Laporan - WordPress.com

advertisement
Tanggal Praktikum
Praktikum 2.2
16 Maret 2015
TEKNIK ISOLASI, KULTIVASI dan PRESERVASI KULTUR
A. PRELAB
1. Mengapa dalam teknik isolasi goresan kuadran, cawan petri harus dibagi menjadi
beberapa kuadran ? Jelaskan.
Untuk mendapatkan kultur murni berupa koloni tunggal. Daerah inokulasi awal dan hasil
gores pertama tumuh padat. Luas beruntun kedua dari daerah 1 hasil memberikan
pertumbuhan yang kurang padat. Luas beruntun ketiga dari area 2 yang menghasilkan
pertumbuhan yang lemah atau sedikit. Luas beruntun keempat dari area 3 yang
menghasilkan koloni tunggal (Alfred, 2011).
2. Apa tujuan dari teknik isolasi dalam dunia mikrobiologi ?
Pengertian dari isolasi adalah proses pemisahan mikroba dari kultur mikroba campuran
sehingga diperoleh kultur murni dengan kata lain, tujuan dari teknik isolasi adalah untuk
memperoleh mikroba dari kultur murni (Gandjar, 2006).
3. Apa tujuan transfer kultur pada agar miring ? Jelaskan
Digunakan untuk membiakan mikroba yang bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif.
Ciri-ciri kultur termasuk pembentukan warna dan bentuk pertumbuhannya dapat segera
diamati di agar miring (Alfred, 2011).
4. Apa tujuan dari sub kultur dalam transfer kultur ?
Memindahkan mikroorganis,e biakan atau kultur secara aman dan mencegah terjadinya
kontaminasi eksternal yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen oleh mikroogranisme
bebas (Gandjar, 2006).
5. Ada berapa macam teknik Isolasi? Sebutkan dan Jelaskan masing-masing teknik tersebut.
Metode Streak Plate atau metode gores adalah dengan cara menggoreska ose kultur pada
media padat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan koloni terisolasi dari inokulum dengan
menciptakan bidang peningkatan cairan di piring tunggal. Koloni terisolasi merupakan
tiruan dari sel, yang berasal dari sel prekursor tunggal. Ketika media kultur yang
diinokulasi menggunakan koloni terisolasi tunggal, kultur yang dihasilkan tumbuh dari
klon tunggal kultur murni (Katz, 2008).
Metode Pour Plate atau metode tuang dapat digunakan untuk menentukan jumlah
mikroba/mL atau mikroba/gram pada spesimen. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa
koloni yang tertanam akan jauh lebih kecil daripada mereka yang kebetulan berada di
permukaan, dan harus secara hati-hati sehingga tidak ada yang diabaikan. Juga, wajib
anaerob sehingga bakteri dapat tumbuh jika tertanam dalam agar-agar (Fankhauser, 2005).
Metode Spread Plate atau metode permukaan adalah metode penyebaran suspensi bakteri
secara merata di atas permukaan agar-agar menggunakan batang kaca steril atau spreader
sebagai perangkat penyebar (Wise, 2006).
6. Bagaimana cara transfer kultur dari medium cair ke agar tegak ? Jelaskan.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi media cair dan ambil satu ose kultur dan
pastikan ada media yang terambil pada loop ose. Masukkan ose yang mengandung media
ke dalam tabung yang berisi media agar tegak. Ose yang mengandung mikroba ditusukkan
pada media agar tepat pada bagian tengah hingga 1⁄4 dasar media, lalu tariklah ose dari
media agar secara tegak ke atas (Pommerville, 2011).
7. Faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam proses kultivasi mikroba? Jelaskan.
Kultivasi Mikroba bertujuan untuk mengetahui atau mempelajari sifat pertumbuhan ,
morfologi, dan sifat fisiologis mikroba. Kultur mikroba digunakan untuk menentukan
jenis organisme, dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji, atau keduanya. Lingkungan
fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur atau suhu ,
kadar oksigen, pH dan tekanan osmosis (Gandjar, 2006).
8. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik preservasi mikroba yang digunakan dalam
pembuatan stok kultur!
Freezing atau pembekuan merupakan metode preservasi mikroorganisme yang paling
sederhana dan paling umum. Untuk pembekuan biasa tidak diperlukan alat khusus.
Meskipun perlu ditambahkan cryoprotective agent untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dengan metode pembekuan tersebut. Selain itu, suhu penyimpanan harus
tetap dijaga dibawah -20°C (Reece, 2005).
Freeze – drying meliputi pemindahan air dari larutan sel yang beku dengan sublimasi
dengan tekanan rendah. Cara ini merupakan metode paling efektif untuk preservasi
mikroorganisme dalam waktu lama. Media yang digunakan adalah skim milk powder 20%
(wt/vol) atau sukrosa 12% (wt/vol). Sebagian besar mikroba dapat bertahan dalam media
preservasi liofilisasi selama 10 tahun, selain itu untuk pemindahan tidak perlu untuk
ditumbuhkan lagi dalam agar miring atau dicairkan (Reece, 2005).
