Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an PETUNJUK PENGGUNAAN KAMUS & INDEKS AL-QUR’AN Pola penulisan Kamus & Indeks Al-Qur’an dalam Quranic Explorer ini secara umum terbagi dalam 9 (sembilan) penjelasan dari A sampai I, seperti pada contoh di bawah ini: Keterangan: A. B. C. D. E. F. G. H. I. Akar Kata Transliterasi Kata Entri ke Huruf Latin (tercetak tebal) Kata Entri Sambung (tidak tercetak tebal) Teks Arab dari kata entri Jumlah Pengulangan Keterangan Subyek dan Waktu (dalam tanda kurung) Arti/terjemah Kata Entri Arti/terjemah Kata Ganti [dalam tanda square] Letak Ayat Dalam Al-Qur’an Penjelasan secara terperinci adalah sebagai berikut: A. AKAR KATA Yaitu bentuk paling dasar (ashl wâhid), yang secara umum terdiri dari tiga huruf, dan sangat jarang terdiri dari empat huruf atau lebih. Namun tidak semua yang tertulis bisa disebut sebagai akar kata, terutama yang menunjuk pada kata benda. Seperti (’A.B.Q.R.Y), (’A.N.K.B.T), (Dh.F.D.’A), (Z.N.J.B.L), dll, yang penulisannya hanya dengan membuang huruf illat dari kata bentukannya. Yang demikian hanya bertujuan untuk memudahkan dalam urutan pencarian akar kata. Demikian juga ada beberapa kata yang tidak memiliki akar kata atau terdiri dari dua kata yang tergabung menjadi satu, atau merupakan kata yang berasal dari bahasa di luar Arab, seperti kata: rûm (R.W.M), jibrîl (J.B.R.L), jâlût (J.L.T), thâlût (Th.L.T), dll. Kata-kata seperti ini berasal dari bahasa Ibrani (Hebrew). Untuk katakata sejenis ini penyusun tetap mengelompokkannya dalam Akar Kata. Urutan akar kata berdasarkan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada poin B. Bagi yang belum terbiasa dengan bahasa Arab, telah tersedia bab “Panduan Mencari Akar Kata”. Dalam bab tersebut tercantum seluruh kata entri yang ada dalam Al-Qur’an, disertai akar kata yang terletak di belakangnya. Jika suatu kata tidak terdapat pada bab tersebut, maka kata tersebut tidak termasuk kata entri, atau kata tersebut masih memiliki awalan. Untuk kata jenis ini, lihat penjelasannya pada lampiran: “Kata Berawalan”. Contoh, kita akan mencari kata: muslimîn ( ). Dalam bab Panduan Mencari Akar Kata akan kita temui: muslimîna • S.L.M. Artinya, kata “muslimîn” berasal dari akar kata S.L.M (sîn, lâm dan mîm). Kemudian kita Quranic Explorer - 11 Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an buka Kamus & Indeks Al-Qur’an pada urutan huruf S ( ), lalu cari akar kata: S.L.M • disana seluruh kata-kata dalam Al-Qur’an yang berasal dari akar kata yang sama, yaitu: , akan ditemukan aslama • aslamâ • aslamnâ • aslamtu • aslamtum • aslamû • aslim • aslimû • islâma.i.u • islâmakum • islâmihim •musallamatun •muslimân •muslimayni •muslimatan •muslimâtin • muslimîna •muslimûna •mustaslimûna • nuslima • salama • salamân • salâma.i.in.u.un • salâmân • salîmin • sâlimûna • sallama • sallamtum • sallimû • salmi • silmi • sullamân.un • taslîmân • tusallimû • tuslimûna • uslima • yusallimû • yuslim • yuslimûna. Jika sebuah kata yang akan kita cari belum diketahui bahasa Arabnya, telah disediakan bab “Glossarium”. Contoh, Anda ingin membaca ayat-ayat yang mengandung kata “hati”, maka dalam Glossarium akan Anda dapatkan bahwa kata “hati” dapat ditemukan pada akar kata (F.A.D), (Q.L.B), (Sh.D.R), (N.F.S), dan (L.B.B). Keterangan selengkapnya dapat dibaca di bab Glossarium. B. TRANSLITERASI HURUF LATIN (Tercetak Tebal) Dalam poin ini yang sangat perlu diperhatikan adalah kesesuaian transliterasi dari teks Arab ke dalam teks Latin. Bab ini penting juga untuk memahami kata-kata yang terdapat dalam Panduan Mencari Akar Kata. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut: 1. Urutan dan transliterasi huruf Latin dari huruf Arab, yaitu: A : Alif ( ) ’A : ’Ayn ( ) B : Bâ` ( ) D : Dâl ( ) Dh : Dhâd ( ) Dz : Dzâl ( ) F : Fâ` ( ) Gh : Ghayn ( ) H : Hâ` ( ) H : Hâ` ( ) J : Jîm ( ) K : Kâf ( ) Kh : Khâ` ( ) L : Lâm ( ) M : Mîm ( N : Nûn ( Q : Qâf ( R : Râ` ( S : Sîn ( Sh : Shâd ( Sy : Syîn ( ) ) ) ) ) ) ) T : Tâ` ( ) Th: Thâ` ( ) Ts : Tsâ` ( ) W : Waw ( ) Y : Yâ` ( ) Z : Zâ` ( ) Zh : Zhâ` ( ) 2. Untuk bacaan panjang (madd) ditranslit dengan simbol: â = aa, î = ii, û = uu. Misalnya: a. b. c. d. âkhirati ( ) dibaca “aakhirati”; manâfi’a ( ) dibaca “manaafi’a”, dll. muslimîna ( ) dibaca “muslimiina”; hîna ( ) dibaca “hiina”, dll. muslimûna ( ) dibaca “muslimuuna”; nufûsu ( ) dibaca “nufuusu”, dll. khusus untuk kata “ana” ( ) yang berarti “aku” atau “saya”, meskipun terdapat tanda panjang, namun tidak dibaca “anaa”, tetapi dibaca “ana”. ), tawakkaltu ( 3. Huruf yang ber-syiddah (tasydîd) ditulis dengan huruf dobel, seperti: muhammadin ( fa’’âlun ( ), yadu’’u ( ), yahudhdhu ( ), musahharîna ( ), mubasysyirîna ( ), dll. ), 4. Bacaan “a” menjadi “o” khusus untuk 8 (delapan) jenis huruf hijaiyyah yang mendapat fat-hah, khususnya bagi umat muslim di Indonesia. Sedangkan di beberapa wilayah negara lain tetap menggunakan dialek “a”. Delapan jenis huruf yang dimaksud adalah: 1) dha ( ) dibaca “dho”, seperti kata: dhâllîn ( ) dibaca “dhôllîn”, dhahikat ( ) dibaca “dhohikat”, mudhâ’afah ( ) dibaca “mudhô’afah”, yatadharra’ûn ( ) dibaca “yatadhorro’ûn”, dll. 2) gha ( ) dibaca “gho”, seperti kata: ghafûr ( ( ) dibaca “nughôdir”, ghamratihim ( ) dibaca “ghofûr”, ghaffâr ( ) dibaca “ghomrotihim”, dll. ) dibaca “ghoffâr”, nughâdir 3) kha ( ) dibaca “kho”, seperti kata: khabîr ( ) dibaca “khobîr”, khalaqaka ( kharajû ( ) dibaca “khorojû”, khâshshah ( ) dibaca “khôshshoh”, dll. 4) qa ( ) dibaca “qo”, seperti kata: qadhâ ( ) dibaca “qodhô”, qabla ( dibaca “yuqoddiru”, muqarrabîn ( ) dibaca “muqorrobîn”, dll. 5) ra ( ) dibaca “ro”, seperti kata: rahmat ( 12 - Quranic Explorer ) dibaca “rohmat”, rasûl ( ) dibaca “kholaqoka”, ) dibaca “qobla”, yuqaddiru ( ) ) dibaca “rosûl”, dharabnâ ( ) Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an dibaca “dhorobnâ”, mutarabbishîn ( ) dibaca “mutarobbishîn”, dll. 6) sha ( ) dibaca “sho”, seperti kata: shalât ( ) dibaca “sholât”, shadrahu ( ) dibaca “shodrohu”, mushallîn ( ) dibaca “mushollîn”, nashaddaqanna ( ) dibaca “nashoddaqonna”, dll. ) dibaca “thorîqot”, thayyibât ( ) dibaca “thoyyibât”, 7) tha ( ) dibaca “tho”, seperti kata: tharîqat ( mutathahhirîn ( ) dibaca “mutathohhirîn”, anthaqanâ ( ) dibaca “anthoqonâ”, dll. 8) zha ( ) dibaca “zho”, seperti kata: zhâhir ( ) dibaca “zhôhir”, zhanna ( ( ) dibaca “tazhôharô”, zhâlimîn ( ) dibaca “zhôlimîn”, dll. ) dibaca “zhonna”, tazhâharâ Selain untuk delapan jenis huruf tersebut, bacaan “o” terutama untuk kata “Allâh” dibaca “Allôh”. Namun sebenarnya tidak murni berbunyi “o”, tetapi antara “a” dan “o”. Itulah sebabnya cara penulisan kata “Allah” dalam huruf Latin tetap menggunakan huruf “a” bukan “o”. Demikian juga beberapa kata lain dalam bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa Arab yang mengandung unsur huruf delapan jenis tersebut diatas tetap ditulis dengan huruf “a”, seperti kata “surat” (tidak ditulis “surot”), “rahmat” (tidak ditulis “rohmat”), “rasul” (tidak ditulis “rosul), “gaib” (tidak ditulis “gho`ib”), “sedekah” (tidak ditulis “shodaqoh”), dll. 5. Beberapa huruf memiliki transliterasi yang hampir sama, seperti: 1) Alif/hamzah ( ) dengan ’Ayn ( ), seperti pada kata: ta`lamûna ( ) dan ta’lamûna ( ); ayna ( ) dan ’ayna ( ), dll. Apabila hamzah di tengah maka menggunakan simbol Grave Accent (`), jika ’ayn dengan simbol Right Single Quotation Mark (’), atau disebut koma atas untuk sebelah kanan. 2) Antara huruf Hâ’ ( ) dan Hâ’ ( ), seperti pada kata: hâjara ( ) dan hajara ( ). Dibedakan dengan garis bawah untuk huruf ( ). 3) Antara huruf Sin ( ), Syin ( ), dan Shad ( ), seperti pada tiga kata berikut: sadîd ( ), syadîd ( ), dan shadîd ( ). 4) Untuk dua huruf yang bertemu dan terjadi transliterasi yang sama dengan huruf lain, maka diberi tanda pemisah (-), seperti: bertemunya Sin mati (s) dengan Hâ’ (h), akan membentuk sh yang merupakan translit ), dll. Bertemunya Dal mati (d) dengan Hâ’ (h) atau Hâ’ huruf shâd ( ), seperti kata: yus-hitakum ( (h) akan membentuk dh yang merupakan translit huruf dhâd ( ), seperti kata: zid-hu ( ), mud-hadîn ( ), dll. 6. Ada juga dua kata yang sama dalam tulisannya tetapi memiliki akar kata yang berbeda, seperti kata: “ahlaka” ( ) yang berarti “keluargamu”, berasal dari akar kata (A.H.L), dan “ahlaka” ( ) yang berarti “(d.l.t) membinasakan, menghancurkan”, yang berasal dari akar kata (H.L.K). Tetapi kasus seperti ini tidak banyak, sehingga masih dapat dipahami oleh para pemula. 7. Begitu pula dua kata yang sama dan berasal dari akar kata yang sama pula, tetapi artinya berbeda, seperti kata: “ibni” ( ) dari akar kata (B.N.W), bisa menjadi kata benda yang artinya “anak laki-laki”, atau menjadi kata perintah yang artinya “dirikanlah” atau “bangunlah”. 8. Khusus untuk kata “majrâhâ” ( ) dibaca “majrêhâ”. Kata jenis ini hanya ada satu dalam Al-Qur’an, yaitu terdapat dalam surat Hûd [11] ayat 41. C. KATA ENTRI SAMBUNG (Tidak Tercetak Tebal) Yaitu kata yang bersambung dan atau dipisahkan oleh titik setelah kata entri yang tercetak tebal. Sebagiannya merupakan batas bentuk kata jika berhenti (waqaf), yaitu dengan menghilangkan syakl (harakat/ baris) terakhir. Misalnya: rahmata.an.i.in.u.un 72 • rahmat, kasih sayang. 