreksi atau menambahi bila jawaban
di papan tulis dirasa kurang tepat, j) guru menjelaskan
peristiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan fisik dengan lebih rincih, k) siswa
memperhatikan penjelasan guru tentang peritiwa
perjuangan para tokoh pejuang untuk mempertahankan
kemerdekaan yang berkaitan dengan perjuangan fisik, l)
guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali
secara singkat peristiwa para tokoh pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan fisik, m) siswa melaksanakan tugas guru, n)
guru bertanya pada siwa tentang materi yang telah
mereka pelajari, jika ada yang dipahami, guru
menjelaskan kembali materi tersebut, o) guru
memberikan reward
bagi siswa yang berani
mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3) kegiatan
penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru
menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru
memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d)
guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup
pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1)
kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara
singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan perjuangan fisik dalam mempertahankan
kemerdekaan, serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam
perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan
dan guru menyapaikan materi tentang peranan tokoh
pahlawan yang terlibat dalam peristiwa perjuangan fisik
untuk mempertahankan kemerdekaan, b) guru
memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai
peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa
perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan, c)
siswa yang masih memiliki kupon berbicara dapat
mempergunakan dengan cara menjawab secara singkat
tentang pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, d)
siswa juga dapat menukarkan kuponnya dengan cara
mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban
yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru
membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara
bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas
LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum
menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri
dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil
jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i)
siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya
dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi
bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada
1056
Meningkatkan Hasil Belajar
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada
yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi
tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa
mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa
yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut
masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan
tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan
reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon
berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan
refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru
memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa
berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama.
Pada tahap pengamatan siklus I dilakukan oleh
peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Aktivitas Guru, Siklus I: Dari hasil observasi aktivitas
guru dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah
77.84% dengan kategori baik namun belum mencapai
indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sedangkan
bila pada hasil observasi aktivitas siswa dengan
menggunakan model pembelajajan Time Token
mendapatkan hasil 75.50% dengan kategori baik namun
belum juga mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan. Sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II
dengan perbaikan.
Setelah dilakukannya pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token.
Pembelajaran pada siklus I akan diakhiri dengan adanya
pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk
menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang
didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Data hasil belajar siswa siklus I
Ketuntasan
No.
Nama Siswa
Tidak
Tuntas
Tuntas
A
S
1
√
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ADAW
B P
DARPS
F N R
FF
F F
JI M
M A W
M. M F
M T.A.A
N
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
13 G N N
14 N S
15 R P
16 R A S
17 R N D
18 R A P L
19 S
20 V M
21 A M
22 A Y
23 D P
24 R Y
25 D I
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
18
7
Hasil belajar siswa pada siklus 1 ini siswa yang
tuntas sebanyak 18 siswa dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 7 siswa. Prsentase yang didapat yaitu 72%.
Hasil ini masih belum mencapai indikator keberhasilan
yaitu kurang lebih sama dengan 80%. Nilai rata-rata
keseluruhan siswa hanya mencapai 76.64 dan nilai ratarata tersebut belum dikatakan tuntas sehingga masih perlu
diperbaiki di siklus II.
