BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yang (2008), produk merupakan apapun yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tangible (fisik) dan intangible (non fisik). Produk tangible merupakan produk barang, contohnya sepeda, laptop, mobil, makanan, maupun minuman. Produk intangible berkaitan dengan produk jasa, contohnya adalah jasa kesehatan, pelayanan restoran, dan jasa pengantar barang. Berkembangnya berbagai jenis produk di pasar memberikan dampak bagi konsumen maupun produsen. Konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan. Susu merupakan salah satu produk minuman yang mempunyai manfaat bagi kesehatan. Menurut Winarno (2007), secara umum yang dimaksud dengan susu adalah susu sapi, sedangkan susu ternak lain biasanya diikuti nama ternak asal susu tersebut, misalnya susu kerbau, susu kambing, susu unta, dan sebagainya. Susu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dibandingkan minuman lainnya sehingga susu memiliki banyak khasiat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (asam lemak miristrat, stearat, oleat, linoelat, dan linolenat), karbohidrat (laktosa), vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium, phosphor, klorida, fluor, natrium, magnesium). Selain itu, susu mengandung enzimenzim, air dan senyawa bioaktif dalam jumlah yang memadai. Kalsium dalam susu mempunyai berbagai fungsi didalam tubuh antara lain pembentukan tulang dan gigi, 1 mengatur reaksi biologi, membantu kontraksi otot dan mengatur pembekuan darah. Di dalam tulang, kalsium mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian dari struktur tulang dan sebagai cadangan kalsium bagi tubuh. Kalsium sangat diperlukan dalam proses pembentukan gigi. Susu segar dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan susu, diantaranya yaitu susu cair (Ultra High Temperature/ UHT dan pasteurisasi), susu bubuk, susu kental manis, keju, mentega, yoghurt, dan es krim. Produk olahan dari susu segar tersebut secara lebih lengkap dapat disajikan dalam bentuk pohon industri, pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Pohon Industri Susu Segar Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian (2009). Menurut Kepada Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) DIY (2012), konsumsi susu di Yogyakarta masih tergolong cukup rendah yaitu berada pada angka 10,7 liter per kapita per orang. Oleh karena itu, pemerintah selalu 2 berupaya mendorong masyarakat agar dapat meningkatkan konsumsi susu. Rerata konsumsi kelompok susu dan olahan per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1. 1. Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) Kelompok Jenis Susu dan olahannya umur Susu Susu Susu Susu Olahan Total Susu kental Bubuk formula formula susu Cair manis balita khusus 𝜇 𝜇 𝜇 𝜇 𝜇 𝜇 𝜇 0-59 bln 23,3 2,1 41,5 0,0 7,0 95,1 16,7 5-12 thn 6,8 5,4 4,0 0,0 5,5 21,8 21,1 13-18 thn 4,2 2,4 0,2 0,0 3,2 10,4 8,0 19-55 thn 3,2 0,8 0,0 0,6 2,0 5,9 2,3 >55thn 2,3 0,5 0,2 0,9 0,1 3,0 0,9 Semua 4,4 1,4 2,4 0,5 2,2 11,4 5,0 umur Sumber: Sugianto, dkk (2014) Dari tabel tersebut terlihat bahwa rerata konsumsi susu (𝜇) di Daerah Istimewa Yogyakarta paling tinggi adalah susu cair yaitu sebanyak 5 gram per orang per hari. Susu cair dapat berupa susu pasteurisasi maupun susu UHT. Menurut Standar Nasional Indonesia dalam Syarif dan Bagus (2011), susu pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstitusi, atau susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan. Proses pemanasan dilakukan pada suhu 63-66 oC minimum selama 30 menit. Setelah itu, didinginkan hingga suhunya mencapai 10oC. Selanjutnya, diperlakukan secara aseptis (bebas dari infeksi) dan disimpan pada suhu maksimum 4,4 oC. Hal ini dimaksudkan agar susu tetap awet terjaga pada suhu tertentu hingga 14 hari. Susu Ultra High Temperature (UHT) merupakan proses pasteurisasi yang dilakukan pada temperatur yang sangat tinggi dan waktu yang sangat singkat, yaitu pada temperatur 131-150o C selama 0,5-1 detik. Perbedaan dari susu pasteurisasi dan 3 susu UHT terdapat pada proses pemanasannya sehingga mengakibatkan umur simpan produk yang berbeda. Susu UHT memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan susu pasteurisasi. Susu cair mempunyai peluang yang bagus untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan konsumsi susu cair di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan nilai tertinggi dibanding dengan produk turunan susu lainnya. Selain itu, pengembangan produk susu pasteurisasi membantu pemerintah juga dalam menggalakkan konsumsi susu di Indonesia, khususnya di DIY. Salah satu susu cair yang berpeluang untuk dikembangkan adalah susu pasteurisasi. Hal tersebut menjadikan Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM) tertarik untuk mengembangkan produk susu segar menjadi susu pasteurisasi. PIAT UGM merupakan unsur penunjang Universitas Gadjah Mada di bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan pertanian, makhluk hidup, maupun lingkungan. Misi PIAT adalah berperan aktif dalam upaya mewujudkan pengelolaan pertanian Indonesia secara berkelanjutan dalam hal produktivitas, diversitas