Materi Word Manajemen Proses File

advertisement
MANAJEMEN PROSES
Ada tiga bidang fungsional utama dalam manajemen bisnis yaitu keuangan, pemasaran dan
produksi atau operasi. Manajemen operasi meliputi desain, pengendalian dan perbaikan
proses bisnis. Konsep-konsep dasar proses bisnis perlu dipahami untuk meningkatkan kinerja
dari proses bisnis itu sendiri. Proses adalah teknologi inti dari semua organisasi untuk
memproduksi dan menyediakan produk yang memuaskan pelanggan. Proses juga melibatkan
perubahan input menjadi output dengan sarana sumberdaya, terutama modal dan tenaga
kerja, untuk menjalankan serangkaian pekerjaan yang saling terkait.
Gambaran Proses
Pada perusahaan apapun, inti dari manajemen produksi adalah bagaimana gambaran dari
suatu proses yang mengubah input menjadi output. Untuk mengevaluasi dan memperbaiki
kinerja sebuah proses maka harus menguji transformasi input menjadi output. Berikut ini
merupakan lima elemen dari sebuah proses.
a. Input dan Output.
Input dan output dari sebuah perusahaan membentuk interaksi dengan lingkungannya. Input
mengacu kepada segala hal, maujud dan tidak maujud, yang “mengalir” kedalam proses dari
lingkungan seperti bahan mentah, bagian komponen, energi, data dan pelanggan yang
membutuhkan layanan. Baja, ban dan bagian-bagian lain adalah contoh input dari lingkungan
kedalam sebuah pabrik perakitan mobil. Output adalah segala hal, maujud dan tidak
maujud, yang mengalir dari proses kembali lagi ke lingkungan, seperti produk jadi, informasi
yang sudah diproses, bahan, energi, uang tunai atau pelanggan yang merasa puas. Sebagai
contoh, mobil keluar sebagai output dari sebuah pabrik perakitan ke lingkungan.
Manakala input mengalir melewati proses, maka ia diubah dan keluar sebagai output. Sebagai
contoh, bahan-bahan mentah mengalir melewati sebuah proses manufakturing dan keluar
sebagai barang jadi. Demikian pula halnya, data mengalir melewati sebuah proses akunting
dan keluar sebagai laporan keuangan, dan faktur dalam dolar (piutang) mengalir melalui
sebuah proses pembuatan tagihan dan penagihan dan keluar sebagai piutang yang tertagih
(tunai).
b. Unit-Unit Aliran.
Elemen kedua dalam menyusun sebuah gambaran proses adalah mendapatkan pemahaman
yang jelas mengenai unit-unit aliran yang sedang dianalisis. Tergantung pada prosesnya, unit
aliran bisa saja berupa sebuah unit input (seperti pesanan pelanggan) atau sebuah unit output
(seperti produk jadi). Unit aliran bisa juga berupa nilai finansial dari input ataupun output.
Penentuan unit-unit aliran apa saja yang ada sangatlah penting dalam analisis proses dan
evaluasi kinerja. Tabel 1.1. mencantumkan beberapa proses bisnis generik dan
mengidentifikasi unit-unit aliran yang bergerak meleewati transformasi input-output.
Gambar 1.1. Gambaran Proses Sebuah Organisasi (kotak hitam)
Input
Proses
Output
Tabel 1.1. Contoh-contoh Proses Bisnis Generik
Proses
Pemenuhan pesanan
Produksi
Unit Aliran
Pesanan
Produk
Logistik keluar
Produk
Pengapalan
Produk
Siklus persediaan
Persediaan
Layanan pelanggan
Pengembangan
produk baru
Siklus kas
Pelanggan
Proyek
Kas
Transformasi Input-Output
Dari diterimanya pesanan sampai pengiriman produk
Dari diterimanya bahan-bahan sampai selesainya
produk jadi
Dari berakhirnya produksi sampai pengiriman produk
ke pelanggan
Dari pengapalan produk sampai pengiriman ke
pelanggan
Dari diterbitkannya pesanan pembelian sampai
diterimanya persediaan
Dari tibanya pelanggan sampai keberangkatannya
Dari diakui adanya kebutuhan sampai peluncuran
produk
Dari pembelajaan dana (biaya) sampai terkumpulnya
pendapatan
c. Jejaring Aktivitas dan Penyangga.
