bbbggggg - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
Syariah dan Aplikasinya
Fakultas
Program Studi
Fakultas?
Program
Studi
TatapMuka
12
Kode MK
DisusunOleh
Kode MK?
Dra. Eva Maulina. M.M
Abstract
Kompetensi
Syariah
adalah
aturan-aturan
dan
Undang-Undang yang diturunkan Allah
untuk mengatur hubungan manusia
dengan Allah dan manusia serta alam
semesta. Syariah islam sangat universal
dan bisa ditetapkan pada semua agama
dan negara dan sangat relevan dalam
menghadapi globalisasi
Mahasiswa dapat menjelaskan dan
mengaplikasikan
tujuan
ruang
lingkup dan prinsip-prinsip syariah
Islam dalam kehidupan
2
MODUL 12
SYARIAH
Artinya: Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami jadikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikanNya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya
kepadamu,
maka
berlomba-lombalah
berbuat
kebaikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu
diberikan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu (QS. AlMaidah, 5:48).1
A.
ARTI DAN RUANG LINGKUP SYARIAH
syariah atau syariat menurut asal katanya berarti jalan, yaitu jalan yang
harus ditempuh seorang muslim.
Menurut istilah, syariat berarti aturan atau undang-undang yang
diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
mengatur hubungan sesama manusia dan hubungan antar manusia dengan
alam semesta.
Sesuai dengan pengertian di atas, syariah mencakup semua aspek
kehidupan manusia sebagai individu, warga masyarakat sebagai subyek alam
semesta.
Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah
yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata
caranya diatur sedemikian rupa oleh syariat Islam. Esensi ibadah adalah
2016
2
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3
penghambaan diri secara total kepada Allah sebagai pengakuan akan
kelemahan dan kebatasan manusia di hadapan kemahakuasaan Allah.
Syariat Islam mengatur pula tata hubungan antara seseorang dengan
dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh. Kesalehan individu
ini mencerminkan sosok pribadi muslim yang paripurna.
Islam mengakui manusia sebagai makhluk sosial karena itu syariah
mengatur tata hubungan antara manusia dengan manusia dalam bentuk
muamalah sehingga terwujud kesalehan sosial. Kesalehan sosial merupakan
bentuk hubungan yang harmonis antara individu dangan lingkungan sosialnya
sehingga dapat dilahirkan bentuk masyarakat yang marhamah atau masyarakat
yang saling memberikan perhatian dan kepedulian antara anggota masyarakat
lainnya yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Dalam hubungan dengan alam,
syariat Islam meliputi aturan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara
manusia dengan alam dan mendorong untuk saling memberi manfaat sehingga
terwujud lingkungan alam yang makmur dan lestari.
Demikian Allah menurunkan syariat Islam kepada manusia dengan
lengkap dengan hakekat manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna.
Syariat ini diturunkan kepada manusia untuk dilaksanakan dalam kehidupan di
dunia demi mencapai kebahagian yang hakiki di dunia dan akhirat.
B. PRINSIP-PRINSIP DAN TUJUAN SYARIAH ISLAM
1. Prinsip-Prinsip Syariah Islam
Prinsip-prinsip adalah landasan yang menjadi titik tolak atau pedoman
pemikiran kefilsafatan dan pembinaan syariah Islam. Prinsip-prinsip itu
adalah :
a.
Mengesakan Allah, semua manusia dikumpulkan dibawah panjipanji atau ketetapan yang sama yaitu : La Illaha Ilallah (Q.S. Ali
Imran (3) : 64);
b.
Keadilan bagi manusia, baik terhadap dirinya sendiri, maupun
terhadap orang lain (Q.S. An-Nisa’ (4) : 135, Al-Maidah (5) : 8’ AlAn’am (6) : 152, Al-Hujarat (49) : 9);
c.
Persamaan (al-musawah) di antara umat manusia, persamaan di
antara umat Islam. Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan
‘Ajam, antara manusia yang berkulit putih dan hitam, yang
4
membedakan hanyalah takwanya (Q.S. Al-Hujarat (49) : 13, AlIsra (17) : 70);
d.
Kemerdekaan dan kebebasan (al-hurriyah), meliputi kebebasan
berbuat dan bertindak, kebebasan pribadi dalam batas-batas
yang dibenarkan oleh hukum (Q.S. Al-Baqarah (2) : 256, AlKafirun (109) : 5, Al-Kahfi (18) : 29);
e.
Amar ma’ruf nahi munkar, yaitu memerintahkan untuk berbuat
yang baik, benar, sesuai dengan kemaslahatan manusia, diridhoi
oleh Allah dan memerintahkan untuk menjauhi perbuatan yang
buruk, tidak benar, merugikan umat manusia, bertentangan
dengan perintah Allah (Q.S. Ali Imran (3) :110);
f.
Tolong-menolong (Ta’awun), yaitu tolong menolong, saling
membantu antara sesama manusia sesuai dengan prinsip tauhid,
dalam kebaikan dan taqwa kepada Allah SWT, bukan tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan (Q.S. Al-Maidah (5) : 2,
Al-Mujadilah (58) : 9);
g.
Toleransi
(tasamuh),
sikap
saling
menghormati,
untuk
menciptakan kerukunan dan kedamaian antar sesama manusia
(Q.S. Al-Mumtahanah (60) : 8-9);
h.
Musyawarah dalam memecahkan masalah kehidupan (Q.S. Ali
Imran (3) : 159, Asy-Syura’ (42) :38);
i.
Jalan tengah (ausath, wasathan), dalam segala hal atau
keseimbangan (Q.S. Al-Baqarah (2) :143);
j.
