BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sungai Raniate

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sungai Raniate
Sungai Raniate yang mengalir di Kecamatan Angkola Sangkunur
mempunyai panjang ± 5 Km dengan lebar ± 10 Km dan kedalamannya ± 2-5 m.
sungai Raniate mempunyai aliran arus tidak deras dengan substrat dasar pasir dan
berbatu-batu. Sepanjang daerah aliran sungai merupakan kawasan pemukiman
masyarakat, sawah dan perkebunan rakyat.
Sungai Raniate “hati yang berani”. Kearifan tradisional telah menjaga
populasi ikan jurung di Sungai Raniate entah sampai kapan hubungan unik
manusia dan ikan jurung ini akan bertahan.
Persentuhan warga dengan produk-produk modern seperti deterjen telah
mempengaruhi kualitas air Sungai Raniate. Selain itu pada saat kemarau, tingkat
konsentrasi pencemaran sungai menjadi tinggi dan akhirnya ikan jurung banyak
mati.
Keanehan yang memperkuat mitos kehidupan ikan jurung di Sungai
Raniate mengenai tingkah laku ikan jurung yang tidak pernah jauh-jauh dari
sekitar lokasi belakang sungai khususnya di belakang masjid. Mereka hanya
berenang paling jauh dalam radius 75 meter ke hilir dan 75 meter ke hulu dari
belakang masjid. Dalam Sungai Raniate yang dangkal tersebut ikan-ikan jurung
bergerombol dan tergabung dengan penduduk yang beraktivitas di Sungai
Raniate: ribuan ekor ikan jurung (Tor sp.) sekitar 2 kg yang berkeliaran di
sekeliling kita dengan sebagian tubuhnya tidak muat lagi dalam air Sungai
Raniate. Ini adalah pemandangan langka dan mungkin satu-satunya di dunia dan
hanya terdapat di sungai Raniate Tapanuli Selatan.
Desa Raniate dihuni sebanyak + 400 kepala keluarga, menurut Amir Alam
Nasution (60 tahun). Desa ini dirintis oleh warga sitompul dari huraba, kuala hulu.
Kemudian pada awal tahun 1930-an datang orang mandailing dari pesisir barat
sekitar Natal. Raniate berada di tepi danau siasis.
II.2 Ekologi Ikan
Universitas Sumatera Utara
Ikan merupakan vertebrata yang hidup dan berkembang di dalam air yang
memiliki kemampuan untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga
keseimbangan dalam air, sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air
yang disebabkan oleh angin. Ikan juga menggunakan insang untuk mengambil
oksigen dari air yang ada di sekitarnya yang digunakan untuk pernapasan
4
(Nybakken, 1992). Air merupakan tempat ikan melakukan berbagai macam
aktivitas dalam sebuah siklus hidupnya. Semua fungsi vital, seperti makan,
pencernaan, pertumbuhan, respon pada stimulus reproduksi tergantung pada air.
Pada ikan aspek terpenting air adalah oksigen terlarut di dalam air, garam yang
terlarut, cahaya, temperatur, subtansi yang beracun dan bahaya dari musuh.
(Marshall, 1982).
Distribusi ikan perairan tawar 28% dan selebihnya bergerak dari
lingkungan air laut ke perairan tawar dan sebaliknya. Banyaknya ikan yang
terdapat di air tawar disebabkan karena daerahnya terisolasi sehingga mempunyai
kesempatan yang besar untuk membentuk spesies baru. Kebanyakan ikan
ditemukan pada lingkungan yang lebih panas dengan perubahan temperatur
tahunan kecil (Moyle & Cech, 1982).
Umumnya
ikan
bertelur
(ovivar)
tetapi
beberapa
diantaranya
menghasilkan anak yang menetas ketika masih di dalam tubuh induknya yang
disebut ovovivipar. Keanekaragaman jenis ikan dipegaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik yang mencakup air sebagai salah satu faktor terpenting, termasuk segala
hal yang yang mempengaruhi kondisi air tersebut. Nitrat dan fosfat bersifat
membatasi di semua ekosistem perairan tawar. Kandungan garam atau salinitas air
tawar bernilai dari kurang dari 0,5 p.p.t dibandingkan dengan air laut dengan
salinitas 30-37 p.p.t. ikan air tawar memiliki kadar garam lebih besar di dalam
cairan internal tubuh atau sel daripada di dalam lingkungan perairan tawar (cairan
internal bersifat hipertonik). Hewan yang hidup di perairan air tawar seperti ikan
dengan insangnya harus memiliki cara untuk melakukan ekskresi air (yang
dilaksanakan oleh ginjal) sebab jika tidak demikian tubuh ikan akan membengkak
dan sel tubuh ikan akan pecah.
