EVALUASI PERUBAHAN MUSIM TERHADAP KONDISI KUALITAS AIR PADA BAK PEMELIHARAAN LARVA KERAPU DI BALAI BUDIDAYA LAUT AMBON OLEH: Umar Rifai dan Dody Yunianto Balai Budidaya Laut Ambon, Email : bbl [email protected] Abstrak Kebutuhan benih bagi masyarakat dan pengusaha untuk keperluan pembesaran untuk saat ini dan waktu yang akan datang sangatlah besar. Dari jumlah produksi tersebut sangat tidak mencukupi permintaan benih bagi pembudidaya di wilayah kerja Balai Budidaya maupun di luar wilayah kerja.Sebagai langkah antisipatif guna meminimalisasi permasalahan diatas adalah melalui upaya penyediaan pasokan benih melalui kegiatan pembenihan, namun masih terbentur kendala pada pemeliharaan larva rearing yang belum stabil untuk setiap musim yang sangat dipengaruhi kondisi perairan (sumber mutu baku air), cuaca dan musim hujan yang berkepanjangan sehingga berpengaruh terhadap penyediaan pakan alami, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap SR larva yang masih rendah sehingga target produksi belum dapat tercapai. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan untuk memperoleh interpretasi data berdasarkan musim. Interpretasi data kualitas air ini diharapkan bisa menjadi data dukung dalam pengembangan komoditas di BBL Ambon. Serta dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan atas perubahan musim terhadap kondisi kualitas air pada bak pemeliharaan benih kerapu di BBL Ambon. Pemantauan kualitas air dilakukan selama 1 tahun yaitu tahun 2013 dengan melakukan pengukuran sampling acak secara periodic pada bak pemeliharaan larva kerapu meliputi empat parameter dasar yaitu suhu, salinitas, pH dan DO. Data disajikan dalam bentuk tabel dan bentuk grafik berdasarkan parameter kualitas air dan waktu pengukuran. Berdasarkan hasil pembahasan tentang perubahan musim terhadap kondisi kualitas air di bak pemeliharaan larva di BBL Ambon maka dapat disimpulkan bahwa parameter kualitas air di bak pemeliharaan larva yang dipengaruhi perubahannya oleh musim adalah parameter suhu dan salinitas. Perubahan parameter suhu dan salinitas berpengaruh langsung terhadap produksi benih kerapu. Kata kunci : musim, kualitas air, larva kerapu EVALUATION OF CHANGES IN WATER QUALITY CONDITIONS OF SEASON ON MAINTENANCE BASIN GROUPER LARVAE AT AMBON DEVELOPMENT MARICULTURE CENTER By : Umar Rifai dan Dody Yunianto Ambon Development Mariculture Center, Email :bbl [email protected] Abstract Seed need for society and entrepreneur for expansion to in this time and in the future very big. From production total very fall short seed request for fisherman at also outside work area. as anticipative step to minimization troubleshoot on passes efforts availibity paso seed pass germination activity, but still to bumped obstacle in larva maintenance rearing not yet stable to every season very influenced waters condition (water standard quality source), weather and continuous the rains so that influential towards availabality natural woof, which is on final very influential towards sr larva that still low so that production target not yet can reached. for that necessary done water quality monitoring chronically to get data interpretation based on season. this water quality data interpretation is supposed can be data support in commodities development at BBL Ambon. with can detect impact that evoked on season change towards water quality condition in seed maintenance basin grouper at BBL Ambon. Water quality monitoring is done during 1 year that is year 2013 with do measurement sampling random periodically in larva maintenance basin grouper cover four parameters base that is temperature, salinitas, pH and DO. Data is presented in the form of table and graph form based on water quality parameter and measurement time. Based on discussion result about season change towards water quality condition at larva maintenance basin at BBL Ambon so inferential that water quality parameter at larva maintenance basin that influenced the change by season temperature parameter and salinitas. temperature parameter change and salinitas direct influential towards seed production grouper. Keyword: season, water quality, larva grouper I. 