Bab IVFaktor yang Mempengaruhi Evolusi

advertisement
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
Bab IV Faktor yang Mempengaruhi
Evolusi
IV.1
Genetika
A. Pengertian Genetika
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat atau karakter yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun.
Penurunan sifat dan karakter itu melaui gen yang terdapat dalam kromosom di
dalam inti sel. Bahan dasar inti sel (nucleus) adalah protein khas yang disebut
protein inti atau nucleoprotein. Nucleoprotein dibangun oleh senyawa protein dan
asam inti atau Asam Deoksiribo Nukleat (DNA) dan Asam Ribo Nukleat (RNA).
B. Hukum Mendel
Hal lain yang menjadi masalah bagi teori Darwin adalah penurunan sifat. Pada
masa ketika Darwin mengembangkan teorinya, pertanyaan tentang cara makhluk
hidup meneruskan sifat ke keturunannya –yaitu, bagaimana penurunan sifat
terjadi?— tidaklah dipahami sepenuhnya. Itulah mengapa keyakinan awam bahwa
penurunan sifat terjadi melaui darah masih diterima luas.
Pengatahuan dangkal tentang penurunan sifat membawa Darwin mendasarkan
teorinya pada landasan yang sama sekali salah. Darwin beranggapan bahwa
seleksi alam merupakan “mekanisme evolusi”. Namun, ada satu pertanyaan yang
tetap tidak terjawab : bagaimanakan “sifat menguntungkan: ini terpilih dari
diteruskan dari satu keturunan ke berikutnya? Pada titik ini, Darwin menganut
teori Lamarck, yaitu “penurunan sifat-sifat dapatan”, dalam bukunya, The Great
Evolution Mystery (Rahasia Besar Evolusi), Gordon R. Taylor, seorang peneliti
penganjur teori evolusi, menggambarkan pandangannya bahwa Darwin sangat
terpengaruh oleh Lamarck :
Lamarckisme dikenal sebagai teori penurunan sifat-sifat dapatan. Sebenarnya,
Darwin sendiri cenderung mempercayai bahwa penurunan sifat seperti itu bisa
terjadi dan menyebutkan laporan kejadian tentang seseorang yang kehilangan
jarinya dan melahirkan anak tanpa jari …(Darwin), katanya, tidak mengambil
satu ide pun dari Lamarck. Hal ini sangat ironis karena Darwin berkali-kali
25
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
memainkan gagasan penurunan sifat dapatan dan, jika gagasan ini begitu
buruk, Darwinlah yang seharusnya mendapatkan nama jelek daripada
Lamarck. Dalam karyanya edisi tahun 1859, Darwin mengacu pada
“perubahan keadaan lingkungan luar” menyebabkan keragaman, tetapi
kemudian keadaan ini dijelaskan sebagai mengarahkan keragaman dan bekerja
sama dengan seleksi alam dalam mengarahkannya. Setiap tahun, ia semakin
mengacu kepada aktivitas penggunaan dan penyia-nyiaan. Pada tahun ketika ia
menerbitkan Varieties of Animals and plants under Domestication
(Keragaman Hewan dan Tumbuhan dalam Pembudidayaan), segala contoh
tentang penurunan sifat menurut Lamarck ia berikan : seperti seorang laki-laki
yang terpotong jari kelingkingnya dan semua anak laki-laki yang terlahir
dengan kulit khitan yang pendek sebagai akibat dari tradisi berkhitan secara
turun-temurun.
Namun, pandangan lamarck, seperti yang telah kita lihat di atas, disangkal
oleh hukum penurunan sifat yang terungkap oleh seorang pendeta dan ahli
tumbuhan Austria, Gregor Mendel. Karenanya, konsep “sifat-sifat yang
menguntungkan”
tidak
memperoleh
dukungan.
Hukum
penurunan
sifat
menunjukkan bahwa sifat-sifat dapatan tidak diturunkan dan bahwa penurunan
sifat berdasarkan hukum tetap tertentu. Hukum ini mendukung pandangan bahwa
spesies tetap tidak berubah. Berapa kali pun sapi yang dilihat oleh Darwin di pasar
ternak Inggris beranak, jenis sendiri tidak akan pernah berubah : sapi akan tetap
menjadi sapi.
