PENGARUH MUSIK PADA RANGE FREKUENSI (3000-6000) Hz TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS SAWI HIJAU (Brassica Juncea) Triana Susanti 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Adita Sutresno1,2,* 1 Program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika 2 Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah-Indonesia Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh musik pada pertumbuhan tanaman sawi (Brassica Juncea). Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman adalah jenis musik gamelam Jawa (Lcr Kebogiro Penganten- Nartosabdo) yang memiliki puncak frekuensi 3000-6000 Hz. Masing-masing tanaman diberi perlakuan secara berbeda- beda dengan durasi waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan tanpa perlakuan setiap hari antara pukul 09.00 sampai 12.00 pada saat penyemprotan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan tumbuh lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan (control) . Kesimpulan dari penelitian ini adalah Jenis musik gamelan jawa (Lcr Kebogiro Penganten- Nartosabdo) pada rentang frekuensi 3000 - 6000 Hz memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas sawi ketika pemberian treatmennya dengan durasi yang berbeda- beda . Pada saat dipanen, sawi yang paling bagus yaitu tanaman yang diberikan perlakuan musik selama 3 jam dengan berat basah 19,03 gram per 20 tanaman. Kata kunci: akustik, musik, sonic bloom * Alamat kontak: [email protected] LATAR BELAKANG Sawi hijau (Brassica Juncea) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dari tahun ke tahun, permintaan sawi hijau semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan komoditas sayuran, terutama sawi hijau, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dan pendapatan petani sayuran.[1] Salah satu teknologi pertanian yang banyak dikembangkan untuk meningkatkan produksi pertanian adalah sonic bloom. Sonic bloom merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk 1 meningkatkan produktivitas tanaman. Teknologi ini bekerja dengan mengoptimalkan pembukaan stomata pada frekuensi suara tertentu. Banyak petani yang mengkombinasikan sonic bloom dengan cara pemupukan daun (foliar) melalui pengabutan larutan pupuk yang mengandung trace mineral[8]. Sonic bloom telah banyak dikembangkan di berbagai negara di dunia. Banyak penelitian menyebutkan bahwa penggunaan gelombang suara alam dengan frekuensi tinggi dapat merangsang mulut daun (stomata) tetap terbuka sehingga meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman. Hasil penggunaan sonic bloom pada tanaman adalah mampu menstimulir metabolisme sel-sel tanaman, sehingga terjadi peningkatan penyerapan nutrisi dan uap air lewat daun. Di Indonesia pada tahun 1998 seorang pengusaha pertanian telah mengaplikasikan teknologi sonic bloom ini pada perkebunan miliknya. Teknologi yang diterapkannya tersebut membuahkan hasil pertumbuhan tanaman semakin cepat, subur dan produksinya mengalami peningkatan. Hasil yang tampak diantaranya adalah pohon durian mencapai diameter 16 cm pada usia 2 tahun. Tanpa menggunakan sonic bloom pada umur 2 tahun umumnya baru mencapai diameter 7 cm. Kopi dan coklat yang semula diduga tak mungkin berproduksi, ternyata mengalami peningkatan dan dapat berproduksi lagi. Selain itu, daun selada di lahan itu juga semakin renyah rasanya. Teknologi sonic bloom ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika. Hasil penelitian Carlson baru dikomersialkan pada 1980. Alat sonic bloom dikatakan dapat bekerja secara efektif ketika suhu di lapangan antara 11o hingga 30oC. Bila suhu lebih rendah dan stomata tetap terbuka, tanaman bisa membeku. Sebaliknya bila suhu terlalu tinggi tanaman akan mengalami dehidrasi. [2] Penelitian yang lain yaitu tentang aplikasi sonic bloom pada tanaman kentang. Hasil yang diperolehnya menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman kentang dipacu dengan adanya pemberian nutrisi dan suara sonic bloom. Komponen produksi benih kentang per rumpun dan per hektar dicapai pada perlakuan nutrisi dan mengalami peningkatan sebesar 24% atau dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha dengan memberikan perlakuan pada tanaman kentang yaitu pemberian suara sonic bloom dari pukul 06.00 hingga 14.00 setiap hari pada suhu kurang dari 30oC [3]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lamanya pemberian perlakuan musik pada frekuensi 3.000 Hz sampai 6.000 Hz terhadap pertumbuhan sawi hijau, pembukaan stomata dan terhadap produktivitas sawi hijau (Brassica Juncea). Dari penelitian ini diharapkan dapat ditemukan lamanya pemberian perlakuan musik pada frekuensi 3.000 Hz sampai 6.000 Hz yang memberikan pengaruh pada produktivitas sawi hijau. 