Bagaimana dengan perhitungan jam kerja shift malam?

advertisement
Dwi Hurriyati, S.Psi., M.Si
Berapa lama sebenarnya jam kerja kita dalam
sehari?
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu,
jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5
hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8
jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
Apa kata Undang-Undang mengenai Jam Kerja?
Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan,
dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam
Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan
pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam
kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas
disebutkan diatas yaitu:
7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan
jam kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.
Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka
waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja
lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.
Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam Kerja?
Ketentuan mengenai pembagian jam kerja, saat ini mengacu pada UU
No.13/2003. Ketentuan waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja
untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu dan tidak mengatur kapan waktu
atau jam kerja dimulai dan berakhir.
Pengaturan mulai dan berakhirnya waktu atau jam kerja setiap hari dan selama
kurun waktu seminggu, harus diatur secara jelas sesuai dengan kebutuhan oleh
para pihak dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian
Kerja Bersama (PKB).
Pada beberapa perusahaan, waktu kerja dicantumkan dalam Peraturan
Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Sebagaimana diatur
dalam Pasal 108 ayat 1 UU No.13/2003, PP dan PKB mulai berlaku setelah
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk (biasanya Disnaker).
Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku
bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu seperti misalnya
pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir
angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di
kapal (laut), atau penebangan hutan.
Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus
dijalankan terus-menerus, termasuk pada hari libur resmi
(Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003). Pekerjaan yang terusmenerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.
Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat
Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan
dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terusmenerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke
dalam shift-shift.
Apa yang dimaksud dengan waktu kerja lembur?
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam
sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8
jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari
libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3
jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan
atau hari libur resmi.
Bagaimana dengan perhitungan upah lembur?
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan
dengan cara menghitung upah sejam adalah 1/173 upah
sebulan.
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam
Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 , Rumus
perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA
Jam Lembur
Jam Pertama
Jam Ke-2 & 3
Rumus
Keterangan
1,5 X 1/173 x Upah Sebulan
Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang
berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok
dan tunjangan tetap.
2 X 1/173 x Upah Sebulan
Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di
perusahaan terdiri dari upah pokok, tunjangan
tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan
ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah
dari upah minimum
Contoh:
Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan
kerja lembur selama 2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda
adalah Rp. 2.000.000/bulan termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap.
Berapa upah lembur yang didapat Manda?
Manda hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay
Manda berupa Gaji pokok dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100%
upah
Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Manda :
4 jam x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp.46.243
Apa yang kata Undang-Undang mengenai panggilan kerja secara tiba-tiba?
Dalam UU Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 sendiri, tidak mengatur mengenai panggilan kerja secara
tiba-tiba. Akan tetapi UU No.13/2003 mengatur mengenai waktu kerja lembur pada hari kerja, harihari libur mingguan maupun libur resmi. Pertanyaan mengenai kerja lembur pada hari libur
mingguan dan libur nasional dapat Anda lihat di “Akhir Pekan dan Hari Libur"
Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai panggilan kerja secara tiba-tiba?
Karena UU Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 tidak mengatur mengenai panggilan kerja secara tibatiba. Peraturan Perusahaan ataupun Perjanjian Kerja Bersama-lah yang mengatur mengenai
ketentuan panggilan kerja secara tiba-tiba di hari libur. Syarat dari pemanggilan kerja secara tibatiba ini adalah :
Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
Terdapat pekerjaan yang membahayakan keselamatan perusahaan jika tidak cepat diselesaikan.
Dalam penyelesaian pekerjaan yang sangat penting bagi perusahaan dan tetap memperhatikan
saran – saran Serikat Pekerja.
Managemen perusahaan dapat mengatur jam kerja dan kerja lembur dan perhitungan upah lembur
(baik melalui Peraturan Perusahaan maupun Perjanjian Kerja Bersama) sepanjang masih sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apa yang dimaksud dengan istirahat kerja?
Jam istirahat kerja adalah waktu untuk pemulihan setelah
melakukan pekerjaan untuk waktu tertentu. Sudah
merupakan kewajiban dari perusahaan untuk
memberikan waktu istirahat kepada pekerjanya.
Apa kata Undang-Undang mengenai Jam Istirahat Kerja?
Setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang
kurangnya 1/2 jam setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu istirahat
tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003). Selain itu, pengusaha
wajib memberikan waktu secukupnya bagi pekerja untuk melaksanakan
ibadah (Pasal 80 UU 13/2003).
Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam)
hari kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja
dalam satu minggu (Pasal 79 UU 13/2003).