Universitas Sumatera Utara
II.3 Karakteristik Ikan Jurung
Ikan jurung (Tor sp.)mempunyai panjang ± 50 cm, berat ± 1-2 kg, warna
sisik hitam dan tebal. Ikan jurung (Tor sp.) ditabur oleh seorang syekh Tabuyung
pada awal tahun 1940-an, dimana syech Tabuyung mengajarkan ilmu tasawuf
yang tinggal di masjid di sekitar Sungai Raniate. Syech Tabuyung sedih melihat
air Sungai Raniate kotor dan tidak layak digunakan untuk air wudu’ sebelum
shalat.
Menurut dari Anas Nasution (87 tahun), Syech Tabuyung menaburkan 7
benih ikan jurung (Tor sp.) berenang melewati batas 75 meter dari masjid ke arah
hulu atau 75 meter ke arah hilir dan lokasi ikan yang ada di belakang masjid tidak
boleh diambil. Ini merupakan hasil persetujuan seluruh warga desa raniate sampai
saat sekarang.
Kebenaran legenda ini, sudah diperdebatkan. Setidaknya hal ini telah
menyelamatkan ikan jurung (Tor sp.) dari kepunahan dan dapat menjadi aset
wisata Pemerintah Tapanuli Selatan yang potensial.
Adapun Taksonomi ikan jurung adalah sebagai berikut :
Phylum
: Cordata
Class
: Actinopterygii
Ordo
: Cyprinoformes
Famili
: Cyprinoformeceae
Genus
: Tor
Speceies
: Tor sp.
Nybahken (1992) menyatakan ikan jurung (Tor sp) memiliki pola adaptasi
yang tinggi terhadap kondisi lingkungan baik faktor fisik maupun faktor kimia
lingkungan dan juga memiliki predator dalam jumlah yang relative rendah
dibandingkan jenis hewan akuatik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar A
: Ikan Jurung (Tor sp.)
Oleh : Edwin Sugesti Nasution SE (28 September 2009)
Ikan jurung (Tor sp.) merupakan makanan raja mandailing Natal menjamu
tamunya. Orang Batak menyebut dengan IHAN, di Jawa Tengah Tombro kali, di
Jawa Barat Kancra. Secara umum ikan jurung (Tor sp.) memiliki nama. Mahsyur
terkenal di mancanegara yang kaya akan protein.
Ikan jurung adalah sejenis ikan sungai air deras yang hidup di sumatera
utara, Aceh, Rian dan Jambi. Ikan jurung mirip dengan ikan mas, hanya saja
siripnya berwarna perak dan gerakannya sangat gesit dan hidup berkelompok di
“lubuk”, bagian terdalam pusaran sebuah sungai. Ikan jurung populasinya bisa
berkembang di Tapanuli Selatan karena dilindungi. Terancamnya kelestarian ikan
jurung (Tor sp.) dipengaruhi kualitas dari perairan Sungai Raniate.
II.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Ikan Jurung dan
Kualitas Perairan Sungai Raniate
Perairan pada umumnya merupakan ekosistem yang rentan terhadap
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi,baik faktor abiotik maupun faktor
biotik. Faktor yang mempengaruhi ekosistem ini ada yang merugikan dan ada
yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, perlu juga dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pengamatan terhadap faktor abiotik, sehingga diperoleh suatu gambaran tentang
kualitas suatu perairan (Barus,1996). Selanjutnya kelimpahan nekton (ikan) pada
suatu perairan atau ekosistem akutik, dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
temperatur, pH, Oksigen terlarut, Salinitas, BOD, COD dan sebagainya.
II.4.1. Faktor-faktor Abiotik
a.
Temperatur
Dalam setiap penelitian ekosistem akuatik pengukuran temperatur air
merupakan hal yang mutlak. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai
jenis zat di dalam air serta semua aktivitas biologi-fisiologis di dalam
ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga
merupakan faktor pembatas utama pada suatu perairan karena ekosistem
akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan
temperatur (Odum, 1994). Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap
kelarutan oksigen di dalam air, dimana apabila temperatur naik, maka
kelarutan oksigen dalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan
aktivitas metabolisme organisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen
juga akan meningkat (Sastrawijaya, 1991).
Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 100 C
(hanya pada kisaran yang masih ditolerir) akan meningkatkan laku
metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Temperatur yang relatif
tinggi pada suatu perairan dapat meningkatkan metabolisme organisme yang
ada pada peraiaran tersebut, sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang.
Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati (Barus, 1996).
Menurut Sastrawijaya (1991), suhu juga mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, apabila suhu naik maka kelarutan
oksigen didalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan suhu akan
mengakibatkan peningkatan aktifitas metabolisme organisme aquatik,
sehingga kebutuhan akan oksigen bagi organisme ikan juga akan meningkat
b.
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran
ikan. Intensitas cahaya bagi organisme akuatik berfungsi sebagai alat
Universitas Sumatera Utara
orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut. Intensitas
cahaya matahari juga mempengaruhi produktivitas primer. Apabila intensitas
cahaya
matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat
sehingga oksigen dalam air akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan
organisme akuatik untuk metabolisme (Barus, 1996).
Proses fotosintesis juga sangat bergantung pada konsentrasi CO 2
terlarut dalam temperatur perairan (Michael, 1994). Laju fotosintesis akan
meningkat 2-3 kali lipat bila terjadi kenaikan termperatur sebesar 100 C
(Barus, 1996).
Cahaya merupakan unsur penting dalam kehidupan ikan. Cahaya
dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator,
membantu dalam penglihatan, proses metabolisme dan pematangan gonad.
Secara tidak langsung peranan matahari dalam kehidupan ikan adalah melalui
rantai makanan Rifai et al (1983).
Michael (1994), menyatakan bahwa intensitas matahari mempengaruhi
produktifitas primer. Hasil perubahan energi matahari menjadi energi kimia
dapat diperoleh melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses
fotosintesis sangat tergantung pada intensitas matahari,konsentrasi CO 2 ,
oksigen terlarut dan temperatur perairan.
Jika intensitas cahaya matahari menurun maka akan mempengaruhi
proses fotosintesis salam suatu perairan dimana jumlah plankton dapat
mengalami penurunan sehingga menyebabkan keterbatasan tersedianya
nutrisi bagi ikan. Selanjutnya cahaya juga mempengaruhi produktivitas ikan
pada danau.
Ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) biasanya mengambil makanan
pada malam hari. Ikan yang aktif pada malam hari (noktural) akan bergerak ke
perairan yang dangkal karena air dangkal lebih tinggi di malam hari.
Organisme noktural pada intensitas cahaya memaksimumkan dirangsang
untuk melakukan gerakan untuk mencari perlindungan, sedangkan bagi
organisme diurnal intensitas cahaya yang kuat akan memberikan reaksi
sebaliknya, organisme tersebut akan melakukan berbagai aktivitas (Barus,
1996).
Universitas Sumatera Utara
c. Penetrasi Cahaya
Air dalam keadaaan normal dan bersih tidak akan berwarna sehingga
tampak bening dan jernih (Wardhana, 1995). Bahan-bahan berlarut
mempengaruhi sifat transparansi dan warna air. Bila bahan terlarut dan
tersusupi banyak maka air akan keruh, sehingga transportasi air akan
berkurang. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika bahan tersuspensi tinggi,
akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam perairan tersebut
(Sastrawijaya, 1991).
Zat-zat terlarut dalam suatu perairan dapat berupa partikel-partikel,
sedimen dan materi organik. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut di dalam
air maka air akan keruh sehingga produktivitas primer akan semakin menurun.
Faktor ini dapat menyebabkan pertumbuhan alga menurun dan meningkat.
Dengan meningkatnya pertumbuhan alga maka nutrisi yang dibutuhkan
organisme akuatik yang masih muda seperti herbivora (ikan mujahir) akan
terpenuhi. Kekeruhan air disebabkan oleh lempeng partikel tanah. Potongan
tanaman atau fitoplankton. Penembusan sinar berkurang dalam air yang keruh
dan mempengaruhi kedalaman tempat tumbuh-tumbuhan air (Michael, 1994)
Warna perairan yang paling baik untuk ikan adalah hijau cerah karena
mengandung banyak Plankton. Plankton dapat dimanfaatkan sebagai makanan
ikan. Apabila populasi plankton terlalu tinggi penetrasi cahaya matahari dapat
terganggu.
d. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang paling penting di dalam
ekosistem akuatik, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi. Sumber utama
oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan hasil fotosintesis fitoplankton yang
hidup di danau itu (Michael, 1984, Pandia et.al, 1996). Jadi penetrasi kadar
oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran menentukan mutu air. Kehidupan di
air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen
setiap liter air. Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat
keaktifannya,
kehadiran
pencemar,
temperatur
air
dan
sebagainya
(Sastrawidjaya, 1991).
Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi.