2 TINJAUAN PUSTAKA A.Gelombang Gelombang adalah getaran yang merambat melalui medium. Akan tetapi, tidak semua gelombang memerlukan medium perambatan. Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang memerlukan medium di dalam perambatannya. Contoh gelombang mekanik antara lain: gelombang bunyi, gelombang permukaan air, dan gelombang pada tali. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatannya. Contoh : cahaya, gelombang radio, gelombang TV, sinar – X, dan sinar gamma. Telinga manusia peka terhadap gelombang dalam jangkauan frekuensi dari sekitar 20 sampai 20.000 Hz, gelombang tersebut dinamakan jangkauan dengar manusia (audible range), tetapi juga dikenal istilah bunyi untuk gelombang serupa dengan frekuensi di atas pendengaran manusia atau di atas 20.000 Hz dengan nama ultrasonik dan dibawah jangkauan manusia atau dibawah 20 Hz dengan nama infrasonik. Gelombang bunyi menjalar menyebar ke semua arah dari sumber bunyi dengan amplitudo yang bergantung pada arah dan jarak dari sumber itu.Gelombang bunyi menjalar seperti gelombang menjalar lainnya, memindahkan energi dari satu daerah ruang ke daerah lainnya. B. Fisiologi daun sawi hijau Sawi hijau (Brassica rapa convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae) merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali akarnya). C .Stomata Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada. Peranan stomata dalam pertumbuhan sawi sangatlah penting. Walaupun tidak ada ketentuan umum tentang mekanisme membukanya stomata, akan tetapi kebanyakan teori menganggap bahwa mekanisme ini melibatkan mekanisme turgor[8].. Tekanan turgor adalah tekanan dinding sel oleh isi sel, banyak sedikitnya isi sel berhubungan dengan besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar tekanan dinding sel. Tekanan turgor terbesar terjadi pada pukul 04.00-08.00. Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. 3 Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan [8]. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Jl. Patimura Km. 2,8 Desa Blambangan, RT 02, RW 05, Kauman Kidul, Salatiga. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dengan pengamatan pertumbuhan sawi dari penyemaian hingga panen kurang lebih 1,5 bulan. Alat dan bahan Bahan penelitian terdiri dari benih sawi hijau yang berasal dari Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga. Alat-alat penelitian terdiri dari unit suara yang berasal dari jenis musik gamelan jawa (Lcr Kebogiro Penganten- Nartosabdo). Alat bantu penelitian lainnya diantaranya adalah alat penyemprot tanaman, jangka sorong, meteran, timbangan, soundlevel meter,thermometer,lux meter dan media tanam. Langkah-langkah penelitian Penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu penyemaian, pemeliharaan dan panen. Pada proses penyemaian, semua benih mendapatkan perlakuan yang sama yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Penyemaian benih hingga tumbuh setinggi kurang lebih 5 cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh, diambil masing-masing 20 bibit dan dipisahkan menjadi 4 bagian untuk diberi perlakuan yang berbeda sesuai jenis musik yang sudah ditentukan. Tiga bagian diberi perlakuan jenis musik yang sama tetapi dengan durasi waktu yang berbeda yaitu 1 jam, 2 jam, dan 3 jam, sedangkan satu bagian dibiarkan tumbuh secara alami tanpa diberi perlakuan. Tanaman diletakkan di tempat yang sama dengan intensitas cahaya, suhu dan kelembaban yang relatif sama sebagai variabel yang dikontrol. Selama masa pemeliharaan, tanaman disiram dua kali sehari dengan diberi perlakuan rutin pada pagi hari yaitu pada pukul 9.00 sampai 12.00. Masing-masing sampel diekspos pada musik selama 1 jam, 2 jam, 3 jam dengan penyemprotan air. Pada penelitian ini tanaman sawi juga diberi nutrisi tambahan yaitu pupuk urea pada setiap minggunya sebanyak 1 gram pada setiap tanaman sawi. Gambar 1,2,3, dan 4 adalah proses penyemaian , pembibitan , pemisahan dan desain penelitian. 