2016 MARKET BRIEF PELUANG USAHA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT (HS 1511) DI ITALIA ITPC MILAN Via Vittor Pisani, 8 – 6° Piano 20124 Milan (MI), ITALY Tel. +39 02 3659 8182 Fax. +39 02 3659 8191 [email protected] Page 0 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI ....................................................................................... 1 KATA PENGANTAR .......................................................................... 2 I. PENDAHULUAN . I. 1 Pemilihan Produk .............................................................. 6 I. 2 Profil Geografi Italia .......................................................... 11 II. POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA II. 1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia ................................ 13 II. 2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia ................................. 15 II. 3 Regulasi Impor Produk CPO di Italia ............................... 17 II. 4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia .......................... 19 II. 5 Hambatan dan tantangan Lainnya ................................... 20 III. PELUANG & STRATEGI III. 1 Peluang ............................................................................... 21 III. 2 Strategi ................................................................................ 26 III. 2.1 Tindakan Konkrit oleh ITPC Milan ......................... 27 IV. INFORMASI PENTING ............................................................... 30 Page 1 KATA PENGANTAR Dalam upaya penyediaan informasi pasar produk yang sesuai dengan 10 – 10 – 3 dan keputusan Menteri Perdagangan RI No. 706/M-DAG/KEP/9/2011 tentang Pedoman Penyusunan dan Mekanisme Pelaporan Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri, ITPC Milan, Italia telah melakukan penyusunan Market Brief yang didasarkan pada studi literatur (desk study). Informasi pasar ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh pimpinan dan atau sebagai bahan referensi pelaku usaha dibidangnya. Penulisan Market Brief ini merupakan rangkaian kajian yang terus dilakukan selama 1 tahun untuk memenuhi target yaitu menyiapkan 10 Market Brief. Pada topik ini dipilih produk Crude Palm Oil (HS 1511) sesuai data yang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar serta adanya peluang pasar untuk produk CPO di Italia. Di dalam Market Brief ini akan diinformasikan mengenai latar belakang pemilihan produk, profil Italia, potensi pasar di Italia, serta peluang dan strategi memasuki pasar di Italia. Untuk itu penyusunan laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pihak Pemerintah maupun Swasta di Indonesia, khususnya bagi kalangan eksportir dan pengusaha produk terkait dalam menyikapi peluang ekspor di italia. Disadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini sangat kami harapkan. Semoga Laporan Market Brief ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan informasi tentang produk CPO. Milan, Desember 2016 Kepala ITPC Milan Agung Pramudya FR. Page 2 ABSTRAKSI Crude Palm Oil (HS 1511) merupakan salah satu komoditas perdagangan yang memiliki pengaruh yang besar dalam sektor perekonomian Indonesia. Tidak hanya pada sektor dalam negeri saja, tetapi Indonesia telah melebarkan distribusinya ke ranah luar negeri. Italia menjadi salah satu negara diantara negara - negara Uni Eropa lainnya yang menjadi konsumen terbesar CPO. Menurut data yang didapat dari Istat, nilai impor Italia untuk CPO lebih besar dari ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa Italia selalu mengalami defisit perdangan CPO. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa peluang Indonesia pada komoditas CPO ini sangat besar. Indonesia menempati peringkat ke-1 sebagai negara eksportir CPO terbesar ke Italia. Data menunjukkan bahwa ekspor sawit pada semester pertama tahun 2016 menjadi sektor utama dalam meningkatkan surplus neraca perdagangan RI hingga sebesar US$ 3,6 miliar, jika tanpa adanya ekspor sawit tersebut, neraca perdagangan RI memperlihatkan defisit sebesar US$ 4,4 miliar. Penulisan ini ditujukan untuk mengetahui informasi terbaru terkait peluang pasar ekspor CPO dari Indonesia ke Italia. Kemudian untuk mencari tahu apa saja yang menjadi hambatan perdagangan/ekspor CPO Indonesia ke Italia sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi stakeholders Indonesia untuk peningkatan ekspor CPO ke Italia. Saat ini perwakilan pemerintah Indonesia yang ada di Italia sedang menjajaki kemungkinan pengembangan dan pembangunan pusat Industri CPO di Piombino. Jika hal tersebut terealisasi, Indonesia berharap bisa meningkatkan ekspor CPO ke Italia serta mempromosikan dan memperlancar saluran distribusi tidak hanya untuk Italia saja tetapi bisa juga kepada negara – negara Uni Eropa. Page 3 I. PENDAHULUAN Crude Palm Oil adalah minyak nabati yang banyak digunakan dalam produk yang biasa di konsumsi untuk sehari – hari. Proses untuk mendapatkan minyak yang dapat dikonsumsi dapat dihasilkan dari bagian lapisan dalam pada dinding buah (mesocarp) dan dari buah kelapa sawit itu sendiri 1 (Elaeisguineensis). Minyak inti kelapa sawit dapat didapatkan dari inti buah kelapa sawit; adapun perbedaan dari keduanya bisa dilihat dari segi warna (sedikit memiliki karotenoida dan tidak berwarna merah) dan terdapat lemak jenuh dalam kandungannya. Minyak ini memiliki kegunaan untuk keperluan sehari - hari, sebagai produk makanan, sumber bahan bakar nabati, dan lain-lain. Beberapa contoh produk yang menggunakan CPO sebagai berikut: sabun, pelumas, margarin, minyak goreng, fatty acids, biodiesel, glycerin dan fatty alcohol. Dalam memproduksi minyak kelapa sawit, ada rangkaian proses awal dari produksi minyak kelapa sawit yaitu sebagai berikut: (i) Proses penggilingan dan pemurnian; (ii) Minyak kelapa sawit mentah dipisahkan dengan proses fraksinasi; (iii) Proses kristalisasi dan pemisahan untuk mendapatkan komponen padat (stearin) dan cair (olein); (iv) Proses pelelehan ulang dan pemisahan gum (degumming) dapat menghilangkan zat sisa yang ada; (v) Minyak ini kemudian disaring dan diberi zat pemutih; (vi) Proses pemurnian fisik adalah untuk menghilangkan bau dan warna dan menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).2 RBDPO merupakan produk minyak dasar yang wilayah