Elemen ketiga yang harus dipertimbangkan dalam gambaran proses adalah dengan
menggambarkan sebuah proses sebagai sebuah jejaring aktivitas dan penyangga.
Aktivitas adalah bentuk paling sederhana dari transformasi. Aktivitas merupakan komponen
sebuah proses. Meskipun aktivitas itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah proses kecil,
akan tetapi untuk tujuan evaluasi dan perbaikan proses, maka tidak perlu mengkaitkan
dengan rincian dari aktivitas tertentu. Suatu gambaran besar mengenai aktivitas sudah
mencukupi. Sebagai contoh, pada saat mempelajari rantai persediaan (supply chain), sebuah
proses antar organisasi yang mencakup pemasok, produsen, distributor, dan peritel, maka
cukup mengkaji masing-masing organisasi sebagai satu aktivitas dari pada mengkaji seluruh
aktivitas yang terjadi di masing-masing organisasi. Namun sebaliknya, pada saat mempelajari
masing-masing organisasi secara lebih lengkap, maka harus mempelajari proses transformasi
secara seksama atas aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan. Pada tingkat ini, maka akan
diamati aktivitas-aktivitas semacam las-titik lempengan baja menjadi sasis mobil,
pemeriksaan-masuk penumpang di terminal bandara, memasukkan data biaya dalam sistem
informasi akunting, dan menerima transfer dana secara elektronik di unit-unit penagihan.
Penyangga merupakan ‘tempat’ menyimpan unit-unit aliran yang telah selesai dengan satu
aktivitas tetapi sedang menunggu untuk memulai aktivitas selanjutnya. Sebagai contoh,
seorang pasien yang telah mendaftar akan menunggu di sebuah penyangga untuk bertemu
dengan dokter di unit gawat darurat (UGD). Mobil-mobil yang telah dicat menunggu di sebuah
penyangga sebelum masuk ke lini perakitan. Untuk barang-barang fisik, penyangga sering
berhubungan dengan lokasi fisik dimana barang-barang itu disimpan. Namun, sebuah proses
juga bisa mempunyai penyangga, yang tidak berhubungan dengan lokasi fisik apapun, seperti
sekumpulan pesanan pelanggan yang menunggu untuk diproses. Penyimpanan dalam sebuah
penyangga bisa dianggap sebagai sebuah aktivitas khusus yang mengubah dimensi waktu suatu
unit aliran dengan cara memperlambatnya. Dalam proses bisnis, penyimpanan itu disebut
inventori – jumlah keseluruhan unit aliran yang ada didalam batas-batas proses. Jumlah
inventori dalam sistem merupakan ukuran kinerja yang penting.
Jejaring aktivitas dan penyangga menggambarkan bagaimana aktivitas-aktivitas proses
bertautan sedemikian rupa sehingga output dari satu kegiatan menjadi input dalam kagiatan
yang lain. Jejaring ini menggambarkan hubungan presedensi tertentu antar aktivitas –
hubungan sekuensial yang menentukan aktivitas mana yang harus diselesaikan sebelum
aktivitas lain bisa dimulai. Hubungan presedensi dalam sebuah struktur jejaring sangat
mempengaruhi kinerja waktu dari proses. Pada perusahaan yang multiproduk dalam
memproduksi tiap produk akan mensyaratkan aktivitas-aktivitas dengan sekumpulan hubungan
presedensi tertentu. Dengan demikian, masing-masing jejaring aktivitas bisa mempunyai
banyak “rute” dan masing-masing menunjukkan hubungan presedensi untuk suatu produk
tertentu.
Gambar 1.2. memperlihatkan sebuah proses sebagai sebuah jejaring aktivitas dan penyangga
serta rute-rute atau hubungan presedensi diantara mereka.
d. Sumber Daya.
