BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sungai Raniate Sungai Raniate yang mengalir di Kecamatan Angkola Sangkunur mempunyai panjang ± 5 Km dengan lebar ± 10 Km dan kedalamannya ± 2-5 m. sungai Raniate mempunyai aliran arus tidak deras dengan substrat dasar pasir dan berbatu-batu. Sepanjang daerah aliran sungai merupakan kawasan pemukiman masyarakat, sawah dan perkebunan rakyat. Sungai Raniate “hati yang berani”. Kearifan tradisional telah menjaga populasi ikan jurung di Sungai Raniate entah sampai kapan hubungan unik manusia dan ikan jurung ini akan bertahan. Persentuhan warga dengan produk-produk modern seperti deterjen telah mempengaruhi kualitas air Sungai Raniate. Selain itu pada saat kemarau, tingkat konsentrasi pencemaran sungai menjadi tinggi dan akhirnya ikan jurung banyak mati. Keanehan yang memperkuat mitos kehidupan ikan jurung di Sungai Raniate mengenai tingkah laku ikan jurung yang tidak pernah jauh-jauh dari sekitar lokasi belakang sungai khususnya di belakang masjid. Mereka hanya berenang paling jauh dalam radius 75 meter ke hilir dan 75 meter ke hulu dari belakang masjid. Dalam Sungai Raniate yang dangkal tersebut ikan-ikan jurung bergerombol dan tergabung dengan penduduk yang beraktivitas di Sungai Raniate: ribuan ekor ikan jurung (Tor sp.) sekitar 2 kg yang berkeliaran di sekeliling kita dengan sebagian tubuhnya tidak muat lagi dalam air Sungai Raniate. Ini adalah pemandangan langka dan mungkin satu-satunya di dunia dan hanya terdapat di sungai Raniate Tapanuli Selatan. Desa Raniate dihuni sebanyak + 400 kepala keluarga, menurut Amir Alam Nasution (60 tahun). Desa ini dirintis oleh warga sitompul dari huraba, kuala hulu. Kemudian pada awal tahun 1930-an datang orang mandailing dari pesisir barat sekitar Natal. Raniate berada di tepi danau siasis. II.2 Ekologi Ikan Universitas Sumatera Utara Ikan merupakan vertebrata yang hidup dan berkembang di dalam air yang memiliki kemampuan untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air, sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Ikan juga menggunakan insang untuk mengambil oksigen dari air yang ada di sekitarnya yang digunakan untuk pernapasan 4 (Nybakken, 1992). Air merupakan tempat ikan melakukan berbagai macam aktivitas dalam sebuah siklus hidupnya. Semua fungsi vital, seperti makan, pencernaan, pertumbuhan, respon pada stimulus reproduksi tergantung pada air. Pada ikan aspek terpenting air adalah oksigen terlarut di dalam air, garam yang terlarut, cahaya, temperatur, subtansi yang beracun dan bahaya dari musuh. (Marshall, 1982). Distribusi ikan perairan tawar 28% dan selebihnya bergerak dari lingkungan air laut ke perairan tawar dan sebaliknya. Banyaknya ikan yang terdapat di air tawar disebabkan karena daerahnya terisolasi sehingga mempunyai kesempatan yang besar untuk membentuk spesies baru. Kebanyakan ikan ditemukan pada lingkungan yang lebih panas dengan perubahan temperatur tahunan kecil (Moyle & Cech, 1982). Umumnya ikan bertelur (ovivar) tetapi beberapa diantaranya menghasilkan anak yang menetas ketika masih di dalam tubuh induknya yang disebut ovovivipar. Keanekaragaman jenis ikan dipegaruhi oleh faktor biotik dan abiotik yang mencakup air sebagai salah satu faktor terpenting, termasuk segala hal yang yang mempengaruhi kondisi air tersebut. Nitrat dan fosfat bersifat membatasi di semua ekosistem perairan tawar. Kandungan garam atau salinitas air tawar bernilai dari kurang dari 0,5 p.p.t dibandingkan dengan air laut dengan salinitas 30-37 p.p.t. ikan air tawar memiliki kadar garam lebih besar di dalam cairan internal tubuh atau sel daripada di dalam lingkungan perairan tawar (cairan internal bersifat hipertonik). Hewan yang hidup di perairan air tawar seperti ikan dengan insangnya harus memiliki cara untuk melakukan ekskresi air (yang dilaksanakan oleh ginjal) sebab jika tidak demikian tubuh ikan akan membengkak dan sel tubuh ikan akan pecah. Universitas Sumatera Utara II.3 Karakteristik Ikan Jurung Ikan jurung (Tor sp.)mempunyai panjang ± 50 cm, berat ± 1-2 kg, warna sisik hitam dan tebal. Ikan jurung (Tor sp.) ditabur oleh seorang syekh Tabuyung