pasarnya mencakup pasar komoditi dunia. Tetapi produk ini lebih digunakan sebagai minyak olein untuk minyak masak melalui proses fraksinasi yang digunakan oleh banyak perusahaan. Perlu diketahui bahwa komoditas yang menjadi prioritas dalam sektor perdagangan setelah minyak dan gas adalah CPO. CPO telah menjadi salah satu komoditas penting di pasar internasional dan memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Ekspor Sawit pada semester pertama tahun 2016 menjadi sektor utama dalam meningkatkan surplus neraca 1 Produk minyak sawit, Kementerian Perdagangan Indonesia. Diambil dari http://inatrims.kemendag.go.id/en/product/detail/04-palm-oil_8/?market=eu 2 Ibid, para. 2. Page 4 perdagangan RI hingga sebesar US$ 3,6 miliar, jika tanpa adanya ekspor sawit tersebut, neraca perdagangan RI memperlihatkan defisit sebesar US$ 4,4 miliar.3 Uni Eropa sangat masif dalam menggalakkan kampanye negatif penggunaan CPO dengan berbagai cara. Tapi pada Kenyataannya CPO merupakan minyak nabati yang paling efektif dan murah dibandingkan dengan kompetitornya seperti minyak kedelai, minyak rapseed, minyak bunga matahari, dan lain-lain. Hal tersebut membuat Uni Eropa tetap meningkatkan permintaan CPO walaupun banyaknya isu yang menerpa dan melakukan kampanye hitam minyak sawit serta pemberlakuan anti dumping duty. Pada bulan November, European Food Security Association (EFSA) telah mempublikasikan tentang pernyataan mengenai kandungan lemak jenuh pada minyak sawit sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut dikenal dengan sebutan dossier. Berdasarkan hal tersebut, para peneliti melakukan penelitian dan ingin membuktikan bahwa pernyataan tersebut sama sekali tidak benar. Intinya adalah para peneliti ingin membantah dossier tersebut. Berikut beberapa pernyataan dari para peneliti:4 Tidak benar bahwa minyak sawit menghasilkan kerusakan kesehatan yang berbeda dari minyak dan lemak lainnya (Elena Factor, Institut Penelitian Farmakologi Mario Negri Milan). Bahwa minyak sawit mencegah makanan tidak cepat rusak dan tidak berubah rasa (John Lercker, Universitas Bologna). Memasang label "tanpa minyak sawit " di kemasan makanan ini sangat tendensius dan menciptakan imej negative terhadap minyak sawit dan seolah-olah bahan makanan selain itu adalah yang terbaik (Claudio Bosio, Universitas Katolik Milan). Bahkan Peniliti Chiara Champione dari Greenpeace pun menyatakan “tidak benar bahwa lingkungan rusak jika Anda menggunakan minyak kelapa sawit yang bersertifikat sesuai dengan standar ketat Minyak sawit - jika telah mengalami proses industri seperti untuk makanan dan mempertahankan vitamin E - juga mengandung zat yang melawan kanker dan melawan banyak penyakit lainnya. Hal ini 3 Devisa Hasil Ekspor Sawit, GAPKI, 2016. Diambil dari http://gapki.id/devisa-hasil-ekspor-sawitrp-100-trilliun-sampai-juni-2016/ 4 Kandungan Minyak Jenuh Pada Kelapa Sawit, 2016. Diakses dari http://24o.it/links/?uri=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4996065/&from=Ricerca %3A+una+sostanza+contenuta+nell%E2%80%99olio+di+palma+%28e+non+solo%29+combatte+il +cancro Page 5 ditunjukkan oleh sebuah studi dari University of Milan bekerja sama dengan University of Aquila, penelitian yang diterbitkan pada bulan Juli 2016 dalam jurnal Laporan Ilmiah - Nature Publishing Group. Pada kenyataannya, minyak kelapa sawit justru mengandung antioksidan yang memiliki fungsi sebagai penjaga rasa alami pada produk jadi. Beralih ke sektor produksi, produksi minyak kelapa sawit menggunakan standar yang sudah bersertifikasi internasional seperti POIG dan RSPO yang di promosikan oleh WWF. WWF mengacu pada standar tersebut untuk membuat penyetaraan akan kualitas produksi dengan ketentuan tanpa harus membakar lahan gambut dan memusnahkan hutan hujan tropis. I.1 Pemilihan Produk Produk CPO Indonesia menghadapi banyak hambatan dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai contoh, aturan Renewable Energy Directive (RED) yang ditujukan melindungi produk biofuel Eropa berbasis minyak nabati seperti kanola dan bunga matahari supaya tidak kalah bersaing dengan produk biofuel berbasis CPO. Pasalnya, harga CPO lebih kompetitif dari minyak nabati lainnya. Dari total jumlah ekspor CPO, permintaan CPO dari Uni Eropa lebih banyak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri biofuel, yang porsinya mencapai 65%. Sisanya 35% digunakan bagi kebutuhan baku industri makanan. Setelah adanya aturan RED ini, diperkirakan permintaan minyak sawit dari industri biofuel Uni Eropa akan berkurang menjadi 60%. Dengan posisi geografis Indonesia sebagai negara tropis, total produksi CPO Indonesia relatif besar dan signifikan di pasar perdagangan di dunia. Terjadi peningkatan atas konsumsi CPO di pasar internasional, peningkatan tersebut bertambah dari 14,6 juta ton pada tahun 1995 menjadi 61,1 juta ton pada tahun 2015.5 Berdasarkan data yang didapat, konsumen utama untuk minyak sawit adalah Cina, India, Indonesia dan Uni Eropa, pada tahun 2015, 47,9% impor global telah disumbangkan oleh India, China dan Uni Eropa.6 5 Palm Oil Consumption, 2016. Diambil dari http://www.palmoilandfood.eu/en/palm-oilconsumption 6 Ibid. Page 6 Grafik 1. Total Konsumsi Global CPO HS 1511 (Tahun 2015) Sumber: Palm Oil and Food Europe (2016) Berdasarkan Grafik 1, total konsumsi global CPO HS 1511 Uni Eropa pada tahun 2015 mendominasi di pasar Internasional. Minyak kelapa sawit terus mendominasi dibandingkan kompetitor lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapseed, minyak bunga matahari dan sebagainya. Berdasarkan grafik diatas, CPO masih menjadi produk yang unggul dibandingkan produk minyak dan lemak yang lainnya yang menjadi kandungan pada setiap produk jadi yang sudah diolah. Kesempatan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspornya di pasar global khususnya Eropa masih sangat terbuka lebar. Hal yang harus dihadapi adalah bagaimana cara Indonesia menyikapi isu – isu negatif (kampanye hitam) yang digalangkan oleh Uni Eropa yang membuat ekspor CPO ke Uni Eropa di tahun 2015 mengalami penurunan. Page 7 Grafik 2. Konsumsi Global Minyak Nabati CPO HS 1511 (Tahun 2011 – 2015) Sumber:Palm Oil and Food Europe (2016) Berdasarkan Grafik 2, Konsumsi minyak nabati CPO terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimulai dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2015. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa CPO menjadi komoditi penting karena level konsumsi globalnya selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2014 – 2015 tetap terjadi peningkatan konsumsi global meskipun tidak terlalu signifikan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya perubahan persyaratan standar CPO (RSPO) dan kampanye hitam yang telah mempengaruhi pemenuhan permintaan global CPO. Dalam menyikapi hal tersebut Indonesia perlu mempersiapkan strategi untuk dapat mengembalikan tren positif ekspor CPO di tingkat global dan bisa cepat merespon kampanye hitam yang telah memperburuk citra CPO Indonesia di pasar global. Page 8 Grafik 3. Konsumsi Pengguna Utama CPO HS 1511 (Tahun 2015) Sumber : Palm oil and Food Europe (2016) Pada Grafik 3, telah memperlihatkan bahwa India menjadi pengguna utama CPO pada tahun 2010 – 2015. Kemudian disusul oleh Uni Eropa, Indonesia, China dan Malaysia. Berdasarkan grafik 3, bisa ditarik kesimpulan bahwa pada setiap 5 tahun, negara – negara tersebut sangat membutuhkan CPO dan menandakan bahwa CPO menjadi komoditi penting di pasar global. Untuk kawasan Eropa, setiap 5 tahunnya Eropa telah mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi CPO. Tidak menutup kemungkinan bahwa untuk 5 tahun kedepan Eropa akan tetap bergantung pada CPO berkaitan dengan banyaknya produk jadi yang membutuhkan campuran minyak nabati. Page 9 Tabel 1. Kinerja Ekspor-Impor Italia Terhadap Produk CPO Indonesia (HS 1511) Tahun 2011-2015 Value: Million USD Export Import Balance of Trade 2011 2012 2013 2014 2015 Trend (%) 11-15 Change (%) 15/14 0,00 560,74 0,00 675,62 0,00 936,30 0,00 1.168,71 0,00 834,50 14,38 -28,60 -561 -676 -936 -1.169 -835 Source: World Trade Atlas/Istat Berdasarkan Tabel 1, maka dapat dilihat bahwa tren impor Italia terhadap CPO Indonesia pada tahun 2015 sebesar US$ 834,50 juta. Sepanjang tahun 2011 – 2015 nilai impor Italia terhadap CPO Indonesia tetap berada pada level yang positif dengan nilai sebesar 14,38% walaupun pada periode tahun 2014 – 2015 mengalami penurunan yang menunjukkan tren negatif hingga sebesar 28,60%. Pada dasarnya, berkurangnya nilai Impor Italia terhadap CPO Indonesia bisa disebabkan oleh faktor – faktor tertentu seperti black campaign yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap CPO. Padahal pada periode – periode sebelumnya tahun 2011 - 2014 selalu mengalami kenaikan. Faktanya adalah Indonesia memiliki kemampuan untuk memasok produk CPO dalam jumlah lebih besar karena Indonesia menempati posisi pertama sebagai pengekspor CPO terbesar di dunia. Hal ini tentunya menjadi fokus utama bagi kedua belah pihak antara Indonesia dan Italia untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kerjasamanya pada sektor CPO. Kemungkinan salah satu kendalanya adalah adanya standar, mekanisme dan regulasi yang berubah sehingga menjadi hambatan pada kelancaran transaksi dan distribusi CPO Indonesia ke Italia. Page 10 I.2 Profil Geografi Italia Italia sebelah utara berbatasan langsung dengan empat negara Eropa yaitu Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia. Memiliki posisi yang strategis yaitu berada di tengah-tengah antara Eropa dan Afrika, Italia meiliki keuntungan sebagai negara yang memberikan akses ke negara-negara Eropa Utara, negaranegara Mediterania dan negara-negara Eropa Timur. Wilayah Italia meliputi luas kedaulatan 301.340 km2 termasuk dua pulau utama yaitu pulau Sisilia dan pulau Sardinia, yang merupakan dua pulau utama di samping 38 pulau lainnya. Italia memiliki dua teritorial yang independen yaitu Kota Vatican dan Republik San Marino. Kota perdagangan di Italia adalah Milan dengan GDP per kapita pada awal tahun 2014 mencapai € 35.137. Milan disebut-sebut sebagai salah satu kota utama untuk keuangan dan bisnis dimana GDP-nya merupakan ke-4 tertinggi di Eropa dan ke-26 tertinggi di dunia. Milan juga menduduki 20 besar sebagai kota dengan finansial terbaik. Berdasarkan estimasi sensus yang dilakukan oleh ISTAT pada Desember 2013, populasi di Italia mencapai 60.782.668 jiwa dengan dua wilayah berpenduduk terbesar di wilayah Italia-Utara sebanyak 27 % dari jumlah populasi dan wilayah Italia-Selatan sebanyak 23 % dari jumlah populasi Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Italia. Mayoritas penduduk Italia beragama Katolik dengan persentase sebesar 83%. Italia dikenal sebagai negara yang penuh dengan peninggalan sejarah dan jenius dalam kebudayaan. Saat ini Italia memiliki 400 buah museum, galeri dan situs arkeologi. Italia memiliki fasilitas transportasi yang sangat baik, dimana jaringan kereta api dikontrol oleh Trenitalia, Ferrovie dello Stato (Perusahaan Kereta Api Page 11 Italia) yang rata-rata mengangkut setidaknya 23,3 juta ton komoditas sejak tahun 2005 dan kecenderungan jumlah penumpang yang selalu meningkat. Jaringan jalan raya untuk pengangkutan kargo dan truk serta transportasi penumpang juga terus bertambah. Sementara komoditas minyak menggunakan pelayaran sebagai moda transportasi utama dengan jaringan pelabuhan antara lain di Genova, La Spezia, Napoli, Trieste, Livorno dan Venezia. Untuk moda penerbangan, Italia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2005 dimana tercatat setidaknya terdapat 48,9 juta penumpang domestik dan 63,2 juta penumpang internasional. Italia telah membangun dua bandara udara yang modern di Roma yaitu Fiumicino dan Ciampino serta dua di Milan yaitu Linate dan Malpensa yang mencatat 50% kedatangan dan penerbangan internasional dilakukan di Milan. Beberapa sektor yang turut mendukung kondisi ekonomi Italia diantaranya adalah sektor pos dan telekomunikasi. Italia telah mengalami reorganisasi yang dilakukan pada tahun 2004 dimana Italia berhasil menggabungkan 3.440 perusahaan skala kecil menjadi beberapa perusahaan skala besar. Beberapa perusahaan komunikasi yang berskala multinasonal antara lain: Vodavone, Telecom, Tele2, Wind, H3g serta memiliki pasar yang terus berkembang, dimana 70% populasi memiliki setidaknya satu telepon selular. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Italia juga mulai memberikan insentif kepada perusahaan swasta. Italia juga memiliki sistem IT yang sangat baik pada kantor-kantor administrasi lokalnya. Otoritas sektor perbankan Italia berada di bawah Bank of Italy yang berdasarkan hukum perbankan Eropa bertanggung jawab sebagai peninjau, pemeriksa serta menganalisa sistem perbankan di seluruh negeri. Page 12 II. POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA II.1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia Secara umum, Italia mengalami penurunan pada sektor ekspor untuk produk CPO HS 1511 berdasarkan Tabel 2 dari tahun 2011-2015, penurunan pada tahun 2011-2013, dan kenaikan pada tahun 2013-2014 di mana mencapai US$ 67,04 juta. Penurunan yang terjadi pada tahun 2014-2015 hingga senilai US$ 55,91 juta Penurunan yang terjadi dari tahun 2011-2013 dan di tahun 2015 disinyalir karena pada tahun-tahun tersebut semakin berkembangnya dan bertambah pesatnya produksi CPO dari negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dan Malaysia yang menjadi kekuatan raksasa asia sebagai pengimpor terbesar CPO di Uni Eropa. Kemudian juga munculnya produk kompetitor seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari yang semakin berkembang dan menjadi pilihan lain bagi para konsumen. Faktor geografis kedua negara ini yang berada di iklim tropis menjadi faktor utama yang menjadikan kedua negara asia ini menjadi penghasil CPO terbesar bila dibandingkan dengan negara Uni Eropa. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang lambat dari negara tujuan ekspor Italia juga merupakan faktor pemicu sehingga menyebabkan melemahnya permintaan CPO dari Italia. Tren yang terlihat pada tabel 2 telah menunjukkan tren yang negatif senilai 10,18%, juga untuk transisi dari tahun 2014 – 2015 mengalami penurunan yang cukup drastis hingga 16,60%. Tabel 2. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia (Tahun 2011 – 2015) Value: Million USD 2011 2012 2013 2014 2015 Export 88,60 78,08 62,57 67,04 55,91 Import 1.002,70 1.079,38 1.322,32 1.549,93 1.193,16 -914 -1.001 -1.260 -1.483 -1.137 Balance of Trade Trend (%) 11-15 Change (%) 15/14 -10,18 -16,60 7,35 -23,02 Source: World Trade Atlas/Istat Page 13 Kinerja ekspor produk CPO Italia ke negara lain di dunia dapat dilihat pada Tabel 3. Secara keseluruhan, Italia mengalami penurunan kinerja ekspor produk CPO ke dunia, hanya mengalami kenaikan kembali pada tahun 2014 saja, kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan ekspor yang drastis. Menurut data pada tabel 3, tren menunjukan hasil yang negatif senilai 5,47% terhitung dari tahun 2011 – 2015. Berdasarkan data tahun 2015 yang terdapat di Tabel 3 dapat dilihat bahwa Amerika tidak lagi menjadi negara tujuan ekspor di peringkat ke-1, tetapi saat ini telah ditempati oleh Jerman dengan total nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$ 25,43 juta. Rusia berada di peringkat ke-2 dengan total nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$ 6,78 juta, diikuti oleh Polandia di peringkat ke-3 dengan total nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$ 6,18 juta, Serbia di peringkat ke-4 dengan total nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$ 4,46 juta, dan Kroasia di peringkat ke-5 dengan total nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$ 2,11 juta. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-46 dimana nilai ekspor produk CPO Italia ke Indonesia sudah tidak terdapat transaksi ekspor ke Indonesia. Pada tahun 2015, Italia mengalami penurunan ekspor ke Jerman (0,68%), Rusia (28,78%), dan Polandia (21,62%) dibandingkan dengan data pada tahun 2013-2014. Rata-rata terjadi penurunan ekspor dari Italia ken negara-negara lain juga karena pasokan impor CPO yang masuk ke Italia juga mengalami penurunan pada tahun 2015. Namun, Italia mengalami kenaikan ekspor ke Austria (52,39%), Portugal (80,49%), dan Hungaria (38,83%). Kenaikan ekspor CPO Italia untuk beberapa negara di dunia diakibatkan meningkatnya konsumsi CPO di negara tujuan. Page 14 Tabel 3. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia berdasarkan Negara Tujuan (Tahun 2011-2015) Value: Million USD 2011 2012 2013 2014 2015 Trend (%) 11-15 Change (%) 15/14 World 88,60 78,08 62,57 67,04 55,91 -5,47 -16,60 1 Germany 41,86 30,11 17,48 25,60 25,43 20,60 -0,68 2 Russia 6,62 8,45 8,74 9,51 6,78 -11,92 -28,78 3 Poland 5,04 5,66 5,04 7,89 6,18 10,74 -21,62 4 Serbia 6,87 6,91 5,50 4,96 4,46 -9,99 -10,06 5 Croatia 8,55 7,46 4,26 4,77 2,11 -29,70 -55,90 46 Indonesia 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - Rank Country Sumber: Istat II.2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia Kinerja impor Italia terhadap produk CPO HS 1511 dunia dapat dilihat pada Tabel 4 di mana total nilai impor produk CPO adalah sebesar US$ 1.2 miliar pada tahun 2015. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk CPO tetap menunjukkan pertumbuhan positif selama periode 2011 – 2015 senilai 7,35%. Selama periode 2014 – 2015, nilai impor produk CPO pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup tajam sekitar 23,02% dibandingkan dengan data pada tahun 2014. Penurunan ini disebabkan oleh semakin berkembangnya komoditi lain di sektor minyak nabati dan lemak yang menjadi kompetitor di negara Italia sehingga memberikan pilihan lain yang lebih beragam untuk di konsumsi. Hal ini juga disebabkan adanya isu negatif dan kampanye hitam akan produk CPO dari Indonesia. Page 15 Tabel 4. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia (Tahun 2011 – 2015) Value: Million USD Export Import Balance of Trade 2011 2012 2013 2014 2015 88,60 1.002,70 -914 78,08 1.079,38 -1.001 62,57 1.322,32 -1.260 67,04 1.549,93 -1.483 55,91 1.193,16 -1.137 Trend (%) 11-15 Change (%) 15/14 -10,18 7,35 -16,60 -23,02 Source: World Trade Atlas/Istat Italia banyak mengimpor produk CPO dari negara – negara di dunia seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Luxembourg (Tabel 5). Indonesia tetap berada di peringkat ke-1, tetapi pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan jumlah impor dari Italia dibandingkan dengan tahun 20132014. Penurunan tersebut diperkirakan sekitar 28,60%, pada tahun 2011-2015 tren impor Italia atas CPO Indonesia menunjukkan tren yang negatif sekitar 5,59%. Malaysia berada di peringkat ke-2, dimana pada tahun 2015 mengalami peningkatan ekspor CPO ke Italia. Peningkatan pada tahun 2014-2015 tersebut menunjukkan nilai sekitar 30,43%. Belanda berada di peringkat ke-3 yang mengalami penurunan juga pada tahun 2014-2015 seperti