Elemen keempat dari gambaran proses terdiri atas sumber-sumberdaya organisasi. Dari sudut
pandang operasi, sumber daya adalah aset maujud yang biasanya dibagi menjadi dua
kategori:
-
Modal, aset tetap seperti tanah, bangunan, fasilitas, peralatan, mesin dan sistem
informasi
Tenaga Kerja, orang seperti teknisi, operator, perwakilan layanan pelanggan, dan staff
penjualan
Sumber daya memfasilitasi transformasi input menjadi output selama dalam proses. Sebagian
aktivitas mensyaratkan beragam sumber daya. Sebuah kegiatan pengelasan, misalnya,
mensyaratkan seorang pekerja dan sebuah alat pengelas. Selain itu sebagian sumber daya bisa
menjalankan beragam aktivitas, dimana pekerja tidak hanya bisa mengelas tetapi juga
mengebor.
e. Struktur Informasi.
Elemen kelima dari gambaran proses sebuah organisasi adalah sistem informasi-nya, yang
menunjukkan informasi apa yang dibutuhkan dan tersedia untuk menjalankan aktivitas atau
membuat keputusan-keputusan menajerial.
Berdasarkan penjelasan atas kelima elemen di atas, maka proses bisnis sebagai sebuah
jejaring aktivitas yang dilaksanakan oleh sumber-sumber daya yang mengubah input menjadi
output. Manajemen aliran proses adalah sekumpulan kebijakan menajerial yang menentukan
bagaimana sebuah proses seharusnya dijalankan dari waktu ke waktu dan sumber-sumber
daya mana yang seharusnya dialokasikan dari waktu ke waktu aktivitas. Inilah gambaran
proses dari organisasi-organisasi yang akan menjadi basis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja organisasi.
Gambaran proses dapat menjelaskan sebuah proses manufakturing yang mengubah bahanbahan mentah menjadi produk jadi, demikian pula layanan yang dijalankan oleh departemen
piutang, tim desain produk, perusahaan persewaan komputer, dan salon rambut. Gambaran
proses juga merupakan perangkat yang tepat untuk menggambarkan proses-proses lintas
fungsi di dalam sebuah organisasi, termasuk produksi, pembiayaan dan fungsi-fungsi yang
terkait dengan pemasaran serta hubungan dengan pemasok. Dengan menyertakan penyangga,
maka dapat dibuat suatu pengalihan atau pertemuan (interfaces) antara orang-orang atau
aktivitas-aktivitas yang beragam. Selain itu, gambaran proses dapat diambil pada tingkat
yang sangat luas, seperti pada rantai persediaan, atau pada tingkat yang sangat mikro, seperti
pada sebuah stasiun kerja di sebuah pabrik. Gambaran proses organisasi merupakan perangkat
utama untuk tujuan berikut :
1. Mengevaluasi proses
2. Mempelajari cara-cara dimana proses dapat didesain, disusun kembali, dan dikelola
untuk meningkatkan kinerja.
Gambar 1.2. Sebuah Proses sebagai Jejaring Aktivitas dan Penyangga
Ukuran Kinerja
Bahan pertimbangan yang digunakan untuk menentukan efektivitas sebuah proses adalah
sebagai berikut:
1. Evaluasi dan pengukuran kinerja perusahaan pada saat ini dan pada waktu yang
lampau.
2. Tujuan pada masa mendatang sebagaimana dinyatakan dalam strategi perusahaan
Dalam rangka mengakses dan meningkatkan kinerja sebuah proses bisnis, maka harus
dilakukan pengukuran atas hal-hal yang bisa dikuantitatifkan.
