LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) --------------------------------------(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir Ijin Acara : 2009-2010 : III : : Terbuka : RDP Komisi III DPR RI dengan PPATK : Selasa, 18 Mei 2010 : Pukul 14.25 – 17.30 WIB : Ruang Rapat Komisi III, Gedung Nusantara II Paripurna Lt.1 : Ir. Tjatur Sapto Edy, MT / Wakil Ketua Komisi III DPR RI : I.B Rudyanto, SH, MH / Kepala Bagian Set.Komisi III DPR-RI : 44 orang Anggota dari 53 Anggota Komisi III DPR-RI : 5 orang anggota : Membicarakan kasus-kasus aktual, antara lain soal aliran dana perkara makelar kasus Gayus Tambunan. Membicarakan pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK, khususnya menyangkut rekening mencurigakan. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dibuka pukul 14.25 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ir. Tjatur Sapto Edy, MT dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN 1. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) PPATK sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, apakah ada kendala dalam pelaksanaan Tupoksi dari aspek peraturan perundang-undangan yang terkait dengan PPATK, dan bagaimana antisipasi atau solusinya, serta harap dilampirkan peraturan-peraturan internal PPATK yang menjadi acuan kerja. 2. Berdasarkan kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan pada tanggal 2 Desember 2009, Komisi III DPR RI meminta penjelasan Pusat Pelaporan dan Analisis D:\317473231.doc 1 Transaksi Keuangan (PPATK) mengenai ketentuan-ketentuan baru yang diatur dalam RUU Tindak Pidana Pencucian Uang, serta kajian-kajian perihal tindak pidana pencucian uang dalam rangka memperkuat rezim anti pencucian uang di Indonesia. 3. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang alokasi dan realisasi anggaran untuk Tahun Anggaran 2010 pada setiap satuan kerja, termasuk Anggaran Belanja Tambahan (ABT), dan penjelasan tentang pengadaan barang dan jasa yang telah dilaksanakan sampai dengan bulan April 2010, dan penjelasan PPATK tentang penanganan atau tindak lanjut atas ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Tahun Anggaran 2009. 4. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK selama Tahun 2010, terutama pelaksanaan tugas yang penting dan strategis dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. 5. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang pelaksanaan kerja sama dengan pihak terkait seperti BPK, LPS, BI, KPK, Bank Century, KKSK, Departemen Keuangan dalam penelusuran dan analisis aliran dana talangan Bank Century, dan hasilnya agar disampaikan dalam berkas jawaban terpisah dan disampaikan khusus kepada Pimpinan Komisi III DPR RI (tindak lanjut kesimpulan Rapat Dengar Pendapat tanggal 2 Desember 2009). 6. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang kemajuan terbaru yang dicapai PPATK melalui pelaksanaan tugas dan kewenangannya dalam membangun rezim antipencucian uang di Indonesia, serta penjelasan tentang status terakhir Indonesia di bidang pemberantasan pencucian uang menurut Financial Action Task Force (FATF). 7. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK perihal sejauh mana kepatuhan dalam penerapan ketentuan Costumer Due Diligence oleh Bank Umum, serta kepatuhan Bank baik dalam pelaporan transaksi keuangan mencurigakan maupun transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500.000.000,00 atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1 hari kerja. 8. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK perihal pelaporan transaksi keuangan oleh lembaga-lembaga penyedia jasa keuangan non bank, serta pelaporan tranksaksi keuangan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 9. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang temuan Laporan Tranksasi Keuangan Mencurigakan (LTKM) hingga April 2010, yaitu penjelasan tentang: Hasil analisis atas LTKM tersebut, serta tindak lanjut atas temuan tersebut; Berapa LTKM yang telah dilaporkan ke Polri, Kejaksaan RI, dan KPK, serta bagaimana perkembangan tindak lanjutnya. Dari LTKM yang diteruskan ke Polri, Kejaksaan RI, dan KPK; LTKM apa saja yang menonjol, dan berapa nilainya. 10. Dengan keanggotaan Ketua PPATK dalam Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang: Apa kedudukan, fungsi, dan peran Ketua PPATK sebagai anggota Satgas tersebut; Apakah PPATK memberikan data-data atau temuan berupa Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) kepada Satgas, dan apa dasar hukumnya; Apakah keberadaan Ketua PPATK sebagai anggota Satgas tidak mengganggu kinerja PPATK dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya; D:\317473231.doc 2 Bagaimana independensi PPATK dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya; 11. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK tentang peran PPATK dalam pengungkapan kasus-kasus tindak pidana pencucian yang saat ini sedang ditangani Kepolisian RI, dan Kejaksaan Agung RI, dan PPATK, yaitu kasus Bank Century, kasus makelar pajak Gayus Tambunan, kasus Bahasyim Assifie, dan kasus-kasus lainnya terutama kasus yang menonjol dan menarik perhatian publik, dan bagaimana hasil pemantauan PPATK tentang perkembangan proses hukum kasus-kasus tersebut. 12. Komisi III DPR RI meminta penjelasan PPATK perihal perkembangan laporan hasil analisis atas rekening beberapa perwira tinggi Kepolisian RI, apakah PPATK menemukan adanya indikasi transaksi keuangan yang mencurigakan. 13. Penjelasan PPATK terkait Penyempurnaan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, antara lain : Perluasan pengertian harta kekayaan terkait pendanaan terorisme hingga mencakup harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/ atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme; Penurunan batas minimum (thershold) pidana penjara yang dapat dijatuhkan, dari semula 5 (lima) atau 4 (empat) tahun menjadi 1 (satu) tahun; Penyesuaian “list reporting parties”seperti penghapusan profesi Kurator Kepailitan dari daftar profesi yang wajib menyampaikan kepada PPATK; Pengukuhan penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa, yang dimaknai sebagai Customer Due Diligence (CDD), dimana pihak pelapor wajib menerapkan prinsip ini pada saat: Melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa; Terdeapat transaksi dalam jumlah paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan/ atau mata uang asing yang setara; Terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang terkait tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan kegiatan teroris; Pihak pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan pengguna jasa. Terkait pelaporan, penyedia jasa keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK, tidak hanya transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai tetapi juga melaporkan transaksi transfer dana dari dan ke luar negeri; Penataan pengawasan atau audit kepatuhan, dimana pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelaporan bagi penyedia jasa keuangan dilakukan oleh Lembaga Pengawas dan Pengatur dan/ atau PPATK. Lembaga Pengawas dan Pengatur lebih diutamakan untuk melakukan pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelaporan dari pada PPATK. Namun dalam hal belum terdapat Lembaga Pengawas dan Pengatur dari Pihak Pelapor, maka pengawasan kepatuhan pelaporan dilakukan oleh PPATK; Pemberian kewenangan kepada pihak pelapor untuk menunda mutasi atau pengalihan harta kekayaan dalam hal pengguna jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana, memiliki rekening untuk menampung harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana, dan diketahui menggunakan dokumen palsu; Perluasan pelaporan pembawaan uang tunai lintas batas negara (CBCC) hingga mencakup Bearer Negotiable Instrument (BNI); Penyempurnaan rumusan mengenai hukum acara; dan Penyempurnaan beberapa rumusan terkait kelembagaan PPATK seperti penghapusan Deputi karena dinilai sudah include dalam pengertian jabatan struktural yang dinyatakan dalam RUU. Pencantuman Deputi dalam RUU ini D:\317473231.doc 3 hanya akan menimbulkan kendala penyusunan struktur organisasi PPATK berdasarkan UU ini kelak. 14. Penjelasan PPATK terkait jumlah pagu anggaran PPATK tahun 2009 adalah sebesar Rp. 113.217.536.000,-, yang terdiri dari 2 program, yaitu sebagai berikut: Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan, dengan anggaran sebesar Rp. 71.628.914.000,- dan realisasi anggaran PPATK tahun 2009 adalah sebesar Rp. 1.315.308.389,- (15,80 %); Program penerapan kepemerintahan yang baik, dengan anggaran sebesar Rp. 41.588.622.000,- dan realisasi anggaran PPATK tahun 2009 adalah sebesar Rp. 21.619.764.192,- (51,98 %). 15. Komisi III DPR meminta penjelasan terkait dengan adanya dugaan rekening milik anggota Polri yang mencurigakan. 16. PPATK menjelaskan terkait dengan laporan transaksi keuangan mencurigakan pemerintah daerah yang kebanyakan modusnya menyimpan anggaran Pemda didalam rekening pribadi. 17. PPATK menjelaskan bahwa PPATK tidak membedakan perihal laporan hasil LKTM, walaupun berkaitan dengan Menteri atau pejabat negara lainnya. 