Siklus II
Pada tahap perencanaan siklus II kegiatan yang
dilakukan ialah 1) Mengkaji kurikulum untuk memilih
bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2. Menghargai
peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4 Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3) membuat kisi-kisi
lembar evaluasi, 4) membuat lembar evaluasi dan kunci
jawaban evaluasi, 5) membuat LKS dan kunci jawaban,
(6) menyiapkan media, 7) membuat instrument penelitian
aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan
pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan
peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai
observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua
hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal
28-29 April 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I
adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1)
kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
1057
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
inti, a)guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh
yang terlibat dalam perjuangan diplomasi untuk
mempertahankan kemerdekaan secara singkat, b) guru
menujukan salah satu gambar tokoh pejuang
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan diplomasi, c) siswa mengamati gambar tokoh
pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan
dengan perjuangan diplomasi, d) guru menugaskan siswa
untuk mengindentifikasi gambar tokoh pejuang
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan diplomasi, e) guru membagikan ssejumlah
kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik perkupon
kepada tiap siswa, f) guru menjelaskan cara bermain
kupon berbicara yang telah dibagikan, g) siswa
melaksanakan ugas guru untuk mengidentifikasi tokoh
pejuang mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan
dengan perjuangan diplomasi, h) siswa bisa menukarkan
kuponnya dengan cara menuliskan atau mengurtarakan
jawaban di papan tulis dari tugas yang telah diberikan
guru di depan kelas, i) siswa juga dapat menukarkan
kuponnya dengan cara mengomentari /mengoreksi atau
menambahi bila jawaban di papan tulis dirasa kurang
tepat, j) guru menjelaskan peristiwa perjuangan para
tokoh pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
berkaitan dengan perjuangan diplomasi dengan lebih
rincih, k) siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
peritiwa perjuangan para tokoh pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang berkaitan dengan
perjuangan fdiplomasi, l) guru menugaskan siswa untuk
menjelaskan kembali secara singkat peristiwa para tokoh
pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
berkaitan dengan perjuangandiplomasi, m) siswa
melaksanakan tugas guru, n) guru bertanya pada siwa
tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada yang
dipahami, guru menjelaskan kembali materi tersebut, o)
guru memberikan reward bagi siswa yang berani
mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3) kegiatan
penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru
menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru
memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d)
guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup
pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1)
kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara
singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan perjuangan diplomasi dalam mempertahankan
kemerdekaan, serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam
perjuangan
diplomasi
untuk
mempertahankan
kemerdekaan dan guru menyapaikan materi tentang
peranan tokoh pahlawan yang terlibat dalam peristiwa
perjuangan
diplomasi
untuk
mempertahankan
kemerdekaan, b) guru memberikan beberapa pertanyaan
kepada siswa mengenai peranan tokoh pahlawan yang
terlibat dalam peristiwa perjuangan diplomasi untuk
mempertahankan kemerdekaan, c) siswa yang masih
memiliki kupon berbicara dapat mempergunakan dengan
cara menjawab secara singkat tentang pertanyaan yang
telah diberikan oleh guru, d) siswa juga dapat
menukarkan
kuponnya
dengan
cara
mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban
yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru
membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara
bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas
LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum
menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri
dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil
jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i)
siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya
dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi
bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada
yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi
tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa
mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa
yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut
masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan
tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan
reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon
berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan
refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru
memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa
berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama.
Pada tahap pengamatan siklus II dilakukan oleh
peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Aktivitas Guru, Siklus II: Dari hasil observasi aktivitas
guru dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah
87.5% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai
indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Namun,
walaupun presentase yang telah didapat sudah mencapai
indikator keberhasilan akan tetap dilanjutkan pada siklus
III untuk pemantapan kinerja guru dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Time Token. Sedangkan bila pada hasil
observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model
pembelajajan Time Token mendapatkan hasil 85.79%%
dengan kategori sangat baik dan telah mencapai indikator
1058
Meningkatkan Hasil Belajar
keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun, walaupun
presentase yang telah didapat sudah mencapai indikator
keberhasilan akan tetap dilanjtkan pada siklus III untuk
pemantapan pemahaman siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Time Token.
Setelah dilakukannya pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token.
Pembelajaran pada siklus II akan diakhiri dengan adanya
pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk
menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang
didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa
adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Data hasil belajar siswa siklus II
Ketuntasan
No.
Nama Siswa
AS
1
2
A DAW
3
B P
4
D ARPS
5
F N R.