Proses dan Kompetensi Proses
Proses akan menghasilkan produk dengan cara mengubah input menjadi output dengan
sumber daya berupa modal dan tenaga kerja. Proses memproduksi barang biasanya disebut
manufakturing atau operasi produksi. Proses yang mengantarkan jasa atau layanan disebut
operasi jasa. Proses bisnis yang mendesain, memproduksi, dan mengantarkan barang dan jasa
dapat disebut sebagai operasi. Banyak operasi jasa, seperti rumah sakit, membutuhkan
kehadiran pelanggan secara fisik yang menjalani atau ikut serta dalam prosesnya. Hal ini
memperkenalkan adanya variabilitas dari satu pelanggan ke pelanggan berikutnya dan
mempertinggi pentingnya faktor-faktor semacam daya tarik lingkungan proses dan keramahan
tenaga kerja. Penetapan ukuran-ukuran internal yang efektif bagi kinerja untuk operasi jasa
sangat sulit, karena jasa melibatkan interaksi yang signifikan dengan pelanggan dan seringkali
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Sehingga sulit juga untuk mengidentifikasi
ukuran-ukuran internal yang sering menjadi indikator utama kepuasan pelanggan.
Kompetensi proses suatu proses produksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Biaya Proses, adalah total biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi dan
mengirimkan output. Termasuk didalamnya adalah biaya bahan mentah, biaya tetap
dan biaya-biaya variabel untuk menjalankan proses.
2. Waktu aliran proses, adalah total waktu yang dibutuhkan untuk mengubah unit aliran
dari input menjadi output. Termasuk didalamnya adalah mengubah waktu proses
aktual dan waktu tunggu yang dihabiskan sebuah unit aliran di penyangga-penyangga.
Waktu aliran proses tergantung pada jumlah unit sumber daya serta kecepatan
pemrosesan.
3. Fleksibilitas proses, yang mengukur kemampuan proses untuk memproduksi dan
mengirimkan keragaman produk yang diinginkan. Fleksibilitas proses tergantung pada
fleksibilitas sumber dayanya. Sumber daya fleksibel (seperti teknologi yang fleksibel
dan pekerja yang terlatih di banyak bidang) dapat menjalankan berbagai macam
aktivitas dan seringkali menghasilkan beragam produk. Sebaliknya, sumber daya yang
bersifat khusus hanya akan dapat menjalankan aktivitas yang sangat terbatas atau
dirancang untuk satu produk saja. Dimensi lain dari fleksibilitas proses adalah
kemampuannya menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Sebuah pabrik baja tidak
bisa begitu saja mengubah jumlah baja yang ia produksi. Sebaliknya sebuah bengkel
mobil lebih mudah mengubah jumlah mobil yang diperbaikinya setiap hari.
4. Kualitas proses mengacu pada kemampuan proses untuk memproduksi dan
mengirimkan produk-produk yang berkualitas. Termasuk didalamnya adalah akurasi
proses (presisi), kesesuaian dengan spesifikasi desain, keandalan proses, dan
keterawatan.
Arsitektur Proses: Job Shop versus Flow Shop
Arsitektur proses didefinisikan menurut jenis-jenis sumber daya yang digunakan untuk
menjalankan aktivitas dan tata letak mereka secara fisik dalam jejaring pemrosesan. Pabrik
perakitan mobil mempunyai arsitektur proses dengan sumber daya yang terspesialisasi yang
tata letaknya berupa urutan kaku yang lazim bagi semua mobil yang diproduksi. Sebaliknya
sebuah toko sepatu dan tas mempunyai arsitektur proses yang menggunakan sumber daya
yang fleksibel untuk menggarap berbagai macam produk, masing-masing dengan urutan aliran
yang berbeda. Kompetensi sangat dipengaruhi oleh arsitektur proses.
Job Shop
Job shop menggunakan sumber daya fleksibel untuk memproduksi produk yang sangat
beragam sesuai permintaan pelanggan dengan volume yang rendah. Yang termasuk job shop
diantaranya toko roti buatan tangan, toko sepatu dan tas, perusahaan konsultan manajemen,
kantor pengacara, serta perusahaan arsitektur dan desain. Job shop menggunakan sumber
daya multiguna yang dapat menjalankan berbagai macam kegiatan dan menempatkan sumber
daya yang serupa secara berdekatan.