Biota di perairan tropis memerlukan oksigen terlarut mendekat jenuh.
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi oksigen yang terlalu jenuh akan mengakibatkan ikan-ikan dan
hewan lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati (Wardhana,1995).
Selanjutnya Barus (1996), menyatakan bahwa larutan oksigen maksimum
pada perairan tercapai pada temperatur 00 C yaitu sebesar 14,16 mg/1 oksigen.
Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air.
e.
BOD (Biological Oxygen Demand)
Nilai BOD merupakan salah satu indikator dalam menentukan
pencemaran suatu perairan yang umumnya digunakan untuk menentukan
kualitas perairan.
Menurut
Foerstner
dalam
Barus
(1994)
menunjukkan
BOD
(Biological Oxygen Demand) jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi senyawa organik di
dalam air yang diukur pada temperatur 200C. Lebih lanjut Foerstner dalam
Barus (1994) berpendapat bahwa BOD merupakan jumlah oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa
organik.
Pengukuran BOD yang dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari
(BOD 5 ), karena selama 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah
+ 70% (Barus,1996). Warginata (1995) menyatakan bahwa angka BOD 5
yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi pencemaran organik di perairan.
Peningkatan nilai BOD akan menyebabkan turunnya nilai DO dalam suatu
perairan. Sehubungan dengan ini akan terjadi gangguan proses metabolisme
pada organisme akuatik.
Pengukuran
BOD
juga
didasarkan
kepada
kemampuan
mikroorganisme untuk menggunkan senyawa organik, artinya hanya terhadap
senyawa yang sudah dimakan secara biologis seperti senyawa yang umunya
terdapat dalam limbah rumah tangga. Contoh produk-produk kimiawi seperti
senyawa minyak buangan kimia lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak
bisa dinaikkan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, disamping mengukur
nilai BOD perlu dilakukan pengukuran terhadap sejumlah oksigen yang
dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dikenal sebagai COD maka
akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
Universitas Sumatera Utara
proses oksidasi terhadap total senyaw organik baik yang mudah diuraiakn
maupun terhadap sukar diuraikan secara biologis (Barus, 2004).
f.
COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik diperairan yang
dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh
nilai menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi
terhadap total senyawa organik, baik yang mudah diuraiakan secara biologis
maupun yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004).
Badan air yang memiliki COD > 10 ppm sangat mempengaruhi
keberadaan dan kehidupan organisme perairan yang bersifat aerob,
diantaranya adalah jenis ikan, karena sulitnya akan memenuhi oksigen. COD
perairan yang dianggap baik bagi kehidupan organisme air (ikan) berkisar 1 –
5 ppm (Fardias, 1992).
g.
pH (Derajat Keasaman)
Setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH
ideal bagi kehidupan organisme aquatik termasuk plankton pada umumnya
berkisar antara 7 sampai 8,5. kondisi perairan yang bersifat sangat asam
maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme
karena akan menyebabkan terjadiya gangguan metabolisme dan respirasi.
Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai
senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan
mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik. Sementara pH yang
tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam
air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas normal akan meningkatkan
konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus,
2004).
pH yang ideal bagi kehidupan akuatik pada umumnya berkisar antara
asam lemah dan basa lemah (Barus, 1996). Air yang mempunyai pH antara
6,7 sampai 8,6 mendukung populasi ikan. Pada umumnya ikan hidup pada pH
netral, tapi toleran pada pH 4,5-11. Oleh sebab itu, pH dapat dijadikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
faktor pembatas pada ekosistem perairan (Barus, 1996). Perairan yang
mempunyai nilai kisaran pH 4 tidak dapat mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya organisme akuatik baik ikan, tanaman maupun inverterbrata.
h. Kandungan Nitrat (NO 3 -) dan Posfat (PO 4 3-)
Banyaknya unsur hara mengakibatkan tumbuh subrnya tumbuhan,
terutama makrophyta dan fitoplankton. Fitoplankton dapat menghasilkan
energi dan molekul yang kompleks jika tersedianya bahan nutrisi. Nutrisi yang
paling penting adalah nitrit dan posfat (Nybakken, 1992). Fosfat merupakan
unsur penting dalam air. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang
selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke sistem
perairan (Barus, 2004).