6
FF
7
F F
8
J I M
9
M A W
10 M M F
11 M T A A
12 N
13 G N N
14 N S
15 R P
16 R A S
17 R N D
18 R A P L
19 S
20 V M
21 A M
22 A Y
23 D P
24 R Y
25 D I
Jumlah
Tuntas
Tidak
Tuntas
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
20
5
Hasil belajar pada siklus II ini siswa yang tuntas
sebanyak 20 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak
5 siswa. Persentase yang didapat yaitu 80%. Hasil ini
masih sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih
dari atau sama dengan 80%. Nilai rata-rata keseluruhan
siswa hanya mencapai 83.2 dan nilai rata-rata tersebut
dapat dikatakan tuntas.
Tahap refleksi, Pada tahap ini, guru melakukan
evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token pada
siklus II dengan peneliti dan teman sejawat. Untuk
hambatan dan kendala dari siklus II ini pada dasarnya
sudah teratasi karena sudah dilakukannya siklus II
sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi kendala
tersebut, dan proses pembelajaran dengan menggunkan
model pembelajaran Time Token di siklus II ini lebih baik
dari pada di siklus sebelumnya. Siswa lebih antusias dan
bersemangat ketika materi diberikan maupun pada saat
bermain menggunakan kupon berbicara. Walaupun dalam
siklus I dan siklus II sudah mengalami peningkatan dan
pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan,
namun peneliti akan memutuskan untuk melanjutkan ke
siklus III untuk tetap meningkatkan kinerja aktivitas guru
dan pemantapan materi untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token.
Siklus III
Pada tahap perencanaan siklus III kegiatan yang
dilakukan ialah 1) Mengkaji kurikulum untuk memilih
bahan ajar yaitu standar kompetensi (SK) 2. Menghargai
peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.4 Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan, 2) membuat RPP, 3) membuat kisi-kisi
lembar evaluasi, 4) membuat lembar evaluasi dan kunci
jawaban evaluasi, 5) membuat LKS dan kunci jawaban,
(6) menyiapkan media, 7) membuat instrument penelitian
aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Tahap pelaksaan merupakan penerapan dari tahap
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan
pada tahap ini dilakukan oleh guru kelas VA sedangkan
peneliti bersama dengan sejawat bertugas sebagai
observer dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dalam waktu dua
hari dengan total alokasi waktu 6 x 35 menit pada tanggal
5-6 Mei 2017. Adapun kegiatan pembelajaran siklus I
adalah sebagai berikut. Pembelajaran 1 meliputi 1)
kegiatan awal, a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
inti, a) guru menyampaikan materi tentang tokoh-tokoh
yang terlibat dalam usaha pengakuan kedaulatan secara
singkat dalam mempertahankan kemerdekaan, b) guru
menujukan salah satu gambar tokoh yang terlibat dalam
perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam
mmpertahankan kemerdekaan. c) siswa mengamati
gambar tokoh tokoh yang terlibat dalam perundingan
usaha pengakuan kedaulatan dalam mmpertahankan
1059
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
kemerdekaan, d) guru menugaskan siswa untuk
mengindentifikasi gambar tokoh tokoh yang terlibat
dalam perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam
mmpertahankan kemerdekaan, e) guru membagikan
ssejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik
perkupon kepada tiap siswa, f) guru menjelaskan cara
bermain kupon berbicara yang telah dibagikan, g) siswa
melaksanakan ugas guru untuk mengidentifikasi tokoh
tokoh yang terlibat dalam perundingan usaha pengakuan
kedaulatan dalam mmpertahankan kemerdekaan, h) siswa
bisa menukarkan kuponnya dengan cara menuliskan atau
mengurtarakan jawaban di papan tulis dari tugas yang
telah diberikan guru di depan kelas, i) siswa juga dapat
menukarkan kuponnya dengan cara mengomentari
/mengoreksi atau menambahi bila jawaban di papan tulis
dirasa kurang tepat, j) guru menjelaskan peristiwa
perjuangan para tokoh tokoh yang terlibat dalam
perundingan usaha pengakuan kedaulatan dalam
mmpertahankan kemerdekaan dengan lebih rincih, k)
siswa memperhatikan penjelasan guru tentang peritiwa