Subculturing yaitu dengan cara memindahkan kultur ke media agar segar secara periodik,
kemudian diinkubasikan pada suhu yang sesuai untuk pertumbuhannya. Metode ini tidak
menyusahkan dan tidak mahal, serta tidak memerlukan peralatan khusus. Kultur pada agar
miring harus disimpan dalam lemari pendingin (5°C) dalam wadah tertutup untuk
menghindarkan dari kekeringan dan meminimalkan aktivitas metabolismenya. Cara ini
tidak sesuai untuk pemeliharaan strain dalam waktu lama (Reece, 2005).
Immersion in Mineral Oil: Cara sederhana untuk preservasi strain mikroba adalah dengan
mencelupkan kultur (agar miring atau kultur cair) kedalam minyak mineral dan
dalam oven deng
– 2 jam. Kultur direndam dibawah minyak dan
dengan mudah dapat ditumbuhkan kembali pada media segar memakai jarum inokulasi
(Reece, 2005).
Paraf Asisten
Nama:
B. DIAGRAM ALIR
1. Metode Streak Plate Goresan Kuadran
Cawan berisi media
Dibuat pembagian sektor 4 kuadran
Dipijarkan ose
Diambil 1 ose kultur dari agar miring (aseptis)
Digoreskan secara zig-zag dari sektor 2 ke 3 dan 3 ke 4
Cawan petri diberi label
Diinkubasi suhu 30°C 48 jam
Hasil
2. Metode Spread Plate
Sampel Mikroba
Diencerkan
Diambil suspensi sampel 0,1 ml
Diinokulasikan pada cawan yang berisi media agar padat
Diratakan sampel pada permukaan agar dengan spreader
Cawan petri diberi label
Diinkubasi suhu 30°C 48 jam
Hasil
3. Metode Pour Plate
Sampel Mikroba
Diambil suspensi sampel 1 ml
Diinokulasikan pada cawan petri kosong
Dituangkan medium agar steril bersuhu 40-50°C
Diputar cawan mengikuti pola angka delapan
Diinkubasi suhu 30°C 48 jam
Hasil
4. Transfer Kultur dari Tabung Reaksi ke Tabung Reaksi
a. Medium Agar Miring ke Medium Agar Miring
Sampel
Ose dipijarkan
Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi media agar miring
Diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar miring secara zig-zag dari bawah ke atas
Diinokulasi suhu 30°C 48 jam
Hasil
b. Medium Agar Miring ke Medium Agar Tegak
Sampel
Ose dipijarkan
Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi media agar miring
Diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar tegak dengan menusuk tepat ¼ bagian
dasar media
Diinokulasi suhu 30°C 48 jam
Hasil
c. Medium Agar Miring ke Medium Broth
Sampel
Ose dipijarkan
Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi berisi media agar miring
Diinokulasikan ke dalam tabung berisi media broth
Diinkubasi suhu 30°C 48 ajm
Hasil
5. Teknik Preservasi Kriogenik
Alat dan Bahan
Dibuat larutan stok gliserol konsentrasi 60%
Dimasukan 0,5 ml kultur dan 0,5 ml gliserol ke dalam tube steril
Divortex
Dibekukan suhu (-80°C)
Hasil
C. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar miring!
Asal Isolat
Keterangan
: S. Aureus Agar Miring
: Isolasi ke agar miring,
Terdapat kontaminasi
Asal Isolat
Keterangan
: E. Coli Agar Miring
: Isolasi ke agar miring,
Terdapat kontaminasi
2. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar tegak!
Asal Isolat
Keterangan
: S. Aureus Agar Miring
: Kontaminasi, Villose,
Diisolasi ke NA tegak
Asal Isolat
Keterangan
: E. Coli Agar Miring
: Tidak kontaminasi, abore
Diisolasi ke NA tegak
3. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar cair!
Asal Isolat
Keterangan
: S. Aureus Agar Miring
: Tidak kontaminasi, Mengendap
Diisolasi ke NB
Asal Isolat
Keterangan
: E. Coli Agar Miring
: Diisolasi ke NB, Mengendap, Tidak kontaminasi
4. Bandingkan pertumbuhan kultur yang anda lakukan pada agar tegak, agar miring, dan
media cair.
Nama Mikroorganisme : S. Aureus
Tipe media yang Nama Media
digunakan
Agar Tegak
Nutrient Agar
Agar Miring
Nutrient Agar
Broth
Nutrient Broth
Nama Mikroorganisme : E. Coli
Tipe media yang Nama Media
digunakan
Agar Tegak
Nutrient Agar
Agar Miring
Nutrient Agar
Broth
Nutrient Broth
Karakteristik
Villose
Spreading
Mengendap
Karakteristik
Aborescent
Echinulate
Mengendap
Pertumbuhan
(+) atau (-)
+
+
Kontaminasi
(+) atau (-)
+
+
-
Pertumbuhan
(+) atau (-)
+
+
Kontaminasi
(+) atau (-)
+
-
5. Gambar bentuk sel-sel mikroba yang saudara isolasi pada cawan petri dengan pensil
warna!
Asal Isolat
: S. Aureus
Asal Isolat
: E. Coli
6. Pilihlah salah satu koloni yang terpisah, jelaskan ciri-ciri nya (lihat Gb.2.7 dan 2.8) dan
identifikasi bakteri tersebut.