Gregor Mendel mengumumkan hukum penurunan sifat yang ia temukan
sebagai hasil dari percobaan dan pengamatan yang panjang dalam sebuah makalah
ilmiah pada tahun 1868. Namun, makalah ini baru menarik perhatian dunia ilmiah
pada akhir abad. Pada awal abad ke-20, kebenaran dari hukum ini telah diterima
oleh seluruh masyarakat ilmiah. Hal ini merupakan kebuntuan besar bagi teori
Darwin yang mencoba mendasarkan konsep “sifat-sifat menguntungkan” pada
(toeir) Lamarck.
Di sini, kita harus meluruskan kesalahpahaman umum : Mendel tidak hanya
menentang model evolusi Lamarck, tetapi juga Darwin. Sebagaimana artikel
“Mendel’s Opposition to Evolution and Darwin” (Penentangan Mendel atas
Evolusi dan Darwin), dalam Journal of Heredity, menjelaskan, “Ia (Mendel)
26
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
mengenal (buku) The Origin of Species dan ia menentang teori Darwin; Darwin
mendukung penurunan (sifat) dengan perubahan melalui seleksi alam, sedangkan
Mendel menyokong doktrin tradisional tentang penciptaan khusus.”
IV.2
Mutasi
Mutasi diartikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi pada molekul
DNA yang ditemukan dalam inti sel dari setiap makhluk hidup dan memuat semua
informasi genetik darinya. Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan oleh pengaruhpengaruh luar, seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap mutasi adalah sebuah
“kecelakaan” dan merusak nukleotida-nukleotida penyusunan DNA atau mengubah
kedudukan mereka. Hampir selalu, mereka menyebabkan kerusakan dan perubahan yang
sedemikian besar sehingga sel tidak bisa memperbaikinya.
Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis,
bukan sebuah tongkat sulap yang bisa mengubah makhluk hidup
menjadi bentuk yang lebih maju dan sempurna. Dampak langsung
mutasi
adalah
membahayakan.
Perubahan-perubahan
yang
diakibatkan oleh mutasi hanya akan serupa dengan apa yang dialami
penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl, yaitu kematian,
cacat, dan kelainan tubuh.
Alasan di balik ini sangatlah sederhana : DNA memiliki
Kaki yang cacat,
hasil mutasi.
struktur yang sangat kompleks dan perubahan-perubahan acak hanya
akan merusaknya. Ahli biologi B.G.Ranganathan menyatakan :
Pertama, mutasi asli sangat jarang terjadi di alam. Kedua, kebanyakan mutasi
adalah berbahaya karena terjadi secara acak, bukan secara teratur mengubah
struktur gen, setiap perubahan acak dalam suatu sistem yang sangat tertata rapi
hanya akan memperburuk, bukan memperbaiki. Sebagai contoh, jika gempa bumi
menggoncang struktur yang tertata rapi, seperti gedung, akan terjadi perubahan
acak pada kerangka bangunan tersebut yang dapat dipastikan, tidak akan
merupakan suatu perbaikan.”
Tidak mengherankan, tidak satu pun mutasi bermanfaat telah teramati sejauh ini.
Semua mutasi telah terbukti berbahaya. Ilmuwan evolusionis, Warren Weaver,
mengomentari lapiran yang disusun oleh Committee on Genetic Effects of Atomic
Radiation (Komite dampak Genetik dari Radiasi Atom), sebuah organisasi yang dibentuk
27
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
untuk menyelidiki mutasi yang mungkin terjadi akibat senjata nuklir pada Perang Dunia
II :
Banyak yang akan tercengang oleh pernyataan bahwa hampir semua gen termutasi
yang telah dikenal ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian yang
diperlukan dari proses evolusi, bagaimana mungkin suatu pengaruh baik evolusi
ke bentuk kehidupan yang lebih tinggi dihasilkan dari mutasi yang umumnya
membahayakan?”
Setiap usaha yang dilakukan untuk “menghasilkan mutasi yang bermanfaat”
berakhir dengan kegagalan. Selama puluhan tahun, evolusionis melakukan berbagai
percobaan untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah karena serangga ini berkembang
biak sedemikian cepat sehingga mutasi akan lebih cepat terlihat. Keturunan demi
keturunan lalat buah ini dimutasikan, namun tidak satu pun mutasi bermanfaat yang
teramati terjadi. Ahli genetika evolusionis, Gordon taylor, akhirnya menulis :
Sejak awal abad ke-20, ahli
biologi evolusi telah
mencari-cari contoh mutasi
menguntungkan dengan
menciptakan lalat mutan
[lalat hasil mutasi]. Tetapi,
usaha keras ini selalu
menghasilkan makhluk yang
berpenyakit dan cacat.