yang berkaitan dengan perundingan dalam usaha
kedaulatan dalam mempertahankan kemerdekaan, l) guru
menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali secara
singkat peristiwa dengan perundingan dalam usaha
kedaulatan dalam mempertahankan kemerdekaan, m)
siswa melaksanakan tugas guru, n) guru bertanya pada
siwa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada
yang dipahami, guru menjelaskan kembali materi
tersebut, o) guru memberikan reward bagi siswa yang
berani mempergunakan semua kupon berbicaranya. 3)
kegiatan penutup, a) guru melakukan refleksi, b) guru
menyimpulkan hasil belajar pada pertemuan ini, c) guru
memberikan motivasi kepada siswa dan pesan moral, d)
guru dan siswa berdoa bersama sebagai kegiatan penutup
pelajaran, e) guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam. Pembelajaram 2 meliputi 1)
kegiatan awal , a) guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar, b) guru memulai pembelajaran
dengan mengajak siswa berdoa bersama, c) guru
melakukan presensi, d) guru mengajak siswa untuk
melakuka ice breaking, e) guru melakukan apresepsi, f)
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) kegiatan
inti, a) Guru menyampaikan materi kembali secara
singkat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan perundingan dalam usaha pengakuan kedaulatan,
serta memberi contoh tentang perilaku sikap mengahargai
jasa para pahlawan, b) guru memberikan beberapa
pertanyaan kepada siswa mengenai sikap apa saja yang
termasuk dalam menghargai jasa para pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan, c) siswa yang masih
memiliki kupon berbicara dapat mempergunakan dengan
cara menjawab secara singkat tentang pertanyaan yang
telah diberikan oleh guru, d) siswa juga dapat
menukarkan
kuponnya
dengan
cara
mengomentari/mengoreksi atau menambahi bila jawaban
yang di utarakan dirasa kurang tepat, e) guru
membagikan LKS, f) siswa mengerjakan LKS secara
bersama teman sebangku, g) guru dan siswa membahas
LKS yang telah dikerjakan, h) siswa yang belum
menukarkan kuponnya dapat mencoba secara mandiri
dengan cara menuliskan atau mengutarakan hasil
jawaban LKS yang telah dikerjakan di depan kelas, i)
siswa juga dapat menukarkan menukarkan kuponnya
dengan cara mengomentari/ mengoreksi atau menambahi
bila jawaban dirasa kurang tepat, j) guru bertanya pada
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, jika ada
yang belum dipahami, guru menjelaskan kembali materi
tersebut, k) guru memberikan soal evalusi, l) siswa
mengerjakan soal evalluasi secara mandiri, m) bagi siswa
yang masih mempunyai kupon berbicara, siswa tersebut
masih bisa menukarkan dengan cara menyimpulkan
tetang hasil pembelajaran hari ini, n) guru memberikan
reward bagi siswa yang berani mempergunakan kupon
berbicaranya. 3) kegiatan penutup, a) guru melakukan
refleksi, b) guru menyimpulkan hasil belajar, c) guru
memberikan motivasi dan pesan moral, d) guru dan siswa
berdoa bersama, e) guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama.
Pada tahap pengamatan siklus III dilakukan oleh
peneliti bersama dengan teman sejawat. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa instrumen aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Aktivitas Guru, Siklus IIII: Dari hasil observasi aktivitas
guru dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token. Hasil data yang diperoleh dari aktivitas guru ialah
91.4% dengan kategori sangat baik dan telah mencapai
indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sedangkan
bila pada hasil observasi aktivitas siswa dengan
menggunakan model pembelajajan Time Token
mendapatkan hasil 92% dengan kategori sangat baik dan
telah mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan. Namun,
Setelah dilakukannya pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token.
Pembelajaran pada siklus II akan diakhiri dengan adanya
pemberian tes terhadap masing-masing siswa untuk
menjadi tolak ukur mengenai hasil belajar yang
didapatinya. Hasil belajar yang telah didapatkan siswa
pada tabel 3, sebagai berikut:
Tabel 3
Data hasil belajar siswa siklus III
1060
No.