Ditujukan kepada manusia yang berakal (Q.S. Al-Hasyr (59) : 2,
Al-Baqarah (2) : 75, Al-An’am (6) : 32 & 119);
2. Tujuan Syariah Islam
Allah SWT menurunkan syariat Islam untuk mengatur kehidupan
manusia, baik selaku pribadi maupun selaku anggota masyarakat. Hal ini
berbeda dengan konsep di luar Islam yang hanya ditujukan untuk
mengatur kehidupan manusia selaku anggota masyarakat.
Hukum Islam melarang perbuatan yang pada dasarnya merusak
kehidupan manusia, sekalipun perbuatan itu disenangi oleh manusia atau
sekalipun umpamanya perbuatan itu dilakukan hanya oleh seseorang
tanpa merugikan orang lain, seperti seseorang minum-minuman yang
2016
4
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5
memabukan (khamr). Dalam pandangan Islam perbuatan orang itu tetap
dilarang, karena dapat merusak akalnya yang seharusnya dipelihara,
walaupun ia membeli minuman tersebut dengan uangnya sendiri dan
diminum dirumahnya tanpa mengganggu orang lain. Demikian juga
perbuatan hubungan seksual di luar nikah (zina), perbuatan tersebut
mutlak dilarang siapapun yang melakukannya itu dengan suka sama
suka, tanpa paksaan dan tidak merugikan orang lain.
Dengan demikian Islam adalah agama yang memberi pedoman
hidup kepada manusia secara menyeluruh, meliputi segala aspek
kehidupannya menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan
jasmani, baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan
masyarakatnya. Secara umum, tujuan pencipta hukum (Syari’) dalam
menetapkan
hukum-hukumnya
adalah
untuk
kemaslahatan
dan
kepentingan serta kebahagiaan di dunia fana (sementara) ini, maupun
kebahagiaan di akhirat yang baqa (kekal). Tujuan hukum Islam yang
demikian itu dapat kita tangkap antara lain dari firman Allah SWT dalam
Q.S. Al-Anbiya (21) : 107 dan Al-Baqarah (2) : 201-202.
Tujuan
Syariah
Islam
(maqashid
a-syari’ah)
sebagaimana
diuraikan di atas, dapat dirinci kepada lima tujuan yang disebut almaqashid al-khamsa atau al-kulliyat al-khamsa.
Pertama : memelihara agama (hifdz al-din). Agama adalah
sesuatu yang harus dimiliki oleh manusia supaya martabatnya dapat
terangkat lebih tinggi dari martabat mahkluk lain, untuk memenuhi hajat
jiwanya.
Pangkuan
iman,
pengucapan
dua
kalimat
syahadat,
pelakasanaan ibadah shalat, puasa, haji dst, dan mempertahankan
kesucian agama, merupakan bagian dari aplikasi memelihara agama.
Kedua : memelihara jiwa (hifdz al-nafs). Untuk tujuan memelihara
jiwa
islam
melarang
pembunuhan,
penganiayaan
dan
pelaku
pembunuhan atau penganiayaan tersebut diancam dengan hukum
qishash.
Ketiga : memlihara akal (hifdz al-‘aql). Yang membedakan
manusia dengan mahkluk lain, adalah pertama : manusia telah dijadikan
dalam bentuk yang paling baik, dibandingkan mahkluk lain, kedua :
manusia dianugerahi akal. Oleh karena itu akal perlu dipelihara dan yang
merusak akal perlu dilarang. Aplikasi pemeliharaan akal ini antara lain
6
larangan minuman khamr (minuman keras) dan minuman lain yag dapat
merusak akal, serta obat-obat berbahaya lainnya (narkoba), karena
khamr dan narkoba tersebut dapat merusak dan menghilangkan fungsi
akal manusia dan bahkan dapat mematikan.
Keempat
:
memelihara
keturunan
(hafidz
al-nasl).
Untuk
memelihara kesucian keturunan, maka Islam mengatur tata cara
pernikahan dan melarang perzinahan serta perbuatan lain yang
mengarah kepada perzinahan tersebut.
Kelima : memelihara harta benda dan kehormatan (hafidz almawa al’irdh). Aplikasi pemeliharaan harta antara lain pengakuan hak
pribadi, pengaturan mu’amalat seperti jual-beli, sewa menyewa, gadai
dsb. Pengharaman riba, larangan penipuan, larangan pencuri dsb.
Selanjutnya aplikasi pemeliharaan kehormatan nampak dalam larangan
menghina orang lain, gunjing dan fitnah.
Azhar Basyir merinci tujuan hukum Islam itu kepada tiga kelompok
besar yaitu ‘pendidikan pribadi, menegakkan keadilan dan memelihara
kebaikan hidup’.2
Islam mendidik pribadi-pribadi agar maenjadi sumber kebaikan
bagi masyarakatnya, tidak menjadi sumber keburukan yang akan
merugikan orang lain. Pendidikan pribadi diwujudkan dalam syari’at
ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah tersebut disyari’atkan
guna
mensucikan
jiwa
dan
sekaligus
memperkokoh
hubungan
kemasyarakatan.
Islam mengajarkan agar dalam hidup bermasyarakat ditegakkan
keadilan dan ihsan. Keadilan yang harus ditegakkan mancakup keadilan
terhadap diri pribadi, keadilan hukum, keadialan sosial.
Ibnu Qayyim merumuskan tujuan hukum Islam tersebut sebagai
berikut : ‘Syarikat bersendi dan berasas atas hikmat dan kemaslahatan
manusia dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Syari’at adalah keadilan,
rahmat (kasih sayang), kemaslahatan dan kebijaksanaan sepenuhnya.