pada awal tahun 1940-an, dimana syech Tabuyung mengajarkan ilmu tasawuf yang tinggal di masjid di sekitar Sungai Raniate. Syech Tabuyung sedih melihat air Sungai Raniate kotor dan tidak layak digunakan untuk air wudu’ sebelum shalat. Menurut dari Anas Nasution (87 tahun), Syech Tabuyung menaburkan 7 benih ikan jurung (Tor sp.) berenang melewati batas 75 meter dari masjid ke arah hulu atau 75 meter ke arah hilir dan lokasi ikan yang ada di belakang masjid tidak boleh diambil. Ini merupakan hasil persetujuan seluruh warga desa raniate sampai saat sekarang. Kebenaran legenda ini, sudah diperdebatkan. Setidaknya hal ini telah menyelamatkan ikan jurung (Tor sp.) dari kepunahan dan dapat menjadi aset wisata Pemerintah Tapanuli Selatan yang potensial. Adapun Taksonomi ikan jurung adalah sebagai berikut : Phylum : Cordata Class : Actinopterygii Ordo : Cyprinoformes Famili : Cyprinoformeceae Genus : Tor Speceies : Tor sp. Nybahken (1992) menyatakan ikan jurung (Tor sp) memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan baik faktor fisik maupun faktor kimia lingkungan dan juga memiliki predator dalam jumlah yang relative rendah dibandingkan jenis hewan akuatik lainnya. Universitas Sumatera Utara Gambar A : Ikan Jurung (Tor sp.) Oleh : Edwin Sugesti Nasution SE (28 September 2009) Ikan jurung (Tor sp.) merupakan makanan raja mandailing Natal menjamu tamunya. Orang Batak menyebut dengan IHAN, di Jawa Tengah Tombro kali, di Jawa Barat Kancra. Secara umum ikan jurung (Tor sp.) memiliki nama. Mahsyur terkenal di mancanegara yang kaya akan protein. Ikan jurung adalah sejenis ikan sungai air deras yang hidup di sumatera utara, Aceh, Rian dan Jambi. Ikan jurung mirip dengan ikan mas, hanya saja siripnya berwarna perak dan gerakannya sangat gesit dan hidup berkelompok di “lubuk”, bagian terdalam pusaran sebuah sungai. Ikan jurung populasinya bisa berkembang di Tapanuli Selatan karena dilindungi. Terancamnya kelestarian ikan jurung (Tor sp.) dipengaruhi kualitas dari perairan Sungai Raniate. II.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Ikan Jurung dan Kualitas Perairan Sungai Raniate Perairan pada umumnya merupakan ekosistem yang rentan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi,baik faktor abiotik maupun faktor biotik. Faktor yang mempengaruhi ekosistem ini ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, perlu juga dilakukan Universitas Sumatera Utara pengamatan terhadap faktor abiotik, sehingga diperoleh suatu gambaran tentang kualitas suatu perairan (Barus,1996). Selanjutnya kelimpahan nekton (ikan) pada suatu perairan atau ekosistem akutik, dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain temperatur, pH, Oksigen terlarut, Salinitas, BOD, COD dan sebagainya. II.4.1. Faktor-faktor Abiotik a. Temperatur Dalam setiap penelitian ekosistem akuatik pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis zat di dalam air serta semua aktivitas biologi-fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga merupakan faktor pembatas utama pada suatu perairan karena ekosistem akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan temperatur (Odum, 1994). Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, dimana apabila temperatur naik, maka kelarutan oksigen dalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan aktivitas metabolisme organisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga akan meningkat (Sastrawijaya, 1991). Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 100 C (hanya pada kisaran yang masih ditolerir) akan meningkatkan laku metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Temperatur yang relatif tinggi pada suatu perairan dapat meningkatkan metabolisme organisme yang ada pada peraiaran tersebut, sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang. Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati (Barus, 1996). Menurut Sastrawijaya (1991), suhu juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, apabila suhu naik maka kelarutan oksigen didalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan aktifitas metabolisme organisme aquatik, sehingga kebutuhan akan oksigen bagi organisme ikan juga akan meningkat b. Intensitas Cahaya Intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas cahaya bagi organisme akuatik berfungsi sebagai alat Universitas Sumatera Utara orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut. Intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi produktivitas primer. Apabila intensitas cahaya matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolisme (Barus, 1996). Proses fotosintesis juga sangat bergantung pada konsentrasi CO 2 terlarut dalam temperatur perairan (Michael, 1994). Laju fotosintesis akan meningkat 2-3 kali lipat bila terjadi kenaikan termperatur sebesar 100 C (Barus, 1996). Cahaya merupakan unsur penting dalam kehidupan ikan. Cahaya dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator, membantu dalam penglihatan, proses metabolisme dan pematangan gonad. Secara tidak langsung peranan matahari dalam kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan Rifai et al (1983). Michael (1994), menyatakan bahwa intensitas matahari mempengaruhi produktifitas primer. Hasil perubahan energi matahari menjadi energi kimia dapat diperoleh melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesis sangat tergantung pada intensitas matahari,konsentrasi CO 2 , oksigen terlarut dan temperatur perairan. Jika intensitas cahaya matahari menurun maka akan mempengaruhi proses fotosintesis salam suatu perairan dimana jumlah plankton dapat mengalami penurunan sehingga menyebabkan keterbatasan tersedianya nutrisi bagi ikan. Selanjutnya cahaya juga mempengaruhi produktivitas ikan pada danau. Ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) biasanya mengambil makanan pada malam hari. Ikan yang aktif pada malam hari (noktural) akan bergerak ke perairan yang dangkal karena air dangkal lebih tinggi di malam hari. Organisme noktural pada intensitas cahaya memaksimumkan dirangsang untuk melakukan gerakan untuk mencari perlindungan, sedangkan bagi organisme diurnal intensitas cahaya yang kuat akan memberikan reaksi sebaliknya, organisme tersebut akan melakukan berbagai aktivitas (Barus, 1996). Universitas Sumatera Utara c. Penetrasi Cahaya Air dalam keadaaan normal dan bersih tidak akan berwarna sehingga tampak bening dan jernih (Wardhana, 1995). Bahan-bahan berlarut mempengaruhi sifat transparansi dan warna air. Bila bahan terlarut dan tersusupi banyak maka air akan keruh, sehingga transportasi air akan berkurang. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika bahan tersuspensi tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam perairan tersebut (Sastrawijaya, 1991). Zat-zat terlarut dalam suatu perairan dapat berupa partikel-partikel, sedimen dan materi organik. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut di dalam air maka air akan keruh sehingga produktivitas primer akan semakin menurun. Faktor ini dapat menyebabkan pertumbuhan alga menurun dan meningkat. Dengan meningkatnya pertumbuhan alga maka nutrisi yang dibutuhkan organisme akuatik yang masih muda seperti herbivora (ikan mujahir) akan terpenuhi. Kekeruhan air disebabkan oleh lempeng partikel tanah. Potongan tanaman atau fitoplankton. Penembusan sinar berkurang dalam air yang keruh dan mempengaruhi kedalaman tempat tumbuh-tumbuhan air (Michael, 1994) Warna perairan yang paling baik untuk ikan adalah hijau cerah karena mengandung banyak Plankton. Plankton dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Apabila populasi plankton terlalu tinggi penetrasi cahaya matahari dapat terganggu. d. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang paling penting di dalam ekosistem akuatik, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan hasil fotosintesis fitoplankton yang hidup di danau itu (Michael, 1984, Pandia et.al, 1996). Jadi penetrasi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air. Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya (Sastrawidjaya, 1991). Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi. Biota di perairan tropis memerlukan oksigen terlarut mendekat jenuh. Universitas Sumatera Utara Konsentrasi oksigen yang terlalu jenuh akan mengakibatkan ikan-ikan dan hewan lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati (Wardhana,1995). Selanjutnya Barus (1996), menyatakan bahwa larutan oksigen maksimum pada perairan tercapai pada temperatur 00 C yaitu sebesar 14,16 mg/1 oksigen. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air. e. BOD (Biological Oxygen Demand) Nilai BOD merupakan salah satu indikator dalam menentukan pencemaran suatu perairan yang umumnya digunakan untuk menentukan kualitas perairan. Menurut Foerstner dalam Barus (1994) menunjukkan BOD (Biological Oxygen Demand) jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi senyawa organik di dalam air yang diukur pada temperatur 200C. Lebih lanjut Foerstner dalam Barus (1994) berpendapat bahwa BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik. Pengukuran BOD yang dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari (BOD 5 ), karena selama 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah + 70% (Barus,1996). Warginata (1995) menyatakan bahwa angka BOD 5 yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi pencemaran organik di perairan. Peningkatan nilai BOD akan menyebabkan turunnya nilai DO dalam suatu perairan. Sehubungan dengan ini akan terjadi gangguan proses metabolisme pada organisme akuatik. Pengukuran BOD juga didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk menggunkan senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang sudah dimakan secara biologis seperti senyawa yang umunya terdapat dalam limbah rumah tangga. Contoh produk-produk kimiawi seperti senyawa minyak buangan kimia lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak bisa dinaikkan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, disamping mengukur nilai BOD perlu dilakukan pengukuran terhadap sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dikenal sebagai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk Universitas Sumatera Utara proses oksidasi terhadap total senyaw organik baik yang mudah diuraiakn maupun terhadap sukar diuraikan secara biologis (Barus, 2004). f. COD (Chemical Oxygen Demand) Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik diperairan yang dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik, baik yang mudah diuraiakan secara biologis maupun yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004). Badan air yang memiliki COD > 10 ppm sangat mempengaruhi keberadaan dan kehidupan organisme perairan yang bersifat aerob, diantaranya adalah jenis ikan, karena sulitnya akan memenuhi oksigen. COD perairan yang dianggap baik bagi kehidupan organisme air (ikan) berkisar 1 – 5 ppm (Fardias, 1992). g. pH (Derajat Keasaman) Setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH ideal bagi kehidupan organisme aquatik termasuk plankton pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadiya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik. Sementara pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas normal akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004). pH yang ideal bagi kehidupan akuatik pada umumnya berkisar antara asam lemah dan basa lemah (Barus, 1996). Air yang mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 mendukung populasi ikan. Pada umumnya ikan hidup pada pH netral, tapi toleran pada pH 4,5-11. Oleh sebab itu, pH dapat dijadikan sebagai Universitas Sumatera Utara faktor pembatas pada ekosistem perairan (Barus, 1996). Perairan yang mempunyai nilai kisaran pH 4 tidak dapat mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya organisme akuatik baik ikan, tanaman maupun inverterbrata. h. Kandungan Nitrat (NO 3 -) dan Posfat (PO 4 3-) Banyaknya unsur hara mengakibatkan tumbuh subrnya tumbuhan, terutama makrophyta dan fitoplankton. Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedianya bahan nutrisi. Nutrisi yang paling penting adalah nitrit dan posfat (Nybakken, 1992). Fosfat merupakan unsur penting dalam air. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Komponen nitrit (NO 2 ) jarang ditemukan pada badan air permukaan karena langsung dioksidasi menjadi nitrat (NO 3 ). Di wilayah perairan neritik yang relatif dekat dengan buangan industri umumnya nitrit bisa dijumpai, mengingat nitrit sering digunakan sebagai inhibitor terhadap korosi pada air proses dan pada sistem pendingin mesin. Bila kadar nitrit dan fospat terlalu tinggi bisa menyebabkan perairan bersangkutan mengalami keadaan eutrof sehingga terjadi blooming dari salah satu jenis fitoplankton yang mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merugikanhasil kegiatan perikanan pada daerah perairan tersebut (Wibisono, 2005) i. TDS (Total Dissolved Solid) TDS merupakan ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan perairan, Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang, akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas perairan (Sastrawijaya, 1991) Universitas Sumatera Utara j. TSS(Total Suspended Solid) Total suspended solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lain-lain. Misalnya air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk tersuspensi. Partikel tersuspensi akan menyebarkan cahaya yang datang, sehingga menurunkan intensitas cahaya yang disebarkan. Padatan tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, sisa tanaman dan limbah industri (Widowati, dkk, 2008). K. Kandungan Organik Substrat Menurut Seki (1982), komponen organik utama yang terdapat didalam air adalah asam amino, protein, karbohidrat dan lemak. Sedangkan komponen lain seperti asam organik, hidrokarbon vitamin, dan hormone juga ditemukan di perairan. Tetapi hanya 10% dari material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat kedasar perairan. Keadaan substrat dasar badan air juga penting diketahui. Kehidupan organisme air ada juga ketergantungannya dengan bahan dan ukuran partikel dasar badan air. Dengan mengetahui bahan dasar dan partikel dasar perairan akan didapat informasi yang mungkin dapat menunjukkan tipe fauna yang terdapat disubstrat badan air tersebut (Suin,2002). L. Timbal (Pb) danKadmium (Cd) Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. Pencemaran Pb berasal dari sumber alam maupun limbah dari sumber aktivitas manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik dari lingkungan air, udara maupun darat (Widowati, dkk. 2008). Sehubungan dengan beranekaragamanya pemakaian logam Cd, maka pelepasan Cd dari limbah industry ditambah Cd yang berasal dari alam akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan Universitas Sumatera Utara substansi yang persisten di dalam lingkungan. Kadmiun (Cd) bisaberada di atmosfer, tanah dan perairan. Air minum diberbagai daerah mengandung Cd denga nkonsentrasi 1-5µg/l yang melampaui peraturan pemerintah nomor 20/1990 dengan kadar maksimun Cd dalam air minum sebesar 0,005µg/l (Anonimus, 2005). II.4.2. Faktor-faktor Biotik Menurut Anwar et. Al (1984), faktor-faktor biotik yang mempengaruhi kepadatan ikan jurung (Tor sp) a. Tanaman Air Tanaman air seperti ganggang, tumbuhan air yang besar (makrofita) sangat penting sebagai produsen utama dalam ekosistem akuatik termasuk ikan. Keberadaaan tanaman air sangat menentukan keberhasilan reproduksi ikan. Selain itu tumbuhan air juga sangat berperan dalam mensuplai O 2 sebagai hasil dari fotosintesis tumbuhan air tersebut. O 2 ini sangat dibutuhkan oleh ikan dan organisme akuatik lainnya. b. Organisme-organisme Mikroskopis Organisme-organisme mikroskopis seperti fitoplankton, zooplankton dan perifeton merupakan makanan alami atau makanan hidup bagi ikan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein dan asam amino yang lengkap sebagai sumber mineral. Keanekaragaman hewan ini berkaitan dengan jaringjaring makanan. Dalam suatu ekosistem perairan jika terjadi kekurangan makanan akan mengakibatkan penurunan keanekaragaman ikan dan produktivitas ikan sebagai pemakan makanan alami atau mikroorganisme. c. Bakteri dan Cendawan Beberapa jenis sianobakteri merupakan produsen dan dapat berfotosintesis, tetapi peranan utamanya bersama cendawan adalah sebagai pengurai bahan organik yang mati. Cendawan berperan untuk menguraikan bahan padat yang menghalangi penetrasi cahaya di air yang sangat dibutuhkan oleh ikan dalam metabolisme tubuh dan keperluan lainnya. Universitas Sumatera Utara