IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Penelitian Pendahuluan, dan (2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah penentuan konsentrasi bahan penstabil maltodekstrin dan gum arab dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20%. Serbuk nanas yang telah dihasilkan selanjutnya dilakukan analisis kadar air dan kadar vitamin C. Hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 7 : Tabel 7. Hasil Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Bahan Penstabil Pada Pembuatan Serbuk Nanas. Konsentrasi Penstabil Maltodekstrin Kadar Kadar Vitamin C Dan Gum Arab Air 10% 2.38 2.49% 15% 2.5 2.13% 20% 2.95 2.22% Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dapat dinyatakan bahwa konsentrasi penstabil maltodekstrin dan gum arab terpilih dilihat pada kadar air terkecil yaitu 2.38% dan kadar vitamin C tertinggi yaitu 2.49%, maka konsentrasi penstabil maltodekstrin dan gum arab yaitu 10%. Konsentrasi penstabil pada 10% menghasilkan kadar air terendah pada serbuk nanas, karena adanya proses pengeringan dimana terjadi proses penguapan air yang bertujuan untuk mengurangi sebagian air yang terkandung dalam suatu produk. Kegunaan lain pengeringan adalah untuk mengurangi volume produk yang diperoleh sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkut. Bahan penstabil dapat berfungsi untuk melindungi suatu komponen yang sensitif seperti komponen antioksidan, rasa, vitamin, warna dan komponen nutrisi 36 37 lainnya.Vitamin C yang terpilih yaitu dengan kandungan tertinggi yaitu 2.49% karena vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh karna. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dan dentin. 4.2 Penelitian Utama Penelitian utama yang dilakukan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pendahuluan yaitu pengaruh konsentrasi albumin terhadap serbuk nanas, dimana konsentrasi terpilih yaitu 10% digunakan pada penelitian utama. Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh putih telur terhadap karakteristik serbuk nanas yang dibuat dengan metode foam matt drying yang kemudian dilakukan penilaian secara organoleptik yaitu rasa, aroma, dan warna menggunkan uji hedonik yang dilakukan oleh 25 orang panelis dan penentuan kadar air, dan vitamin C. 4.2.1. Analisis Organoleptik 4.2.1.1. Rasa Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu produk makanan selain penampilan dan warna. Pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukan penerimaan konsumen terhadap suatu makanan dilakukan dengan alat indra manusia. Selain itu tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Perubahan yang terjadi pada cita rasa bahan pangan biasanya lebih kompleks dari pada yang terjadi pada warna bahan pangan (winarno, 1992). 38 SSR 5% 3.01 Tabel 8. Pengaruh Jenis Penstabil Terhadap Rasa Serbuk Nanas Perlakuan LSR Taraf Kode Rata2 5% nyata 1 2 b1 2.24 A 0.0936 b2 2.40 0.16 * - B Berdasarkan hasil dari analisis anava diketahui bahwa konsentrasi albumin (A) dan interaksi jenis penstabil tidak berpengaruh nyata terhadap rasa serbuk nanas, tetapi jenis penstabil berpengaruh terhadap rasa dari serbuk nanas. Dimana perlakuan b1 (maltodekstrin) berbeda nyata dengan perlakuan b2 (gum arab). Perlakuan b1 yaitu jenis penstabil maltodekstrin lebih disukai oleh panelis dengan nilai rata-rata 2,24. Dinding kapsulat seperti maltodekstrin dapat berfungsi melindungi komponen yang sensitif seperti komponen antioksidan, rasa, vitamin, warna dan komponen nutrisi lainnya. Penggunaan maltodekstrin dan putih telur dalam pembuatan serbuk nanas menghasilkan serbuk nanas yang disukai oleh panelis, hal ini disebabkan karna fungsi dari putih telur dari albumin melindungi kandungan vitamin yang terdapat dalam nanas begitu juga fungsi dari maltodekstrin. Rasa dalam bahan pangan sangat penting dalam menentukan daya terima konsumen. Selain itu, rasa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam penentuan mutu. Biasanya rasa sangat diperhatikan oleh konsumen setelah warna. Rasa ditimbulkan oleh produk pangan dapat berasal dari bahan pangan itu sendiri tetapi dapat pula ditimbulkan oleh zat-zat yang ditambahkan dari luar saat proses berlangsung, sehingga menimbulkan rasa yang tajam atau sebaliknya menjadi berkurang (deMan, 1997). 