Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL STAD DI MTsN BANDA ACEH II Yurisnawati, Emsa MTsN Banda Aceh II ABSTRAK Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsepkonsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu, penulis mencoba menerapkan model STAD dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX MTsN Banda Aceh II, tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 27 orang. Pelaksanaan dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Data yang dihimpun berupa, aktifitas siswa, dan guru serta hasil tes. Dari hasil penelitian penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX MTsN Banda Aceh II tentang materi Mengidentifikasi Ciri Negara Berkembang dan Negara Maju Dengan Menggunakan Model STAD. Peningkatan yang diperlihatkan siswa bukan hanya dalam proses belajar, tetapi juga ada hasil yang diperoleh siswa baik secara perseorangan, Jika dibandingkan antara nilai tes awal, nilai tindakan siklus I dan nilai akhir siklus I tampak peningkatan dari 40,7% (cukup) dan 51,8% (baik), maupun secara klasikal pada awal siklus II dan akhir siklus II terjadi peningkatan dari 62,9% (baik) ke 81,4% (sangat Baik) Kata kunci: Kemampuan siswa, motivasi belajar siswa, ciri negara berkembang negara maju, STAD PENDAHULUAN Pendidikan berkualitas merupakan perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan pengusaan materi yang memadai .Pada hakekatnya belajar bukanlah sekedar penuangan informasi ke dalam benak siswa secara otomatis. Namun, sesungguhnya belajar memerlukan keterlibatan mental dan kinerja siswa itu sendiri. Memberikan kepercayaan kepada siswa untuk berbuat serta berfikir merupakan strategi guru agar siswa memperoleh pengalaman belajar karena guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, kreativitas dan sitausi belajar. 44 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya pada tingkat ingatan. Tolak ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terpadu di kelas IX MTsN Banda Aceh II untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan perlu hafalan. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rendahnya prestasi belajar IPS terpadu di kelas IX MTsN Banda Aceh II dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode atau pun media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran. Yang mengakibatkan terjadinya penurunan prestasi belajar siswa yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Kurangnya minat siswa dalam pelajaran terutama dalam pelajaran IPS terpadu 2. Kurangnya motivasi belajar baik dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan sekitar 3. Kurangnya strategi dalam pembelajaran dalam membangkitkan kreativitas dan imajinasi siswa. 4. Media/metode yang digunakan kurang tepat dan kurang sesuai sehingga membuat siswa kurang bersemangat dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pemasalahan tersebut guru selaku pembimbing dan pengajar harus segera mengambil tindakan dengan melakukan pendekatan atau mencari model pembelajaran yang tepat dan efektif dan juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut shingga timbul minat, motivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar terutama dalam hal mengidentifikasi ciri-ciri Negara berkembang dan Negara maju. Penerapan Pembelajaran kooperatif model STAD, merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar IPS khususnya kompetensi dasar ciri-ciri Negara berkembang dan Negara maju, bagi siswa kelas IX semester I MTsN Banda Aceh II tahun Pelajaran 2009/2010. sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. 45 Yurisnawati, Emsa Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evalasi. Khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran kontektual, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa. Salah satu pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran mengidentifikasi ciri Negara maju dan Negara berkembang adalah dengan pendekatan menggunakan model STAD. Memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya, diantaranya adalah menghubungkan materi dengan kondisi dengan kondisi nyata siswa. Penerapan dengan model STAD diharapkan dapat membantu siswa lebih baik lagi dalam pemahaman tentang mengidentifikasi ciri Negara maju dan Negara berkembang. Berdasarkan pengetahuan penulis, hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS sangat rendah, terutama pada meteri mengidentifikasi Negara Berkembang dan Negara maju. Oleh karena itu guru menggunakan model STAD agar peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman tentang mengidentifikasi ciri-ciri Negara berkembang dan Negara maju dapat lebih baik dan meningkat. Hal itu pentingnya siswa dalam memahami bagaimana dalam mengidentifikasi Negara berkembang dan Negara maju dengan menggunakan model STAD. Hal ini juga diterapkan pada siswa kelas IX di MTsN Banda Aceh II. Dengan menggunakan metode STAD siswa akan lebih mudah memahami dan mengerti tentang mengidentifikasi Negara berkembang dan Negara maju dikelas IX MTsN Banda Aceh II. Sesuai dengan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasikan masalah dalam beberapa hal yaitu: 1) Siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran dan materi yang diterima oleh siswa belum terpenuhi 2) Hasil belajar siswa rendah 3) Guru belum menggunakan metode atau model yang lebih sesuai untuk mencapai ketuntasan belajar Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : Apakah dengan model STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri-ciri Negara berkembang dan Negara maju di kelas IX MTsN Banda Aceh II? Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pelajaran IPS terpadu di Kelas IX MTsN Banda Aceh II. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk: 46 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 1) Meningkatkan pemahaman siswa dalam mengidentifikasikan ciri Negara berkembang dan Negara maju di Kelas IX MTsN Banda Aceh II. 2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengidentifikasikan ciri Negara berkembang dan Negara maju dengan menggunakan model STAD di Kelas IX MTsN Banda Aceh II. LANDASAN TEORI Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2006:242) pengertian pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Wahab dan Solehuddin (dalam Ratnasari, 2007: 11) menyatakan bahwa ”belajar kooperatif dapat merangsang siswa mengoptimalkan dirinya dalam perkembangan intelektual dan selain itu juga dapat meningkatkan keterampilan siswanya, hal ini disebabkan karena dalam belajar kooperatif siswa dituntut untuk mengimplementasikan penalarannya dan saling membagi-bagikan pengalamannya untuk memecahkan masalah. Menurut Usman, ada tiga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam pembelajaran koperatif, yaitu: a. Prestasi Akademik Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena semakin mendalam. b. Penerimaan Terhadap Keanekaragaman Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain. c. Pengembangan Keterampilan Sosial d. Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilanketerampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa ketika mereka terjun di masyarakat Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Kelas dibagi atas kelompok kecil. Anggota kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi meliputi tinggi, sedang, dan rendah. Usahakan anggota kelompok bersifat heterogen, baik perbedaan suku, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, budaya dan lain-lain sebagainya. a. Siswa belajar dalam kelompoknya secara kooperatif untuk menguasai materi akademis. Tugas anggota kelompok adalah salin membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasaan belajar. b. Sistem penghargaan lebih beriorientasi kepada kelompok dari pada individu. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Agar pembelajaran kooperatif dapat lebih efektif, ada unsur-unsur dasar yang perlu diperhatikan (dalam Nurhadi:2003) adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan positif. Anak didik harus merasakan bahwa mereka saling membutuhkan, hubugan saling membutuhkan inilah yang dinamakan dengan saling ketergantungan positif. Perasaan saling ketergantungan ini mendorong siswa untuk saling memotivasi untuk meraih hasil yang optimal. Kekompakan timbul karena 47 Yurisnawati, Emsa mereka satu kesatuan yang terikat dalam satu tanggung jawab untuk kesuksesan kelompok. Interaksi tatap muka. Tatap muka dalam kelompok memungkinkan mereka berdialog, baik dengan guru maupun siswa. Pada kesempatan ini semua anggota kelompok dapat menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi beragam. Interaksi tatap muka dapat memperkaya wawasan siswa Karena sumbangan pikiran dan saran tiap anggota mempengaruhi daya pikir anggota kelompok. a. Akuntabilitas individual. Di samping memiliki tanggung jawab terhadap temanteman dalam kelompoknya, para siswa juga dituntut tanggung jawab lain terhadap diri sendiri. b. Dalam pembelajaran kooperatif adanya tenggang rasa, saling menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasikan orang lain, mengkritik ide dan bukan mengkritik pribadi teman, harus di pupuk. Guru mengajarkan dan mendorong timbulnya keterampilan sosial tersebut agar kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif efektif. Dalam pembelajaran kooperatif adanya tenggang rasa, saling menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasikan orang lain, mengkritik ide dan bukan mengkritik pribadi teman, harus di pupuk. Guru mengajarkan dan mendorong timbulnya keterampilan sosial tersebut agar kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Team Achievement division). Kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga bentuk ini mudah digunakan oleh guru yang baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi. Model ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan. Tujuan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu sama lain dalam mengatasi kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukan norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tau materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat anngota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Karena skor tim didasarkan pada kemajuanyang dibuat anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya, semua siswa punya kesempatan untuk menjadi “bintang” tim dalam minggu tersebut, baik dengan memperoleh skor yang lebih tinggi dari rekor mereka sebelumnya maupun 48 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 dengan membuat jawaban kuis yang sempurna, yang selalu akan memberikan skor maksimum tanpa menghiraukan rata-rata skor terakhir siswa. Menurut Slavin (dalam Rizwan) terdapat lima langkah utama di dalam kegiatan belajar Kooperatif model STAD. Setiap langkah akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Penyajian Kelas Pada tahap penyajian kelas, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Tahap ini diikuti dengan panyajian informasi sebagaiamana pembelajaran yang berlangsung dikelas. Pada tahap penyajian ini guru dapat menggunakan berbagai metode atau pendekatan yangs sesuai dengan materi akan diajarkan, misalnya dengan sedikit ceramah, tanya jawab, ekspositori, demonstrasi, peragaan dan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan aktivitas secara klasikal. 2. Kegiatan Belajar Kelompok Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-5 siswa dalam satu kelompok. Pemilihan anggota kelompok berdasarkan pada tes atau nilai rapor. Agar diskusi kelompok dapat berjalan lancar, maka pemilihan anggota kelompok perlu memperlihatkan kemampuan kognitif dan afektif yaitu kemampuan bekerjasama dengan orang lain yang berbeda dalam kelompoknya baik ditinjau dari segi perbedaan kemampuan akademik maupun jenis kelamin. 3. Tes Individual Setelah siswa belajar dalam kelompoknya masing-masing, siswa memperoleh kuis secara individu dan siswa dalam sutu kelompok tidak boleh saling membantu. Setiap siswa diharapkan berusaha bertanggung jawab secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai kontribusinya pada kelompok. 4. Skor Peningkatan Individual Dan Kelompok. Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa agar dapat menunjukan gambaran kinerja peencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang disumbangkan untuk kelompoknya. Hasil tes setiap siswa diberikan poin kemajuan yang ditentukan berdasarkan selisih perolehan skortes terdahulu (skor tes dasar) dengan skor tes terbaru. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menyumbangkan skor maksimal bagi kelompoknya. Kriteria pembagian poin perkembangan dapat dilihatpada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Kriteria Poin Perkembangan Individual Skor Peserta Didik Poin Perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan tes awal) 30 (Sumber: Slavin, R. Z. Cooperative Learning: Theory, Reseact and Praktice.) Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat baik, hebat, dan super. Adapun kriterianya adalah kelompok dengan rata- rata skor 15 disebut kelompok 49 Yurisnawati, Emsa baik, kelompok dengan rata-rata skor 20 disebut kelompok hebat, dan kelompok dengan rata-rata skor 25 disebut kelompok super. 5. Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing anggota kelompok. Penghargaan kelompok didasarkan pada perolehan dan perkembangan kelompok. Penentuan poin pencapaian kelompok menurut Slavin (dalam Rizwan) digunakan rumus sebagai berikut. Jumlah total poin perkembangan yang diperoleh dalam kelompok Banyak anggota kelompok NK adalah poin perkembangan kelompok. NK Berdasarkan poin perkembangan kelompok tersebut guru memberikan hadiah berupa predikat yang mungkin diberikan, yaitu :kelompok dengan Nk > 25 sebagai kelompok sangat baik, kelompok dengan 20 < Nk < 25 sebagai kelompok baik, dan kelompok dengan 15 < Nk < 20 sebagai kelompok cukup. Menurut Nur dan Wikandari (dalam Rizwan) pelaksanaan model STAD dapat dilakukan sebagai berikut. a. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri 4-5 anggota. Untuk menempatkan siswa kedalam kelompok, urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu ( misalnya nilai rapor yang lalu atau skor tes awal). Kemudian ambil salah satu siswa dari tiap penempatan itu sebagai ketua tiap kelompok, pastikan kelompok yang terbentuk itu berimbang menurut kemampuan dan jenis kelamin. b. Dibuat soal dan ulangan pada pelajaran yang ingin diajarkan. Selama belajar kelompok tugas anggota kelompok adalah menguasai secara tuntas materi yang dipresentasikan dan membantu anggota kelompok mereka menguasai secara tuntas materi tersebut. Siswa mendapatkan soal pada materi pelajaran lain yang dapat mereka gunakan untuk latihan keterampilan yang sedang diajarkan dan menilai diri mereka sendiri dan anggota kelompok mereka. c. Pada saat menjelaskan STAD di dalam kelas, dibaca tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok. d. Bila tiba saatnya memberikan ulangan, berikan bentuk evaluasi yang lain dan waktu yang bcukup kepada siswa untuk menyelesaikan soal tes itu. Di sini siswa tidak diizinkan untuk bekerjasama pada saat mengerjakan kuis tersebut. Siswa harus menunjukan bahwa mereka telah belajar secara individu. e. Menentukan skor individual dan skor kelompok. Skor kelompom pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Sebaiknya pengumuman skor kelompok itu dilakuakan pada pertemuan pertama setelah ulangan tersebut, supaya dapat membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima pengakuan secara jelas dari siswa, untuk meningkatkan motovasi mereka untuk melakukan yang terbaik. 