Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"

advertisement
Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"
Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu
yang sama.[2][3][4] Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku, "astronomi"
bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi di luar atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika
dan kimia benda-benda dan materi tersebut"[5] sedang "astrofisika" adalah cabang dari astronomi
yang berurusan dengan "tingkah laku, sifat-sifat fisika, serta proses-proses dinamis dari bendabenda dan fenomena-fenomena langit".[6]
Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank
Shu, "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika"
untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi fisika.[7] Namun demikian, penelitian-penelitian
astronomi modern kebanyakan berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika,
sehingga bisa saja kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika.[2] Banyak
badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemen-departemen fisika
atau tidak.[3] Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang
fisika.[4] Untuk ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini
bernama Astronomy and Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).
Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah astronomi
Informasi lebih lanjut: Arkeoastronomi
Peta angkasa dari abad ke-17, karya kartografer Belanda Frederik de Wit.
Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi atas gerak-gerik bendabenda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Pada beberapa situs seperti Stonehenge,
peradaban-peradaban awal juga menyusun artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan
astronomis. Observatorium-observatorium purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun
dapat juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim — sesuatu yang wajib
diketahui apabila ingin bercocok tanam — atau memahami panjang tahun.[8]
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus dilakukan dari atas bangunanbangunan atau dataran yang tinggi, semua dengan mata telanjang. Seiring dengan
berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika
Tengah, orang-orang mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifatsifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan
letak-letak bintang dan planet (sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya melahirkan
teori-teori tentang pergerakan benda-benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk
menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan, dan Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat
raya, sedang Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar mengelilinginya; model semacam ini
dikenal sebagai model geosentris, atau sistem Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir
Ptolemeus).[9]
Jam Matahari Yunani, dari Ai-Khanoum (sekarang di Afghanistan), abad 3-2 SM.
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh
orang-orang Babilonia.[10] Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus
yang teratur, disebut siklus saros.[11] Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan
demi kemajuan kemudian berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negerinegeri sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang bertujuan untuk menemukan
penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk fenomena-fenomena angkasa.[12] Pada abad
ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara
Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris — pertama
kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak presesi, juga
menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat alat-alat
penelitian astronomi paling awal seperti astrolab.[13] Mayoritas penyusunan rasi bintang di
belahan utara sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui
katalog yang waktu itu mencakup 1.020 bintang.[14] Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca.
150-80 SM) juga berasal dari periode yang sama: komputer analog yang digunakan untuk
menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada tanggal tertentu ini merupakan barang
paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14, ketika jam-jam astronomi mulai bermunculan
di Eropa.[15]
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan
stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban
lainnya, ditandai dengan dibangunnya observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada
awal abad ke-9.[16][17][18] Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi
Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal) dan mencatatnya dalam Book of Fixed Stars (Kitab
Suwar al-Kawakib).[19] Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah,
berhasil diamati oleh astronom Mesir Ali bin Ridwan dan sekumpulan astronom Cina yang
terpisah pada tahun yang sama (1006 M). Astronom-astronom besar dari era Islam ini
kebanyakan berasal dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu
Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari observatoriumobservatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang
berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan.[20][21] Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan
Timbuktu[22] juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium[23] —
melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah subSahara sebelum era kolonial.[24][25][26][27]
Revolusi ilmiah
Sketsa Bulan oleh Galileo. Melalui pengamatan, diketahui bahwa permukaan Bulan berbukitbukit.
Pada Zaman Renaisans, Copernicus menyusun model Tata Surya heliosentris, model yang
kemudian dibela dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh Galileo dan Kepler. Galileo
berinovasi dengan teleskop guna mempertajam pengamatan astronomis, sedang Kepler berhasil
menjadi ilmuwan pertama yang menyusun secara tepat dan mendetail pergerakan planet-planet
dengan Matahari sebagai pusatnya.[28] Meski demikian, ia gagal memformulasikan teori untuk
menjelaskan hukum-hukum yang ia tuliskan, sampai akhirnya Newton (yang juga menemukan
teleskop refleksi untuk pengamatan langit) menjelaskannya melalui dinamika angkasa dan
hukum gravitasi.[29][28]
Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas teleskop, semakin banyak pula penemuanpenemuan lebih lanjut yang terjadi. Melalui teknologi ini Lacaille berhasil mengembangkan
katalog-katalog bintang yang lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom JermanInggris Herschel dengan memproduksi katalog-katalog nebula dan gugusan. Pada tahun 1781 ia
menemukan planet Uranus, planet pertama yang ditemui di luar planet-planet klasik.[30]
Pengukuran jarak menuju sebuah bintang pertama kali dipublikasikan pada 1838 oleh Bessel,
yang pada saat itu melakukannya melalui pengukuran paralaks dari 61 Cygni.[31]
Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh penelitian atas masalah tiga-badan oleh
Euler, Clairaut, dan D'Alembert; penelitian yang menghasilkan metode prediksi yang lebih tepat
untuk pergerakan Bulan dan planet-planet. Pekerjaan ini dipertajam oleh Lagrange dan Laplace,
sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa planet dan satelit lewat
perturbasi/usikannya.[32] Penemuan spektroskop dan fotografi kemudian mendorong kemajuan
penelitian lagi: pada 1814-1815, Fraunhoffer menemukan lebih kurang 600 pita spektrum pada
Matahari, dan pada 1859 Kirchhoff akhirnya bisa menjelaskan fenomena ini dengan
mengatribusikannya pada keberadaan unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang
dikonfirmasikan sebagai Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun dengan
perbedaan-perbedaan pada suhu, massa, dan ukuran.[20]
Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada) bisa dibuktikan
sebagai kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari
pengamatan-pengamatan yang sama disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar
Bima Sakti dan bahwa alam semesta terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus
menjauh dari galaksi kita.[33] Astronomi modern juga menemukan dan berusaha menjelaskan
benda-benda langit yang asing seperti kuasar, pulsar, blazar, galaksi-galaksi radio, lubang hitam,
dan bintang neutron. Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad ini: model Dentuman
Besar (Big Bang) misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang kuat
(antara lain radiasi CMB, hukum Hubble, dan ketersediaan kosmologis unsur-unsur).