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan benih bagi masyarakat dan pengusaha untuk keperluan pembesaran untuk saat ini dan waktu yang akan datang sangatlah besar. Produksi benih dari Balai Budidaya Ambon belum bisa mencukupi permintaan benih bagi pembudidaya di wilayah kerja Balai Budidaya Laut Ambon maupun di luar wilayah kerja. Sebagai langkah antisipatif guna meminimalisasi permasalahan diatas adalah melalui upaya penyediaan pasokan benih melalui kegiatan pembenihan, namun masih terbentur kendala pada pemeliharaan larva rearing yang belum stabil untuk setiap musim yang sangat dipengaruhi kondisi perairan (sumber mutu baku air), cuaca dan musim hujan yang berkepanjangan sehingga berpengaruh terhadap penyediaan pakan alami, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap SR larva yang masih rendah sehingga target produksi belum dapat tercapai. Media tempat hidup bagi organisme akuatik adalah air. Namun tidak semua air yang tersedia sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Adakalanya organisme tertentu menyukai kondisi air yang spesifik, tetapi jenis organisme lain mungkin tidak sesuai dengan kondisi air tersebut. Bak pemeliharan benih kerapu BBL Ambon menggunakan air laut sebagai media tempat hidup pemeliharaan. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan untuk memperoleh interpretasi data berdasarkan musim. Interpretasi data kualitas air ini diharapkan bisa menjadi data dukung dalam pengembangan komoditas di BBL Ambon. Serta dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan atas perubahan musim terhadap kondisi kualitas air pada bak pemeliharaan larva kerapu di BBL Ambon. 1.2. Tujuan Tujuan dari kegiatan evaluasi pengawasan ini adalah mengetahui dampak yang ditimbulkan atas perubahan musim terhadap kondisi kualitas air pada bak pemeliharaan larva kerapu di BBL Ambon. II. 2.1. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Monitoring pengawasan kualitas air ini dilakukan di bak pemeliharaan larva kerapu Balai Budidaya Laut Ambon. Pelaksanaan kegiatan monitoring ini mulai bulan Januari sampai bulan Desember 2013. 2.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama monitoring kualitas air ini yaitu; multi parameter water checker merk YSI seri 85 yang bisa digunakan untuk mengukur suhu, salinitas dan DO. pH diukur menggunakan pH meter portable merk WTW seri 3110. 2.3. Metode 1. Cara pengukuran dilakukan sesuai instruksi kerja alat masing-masing, pengukuran dilakukan secara insitu di pagi hari antara pukul 8-9. 2. Lokasi yang diukur adalah bak pemeliharaan larva kerapu dengan metode sampling acak 3 titik di masing-masing lokasi. 3. Data dikumpulkan selama satu tahun untuk kemudian diolah menjadi nilai minimum dan maksimum serta rata-rata data. 4. Data disajikan dalam bentuk tabel dan bentuk grafik berdasarkan parameter kualitas air dan waktu pengukuran. III. 3.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berikut ini data hasil monitoring pengukuran kualitas air di bak pemeliharaan larva BBL Ambon selama bulan Januari sampai bulan Desember 2013 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Monitoring Kualitas Air Di Bak Pemeliharaan Larva Parameter Kualitas Air No. Bulan 0 Suhu ( C) Salinitas (ppt) DO (ppm) 1. Januari 28,1-31,5 30,7-35,0 3,35-5,54 2. Februari 28,0-30,7 30,0-32,5 3,12-5,90 3. Maret 28,8-32,2 30,0-33,0 3,50-5,48 4. April 27,1-31,2 31,2-33,0 3,50-5,55 5. Mei 28,4-30,9 31,4-32,1 3,19-5,30 6. Juni 28,8-28,9 31,5-33,0 3,55-4,91 7. Juli 25,7-29,1 32,0-33,0 3,85-5,41 8. Agustus 25,3-28,7 30,0-33,0 