50 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 f. Setelah dihitung poin untuk tiap siswa dan menghitung skor kelompok, hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada setiap kelompok yang mencapai ratarata peningkatan 20 atau lebih. METODE PENELITIAN Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Banda Aceh II, dikelas IX dalam materi mendeskripsikan ciri Negara berkembang dan Negara maju, diharapkan dapat menjawab permasalahan untuk mencapai tujuan penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 tahun ajaran 2011/2012 pada semester Ganjil. Penulis melaksanakan kegiatan ini dengan alasan bahwa materi tersebut sesuai dengan KD yang diajarkan dikelas tersebut. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTsN Banda Aceh II dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari dari laki-laki 4 orang dan perempuan 23 orang. Sumber Data Data penelitian dalam penelitian ini berupa informasi mengenai penerapan metode dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Data tersebut digali dari tiga sumber sebagai berikut : 1. Peristiwa diperoleh dari: a) proses sosialisasi pembelajaran kooperatif model STAD di sekolah kepada guru yaitu selaku teman sejawat yang merupakan guru kolaborasi dalam pelaksanaan penelitian, dan b) guru sebagai observer yang menilai kegiatan pembelajaran. 2. Sumber informan berasal dari: a) siswa kelas IX yang diajar menggunakan pembelajaran model STAD, dan b) guru kelas IX mata pelajaran IPS. 3. Sumber data arsip atau dokumen, diperoleh dari: a) dokumen atau arsip dari guru tentang prestasi belajar siswa dan efektifitas sikap siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pembelajaran model STAD, dan b) dokumen atau arsip sekolah. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dengan cara sebagai berikut: 1. Tes hasil belajar yang dilakukan tiap-tiap akhir pembelajaran siklus. Tes yang diberikan berupa soal essay, yang disesuaikan dengan sub materi yang diajarkan pada tiap akhir siklus I dan II 2. Lembar observasi mengenai aktivitas siswa dan guru pada tiap-tiap siklus. Lembaran observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Validasi Data Validasi data dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan cara memasukkan nilai-nilai tes siswa kedalam daftar nilai yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan validasi data untuk lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya berupa contrengan-contrengan sehingga terlihat hasil berupa kegagalan maupun keberhasilan pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. 51 Yurisnawati, Emsa Analisis Data Analisis data penulis lakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Hasil tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Depdiknas (2003): Keterangan: B = Banyaknya butir jawaban yang benar N = Banyaknya butir soal, dianalisis 100 = Skor maksimum pada soal 2) Analisis data aktivitas siswa dengan menggunakan statistik deskriptif persentase, yaitu: f P x100% (Sudijono, 2005) N Keterangan: P = Angka persentase f = Frekuensi jawaban aktivitas siswa N = Jumlah aktivitas guru dan siswa 3) Analisis Data Keterampilan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Data keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan statistik deskriptif dengan rata-rata skor sesuai dengan oleh Burdiningarti (1998) sebagai berikut: Tabel 3.1 Skor Penilaian No Nilai Kategori Simbol 1. 1,00 – 1,59 Kurang Baik D 2. 1,60 – 2,59 Cukup C 3. 2,60 – 3,50 Baik B 4. 3,51 – 4,00 Sangat Baik A Indikator Kinerja Indikator keberhasilan diharapkan pada penelitian tindakan ini: 1) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 (satu) ke siklus berikutnya. 2) Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. 3) Terjadi peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru. Prosedur Penelitian Berkenaan dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian ini serta uraian masalah yang telah dirumuskan, maka jenis data yang akan dikumpulkan adalah hasil belajar. Kompetensi belajar yang dimaksud adalah data hasil/prestasi belajar dari kelompok siswa yang dijadikan eksperimen, oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Penulisan menggunakan instrument sebagai pengumpul data berupa lembar pertanyaan yang harus diisi oleh guru guna mengetahui peningkatan kompetensi belajar IPS melalui model STAD dalam pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam penguasaan ketentuan-ketentuan, adapun secara singkat tindakan 52 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 akan dibagi tahapan atau siklus yang setiap siklus berisi empat langka yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. 