Berdasarkan pasal 85 UU no. 13 tahun 2003, pekerja tidak wajib bekerja pada
hari – hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan.
Karena waktu istirahat itu merupakan hak kita, maka perusahaan wajib
memberikan upah penuh. Akan tetapi, ada kalanya perusahaan menuntut
pekerja untuk tetap bekerja pada hari – hari libur karena sifat pekerjaan yang
harus dilaksanakan terus – menerus. Perusahaan yang mempekerjakan
pekerjanya di hari libur, wajib membayar upah lembur.
Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam
Istirahat Kerja?
Syarat-syarat kerja yang harus dicantumkan dalam Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) salah satunya adalah Hari Kerja, Jam Kerja, Istirahat dan
Waktu Lembur. Waktu istirahat yang sesuai dengan UU No.13/2003, waktu
istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003). Dan waktu istirahat mingguan
adalah 1 hari untuk 6 hari kerja/minggu atau 2 hari untuk 5 hari
kerja/minggu (Pasal 79 UU 13/2003).
Pada praktiknya, waktu istirahat ini diberikan oleh
perusahaan pada jam makan siang, ada yang 11.30-12.30, atau
12.00-13.00 ada pula yang memberikan waktu istirahat 12.3013.30. Ada yang memberi waktu istirahat hanya setengah
jam, namun sebagian besar perusahaan memberikan waktu
istirahat satu jam. Dan penentuan jam istirahat ini menjadi
kebijakan dari masing-masing perusahaan yang diatur
dalam Peraturan Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).
Dalam Perjanjian Kerja Bersama, diatur lebih merinci
mengenai jam kerja, waktu istirahat dan jam kerja bagi yang
bekerja dengan sistem shift-shift. Dan biasanya dalam PKB
pun, dirinci jam kerja shift bagi setiap divisi (contoh divisi
produksi, keamanan, dll).
Ketentuan hari dan jam kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama
dapat dirubah berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha
dengan Serikat Pekerja serta pelaksanaannya dilakukan d
engan menetapkan kalender kerja setiap tahunnya dengan
tentunya mengindahkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Berapa lama waktu istirahat kerja dalam sehari
yang berhak didapatkan karyawan?
Setiap karyawan berhak atas istirahat antara jam
kerja dalam sehari, sekurang kurangnya 1/2 jam
setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Selain
itu, pengusaha wajib memberikan waktu
secukupnya bagi karyawannya untuk melaksanakan
ibadah.
Apa kata Undang-Undang mengenai kerja shift pagi, siang dan malam?
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU no.13/2003 mengenai
Ketenagakerjaan yaitu diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya
(selanjutnya disebut “perusahaan”) ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian setiap
shift adalah maksimum 8 jam per-hari, termasuk istirahat antar jam kerja
(Pasal 79 ayat 2 huruf a UU No.13/2003)
Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari
40 jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003).
Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari pershift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam per minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan
(management) perusahaan yang diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur
(Pasal 78 ayat 2 UU No.13/2003).
Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang
dijalankan terus-menerus yang dijalankan dengan
pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift. Menurut
Kepmenakertrans No.233/Men/2003, yang dimaksud
dengan pekerjaan yang diljalankan secara terus
menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis
dan sifatnya harus dilaksanakan atau dijalankan secara
terus menerus atau dalam keadaan lain berdasarkan
kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha.
Contoh-contoh pekerjaan yang jenis dan sifatnya harus
dilakukan terus menerus adalah : pekerjaan bidang jasa
kesehatan, pariwisata, transportasi, pos dan
telekomunikasi, penyediaan listrik, pusat perbelanjaan,
media massa, pengamanan dan lain lain yang diatur
dalam Kep.233/Men/2003 pasal 2.
Ada pula peraturan khusus yang mengatur mengenai pembagian waktu
kerja bagi para Satpam yaitu SKB Menakertrans dan Kapolri Nomor
Kep.275/Men/1989 dan Nomor Pol.Kep/04/V/1989. Dan juga peraturan
khusus mengenai waktu kerja bagi pekerja di sektor usaha energi dan
sumber daya mineral yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor Kep.234//Men/2003 tentang Waktu Kerja dan
Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha Energi Dan Sumber Daya Mineral pada
Daerah Tertentu.
Apa kata Undang-Undang mengenai pekerja perempuan yang bekerja shift
malam?
Menurut pasal 76 Undang-Undang No. 13 tahun 2003, pekerja perempuan yang
berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00, yang artinya pekerja perempuan diatas 18
(delapan belas) tahun diperbolehkan bekerja shift malam (23.00 sampai 07.00).