Setiap persoalan yang keluar, menyimpang dari keadilan menuju
penganiayaan,
sebaliknya,
keluar
keluar
(menyimpang)
(menyimpang)
dari
dari
kasih
sayang
kemaslahatan
menuju
menuju
kemanfasadatan (kerusakan), keluar (menyimpang) dari kebijaksanaan
menuju kesia-siaan, bukanlah termasuk syari’at. Syari’at adalah keadilan
2016
6
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7
Allah di tengah hamba-hambaNya, kasih sayang Allah di antara makhlukmakhluk-Nya.’ 3
Dengan demikian maka jelaslah bahwa tujuan diturunkannya
syari’at
(hukum)
Islam
adalah
untuk
kepentingan,
kebahagiaan,
kesejahteraan dan keselamatan umat manusia di dunia dan di akhirat
kelak.
Manusia yang melaksanakan agama dengan benar, ia akan
merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, demikian juga sebaliknya,
apabila manusia tidak melaksanakan petunjuk Allah sebagaimana
terdapat dalam wahyu-Nya, maka ia tidak akan merasakan kebahagiaan,
baik dalam kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.
C. SYARI’AH: APLIKASI dan HIKMAHNYA
Syariah secara garis besar dibagi kepada ; ibadah dan muamalah.
Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup
manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut
“Abdullah” atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak memiliki alternatif lain
selain taat, patuh dan berserah diri kepada Allah. Karena itu yang menjadi inti
dari ibadah adalah ketaatan, kepatuhan dan penyerahan diri secara total kepada
Allah SWT. Kedudukan ibadah di dalam Islam menempati posisi yang paling
utama dan menjadi titik sentral dari sejumlah aktifitas muslim. Seluruh kegiatan
muslim pada dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada Allah, sehingga apa
saja yang dilakukannya memiliki nilai ganda, yaitu nilai material dan nilai spiritual.
Nilai material adalah imbalan nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai
spiritual ialah ibadah yang hasilnya akan diterima di akhirat. Aktifitas yang
bermakna ganda inilah yang disebut amal shaleh.
1. IBADAH
Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah
umum atau ibadah ghairu mahdah. Ibadah khusus adalah bentuk ibadah
langsung kepada Allah yang tata cara pelaksanaanya telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah. Karena itu
pelaksanaan ibadah ini sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh
8
Rasulullah. Penambahan dan pengurangan dari contoh yang telah ditetapkan
disebut bid’ah, yang menjadikan ibadah itu batal dan tidak sah.
Ibadah baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan
implementasi dari keimanan terhadap Allah SWT yang tercantum dalam dua
kalimat syahadat, yaitu “Asyhadu allaa ilaha illallahu, wa asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah”. Syahadat pertama mengandung arti “tiada Tuhan
yang patut diibadahi selain Allah”, artinya segala bentuk ibadah hanya
ditujukan kepada Allah saja. Oleh karena tugas hidup manusia di dunia ialah
untuk beribadah, maka segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah
ibadah.
Syahadat kedua mengandung arti pengakuan terhadap Kerasulan
Muhammad SAW yang bertugas memberikan contoh nyata kepada manusia
dalam melaksanakan kehendak Allah. Dalam kaitan ibadah (khusus) berarti
bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah yang dikehendaki Allah telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
a. Thaharah
Thaharah berasal dari kata tahara artinya suci dan bersih, yaitu kondisi
seseorang yang bersih dari najis dan hadast. Najis adalah kotoran yang
mewajibkan seorang muslim untuk menyucikan diri dari dan kepada apa yang
dikenainya. Sedangkan hadast adalah suatu kondisi dimana seseorang yang
memilikinya wajib wudu atau mandi.
Taharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama Islam
dan menjadi syarat seseorang yang hendak berhubungan dengan Allah
melalui shalat, tawaf dan sebagainya. Sarana yang digunakan untuk bersuci
adalah air, tanah atau yang memiliki sifat yang membersihkan.
Bentuk-bentuk taharah antara lain :
1) Menghilangkan najis
Yang termasuk benda najis adalah bangkai, darah, daging babi,
muntah, kencing dan kotoran manusia atau binatang. Apabila bendabenda najis tersebut di atas kena badan atau tempat yang hendak
digunakan sholat, terlebih dahulu harus dihilangkan dengan cara
menghilangkan najis tersebut dengan air sehingga hilang bau, rasa
maupun warnanya.
2016
8
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9
2) Menghilangkan hadast
Hadast terdiri dari hadast kecil dan hadast besar. Hadast kecil
dihilangkan dengan wudu’, sedangkan hadast besar dihilangkan dengan
mandi (janabat).
Wudhu adalah bersuci dengan air mengenai muka, dua tangan dan
dua kaki untuk menghilangkan hadast kecil. Wudu merupakan syarat bagi
orang yang hendak mengerjakan sholat.
Hadast besar adalah hadast yang disebabkan kerana seseorang
telah melakukan senggama keluar air mani (baik ketika sadar maupun
mimpi), setelah terputus dari haid dan nifas serta habis melahirkan.
Hadast besar dihilangkan dengan mandi janabat, caranya berniat dan
sekurang-kurangnya meratakan air ke seluruh permukaan kulit.
Apabila tidak air atau karena darurat, seperti sakit atau di perjalanan,
wudu atau mandi bias digantikan dengan tayamum atau menyapu muka
dan dua tangan menggunakan tanah.