4 (a) (b) (c) (d) Gambar 1 adalah gambar desain lahan sampai benih yang siap untuk diberi perlakuan. (a) desain lahan, (b) penyemaian benih sawi, (c) benih sawi yang tumbuh dan siap dipindahkan, (d) benih sawi yang sudah dipindahkan sesuai perlakuan jenis musik HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan Penelitian ini menggunakan jenis music gamelan jawa (Lcr kebogiro pengantennartosabdo). Karakteristik musik tersebut dapat di lihat pada Gambar 2 yang menggambarkan rentang frekuensi dan intensitas suara yang belum termanipulasi, sedangkan gambar 3 menunjukkan spectrum bunyi yang sudah di analisis menggunakan adobe audition 3.0. 5 Karakteristik suara musik Intensitas suara (db) 0 -20 0 5000 10000 15000 20000 25000 -40 -60 -80 -100 -120 -140 Frekuensi (Hz) Gambar 2. Karakteristik Frekuensi Musik untuk perlakuan tanaman yang belum termanipulasi Karakteristik suara musik 0 0 5000 10000 15000 20000 25000 Intensitas suara (db) -20 -40 -60 -80 -100 -120 -140 Frekuensi (Hz) Gambar 3. Karakteristik Frekuensi Musik untuk perlakuan tanaman Dari Gambar 2 dapat dilihat karakteristik musik gamelan Jawa memiliki rentang frekuensi 43 - 14.000 Hz. Tetapi pada penelitian ini menggunakan range frekuensi 3000 - 6000 Hz. Hal tersebut dikarenakan pada penelitian sebelumnya hasil yang didapat menunjukkan bahwa treatmen keempat music yang berbeda berpengaruh pada pertumbuhan tanaman sawi. Keempat music tersebut yaitu musik klasik, rock, gamelan jawa dan gamelan bali. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil pertumbuhan yang optimal dengan menggunakan music gamelan jawa (Lcr kebogiro penganten- nartosabdo) dengan frekuensi 43-14.000 Hz. Tetapi pada penelitian ini range frekuensi yang digunakan yaitu 3000-6000 Hz, dikarenakan 6 spectrum musik gamelan jawa (Lcr Kebogiro Penganten- Nartosabdo) lebih dominan 30006000 Hz. Sumber bunyi tersebut digunaka karena spectrum musik gamelan jawa sama dengan spectrum suara garengpung. Suara seranggga yang khas tersebut sering digunakan sebagai pertanda datangnya musim kemarau dan berbunyi pada pukul 08.00-10.00 wib dianggap dapat mempengaruhi pembukaan stomata tanaman, karena pada waktu tersebut tanaman tengah melakukan proses asimilasi. 1. Pengaruh treatmen terhadap pertumbuhan panjang dan lebar daun tanaman sawi hijau Pertumbuhan panjang daun tanaman sawi dengan perlakuan treatmen music dengan durasi yang berbeda- beda menggunakan range fekuensi 3000 Hz- 6000 Hz dan penambahan nutrisi yang dilakukan membuat pertambahan panjang dari minggu ke minggu, pada minggu pertama sampai minggu ke enam menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 1 dan 2. No 1 2 3 4 5 6 7 No 1 2 3 4 5 6 7 Tanggal 7-Mar-12 13-Mar-12 18-Mar-12 24-Mar-12 30-Mar-12 5-Apr-12 11-Apr-12 Tanggal 7-Mar-12 13-Mar-12 18-Mar-12 24-Mar-12 30-Mar-12 5-Apr-12 11-Apr-12 Rata-rata panjang music 1 jam (mm) 32.57 50.62 72.84 93.28 121.76 143.63 154.64 Rata-rata Rata-rata panjang music panjang music 2 jam 3 jam (mm) (mm) 36.93 35.13 52.43 54.86 82.39 93.41 105.05 119.20 131.56 142.29 146.51 163.42 148.25 177.86 Tabel 1 Tabel rata- rata panjang daun Ratarata Rata-rata lebar Rata-rata lebar lebar music music 2 jam music 3 jam 1 jam (mm) (mm) (mm) 13,37 14,87 14,12 19,17 24,83 22,66 37,30 37,75 45,33 45,70 47,28 53,25 56,87 58,93 65,11 60,26 64,90 70,59 63,89 67,10 82,72 Tabel 2 Tabel rata- rata lebar daun 7 Rata-rata panjang no treatmen (mm) 33.42 49.72 72.37 92.53 116.2 135.98 157.73 Rata-rata lebar no treatmen (mm) 14,35 19,38 32,28 43,04 52,86 57,83 61,62 Pada penelitian ini perlakuan musik diberikan pada tanaman setiap hari pada pukul 9.00 – 12.00 wib di mana tanaman biasanya sedang melakukan fotosintesis. Masing-masing sampel diberi perlakuan selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam secara bergantian. Speaker diletakkan di ujung tanaman seperti ditunjukkan pada gambar 1 (a). Pemeliharaan tanaman dilakukan selama 40 hari mulai dari penyemaian benih. Data lebar dan panjang daun diambil setiap 6 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang daun dan lebar daun dapat dilihat pada gambar berikut: panjang daun (mm) [ 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari ke- Panjang daun (mm) Gambar 4 grafik rata-rata panjang daun (▲) treatmen musik 3 