18. PPATK menjelaskan bahwa terkait dengan penanganan kasus Bank Century, PPATK sudah cukup aktif dalam penanganan kasus Bank Century tersebut, dengan meminta Putusan/Fatwa Mahkamah Agung agar PPATK dapat membuka rekening Bank Century. 19. Kepala PPATK menjelaskan terkait status Kepala PPATK yang juga merupakan anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. 20. PPATK menjelaskan bahwa telah menemukan aliran dana mencurigakan yang melibatkan 15 (lima belas) pegawai pajak dan 10 (sepuluh) pegawai bea cukai. Satu diantara mereka adalah Gayus H Tambunan. Meminta penjelasan PPATK lebih lanjut tentang berapa kali transaksi keuangan yang mencurigakan, dan berapa besarnya anggaran yang diterima, dan dengan siapa mereka bertransaksi, dan sejauhmana aparat penegak hukum merespon laporan PPATK tersebut. 21. Berapa nilai transaksi keuangan yang wajar menurut PPATK. 22. Apakah PPATK menanyakan secara otomatis bagaimana perkembangan laporan PPATK kepada penegak hukum, baik Kepolisian, Kejaksaan maupun KPK. 23. Meminta kepada agar PPATK dapat menelusuri aliran dana yang diduga keluar masuk dari sumber-sumber terorisme. 24. Apakah selama ini PPATK tidak berperan dalam meningkatkan kualitas dari LKTM. 25. Sebagai Anggota dari Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, bagaimana Kepala PPATK menjaga independensi dalam pelaksanaan tugasnya. 26. Apakah Kepala PPATK memberikan data-data yang sama kepada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, seperti halnya data-data yang diberikan kepada Komisi III DPR. 27. Kepala PPATK menjelaskan tentang Pasal 24 huruf f UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 25 Tahun 2003, bahwa Kepala PPATK diberhentikan apabila merangkap jabatan atau pekerjaan lain, dan dalam Penjelasan Pasal 24 huruf f, rangkap jabatan untuk menghindari conflict of interest. 28. Untuk kedepannya PPATK agar melaporkan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada publik dan DPR RI khususnya Komisi III DPR RI. 29. Bagaimana peran PPATK dalam menelusuri pergerakan uang dari tindak pidana narkotika. D:\317473231.doc 4 30. Bagaimana PPATK menyikapi tentang adanya dugaan rekening dari perwira Polri yang diduga memiliki uang sebesar Rp. 95 miliar. 31. Kepala PPATK agar mengusulkan kepada Presiden untuk mengganti posisi Kepala PPATK yang saat ini menjadi anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. III. KESIMPULAN Setelah mendengar penjelasan dari Pimpinan PPATK dan jajarannya, serta masukan, pandangan dan pemikiran para Anggota Komisi III, Rapat Dengar Pendapat Komisi III menyepakati beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Komisi III DPR RI mendesak PPATK untuk proaktif memberikan masukan kepada Pansus RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 2. Sehubungan realisasi anggaran PPATK Tahun Anggaran 2009 yang sangat rendah yaitu hanya mencapai 29,09 %, serta realisasi anggaran PPATK Tahun Anggaran 2010 sampai dengan tanggal 14 Mei 2010 yang masih relatif rendah yaitu hanya mencapai 8,50 %, Komisi III DPR RI mendesak PPATK untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran Tahun Anggaran 2010, sesuai dengan rencana anggaran yang sudah ditetapkan, dengan tetap berpedoman pada penggunaan anggaran yang berbasis kinerja dan memperhatikan prinsipprinsip transparansi dan akuntabilitas. 3. Komisi III DPR RI mendesak PPATK agar proaktif memonitor tindaklanjut dari seluruh Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang dilaporkan kepada penegak hukum serta melaporkan hasil monitoring atas tindak lanjut LTKM tersebut kepada Komisi III DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat berikutnya. 4. Komisi III DPR RI mendesak PPATK agar segera menyerahkan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada DPR RI, dengan tembusan kepada Komisi III DPR RI. Catatan: Komisi III DPR RI menyarankan Kepala PPATK untuk mencari solusi hukum atas rangkap jabatan Kepala PPATK sebagai anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum dengan meminta fatwa kepada Mahkamah Agung terhadap Pasal 24 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. Rapat ditutup tepat pukul 17.30 WIB PIMPINAN KOMISI III DPR RI WAKIL KETUA, IR. TJATUR SAPTO EDY, MT D:\317473231.doc 5 D:\317473231.doc 6 1. Komisi III meminta penjelasan PPATK tentang perlunya perluasan kriteria terhadap pihak-pihak yang wajib melaporlkan transaksi keuangan mencurigakan, seperti akuntan publik, notaris, pengacara, agen property dan sebagainya. Mengingat secara internasional, profesi-profesi tersebut sudah standar untuk melaporkan transaksi keuangan mencurigakan. D:\317473231.doc 7 D:\317473231.doc 8 . D:\317473231.doc 9