39 4.2.1.2.Warna Warna merupakan salah satu faktor menentukan kualitas penampakan bahan makanan, disamping faktor lainnya bentuk dan ukuran warna bahan pangan tergantung pada kenampakan bahan pangan tersebut dan kemampuan pengeringan bahan pangan akan mengubah sifat-sifat fisis dan diduga dari bahan pangan untuk memantulkan menyebarkan, menyerap, atau meneruskan sinar tampak, sehingga mengubah warna bahan pangan (Desrosier, 1988). Berdasarkan hasil anava diketahui bahwa jenis penstabil (B), konsentrasi albumin, (A) dan interaksi jenis penstabil dan konsentrasi albumin tidak berpengaruh nyata terhadap warna dari serbuk nanas, dikarenakan penggunaan putih telur atau albumin dan bahan penstabil tidak terlalu berbeda dalam serbuk nanas yang dihasilkan. Warna kuning yang dimiliki serbuk nanas pada berbagai perlakuan relative seragam yaitu kuning sesuai dengan warna alami nanas, sehingga semuannya dianggap sama dan itu yang menyulitkan panelis untuk memberikan skala hedonik yang berbeda dan hal tersebut dapat menunjukan tidak adanya pengaruh yang nyata dari perbandungan air dan kuning terhadap warna produk serbuk nanas yang dihasilkan. Perbandingan air dengan nanas yang berbeda tidak menghasilkan perbedaan yang nyta, hal ini disebabkan karena warna kuning buah nanas yang pekat.Warna serbuk nanas adalah kuning, warna ini muncul karena bahan baku nanas yang berwarna kuning serta bahan penunjang yang tidak berwarna dan konsentrasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi panelis untuk memilih. Warna penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan yang tidak diproses 40 maupun bagi yang dimanufaktur. Bersama-sama dengan bau, rasa dan tekstur, warna memiliki peranan penting dalam penerimaan makanan. Selain itu warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Untuk beberapa makanan cair yang jernih seperti minyak dan minuman, warna hanya merupakan masalah transmisis cahaya. Makanan lain berwarna buram warnanya kebanyakan disebabkan oleh pemantulan (deMan, 1997). Putih telur yang digunakan sebagai buih cair berfungsi untuk memperluas permukaan bahan pada saat pengeringan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengeringan bumbu serbuk lebih singkat dibandingkan dengan metode pengeringan biasa, selain itu buih dapat berfungsi untuk mencegah retensi vitamin dan senyawa volatil pada rempah, mencegah oksidasi, mempertahankan warna, dan melindungi bahan yang mudah rusak akibat panas. Putih telur yang berfungsi sebagai bahan untuk mempercepat pengeringan, harus memiliki ukuran perbandingan yang tepat agar pada proses pembuatannya dapat lebih optimal (Handayani, 2002). 4.2.1.3 Aroma Aroma dalam suatu makanan dan minuman mempunyai peranan penting dalam penilaian penampilannya, karena apabila minuman atau makanan tersebut mempunyai aroma yang khas maka produk tersebut bias dikatakan baik. Aroma yang kurang sedap pada suatu produk makanan atau minuman dapat melakukan kurang disukainya produk tersebut oleh konsumen. 41 Berdasarkan hasil anava diketahui bahwa jenis penstabil (B), konsentrasi albumin, (A) dan interaksi jenis penstabil dan konsentrasi albumin tidak berpengaruh nyata terhadap aroma dari serbuk nanas, dikarenakan penggunaan putih telur atau albumin dan bahan penstabil tidak terlalu berbeda dalam serbuk nanas yang dihasilkan. Aroma bersifat sangat subjektif dan sukar untuk diukur, selain itu sering dipengaruhi oleh penilaian kesukaan terhadap warna dan rasa produk. Penilaian aroma sangat dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisiologis panelis. Jenis penstabil dan konsentrasi albumin tidak berpengaruh terhadap serbuk nanas karena aroma jenis penstabil dan konsentrasi albumin serta penambahan nanas memiliki aroma yang khas, dan ketika dilakukan pengeringan menimbulkan aroma yang tidak berbeda nyata. Pada industri pangan, pengujian terhadap aroma dianggap penting karena dapat dengan cepat memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang diterima atau tidaknya produk makanan