3,60-4,91 9. September 26,3-29,7 32,0-33,0 3,71-5,60 10. Oktober 28,6-31,6 32,5-33,0 3,10-5,64 11. Nopember 29,7-32,0 33,0-34,0 3,49-4,27 12. Desember 29,0-30,8 33,0-34,0 3,28-4,59 Data Tim HPI BBL Ambon 2013 pH 8,00-8,30 7,70-8,20 7,70-8,30 7,80-8,50 7,50-8,20 7,80-8,30 7,70-8,20 7,86-8,15 7,70-8,10 7,90-8,24 7,80-8,10 7,80-8,20 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa selama 12 bulan kegiatan pemeliharaan larva berlangsung, rata-rata parameter suhu berkisar antara 25,3 – 32,2 oC ; Salinitas berkisar antara 31,2 – 35,0 ppt ; DO berkisar antara 3,10 – 5,9 ppm dan pH berkisar antara 7,50 – 8,50. SUHU (oC) 3.2. Pembahasan 3.2.1. Suhu Fluktuasi perubahan parameter suhu yang berbeda di bak pemeliharaan larva kerapu selama tahun 2013 dapat dilihat melalui Gambar 1. 32 31 30 29 28 27 26 25 29.8 30.5 29.35 29.15 30.1 29.65 30.85 29.9 28.85 27.4 28 27 BULAN Gambar 1. Grafik Parameter Rata-rata Suhu Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Grafik di atas menujukan bahwa fluktuasi suhu terjadi setiap bulan dimana rata-rata suhu tertinggi diperoleh dibulan Maret dan November sebesar 30 0C. Sementara suhu rata-rata terendah diperoleh pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September sebesar 27 0C. Terjadinya perubahan suhu ini sangat bergantung pada musim yang terjadi di Ambon. Suhu yang tinggi tersebut karena wilayah Teluk Ambon sedang mengalami musim kemarau dan suhu terendah diperoleh karena pada saat itu wilayah Teluk Ambon sedang mengalami musim penghujan dengan puncak curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli-Agustus. Dengan curah hujan tinggi maka suhu udara akan menurun diikuti oleh suhu perairan. Menurut Yunianto, dkk (2013) bahwa suhu air dipengaruhi oleh musim, garis lintang, ketinggian, waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman. SALINITAS (ppt) 3.2.2. Salinitas Fluktuasi perubahan parameter salinitas yang berbeda di bak pemeliharaan larva kerapu selama tahun 2013 dapat dilihat melalui Gambar 2. 34 33.5 33 32.5 32 31.5 31 30.5 30 33.5 33.5 32.85 32.1 31.25 31.5 32.25 32.5 31.75 32.5 32.5 31.5 BULAN Gambar 2. Grafik Parameter Rata-rata Salinitas Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Grafik di atas menujukan kondisi salinitas di bak pemeliharaan benih tidak terlihat perubahan yang drastis. Rata-rata salinitas tertinggi diperoleh 33,5 ppt pada bulan November dan Desember. Sementara rata-rata salinitas terendah diperoleh 31,25 ppt pada bulan Februari. Parameter rata-rata salinitas di bak pemeliharaan tidak banyak mengalami perubahan karena air yang digunakan sebelumnya biasanya ditampung dulu. Adanya perubahan salinitas akan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi curah hujan tinggi maka salinitas turun dan sebaliknya musim kemarau akan menyebabkan naiknya nilai salinitas. Menurut Yuniato dkk (2013) bahwa perubahan ini lebih disebabkan sumber air laut yang digunakan berasal dari dasar perairan Teluk Ambon. Seperti telah diketahui bahwa air tawar memiliki berat jenis lebih ringan dari air laut sehingga air hujan dan air sungai akan lebih lama berada di permukaan laut sebelum bercampur dengan air laut yang menyebabkan salinitas berkurang hanya pada permukaan air laut sampai kedalaman tertentu saja, tidak sampai ke dasar perairan. Salinitas juga berhubungan langsung dengan musim penghujan dan musim kemarau yaitu pengaruh keberadaan air tawar yang bersumber dari hujan, baik hujan yang jatuh secara langsung ke laut maupun hujan yang terjadi di darat dan mengalir ke laut melalui sungai mengingat topografi pulau Ambon yang didominasi dataran tinggi. DO (ppm) 3.2.3. DO Fluktuasi perubahan oksigen (DO) yang berbeda di bak pemeliharaan larva kerapu selama tahun 2013 dapat dilihat melalui Gambar 3. 