Nama Mikroorganisme : S. Aureus
Morfologi Koloni Mikroorganisme
Bentuk
Medium
Elevasi
Irregular
Permukaan
Kasar
Margin
Lobate
Keterangan
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi
Nama Mikroorganisme : E. Coli
Morfologi Koloni Mikroorganisme
Bentuk
Large, point
Elevasi
Irregular, circular, rhizoid
Permukaan
Halus mengkilap
Margin
Lobate, serate, filamentus
Keterangan
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi
Kontaminasi
D. ANALISA PROSEDUR
Percobaan yang dilaksanakan pada praktikum ini adalah memindahkan kultur dari
tabung reaksi medium agar miring ke medium agar miring, medium agar miring ke medium
agar tegak, medium agar miring ke medium broth, kemudian pengenceran sampel dan
dilanjutkan dengan penyebaran kultur dengan menggunakan metode streak plate goresan
kuadran, metode pour plate dan metode spread plate, selanjutnya teknik preservasi kultur
jangka panjang yaitu kriogenik.
Percobaan pertama adalah memindahkan kultur dari tabung reaksi medium agar
miring ke medium agar miring. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain tabung reaksi
medium agar miring yang telah ditumbuhi kultur, tabung reaksi medium agar miring yang
masih steril atau belum terdapat kultur didalamnya, ose dengan loop, rak tabung, bunsen,
alkohol 70% dan tisu. Langkah pertama adalah aseptis lingkungan dengan menyemprotkan
alkohol 70% ke meja kerja secukupnya kemudian diratakan dan dibersihkan dengan
menggunakan tisu, setelah aseptis lingkungan kemudian mengaseptiskan diri sendiri dengan
menyemprotkan alkohol 70% ke telapak tangan dan kemudian diratakan dengan cara digosokgosokkan lalu disemprotkan ke punggung tangan dan diratakan juga. Jika sudah aseptis, maka
selanjutnya adalah memindahkan kultur. Menyalakan bunsen. Memegang tabung reaksi yang
berisi kultur di tangan kiri dan ose ditangan kanan, saat memegang ose seperti memegang
pensil, kemudian mensterilisasi ose dengan cara mencelupkan ose ke dalam alkohol 70% dan
dipanasi diatas bunsen hingga alkoholnya menghilang, dilakukan sebanyak tiga kali, jika
sudah selanjutnya adalah membuka tutup kapas tabung reaksi dengan cara menjepitnya
dengan menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kanan, dipastikan saat membuka
selalu di dekat dengan bunsen. Memanasi mulut tabung reaksi kultur dengan menggunakan
api bunsen, kemudian secara cepat mengambil satu loop ose kultur, memastikan bahwa diloop
terdapat kultur, kembali memanasi mulut tabung reaksi kultur dan kemudian menutupnya
kembali dengan kapas yang dijepit di jari kelingking dan jari manis tangan kanan. Selanjutnya
memegang tabung reaksi yang akan ditanami kultur di tangan kiri dan ose yang mengandung
kultur di tangan kanan, membuka tutup kapas tabung reaksi dengan cara yang sama seperti
sebelumnya, memanasi mulut tabung reaksi secukupnya kemudian memasukkan ose yang
mengandung kultur dan menggoreskannya diatas dipermukaan agar miring dengan cara zigzag rapi dan berjarak sehingga tidak terlalu rapat, mengeluarkan ose dari tabung reaksi dan
langsung dipanasi diatas bunsen, kembali memanasi mulut tabung reaksi dan selanjutnya
menutupnya kembali. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Percobaan kedua adalah memindahkan kultur dari tabung reaksi medium agar miring
ke medium agar teguk. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain sama seperti percobaan
sebelumnya namun media agar miring yang akan ditanami kultur diganti medium agar tegak
dan ose yang semula loop diganti menjadi tanpa loop. Langkah pertama dan yang paling
penting adalah aseptis diri dan lingkungan. Jika sudah aseptis, maka selanjutnya adalah
memindahkan kultur. Menyalakan bunsen. Memegang tabung reaksi yang berisi kultur di
tangan kiri dan ose ditangan kanan, saat memegang ose seperti memegang pensil, kemudian
mensterilisasi ose dengan cara mencelupkan ose ke dalam alkohol 70% dan dipanasi diatas
bunsen hingga alkoholnya menghilang, dilakukan sebanyak tiga kali, jika sudah selanjutnya
adalah membuka tutup kapas tabung reaksi dengan cara menjepitnya dengan menggunakan
jari kelingking dan jari manis tangan kanan, dipastikan saat membuka selalu di dekat dengan
bunsen. Memanasi mulut tabung reaksi kultur dengan menggunakan api bunsen, kemudian
secara cepat mengambil satu loop ose kultur, memastikan bahwa diloop terdapat kultur,
kembali memanasi mulut tabung reaksi kultur dan kemudian menutupnya kembali dengan
kapas yang dijepit di jari kelingking dan jari manis tangan kanan. Selanjutnya memegang
tabung reaksi medium agar tegak yang akan ditanami kultur di tangan kiri dan ose yang
mengandung kultur di tangan kanan, membuka tutup kapas tabung reaksi dengan cara yang
sama seperti sebelumnya, memanasi mulut tabung reaksi secukupnya kemudian memasukkan
ose yang mengandung kultur dan menusukannya kedalam agar tegak hinga ¼ bagian dasar