1
Nama Siswa
AS
Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
√
Meningkatkan Hasil Belajar
2
ADAW
√
B
P
3
4
D ARPS
√
5
FN R
√
6
FF
√
7
FF
√
8
J I M
√
9
MA W
√
10 M M F
√
11 M T A A
√
12 N
√
13 G N N
√
14 N S
√
15 R P
√
16 R A S
√
17 R N D
√
18 R A P L
√
19 S
√
20 V M
√
21 A M
√
22 A Y
√
23 D P
√
24 R Y
√
25 D I
√
Jumlah
23
2
Hasil belajar pada siklus III ini siswa yang tuntas
sebanyak 22 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak
3 siswa. Persentase yang didapat yaitu 92%. Hasil ini
masih sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih
dari atau sama dengan 80%. Nilai rata-rata keseluruhan
siswa hanya mencapai 87.68 dan nilai rata-rata tersebut
dapat dikatakan tuntas.
Tahap refleksi, Pada tahap ini, guru melakukan
evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token pada
siklus III dengan peneliti dan teman sejawat. Untuk
hambatan dan kendala dari siklus III ini pada dasarnya
sudah teratasi karena sudah dilakukannya siklus II
sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi kendala
tersebut, dan proses pembelajaran dengan menggunkan
model pembelajaran Time Token di siklus III ini lebih
baik dari pada di siklus sebelumnya. Siswa lebih antusias
dan bersemangat ketika materi diberikan maupun pada
saat bermain menggunakan kupon berbicara, siswa lebih
kondusif dalam pembelajaran, dan siswa juga sudah
mulai mempunyai rasa ingin tahu tentang materi yang
dipelajarinya. Maka dari hasil refleksi yang dilakukan
pada siklus III dapat dilihat dari aktivitas guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar yang didapatkan mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I dan siklus
II. Dan hasil yang didapatkan pada siklus III sudah dapat
mencapai Indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar
80%. Dengan keberhasilan yang didapkan pada siklus III
ini, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran Time Token
karena telah mencapai indikator keberhasilan.
Pembahasan
Pada pembahasan akan dideskripsikan bagaimana
aktivitas siswa, aktivitas guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time
Token. Selain itu juga akan dipaparkan hasil belajar yang
didapatkan
siswa
setelah
penggunaan
model
pembelajaran Time Token pada proses pembelajaran.
Apabila ketiga aspek tersebut dapat memenuhi kriteria
pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu
minimal sama dengan 80% untuk aktivitas siswa secara
klasikal, aktivitas guru, dan ketuntasan hasil belajar
secara klasikal maka penelitian dinyatakan berhasil. Dan
pembahasan dari ketiga aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Aktivitas guru
Pada siklus I aktivitas yang dilakukan guru
mendapatkan nilai persentase 77.84%, pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 87.5% dan pada siklus
III tetap mengalami peningkatan menjadi 91.4%. Hasil
peningkatan yang terjadi dapat dilihat pada diagram
berikut:
77.84%
87.50%
91.4%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Diagram 1
Persentase aktivitas guru dari siklus I, siklus II dan
siklus III
Aktivitas guru pada siklus I telah memperoleh nilai
persentase 77.84%. Persentase ini sudah masuk pada
kategori baik namun persentase tersebut belum dapat
mencapai indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan (1)
Guru belum maksimal disaat memberikan materi kepada
siswa, (2) Guru kurang bisa unuk menimbulkan rasa
ingin tahu siswa, (3) Guru kurang memberikan motivasi
kepada siswa di akhir pembelajaran, (4) Guru belum
maksimal dalam pemberian reward kepada siswa.