tersebut. Selain itu aroma dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya kerusakan pada produk makanan (Kartika dkk, 1988). Interaksi antara putih telur (albumin) dengan maltodekstrin dan gum arab akan terlihat pada saat proses pelapisan dan penyerapan air terhadap bahan oleh dekstrin. Mekanisme yang terjadi yaitu ketika buih telah terbentuk, dekstrin yang bersifat hidrofilik akan mengikat air yang terdapat dalam bahan juga air terdispersi dalam gas pada telur. Akibat berkurangnya kadar air, buih akan menjadi kental sehingga proses penguapan akan lebih cepat. Dekstrin juga berfungsi untuk melapisi buih sehingga menjadi lebih stabil, pada saat proses pemanasan uap air akan teruapkan tetapi warna, dan aroma tidak mengalami 42 retensi akibat adanya lapisan dekstrin yang menahan dinding permukaan buih (Akbar, 2002). 4.2.2. Analisis Kimia 4.2.2.1. Kadar Air Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak dapat pernah digantikan dengan senyawa lain air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karna air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa bahkan dalam makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian terkandung air dalam jumlah tertentu kandungan air dalam makanan ikut menentukan penampakan keseragaman dan daya tahan makanan terhadap serangan mikroba untuk memperpanjang daya simpan suatu bahan sehingga bahan makanan tersebut menjadi awet maka sebagian air dalam bahan harus di hilangkan dengan beberapa cara tergantung jenis bahan, umumnya dilakukan dengan pengeringan baik dengan penjemuran atau dengan alat pengering buatan (winarno, 1992). Berdasarkan hasil analisis dari sampel terpilih maka diperoleh kadar air yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Hasil Analisis Kadar Air Serbuk Nanas. Kode sampel Rata-rata Hasil analisis kadar air B2a1 2.12 2,5% Menurut Effendi (2002), kandungan air dalam suatu bahan pangan yang dikeringkan mempengaruhi beberapa hal yaitu seberapa jauh penguapan dapat berlangsung, lamanya proses pengeringan dan jalannya proses pengeringan kandungan air dalam suatu bahan pangan dinyatakan atas dasar basah (% berat) 43 atau atas dasar kering. Yaitu perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan kering. Berdasarkan Tabel 9 kadar air serbuk nanas sebesar 2,5% sudah memenuhi syarat mutu minuman serbuk dengan kadar air maksimal 5% . 4.2.2.2 Vitamin C Menurut Widyaningrum (2002), asam askorbat merupakan antioksidan yang ideal untuk buah buahan, karena asam ini merupakan komponen alami dalam buah sehingga tidak menyebabkan perubahan dan cita rasa yang tidak diinginkan, ekonomis, sekaligus dapat meningkatkan nilai gizi buah. Terkadang NaCl, asam phospat, asam sitrat, dan SO2 ditambahkan pada pemakaian asam askorbat, tetapi senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan cita rasa yang menyimpang. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efesien dalam penguraian asam askorbat. Enzim lain mengoksidasi vitamin C secara tidak langsung. Tabel 10. Hasil Analisis Vitamin C Serbuk Nanas. Kode sampel Rata-rata Hasil analisis kadar vitamin C B2a1 2.12 2,59% Berdasarkan hasil vitamin C sampel terpilih diketahui bahwa kandungan vitamin C sebesar 2,59% dimana menurut SNI vitamin C serbuk minuman sedikitnya harus mengandung 3 % hasil analisis hampir mendekati syarat mutu minuman serbuk hasil analisis vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak, mudah larut dalam air dan mudah teroksidasi dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta katalis tembaga dan besi oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah (winarno, 1997). 44 Menurut Appandi (1984) asam askorbat, vitamin C cukup mantap dalam larutan sam, tetapi dengan adanya cahaya akan terurai. Penguraian ini sangat dipercepat bila ada oksigen, basa, tembaga, dan besi. Kandungan asam askorbat selain berkurang selama penyimpanan dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti temperatur tinggi, kerusakan mekanis dan memar. Asam askorbat berkurang dikarenakan asam askorbat sangat peka terhadap oksidasi. Oleh pemanasan, asam askorbat juga biasa hilang 40% sampai 80%.