media, mengeluarkan ose dari tabung reaksi dan langsung dipanasi diatas bunsen, kembali
memanasi mulut tabung reaksi dan selanjutnya menutupnya kembali. Selanjutnya
diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Percobaan ketiga adalah memindahkan kultur dari tabung reaksi medium agar miring
ke medium broth. Alat dan bahan juga hampir sama namun medium agar miring tempat akan
ditanami diganti medium broth. Langkah pertama adalah aseptis diri dan lingkungan. Jika
sudah aseptis, maka selanjutnya adalah memindahkan kultur. Menyalakan bunsen. Memegang
tabung reaksi yang berisi kultur di tangan kiri dan ose ditangan kanan, saat memegang ose
seperti memegang pensil, kemudian mensterilisasi ose dengan cara mencelupkan ose ke
dalam alkohol 70% dan dipanasi diatas bunsen hingga alkoholnya menghilang, dilakukan
sebanyak tiga kali, jika sudah selanjutnya adalah membuka tutup kapas tabung reaksi dengan
cara menjepitnya dengan menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kanan,
dipastikan saat membuka selalu di dekat dengan bunsen. Memanasi mulut tabung reaksi
kultur dengan menggunakan api bunsen, kemudian secara cepat mengambil satu loop ose
kultur, memastikan bahwa diloop terdapat kultur, kembali memanasi mulut tabung reaksi
kultur dan kemudian menutupnya kembali dengan kapas yang dijepit di jari kelingking dan
jari manis tangan kanan. Selanjutnya memegang tabung reaksi medium broth yang akan
ditanami kultur di tangan kiri dan ose yang mengandung kultur di tangan kanan, membuka
tutup kapas tabung reaksi dengan cara yang sama seperti sebelumnya, memanasi mulut tabung
reaksi secukupnya kemudian memasukkan ose yang mengandung kultur dan menggoyanggoyangkan ose perlahan hingga kultur terlepas, mengeluarkan ose dari tabung reaksi dan
langsung dipanasi diatas bunsen, kembali memanasi mulut tabung reaksi dan selanjutnya
menutupnya kembali. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Setelah percobaan transfer kultur, selanjutnya adalah penyebaran kultur. Namun
sebelum penyebaran kultur terdapat tahapan pengenceran sampel. Alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah dua buah tabung reaksi berisi medium broth 10 ml yang masih belum
terdapat kultur, satu buah tabung reaksi medium broth dengan sampel didalamnya, vortex,
mikrotip 1 ml, mikropipet 1 ml, dan bunsen. Langkah pertama adalah aseptis diri dan
lingkungan, setelah mengaseptis diri dan lingkungan selanjutnya adalah mengencerkan
sampel dengan cara mikropipet 1 ml disterilisasi dan diujung telah terdapat mikrotip, tutup
kapas tabung reaksi sampel dibuka dan mulut tabung dipanaskan diatas bunsen, tombol pada
ujung mikropipet dengan tekan penuh, mikropipet dimasukkan kedalam tabung reaksi hingga
setengah medium, tombol dilepas dan mikropipet dikeluarkan, mulut tabung dipanaskan
kembali sekali lagi kemudian tabung ditutup, tabung reaksi tempat sampel diencerkan 10-1
dibuka tutup kapasnya, mulut tabung dipanaskna, mikropipet dimasukkan dan tombol pada
ujung ditekan lagi hingga penuh untuk mengeluarkan sampel, mikropipet dikeluarkan dan
mikrotipnya dilepaskan, mulut tabung reaksi tempat pengenceran sampel 10-1 dipanaskan
sekali lagi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kapas, sampel didalam tabung reaksi
dihomogenisasikan dengan menggunakan vortex dengan vortex dihidupkan atau pada posisi
on, kemudian tabung reaksi dipegang dengan kuat dan ditekankan pada permukaan vortex
secara hati-hati dan perlahan hingga terbentuk pusaran air di dalam tabung reaksi, jika sudah
terbentuk, selanjutnya adalah pengenceran kedua, caranya sama seperti pengenceran pertama
namun sampel diambil 1 ml dari tabung reaksi pengenceran 10-1 dan diencerkan didalam
tabung reaksi pengenceran 10-2. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Setelah pengenceran, selanjutnya adalah percobaan penyebaran kultur dan yang
pertama adalah menggunakan metode spread. Alat dan bahan yang disiapkan antara lain
spreader atau penyebar, cawan petri yang telah berisi media agar padat dan masih belum
terdapat kultur, tabung reaksi berisi kultur pengenceran 10-1 dan 10-2, mikrotip 0,1 ml,
mikropipet 0,1 ml, alkohol 70% dan bunsen. Langkah pertama adalah aseptis diri dan
lingkungan, setelah aseptis, kemudian mengambil kultur didalam tabung reaksi dengan
menggunakan mikropipet 0,1 ml, terlebih dahulu mensterilisasikan mikropipet dengan
menyemprotkan alkohol lalu dibersihkan dengan menggunakan tisu. Menekan tombol pada
bagian ujung mikropipet hingga tertekan penuh, tutup kapas pada tabung reaksi pengenceran
10-1 dibuka, mulut tabung dipanasi, mikropipet dimasukkan hingga ½ bagian medium, tombol
pada bagian ujung dilepas, mikropipet dikeluarkan dan mulut tabung reaksi dipanasi sekali
lagi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Cawan petri yang telah berisi media