Komponen nitrit (NO 2 ) jarang ditemukan pada badan air permukaan
karena langsung dioksidasi menjadi nitrat (NO 3 ). Di wilayah perairan neritik
yang relatif dekat dengan buangan industri umumnya nitrit bisa dijumpai,
mengingat nitrit sering digunakan sebagai inhibitor terhadap korosi pada air
proses dan pada sistem pendingin mesin. Bila kadar nitrit dan fospat terlalu
tinggi bisa menyebabkan perairan bersangkutan mengalami keadaan eutrof
sehingga terjadi blooming dari salah satu jenis fitoplankton yang
mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merugikanhasil kegiatan
perikanan pada daerah perairan tersebut (Wibisono, 2005)
i.
TDS (Total Dissolved Solid)
TDS merupakan ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun
anorganik, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6
meter). Jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi
penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan perairan, Jika nilai TDS
tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang, akibatnya proses
fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya akan mempengaruhi
produktivitas perairan (Sastrawijaya, 1991)
Universitas Sumatera Utara
j. TSS(Total Suspended Solid)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap
langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen seperti bahan-bahan organik
tertentu, tanah liat dan lain-lain. Misalnya air permukaan mengandung tanah
liat dalam bentuk tersuspensi. Partikel tersuspensi akan menyebarkan cahaya
yang datang, sehingga menurunkan intensitas cahaya yang disebarkan.
Padatan tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton,
sisa tanaman dan limbah industri (Widowati, dkk, 2008).
K. Kandungan Organik Substrat
Menurut Seki (1982), komponen organik utama yang terdapat didalam
air adalah asam amino, protein, karbohidrat dan lemak. Sedangkan komponen
lain seperti asam organik, hidrokarbon vitamin, dan hormone juga ditemukan
di perairan. Tetapi hanya 10% dari material organik tersebut yang mengendap
sebagai substrat kedasar perairan.
Keadaan substrat dasar badan air juga penting diketahui. Kehidupan
organisme air ada juga ketergantungannya dengan bahan dan ukuran partikel
dasar badan air. Dengan mengetahui bahan dasar dan partikel dasar perairan
akan didapat informasi yang mungkin dapat menunjukkan tipe fauna yang
terdapat disubstrat badan air tersebut (Suin,2002).
L. Timbal (Pb) danKadmium (Cd)
Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami
terdapat di dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan
manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan
Pb alami. Pencemaran Pb berasal dari sumber alam maupun limbah dari
sumber aktivitas manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik dari
lingkungan air, udara maupun darat (Widowati, dkk. 2008).
Sehubungan dengan beranekaragamanya pemakaian logam Cd, maka
pelepasan Cd dari limbah industry ditambah Cd yang berasal dari alam akan
menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan
Universitas Sumatera Utara
substansi yang persisten di dalam lingkungan. Kadmiun (Cd) bisaberada di
atmosfer, tanah dan perairan. Air minum diberbagai daerah mengandung Cd
denga nkonsentrasi 1-5µg/l yang melampaui peraturan pemerintah nomor
20/1990 dengan kadar maksimun Cd dalam air minum sebesar 0,005µg/l
(Anonimus, 2005).
II.4.2. Faktor-faktor Biotik
Menurut Anwar et. Al (1984), faktor-faktor biotik yang mempengaruhi
kepadatan ikan jurung (Tor sp)
a.
Tanaman Air
Tanaman air seperti ganggang, tumbuhan air yang besar (makrofita)
sangat penting sebagai produsen utama dalam ekosistem akuatik termasuk
ikan. Keberadaaan tanaman air sangat menentukan keberhasilan reproduksi
ikan. Selain itu tumbuhan air juga sangat berperan dalam mensuplai O 2
sebagai hasil dari fotosintesis tumbuhan air tersebut. O 2 ini sangat dibutuhkan
oleh ikan dan organisme akuatik lainnya.
b. Organisme-organisme Mikroskopis
Organisme-organisme mikroskopis seperti fitoplankton, zooplankton
dan perifeton merupakan makanan alami atau makanan hidup bagi ikan
sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein dan asam amino yang lengkap
sebagai sumber mineral. Keanekaragaman hewan ini berkaitan dengan jaringjaring makanan. Dalam suatu ekosistem perairan jika terjadi kekurangan
makanan akan mengakibatkan penurunan keanekaragaman ikan dan
produktivitas ikan sebagai pemakan makanan alami atau mikroorganisme.
c.
Bakteri dan Cendawan
Beberapa jenis sianobakteri merupakan produsen dan dapat
berfotosintesis, tetapi peranan utamanya bersama cendawan adalah sebagai
pengurai bahan organik yang mati. Cendawan berperan untuk menguraikan
bahan padat yang menghalangi penetrasi cahaya di air yang sangat
dibutuhkan oleh ikan dalam metabolisme tubuh dan keperluan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Download