Sedangkan bila pada pencapaian presentase di
siklus II telah mendapatkan 87.5%. Pencapaian ini sudah
termasuk dalam kategori sangat baik dan telah memenuhi
indikator keberhasilan dikarenakan guru telah
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada
siklus I atau dengan kata lain telah memperbaiki poin-
1061
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
poin yang kurang pada siklus sebelumnya seperti, guru
sudah mampu membuka pembelajaran dengan lebih baik,
guru mampu memberikan materi kepada siswa dengan
lebih detail dan lebih jelas sehingga siswa dapat
menerima pembelajaran tersebut, guru sudah lebih
memanfaatkan waktu untuk memberikan motivasi yang
lebih kepada siswa untuk dapat lebih aktif dalam
pembelajaran, dan guru juga sudah memberikan reward
kepada siswa dengan lebih adil dan merata. Hal ini sesuai
seperti pendapat Rusman (2012:211) yang menyatakan
bahwa salah satu tahap dari pembelajaran kooperatif
adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
menyajikan informasi dimana informasi atau materi
tersebut dapat disajikan dengan berbagai cara dan
memberikan reward atau prnghargaan kepada siswa
untuk menunjukan bahwa hasil kerja siswa tersebut telah
dihargai oleh guru. Baik itu dalam bentuk individu
maupun kelompok.
2. Aktivitas Siswa
Pada siklus I nilai persentase aktivitas siswa yang
diperoleh sebesar 75.50%, pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 85.79% dan pada siklus III tetap
mengalami peningkatan menjadi 92%. Data dari nilai
persentase yang diperoleh pada siklus I, siklus II dan
siklus III dapat dilihat dari diagram berikut:
75.50%
85.80%
92%
100%
dapat lebih baik dan menarik sampai usaha guru inipun
mendapatkan hasil diantaranya adalah siswa sudah lebih
aktif didalam pembelajaran, siswa sudah memiliki rasa
ingin tahu, dan siswa sudah berani untuk menggungapkan
pendapat. Lalu bila pada pelaksanaan siklus III hasil yang
didapat ialah sudah termasuk dalam kategori sangat baik.
Dalam pencapaian kategori ini siswa sudah dapat
menjalankan pembalajaran dengan lebih baik dari awal
hingga akhir pembelajaran dan siswa juga sudah dapat
secara mandiri untuk mengerjakan lembar evaluasi yang
diberikan oleh guru dan hasil yang didaptkanpun cukup
memuaskan. Sejalan dengan adanya perubahan
peningkatan aktivitas siswa yang telah didapat pada siklus
I hingga siklus III ialah sama dengan adanya pendapat
Sudjana (2014:39) bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat memperngaruhi belajar siswa, diantaranya adalah
kemampuan sikap bahkan lingkungan tempat belajar. jadi
bila memang lingkungan tempat belajar telah dibangun
guru dengan sedemikian rupa hingga siswa dapat tertarik
dan menjadi antusias dengan adanya pembelajaran maka
perubahan baik yang akan didaptkan.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pada siklus I, siklus II dan siklus III terdapat peningkatan
pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Time Token pada KD
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan kelas VA di MI Bahrul
Ulum Surabaya.
3. Hasil Belajar
80%
Pada siklus I hasil belajar yang didapatkan siswa
adalah 72%, pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 85.79% dan pada siklus III tetap mengalami
peningkatan menjadi 92%
60%
40%
20%
0%
Siklus I
Siklus II
65%
Siklus III
72%
85.79%
92%
100%
80%
Diagram 2
Persentase aktivitas siswa dari siklus I, siklus II dan
siklus III
60%
40%
20%
Presentase aktivitas siwa pada siklus I hanya masuk
dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor dari diri siswa itu sendiri seperti (1) siswa kurang
bekerja sama dengan teman saat mengerjakan LKS, (2)
diawal pembelajaran siswa masih merasa sedikit
kebinggungan untuk mempergunakan kupon berbicara,
(3) siswa belum cukup berani untuk mengutarakan
pendapat di depan kelas, (4) sebagian siswa belum dapat
mengerjakan LE secara mandiri.