agar, disekelilingnya dipanaskan sebentar diatas bunsen, tutup cawan petri dibuka sedikit,
ujung mikropipet dimasukkan ke dalam celah yang terbentuk antara bagian dasar cawan petri
dengan bagian tutupnya, tombol pada bagian ujung satunya ditekan hingga penuh hingga
semua sampel kultur keluar, mikropipet dikeluarkan dan cawan petri ditutup sebentar dan
disekelilingnya dipanasi sekali lagi, spreader disterilisasi dengan cara dicelupkan pada alkohol
70% kemudian dipanasi diatas bunsen hingga alkohol menghilang, dilakukan sterilisasi
hingga tiga kali, cawan petri dipanasi kembali sekelilingnya dan tutupnya dibuka sedikit,
spreader dimasukkan dan sampel diratakan menyeluruh diseluruh permukaan agar, spreader
dikeluarkan dan langsung dipanasi diatas bunsen, cawan petri ditutup dan sekelilingnya
dipanasi kembali sebentar. Mengulangi kembali cara penyebaran permukaan diatas untuk
sampel pengenceran 10-2. Kemudian cawan petri dibungkus dengan menggunakan kertas
payung dan diberi label nama kelompok, nama mikroba dan metode yang dilakukan.
Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Percobaan penyebaran kultur yang kedua adalah menggunakan metode tuang. Alat dan
bahan yang disiapkan antara lain cawan petri yang masih kosong dan steril, tabung reaksi
berisi kultur pengenceran 10-1 dan 10-2, mikrotip 1 ml, mikropipet 1 ml, alkohol 70%, media
agar cair bersuhu 47-50°C di dalam erlenmeyer dan bunsen. Langkah pertama adalah aseptis
diri dan lingkungan, setelah aseptis, kemudian mengambil kultur didalam tabung reaksi
dengan menggunakan mikropipet 1 ml, terlebih dahulu mensterilisasikan mikropipet dengan
menyemprotkan alkohol lalu dibersihkan dengan menggunakan tisu. Menekan tombol pada
bagian ujung mikropipet hingga tertekan penuh, tutup kapas pada tabung reaksi pengenceran
10-1 dibuka, mulut tabung dipanasi, mikropipet dimasukkan hingga ½ bagian medium, tombol
pada bagian ujung dilepas, mikropipet dikeluarkan dan mulut tabung reaksi dipanasi sekali
lagi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Cawan petri yang masih kosong,
disekelilingnya dipanaskan sebentar diatas bunsen, tutup cawan petri dibuka sedikit, ujung
mikropipet dimasukkan ke dalam celah yang terbentuk antara bagian dasar cawan petri
dengan bagian tutupnya, tombol pada bagian ujung satunya ditekan hingga penuh hingga
semua sampel kultur keluar, mikropipet dikeluarkan dan cawan petri ditutup sebentar dan
dipanasi disekelilingnya sekali lagi, Erlenmeyer yang berisi media agar cair bersuhu 47-50°C
dibuka tutup kapasnya, mulut erlenmeyer dipanasi diatas bunsen, tutup cawan petri dibuka
sedikit kemudian media agar cair didalam erlenmeyer dituangkan secukupnya ke atas sampel,
mulut erlenmeyer dipanasi sekali lagi diatas bunsen dan ditutup dengan menggunakan kapas,
cawan petri ditutup dan sekelilingnya dipanasi kembali sebentar. Kemudian dicampurkan
antara sampel dengan media agar dengan cara menggoyangkan cawan diatas meja membentuk
angka delapan. Mengulangi sekali lagi cara metode tuang diatas untuk pengenceran 10-2.
Kemudian cawan petri dibungkus dengan menggunakan kertas payung dan diberi label nama
kelompok, nama mikroba dan metode yang dilakukan. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu
30°C selama 48 jam.
Percobaan penyebaran kultur yang ketiga adalah menggunakan metode streak. Alat
dan bahan yang disiapkan antara lain ose berloop, cawan petri yang berisi media agar dan
steril, tabung reaksi kultur medium agar miring, alkohol 70% dan bunsen. Langkah pertama
adalah aseptis diri dan lingkungan, setelah aseptis, kemudian menggambar pembagian sektor
kuadran dibalik dasar cawan petri, mengambil kultur didalam tabung reaksi dengan
menggunakan ose, terlebih dahulu mensterilisasikan ose dengan cara mencelupkan ose pada
alkohol dan dibakar, mengulangi cara tersebut sebanyak tiga kali. Tutup kapas tabung reaksi
dibuka, ose yang telah steril dimasukkan dan kultur diambil, ose dikeluarkan dan tabung
reaksi ditutup, cawan petri dipanaskan sebentar sekelilingnya, tutup cawan petri dibuka
sedikit dan ose yang telah terdapat kultur digoreskan pada sektor I dengan cara zig-zag, ose
dikeluarkan dan dipanaskan, cawan petri ditutup sebentar kemudian dibuka lagi, ose
dimasukkan kembali ke cawan petri dan melanjutkan goresan dari sektor I ke sektor II dengan
cara zig-zag, kembali ose dikeluarkan dan dipanasi, cawan petri ditutup sebentar dan dibuka
kembali, melanjutkan goresan dari sektor II ke sektor III, dan melakukan cara yang sama
seperti sebelumnya untuk melanjutkan goresan dari sektor III ke sektor IV. Cawan petri
ditutup, dipanaskan kembali sekelilingnya, dibungkus dengan menggunakan kertas payung
dan diberi label nama kelompok, nama mikroba dan metode yang dilakukan. Selanjutnya
diinkubasikan pada suhu 30°C selama 48 jam.