jam, (●) rata panjang daun no treatmen 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari keGambar 5 grafik rata-rata panjang daun (▲) treatmen musik 2 jam, (●) rata panjang daun no treatmen 8 200 180 panjang daun (mm) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari keGambar 6 Grafik rata-rata panjang daun (▲) treatmen musik 1 jam, (●) rata panjang daun no treatmen 100 90 Lebar daun (mm) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari keGambar 7 grafik rata-rata lebar daun (▲) treatmen musik 3 jam, (●) rata lebar daun no treatmen 9 100 90 80 Lebar daun(mm) 70 60 50 40 30 20 10 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari keGambar 8 grafik rata-rata lebar daun (▲) treatmen musik 2 jam, (●) rata lebar daun no treatmen 100 90 Lebar daun (mm) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 6 12 18 24 30 36 42 48 hari keGambar 9 grafik rata-rata lebar daun (▲) treatmen musik 1 jam, (●) rata lebar daun no treatmen Gambar 4 menunjukkan penambahan panjang daun rata-rata treatmen musik 3 jam dan no treatmen setiap sampel. Pada minggu pertama dan ke-2 pertumbuhan panjang daun relatif sama, perbedaan mulai tampak pada minggu ke-3 sampai masa panen, di mana sampel 3 mengalami penambahan panjang daun yang paling pesat. Gambar 5 menunjukkan penambahan rata-rata panjang daun untuk treatmen musik 2 jam dengan musik no treatmen, dari hasil penelitian pada minggu pertama dan minggu ke-2 pertumbuhan 10 panjang relatif sama,dan pada minggu ke- 3 hingga minggu ke-5 pertumbuhannya mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Tetapi dalam masa panen sampel yang diberi treatmen musik 2 jam mengalami pertumbuhan yang tidak relatif bagus dibandingkan sampel kontrol yang tidak diberi treatmen. Gambar 6 menunjukkan penambahan rata- rata panjang daun dengan treatmen musik 1 jam dan no treatmen, dalam penelitian tersebut pertumbuhan panjang daun pada minggu pertama sampai minggu ke-4 relatif sama, pertumbuhan panjang daun mulai ada perubahan pada minggu ke-5 samapai masa panen. Gambar 7 menunjukkan rata-rata lebar daun dengan treatmen musik 3 jam dan rata lebar daun no treatmen atau sampel kontrol, dalam penelitian tersebut pada minggu pertama pertumbuhan lebar daun cenderung sama pertumbuhannya. Pada minggu ke-2 sampai masa panen mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Gambar 8 menunjukkan ratarata lebar daun dengan treatmen musik 2 jam dan no treatmen atau sampel kontrol, pada hasil penelitiana ini perubahan lebar daun terlihat pada minggu ke-2 sampai masa panen, tetapi dalam hasil penelitian ini treatmen musik 2 jam tidak lebih baik dari treatmen musik 3 jam yang perubahan lebar daunnya sangat signifikan. Gambar 9 menunjukkan rata-rata lebar daun dengan treatmen musik 1 jam dan no treatmen, dalam penelitian ini pertumbuhan lebar daun baru terlihat pada minggu ke-3 sampai masa panen. Tetapi perubahan yang ditunjukkan relatif sama. Oleh karena itu pada pemberian treatmen musik pada durasi yang berbeda-beda menunjukkan perubahan pertumbuhan yang berbeda pula, dan dari hasil penelitian treatmen musik dengan durasi waktu 3 jam menunjukkan hasil pertumbuhan panjang dan lebar daun yang paling bagus. Dilihat dari berat sawi setelah dipanen dalam kondisi segar dapat dilihat pada gambar 10 : Berat rata- rata berat (gram) 20 15 10 5 0 no 1 2 jam Gambar 10 Berat basah sawi 11 3 Gambar 10 menunjukkan rata- rata berat basah sawi yang sudah ditimbang. Dari hasil penelitian, rata- rata berat sampel yang paling besar adalah sampel 3 yang diberikan perlakuan treatmen music gending jawa dengan durasi waktu 3 jam. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa panjang dan lebar daun sampel 3 memiliki masa yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang lain. Demikian pula dengan sampel 2 yang berada pada urutan kedua dari sampel 3, yang di ikuti dengan sampel 1 dan sampel kontrol. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa lamanya pemberian treatmen music memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada tanaman sawi. Dibandingkan dengan sampel kontrol, sampel 1, 2 dan sampel 3 mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini dapat terjadi karena stomata sampel yang di beri treatmen musik selama 3 jam terbuka lebih lama sehingga penyerapan air pada saat penyiraman menjadi lebih efektif. Sampel kontrol,sampel 1,2 dan 3 diberi perlakuan dengan musik yang sama namun dengan pemberian durasi treatmen yang berbeda-beda tetapi memiliki rentang frekuensi dan intensitas yang sama. 2. Pengaruh Pemberian treatmen musik Terhadap Bukaan Stomata dan produktivitas sawi hijau. Pengamatan pembukaan stomata pada daun sawi menunjukkan bahwa stomata sebelum dan sesudah diberi treatmen membuka lebih lebar jika dibandingkan dengan tanaman control atau sawi yang tidak diberi treatmen. Hal ini juga berpengaruh terhadap produktivitas sawi hijau yang ditunjukkan dengan hasil berat basah sawi sejalan dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan jumlah daun. Jumlah daun yang disertai penampakan daun yang berwarna hijau menandakan adanya kandungan klorofil yang dapat menghasilkan fotosintat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang pada aakhirnya mempengaaruhi berat basah hasil panen [8]. Hasil panen untuk tanaman perlakuan atau diberi treatmen adalah untuk treatmen music 1 jam 12,29 gram per 20 tanaman, treatmen music 2 jam 14,01 gram per 20 tanaman, treatmen music 3 jam 19,03 gram per 20 tanaman, sedangkan tanaman sawi yang tidak mendapat perlakuan 9,49 gram per 20 tanaman. Sawi yang diberi treatmen menggunakan music memiliki daun yang segar dan pertumbuhan daunnya lebih banyak dibandingkan dengan sawi yang tidak diberi treatmen,walaupun sama-sama diberikan pupuk dan penyemprotan air secara rutin. Tetapi hal yang membedakan yaitu tanaman sawi hijau dengan treatmen music sehingga unsur hara yang terkandung didalam pupuk terserap secara lebih efektif. Untuk pembukaan stomata bisa dilihat pada gambar 11 : 12 (a) (b) (c) (d) Gambar 11 adalah gambar pembukaan stomata. (a) gambar pembukaan stomata 1 jam, (b) gambar pembukaan stomata 2 jam, (c) gambar pembukaan stomata no treatmen, (d) gambar pembukaan stomata 3 jam 13 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Jenis music gamelan jawa (Lcr kebogiro penganten- nartosabdo) pada rentang frekuensi 3000 Hz- 6000 Hz memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas sawi ketika pemberian treatmennya dengan durasi yang berbedabeda . 2. Pada saat dipanen, music gamelan jawa (Lcr kebogiro penganten- nartosabdo) dengan frekuensi antara 3000 Hz sampai 6.000 Hz menghasilkan sawi dengan panjang dan lebar yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel lain dan sampel kontrol. Berat sawi yang paling besar juga dihasilkan oleh sampel 3 yang diberi perlakuan music selama 3 jam. Saran 1. Bagi penelitian mendatang disarankan untuk lebih teliti terhadap faktor luar lahan tanam yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang intensitas suara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman 3. Dalam mengamati pembukaan stomata perlu menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang lebih besar supaya bukaan stomata bisa diamaati secara lebih jelas. 14 DAFTAR PUSTAKA [1] I Ketut Kariada dan I Made Sukadana No. Agdex : 253 dan 262/20 No. Seri : 14/Sayuran/2000/Nopember 2000. [2] Irianti, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005) Kaji Terap Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin Pertanian dan Peternakan. Vol. 6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15. [3] Yulianto. (2006). Sonic Bloom Sebagai Alternatif Teknologi Terobosan untuk Meningkatkan Produktivitas Padi. Agribisnis Vol. 8 No. 2. 2006. Hal. 87 – 90. [4] Ekici, Nuran, Feruzan Dane, Leyla Mamedova, Isin Metin, and Murad Huseyinov. (2007). The Effects of Different Musical Elements of Root Growth and Mitosis in Onion (Allum cepa) Root Apical Meristem (Musical and Biological Experimental Study). Asian Journal of Plant Sciences 6 (2): 369 – 373 [5] Sam Guss. 2007. Science Exhibiton – Investigation Rubric. [6] Yeni Widyawati, Nur Kadarisman, dan Agus Purwanto.Pengaruh Suara “ Garengpung “(Dundubia manifera) Termanipulasi pada peak frekuensi (6,07±0,04) 103 Hz Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Dieng (Vicia faba Linn), Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 [7] Resnick, Halliday .1991. Fisika Jilid 1, 2 (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga. [8] Afifuddin Dalimunthe. Stomata Biosintesis, Mekanisme Kerja dan Peranannya , Program Study Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 15