Astronomi observasional
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber
informasi yang paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih spesifiknya,
cahaya tampak.[34] Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah spektrum
elektromagnetik yang diamati: sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan
Bumi, sementara bagian lain hanya bisa dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya
dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang pembagian-pembagian ini bisa dilihat di
bawah:
Astronomi radio
Observatorium Very Large Array (VLA) di New Mexico, AS: contoh teleskop radio
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi radio
Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan panjang gelombang yang lebih dari
satu milimeter (perkiraan).[35] Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe
radio mengamati gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya gelombang, bukan
foton-foton yang diskrit. Dengan demikian pengukuran fase dan amplitudonya relatif lebih
gampang apabila dibandingkan dengan gelombang yang lebih pendek.[35]
Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis melalui pancaran termal, namun
sebagian besar pancaran radio yang diamati dari Bumi adalah berupa radiasi sinkrotron, yang
diproduksi ketika elektron-elektron berkisar di sekeliling medan magnet.[35] Sejumlah garis
spektrum yang dihasilkan dari gas antarbintang (misalnya garis spektrum hidrogen pada 21 cm)
juga dapat diamati pada panjang gelombang radio.[7][35]
Beberapa contoh benda-benda yang bisa diamati oleh astronomi radio: supernova, gas
antarbintang, pulsar, dan inti galaksi aktif (AGN - active galactive nucleus).[7][35]
Astronomi inframerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi inframerah
Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta analisis atas radiasi inframerah (radiasi
di mana panjang gelombangnya melebihi cahaya merah). Sebagian besar radiasi jenis ini diserap
oleh atmosfer Bumi, kecuali yang panjang gelombangnya tidak berbeda terlampau jauh dengan
cahaya merah yang tampak. Oleh sebab itu, observatorium yang hendak mengamati radiasi
inframerah harus dibangun di tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembap, atau malah di ruang
angkasa.
Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang terlalu dingin untuk memancarkan
cahaya tampak, misalnya planet-planet atau cakram-cakram pengitar bintang. Apabila radiasinya
memiliki gelombang yang cenderung lebih panjang, ia dapat pula membantu para astronom
mengamati bintang-bintang muda pada awan-awan molekul dan inti-inti galaksi — sebab radiasi
seperti itu mampu menembus debu-debu yang menutupi dan mengaburkan pengamatan
astronomis.[36] Astronomi inframerah juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari struktur kimia
benda-benda angkasa, karena beberapa molekul memiliki pancaran yang kuat pada panjang
gelombang ini. Salah satu kegunaannya yaitu mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.[37]
Astronomi optikal
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi optikal
Teleskop Subaru (kiri) dan Observatorium Keck (tengah) di Mauna Kea, keduanya contoh
observatorium yang bisa mengamati baik cahaya tampak atau cahaya hampir-inframerah. Di
kanan adalah Fasilitas Teleskop Inframerah NASA, yang hanya beroperasi pada panjang
gelombang hampir-inframerah.
Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal mengamati radiasi
elektromagnetik yang tampak oleh mata telanjang manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan
cabang yang paling tua, karena tidak memerlukan peralatan.[38] Mulai dari penghujung abad ke19 sampai kira-kira seabad setelahnya, citra-citra astronomi optikal memakai teknik fotografis,
namun sebelum itu mereka harus digambar menggunakan tangan. Dewasa ini detektor-detektor
digitallah yang dipergunakan, terutama yang memakai CCD (charge-coupled devices, peranti
tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki panjang dari 4.000 Å sampai 7.000 Å (400-700
nm).[38] Namun demikian, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk mengamati panjang
gelombang demikian dipakai pula untuk mengamati gelombang hampir-ultraungu dan hampirinframerah.