Percobaan terakhir adalah preservasi kultur kriogenik dengan menggunakan gliserol
60% sebagai media. Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah tube steril, gliserol 60% yang
berfungsi untuk menyediakan nutrisi bagi mikroba, tabung reaksi berisi sampel kultur
mikroba dengan pengenceran 10-1, vortex, bunse, alkohol 70%, tisu, mikrotip 0,1 ml dan
mikropipet 0,1 ml dan lemari freezing suhu hingga -80°C. Langkah pertama adalah aseptis
diri dan lingkungan. Setelah aseptis, mengambil 0,5 ml sampel kultur mikroba dengan
menggunakan mikropipet 0,1 ml. Caranya adalah mensterilisasi mikropipet terlebih dahulu
dengan disemprotkan alkohol 70% kemudian dilap dengan menggunakan tisu, kemudian
tabung reaksi yang berisi sampel dipegang ditangan kiri, tutup tabung reaksi dibuka dengan
menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kanan. Mulut tabung reaksi dipanasi
sebentar, selanjutnya tombol pada ujung atas mikropipet ditekan hingga penuh, mikropipet
dimasukkan hingga setengah larutan sampel kultur, tombol dilepaskan, mikropipet
dikeluarkan, dan sampel dipindahkan ke dalam tube steril, dilakukan sebanyak lima kali. Jika
sudah, kemudian ditambahkan dengan gliserol sebanyak 0,5 ml sehingga perbandingan antara
sampel kultur dengan gliserol adalah 1:1, cara yang dilakukan adalah sama seperti saat
mengambil sampel namun mulut botol gliserol tidak perlu dipanasi. Setelah ditambahkan
dengan gliserol, tube dimasukkan pada lemari freezing suhu -80°C.
E. ANALISA HASIL
Hasil pada percobaan pertama yaitu pemindahan kultur dari medium agar miring ke
medium agar miring dengan asal isolat mikroorganisme yang digunakan adalah S. Aureus
agar miring NA, telah terjadi kontaminasi sehingga menyebabkan kultur tidak tumbuh, hal ini
ditunjukan dengan adanya bakteri kontaminan atau bakteri penggangu lainnya berupa warna
putih dan totol-totol disekitaran agar dan didalam agar, bentuk dari bakteri yang ada
dipermukaan adalah spreading. Hasil percobaan yang sama dari kelompok pembanding yaitu
pemindahan kultur dari medium agar miring ke medium agar miring dengan asal isolat
mikroorganisme yang digunakan adalah E. Coli agar miring NA, juga telah terjadi
kontaminasi sehingga menyebabkan kultur tidak tumbuh, hal ini ditunjukan dengan adanya
bakteri kontaminan atau bakteri penggangu lainnya berupa warna putih dan totol-totol
disekitaran agar dan didalam agar, bentuk dari bakteri yang tumbuh dipermukaan adalah
echinulate. Kontaminasi dapat disebabkan karena seringnya praktikan berbicara didalam
laboratorium tanpa mengenakan masker, kesalahan dalam meletakkan kapas penutup tabung
reaksi, percobaan yang dilakukan tidak dilakukan didekat sekitaran bunsen (api), kurang
sterilnya ose yang digunakan sehingga tumbuh bakteri penggangu atau bakteri kontaminan.
Hasil pada percobaan kedua yaitu pemindahan kultur dari medium agar miring ke
medium agar tegak dengan asal isolat mikroorganisme yang digunakan adalah S. Aureus agar
miring NA, juga masih mengalami kontaminasi sehingga namun kultur tumbuh ditunjukan
dengan adanya pertumbuhan seperti akar yang berbentuk villose, kontaminan ditunjukan
dengan adanya bakteri kontaminan atau bakteri penggangu lainnya berupa warna putih dan
totol-totol disekitaran agar dan didalam agar. Kontaminasi dapat disebabkan karena seringnya
praktikan berbicara didalam laboratorium tanpa mengenakan masker, kesalahan dalam
meletakkan kapas penutup tabung reaksi, percobaan yang dilakukan tidak dilakukan didekat
sekitaran bunsen (api), kurang sterilnya ose yang digunakan sehingga tumbuh bakteri
penggangu atau bakteri kontaminan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh kelompok
pembanding, pemindahan kultur dari medium agar miring ke medium agar miring dengan asal
isolat mikroorganisme yang digunakan adalah E. Coli agar miring NA, tidak terjadi
kontaminasi, pada agar ditunjukkan hasil yang bersih tanpa totol-totol baik didalam maupun
dipermukaan, bentuk dari bakteri yang tumbuh adalah aborescent.