Gambar kiri menunjukkan
kepala seekor lalat buah
yang wajar, dan gambar
kanan menunjukkan kepala
lalat buah dengan kaki yang
keluar darinya, akibat
mutasi.
Adalah sebuah kenyataan menarik, tetapi tidak sering disebutkan bahwa,
meskipun para ahli genetika telah mengembangbiakkan lalat buah selama lebih
dari 60 tahun di laboratorium seluruh dunia, lalat yang menghasilkan keturunan
baru setiap sebelas hari tidak pernah terlihat oleh mereka munculnya spesies baru
atau bahkan enzim baru.
Peneliti lainnya, Michael Pitman, berkomentar tentang kegagalan percobaanpercobaan tersebut :
28
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli genetika yang lain
telah menghadapkan beberapa lalat buah pada kondisi
ekstrim, seperti panas, dingin, terang, gelap, dan
perlakukan dengan zat kimia serta radiasi. Semua jenis
mutasi, semuanya hampir tak berarti atau benar-benar
Katak mutan terlahir dengan
kaki pincang.
merugikan, telah dihasilkan. Inikah evolusi buatan
manusia? Tidak juga : hanya sebagian kecil dari monster
buatan para ahli genetika tersebut yang mungkin mampu bertahan hidup di luar
botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya, mutan-mutan
tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke jenis asalnya.
Hal yang sama berlaku bagi manusia. Semua mutasi yang teramati pada manusia
mengakibatkan cacat fisik, penyakit mongolisme, sindroma down, albinisme (bulai),
cebol, atau kanker. Jelaslah, sebuah proses yang membua manusia cacat atau sakit tidak
mungkin menjadi “mekanisme evolusi”. Evolusi seharusnya menghasilkan bentuk-bentuk
yang lebih mampu bertahan hidup.
Ahli penyakit Amerika, David A. Demick, mencatat sebagai berikut dalam sebuah
artikel ilmiah tentang mutasi :
Ribuan penyakit manusia yang berhubungan dengan
mutasi gentik telah dicatat pada beberapa tahun terakhir
dan lebih banyak lagi yang sedang dikaji. Sebuah buku
rujukan terbaru genetika kedokteran mendaftarkan sekitar
4500 penyakit genetika yang berbeda. Beberapa gejala
menurun yang diketahui secara klinis pada masa sebelum
analisis genetika molekuler (seperti gejala Marfan)
sekarang
ternyata
diketahui
berbeda
jenis,
yaitu
Lalat mutan dengan
sayap cacat.
berhubungan dengan berbagai mutasi yang berbeda. Dengan sederetan penyakit
manusia yang disebabkan oleh mutasi ini, apakah dampak baiknya? Dengan
ribuan
contoh
mutasi
berbahaya
yang
ada,
tentunya
dimungkinkan
memperlihatkan beberapa mutasi berguna jika saja evolusi makro benar. Hal ini
(mutasi berguna) akan diperlukan tidak hanya untuk evolusi ke bentuk lebih
kompleks, tetapi juga untuk mengurangi dampak buruk dari banyak mutasi
berbahaya. Namun, ketika tiba saatnya untuk menunjukkan mutasi berguna,
ilmuwan-ilmuwan evolusionis, anehnya, hanya bungkam.
29
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
Satu-satunya contoh “mutasi berguna” yang diberikan oleh ahli biologi evolusi
adalah penyakit yang dikenal sebagai anemia sel sabit. Pada penyakit ini molekul
hemoglobin, yang membawa oksigen dalam darah, rusak karena mutasi dan mengalami
perubahan bentuk. Akibatnya, kemampuan molekul hemoglobin untuk mengangkut
oksigen benar-benar terganggu. Karena itu, penderita anemia sel sabit mengalami
kesulitan bernafas. Namun demikian, contoh mutasi ini, yang dijabarakan dalam bab
kelainanan darah pada buku kedokteran, anehnya dinilai oleh sebagian ahli biologi
evolusi sebagai “mutasi berguna”. Mereka mengatakan bahwa kekebalan terbatas
terhadap malaria pada penderita anemia sel sabit adalah sebuah “hadiah” dari evolusi.
Dengan alur pemikiran yang sama, seseorang bisa mengatakan bahwa, karena orang yang
dilahirkan dengan kelumpuhan kaki genetik tidak mampu berjalan dan jadinya selamat
dari kematian karena kecelakaan lalu lintas, maka kelumpuhan kaki genetik tersebut
adalah sebuah “sifat genetik yang menguntungkan”. Pemikiran seperti ini jelas-jelas tidak
berdasar.