Astronomi ultraungu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi ultraungu
Ultraungu yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih kurang 100 sampai
3.200 Å (10-320 nm).[35] Cahaya dengan panjang seperti ini diserap oleh atmosfer Bumi,
sehingga untuk mengamatinya harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian atas, atau dari luar
atmosfer (ruang angkasa). Astronomi jenis ini cocok untuk mempelajari radiasi termal dan garisgaris spektrum pancaran dari bintang-bintang biru yang bersuhu sangat tinggi (klasifikasi OB),
sebab bintang-bintang seperti itu sangat cemerlang radiasi ultraungunya — penelitian seperti ini
sering dilakukan dan mencakup bintang-bintang yang berada di galaksi-galaksi lain. Selain
bintang-bintang OB, benda-benda langit yang kerap diamati melalui astronomi cabang ini antara
lain nebula-nebula planet, sisa-sisa supernova, atau inti-inti galaksi aktif. Diperlukan penyetelan
yang berbeda untuk keperluan seperti demikian sebab cahayanya mudah tertelan oleh debu-debu
antarbintang.[35]
Astronomi sinar-X
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi sinar-X
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang sinar-X melalui pancaran
sinkrotron (berasal dari elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau melalui
pancaran termal gas pekat dan gas encer pada 107 K.[35] Sinar-X juga diserap oleh atmosfer,
sehingga pengamatan harus dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit penelitian. Sumbersumber sinar-X antara lain bintang biner sinar-X (X-ray binary), pulsar, sisa-sisa supernova,
galaksi elips, gugusan galaksi, serta inti galaksi aktif.[35]
Astronomi sinar-gamma
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi sinar-gamma
Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda astronomi pada panjang gelombang paling
pendek (sinar-gamma). Sinar-gamma bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti
Observatorium Sinar-Gamma Compton (CGRO), atau dengan jenis teleskop khusus yang disebut
teleskop Cherenkov (IACT).[35] Teleskop jenis itu sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tapi
mampu mendeteksi percikan cahaya tampak yang dihasilkan dari proses penyerapan sinargamma oleh atmosfer.[39]
Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa ledakan sinar-gamma, yang hanya
menghasilkan sinar tersebut dalam hitungan milisekon sampai beberapa puluh detik saja. Sumber
yang permanen dan tidak sementara hanya sekitar 10% dari total jumlah sumber, misalnya sinargamma dari pulsar, bintang neutron, atau inti galaksi aktif dan kandidat-kandidat lubang
hitam.[35]
Cabang-cabang yang tidak berdasarkan panjang gelombang
Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk selain radiasi elektromagnetik dapat diamati
dari Bumi. Ada cabang bernama astronomi neutrino, di mana para astronom menggunakan
fasilitas-fasilitas bawah tanah (misalnya SAGE, GALLEX, atau Kamioka II/III) untuk
mendeteksi neutrino, sebentuk partikel dasar yang jamaknya berasal dari Matahari atau ledakanledakan supernova.[35] Ketika sinar-sinar kosmik memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel
berenergi tinggi yang menyusunnya akan meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil
peluruhan ini bisa dideteksi di observatorium.[40] Di masa yang akan datang, diharapkan akan ada
detektor neutrino yang peka terhadap partikel-partikel yang lahir dari benturan sinar-sinar
kosmik dan atmosfer.[35]
Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor gelombang gravitasional untuk
mengumpulkan data tentang benda-benda rapat: astronomi gelombang gravitasional.
Observatorium-observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya observatorium
LIGO di Louisiana, AS. Tetapi astronomi seperti ini sulit, sebab gelombang gravitasional amat
sukar untuk dideteksi.[41]
Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati fenomena-fenomena angkasa secara
langsung, yaitu melalui wahana-wahana antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel.
Beberapa hanya bekerja dengan sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tapi beberapa
lainnya melibatkan pendaratan —dengan kendaraan antariksa yang mampu bereksperimen di
atas permukaan. Metode-metode lain misalnya detektor material terbenam atau melakukan
eksperimen langsung terhadap sampel yang dibawa ke Bumi sebelumnya.
Astrometri dan mekanika benda langit
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astrometri dan Mekanika benda langit
Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah satu cabang astronomi
(dan bahkan sains) yang paling tua. Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran atau penyusunan
kalender memang sangat membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari,
Bulan, planet-planet, serta bintang-bintang di langit.
Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang usikan
gravitasi dan pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda langit
dengan tepat pada masa lalu dan masa depan — cabang astronomi yang mendalami bidang ini
dikenal sebagai mekanika benda langit. Dewasa ini penjejakan atas benda-benda yang dekat
dengan Bumi juga memungkinkan prediksi-prediksi akan pertemuan dekat, atau bahkan
benturan.[42]
Kemudian terdapat pengukuran paralaks bintang. Pengukuran ini sangat penting karena memberi
nilai basis dalam metode tangga jarak kosmik; melalui metode ini ukuran dan skala alam semesta
bisa diketahui. Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga bisa dipakai sebagai
basis absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih jauh, sebab ciri-ciri di antara mereka dapat
dibandingkan. Kinematika mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial serta
gerak diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula dimanfaatkan untuk pengukuran
materi gelap di dalam galaksi.[43]
Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran goyangan bintang dalam astrometri digunakan untuk
mendeteksi keberadaan planet-planet luar surya yang mengelilingi bintang-bintang di dekat
Matahari kita.[44]
Astronomi teoretis
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom
teoretis, antara lain model-model analitik (misalnya politrop untuk memperkirakan perilaku
sebuah bintang) dan simulasi-simulasi numerik komputasional; masing-masing dengan
keunggulannya sendiri. Model-model analitik umumnya lebih baik apabila peneliti hendak
mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati apa yang terjadi secara garis besar; modelmodel numerik bisa mengungkap keberadaan fenomena-fenomena serta efek-efek yang tidak
mudah terlihat.[45][46]
Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan menyimpulkan akibat-akibat
yang dapat diamati dari model-model tersebut. Ini akan membantu para pengamat untuk
mengetahui data apa yang harus dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana
yang benar dari model-model alternatif yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba
menyusun model baru atau memperbaiki model yang sudah ada apabila ada data-data baru yang
masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi, kecenderungannya adalah untuk membuat
modifikasi minimal pada model yang bersangkutan untuk mengakomodir data yang sudah
didapat. Kalau pertentangannya terlalu banyak, modelnya bisa dibuang dan tidak digunakan lagi.
Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: dinamika dan evolusi
bintang-bintang; formasi galaksi; struktur skala besar materi di alam semesta; asal-usul sinar
kosmik; relativitas umum; dan kosmologi fisik (termasuk kosmologi dawai dan fisika
astropartikel). Relativitas astrofisika dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur skala besar, di
mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga sebagai dasar dari fisika lubang hitam dan
penelitian gelombang gravitasional.
Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori Dentuman Besar, inflasi
kosmik, materi gelap, dan teori-teori fisika fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah
diintegrasikan dalam model Lambda-CDM.
Beberapa contoh proses:
Proses fisik
Alat eksperimen
Gravitasi
Teleskop radio
Model teoretis
Yang dijelaskan/diprediksi
Efek Nordtvedt
(sistem gravitasi yang Lahirnya sebuah tata bintang
mandiri)
Evolusi bintang
Bagaimana bintang berpijar;
bagaimana logam terbentuk
(nukleosintesis).
Teleskop luar
Dentuman Besar
angkasa Hubble,
(Big Bang)
COBE
Alam semesta yang
mengembang
Usia alam semesta
Fluktuasi
kuantum
Inflasi kosmik
Masalah kerataan alam semesta
(flatness problem)
Fusi nuklir
Keruntuhan
gravitasi
Spektroskopi
Astronomi sinar-X Relativitas umum
Sekumpulan lubang hitam di pusat
Galaksi Andromeda.
Siklus CNO
pada bintangbintang
Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada beberapa tahun terakhir adalah materi gelap
dan energi gelap — penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini bermula dari penelitian
atas galaksi-galaksi.[47]
Cabang-cabang spesifik
Astronomi surya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Matahari
Lihat pula: Teleskop surya
Citra ultraungu dari fotosfer aktif Matahari, hasil tangkapan teleskop TRACE oleh NASA.
Matahari adalah bintang yang terdekat dari Bumi pada sekitar 8 menit cahaya, dan yang paling
sering diteliti; ia merupakan bintang katai pada deret utama dengan klasifikasi G2 V dan usia
sekitar 4,6 milyar tahun. Walau tidak sampai tingkat bintang variabel, Matahari mengalami
sedikit perubahan cahaya melalui aktivitas yang dikenal sebagai siklus bintik Matahari —
fluktuasi pada angka bintik-bintik Matahari selama sebelas tahun. Bintik Matahari ialah daerah
dengan suhu yang lebih rendah dan aktivitas magnetis yang hebat.[48]
Luminositas Matahari terus bertambah kuat secara tetap sepanjang hidupnya, dan sejak pertama
kali menjadi bintang deret utama sudah bertambah sebanyak 40%. Matahari juga telah tercatat
melakukan perubahan periodik dalam luminositas, sesuatu yang bisa menyebabkan akibat-akibat
yang signifikan atas kehidupan di atas Bumi.[49] Misalnya periode minimum Maunder, yang
sampai menyebabkan fenomena zaman es kecil pada Abad Pertengahan.[50]
Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut fotosfer. Di atasnya ada lapisan tipis yang
biasanya tidak terlihat karena terangnya fotosfer, yaitu kromosfer. Di atasnya lagi ada lapisan
transisi di mana suhu bisa naik secara cepat, dan di atasnya terdapatlah korona yang sangat
panas.
Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada tingkat suhu dan tekanan yang cukup di sini
sehingga fusi nuklir dapat terjadi. Di atasnya terdapat zona radiatif; di sini plasma akan
menghantarkan panas melalui proses radiasi. Di atas zona radiatif adalah zona konvektif; materi
gas di zona ini akan menghantarkan energi sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu
sendiri. Zona inilah yang dipercaya sebagai sumber aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik
Matahari.[48]
Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma yang bertiup keluar dari Matahari secara
terus-menerus sampai mencapai titik heliopause. Angin ini bertemu dengan magnetosfer Bumi
dan membentuk sabuk-sabuk radiasi Van Allen dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi
turun menujur atmosfer — menghasilkan aurora.[51]
Ilmu keplanetan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ilmu keplanetan dan geologi keplanetan
Cabang astronomi ini meneliti susunan planet, bulan, planet katai, komet, asteroid, serta bendabenda langit lain yang mengelilingi bintang, terutama Matahari, walau ilmu ini meliputi juga
planet-planet luar surya. Tata Surya kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertamatama melalui teleskop dan kemudian menggunakan wahana-wahana antariksa — sehingga
pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi sistem keplanetan ini sudah sangat baik,
walaupun masih ada penemuan-penemuan baru yang terjadi.[52]
Titik hitam di atas ialah sebuah setan debu (dust devil) yang tengah memanjat suatu kawah di
Mars. Ini serupa dengan tornado yang berpilin dan berpindah-pindah, menghasilkan "ekor" yang
panjang dan gelap. Citra oleh NASA.
Tata Surya dibagi menjadi beberapa kelompok: planet-planet bagian dalam, sabuk asteroid, dan
planet-planet bagian luar. Planet-planet bagian dalam adalah planet-planet bersifat kebumian
yaitu Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Planet-planet bagian luar adalah raksasa-raksasa gas
Tata Surya yaitu Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.[53] Apabila kita pergi lebih jauh lagi,
maka akan ditemukan benda-benda trans-Neptunus: pertama sabuk Kuiper dan akhirnya awan
Oort yang bisa membentang sampai satu tahun cahaya.
Terbentuknya planet-planet bermula pada sebuah cakram protoplanet yang mengitari Matahari
pada periode-periode awalnya. Dari cakram ini terwujudlah gumpalan-gumpalan materi melalui
proses yang melibatkan tarikan gravitasi, benturan, dan akresi; gumpalan-gumpalan ini kemudian
lama-kelamaan menjadi kumpulan protoplanet. Karena tekanan radiasi dari angin surya terus
mendorong materi-materi yang belum menggumpal, hanya planet-planet yang massanya cukup
besar yang mampu mempertahankan atmosfer berbentuk gas. Planet-planet muda ini terus
menyapu dan memuntahkan materi-materi yang tersisa, menghasilkan sebuah periode
penghancuran yang hebat. Sisa-sisa periode ini bisa dilihat melalui banyaknya kawah-kawah
tabrakan di permukaan Bulan. Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari protoplanetprotoplanet yang ada mungkin bertabrakan satu sama lain; kemungkinan besar tabrakan seperti
itulah yang melahirkan Bulan kita.[54]
Ketika suatu planet mencapai massa tertentu, materi-materi dengan massa jenis yang berlainan
mulai saling memisahkan diri dalam proses yang disebut diferensiasi planet. Proses demikian
bisa menghasilkan inti yang berbatu-batu atau terdiri dari materi-materi logam, diliputi oleh
lapisan mantel dan lalu permukaan luar. Inti planet ini bisa terbagi menjadi daerah-daerah yang
padat dan cair, dan beberapa mampu menghasilkan medan magnet mereka sendiri, sehingga
planet dapat terlindungi dari angin surya.[55]
Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang dari benturan yang dihasilkan sendiri
oleh planet/bulan tersebut, atau oleh materi-materi radioaktif (misalnya uranium, torium, atau
26
Al), atau pemanasan pasang surut. Beberapa planet dan bulan berhasil mengumpulkan cukup
panas untuk menjalankan proses-proses geologis seperti vulkanisme dan aktivitas-aktivitas
tektonik. Apabila planet/bulan tersebut juga memiliki atmosfer, maka erosi pada permukaan
(melalui angin atau air) juga dapat terjadi. Planet/bulan yang lebih kecil dan tanpa pemanasan
pasang surut akan menjadi dingin lebih cepat dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan berakhir,
terkecuali pembentukan kawah-kawah tabrakan.[56]
Astronomi bintang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bintang
Nebula Semut. Gas yang dimuntahkan dari bintang sekarat di tengahnya tidak biasa karena
membentuk pola yang simetris, bukan semrawut seperti ledakan pada umumnya.