Sedangkan pada siklus II telah masuk dalam kategori
sangat baik. Kenaikan yang dialami oleh siklus II ini
dikarenakan oleh beberapa hal, seperti guru berusaha
mengoptimalkan dalam mengelolah pembelajaran agar
0%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Diagram 3
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
Pada siklus I hasil belajar yang di peroleh siswa
kelas VA MI Bahrul Ulum Surabaya dengan proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time
Token sebanyak 72% siswa sudah tuntas dan sebanyak
28% siswa belum tuntas dengan rincian 18 siswa pada
lembar tes mendapat nilai lebih atau sama dengan 75.
Sedangkan 7 siswa pada lembar tes mendapat nilai
1062
Meningkatkan Hasil Belajar
kurang dari 75. Persentase ketuntasan secara klasikal ini
merupakan patokan yang digunakan peneliti untuk
menentukan apakah sudah memenuhi indikator penelitian
yang telah ditetapkan. Belum tercapainya indikator
keberhasilan yang telah ditentukan pada siklus I, maka
penelitian dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token di kelas
VA MI Bahrul Ulum surabaya mengalami peningkatan
18%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada
siklus II mendapatkan persentase sebesar 80% dengan
rincian 20 siswa sudah tuntas dalam hasil belajarnya
dengan mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75
pada lembar tes. Dan 5 siswa belum tuntas dalam hasil
belajar yang didapatkan karena nilai yang didapatkan
pada lembar tes masih kurang dari 75. Jika dilihat dari
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni 80%,
maka persentase nilai yang didapatkan pada siklus II
sudah dapat dikatakan berhasil mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan.
Pada siklus III hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token di kelas
VA MI Bahrul Ulum surabaya mengalami peningkatan
12%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada
siklus III mendapatkan persentase sebesar 92% dengan
rincian 23 siswa sudah tuntas dalam hasil belajarnya
dengan mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75
pada lembar tes. Dan 2 siswa belum tuntas dalam hasil
belajar yang didapatkan karena nilai yang didapatkan pada
lembar tes masih kurang dari 75. Hal ini menandakan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus III sudah mencapai
indikator ketuntasan yang ditetapkan dan mencapai tujuan
pengajaran IPS di sekolah sesuai dengan pendapat
(Siradjuddin
dan
Suhanadji,
2012:19)
yang
dikelompokkan menjadi empat (4) komponen yaitu
pengetahuan
(knowledge),
keterampilan
(skills),
nilai/sikap (value), kehidupan sosial (social participation)
dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada siklus I-III
di atas, maka pemahaman siswa juga meningkat. Hal ini
dikarenakan siswa sudah mulai mengenal dan terbiasa
dengan model pembelajaran Time Token yang digunakan
dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat (Huda,
2013:239) yaitu bahwa model pembelajaran Time Token
dapat melibatkan siswa didalam setiap poses
pembelajaran serta dapat mengajarkan siswa untuk
mengutarakan pendapat dan menghargai pendapat orang
lain. Sehingga pembelajaranpun menjadi lebih efektif. Hal
ini juga sesuai dengan kelebihan model pembelajaran
Time Token seperti yang dikemukakan (Kurniasih,
2016:107) kelebihan model pembelajaran Time Token,
yaitu (1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisatif
dan partisipasinya dalam proses pembelajaran. (2)
menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling
mendergakan, berbagai, memberikan masukan dan
keterbukaan terhadap kritik. (3) guru dapat berperan untuk
mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemui. Setelah melakukan refleksi
pada siklus I dan II peneliti melaksankaan perbaikan pada
siklus III. Pada siklus III tampak adanya peningkatan
persentase ketuntasan klasikal mencapai 100%.
Berdasarkan data tersebut penelitian dapat dinyatakan
berhasil karena persentase ketuntasan klasikal melebihi
indikator keberhasilan ≥80%. Dari paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Time Token dapat meningkatkan aktivitas guru, siswa, dan
hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil analisis data penelitian tentang
penggunaan model pembelajaran Time Token untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
kelas V MI Bahrul Ulum Surabaya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Untuk penggunaan model pembelajaran Time Token
sudah berlangsung cukup menyenangkan sehingga siswa
antusias dalam proses pembelajaran walaupun dalam
siklus I masih ada beberapa poin yang kurang baik dari
aktifitas guru, aktivitas siswa, maupun hasil belajar
siswa.