Bentuk dan fungsi sel darah merah mengalami kerusakan akibat anemia sel-sabit. Karenanya,
daya ikat oksigen sel berkurang.
Jelaslah bahwa mutasi hanyalah suatu mekanisme yang merusak. Pierre-Paul
Grasse, mantan ketua French Academy of Sciences, menjelaskan dengan gamblang dalam
komentarnya mengenai mutasi. Grasse mengibaratkan mutasi sebagai “kesalahan menulis
huruf ketika menyalin sebuah tulisan” sebagaimana mutasi, kesalahan huruf tidak bisa
menghasilkan suatu informasi baru, tetapi hanya merusak informasi yang telah ada.
Grasse menjelaskan kenyataan ini sebagai berikut :
Mutasi, pada suatu saat, terjadi secara terpisah. Mutasi tidak saling melengkapi
satu sama lain ataupun menumpuk pada keturnan selanjutnya menuju arah
tertentu. Mereka mengubah apa yang telah ada sebelumnya. Tetapi, walau
bagaimanapun, mereka melakukannya secara tidak teratur. Segera setelah
30
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
beberapa ketidakteraturan, meskipun kecil, terjadi pada makhluk yang teratur,
penyakit, dan kematian akan mengikuti. Tidak mungkin ada penyatuan antara
fenomena kehidupan dengan ketidakteraturan.
Bukti terpenting bahwa mutasi membawa pada kerusakan adalah proses
penyadian genetik. Hampir semua gen pada makhluk hidup yang sepenuhnya
berkembang membawa lebih dari satu macam informasi. Sebagai contoh, satu gen
mungkin mengatur sifat tinggi sekaligus warna mata pada suatu organisme. Ahli
mikrobiologi, Michael Denton, menjelaskan sifat gen pada organisme tingkat tinggi
seperti manusia ini, sebagai berikut :
Pengaruh pada gen pada perkembanagan secara tak terduga seringkali beragam/
pada tikus rumah, hampir semua gen warna kulit memiliki beberapa pengaruh
pada ukuran tubuh. Dari tujuh belas mutasi warna mata yang dipicu sinar X pada
lalat buah Drosophila melanogaster, empat belas di antaranya mempengaruhi
bentuk organ kelamin betina, sifat yang orang akan kira tidak ada hubungannya
dengan warna mata. Hampir setiap gen yang telah dipelajari pada organisme
tingkat tinggi diketahui mempengaruhi lebih dari satu sistem organ , sebuah efek
beragam yang dikenal sebagai pleitropik. Seperti pendapat Mayr dalam
Population, Species and Evolution : sangat diragukan apakah ada gen yang tidak
pleiotropik pada organisme tingkat tinggi.
Karena sifat struktur genetik makhluk hidup ini, setiap perubahan tidak disengaja
karena mutasi, pada gen mana saja dalam DNA, akan memengaruhi lebih dari satu organ.
Akibatnya, mutasi ini tidak akan terbatas pada satu bagian tubuh saja, tetapi akan
memperlihatkan lebih banyak dampak merusaknya. Bahkan, jika satu dari dampak ini
ternyata menguntungkan sebagai hasil dari kebetulan yang sangat jarang, pengeruh yang
tidak bisa dihindari dari kerusakan yang disebabkannya akan jauh lebih terasa daripada
manfaat tersebut.
Sebagai rangkuman, ada tiga alasan utama sebab-sebab mutasi tidak
memungkinkan terjadinya evolusi :
Pengaruh langsung dari mutasi adalah membahayakan : karena terjadi secara
acak, mutasi hampir selalau merugikan makhluk hidup yang mengalaminya.
Nalar kita mengatakan bahwa campur tangan tak berkesadaran (atau
perubahan nacak) pada sebuah struktur yang sempurna dan kompleks tidak
31
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi malah merusaknya. Dan memang,
tidak ada “mutasi berguna” yang pernah teramati.
1. Sayap-sayap tidak berkembang.
2. Tungkai belakang tumbuh
sewajarnya, namun ruas jari-jemarinya
tak berkembang sempurna.
3. Tiada bulu halus yang menutupi
permukaan tubuh.
4. Walaupun saluran pernapasan ada,
paru-paru dan kantung udara tidak
ada.