Perusahaan juga dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai kerja shift pagi,
siang dan malam?
Karena tidak diatur secara spesifik mengenai pembagian jam kerja ke dalam shiftshift dalam UU no.13/2003, berapa jam seharusnya 1 shift dilakukan, maka pihak
manajemen perusahaan dapat melakukan pengaturan jam kerja shift (baik melalui
Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja maupun Perjanjian Kerja Bersama) sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Saat seorang karyawan bekerja sampai melewati jam kerja normal, benarkah bahwa
perusahaan wajib menyediakan transportasi untuk mengantar pulang karyawan
tsb?Apakah upah kita akan dibayar penuh di hari waktu istirahat mingguan
(weekend/day off) dan hari libur nasional?
Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat kepada
pekerjanya. Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam) hari
kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu minggu dan
berdasarkan Undang – Undang no. 13 pasal 85 tahun 2003, pekerja tidak wajib bekerja pada hari
– hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan. Karena waktu istirahat
itu merupakan hak kita, maka perusahaan wajib memberikan upah penuh. Akan tetapi, ada
kalanya perusahaan menuntut pekerja untuk tetap bekerja pada hari – hari libur karena sifat
pekerjaan yang harus dilaksanakan terus – menerus. Perusahaan yang mempekerjakan
pekerjanya di hari libur, wajib membayar upah lembur.
Bagaimana apabila jam kerja kita jauh melebihi jam kerja standar
(40jam/minggu)? Dan bagaimana bila perusahaan tidak membayar kelebihan
jam kerja tersebut?
Jam kerja yang sesuai dengan Undang –undang di Indonesia adalah 40 jam/minggu,
untuk jam kerja lebih dari itu, perusahaan wajib membayarkan upah lembur. Apabila
perusahaan tidak memberikan upah lembur, pekerja bisa menuntut via manajemen
sumber daya manusia di perusahaan tersebut ataupun berkonsultasi dengan serikat
buruh dan perusahaan pun bisa terkena sanksi pidana/administratif.
Akan tetapi, terkadang ada perusahaan di jenis pekerjaan tertentu yang memang
mengharuskan pekerjanya untuk bekerja lebih dari jam kerja standar. Pengusaha
yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu harus memenuhi syarat :
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1
(satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu
Biasanya perusahaan akan memberi tahu jam kerja kita yang melebihi standar
dan sistem pengupahannya pada saat interview dan kita berhak melakukan n
egosiasi mengenai hal ini. Kesepakatan jam kerja itu akan ditulis dalam Surat
Perjanjian Kerja. Jika telah terjadi kesepakatan mengenai hal ini, kita tidak bisa
menuntut.
Bagaimana dengan perhitungan jam kerja shift malam?
Menurut Undang-Undang no.13 tahun 2003, jam kerja yang berlaku
adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk karyawan
dengan 6 hari kerja. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja
dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu. Akan tetapi, ketentuan waktu kerja diatas tidak berlaku
bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu contohnya : pekerjaan di sektor
pertambangan, layanan jasa 24 jam seperti Rumah Sakit, Pemadam
Kebakaran, Call Center, dsb. Jam kerja pada pekerjaan ini mencapai 8
sampai 12 jam kerja dalam 1 hari.
Untuk jam kerja shift malam, pada prakteknya karyawan shift malam
bekerja selama 7 jam dalam 1 hari selama 5 hari kerja dengan total 35 jam
dalam 1 minggu, berbeda 5 jam dalam seminggu dibanding jam kerja shift
pagi/siang. Akan tetapi ada juga perusahaan yang tetap mempekerjakan
karyawan shift malam sama seperti karyawan shift pagi/siang yaitu 8
jam/hari atau 40 jam seminggu dengan memberikan tunjangan shift.
Apakah kedatangan 2 kali dalam 1 hari kerja bagi para pekerja shift
itu diperbolehkan? Apakah hal tersebut sesuai dengan UU yang
berlaku?
Tidak ada Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa pekerja
shift diharuskan datang 2 kali dalam 1 hari kerja. UU baik Peraturan
Menteri Kep.234/MEN/2003 maupun Permen Menteri No.15 Tahun 2005
Tentang Waktu Kerja dan Istrahat Pada Sektor Usaha Pertambangan
Umum Pada Daerah Operasi Tertentu juga tidak mengatur shift seperti
tersebut.