Pada percobaan yang ketiga yaitu pemindahan kultur dari medium agar miring ke
medium broth namun dalam percobaan ini menggunakan pepton, kedua kelompok baik
pengguna S. Aureus maupun E. Coli menunjukan hasil yang sama, bakteri mengalami
pertumbuhan tanpa adanya kontaminasi dan dibagian dasarnya terdapat seperti endapanendapan.
Percobaan selanjutnya yang diamati adalah penumbuhan kultur dengan metode streak
plate kuadran dengan alas isolat berupa bakteri S. Aureus pengeceran 10-1, bentuk dari bakteri
yang tumbuh adalah medium dengan elevasi irregular, memiliki permukaan yang kasar dan
margin lobate, namun pada percobaan ini juga masih kontaminasi dengan adanya bakteri
kontaminan. Pada percobaan kelompok pembanding yang menggunakan E. Coli pengenceran
10-1, juga terdapat bakteri kontaminan. Bentuk dari bakteri yang tumbuh large dan point
dengan elevasi yang bermacam-macam seperti irregular, circular dan rhizoid, memiliki
permukaan yang halus mengkilap dan margin yang bermacam-macam seperti lobate, serate
dan filamentus. Bentuk yang bermacam-macam dapat disebabkan oleh adanya bakteri
kontaminan yang tumbuh bersamaan didalam agar dengan bakteri kultur.
F. PEMBAHASAN
1. Pada teknik isolasi, apa perbedaan koloni mikroba yang tumbuh pada masing-masing
kuadran ? Mengapa demikian ? Jelaskan.
Pada kuadran pertama, mikroba yang tumbuh masih berasal dari kolonn beragam dan
memiliki bermacam-macam bentuk dengan pertumbuhan yang sangat padat. Pada kuadran
kedua, jumlah pertumbuhan semakin berkurang dari pertama namun tetap padat. Pada
kuadran ketiga, jumlah pertumbuhan semakin sedikit dan pada keempat didapatkan koloni
tunggal. Ini dikarena setiap akan digorekan ke sektor/kuadran lain, loop ose terlebih
dahulu dibakar, mematikan mikroba yang menempel sehingga saat menggeser dari
kuadran satu ke yang lain, jumlah mikroba semakin sedikit dan didapatkan koloni tunggal
yang diharapkan (Black, 2008).
2. Apa yang dimaksud dengan ”selective media” ? Mengapa media tersebut digunakan
dalam teknik isolasi ? Jelaskan. Sebutkan contoh ”selective media” sebanyak 2.
Selective media adalah media atau subtrat atau senyawa kimia tertentu yang menghambat
kelompok bakteri tertentu atau tidak menghambat kelompok bakteri tertentu. Media
tersebut banyak digunakan untuk teknik isolasi karena sesuai dengan tujuan isolasi yaitu
untuk mendapat kultur murni dari kultur campuran sehingga akan didapatkan bakteri
murni yang dapat bertahan hidup sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan dan bakteri
lain akan terhambat pertumbuhannya dan mati (Adnan, 2009).
Contohnya: Kaldu selenit, Brilliant Green Agar, Mac Conkey Agar, EMB (Eosyn
Methylene Blue) Agar, Sallmonella Shigella Agar, Endo Agar, Gram Negative Broth dan
Deoxychocolate (Adnan, 2009).
3. Apakah koloni yang terpisah pada teknik isolasi merupakan pertumbuhan dari satu sel
mikroba ? Apakah koloni tersebut dapat dikatakan sebagai kultur murni ? Jelaskan.
Koloni tersebut didapat dikatakan sebagai kultur murni karena tumbuh dari satu sel
mikroba yang terpisah dari lainnya dan telah diisolasikan terlebih dahulu (Walker, 2005).
4. Apa keunggulan metode Streak Plate dan Spread Plate pada teknik isolasi mikroba?
Jelaskan pula tentang Loop Dilution.
Streak plate lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum
digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah
(lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah
sehingga dapat tumbuh. Koloni yang dihasilkan adalah single koloni atau 1 koloni hanya
dari 1 spesies saja. Selain itu kontaminan mudah dibedakan. Karena pada metode ini ose
digoreskan dengan pola tertentu, maka koloni yang tumbuh diluar pola tersebut dapat
dinyatakan sebagai kontaminan (Suriawiria 2005).
Metode surface plate dapat dilakukan untuk memisahkan mikrobia aerob dengan
mikroba yang lain. Karena jika dituangkan pada permukaan medium, bakteri yang paling
diuntungkan adalah bakteri aerob (Waluyo, 2007).
5. Apa kegunaan penambahan gliserol pada proses preservasi kultur? Jelaskan.
Gliserol dapat digunakan sebagai media karena gliserol dapat melindungi aktivitas
antimikroba dengan cara meningkatkan stabilitas struktur protein asli dari mikroba
sehingga dapat mencegah protein dari proses termal dan agregasi. Selain itu gliserol dapat
meningkatkan energi bebas dari kompleks yang diaktifkan dan mengeser kesetimbangan
energo tersebut. Gliserol ini dapat menyerap air pada permukaan protein yang dapat
mengakibatkan hidrasi yang dapat melindungi protein dari kerusakan. Oleh karena itu
giserol dapat memperpanjang penyimpanan mikroorganisme (Black, 2008).