5. Saluran kemih tidak tumbuh, dan
tidak mendorong perkembangan ginjal.
Pada belahan gambar sebelah kiri, kita
dapat melihat perkembangan wajar
unggas hasil penangkaran, dan belahan
gambar kanan menunjukkan pengaruh
merugikan dari mutasi pada gen
pleiotropik. Pemeriksaan saksama
menunjukkan bahwa mutasi pada satu
gen saja dapat merusak banyak organ.
Bahkan jika kita berpendapat bahwa
mutasi dapat berdampak
menguntungkan, "pengaruh pleiotropik"
akan merusak lebih banyak organ
sehingga kerugian yang ditimbulkan
lebih besar daripada keuntungannya.
Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme :
unsur-unsur penyusun informasi genetik menjadi terenggut dari tempatnya,
hancur, atau terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk
hidup organ atau sifat baru. Mutasi hanya mengakibatkan kecacatan, seperti
kaki yang muncul di punggung atau telinga di perut.
Agar dapat diwariskan kepada keturunannya selanjutnya, mutasi harus terjadi
pada sel-sel perkembangbiakan organisme tersebut : perubahan acak yang
terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada
keturunan berikutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat
pengaruh radiasi atau selain tidak akan diwariskan kepada keturunan
berikutnya.
Semua penjelasan yang diberikan di atas menunjukkan bahwa seleksi alam dan
mutasi tidak memiliki pengaruh evolusi sama sekali. Sejauh ini, belum ada contoh yang
dapat diamati dari “evolusi” yang diperoleh dengan cara ini. Kadang kala, ahli bioligi
32
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
evolusi menyatakan bahwa “mereka tidak bisa mengamati pengaruh evolusi dari
mekanisme seleksi alam dan mutasi karena mekanisme ini hanya terjadi dalam jangka
waktu yang sangat panjang”. Namun, alasan ini, yang hanya merupakan cara mereka
menghibur diri, tidaklah berdasar, dalam pengertian bahwa hal demikian tidak memiliki
landasan ilmiah. Selama hidupnya, seorang ilmuwan bisa mengamati ribuan keturunan
makhluk hidup dengan masa hidup singkat, seperti lalat buah atau bakteri dan tetap tidak
mengamati adalanya “evolusi”. Pierrre-Paul Grasse menyatakan hal berikut tentang tidak
berubahnya bakteri secara alamiah, sebuah kenyataan yang menyanggah evolusi :
Bakteri adalah organisme yang, karena jumlah besar
mereka, menghasilkan paling banyak mutan. Bakteri
menunjukkan kesetiaan besar pada spesies mereka. Bakteri
Eschericia coli, yang mutannya telah dipelajari dengan
teliti, adalah contoh terbaik. Pembaca akan setuju bahwa
Bakteri Escherichia coli tak
berbeda dengan contoh
sejenisnya yang berumur satu
miliar tahun. Mutasi yang tak
terhitung jumlahnya selama
waktu yang panjang ini tidak
mendorong ke perubahan
struktur apa pun.
sungguh mengejutkan, paling tidak, (bahwa mereka) yang
ingin
membuktikan
evolusi
dan
mengungkapkan
mekanismenya ternyata kemudian memilih bahan untuk
dipelajari suatu makhluk yang tidak berubah selama
miliaran tahun! Apa gunanya mutasi mereka yang tidak
kenal berhenti jika mereka tidak berubah (atau menghasilkan perubahan secara
evolusi)? Secara keseluruhan, mutasi pada bakteri dan virus hanyalah perubahan
warisan seputar kedudukan pertengahan; berayun ke kanan, ke kiri, tetapi pada
akhirnya tidak ada pengaruh evolusi. Kecoa, yang merupakan salah satu kelompok
serangga paling maju, sedikit banyak tetap tidak berubah sejak zaman Permian,
tetapi mereka telah mengalami mutasi sebanyak Drosophila, serangga zaman
tersier.
IV.3
Fosil
Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap. Karenanya, rekaan apa pun
yang didasarkan padanya cenderung sangat spekulatif. Kenyatannya, rekonstruksi
(gambar atau model) yang dibuat evolusionis berdasarkan peninggalan-peninggalan fosil
itu telah dipersiapkan secara spekulatif namun cermat untuk mendukung pernyataan
evolusi. Seorang ahli antropologi dari Harvard, david R.Pilbeam, menegaskan fakta ini
ketika mengatakan, “setidaknya dalam paleoantropologi, data masih sangat jarang
33
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
sehingga teori sangat mempengaruhi penafsiran. Teori-teori di masa lampau, dengan jelas
mencerminkan ideology-ideology kita bukannya mewakili data sesungguhnya.” Karena
masyarakat sangat terpengaruh dengan informasi visual, rekonstruksi-rekonstruksi ini
adalah cara terbaik untuk membantu kaum evolusionis mencapai tujuannya, yaitu
meyakinkan orang bahwa makhluk-makhluk ini benar-benar ada di masa lalu.