2:157, 2:178, dst... Maksudnya mencakup kata: rahmata, rahmatan, rahmati, rahmatin, rahmatu, dan rahmatun. Kata-kata yang tidak tercetak tebal tersebut memiliki teks Arab dan arti yang sama, hanya berbeda syakl Quranic Explorer - 13 Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an (harakat/baris), yaitu fathah (a), fathatayn (an), kasrah (i), kasratayn (in), dhammah (u) dan dhammatayn (un). Yang membuatnya berbeda adalah posisi kata tersebut dalam susunan kalimat (i’râb) nya. Namun jika setelah fathatayn terdapat alif seperti kata: rusulân ( ), atau rusydân ( ), dll, maka dibedakan tersendiri jika terjadi pengulangan lebih dari satu kali. Selain itu, kata entri sambung ini banyak berupa kata ganti (dhâmir), seperti: ...hâ, ...hi, ...hu, ...him, ...hum, ...himâ, ...humâ, ...hinna, ...hunna, ...ka, ...ki, ...kum, ...kumâ, ...kunna, ...nî, ...î, ...nâ. (Keterangan lebih lanjut tentang Kata Ganti dapat dilihat pada poin H). Misalnya: yarhamakum.kum 2 • (d.l) rahmati [kalian]. 17:8, 17:54 Maksudnya mencakup kata: yarhamakum dan yarhamkum. qulûbanâ.inâ.unâ 6 • hati [kami] {b}. 2:88, 3:8, 4:155, 5:113, 41:5, 59:10 Maksudnya mencakup kata: qulûbanâ, qulûbinâ, qulûbunâ. Keterangan lebih lanjut lihat poin H. Beberapa kata yang memiliki banyak pengulangan dipisahkan untuk mempermudah, walaupun memiliki teks dan arti yang sama. Seperti kata ardha, ardhi, ardhu; atau allâha, allâhi, allâhu, dll. D. TEKS ARAB Yaitu teks Arab dari Kata Entri untuk memudahkan kembali pada teks asal. Karena beberapa kata memiliki transliterasi yang hampir sama, seperti S, Sh, Sy, T, Th, Ts, Z, Zh. Lihat uraian poin B. Begitu pula ) dan rahmati ( ), yang mana antara tâ` tâ`nits ( ) dan tâ` marbuthah ( ), seperti pada kata: rahmati ( penulisan dalam transliterasinya sama. Selain itu, penulisan teks Arab dalam Al-Qur’an dan teks Arab dalam kamus atau teks Arab sehari-hari terdapat beberapa perbedaan cara penulisan, namun tidak mempengaruhi artinya. Perbedaan ini berkaitan dengan teks Al-Qur’an dari mushhaf Utsmaniy. Lebih lengkapnya dapat dibaca di buku The History of The Qur’anic Text From Revelation to Compilation (Sejarah Teks Al-Quran, Dari Wahyu Sampai Kompilasinya) yang disusun oleh Prof. Dr. Muhammad Mustafa Al-A’zami. Berikut ini contoh yang penyusun bagi dalam tiga bentuk, yaitu: Bentuk 1 : Teks yang digunakan dalam bahasa Arab sehari-hari. Bentuk ini juga yang digunakan dalam Quranic Explorer, namun tanpa syakl/harakat/baris. Bentuk 2 : Teks Arab Al-Qur’an Mushhaf Utsmaniy. Sampai saat ini telah jutaan eksemplar, yang sebagian besar dicetak dan dibiayai oleh kerajaan Saudi Arabia. Mushhaf ini banyak beredar di Indonesia. Bentuk 3 : Teks Arab Al-Qur’an yang banyak beredar di Indonesia, terutama cetakan lama, yang masih berupa tulisan tangan. Transliterasi Bentuk 1 ’âlamîna zhâlimîna shâdiqîna khâlidûna râki’ûna shirâtha kitâbi subhâna abshârihim ashâbi’ahum 14 - Quranic Explorer Bentuk 2 Bentuk 3 Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an amwâtan syayâthîna âyâtinâ zhulumâti kalimâti jannâti shâlihâti thayyibâti samâwâti wâ’adnâ adrâka ahyâkum a’thaynâka najjaynâkum razaqnâkum sawwâhunna malâ`ikat E. JUMLAH PENGULANGAN Yaitu angka setelah teks Arab yang menunjukkan banyaknya pengulangan kata entri tersebut yang terdapat dalam Al-Qur’an. Jika tidak terdapat angka setelah teks Arab, maka hanya terjadi satu kali pengulangan. Misalnya: qur`âna.i.in.u.un 58 • Al-Qur‘an, bacaan, shalat. 