4.8 4.655 4.63 4.6 4.525 4.51 4.49 4.4 4.445 4.37 4.255 4.245 4.23 4.2 4 3.88 3.935 3.8 3.6 3.4 BULAN Gambar 3. Grafik Parameter Rata-rata DO Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Grafik di atas menujukkan kondisi rata-rata DO di bak pemeliharaan benih tidak terlihat perubahan yang drastis. Rata-rata DO tertinggi diperoleh 4,65 ppm pada bulan September. Sementara rata-rata DO terendah diperoleh 3,8 ppm pada bulan Desember. Kondisi rata-rata DO pada bak pemeliharaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan hal ini terjadi karena proses naik dan turunnya DO di air lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas benih dalam bak. Asupan dari blower juga akan mempengaruhi ketersediaan DO di bak pemeliharaan, biasanya peningkatan kecepatan aerasi seiring dengan perkembangan benih di bak. Namun secara umum Yunianto., dkk (2013) menjelaskan bahwa di perairan terbuka kondisi perairan pada saat musim penghujan, suhu perairan turun maka DO akan naik, sebaliknya saat musim kemarau suhu perairan naik maka DO akan turun karena kelarutan gas-gas misalnya oksigen, karbon dioksida, nitrogen dan metana dalam air berbanding terbalik dengan suhu. Berkurangnya oksigen saat suhu perairan naik juga disebabkan oleh meningkatnya kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang akan meningkatkan konsumsi oksigen. Kadar oksigen di perairan laut juga dipengaruhi oleh salinitas. Semakin tinggi salinitas maka kadar oksigen akan menurun. Hal ini dapat dilihat ketika musim penghujan di saat salinitas menurun, maka kadar oksigen akan naik meskipun tidak terlihat secara signifikan. pH 3.2.4. pH Fluktuasi perubahan pH yang berbeda di bak pemeliharaan larva kerapu selama tahun 2013 dapat dilihat melalui Gambar 4. 8.2 8.15 8.1 8.05 8 7.95 7.9 7.85 7.8 7.75 7.7 8.15 8.15 8.07 8.05 8.005 8 7.95 8 7.95 7.95 7.9 7.85 BULAN Gambar 4. Grafik Parameter Rata-rata pH Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Grafik di atas menujukan kondisi rata-rata pH di bak pemeliharaan benih tidak terlihat perubahan yang drastis. Rata-rata pH tertinggi diperoleh 8,15 pada bulan Januari dan April. Sementara rata-rata pH terendah diperoleh 7,85 pada bulan Desember. Kondisi rata-rata pH pada bak pemeliharaan juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan hal ini terjadi karena proses naik dan turunnya pH di air lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas organisme dalam bak. Fluktuasi perubahan pH di bak pemeliharaan ini dikarenakan sifat air laut yang mempunyai system penyangga (buffer) dengan adanya ion bikarbonat sehingga tidak akan terjadi perubahan pH yang drastis. Jika ada basa kuat ditambahkan maka akan bereaksi dengan asam karbonat membentuk garam bikarbonat dan akhirnya menjadi karbonat. Sebaliknya jika asam kuat ditambahkan maka asam tersebut akan mengubah karbonat menjadi bikarbonat dan akhirnya menjadi asam karbonat sehingga terjadi reaksi kesetimbangan dan nilai pH tidak akan berubah drastis. Sehingga dapat dikatakan pH tidak dipengaruhi perubahan musim. 3.2.5. Hubungan Perubahan Kualitas Air dengan Produksi Benih Berdasarkan pembahasan data diatas maka perubahan musim yang terjadi di Ambon terhadap kualitas air di bak pemeliharaan larva terlihat jelas pada 2 parameter yaitu suhu dan salinitas. Kedua parameter ini ternyata memberikan pengaruh langsung terhadap hasil produksi benih kerapu. Grafik hasil produksi benih dari bulan Januari sampai bulan Desember 2013 pada pemeliharaan larva kerapu dapat dilihat pada Gambar 5. PRODUKSI BENIH (EKOR) 30000 25000 20000 15000 10000 K.Bebek 5000 K.Macan 0 BULAN Gambar 5. Grafik Hasil Produksi Benih Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Tabel diatas menujukan bahwa produksi benih kerapu selama tahun 2013 belum bisa kontinyu. Khusus di bulan Juli dan Agustus tidak ada produksi sama sekali baik benih kerapu bebek maupun benih kerapu macan. Hal ini terjadi karena pada bulan-bulan ini terjadi musim