Gambar-Gambar Imajiner yang Menyesatkan.
Dengan gambar dan rekonstruksi, evolusionis sengaja memberi bentuk pada ciri-ciri fisik
yang sebenarnya tidak meninggalkan jejak-jejak fosil, seperti struktur hidung dan bibir,
bentuk rambut, bentuk alis dan rambut bagian tubuh lain, untuk mendukung teori evolusi.
Mereka juga menyiapkan gambar-gambar terperinci makhluk-makhluk imajiner ini sedang
berjalan dengan keluarga mereka, berburu, atau contoh-contoh kehidupan mereka seharihari lainnya. Akan tetapi, semua gambaran ini adalah rekaan belaka dan tidak memiliki
acuan pada catatan fosil.
Tidak ada bukti fosil yang nyata untuk mendukung gambaran “manusia kera”
yang tidak putus-putusnya diindoktrinnasikan media massa dan akademisi evolusionis.
Dengan kuas ditangan, evolusionis membuat makhluk-makhluk khayalan. Namun,
mereka memiliki masalah serius Karena tidak ada fosil-fosil yang cocok dengan gambargambar itu. Salah satu metode menarik yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah
ini adalah “membuat“ fosil-fosil yang tidak dapat mereka temukan. Manusia Piltdown,
34
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
sekandal paling menghebohkan dalam sejarah ilmu pengetahuan, adalah contoh khas
metode ini.
Tiga Rekonstruksi Berbeda dari Tengkorak yang Sama
Dimuat di Sunday Times, 5
April 1964
Lukisan Maurice
Wilson
Rekonstruksi N. Parker di
National Geographics,
September 1960
Manusia Piltdown : rahang orang utan dan tengkorak manusia !
Seorang dokter terkenal yang juga ahli paleoantropologi amatir, Charles
Dawson, menyatakan bahwa ia telah menemukan tulang rahang dan fragment
tengkorak di dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris, pada tahun 1912.
tulang rahang tersebut lebih mirip tulang rahang kera, tetapi gigi dan
tengkoraknya seperti mirip manusia. Spesimen ini dinamakan manusia
“Piltdown”. Fosil ini diduga berusia 500 ribu tahun, dan dipajang di beberapa
museum sebagai bukti mutlak evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun,
telah banyak artikel ilmiah mengenai “manusia Piltdown”. Ditulis sejumlah
penafsiran dan gambar dibuat dan fosil tersebut dikemukakan sebagai bukti
penting evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 tesis doctor ditulis mengenai
subjek ini. Seoreang ahli paleoantropologi terkenal dari Amerika, Hendry
Fairfield Osborn, ketika sedang mengunjungi british museum pada tahuan
1935 berkata “…..kita harus selalu diingatkan bahwa alam dipenuhi oleh
paradoks, dan ini adalah sebuah temuan mengejutkan tentang manusia
prasejarah……”
Ota Benga : Orang Afrika dalam kerangkeng
Setelah Darwin menyetakan bahwa manusia berevolusi dari makhluk hidup
yang mirip kera melaui bukunya The Descent of Man, ia kemudian mencarai
fosil-fosil untuk mendukung argumentasinya. Bagaimanapun, sejumlah
35
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
evolusionis percaya bahwa makhluk “separo manusia-separo kera” tidak
hanya ditemukan dalam bentuk fosil, tetapi juga dalam keadaan hidup di
berbagai belahan dunia. Di awal abad ke-20, pencarian “mata rantai transisi
yang masih hidup” in menghasilkan kejadian-kejadian memilukan, dan yang
paling biadab di antaranya adalah yang menimpa seorang Pigmi (suku Afrika
tengah dengan tinggi badan rata-rata kurang dari 127 sentimeter) bernama Ota
Benga.