1) Tahap Perencanaan a. Menyusun silabus untuk 4x tatap muka atau 2x tatap muka yang merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap guru. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP untuk digunakan pada pembelajaran. c. Menyusun instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran. d. Langkah-langkah pembelajaran disusun dan didesain sedemikian rupa dalam RPP sesuai dengan langkah-langkah yang diterapkan. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan pembelajaran yang merupakan sekenario RPP yang telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang penulis laksanakan. A. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan yaitu : 1. Guru memberikan salam 2. Membaca doa 3. Guru mengabsen siswa 4. Melakukan apersepsi 5. Memberikan motivasi 6. Menulis KD dan indikator pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi yaitu : Guru bertanya kepada siswa tentang indikator dan KD pembelajaran sehingga siswa menjawab. a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai b. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi yang akan dipelajari c. Dengan tanya jawab menyebutkan contoh-contoh yang berkaitan dengan materi yang dipelajari d. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; e. memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; f. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 2. Elaborasi yaitu : Guru membagi siswa atas beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok heterogen. a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 7 orang. b. Guru menyajikan pelajaran. c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok agar anggota yang lain mengerti d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seuruh siswa dan pada saat menjawab kuis atau soal tidak boleh saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya. e. Melalui pertanyaan guru mengarahkan siswa ke penjelasan yang benar tentang materi ciri Negara berkembang dan Negara maju. f. Guru memberikan tugas pada siswa untuk menyelesaikan soal. 53 Yurisnawati, Emsa C. Kegiatan Penutup a. Bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan pesan-pesan moral kepada peserta didik d. Memberikan Tugas Rumah kepada peserta didik (PR) e. Siswa dan guru bersama-sama berdoa. 3) Tahap Observasi Pada tahap ini yaitu guru memperhatikan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang diamati oleh teman sejawat. Pengamatan dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan memberi tanda cek (√) yang sesuai dengan kolom yang tersedia, adapun unsur-unsur yang dinilai pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa. 4) Refleksi Pada tahap refleksi penulis memberikan umpan balik secara objektif yang di deskripsikan dari hasil pembelajaran berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pembelajaran yang telah berlangsung. Sehingga pengguasaan mata pelajaran IPS khususnya pada materi Negara berkembang dan Negara maju berdasarkan penjelasan yang didengar dapat meningkat, maka perlu dibuat siklus ke II yang meliputi : tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. HASIL PENELITIAN SIKLUS I Pada siklus I, nilai rata-rata kelas untuk 27 siswa adalah 61,39 dan yang tuntas hanya 14 siswa dan yang tidak tuntas 13 siswa, nilai tertinggi 68 dan yang terendah 60, dan tuntas klasikal yang diperoleh hanya 51,8%. Kriteria ketuntasan untuk pelajaran IPS, berdasarkan ketuntasan minimal di sekolah adalah 65. Melihat nilai seperti ini, peneliti mencoba melakukan remedial pembelajaran pada materi yang sama dengan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model STAD Secara keseluruhan, aktivitas siswa mengalami hasil yang kurang aktif. Sehingga indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai karena kelompok yang memperoleh kriteria sangat aktif belum mencapai 65%. Secara keseluruhan, kinerja siswa menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil dari evaluasi pada siklus I pertemuan II diperlukan untuk peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan melalui model STAD. SIKLUS II Pada siklus II, nilai rata-rata kelas untuk 27 siswa adalah 65,39 dan yang tuntas 22 siswa dan yang tidak tuntas 5 siswa, nilai tertinggi 70 dan yang terendah 64, dan tuntas klasikal yang diperoleh 81,4%. Kriteria ketuntasan untuk pelajaran IPS, berdasarkan ketuntasan minimal di sekolah adalah 65. hasil observasi aktifitas siswa sebagai berikut: a) Pada akhir pertemuan siklus II menunjukkan hampir semua siswa telah mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. b) Siswa sudah cukup aktif dalam bekerja sama dalam mengerjakan tugas . c) Siswa sudah mulai menikmati model pembelajaran yang diterapkan. d) Siswa dapat menyerap materi yang diberikan dengan baik, dibuktikan dengan hasil tes siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan. 54 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 e) Pada siklus II, aktivitas diskusi kelompok mengalami hasil yang baik. Terdapat 3 kelompok memperoleh presentase aktivitas yang berada pada kriteria sangat aktif dan 1 kelompok lainnya memperoleh persentase aktivitas yang berada pada kriteria cukup. Refleksi Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena setiap siswa terlibat aktif dalam setiap tahapan yang ada dalam pembelajaran kooperatif model STAD dimana setiap siswa dalam kelompok diberi kesempatan yang sama dalam memberikan ide atau gagasan dengan teman dalam kelompoknya, mempelajari dan memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga diperoleh jawaban yang merupakan hasil dari kesepakatan siswa baik secara individu maupun kelompok. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus Sesuai teori belajar, siswa mengalami perubahan kinerja sebelum dan setelah berada dalam pembelajaran. Siswa mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan berbagai soal dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan adanya pembelajaran kelompok memungkinkan siswa memperoleh model berpikir, cara-cara menyampaikan gagasan atau fakta, dan mengatasi kesalahan konsepsi yang dihadapi oleh kelompok. Aktivitas belajar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah memecahkan masalah secara terbuka, dan eksperimen. Kegiatan guru merupakan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena di dalamnya guru menggunakan metode dalam mengajar. Kegiatan guru yang dilakukan pada siklus I menunjukkan kinerja guru cukup baik. Namun, beberapa hal perlu dilakukan perbaikan, diantaranya guru belum optimal dalam memberikan motivasi pada siswa sehingga masih banyak siswa yang belum berani mengemukakan tugas mereka di depan kelas. Padahal pendapat siswa bisa digunakan guru sebagai alat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencerna dan mendorong siswa untuk berpikir kritis. Secara keseluruhan, pelaksanaan penelitian ini menunjukkan adanya perubahan aktivitas belajar yang positif yaitu semakin beragamnya aktivitas siswa seperti yang telah dirumuskan sebelumnya. Aktivitas visual ditunjukkan dengan adanya kegiatan pengamatan oleh siswa. Aktivitas menulis ditunjukkan dengan kegiatan siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara tertulis seperti menyelesaikan latihan soal dan soal pemecahan masalah. Aktivitas lisan ditunjukkan dengan siswa berdiskusi membahas tugas untuk kemudian menjawab setiap pertanyaan dalam proses pembelajaran kelas. Dalam siklus II, perubahan siswa dalam pengetahuan dan pemahaman tentang ciri Negara berkembang dan Negara maju ditunjukkan dari hasil evaluasi belajar siswa. Pada hakikatnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai. Hal ini berdasarkan persentase banyaknya siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus II yaitu 81,4% memperoleh nilai rata-rata 65,39. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi, antara lain sebagai berikut. 1) Terciptanya hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa, ditunjukkan dengan adanya kegiatan guru membimbing siswa yang memang sudah baik 2) Adanya saling ketergantungan siswa dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sehingga menumbuhkan suasana belajar yang kondusif. 55 Yurisnawati, Emsa 3) Model pembelajaran yang baru sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pengajaran yang selama ini dilaksanakan di kelas. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa: 1) Dengan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengidentifikasi ciri Negara berkembang dan Negara maju dengan baik. 2) Dengan penggunaan model STAD meningkatkan keaktifan siswa dan motivasi belajar siswa. 3) Siswa tuntas secara klasikal dan individual meningkat dengan diterapkannya pembeajaran kooperatif model STAD. Saran-Saran 1) Penerapan model pembelajaran model STAD pada pembelajaran IPS sangat besar manfaatnya bagi guru maupun siswa. Oleh karena itu, hendaknya model ini dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 2) Guru hendaknya mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model yang bervariasi sehingga membuat siswa lebih semangat dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Anton M. Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Dimyati Dan Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Gramedia: Pustaka Utama. Depdiknas, 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Depdiknas RI, 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu.Jakarta Depdiknas Gordon. T Dan Burch, N. 1997. Menjadi Guru Yang Efektif. Jakarta: Gramedia: Pestaka Utama. Isdiyanto, Budi. 2003. Model Pembelajaran Kooperative (Cooperative Learning). Semarang: LKGI Jateng Nasution, S.( 2006). Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara Pidarta. Made. (2003). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta Sardiman, A. M, 2003, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta Sapriya, 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung : PT Rosdakarya Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Theory Research and Practice. London: Allymand Bacon Suryosurbroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Renika Cipta. 56