Aktivitas guru pada pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token yang
telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi
dengan guru kelas telah mengalami peningkatan dari
siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut di
karenakan peneliti selalu menelaah kendala-kendala yang
terjadi pada siklus sebelumnya untuk pelaksanaan siklus
selanjutnya. Dan hasil presentase yang didapatkan pada
siklus III ialah sudah termasuk dalam kategori sangat
memuaskan.
Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token yang
telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi
dengan guru kelas telah mengalami peningkatan dari
siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut di
karenakan peneliti selalu menelaah kendala-kendala yang
terjadi pada siklus sebelumnya untuk pelaksanaan siklus
selanjutnya. Dan hasil presentase yang didapatkan pada
siklus III ialah sudah termasuk dalam kategori sangat
memuaskan.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran Time Token yang
telah dilaksanakan oleh peneliti dengan berkolaborasi
dengan guru kelas telah mengalami peningkatan mulai
dari pelaksanaan siklus I hingga siklus III. Pada siklus I
1063
JPGSD. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017
peningkatan peresentase yang didapat belum memenuhi
indikator keberhasilan yang ditetapkan hingga peneliti
harus melanjutkan ke siklus ke II untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan atau kendala yang terjadi pada
siklus sebelumnya. Peresentase yang didapat pada siklus
II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan kategori
sangat baik, namun peneliti tetap melanjutkan ke siklus
III untuk pemantapan. Persentase yang didapat pada
siklus III juga telah mengalami peningkatan dengan
kategori sangat baik dan telah memenuhi indikator
keberhasilan.
Berdasarkan penejelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Time Token aktivitas guru, aktivitas siswa,
dan hasil belajar siswa di kelas V MI Bahrul Ulum
Surabaya telah menggalami peningkatan.
Dalam Pembeajaran IPS SD. Vol. 37, NO. 5, Juli
2016, (Online)
http://kdcibiru.upi.edu/jurnal/index.php/antologipgsd
/article/viewFile/708/618
diunduh 3 April 2017
Siradjuddin, dan Suhanadji. 2012. Pendidikan IPS
(Hakikat, Konsep, dan Pembelajaran). Surabaya:
Unesa University Press.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan agar
model pembelajaran Time Token dapat digunakan dengan
lebih baik, maka dengan ini penulis akan memaparkan
beberapa saran seperti, (1) guru seharusnya dapat
menggunakan berbagai model pembelajaran di setiap
pembelajaran agar siswa dapat terlibat lebih aktif, (2)
perhatian guru harus dapat lebih tertuju kepada siswa di
saat pembelajaran berlangsung agar kreativitas dan
keaktifan siswa dapat terpantau dengan baik, (3) Siswa
sebaiknya mengerti tentang pentingnya berpesran aktif
dan menghargai pendapat orang lain didalam
pembelajaran agar siswa dapat memperoleh wawasan
baru serta mencapai tujuan bersama tanpa adanya
perselisihan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk
Guru SD, SLB, TK. Bandung: Yrama Widya.
Gunansyah, Ganes. 2015. Pendidikan IPS Berorientasi
Praktik yang Baik. Surabaya: Unesa University
Press.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indarti, Titik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penulisan Ilmiah. Surabaya: FBS Unesa.
Kurniasih, imas & Sani, Berlin. 2015. Ragam
Pengembangan Model Pembelajaran.
Kurniasih, imas & Sani, Berlin. 2016. Ragam
Pengembangan Model Pembelajaran.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Rusman.
2014.
Model-Model
Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung:
Raja Grafindo Persada
Sandi, Gita Yuniar. Rustini Tin. Ai Sutini. Penerapan
Model Kooperatif Tipe Time Token untuk
Meningkatakan Kemampuan Berpikir Kreatif siswa
1064
Download