2:185, 4:82, 5:101, 6:19, 7:204, 9:111, 10:15, 10:37, 10:61, 12:3, 15:1, 15:87, 15:91, 16:98, 17:9, 17:41, 17:41, 17:46, 17:60, 17:78, 17:78, 17:82, 17:88, 17:89, 18:54, 20:2, 20:114, 25:30, 25:32, 27:1, 27:6, 27:76, 27:92, 28:85, 30:58, 34:31, 36:2, 36:69, 38:1, 39:27, 41:26, 43:31, 46:29, 47:24, 50:1, 50:45, 54:17, 54:22, 54:32, 54:40, 55:2, 56:77, 59:21, 73:4, 73:20, 76:23, 84:21, 85:21 Maksudnya, kata: “qur`âna, qur`âni, qur`ânin, qur`ânu, qur`ânun”, terulang sebanyak 58 kali dalam Al-Qur’an. qamarân • rembulan. 25:61 Maksudnya, kata “qamaran” hanya terulang sekali dalam Al-Qur’an. F. KODE HURUF DALAM TANDA KURUNG Kode huruf dalam tanda kurung menunjukkan subyek, jenis kata laki-laki (mudzakkar) atau perempuan (mu`annats), serta keterangan waktu. Jika terdapat kode pada point F ini, berarti kata tersebut adalah kata kerja (fi’il), jika tidak, berarti kata benda (ism). Kode huruf yang dimaksud adalah: 2 a b d e k : : : : : : berdua, dua orang aku, saya banyak, jamak dia, ia (1 orang) engkau (1 orang) kamu, kalian (banyak) ki m p ss t : : : : : kita, kami mereka perempuan sesungguhnya telah Quranic Explorer - 15 Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an 1. Jika ada tanda (t), maka keterangan waktunya adalah “telah-lampau” (fi’il mâdhiy, past tense). Misalnya: anzalnâhâ • (ki.t) turunkan [nya]. 24:1 maka yang dimaksud adalah “kami telah menurunkannya” atau “telah kami turunkan ia”. 2. Jika tidak ada tanda (t), maka keterangan waktunya adalah “sedang/akan” (fi’il mudhâri’, present continuous tense). Misalnya: yunabbi`uka • (d.l) kabarkan kpd [mu]. 35:14 maka yang dimaksud adalah “dia laki-laki sedang/akan mengabarkan kepadamu”, atau “dia laki-laki sedang/ akan mengabarimu”. 3. Dalam bentuk kalimat terjemahannya, keterangan jenis dan waktu sering tidak disebutkan. Misalnya: yas`alûnaka 15 • (m.l) tanyai, tanya kpd [mu]. 2:189, 2:215, 2:217, 2:219, 2:219, 2:220, 2:222, 5:4, 7:187, 7:187, 8:1, 17:85, 18:83, 20:105, 79:42 Dalam QS. Al-Isra [17]:85, yas`alûnaka ‘anir rûh... (mereka bertanya kepadamu tentang ruh...), tidak disebutkan: “mereka laki-laki sedang/akan bertanya kepadamu tentang ruh...”. 4. Jika hanya tertulis tanda {b}, berarti “banyak” dalam bentuk “laki-laki” (mudzakar) dan tidak menutup kemungkinan termasuk juga yang dimaksud adalah perempuan. Seperti jika kita menyapa dengan: “Assalâmu ‘alaikum” (Salam sejahtera atasmu), “kum” (kamu, kalian) tersebut dalam bentuk laki-laki (mudzakkar), tetapi termasuk juga perempuan, karena jika kita sapa perempuan pun juga menggunakan “Assalâmu ‘alaikum”, bukan “Assalâmu ‘alaikunna”. muslimûna 15 • muslim, orang Islam, yg serahkan diri {b}. 2:132, 2:133, 2:136, 3:52, 3:64, 3:80, 3:84, 3:102, 5:111, 11:14, 21:108, 27:81, 29:46, 30:53, 72:14 Tetapi jika tertulis {p.b}, maka yang dimaksud adalah “banyak” hanya dalam bentuk “perempuan” (mu`annats). Misalnya: muslimâtin 2 • orang Islam {p.b}. 33:35, 66:5 Maka yang dimaksud hanya untuk perempuan jamak, atau dalam kalimat terjemahnya sering ditulis: “perempuan-perempuan muslim” atau “orang-orang muslim perempuan”. 