Untuk memahami alam semesta, penelitian atas bintang-bintang dan bagaimana mereka
berevolusi sangatlah fundamental. Astrofisika yang berkenaan dengan bintang sendiri bisa
diketahui baik lewat segi pengamatan maupun segi teoretis, serta juga melalui simulasi
komputer.[57]
Bintang terbentuk pada awan-awan molekul raksasa, yaitu daerah-daerah yang padat akan debu
dan gas. Ketika kehilangan kestabilannya, serpihan-serpihan dari awan-awan ini bisa runtuh di
bawah gaya gravitasi dan membentuk protobintang. Apabila bagian intinya mencapai kepadatan
dan suhu tertentu, fusi nuklir akan dipicu dan akan terbentuklah sebuah bintang deret utama.[58]
Nyaris semua unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium merupakan hasil dari proses yang
terjadi di dalam inti bintang-bintang.[57]
Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu bintang secara garis besar ditentukan oleh massa awalnya:
semakin besar massanya, maka semakin tinggi pula luminositasnya, dan semakin cepat pula ia
akan menghabiskan bahan bakar hidrogen pada inti. Lambat laun, bahan bakar hidrogen ini akan
diubah menjadi helium, dan bintang yang bersangkutan akan mulai berevolusi. Untuk melakukan
fusi helium, diperlukan suhu inti yang lebih tinggi, oleh sebab itu intinya akan semakin padat dan
ukuran bintang pun berlipat ganda — bintang ini telah menjadi sebuah raksasa merah. Fase
raksasa merah ini relatif singkat, sampai bahan bakar heliumnya juga sudah habis terpakai. Kalau
bintang tersebut memiliki massa yang sangat besar, maka akan dimulai fase-fase evolusi di mana
ia semakin mengecil secara bertahap, sebab terpaksa melakukan fusi nuklir terhadap unsur-unsur
yang lebih berat.[59]
Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada massa. Jika massanya lebih dari sekitar
delapan kali lipat Matahari kita, maka gravitasi intinya akan runtuh dan menghasilkan sebuah
supernova;[60] jika tidak, akan menjadi nebula planet, dan terus berevolusi menjadi sebuah katai
putih.[61] Yang tersisa setelah supernova meletus adalah sebuah bintang neutron yang sangat
padat, atau, apabila materi sisanya mencapai tiga kali lipat massa Matahari, lubang hitam.[62]
Bintang-bintang biner yang saling berdekatan evolusinya bisa lebih rumit lagi, misalnya, bisa
terjadi pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat menyebabkan supernova.[63]
Nebula-nebula planet dan supernova-supernova diperlukan untuk proses distribusi logam di
medium antarbintang; kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang baru (dan juga sistemsistem planet mereka) hanya akan tersusun dari hidrogen dan helium saja.[64]
Astronomi galaksi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi galaksi
Struktur lengan-lengan spiral Bima Sakti yang sudah teramati.
Tata Surya kita beredar di dalam Bima Sakti, sebuah galaksi spiral berpalang di Grup Lokal. Ia
merupakan salah satu yang paling menonjol di kumpulan galaksi tersebut. Bima Sakti merotasi
materi-materi gas, debu, bintang, dan benda-benda lain, semuanya berkumpul akibat tarikan gaya
gravitasi bersama. Bumi sendiri terletak pada sebuah lengan galaksi berdebu yang ada di bagian
luar, sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti yang tidak terlihat.
Pada pusat galaksi ialah bagian inti, semacam tonjolan berbentuk seperti batang; diyakini bahwa
terdapat sebuah lubang hitam supermasif di bagian pusat ini. Bagian ini dikelilingi oleh empat
lengan utama yang melingkar dari tengah menuju arah luar, dan isinya kaya akan fenomena-
fenomena pembentukan bintang, sehingga memuat banyak bintang-bintang muda (metalisitas
populasi I). Cakram ini lalu diliputi oleh cincin galaksi yang berisi bintang-bintang yang lebih
tua (metalisitas populasi II) dan juga gugusan-gugusan bintang berbentuk bola (globular), yaitu
semacam kumpulan-kumpulan bintang yang relatif lebih padat.[65]
Daerah di antara bintang-bintang disebut medium antarbintang, yaitu daerah dengan kandungan
materi yang jarang — bagian-bagiannya yang relatif terpadat adalah awan-awan molekul berisi
hidrogen dan unsur lainnya, tempat di mana banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan
terbentuk sebuah inti pra-bintang atau nebula gelap yang merapat dan kemudian runtuh (dalam
volume yang ditentukan oleh panjang Jeans) untuk membangun protobintang.[58]
Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka akan mengubah awan molekul menjadi
awan daerah H II, yaitu awan dengan gas berpijar dan plasma. Pada akhirnya angin serta ledakan
supernova yang berasal dari bintang-bintang ini akan memencarkan awan yang tersisa, biasanya
menghasilkan sebuah (atau lebih dari satu) gugusan bintang terbuka yang baru. Gugusangugusan ini lambat laun berpendar, dan bintang-bintangnya bergabung dengan Bima Sakti.[66]
Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan materi-materi di Bima Sakti (dan galaksi
lainnya) menunjukkan bahwa materi-materi yang tampak massanya kurang dari massa seluruh
galaksi. Ini menandakan terdapat apa yang disebut materi gelap yang bertanggung jawab atas
sebagian besar massa keseluruhan, tapi banyak hal yang belum diketahui mengenai materi
misterius ini.[67]
Astronomi ekstragalaksi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi ekstragalaksi
Citra di atas menampilkan beberapa benda biru berbentuk lingkaran; ini adalah gambar-gambar
dari galaksi yang sama, tergandakan oleh efek lensa gravitasional yang disebabkan oleh gugusan
galaksi-galaksi kuning pada bagian tengah foto. Efek lensa itu dihasilkan medan gravitasi
gugusan dan membelokkan cahaya sehingga gambar salah satu benda yang lebih jauh diperbesar
dan terdistorsi.
Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita — astronomi ekstragalaksi —
merupakan cabang yang mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi, morfologi dan
klasifikasi mereka, serta pengamatan atas galaksi-galaksi aktif beserta grup-grup dan gugusangugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan belakangan, penting untuk memahami struktur
alam semesta dalam skala besar.
Kebanyakan galaksi akan membentuk wujud-wujud tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa
disusun berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya, mereka dibagi-bagi menjadi galaksigalaksi spiral, elips, dan tak beraturan.[68]
Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk seperti elips. Bintang-bintang berputar pata garis
edarnya secara acak tanpa menuju arah yang jelas. Galaksi-galaksi seperti ini kandungan debu
antarbintangnya sangat sedikit atau malah tidak ada; daerah penghasil bintangnya tidak banyak;
dan rata-rata penghuninya bintang-bintang yang sudah tua. Biasanya galaksi elips ditemukan
pada bagian inti gugusan galaksi, dan bisa terlahir melalui peleburan galaksi-galaksi besar.
Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang berotasi, biasanya dengan tonjolan atau batangan
pada bagian tengah dan lengan-lengan spiral cemerlang yang timbul dari bagian tersebut.
Lengan-lengan ini ialah lapangan berdebu tempat lahirnya bintang-bintang baru, dan
penghuninya adalah bintang-bintang muda yang bermassa besar dan berpijar biru. Umumnya,
galaksi spiral akan dikelilingi oleh cincin yang tersusun atas bintang-bintang yang lebih tua.
Contoh galaksi semacam ini adalah Bima Sakti dan Andromeda.
Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan tidak menyerupai bangun tertentu seperti
spiral atau elips. Kira-kira seperempat dari galaksi-galaksi tergolong tak beraturan, barangkali
disebabkan oleh interaksi gravitasi.
Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang signifikan dari sumber
selain bintang-bintang, debu, atau gas; juga, apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat
di sekitar inti — kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi
benda-benda yang ia telan.
Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum radio yang sangat terang serta
memancarkan jalaran gas dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut tergolong galaksi radio.
Contoh galaksi seperti ini adalah galaksi-galaksi Seyfert, kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang
diyakini sebagai benda yang paling dapat dipastikan sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan
spesimen yang redup.[69]
Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai kumpulan dari grup-grup
dan gugusan-gugusan galaksi. Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki
pengelompokan; yang terbesar adalah maha-gugusan (supercluster). Kemudian kelompokkelompok ini disusun menjadi filamen-filamen dan dinding-dinding galaksi, dengan kehampaan
di antara mereka.[70]
Kosmologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kosmologi fisik
Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani kosmos (κόσμος, "dunia") dan akhiran -logia dari logos
(λόγος, "pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti alam semesta secara
keseluruhan.
Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta, yaitu cabang yang dikenal sebagai
kosmologi fisik, telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam tentang formasi dan evolusi
jagat raya. Salah satu teori yang paling penting (dan sudah diterima luas) adalah teori Dentuman
Besar, yang menyatakan bahwa dunia bermula pada satu titik dan mengembang selama 13,7
milyar tahun sampai ke masa sekarang.[71] Gagasan ini bisa dilacak kembali pada penemuan
radiasi CMB pada tahun 1965.[71]
Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami beberapa tingkat evolusi. Pada awalnya,
diduga bahwa terdapat inflasi kosmik yang sangat cepat, mengakibatkan homogenisasi pada
kondisi-kondisi awal. Setelah itu melalui nukleosintesis dihasilkan ketersediaan unsur-unsur
untuk periode awal alam semesta.[71] (Lihat juga nukleokosmokronologi.)
Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa menjadi transparan terhadap radiasi,
melepaskan energi yang sekarang dikenal sebagai radiasi CMB. Alam semesta yang tengah
mengembang pun memasuki Zaman Kegelapan, sebab tidak ada sumber daya bintang yang bisa
memancarkan cahaya.[72]
Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat variasi-variasi kecil pada massa jenis.