Ota Benga ditangkap pada tahun 1904 oleh seorang peneliti evolusionis di
Kongo. Dalam bahasanya, nama Ota Benga berarti “teman”. Ia memiliki
seorang istri dan dua orang anak. Dengan dirantai dan dikurung seperti
binatang, ia di bawa ke Amerika Serikat. Disana, para ilmuwan evolusionis
memamerkannya untuk umum pada Pekan Raya Dunia di St.Louis bersama
spesies kera lain dan memperkenalkannya sebagai “mata rantai transisi
terdekat dengan manusia”. Dua tahun kemudian, mereka membawanya ke
Kebu Bintang Bronx di New York. Ia pamerkan dalam kelompok “nenek
moyang manusia” bersama beberapa simpanse, gorilla bernama Dinah, dan
orang utan bernama Dohung. Dr. William T. Hornaday, seorang evolusionis
direktur kebun binatang tersebut memberikan sambutan panjang lebar tentang
betapa bangganya ia memiliki “bentuk transisi” yang luar biasa ini di kebun
binatangnya dan memperlakukan Ota benga dalam kandang seolah ia seekor
binatang biasa. Tidak tahan dengan perlakuan yang diterimanya, Ota Benga
akhirnya bunuh diri.
Manusia Piltdown dan Ota Benga ….skandal-skandal ini menunjukkan bahwa
ilmuwan evolusionis tidak ragu-ragu menggunakan segala cara yang tidak
ilmiah untuk membuktikan teori mereka. Dengan mengingat hal ini, ketika
kita melihat yang dinamakan bukti lain dari mitos “evolusi manusia”, kita
akan menghadapi siatuasi yang sama. Inilah sebuah cerita fiksi dan sepasukan
relawan yang siap mencoba apa saja untuk membenarkan cerita itu.
IV.4
Seleksi Alam
Sebagai suatu proses alamiah, seleksi alam telah dikenal ahli biologi sebelum
Darwin, yang mendefinisikannya sebagai “mekanisme yang menjaga agar spesies tidak
berubah tanpa menjadi rusak”. Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa
36
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
proses ini memiliki kekuatan evolusi. Ia kemudian membangun seluruh teorinya
berlandaskan pernyataan tersebut. Seleksi alam sebagai dasar teori Darwin di tunjukkan
oleh judul : The Origin of Species, by Means of Natural Selection…
Akan tetapi, sejak masa Darwin, tidak pernah dikemukakan sebuah bukti pun
yang menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Coliun Patterson, seorang ahli Paleontologi senior pada Museum of Natural history di
Inggris, yang juga seorang evolusionis terkemuka, menegaskan bahwa seleksi alam tidak
pernah ditemukan memiliki kekuatan yang menyebabkan sesuatu berevolusi :
Tidak seorang pun pernah menghasilkan suatu spesies melalui mekanisme seleksi
alam, bahkan sekedar untuk mendekatinya. Kebanyakan perdebatan dalam neodarwinisme sekarang adalah seputar pertanyaan ini.
Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup yang lebih mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi alam habitatnya akan mendominasi dengan cara
memiliki keturunan yang mampu bertahan hidup, sebaliknya yang tidak mampu bertahan
akan punah. Sebagai contoh, dalam sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman
hewan pemangsa, secara alamiah rusa-rusa yang mampu berlari lebih kencang akan
bertahan hidup. Akan tetapi, hingga kapan pun proses ini berlangsung tidak akan
membuat rusa-rusa tersebut menjadi spesies lain. Rusa akan tetap menjadi rusa.
Pada tahun 1986, Douglas Futuyma menerbitkan sebuah buku, The Biology of
Evolution, yang diterima sebagai salah satu sumber paling eksplisit menjelaskan teori
evolusi melalui seleksi alam. Contohnya yang paling terkenal adalah mengenai warna
populasi ngengat, yang tampak menjadi lebih gelap selama Revolusi Industri di Inggris.
Menurut kisahnya, pada awal revolusi di Inggris, warna kulit batang pohon di
sekitar Manchester benar-benar terang. Karena itu, ngengat berwarna gelap yang hinggap
pada pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa, sehingga
mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah. Lima puluh tahun kemudian, akibat
polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap, dan saat itu ngengat berwarna cerah
menjadi yang paling mudah diburu. Akibatnya, jumlah ngengat berwarna cerah
berkurang, sementara populasi ngengat berwarna gelap meningkat karena mereka tidak
mudah terlihat. Evolusionis menggunakan ini sebagai bukti kuat teori mereka. Mereka
malah berlindung dan menghibur diri di balik etalase dengan menunjukkan bahwa
ngengat berwarna cerah “telah berevolusi” menjadi ngengat berwarna gelap.