Taharah dalam ajaran Islam merupakan bagian dari pelaksanaan
ibadah kepada Allah. Setiap muslim diwajibkan sholat lima waktu sehari
semalam dan sebelum melaksanakannya disyariatkan bersuci terlebih
dahulu. Hal ini membuktikan bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan
dan mendorong umat Islam untuk membiasakan diri hidup bersih, indah
dan sehat. Karena itu kehidupan umat Islam adalah kehidupan yang suci
dan bersih.
Di samping sebagai suatu kewajiban, taharah juga melambangkan
tuntunan Islam untuk memelihara kesucian diri dari segala kotoran dan
dosa. Allah yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh orang-orang yang
suci, baik suci fisik dari kotoran maupun suci jiwa dari dosa.
a.
Shalat dan Hikmahnya
Menurut bahasa, shalat berarti doa, sedangkan menurut Istilah adalah
bentuk ibadah yang terdiri atas gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syaratsyarat tertentu.
Shalat yang diwajibkan bagi setiap muslim adalah shalat lima waktu
yang terdiri atas Zuhur empat rakaat, Ashar empat rakaat, Maghrib tiga
rakaat, Isya empat rakaat, dan Subuh dua rakaat. Shalat dalam agama Islam
10
menempati tempat yang paling tinggi diantara ibadah-ibadah lainnya bahkan
Nabi menempatkannya sebagai tiang agama.
Amal seorang muslim yang pertama kali diperhitungkan di akhirat
adalah shalat dan amal lainnya akan memiliki makna atau sangat tergantung
kepada shalatnya.
Shalat merupakan satu-satunya kewajiban muslim yang tidak pernah
gugur sepanjang akalnya sehat. Karena itu Nabi mengajarkan shalat tidak
hanya dalam kondisi biasa, tetapi juga shalat dalam kondisi sakit, di
perjalanan bahkan sholat dalam kondisi ketakutan atau perang.
Shalat bagi orang yang sedang berada dalam perjalanan dilakukan
dengan cara jamak (menghimpun dua shalat dalam satu waktu) dan qashar
(meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat). Shalat yang biasa
dijamak adalah Zuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Apabila Shalat
Zuhur dengan Ashar disatukan dan dilakukan pada waktu Zuhur disebut
jamak taqdim dan apabila dilakukan pada waktu Ashar disebut jamak takhir.
Sedangkan shalat yang biasa diqashar adalah shalat yang empat rakaat, yaitu
Zuhur, Ashar, dan Isya. Melaksanakan shalat jamak bisanya dilakukan juga
dengan mengqasharnya sehingga shalat yang empat rakaat diringkas menjadi
dua rakaat.
Shalat bagi orang sakit dilakukan dengan cara duduk atau berbaring
sesuai dengan kemampuannya. Rukuk dilakukan dengan merendahkan
badan ke depan dan sujud dilakukan lebih rendah dari rukuknya.
Shalat dalam kendaraan dilakukan dengan cara duduk di atas kendaraan.
Rukuk dan Sujud dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada orang sakit.
Apabila arah kiblat diketahui, maka pada saat takbiratul ihram badan dan
kedua tangan dihadapkan ke arah kiblat, selanjutnya menghadap kemana
saja arah kendaraan melaju. Apabila arah kiblat tidak diketahui shalat dapat
menghadap kemana saja kendaraan mengarah.
Adanya
keringanan
dalam
melaksanakn
shalat
sebagaimana
dijelaskan di atas membuktikan bahwa Islam tidak kaku menerapkan
hukumnya, tetapi disesuaikan dengan batas kemampuan yang dimiliki
penganutnya.
Di samping shalat lima waktu, setiap muslim wajib pula melaksanakan
Shalat Jumat, yaitu sholat berjamaah yang dilakukan pada waktu Zuhur hari
2016
10
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
11
Jumat dua rakaat yang didahului dengan khutbah. Shalat Jumat merupakan
ibadah mingguan.
Di samping shalat wajib terdapat pula shalat-shalat sunat, antara lain
shalat Rawatib, Dhuha, Tahajud dan sebagainya. Shalat-shalat sunat
merupakan ibadah yang dianjurkan dalam rangka meningkatkan dan
menambah pengalaman agama dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Shalat lima waktu sebagai bentuk ibadah harian di samping sebagai bentuk
penghambaan seorang muslim kepada Allah, di dalamnya terkandung hikmah
yang dalam. Shalat yang telah ditentukan waktu dan tata caranya
mengandung makna pembinaan disiplin terhadap waktu dan tugas sehingga
seorang muslim terbiasa hidup teratur dan tertib.
Waktu shalat yang lima waktu sehari semalam merupakan saat-saat
yang tepat bagi seorang muslim untuk melakukan evaluasi diri, sehingga
tindakannya dapat diawasi dan dievaluasi secara rutin dan teratur. Oleh
karena itu, seorang muslim yang melaksakan shalat dengan konsisten akan
dapat menjaga dan memelihara kehidupannya setiap hari. Dengan demikian,
misi shalat akan dibawa ke dalam kehidupan di luar shalat dan kehidupan di
luar shalat akan dievaluasi pada waktu shalat. Karena itu shalat yang
dilakukan lima kali sehari semalam akan dapat mencegah orang dari
perbuatan dosa dan kemungkaran.
b.
Zakat dan Hikmahnya
Dalam hubungan dengan pemilikan harta benda dalam ajaran Islam
dikenal dengan kewajiban membayar zakat. Menurut asal katanya Zakat
berarti tambah, bersih, suci, sedangkan menurut terminology syariat, zakat
adalah mengeluarkan sebagian harta kepada mereka yang telah ditetapkan
menurut syariat.
Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi orang yang mempunyai
harta yang telah mencapai nisab atau ketentuan minimal pemilikan harta kena
zakat. Harta yang wajib dizakati, nisab dan zakatnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Jenis Harta : Binatang Ternak
NAMA
NISAB
ZAKATNYA
Unta
5 ekor
1 ekor kambing umur 2 tahun lebih
Sapi / Kerbau
30 ekor
1 anak sapi umur 2 tahun lebih
12
Kambing
40 ekor
1 ekor kambing / biri-biri umur 2
tahun lebih
Jenis Harta : Emas dan Perak
NAMA
NISAB
ZAKATNYA
Emas
93,6 gram
2,5 %
Perak
624 gram
2,5 %
Jenis Harta : Buah-buahan
NAMA
NISAB
ZAKATNYA
Kurma
930
10 %
Anggur
930
10 %
Adapun harta yang diperoleh dari perniagaan atau perdagangan
zakatnya sebesar 2,5 %, demikian pula harta yang diperoleh melalui kegiatan
profesi, seperti dokter, pengacara, dan sebagainya.
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin,
pengurus zakat, para mualaf yang baru dibina jiwanya ke arah Islam, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah, dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
Demikian itu adalah ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS : At Taubah, 9 : 60) 4
Di samping itu ibadah zakat mendidik orang untuk membersihkan jiwanya dari
sifat kikir, tamak, sombong dan angkuh karena kekayaannya, menumbuhkan
sifat perhatian dan peduli terhadap orang yang lemah dan miskin.
Dari segi penerima zakat (mustahiq), zakat memberikan harapan dan
optimisme. Mereka memiliki harapan untuk dapat menyambung hidupnya dan
mengubah nasibnya,
sekaligus menghilangkan sifat
iri,
dengki, dan
kecemburuan kepada orang-orang kaya sehingga kesenjangan antara kaya
dan miskin dapat diperkecil bahkan mungkin dihilangkan.
Syariat Islam tentang zakat mendorong adanya pemerataan pendapatan dan
pemilikian harta di kalangan masyarakat muslim, menghilangkan monopoli
2016
12
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13
dan penumpukan harta pada sebagian masyarakat. Selanjutnya mendorong
lahirnya sistem ekonomi yang berdasarkan kerja sama dan tolong-menolong.
c.
Puasa dan Hikmahnya
Ibadah ritual wajib yang dilakukan setahun sekali adalah puasa pada
bulan Ramadhan. Puasa adalah menahan makan dan minum serta yang
membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa pada dasarnya merupakan proses latihan menuju tingkat ketakwaan
terhadap Allah SWT.
Di samping puasa wajib, terdapat pula ibadah puasa yang hukumnya
sunat, yaitu puasa Senin-Kamis, puasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9
Dzulhijjah, puasa Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram, puasa enam hari bulan
Syawal dan puasa tiga hari tiap bulan pada tanggal 13, 14, dan 15.
Sedangkan hari-hari yang diharamkan puasa adalah hari Idul Fitri dan
Idul Adha serta hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Puasa merupakan ibadah ritual yang memiliki makna yang dalam. Ia
merupakan wahana latihan mengendalikan nafsu dan menahan keinginankeinginan untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Ibadah puasa menguji kekuatan iman seseorang seberapa jauh
imannya mampu membendung keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan
nafsu yang mengajak untuk melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Seseorang berpuasa tidak diawasi oleh siapa pun selain Allah, dapatkah ia
terus menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah dan terus malaksanakan
pusanya atau sebaliknya karena tidak ada orang lain ia batalkan puasa dan
berpura-pura puasa. Itu semua merupakan ujian keimanan seseorang.
Ibadah puasa berfungsi pula sebagai wahana memupuk dan melatih
rasa kepedulian dan perhatian terhadap sesama. Dengan ibadah puasa orang
dapat merasakan penderitaan orang yang kekurangan pangan sehingga lahir
sikap peduli terhadap orang-orang yang lemah. Dengan puasa seorang
muslim dilatih untuk dapat membatasi dan mengendalikan nafsu terhadap
14
makanan dan minuman serta dorongan seksual yang biasanya menjadi sebab
terjadinya pelanggaran.
Puasa memiliki fungsi pula dalam pembinaan pribadi terutama melatih
sifat sabar dan menahan derita. Dua sifat yang sangat diperlukan dalam
perjuangan hidup di dunia.
d.
Ibadah Haji dan Hikmahnya
Ibadah haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan
wukuf, tawaf dan amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi
panggilan Allah SWT dan mengharap ridhaNya.
Ibadah haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu dan mencukupi syaratsyaratnya. Ibadah haji yang wajib hanya satu kali seumur hidup, sedangkan
melaksanakan ibadah haji yang kedua dan seterusnya hukumnya sunat.
Waktu malaksanakan haji dimulai dari tanggal 1 Syawal sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah.
Melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga
cara, yaitu ifrad, tamattu, dan qiran.
Ifrad
adalah
mengerjakan
ibadah haji
terlebih
dahulu,
baru
mengerjakan umrah. Apabila cara ini dilakukan, maka orang yang
melaksanakannya tidak wajib membayar dam, yaitu meneyembelih hewan.
Tamattu ialah mengerjakan umrah lebih dahulu, baru mengerjakan
haji. Cara ini mewajibkan orang yang malakukannya untuk membayar dam.
Qiran adalah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu
pekerjaan sekaligus. Cara ini juga mewajibkan orang yang melakukannya
untuk membayar dam.
Dalam ibadah haji terdapat rukun dan wajib haji. Rukun haji adalah
sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Jika
rukun haji tidak dipenuhi maka ibadah hajinya tidak sah.