Materi lalu terhimpun pada daerah-daerah dengan massa jenis yang paling tinggi, melahirkan
awan-awan gas dan bintang-bintang yang paling purba (metalisitas III). Bintang-bintang besar ini
memicu proses reionisasi dan dipercaya telah menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam
semesta dini; unsur-unsur ini cenderung meluruh kembali menjadi unsur-unsur yang lebih
ringan, memperpanjang siklus.[73]
Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan materi membentuk filamen-filamen dan
menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya. Lambat laun, gas dan debu melebur dan
membentuk galaksi-galaksi primitif. Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan
tersusun menjadi grup dan gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar pun
terwujud.[74]
Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam struktur alam semesta adalah materi
gelap dan energi gelap. Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia
kita, di mana massa mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta. Oleh sebab itu,
upaya-upaya terus dibuat untuk meneliti dan memahami segi fisika benda-benda ini.[75]
Penelitian-penelitian interdisipliner
Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan yang kuat dengan cabang-cabang
ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya arkeoastronomi, yang mempelajari astronomi kuno atau
tradisional dalam konteks budaya masing-masing mempergunakan bukti-bukti arkeologis dan
antropologis. Atau astrobiologi, kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem
biologis di alam semesta; terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.
Ada juga cabang yang meneliti zat-zat kimia yang ditemukan di luar angkasa; bagaimana mereka
terwujud, berperilaku, dan terhancurkan. Ini dinamakan astrokimia. Zat-zat yang hendak
dipelajari biasanya ditemukan pada awan molekul, walau ada juga yang terdapat di bintang
bersuhu rendah, katai coklat, atau planet. Lalu kosmokimia, ilmu serupa yang lebih mengarah ke
penelitian unsur-unsur dan variasi-variasi rasio isotop pada Tata Surya. Ilmu-ilmu ini bisa
menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi dan kimia. Bahkan sekarang ada
astronomi forensik, di mana metode-metode astronomi dipakai untuk memecahkan masalahmasalah hukum dan sejarah.
Astronomi amatir
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi amatir
Astronom amatir bisa membangun peralatan mereka sendiri dan menyelenggarakan pesta-pesta
dan pertemuan astronomi, contohnya komunitas Stellafane.
Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu dari sedikit cabang ilmu di mana tenaga
amatir dapat berkontribusi banyak.[76] Secara keseluruhan, astronom-astronom amatir mengamati
berbagai benda dan fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan peralatan yang mereka buat
sendiri. Yang jamak diamati yaitu Bulan, planet, bintang, komet, hujan meteor, dan benda-benda
langit dalam seperti gugusan bintang, galaksi, dan nebula. Salah satu cabang astronomi amatir
adalah astrofotografi amatir, yang melibatkan mengambilan foto-foto langit malam. Banyak yang
memilih menjadi astrofotografer yang berspesialis dalam obyek atau peristiwa tertentu.[77][78]
Kebanyakan astronom amatir bekerja dalam astronomi optikal, walau sebagian kecil ada juga
yang mencoba bereksperimen dengan panjang gelombang di luar cahaya tampak, misalnya
dengan penyaring inframerah pada teleskop biasa, atau penggunaan teleskop radio. Pelopor radio
astronomi amatir adalah Karl Jansky, yang memulai kegiatan ini pada dekade 1930-an. Amatir
jenis seperti Jansky ini memakai teleskop buatan sendiri atau teleskop radio profesional yang
sekarang sudah boleh diakses oleh amatir seperti halnya Teleskop Satu Mil (One-Mile
Telescope).[79][80]
Sumbangsih astronom amatir tidak sepele, sebab banyak hal — seperti pengkuran okultasi guna
mempertajam catatan garis edar planet-planet kecil — bergantung pada pekerjaan astronomi
amatir. Para amatir dapat pula menemukan komet atau melakukan penelitian rutin atas bintangbintang variabel. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, astrofotografi amatir juga
semakin efektif dan semakin giat memberikan sumbangan ilmu.[81][82][83]
Daftar persoalan astronomi yang belum terpecahkan
Lihat pula: Daftar persoalan fisika yang belum terpecahkan
Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah mengalami kemajuan-kemajuan yang
sangat pesat dan membuat terobosan-terobosan yang sangat besar dalam upaya memahami alam
semesta dan segala isinya, masih ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa terjawab.
Untuk memecahkan permasalahan seperti ini, boleh jadi diperlukan pembangunan peralatanperalatan baru baik di permukaan Bumi maupun di antariksa. Selain itu, mungkin juga
diperlukan perkembangan baru dalam fisika teoretis dan eksperimental.






Apakah asal-usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus
mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama —
walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda?[84] Diperlukan
pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas lain di
alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada kehidupan lain
di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat penting.[85][86] Apakah
Tata Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang melandasi
hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe) tepat? Apabila
tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis? Apa sebenarnya yang
menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi homogen? Kenapa terdapat
asimetri barion di alam semesta?
Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap? Mereka telah mendominasi
proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib dari jagat raya, tapi sifat-sifat mendasar
mereka tetap belum dipahami.[87] Apa yang akan terjadi di penghujung waktu?[88]
Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam
supermasif terbentuk?
Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultra-tinggi?
Download