37
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
Contoh penggelapan warna karena pengaruh industri jelas
bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak memunculkan
jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di antara varietas
yang telah ada.
Seharusnya sudah sangat jelas bahwa keadaan ini sama sekali tidak dapat
digunakan sebagai bukti teori evolusi, karena seleksi alam tidak memunculkkan bentuk
baru yang sebelumnya tidak ada. Ngengat berwarna gelap sudah ada dalam populasi
ngengat sebelum Revolusi Industri. Yang berubah hanya proporsi relative dari varietas
ngengat yang ada. Ngengat tersebut tidak mendapatkan sifat atau organ baru, yang
memunculkan “spesies baru”, sedangkan agar seekor ngengat berubah menjadi spesies
lain, menjadi burung misalnya, penambahan-penambahan baru harus terjadi pada gengennya. Dengan kata lain, program genetik yang sama sekali berbeda harus dimasukkan
untuk memuat informasi mengenai sifat-sifat fisik burung.
Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan organ baru pada makhluk
hidup, menghilangkan organ, atau mengubah makhluk itu menjadi spesies lain. Hal ini
sungguh bertentangan dengan khayalan evolusionis. Bukti “terbesar” tadi dikemukakan
karena Darwin hanya mampu mencotohklan “Melanisme industri” pada ngengat-ngengat
di Inggris.
IV.5
Perkawinan Tak Acak
Supaya kesetimbangan Hardy-Weinberg tetap berlaku, suatu individu bergenotif
tertentu harus memilih pasangannya secara acak dari populasi. Namun pada
kenyataannya, tidak ada perkawinan yang benar-benar acak. Perkawinan pada umumnya
dipengaruhi factor pilihan.
38
Teori Evolusi dan Pematahannya
Faktor yang Mempengaruhi evolusi
Perkawinan asortatif atau perkawinan berdasarkan pilihan. Misalnya, burung
merak betina lebih memilih merak jantan dengan bulu ekor yang besar dan indah, dan
manusia cendrung mengembang biakan hewan atau tanaman yang menguntungkan.
Akibat dari perkawinan tak acak ini, oleh yang membawa sifat yang lebih disukai akan
menjadi lebih disukai akan menjadi lebih sering dijumpai dalam populasi.
Perhatikan sekali lagi bahwa perkawinan yang tidak acak meningkatkan jumlah
lokus gen dalam populasi yang homozigot, tetapi perkawinan tidak acak tidak dengan
sendirinya mengubah keseluruhan frekuensi alel dalam kumpulan gen populasi. Namun
demikian, ingat bahwa struktur genetic suatu populasi ditentukan oleh frekuensi alel dan
genotip. Setiap perubahan dalam prilaku kawin asortatif populasi akan menggeser
frekuensi genotip yang berlainan. Dengan demikian perkawinan tidak acak dapat
menyebabkan populasi berevolusi.
IV.6
Migrasi
Individu yang meninggalkan populasi (emigrasi),akan membawa alel keluar.
Sebaliknya individu yang masuk ke dalam populasi (imigrasi),akan membawa alel antar
populasi ini disebut arus gen. migrasi menyebabkan bertambahnya fariasi sifat dalam
suatu populaasi.
Tidak adanya migrasi dapat menyebabkan perbedaan frekuensi gen antar populasi.
Spesies yang terpisah oleh letak geografis atau visis tertentu seperti jarak oleh samudra
atau pegunungan tidak mungkin mengadakan perpindahan secara normal dari daerah yang
satu ke daerah yang lain atau sebaliknya. Spesies pada kedua populasi yang terpisah itu
saling terisolir. Melalui proses evolusi, maka akan terjadi perubahan frekuensi gen pada
kedua populasi tersebut. Perubahan yang terjadi dapat sama atau berbeda, tergantung
keadaan dan lingkungan masing-masing. Jika lingkungan berbeda perubahan dapat
mengarah kepada terbentuknya dua spesies yang berbeda.
Contoh spesies yang mengalami perubahan frekuensi gen adalah xylocopa nobilis
(kumbang kayu). Kumbang kayu yang terdapat di pulau sangihe memiliki ciri-ciri yang
berbeda, dengan kumbang kayu di daerah manado. Apabila kumbang kayu dari sangihe
bermigrasi ke manado dan terjadi interhibridasi maka akan timbul perubahan frekuensi
gen pada generasi berikutnya.
39
Download