5. Kata bertanda (p) atau (l) tidak selalu berarti pelakunya adalah perempuan atau laki-laki menurut jenis kelamin seksual, tetapi yang dimaksud adalah kembali kepada kata ganti (dhamir)nya sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Kata ganti benda-benda alam lebih banyak dalam bentuk mu’annats (perempuan), seperti: matahari (syams), rembulan (qamar), langit (samâ’), bumi (ardh), surga (jannat), neraka (nâr), dll. Misalnya: zulzilati • (d.p) digoncangkan. 99:1 yang dimaksud dia perempuan (d.p) adalah bumi (ardh), seperti dalam QS. 99:1, idzâ zulzilatil ardhu zilzâlahâ (Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya). yarzuqu 4 • (d.l) beri rizki. 2:212, 3:37, 24:38, 42:19 dia laki-laki (d.l) yang dimaksud adalah kembali ke “huwa” sebagai kata ganti Allah. Seperti QS. 3:37, innallâha yarzuqu man yasyâ`u bighayri hisâb (Sesungguhnya Dia [Allah] memberi rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dengan tanpa hisab). 6. Demikian pula jika tanda (p) atau (l) jika berhubungan dengan perintah atau larangan. Jika kata perintah atau larangan tertuju untuk laki-laki dan perempuan secara umum, maka menggunakan kata-kata yang merujuk pada laki-laki (mudzakkar). Tetapi jika yang diperintah atau dilarang adalah kaum perempuan saja, maka menggunakan kata perempuan (mu`annats). Misalnya: 16 - Quranic Explorer Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an aqîmû 16 • (k.l) dirikanlah. 2:43, 2:83, 2:110, 4:77, 4:103, 6:72, 7:29, 10:87, 22:78, 24:56, 30:31, 42:13, 55:9, 58:13, 65:2, 73:20 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”. (QS. Al-Baqarah [2]: 43). Pada ayat ini, perintah “dirikanlah (aqîmû), tunaikanlah (âtû), rukuklah (irka’û)”, menggunakan kata yang tertuju kepada laki-laki, tetapi tentu yang diperintah termasuk juga kaum perempuan. G. ARTI KATA (Terjemah) Arti kata-kata yang terpakai dalam Quranic Explorer ini adalah terjemahan yang sudah jadi menurut susunan ayat Al-Qur’an, untuk itu beberapa diantaranya penyusun tambahkan alternatif artinya. Misalnya kata “fitnah”, dalam arti asalnya dapat berarti: perang, cobaan, ujian, hasutan, siksa, kesesatan, aniaya, gangguan, kekacauan; tidak sekedar “menuduh tanpa ada bukti” seperti yang diadopsi dalam bahasa Indonesia. Untuk arti kata kerja (aktif) beberapa diantaranya disingkat dalam bentuk kata dasarnya, seperti “percaya”, dalam terjemahnya bisa menjadi “percayai”, “mempercayai”, dsb. Untuk kalimat perintah dalam Kamus & Indeks Al-Qur’an ini tetap dibubuhi “lah”, seperti: “berimanlah”, “pukullah”, “buatlah”, “adakanlah”, dlsb. Dalam bahasa Arab, satu kata yang semua hurufnya tersambung sudah dapat disebut kalimat dalam kaidah bahasa Indonesia, karena sudah terdapat subyek-predikat-obyek, seperti kata: zawwajnâkahâ • (ki.t) nikahkan [mu] dgn [nya]. 33:37 artinya: “kami telah menikahkanmu dengannya”. yakfîkahumu • (d.l) selamatkan/pelihara/jaga [mu] dari [mereka]. 