biologi, dan kualitas lingkungan maupun kehidupan. Dengan misi tersebut, PIAT mempunyai beberapa produk yang dihasilkan dari hasil pertaniannya salah satunya adalah susu segar. Susu segar yang diproduksi oleh PIAT ini akan dikembangkan menjadi produk susu pasteurisasi. Menurut Umar (2003), pengembangan sebuah produk mengharuskan sebuah perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan produk itu. Manfaat-manfaat ini dikomunikasikan dan dipenuhi oleh atribut produk misalnya mutu, desain, merek, label, dan kemasan. Atribut produk adalah semua fitur (terlihat 4 dan tidak terlihat) barang atau jasa yang dapat dievaluasi oleh konsumen/pelanggan. Produk yang baik yaitu produk yang mempunyai atribut sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga dapat memuaskan konsumen. Konsumen yang merasa puas dengan produk yang diproduksi oleh perusahaan, industri maupun instansi tertentu akan membuat konsumen tersebut melakukan pembelian ulang. Dengan adanya pembelian ulang oleh konsumen maka terciptalah loyalitas konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, pemilihan atribut yang tepat menjadi suatu hal yang penting bagi produsen dalam melakukan pengembangan produk. Proses pengembangan produk menurut Ulrich and Eppinger (2003), terdiri dari 6 fase, yaitu fase perencanaan, pengembangan konsep, perancangan tingkat sistem, perancangan rinci, pengujian&perbaikan, dan peluncuran produk. Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk dengan output misi dari proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep. Pada fase pengembangan konsep produk, terdapat enam fase diantaranya yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, menetapkan spesifikasi dan targetnya, penyusunan konsep (concept generation), memilih konsep produk (concept selection), menguji konsep, menetapkan spesifikasi akhir, dan rencana alur pengembangan. Pada penelitian ini, pengembangan produk dilakukan hingga pada tahap pemilihan konsep produk (concept selection). Pada tahap pengembangan produk susu sapi pasteurisasi, peneliti menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen terhadap produk susu sapi pasteurisasi dan menetapkan spesifikasi dan targetnya yang digambarkan oleh House 5 of Quality (HoQ). Dari matriks House of Quality tersebut, dapat dilihat kebutuhan konsumen yang diterjemahkan ke dalam kebutuhan teknis pengembang. Setelah itu, dilakukan penyusunan konsep (concept generation) dan pemilihan konsep produk (concept selection). Ulrich dan Eppinger (2003) mengatakan bahwa pemilihan konsep merupakan kegiatan di mana berbagai konsep dianalisis dan secara berturut-turut dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan. Proses ini biasanya membutuhkan beberapa iterasi dan mungkin diajukannya tambahan penyusunan dan perbaikan konsep. Pemilihan konsep produk selama ini dilakukan oleh tim pengembang. Hal ini membuat pemilihan konsep produk bersifat subjektif karena kurang melibatkan konsumen dalam pemilihan konsepnya. Untuk dapat melibatkan konsumen dalam pemilihan konsep produk susu pasteurisasi, peneliti menggunakan metode conjoint analysis. Menurut Hair, et al (2006), conjoint analysis adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif berbagai atribut suatu produk. Analisis ini sangat berguna untuk membantu merancang karakteristik produk baru, membuat konsep produk baru, membantu menentukan tingkat harga serta memprediksi tingkat penjualan. Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya mengintegrasikan quality function deployment dan conjoint analysis agar didapatkan konsep produk sebagai dasar pengembangan produk susu sapi pasteurisasi di Pusat Inovasi Agroteknlogi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM). 6 1.2 Perumusan Masalah Dari ulasan latar belakang di atas diperoleh pokok permasalahan yaitu Bagaimana konsep produk susu sapi pasteurisasi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis dari produsen? 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsep produk susu sapi pasteurisasi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis produsen. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Produsen susu pasteurisasi, sebagai acuan untuk pengembangan produk susu agar sesuai dengan keinginan konsumen. 2. Pihak akademis, sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 3. Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM), untuk mengembangkan produk susu pasteurisasi dan dapat menjadi suatu masukan mengenai produk baru yang bersaing serta dapat menarik perhatian konsumen penikmat susu pasteurisasi. 1.5 Batasan Masalah 1. Pengembangan produk yang dilakukan merupakan produk susu sapi pasteurisasi dari Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM). 7 2. Kompetitor yang dipilih merupakan produk susu pasteurisasi yang paling banyak dikonsumsi berdasarkan kuesioner utama. 3. Tahapan yang dianalisis dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai tahapan konsep pengembangan produk susu pasteurisasi yang diinginkan oleh konsumen. 4. Pengembangan konsep produk dilakukan hingga tahap seleksi konsep (concept selection). 8