Pasal 77 ayat (3) UU No.3 Tahun 2003 yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut;
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
Sementara itu penjelasan terkait pasal 77 ayat (3) adalah yang dimaksud sektor
usaha atau pekerjaan tertentu dalam ayat ini misalnya pekerjaan di pengeboran
minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan
di kapal (laut), atau penebangan hutan.
Jadi, bila ada Peraturan Perusahaan (PP) di perusahaan tempat Anda bekerja
bertentangan dengan Peraturan yang ada maka Peraturan Perusahaan tempat anda
bekerja menjadi batal demi hukum.
Apa yang harus dilakukan apabila perusahaan mengadakan kegiatan aktifitas diluar jam
kerja yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan kerja seperti senam pagi? Apakah hal
tersebut dapat dikategorikan sebagai waktu kerja lembur bagi pekerja shift/ pekerja yang
sedang libur?
Kebijakan senam pagi yang dibuat oleh perusahaan tersebut bila dipandang dari sisi positif adalah
untuk kepentingan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran para karyawan. Akan tetapi
bila bertolak belakang dengan jam tugas dengan shift yang tidak memungkinkan dilaksanakan,
maka Anda dapat mennyampaikan keberatan kepada manajemen perusahaan dengan alasan yang
tepat.
Akan tetapi, apabila perusahaan Anda mengadakan kegiatan/pertemuan diluar jam kerja berkaitan
dengan tugas, maka Anda berhak atas upah lembur sesuai ketentuan perundang-undangan.
Perintah lembur harus atas persetujuan karyawan yang bersangkutan berdasarkan ketentuan Pasal
78 ayat (1) dan ayat (2) yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut;
Ayat (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat :
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Ayat (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
Bagaimana peraturan mengenai pasal 5 ayat 2 di Kepmen No.234 tahun 2003
tentang waktu kerja dan istirahat pada sektor usaha energi dan sumber
daya mineral pada daerah tertentu?
Isi dari Kepmenakertrans No.234/MEN/2003 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat
Pada Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu pasal 5
ayat (2) adalah :
Pasal 5
(2) Perusahaan yang menggunakan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf c sampai dengan huruf n, harus menggunakan perbandingan
waktu kerja dengan waktu istirahat 2 (dua) banding 1 (satu) untuk 1 (satu) periode
kerja dengan ketentuan maksimum 14 (empat belas) hari terus menerus dan
istirahat minimum 5 (lima) hari dengan upah tetap dibayar.
Bila melihat ketentuan Pasal 5 ayat 2 No.234/MEN/2003 Kepmenakertrans tersebut
diatas, maka seharusnya apabila Anda bekerja selama 6 minggu seharusnya
mendapatkan 19 hari istrahat. Namun demikian bila mengacu pada Pasal 3 dan
Pasal 4 ayat (1), dan (2) Kepmennakertrans No.234/MEN/2003 yang berbunyi
sebagai berikut;
Pasal 3
Pelaksanaan waktu istirahat diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
atau Perjanjian Kerja Bersama sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pasal 4
(1) Perusahaan dapat melakukan pergantian dan atau perubahan waktu kerja
dengan memilih dan menetapkan kembali waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1).
(2) Pergantian dan atau perubahan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib diberitahukan terlebih dahulu oleh Pengusaha kepada pekerja/buruh
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal perubahan dilaksanakan.
Pasal 3 diatas cukup jelas diatur Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau
Perjanjian Kerja Bersama. Pasal 4 ayat (1) jelas perusahaan dapat melalukan
penggantian waktu kerja. Namun juga diikat pada ayat (2), bila anda setuju tidak
jadi masalah. Khusus untuk Perjanjian Kerja Bersama mekanismenya harus menjadi
Serikat Buruh.
Jika kita masuk kerja terlambat namun masih bekerja
terhitung kerja 4 jam (kurang dari 8 jam), apakah hak upah
makan tidak diberikan?
Tetap dapat uang makan, setiap Buruh/Pekerja telah bekerja 4
jam secara terus menerus berhak untuk mendapat upah makan.
Sumber:
• Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
• Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Kepala Kepolisian RI Nomor
Kep.275/Men/1989 dan Nomor Pol.Kep /04/V/1989 tentang Pengaturan Jam Kerja,
Shift dan Jam Istirahat serta Pembinaan Tenaga Satuan Pengamanan (SATPAM).
•Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
Kep.233/Men/2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang dijalankan secara terus
menerus.
•Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
Kep.234//Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha
Energi Dan Sumber Daya Mineral pada Daerah Tertentu
Download