2:137 kata tersebut dalam Al-Qur’an diawali dengan fa+sa, sehingga menjadi: fasayakfîkahumu ( yang artinya: “maka kelak Dia akan menjagamu dari mereka”. ), H. ARTI KATA GANTI (Dhâmir) Untuk memudahkan pembaca, arti kata ganti untuk laki-laki dan perempuan disamakan. Hal ini mengingat bahwa Quranic Explorer ini terutama untuk para pemula. Mengingat pula bahwa terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak terdapat perbedaan kata berdasarkan jenis kelamin. Kata ganti (dhamir) yang dimaksud adalah: ...hâ ...hu ...hum ...humâ ...hunna ...hi ...him ...himâ ...hinna ...ka ...ki ...kum ...kumâ : [nya] atau [dia] perempuan; untuk kata ganti “hiya” ( ). : [nya] atau [dia] laki-laki; untuk kata ganti “huwa” ( ). : [mereka] laki-laki, termasuk jika dua orang wanita & satu orang pria atau lebih; untuk kata ganti “hum” ( ). : [mereka] dua orang, baik dua orang laki-laki, dua orang perempuan, atau satu orang lakilaki dan satu orang perempuan; untuk kata ganti “humâ” ( ). : [mereka] hanya untuk perempuan, tiga orang atau lebih; untuk kata ganti “hunna” ( ). Jika ada satu saja laki-laki, maka menjadi “him/hum”. : = hu : = hum : = humâ : = hunna : [mu] [kamu] atau [engkau] 1 orang laki-laki; untuk kata ganti “anta” ( ). : [mu] [kamu] atau [engkau] 1 orang perempuan; untuk kata ganti “anti” ( ). : [kalian] laki-laki, tiga orang atau lebih; untuk kata ganti “antum” ( ). : [kalian] laki-laki atau perempuan, dua orang; untuk kata ganti “antumâ” ( ). Quranic Explorer - 17 Petunjuk Penggunaan Kamus & Indeks Al-Qur’an ...kunna ...nî / î ...nâ : [kalian] perempuan, tiga orang atau lebih; untuk kata ganti “antunna” ( saja laki-laki maka menjadi “kum”. : [ku] [aku] atau [saya]; untuk kata ganti “ana” ( ). : [kami] atau [kita]; untuk kata ganti “nahnu” ( ). ). Jika ada satu Untuk kum dan kunna dalam terjemahan biasanya tetap menggunakan “mu” atau “kamu”, tetapi di Quranic Explorer ini penyusun membedakannya dengan arti “kalian”. I. LETAK AYAT DALAM AL-QUR’AN Setiap angka sebelum tanda titik dua (:) adalah “nomor surat”, dan angka setelah tanda titik dua (:) adalah “nomor ayat”. Seperti dua contoh berikut ini: ya`ûduhu • (d.l) berati [nya]. 2:255 maksudnya, kata “ya`ûduhu” hanya terdapat satu kali dalam Al-Qur’an, yaitu pada surah ke-2 (Al-Baqarah) ayat 255. rahmatika 3 • rahmat [mu]. 7:151, 10:86, 27:19 maksudnya, kata “rahmatika” terulang sebanyak tiga kali dalam Al-Qur’an, yaitu pada surah ke-7 (Al-A’râf) ayat 151, surah ke-10 (Yûnus) ayat 86, dan surah ke-27 (An-Naml) ayat 19. Berdasarkan beberapa pertimbangan dan pengalaman kami, untuk keperluan pengutipan ayat, sangat disarankan dengan format penulisan: (Q.S. Nama Surat [Nomor Surat]: Nomor Ayat), seperti contoh berikut: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183) Untuk beberapa kata yang tidak termasuk kata entri tidak semuanya penyusun sebutkan letak ayatnya karena terlalu banyak dan kata tersebut jarang sekali dijadikan rujukan, seperti kata-kata: ’alâ, ’alayka, ’alaykum, alladzî, alladzîna, an, anna, annâ, annahâ, annanâ, anta, antum, aw, dzâlika, fa`annâ, fa`idzâ, falahum, faman, hâdza, hum, humâ, idz, idzâ, ilâ, illâ, in, inna, innâ, innahum, innakum, innanâ, innanî, inni, kadzâlika, la‘in, lâ, lahum, laka, lakum, lamina, lilladzîna, man, min, wa`idzâ, wa`in, wakadzâlika, walâ, walahum, wamâ, waman, wamin, dan sebagainya. Untuk keterangan tentang nomor dan nama surah, lihat lampiran. 18 - Quranic Explorer