Desain ini disebut tata letak fungsional atau tata letak proses karena mengelompokkan
sumber-sumber daya organisasi berdasarkan aktivitas pemrosesan atau “fungsi” di dalam
“departemen”. Sebagai contoh, sebuah proses manufakturing job shop akan mengelompokkan
semua mesin pres-nya di departemen pengecapan dan semua mesin gilingnya di departemen
penggilingan. Sebuah job shop biasanya mempunyai banyak produk yang melewati proses
secara bersamaan, masing-masing dengan rutenya sendiri-sendiri. Oleh karena itu, seringkali
lebih praktis menggambarkan sebuah job shop sebagai jejaring sumber daya ketimbang
jejaring aktivitas.
Dalam sebuah jejaring sumber daya, kotak-kotak persegi empat menggambarkan sumbersumber daya, yang dikelompokkan kedalam departemen-departemen (misalnya departemen
rontgent, departemen utang dagang, atau departemen pengecapan) ketimbang aktivitas.
Bagan aliran di sebelah kiri pada Gambar 1.3 memperlihatkan sebuah contoh tata letak
fungsional sebuah proses dengan empat kelompok sumber daya (yang diberi label A, B, C dan
D) yang memproduksi dua produk. Sumber daya A,D dan B menjalankan aktivitas produk 1,
sedangkan produk 2 membutuhkan sumber daya C, B dan A. Kumpulan aktivitas untuk masingmasing produk kini ditugaskan ke sumber-sumber daya yang mempunyai rute yang
menggambarkan hubungan presedensi sebagaimana sebelumnya.
Karena urutan aktivitas yang diperlukan untuk memproses masing-masing produk (rute)
bervariasi dari satu tugas ke tugas berikutnya, job shop biasanya menampilkan aliran-aliran
kerja yang campur aduk dengan jumlah penyimpanan yang besar dan waktu tunggu yang lama
antar aktivitas. Untuk mengarahkan aliran kerja, job shop biasanya menggunakan sistem
informasi yang sangat terstruktur.
Flow Shop
Flow shop menggunakan sumber-sumber daya yang terspesialisasi yang menjalankan tugas
terbatas namun melakukannya dengan presisi dan kecepatan tinggi. Hasilnya adalah produk
standar yang diproduksi dalam jumlah besar. Sumber daya yang terspesialisasi dan keahlian
yang dikembangkan oleh para pekerja melalui pengulangan, maka kualitas cenderung lebih
konsisten. Meskipun kapasitas pemrosesan yang tinggi dibutuhkan untuk memproduksi dalam
jumlah besar akan memerlukan biaya tetap yang tinggi juga untuk pabrik dan peralatan,
tetapi biaya-biaya ini tersebar pada volume yang lebih besar, sehingga menjadikan biaya
variabel pemrosesan yang rendah yang menjadi ciri dari skala ekonomis.
Sumber daya diatur sesuai dengan urutan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi suatu
produk tertentu, dan digunakan ruang penyimpanan yang terbatas di sela-sela aktivitas.
Karena lokasi sumber daya ditentukan oleh persyaratan pemrosesan produk, tata letak
jejaring yang dihasilkan disebut tata letak produk. Bagan aliran di sebelah kanan pada
Gambar 1.3 memperlihatkan proses dua produk yang sekarang ada di tata letak produk.
Masing-masing produk kini diproduksi pada “lini produksi”-nya sendiri-sendiri dengan sumber
daya yang dicurahkan untuk produk. Perhatikan bahwa mengalirkan sumber daya ke sebuah
produk mungkin mengharuskan adanya duplikasi (dan investasi) berupa kelompok sumber
daya, seperti untuk sumber daya A dan B pada Gambar 1.3. Sisi positifnya, pembatasan
keragaman produk memungkinkan adanya spesialisasi sumber daya. Oleh karena itu, flow
shop biasanya mempunyai aliran proses yang lebih singkat dibanding job shop.