Selanjutnya, dari pelaksanaan rukun dan wajib haji dapat dipetik
hikmah / makna-makna yang bermanfaat dan memiliki nilai-nilai kerohanian.
Kesemuanya itu pada akhirnya mengantarkan jamaah haji hidup dengan
pengalaman dan pengamalan kemanusiaan universal.5 Secara sepintas
beberapa hal berkaitan dengan hikmah ibadah haji :
1) Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan
mengenakan pakaian ihram. Pakaian menurut kenyataannya dan menurut Al
2016
14
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
15
Quran berfungsi antara lain sebagai pembeda antara seseorang atau
sekelompok dengan lainnya. Pembedaan tersebut dapat membawa kepada
perbedaan status sosial, ekonomi atau profesi.
Di miqat, dengan mengenakan dua helai pakaian berwarna putih-putih
yang akan membalut tubuh ketika mengakhiri perjalanan hidup di dunia,
seorang yang melaksanakan ibadah haji akan atau seharusnya dipengaruhi
oleh pakaian ini. Seharusnya ia merasakan kelamahan serta keterbatasan
dan pertanggungjawaban yang akan ditunaikannya kelak di hadapan Tuhan
Yang Maha Kuasa, yang di sisi-Nya tiada perbedaan antara seseorang
dengan yang lain kecuali atas dasar pengabdian kepada-Nya.
Dengan dikenakannya pakaian Ihram, maka sejumlah larangan harus
diindahkan oleh pelaku ibadah haji.
Jangan sakiti binatang, jangan membunuh, jangan menumpahkan
darah, jangan mencabut pepohonan. Karena, manusia berfungsi memelihara
makhluk-makhluk Tuhan serta memberinya kesempatan seluas mungkin
untuk mencapai tujuan penciptaannya. Dilarang juga menggunakan wangiwangian, bercumbu atau kawin, dan berhias supaya setiap peserta haji
menyadari bahwa manusia bukan materi semata, bukan pula birahi, dan
bahwa hiasan yang dinilai Tuhan adalah hiasan ruhani. Dilarang pula
menggunting rambut dan kuku supaya masing-masing menyadari jati dirinya
dan menghadap kepada Tuhan sebagaimana adanya.
Ka’bah yang dikunjungi mengandung pelajaran yang amat berharga
dari segi kemanusiaan. Di sana, misalnya, ada Hijr Ismail yang arti
harfiahnya “pangkuan Ismail”. Disanalah Ismail putr aIbrahim, pembangun
ka’bah ini, berada dalam pangkuan ibunya yang bernama Hajar, seorang
wanita hitam, miskin, bahkan budak, yang konon kuburannya pun berada di
tempat itu. Namun demikian, budak ini ditempatkan Tuhan di sana untuk
menjadi pelajaran bahwa Allah SWT memberikan kedudukan untuk
seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tetapi karena
kedekatannya kepada Allah SWT dan usahanya untuk hijrah dari kejahatan
menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban.
Setelah selesai melakukan tawaf membuat pelakunya larut dan
berbaur bersama manusia-manusia yang lain, serta memberi kesan
kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan
Allah SWT.
16
Sa’i mengingatkan kita kepada pengalaman Siti Hajar dan anaknya
ketika
mencari
air.
Keyakinan
wanita
ini
akan
kebesaran
dan
kamahakuasaan Allah sedemikian kokoh yang terbukti jauh sebelum
peristiwa pencarian itu. Ketika ia bersedia ditinggal bersama anaknya di
suatu lembah yang tandus. Keyakinannya yang begitu kuat tidak
menjadikannya berpangku tangan dengan hanya menunggu turunnya hujan
dari langit. Tetapi, ia berusaha dan berusaha mondar-mandir berkali-kali
demi mencari kehidupan. Siti Hajar memulai usahanya dari bukit shafa (yang
arti harfiahnya kesucian dan ketegaran), sabagi lambang bahwa untuk
mencapai hidup harus dengan usaha yang dimulai dengan kesucian dan
ketegaran dan harus diakhiri di Marwa yang berarti “ideal manusia”, sikap
menghargai, bermurah hati, dan memaafkan orang lain. Adakah makna yang
lebih agung berkaitan dengan pengamalan kemanusiaan dalam mencari
kehidupan duniawi melebihi makna-makna yang digambarkan di atas.
Kalau tawaf menggambarkan larut dan meleburnya manusia dalam
hadirat Ilahi, maka sa’i menggambarkan usaha manusia mencari hidup, yang
dilakukan begitu selesai tawaf agar melambangkan bahwa kehidupan di
dunia dan akhirat merupakan satu kesatuan dan keterpaduan.
Dengan tawaf disadarilah tujuan hidup manusia dan setelah
kesadaran itu, dimulai sa’i yang menggambarkan bahwa tugas manusia ialah
berupaya maksimal. Hasil usaha pasti akan diperoleh baik melalui usahanya
maupun melalui anugerah Tuhan, seperti yang dialami oleh Siti Hajar
bersama putranya, Ismail dengan ditemukannya air zam-zam itu. Namun
perlu dicatat bahwa Allah itu baru datang setelah upaya maksimal manusia.
Di Arafah, padang yang luas lagi gersang itu, seluruh jamaah wukuf
(berhenti) sampai terbenamnya matahari. Disanalah mereka seharusnya
menemukan ma’rifah pengetahuan sejati tentang dirinya, akhir perjalanan
hidupnya, serta di sana pula ia menyadari langkah-langkahnya selama ini. Di
sana pula ia menyadari bahwa betapa besar dan agung Tuhan yang kepadaNya bersembah seluruh makhluk, sebagaimana diperagakan secara miniatur
di padang tersebut. Kesadaran-kesadaran itulah yang mengantarkannya di
Padang Arafah untuk menjadi ‘arif (sadar) dan mengetahui.