penghujan di Ambon. Pada bulan tersebut terjadi perubahan kualitas air yang signifikan di bak khususnya parameter suhu. Suhu yang rendah di bak menyebabkan terjadi kematian benih diawal-awal pemeliharaan disamping itu pertumbuhan benih juga lambat pada kondisi suhu ini. Hal ini sesui dengan pendapat Dongoran., dkk, (2009) bahwa suhu secara langsung berpengaruh terhadap proses metabolisme ikan. Pada suhu tinggi metabolisme ikan dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah proses metabolisme diperlambat. Bila keadaan seperti ini berlangsung lama, maka akan mengganggu kesehatan ikan. Sedangkan secara tidak langsung suhu air yang tinggi menyebabkan oksigen dalam air menguap, akibatnya ikan akan kekurangan oksigen. Gesamp (1984) dalam Anonim (2009) menambahkan bahwa kisaran suhu di daerah tropis sedemikian rupa sehingga banyak organisme hidup dekat dengan batas suhu tertinggi. Suhu air juga akan berpengaruh terhadap waktu inkubasi telur karena Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi; menurut hukum van't Hoff kenaikan suhu 10°C melipat duakan kecepatan reaksi, walaupun hukum ini tidak selalu berlaku. Misalnya saja proses metabolisme akan menaik sampai puncaknya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. Hubungan antara suhu dengan waktu inkubasi telur bandeng telah ditunjukkan Ching-Ming (1984) dalam Anonim (2009) bahwa dalam pembenihan bandeng di Taiwan. Makin tinggi suhu air penetasan, makin cepat waktu inkubasi. Pada suhu 29 °C waktu inkubasi 27 – 32 jam dan pada suhu 31,50 °C waktu inkubasi 20,5 – 22 jam. Di perairan tropis perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar; suhu permukaan laut Nusantara berkisar antara 27 °C dan 32 °C. Kisaran suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat ambang atas penyebab kematian biota laut. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut. Di musim penghujan ini juga mempengaruhi parameter salinitas dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi penurunan salinitas drastis. Menurut Qodri A. H. dkk (2004) bahwa salinitas air yang tidak sesui dengan kebutuhan kerapu dapat menganggu kesehatan dan pertumbuhannya. Karena secara fisiologi salinitas akan mempengaruhi fungsi organ osmoregulator ikan. Perbedaan salinitas air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan keseimbangan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem pencernaan dan transportasi zat-zat makanan dalam darah. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang perubahan musim terhadap kondisi kualitas air di bak pemeliharaan larva di BBL Ambon maka dapat disimpulkan : 1. Parameter kualitas air di bak pemeliharaan larva yang dipengaruhi perubahannya oleh musim adalah parameter suhu dan salinitas. 2. Perubahan parameter suhu dan salinitas berpengaruh langsung terhadap produksi benih kerapu. 4.2. Saran Perlu dilakukan pengukuran terhadap parameter lain seperti nitrit, nitrat, dan ammonia karena parameter ini juga bisa mempengaruhi langsung terhadap pemeliharaan larva di bak. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Pembenihan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Balai Budidaya Laut Ambon. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ambon. Dongoran R.K., Suharno, Erdy A. dan Syarifuddin. 2009. Pemilihan Lokasi Pembenihan Ikan Kerapu Bebek. “Pembenihan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)”. Balai Budidaya Laut Ambon. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ambon. Qodri A. H., Sudjiharno dan Anindiastuti. 2004. Pemilihan Lokasi ”Pembenihan Ikan Kerapu”. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung. Yunianto D. dan Syaripuddin. 2013. Pengaruh Musim Terhadap Kualitas Air di Balai Budidaya Laut Ambon. Jurnal Teknologi Budidaya Laut. Volume 3. Balai Budidaya Laut Ambon. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ambon.