Proses produksi pada umumnya berada dalam spektrum diantara titik proses di atas. Pada
tahap-tahap awal daur hidup sebuah produk, misalnya, karena volumenya rendah dan tidak
tentu, maka investasi modal yang tinggi berupa sumber daya yang terspesialisasi tidak bisa
dihindari. Akibatnya, job shop sering menjadi proses yang tepat. Namun, pada saat produk
memasuki fase dewasa, volume produksinya meningkat dan konsistensi produk, biaya dan
waktu tanggap menjadi sangat menentukan. Flow shop kemudian menjadi arsitektur proses
yang lebih tepat. Pada akhir daur hidup produk, volumenya turun, dan barangkali hanya
diperlukan penggantian, sehingga job shop menjadi lebih menarik.
Gambar 1.3 Tata Letak fungsional (kiri) versus Tata Letak Produk (kanan)
Desain, Perencanaan, Pengendalian, dan Perbaikan Proses
Dalam desain proses, para manajer memilih arsitektur proses yang paling baik dalam
mengembangkan kompetensi-kompetensi yang akan memenuhi harapan pelanggan.
Keputusan desain proses meliputi lokasi dan kapasitas pabrik, produk dan desain proses,
pilihan sumberdaya dan investasi (modal/teknologi dan tenaga kerja), dan skala operasi.
Contoh, Toyota mempunyai pabrik di sebagian besar pasar utama yang memproduksi Corolla
dengan menggunakan proses aliran lini. Hal ini memungkinkan Toyota menyediakan Corolla
dalam jumlah besar secara cepat dan biaya rendah tetapi dengan jumlah keragaman yang
terbatas. Sebaliknya, Ferrari membuat semua mobilnya di Italia dengan menggunakan lebih
banyak job shop. Meskipun dibutuhkan waktu lebih lama untuk memproduksi sebuah mobil
(yang sangat mahal), Ferrari mampu mengakomodasi kadar penyesuaian yang tinggi. Karena
volume penjualannya kecil, sebuah pabrik saja memungkinkan Ferrari mencapai skala
ekonomi relatif dibanding memiliki pabrik di setiap pasar utama.
Perencanaan proses adalah mengidentifikasi ukuran-ukuran internal yang melacak kompetensi
proses dan menentukan kebijakan manajerial yang memastikan kompetensi proses pada
dimensi yang diharapkan. Kebijakan manajerial akan menentukan operasi proses dan
pemanfaatan sumber daya dari waktu ke waktu untuk memenuhi permintaan pelanggan. Di
sebuah toko ritel, kebijakan manajerial menentukan berapa banyak unit dari tiap produk
harus di stok dan kapan penambahan harus dipesan. Pada sebuah call center, kebijakan
manajerial menentukan jumlah petugas layanan pelanggan yang harus tersedia menurut hari
dalam seminggu dan menurut waktu dalam sehari.
Pengendalian proses merupakan aspek manajemen proses yang terfokus pada upaya secara
kontinu untuk memastikan bahwa dalam jangka pendek kinerja proses riil sesuai dengan
kinerja yang direncanakan. Sasarannya adalah memastikan bahwa kinerja proses riil
senantiasa sesuai dengan kinerja yang direncanakan.
Memastikan kesesuaian berarti
memantau kinerja riil dari waktu ke waktu, membandingkannya dengan kinerja yang
direncanakan, dan mengambil tindakan koreksi pada saat terjadi penyimpangan. Termasuk
dalam keputusan pengendalian adalah memantau dan mengoreksi biaya produk, kinerja
pengiriman, waktu tunggu pelanggan, tingkat inventori, dan cacat kualitas.
Untuk perbaikan proses, para manajer mengidentifikasi ukuran-ukuran internal yang perlu
diperbaiki untuk jangka panjang dan menggarap perubahan desain proses atau perencanaan
proses yang dibutuhkan untuk mencapai perbaikan ini. Sebagai contoh, Toyota telah
mengidentifikasi pentingnya para pemasok lebih fleksibel, beroperasi dengan inventori yang
lebih rendah, dan mampu mananggapi pesanan Toyota secara cepat. Toyota bekerja sama
dengan para pemasoknya untuk mengurangi waktu-waktu peralihan di semua lini produksi dan
mendeteksi cacat segera setelah diperkenalkan. Perubahan-perubahan proses ini menaikkan
kinerja dalam hal fleksibilitas, inventori, dan waktu.
Download