Menurut Ibnu Sina, apabila kearifan telah menghiasi diri seseorang,
maka anda akan menemukan orang itu selalu gembira, banyak senyum
karena hatinya telah gembira sejak ia mengenal-Nya. Dimana-mana ia
2016
16
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
17
melihat satu saja, melihat yang Maha Suci itu. Semua makhluk
dipandangnya sama (karena memang semua sama, sama membutuhkanNya). Ia tidak akan mengintip kelemahan atau mencari-cari kesalahan orang
lain. Ia tidak akan cepat tersinggung walau melihat yang mungkar sekali pun.
Karena jiwanya selalu diliputi oleh rahmat dan kasih sayang.
Dari Arafah, para jamaah ke Mudzdalifah untuk mengumpulkan
senjata
dalam
menghadapi
musuh
utama
yaitu
setan.
Kemudian,
melanjutkan perjalanan ke Mina dan disanalah para jamaah haji
melampiaskan kebencian dan kemarahan mereka masing-masing terhadap
musuh yang selama ini menjadi penyebab segala kegiatan yang dialaminya.
Baru dikumpulkan di tengah malam sebagai lambang bahwa musuh tidak
boleh mengetahui siasat dan senjata kita.
Demikian, ibadah haji merupakan kumpulan symbol-simbol yang
sangat indah. Apabila dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka
pasti akan mengantarkan setiap pelakunya ke dalam lingkungan Ilahi yang
benar sebagaimana dikehendaki oleh penciptanya, Allah SWT.
2.
MU’AMALAH
Muamalah artinya saling berusaha. Muamalah dalam syariat Islam berisi
pengaturan hubungan antar manusia, baik dalam kaitan perdata maupun
pidana. Dilihat dari klasifikasi hukum, muamalah mencakup hal-hal berikut :
a.
Hukum Keluarga (ahkaam ql-ahwal al-syakhsiyyah), yaitu hukum-hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Hukum
ini dimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai
unit masyarakat terkecil.
b.
Hukum Perdata dan Bisnis (al-ahkam al-maliyah), yaitu hukum tentang
perbuatan usaha perorangan seperti jual beli (al-bai wal ijarah),
pegadaian (rahn), penanggungan (kafalah), persyarikatan (syirkah), utang
piutang (udayanah), perjanjian (uqud). Hukum perdata ini dimaksudkan
untuk
mengatur
orang
dalam
kaitannya
dengan
kekayaan
dan
pemeliharaan hak-haknya.
c.
Hukum Pidana (al-ahkam al-jinayah), yaitu hukum yang bertalian dengan
tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk
memelihara
ketentraman
hidup
manusia
dan
harta
kekayaanya,
18
kehormatannya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara
pelaku tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
d.
Hukum Acara (al-ahkam al-murafaah), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah), dan sumpah (alyamin). Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna
merealisasikan keadilan antara manusia.
e.
Hukum Perundang-undangan (al-ahkam al-dusturiyah), yaitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan
hakim dan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan
kelompok.
f.
Hukum-hukum Kenegaraan (al-ahkam al-dauliyah), yaitu hukum yang
berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan
hubungan antar negara. Dimaksudkan dengan hukum ini adalah untuk
membatasi hubungan antar negara dalam masa damai, dan masa
perang, serta membatasi hubungan antara umat Islam dengan yang lain
di dalam negara.
g.
Hukum Ekonomi dan Keuangan (al-ahkam al-iqtishadiyah waal-maliyah),
yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta
orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah
pembelanjaan negara. Dimaksudkan dengan hukum ini adalah untuk
mengatur hubungan ekonomi antara orang kaya (agniya), dengan orang
fakir miskin dan antara hak-hak keuangan negara dengan perseorangan.
Hukum-hukum di atas ada yang ditetapkan atau dirujukkan secara
eksplisit dalam firman Allah dan ada pula yang ditetapkan melalui sunnah
Rasul. Hubungan antar manusia dalam masyarakat selalu berkembang dari
waktu ke waktu seiring dengan dinamika masyarakat. Karena itu syariat Islam
dalam muamalah tidak mengatur secara rinci jenis dan bentuknya, tetapi
meletakkan prinsip-prinsip dasar yang dijadikan acuan dasar peraturan.
Selanjutnya umat Islam dapat menetapkan rincian hukum yang dapat
dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu rincian syariat menjadi temporal dan local sifatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa muamalah dalam syariat Islam tidak kaku, tetapi bersifat
fleksibel. Karena sifat muamalah yang demikian itu, maka syariat Islam dapat
terus-menerus
2016
18
memberikan
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
dasar
spiritual
bagi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
umat
Islam
dalam
19
menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, terutama dalam
kaitan ekonomi, politik, budaya, dan sejenisnya.
Sebagian dari persoalan muamalah telah dirumuskan dan dikodifikasi
oleh para ulama yang dapat dilihat pada kitab-kitab fikih. Tetapi masyarakat
dengan segala aspeknya terus berkembang, maka banyak hal baru yang
belum terkodifikasikan, seperti sistem perbankan, sistem perdagangan bursa
efek, dan sebagainya. Kendatipun demikian syariat Islam membedakan dasardasar nilai dan etika dalam menyikapi fenomena-fenomena baru tersebut.
Syariat Islam dalam muamalat senantiasa mendorong penyebaran
manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah
perselisihan dan kewenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak-pihak yang
lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariat Islam akan
lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.
3.