G. KESIMPULAN
Isolasi adalah proses pemisahan mikroba dari kultur mikroba campuran untuk
mendapatkan kultur murni. Kultur murni yaitu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies
atau satu galur mikroba.
Teknik isolasi yang dapat dilakukan pada agar cawan antara lain adalah metode
goresan (Streak plate), Metode tuang (Pour plate), dan Metode permukaan (Spread plate).
Hasil yang didapatkan dari percobaan untuk metode goresan dengan alat isolat adalah
S. Aureus pengenceran 10-1 adalah mikroba terkontaminasi, bentuk yang didapatkan adalah
large dengan elevasi yang kasar, permukaannya kasar dan marginnya adalah lobate sedangkan
dari kelompok pembanding dengan asal isolat adalah E. Coli pengenceran 10-1, mikroba juga
terkontaminasi dengan bentuk yang didapatkan adalah Large dan point, elevasinya irregular,
circular dan rhizoid, bentuk halus mengkilap dan marginnya adalah lobate, serate dan
filamentus
Teknik preservasi mikroba adalah upaya penyimpanan dan pemeliharan mikroba
dalam jangka waktu tertenu dan jika mikroba tersebut dibutuhkan dapat diperoleh dengan
mudah. Tujuan dari teknik preservasi adalah untuk mereduksi atau mengurangi laju
metabolisme dari mikroorganisme sekecil mungkin dan menjaganya sebaik mungkin.
Preservasi sub-kultur adalah penyimpanan mikroba dalam jangka waktu pendek
sehingga harus dilakukan peremajaan mikroba dalam waktu tertentu.
Transfer kultur adalah pemindahan kultur dari media satu ke media lainnya dengan
cara sub-kultur. Hasil yang diperoleh dari transfer kultur dengan teknik sub-kultur adalah
sebagai berikut :
a) Medium agar miring ke medium agar miring
Asal isolat bakteri adalah S. Aureus agar miring, terkontaminasi karena terdapat
bintil atau totol yang menandakan tumbuhnya bakteri lain, karakteristik dari
mikroba adalah spreading. Kelompok pembanding menggunakan asal isolat bakteri
adalah E. Coli agar miring, terkontaminasi karena terdapat bintil atau totol yang
menandakan tumbuhnya bakteri lain, karakteristik dari mikroba adalah echinulate.
b) Medium agar miring ke medium agar tegak
Asal isolat bakteri adalah S. Aureus agar miring, terkontaminasi karena terdapat
bintil atau totol yang menandakan tumbuhnya bakteri lain, karakteristik dari
mikroba adalah villose. Kelompok pembanding menggunakan asal isolat bakteri
adalah E. Coli agar miring, tidak terkontaminasi karena tidak terdapat bintil atau
totol yang menandakan tumbuhnya bakteri lain, karakteristik dari mikroba adalah
arborescent.
c) Medium agar miring ke medium pepton
Asal isolat bakteri adalah S. Aureus agar miring, tidak terkontaminasi karena tidak
terdapat bintil atau totol yang menandakan tumbuhnya bakteri lain namun terdapat
endapan dibagian bawahnya. Kelompok pembanding menggunakan asal isolat
bakteri adalah E. Coli agar miring, tidak terkontaminasi karena tidak terdapat bintil
atau totol yang menandakan tumbuhnya bakteri lain namun terdapat endapan
dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred, Brown E. 2011. Benson's Microbiological Applications 9th Ed. New York: McGraw
Hill
Fankhauser, David B. 2005. Pour Plate Technique. http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/Labs
/Microbiology/Meat_Milk/Pour_Plate.htm. Diakses 15 Maret 2015 pada jam 15:42 (24
Juni 2005)
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Katz, D. Sue. 2008. The Streak Plate Protocols. http://www.microbelibrary.org/library/
laboratory-test/3160-the-streak-plate-protocol. Diakses 15 Maret 2015 pada jam
15:34 (8 September 2008)
Pommerville, J.C. 2011. Alcamo’s Laboratory Fundamental of Microbiology. Burlington:
Jones and Bartlett Learning
Reese, Jane B. 2005. Biologi Jl. 3 Ed. 5. Jakarta: Erlangga
Wise, Kathryn. 2006. Preparing Spread Plate Protocols. http://www.microbelibrary.org/
component/resource/laboratory-test/3085-preparing-spread-plates-protocols. Diakses
15 Maret 2015 pada jam 15:24 (9 Oktober 2006)
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Adnan, Kunta. 2009. Cara pengambilan sampel yang steril. http://www.fedcosierra.com/
2007/06/cara-pengambilan-sampel-yang-steril.html. Diakses pada 21 Maret 2015 jam
23:55. (4 Oktober 2009)
Black, Jacquelyn G. 2008. Microbiology: Principles Explorations. New York: John Wiley &
Sons
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti
Walker, T. Stuart. 2005. Microbiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press
Download