Indonesia, dengan nilai sekitar 25,92%. Papua Nugini berada di peringkat ke-4 yang mengalami penurunan pada tahun 2014-2015 dengan nilai sekitar 8,77%. Luxembourg berada di peringkat ke-5 yang mengalami penurunan pada tahun 2014-2015 dengan nilai sekitar 19,58%. Dua negara lainnya baik itu dari Eropa dan Asia memiliki peringkat di bawah Indonesia adalah Perancis yang berada di peringkat ke-15 dan Thailand yang berada di peringkat ke-38. Kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia mengalami penurunan yang tajam pada tahun 2015 akibat mulai munculnya komoditi yang menjadi kompetitor CPO di sektor minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak rapseed, minyak bunga matahari dan lain-lain. Tetapi hal ini bukan menjadi kendala bagi Indonesia karena telah terbukti bahwa Italia tetap mengutamakan konsumsi CPO dibanding minyak nabati dari sumber yang lain karena kualitas dan harga yang juga bersaing. Italia merupakan pangsa pasar yang sangat baik bagi ekspor produk CPO dari Indonesia. Page 16 Tabel 5. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia (Tahun 2011 – 2015) Value: Million USD Rank 1 2 3 4 5 15 38 Country World Indonesia Malaysia Netherlands Papua New Guinea Luxembourg France Thailand 2011 2012 2013 2014 2015 1.002,70 560,74 203,35 88,67 45,00 1,74 0,31 63,93 1.079,38 675,62 229,07 80,01 19,97 3,25 0,52 28,88 1.322,32 936,30 217,32 78,53 23,71 4,47 0,89 29,78 1.549,93 1.168,71 196,52 88,19 24,09 7,91 0,10 53,70 1.193,16 834,50 256,31 65,33 21,97 6,36 0,12 0,00 Trend Change (%) (%) 11-15 15/14 -5,01 -5,59 8,60 -8,79 -3,73 19,29 -62,63 #NUM! -23,02 -28,60 30,43 -25,92 -8,77 -19,58 24,66 -100,00 Sumber: Istat II.3 Regulasi Produk CPO di Italia Italia menerapkan kebijakan yang secara umum mengacu pada garis besar ketentuan impor yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa. Kebijakan impor yang perlu dipenuhi terkait syarat ketentuan secara detail dapat diakses pada portal EU Help Desk (http://www.exporthelp.europa.eu) dengan memasukkan kode HS pada kolom yang telah ditentukan. Export Helpdesk EU merupakan layanan online yang disediakan oleh Komisi Uni Eropa untuk mempermudah akses pasar bagi negara-negara berkembang. Berikut adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan ekspor CPO ke Uni Eropa: Tabel 6. Kebijakan dan Regulasi Impor Produk CPO dari Negara Berkembang ke Uni Eropa Legislasi Kontaminasi Dasar Hukum Regulation (EC) 1881/2006 Residu pestisida Regulation (EC) Kontrol Regulation (EC) 1881/2006 Deskripsi Singkat Peraturan yang dirancang untuk memastikan bahwa makanan yang masuk ke pasar Uni Eropa aman dikonsumsi dan tidak mengandung kontaminan pada tingkat yang dapat mengancam kesehatan manusia. Regulasi ditentukan guna memastikan perlindungan terhadap konsumen. Jika terdapat kandungan residu dalam tanaman dan hewan atau bagiannya yang digunakan untuk konsumsi, hanya diperbolehkan diimpor jika sesuai dengan ketetapan undang-undang Uni Eropa yang dirancang untuk mengontrol keberadaan zat kimia dan residu dari hewan hidup, produk hewani, dan produk yang berasal dari tumbuhan. Ketentuan umum dan ketentuan khusus yang Page 17 Legislasi kesehatan Dasar Hukum 1881/2006 Label Directive 2000/13/EC Directive 90/496/EC Regulation 1924/2006/EC Directive 2005/26/EC Directive Deskripsi Singkat didesain untuk mencegah risiko terhadap kesehatan konsumen dan melindungi kepentingan konsumen. Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus mematuhi aturan pelabelan Uni Eropa, yang bertujuan untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan semua informasi penting dalam memilih saat membeli bahan makanan tersebut. 2007/68/EC Aditif, enzim, dan perasa dalam makanan Regulation (EC) No 1331/2008 No 1332/2008 No 1333/2008 Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus sesuai dengan komposisi adiktif, enzim, dan perasa yang masih dalam kategori aman bagi kesehatan. No 1334/2008 Suplemen (vitamin dan mineral) Directive 2006/125/EC Directive 2002/46/EC Makanan-makanan yang masuk ke Uni Eropa harus mengandung berbagai vitamin dan mineral yang menyehatkan bagi tubuh. Hygiene of Regulation (EC) Proses produksi makanan yang masuk ke Uni Eropa harus berdasarkan HACCP (Hazard foodstuffs 852/2004 Analysis and Critical Control Point). (HACCP) Kebersihan produk makanan Uni Eropa juga mengadopsi mekanisme Reduce Kebijakan Carbon Emissions from Deforestation and Forest REDD Kebijakan RED Directive 2009/28/EC Degradation (REDD). Jadi CPO yang masuk ke Uni Eropa harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia. Uni Eropa juga mengadopsi Renewable Energy Directive (RED) dengan tujuan memenuhi tercapainya target minimal 20% renewable energy pada tahun 2020. Jadi CPO yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan sebagai produk yang ramah lingkungan mulai dari produksi, proses, maupun transportasi. Page 18 II.4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia Berdasarkan Skema 4, eksportir produk CPO dari negara berkembang dapat memasok produknya ke trader maupun importir dimana importir dapat langsung memasok produk ke konsumen akhir di Italia (Khusus untuk red palm oil) yang meliputi ritel, katering, industri makanan, industri pengolahan makanan, industri kimia, dan industri botol. CPO jenis red palm oil banyak digunakan untuk industri pewarna. Sedangkan CPO murni harus melalui tahap pengolahan di industri pengolahan (refinery) terlebih dahulu baru kemudian dapat digunakan oleh konsumen akhir. Selain itu, beberapa perusahaan eksportir CPO Indonesia telah memiliki jaringan representasi khusus yang menghubungkan perusahaan di Jakarta dengan importir di Italia sehingga mempermudah proses ekspor CPO ke Italia. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : PT Wilmar Nabati Indonesia (Grup Wilmar), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMART)- PT. Golden Agri Resources (GAR), PT Cargill Indonesia, dan PT Musim Mas. Skema 4. Jalur Distribusi Produk CPO ke Italia Sumber: CBI Jalur distribusi yang baik sebenarnya tergantung dari permintaan pasar global. Bisa dikatakan bahwa jalur distribusi sangat ditentukan oleh kepentingan dan fokus konsumen, apakah ingin langsung memasok produk langsung ke konsumen akhir di Italia dan di ekspor kembali (red palm oil) atau ingin mengolah kembali palm oil murni yang nantinya akan di distribusikan ke masing-masing konsumen akhir yang sudah bekerjasama dan memiliki kesepakatan. Dari segi proses, red palm oil tidak membutuhkan waktu yang lama dibandingkan palm oil Page 19 murni yang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Pada tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan jalur distribusi sangat bergantung pada kebutuhan dan kepentingan konsumen akhir. II.5 Hambatan dan Tantangan Salah satu hambatan dan tantangan yang menerpa komoditi CPO Indonesia adalah adanya tuduhan kepada perusahaan CPO Indonesia. Tuduhan tersebut menyatakan bahwa pemanasan globa telah diakibatkan oleh pembakaran lahan kelapa sawit, padahal hal itu justru hanya untuk menutupi kesalahan-kesalahan lama yang telah diakibatkan oleh negara-negara maju. Sebenarnya penyebab utama pemanasan global adalah akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi, dll). Konsumen utamanya adalah negara-negara barat termasuk Uni Eropa. Pada sisi lain, Tumbuhan kelapa sawit justru penyelamat lingkungan karena menyerap gas rumah kaca yaitu karbondioksida. Dengan begitu Indonesia bisa menunjukkan fakta dengan alasan yang lebih relevan bahwa Tumbuhan kelapa sawit akan berkontribusi pada penurunan efek gas rumah kaca global dan diiringi juga dengan penggunaan biodiesel minyak sawit yang diggunakan untuk menggantikan solar. Hambatan dan tantangan yang akan dihadapi oleh eksportir produk CPO dari negara berkembang untuk masuk ke pasar Uni Eropa tak terkecuali Italia adalah sebagai berikut: Tabel 7. Hambatan dan Tantangan yang Kemungkinan Dihadapi oleh Eksportir Produk CPO Indonesia No Kategori Deskripsi Hambatan dan Tantangan 1. Sertifikasi RSPO 2. Komposisi CPO Produk yang akan diekspor ke Italia harus memiliki sertifikasi RSPO. Sebagai contoh, Ferrero, produsen Nutella menyatakan bahwa mulai tahun 2014, semua minyak kelapa sawit yang akan dibeli oleh Ferrero wajib memiliki sertifikat RSPO. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, konsumen Uni Eropa menuntut Sertifikat Sustainability RSPO. Para pembeli dari Uni Eropa umumnya tidak hanya tertarik dengan eksportir yang mengandalkan produk dan profil perusahaannya saja melainkan juga kondisi perekonomian negara eksportir. Reputasi dari negara eksportir dapat memberikan pengaruh terhadap pembeli misalnya beberapa negara yang pernah mengirim CPO yang mengandung lemak jenuh yang berlebihan tidak berhasil dalam finalisasi kontrak Page 20 No Kategori 3. Reduce Carbon Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD) 4. Biodiesel Deskripsi Hambatan dan Tantangan akhir. Seharusnya minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega). Mekanisme ini sedang ramai diperbincangkan oleh dunia guna menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca. Perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama deforestasi hutan hujan tropis di negara – negara berkembang7. Akibat adanya mekanisme REDD ini, maka Uni Eropa akan semakin menerapkan standar yang ketat bagi pengusaha kelapa sawit di negara – negara berkembang untuk memperluas lahan CPO yang umumnya dilakukan dengan cara melakukan pembakaran hutan dan konversi dari hutan menjadi lahan sawit yang justru dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Indonesia telah mengurangi pasokannya ke pasar global yang bertujuan untuk produksi biodiesel dan juga digunakan di dalam negeri. Namun disisi lain Produksi menurun dan stok semakin menipis, hal itu menyebabkan ekspor CPO Indonesia ke pasar global mengalami penurunan. 5. Kompetitor Adanya produk penghasil minyak nabati yang melimpahi pasar global dengan harga yang kompetitif, berasal dari minyak kedelai, minyak rapseed, minyak bunga matahari dan lain-lain. Hal tersebut juga mempengaruhi kinerja dan penurunan ekspor CPO Indonesia ke pasar global. 6. Kampanye Banyaknya berita, pernyataan dan gambar-gambar yang Hitam menjelek-jelekkan dan memperburuk citra minyak sawit (Anti Sawit) Indonesia di mata dunia. Kegiatan ini dipelopori oleh LSM yang berada di Indonesia maupun di luar negeri yang menuduh perkebunan kelapa sawit telah merusak lingkungan. III. PELUANG DAN STRATEGI III.1 Peluang Berdasarkan Tabel 1 mengenai kinerja ekspor – impor Italia terhadap produk CPO Indonesia, maka dapat dilihat bahwa nilai impor Italia terhadap produk Indonesia jauh melebihi nilai ekspor Italia ke Indonesia dalam hal produk CPO HS 1511. Total nilai impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia adalah sebesar US$ 834,50 juta pada tahun 2015 sedangkan total nilai ekspor produk CPO Italia ke Indonesia tidak ada transaksi sama sekali antar kedua negara. 7 Data menurut Buckland (2005) Page 21 Di samping itu, berdasarkan Tabel 5, Indonesia menduduki peringkat ke-1 sebagai negara eksportir CPO ke Italia dengan nilai ekspor sebesar US$ 834,50 juta pada tahun 2015 diikuti oleh Malaysia dan Belanda yang berada di urutan ke-2 dan ke-3. Dengan memasukkan asumsi proyeksi grafik impor Italia terhadap produk CPO Indonesia yang tetap berada pada tren yang positif yaitu sebesar 14,38% selama periode 2010 – 2015 yang terdapat pada Tabel 5, maka kita dapat mengambil hipotesis awal bahwa peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk CPO ke Uni Eropa khususnya Italia masih terbuka lebar. Peluang yang besar ini juga didukung oleh kapasitas Indonesia sebagai negara eksportir CPO terbesar di dunia serta ketergantungan Uni Eropa terhadap produk CPO yang memang menjadi salah satu unsur penting dalam pengolahan beberapa produk yang di konsumsi masyarakat. Saat ini, ada peluang yang sangat besar bagi Indonesia karena ada permintaan CPO dari Italia hingga senilai 30.000 ton per tahun, bahkan bisa meningkat hingga 90.000 ton per tahun. Perusahaan Italia yang ingin melakukan impor CPO Indonesia bernama Veos. Tentunya ada persyaratan dan spesifikasi tertentu yang harus dipenuhi oleh eksportir CPO Indonesia. Persyaratan dan spesifikasi CPO yang harus dipenuhi ada pada tabel berikut ini. Tabel 8. Ketentuan Persyaratan dan Spesifikasi CPO HS 1511 No 1. Kategori Deskripsi Metode Pembelian Dalam hal pengiriman, lebih di pilih metode CIF (Cost, Insurance & Freight) untuk ke Taranto di Italia walaupun mereka juga terbuka untuk metode FOB (Free on Board) yang nantinya bisa organisir untuk pengiriman melalui kapal kargo atau bulker. 