SISTEM KEWARISAN ISLAM
Dalam kaitan pengelolaan harta, syariat Islam mengatur pula tata cara
dan ketentuan pembagian harta yang ditinggalkan orang meninggal dunia
yang disebut hukum waris. Hukum ketententuan hak-hak waris terdapat pada
QS an-Nisa (4): 7, 11, 12 dan 176. Hukum waris berlaku karena adanya
orang yang meninggal dunia (pewaris), meninggalkan harta benda dan ahli
waris.
Pewaris adalah orang meninggal dunia yang meninggalkan harta dan
ahli waris. Hak orang yang meninggal terhadap hartanya telah hilang dan
selanjutnya harta diserahkan kepada aturan Allah, yaitu melalui hukum
pewarisan Islam. Hal lain yang masih harus ditunaikan dari orang yang
meninggal dunia adalah wasiatnya, yaitu janji ketika masih hidup untuk
memberikan sebagian hartanya kepada pihak lain. Hak wasiat ini juga dibatasi
oleh Syariat Islam, yaitu jumlahnya tidak boleh melampaui 1/3 dari jumlah
harta yang ditinggalkan dan wasiat itu tidak boleh kepada ahli waris.
Adapun harta yang ditinggalkan sebelum diatur berdasarkan hukum waris,
terlebih dahulu ditentukan bahwa harta tersebut betul-betul milik orang yang
meninggal dunia, bukan harta kerja sama atau harta bersama antara dirinya
dengan isteri / suaminya. Dari harta milik pribadinya, dibayarkan terlebih
dahulu biaya perawatan dan penguburan jenazahnya dan jika memiliki utang
dibayarkan terlebih dahulu untuk melunasi utang dan memenuhi wasiatnya.
20
Seseorang menjadi ahli waris disebabkan oleh adanya pernikahan, hubungan
darah atau kekerabatan.
Ahli waris yang disebabkan oleh proses pernikahan adalah suami dan
isteri yang apabila salah seorang meninggal lebih dulu yang lain mendapatkan
harta warisan.
Ahli waris yang disebabkan oleh hubungan darah atau kekerabatan
adalah anak kandung, cucu dan seterusnya ke bawah, bapak, kakek dan
seterusnya ke atas, serta saudara-saudara dan seterusnya ke samping.
Hak pewarisan bisa gugur disebabkan karena ahli waris yang menjadi
sebab meninggalnya pewaris dan ahli waris yang murtad. Pembunuhan yang
dilakukan ahli waris kepada pewarisnya menyebabkan gugurnya hukum
pewarisan
baik karena hubungan darah maupun pernikahan. Karena
pembunuhan merupakan dosa besar yang sangat dibenci Allah apa lagi
pengalihan harta secara paksa melalui pembunuhan.
Ahli waris yang murtad atau pindah agama menyebabkan hilangnya
hak waris mewarisi, karena dalam ajaran Islam hubungan agama jauh lebih
utama dari hubungan darah. Di samping itu, di antara ahli waris terdapat pula
kelompok yang dapat menghalangi (hijab) ahli waris lain sehingga ahli waris
itu berkurang bagiannya atau sama sekali tidak memperoleh bagian. Hijab
ada dua macam, yaitu hijab hirman dan hijab nuqsan. Hijab hirman adalah
menghalangi sama sekali sehingga ahli waris lain tidak mendapatkan bagian.
Misalnya, cucu adalah ahli waris dari kakeknya, tetapi karena kakek
meninggalkan
anak
laki-laki,
maka
cucu
tidak
memperoleh
bagian.
Sedangkan hijab nuqsan adalah manghalangi ahli waris lain, sehingga ahli
waris lain itu berkurang bagiannya. Misalnya, suami memperoleh separoh
harta peninggalan isterinya, tetapi karena isterinya itu memiliki anak, maka
bagiannya berkurang menjadi seperempat.
Adanya hijab karena sistem pewarisan Islam menganut prinsip yang
paling dekat kekerabatannya lebih utama memperoleh bagian. Pembagian
harta pusaka bagi ahli waris laki-laki dan perempuan diatur berdasarkan asas
keseimbangan antara hak dan tanggung jawab, bukan atas dasar kesamaan
status kekerabatan. Karena itu pemahaman tentang sistem kewarisan Islam
tidak bias dilepaskan dari hak dan kewajiban suami isteri dalam sistem
keluarga Islam. Laki-laki dalam keluarga adalah kepala dan penanggung
jawab keluarga, karena itu suamilah yang wajib menafkahi isteri dan anak-
2016
20
Pendidikan Agama Islam
Dra. Eva Maulina, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
21
anaknya. Sedangkan perempuan atau isteri tidak diwajibkan untuk menafkahi
suaminya. Oleh karena itu laki-laki layak memperoleh lebih besar dari
perempuan dilihat dari tanggung jawabnya terhadap keluarganya.
Sistem kewarisan diatur dan diterapkan dalam ajaran Islam untuk
melindungi keluarga dari perselisihan dan perpecahan serta menjamin hakhak anggota keluarga atas harta yang ditinggalkan. Dengan demikian hak-hak
pemilikan atas harta pusaka dapat diserahkan kepada ahli warisnya secara
adil.
DAFTAR KUTIPAN
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an wa
1
Tarjamatu ma’aniyatu ila Lughati al-Indunisiya, ( Medinah Munawwarah:
khadim al-Haramain asy-Syarifain, Tahun 1411 H ), h. 168
2
H. Suparman Usman, Hukum Islam, ( Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h. 67
3
Ibid, hal 68
4
Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Op. Cit., h. 288
5
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: Penerbit
Mizan, 2004 ), Cet. Ke-2, h. 147
Download