2. Kualitas Untuk ekspor produk CPO dari Indonesia, harus bisa memenuhi sertifikasi ISCC EU, FFA (untuk asam palmitat) maks 5% dan kelembaban serta ketidakmurnian maksimal 0.5. Selain itu, setiap produk ekspor CPO pun harus dilengkapi dengan bukti keberlangsungan (sustainability) yang ramah lingkungan yang diakui keberadaannya oleh pasar internasional. 3. Kondisi Pengiriman Untuk pengiriman CIF ke Taranto, ukuran kontainer adalah 12 meter flat yang obligasi pajak impornya nanti akan di tanggung oleh buyer. Pengiriman pun bisa dilakukan pada hari minggu Page 22 ataupun hari libur bila dibutuhkan. Surat kesiapan harus diberikan pada saat barang tiba dan untuk pemberitahuan adalah 6 jam sebelumnya. Untuk ketentuan pembongkaran adalah 150 ton per jamnya. 4. Pembayaran Untuk pembayaran bisa dilakukan melalui bank yang berkelas dan internasional. Sedangkan untuk pengepakkan bisa dilakukan Pengepakan melalui kendaraan berjalur laut dan kargonya tidak boleh termasuk dalam daftar yang dilarang oleh The Federation of Oils, Seeds and Fats Association Ltd (FOSFA). 5. Berat Untuk berat yang dikirimkan pada saat final harus dipastikan oleh pegawai pengawas yang disetujui oleh FOSFA. Sertifikat dari barang yang dikirim oleh FOSFA nantinya akan disatukan untuk keperluan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. 6. Kualitas Sampling dan Analisa Untuk kualitas sampling pada saati arrival pun harus dipastikan dan diapprove oleh pengawas FOSFA dan laboratorium yang nantinya akan mengecek dan analisanya akan sesuai yang tercantum kontrak FOSFA no 80, London. 7. Kondisi Umum Segala persyaratan dan ketentuan lainnya pun akan berdasarkan update terakhir dari kontrak FOSFA no. 80 serta segala yang ditentukan oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli) yang dimengerti dan di terima oleh keduanya. Sumber: ITPC Milan http://itpcmilan.it/adanya-permintaan-tinggi-cpo-di-italia-untuk-dipenuhi/ Adapun dibawah ini merupakan perincian spesifikasi CPO yang diminta oleh perusahaan Veos jika ada perusahaan CPO Indonesia yang ingin melakukan ekspor CPO. Page 23 Skema 5. Spesifikasi CPO oleh Perusahaan Veos Sumber: ITPC Milan http://itpcmilan.it/adanya-permintaan-tinggi-cpo-di-italia-untuk-dipenuhi/ Berdasarkan skema 5, dapat disimpulkan bahwa ada 11 ketentuan spesifikasi yang menjadi standar untuk CPO yang harus dipenuhi jika ingin melakukan ekspor CPO Indonesia ke perusahaan Veos. Penjelasan secara terperinci menujukkan bahwa perusahaan Veos benar-benar menginginkan CPO Indonesia yang memiliki kualitas dan sesuai dengan standar internasional. Dengan terpenuhinya ketentuan-ketentuan diatas, tentu kelancaran masuknya CPO Indonesia ke Italia terutama perusahaan Veos akan lebih mudah terealisasi. Peluang berikutnya adalah keinginan Indonesia membangun pusat penampungan atau biasa disebut dengan Hub CPO di Italia yang terletak di Piombino. Keinginan tersebut diawali dengan adanya diskusi antara pihak-pihak penting yang bersangkutan seperti perusahaan Pasific Agro Sentosa (PAS) dan didukung oleh delegasi dari Indonesia seperti Duta Besar Indonesia (Bapak August Parengkuan) , Direktur ITPC Milan (Bapak Agung Pramudya), Atase Perdagangan (Bapak Sumber Sinabutar) dan Atase Pertanian (Bapak Yusral Page 24 Tahir).8 Pertemuan selanjutnya mempertemukan penanggung jawab pelabuhan Piombino dan perusahaan Sinar Mas yang membicarakan pembangunan dan pengembangan pusat penampungan CPO Indonesia di Piombino.9 Harapan dari pertemuan tersebut adalah agar bisa tercapai kesepakatan untuk membangun dan mengembangkan pusat penampungan CPO Indonesia di Italia. Pada tahap selanjutnya, distribusi CPO baik itu untuk Italia ataupun negara Eropa yang lainnya bisa disalurkan melalui Hub CPO di Piombino tersebut. Kemudahan akses dan distribusi CPO Indonesia di Italia akan lebih mudah jika pembangunan dan pengembangan Hub CPO Indonesia ini terealisasi. Tabel 9. Peluang Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia No Kategori 1. Sustainability 2. Fair Trade Palm Oil 3. Renewable Directive (RED) Deskripsi Peluang Energy Uni Eropa merupakan negara yang memiliki kebijakan sustainability yang sangat berpengaruh terhadap peraturan-peraturan ekspor CPO ke negara Uni Eropa. Dalam proses produksi CPO, negara ekportir harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Uni Eropa. Dengan demikian Eropa dapat meningkatkan impor CPO-nya. Uni Eropa menerapkan kebijakan Fair trade CPO. Negara ekportir harus menerapkan CPO yang bersetifikat RSPO karena CPO tanpa sertifikat akan gagal menembus pasar Uni Eropa. Kebijakan fair trade palm oil ini memberikan peluang market kepada negara-negara berkembang yang dapat menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Uni Eropa menerapkan kebijakan ini bertujuan untuk mencapai 20% sumber energinya berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Kebijakan ini memberikan peluang kepada negara-negara berkembang pengekspor CPO karena CPO merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbaharui (biofuel) yang juga dapat dipergunakan untuk bahan bakar pengganti minyak bumi untuk transportasi. 8 Perwakilan Piombino Bertemu dengan Delegasi Indonesia, 2016. Diakses dari, http://itpcmilan.it/piombino-met-indonesian-delegations/ 9 Ibid. Page 25 III.2 Strategi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa strategi sebagai berikut: Tabel 10. Strategi Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia No 1. Strategi Strategi Produksi Deskripsi Outcome Peningkatan kualitas produksi dengan penerapan proses produksi serta konversi lahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan CPO yang bersetifikat RSPO atau EURED yang sesuai dengan regulasi dari Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD Keberlanjutan dan daya saing CPO Indonesia di pasar global juga ditentukan oleh Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO juga ditujukan untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca dan menarik perhatian terhadap isu-isu lingkungan sesuai dengan komitmen RSPO. RSPO dan ISPO sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu berkaitan dengan standar. Perbedaannya terletak pada levelnya, satu sisi, RSPO berada pada level Internasional. Pada sisi lain, ISPO berada pada level nasional. Pada intinya RSPO dan ISPO akan menentukan keberlanjutan kerjasama dan keberlangsungan pasokan kelapa sawit baik itu di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Jika sudah memenuhi ketentuan dan persyaratan RSPO dan ISPO, secara otomotatis akan memberikan garansi dan jaminan atas sertifikasi CPO untuk para pembeli dan investor. Eksportir dapat memasok CPO dalam kuantitas yang lebih besar lagi ke Uni Eropa karena Indonesia mampu memenuhi syarat “Sustainability” dan “Fair Trade Palm Oil” yang ditetapkan oleh Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD. Page 26 No Strategi 2. Strategi Produk 3. Strategi Promosi Deskripsi Outcome Mempertahankan produk CPO dengan kualitas yang sangat tinggi dengan komposisi sebagai berikut: minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega) dimana CPO ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku alternatif pengganti bensin untuk transportasi. Menyelenggarakan kampanye produk CPO dengan “Green Campaign” serta aktif mengikuti pameran dan konferensi yang berkaitan dengan CPO misalnya seperti 12th Indonesian Palm Oil Conference and 2017 Price Outlook yang akan diselenggarakan tahun 2325 November di Bali, Indonesia. Bekerjasama dengan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) setempat untuk membangun citra positif Indonesia dan CPO dari Indonesia bagi negara Uni Eropa khususnya Italia. Produk CPO dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Italia dan Uni Eropa akan semakin diminati oleh pembeli di Italia dan Uni Eropa. Meningkatnya ekspor CPO dari Indonesia. Memperbaiki citra CPO Indonesia di mata dunia dari isu-isu negatif yang dipelopori oleh LSM melalui kampanye hitam. III.2.1 Tindakan Konkrit yang dilakukan oleh ITPC Milan ITPC Milan melakukan tindakan konkrit terkait perkembangan bisnis CPO Indonesia dengan para buyer di Italia. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan untuk mempertemukan antara produsen dengan buyer atau biasa disebut dengan B2B dengan konsep Business Matching. Hal ini juga sesuai dengan tujuan ITPC Milan yang menjembatani para pengusaha Indonesia dan mempertemukan dengan buyer atau investor Italia. Page 27 Tindakan konkrit yang pertama terkait dengan CPO adalah mengadakan rapat dengan perusahaan Veos yang berkeinginan untuk mengimpor CPO sebesar 30.000 ton per tahun, bahkan bisa bertambah hingga sebesar 90.000 ton. Di bawah ini merupakan hasil dokumentasi dari pertemuan dengan perusahaan Veos. Berikutnya berkaitan dengan adanya keinginan untuk mengembangkan bisnis CPO Indonesia dan distribusinya di Eropa khusunya Italia, Indonesia ingin membangun dan mengembangkan pusat penampungan atau Hub CPO di Italia agar mempermudah distribusi CPO di Italia. Lokasi yang ingin dijadikan Hub CPO tersebut berlokasi di daerah Piombino, daerah ini merupakan daerah pelabuhan di Italia. Pertemuan ini melibatkan beberapa pihak seperti pemangku kepentingan dari pelabuhan Piombino, perusahaan Pasific Agro Sentosa, Perusahaan Sinar Mas, Duta Besar Indonesia, Atase Perdagangan, Atase Pertanian dan ITPC Milan. ITPC Milan berharap dari pertemuan tersebut dapat terjalin kerjasama dan tercapai kesepakatan untuk pembangunan dan pengembangan Hub CPO Indonesia di Italia. Hal ini juga bertujuan untuk mempererat kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Italia. Kedepannya juga diharapkan akan membuka peluang bisnis di bidang atau komoditi lainnya antara Indonesia dengan Italia. Dibawah ini merupakan hasil dokumentasi terkait tindakan konkrit yang dilakukan oleh ITPC Milan. Page 28 Page 29 IV. INFORMASI PENTING 4. 1 Major player di Italia 1. Cominter Bio - http://cominter-bio.it – berlokasi di Milano 2. Olfood - http://www.olfood.it – berlokasi di San Giacomo 3. Agrotrading - http://www.agrotrading.it/ – berlokasi di Genova 4. Delizia 2000 S.R.L- http://www.delizia2000.eu – berlokasi di Trinitapoli 5. Oleficio Speroni SRP- http://www.oleificiosperoni.it – berlokasi di Parma 4. 2 Alamat dan Website Penting 1. Kedutaan Italia di Indonesia. Jl. Dipenogoro 45 Jakarta 10310, Indonesia. 2. Kamar Dagang Italia di Indonesia. Italian Business Association Indonesia (IBAI). Wisma BRI II, 15th Floor, Suite 1501 Jend. Sudirman No. 44 46 Jakarta 10210 IndonesiaTel: +62 (21) 5713540 ; Fax: +62 (21) 571-9013. Email: [email protected]. Kontak person: Dr. Luigi Carlo Gastel (President) 3. Promosi Perdagangan Indonesia di Italia. ITPC MILAN, Via Vittor Pisani No.8 Piano 6° Milan, Italia. 4. Perwakilan Indonesia di Italia. Ambasciata della Repubblica di Indonesia, Via Campania 53-55,00187 Roma, Italia.Tel: +39064200911; Fax: +39064880280 / +390648904910 5. Pihak Yang Dihubungi Bila Terjadi Dispute. Departemen Perdagangan Luar Negeri Italia (Instituito Nazionale per il commercio) perdagangan Estero Italia http://www.ice.gov.it/. Kementrian http://www.mincomes.it/. atau http://europa.eu/abc/governments/index_en.htm 6. Untuk Memastikan Nilai Mata Uang Euro Untuk memastikan nilai tukar euro dengan mata uang lainnya, dapat dilakukan dengan mengakses http://www.oanda.com/Atau dapat juga melalui Euromonitor International (agensi riset) Email: mailto:[email protected]://www.euromonitor.com Page 30 7. International Chamber of Commerce. E-mail: mailto:[email protected]. http://www.iccwbo.org 8. International Trade Centre UNCTAD/ WTO E-mail: mailto:[email protected]. http://www.intracen.org 9. Pameran Perdagangan. Macef (http://www.fmi.it/macef) 10. Website tentang Informasi terbaru mengenai pameran perdagangan Internasional Miller Freeman at: http://www.dotfood.com/schedule/index.htm 11. Organisasi Promosi Perdagangan Italia ICE, National Institute for Foreign Trade. Address: Via Liszt 21, 00144 Rome, Italy. Telephone: (39) 6-59921 Telefax: (39) 659926900 12. Informasi produk dapat dilihat di Eurostat dan Italian National Statistics (http://www.istat.it) 13. Informasi mengenai European Palm Oil Conference dapat dilihat di: http://www.palmoilandfood.eu/en/event/european-palm-oilconference-epoc-2015 14. Informasi mengenai Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dapat dilihat di: https://www.eurt.rspo.org/register/general/home.asp 15. Informasi mengenai European Biomass Conference and Exhibition dapat dilihat di: http://www.eubce.com/exhibition/listof-exhibitors/global-fibre-sdn-bhd.html 16. Informasi mengenai IFT Food Expo dapat dilihat di: http://greenpalm.org/DB/events-and-conferences-2/ift15-annualmeeting-and-food-expo Page 31