Tingkah laku ayam broiler di kandang tertutup dengan suhu dan

advertisement
TINGKAH LAKU AYAM BROILER DI KANDANG TERTUTUP
DENGAN SUHU DAN WARNA CAHAYA BERBEDA
SKRIPSI
RIDHO ANDISURO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Ridho Andisuro. D14063166. 2010. Tingkah Laku Ayam Broiler di Kandang
Tertutup dengan Suhu dan Warna Cahaya Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S.
Daging ayam sebagai hasil utama industri peternakan ayam broiler
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kuantitas dan kualitas protein bagi
masyakat Indonesia. Keberhasilan budidaya dipengaruhi oleh aspek manajemen
diantaranya suhu dan pencahayaan di dalam kandang.
Suhu lingkungan tinggi dan fluktuatif di Indonesia merupakan kendala dalam
keberhasilan budidaya ayam broiler. Pengaturan cahaya yang meliputi intensitas,
lama pencahayaan, dan terutama warna masih terbatas digunakan oleh masyarakat
peternak karena menggunakan kandang terbuka. Pemeliharaan pada kandang tertutup
memungkinkan untuk melakukan pengaturan suhu dan warna cahaya. Suhu dan
warna cahaya memiliki pengaruh dalam merangsang tingkah laku dan berakibat
kepada performa ayam broiler.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan warna cahaya
bersumber dari lampu pijar di kandang tertutup terhadap tingkah laku ayam broiler.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi panduan bagi peternak dalam manajemen
budidaya ayam broiler.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial
2x2 dengan suhu dan warna lampu sebagai perlakuan. Suhu kandang dibedakan
menjadi 23 oC (nyaman) dan 30 oC (cekaman panas) dan warna cahaya yang
digunakan adalah putih dan merah. Pengambilan data dilakukan sebanyak empat kali
dengan interval waktu pengamatan setiap enam hari dimulai sejak awal perlakuan
(hari ke-15) hingga akhir pemeliharaan (hari ke-35). Data dianalisis ragam
(ANOVA) dengan rancangan acak faktorial. Peubah yang diamati adalah tingkah
laku makan, minum, panting, lokomosi dan istirahat.
Interaksi suhu kandang dan warna cahaya tidak menunjukkan interaksi yang
nyata terhadap tingkah laku. Suhu berpengaruh sangat nyata terhadap tingkah laku
panting pada umur 15 dan 27 hari (P < 0,01), berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap
tingkah laku panting pada umur 21 hari, tingkah laku minum pada umur 21 dan 27
hari, dan tingkah laku lokomosi pada umur 21 hari. Lampu sebagai sumber cahaya
tidak memiliki intenstias cahaya yang cukup untuk mempengaruhi tingkah laku ayam
broiler.
Kata Kunci : Tingkah laku, ayam broiler, suhu kandang dan warna cahaya.
ABSTRACT
Behaviour of Broiler Chickens in Closed House under Different Room
Temperatures and Light Colours
Andisuro, R., R. Afnan, and H.S. Iman Rahayu
Broiler chicken industry as a main meat producer has a huge potency to fulfil
the quality and quantity of protein requirement for the human. A good management
aspect such as house temperature and light regulation plays an important role in
raising broiler. High ambient temperature in Indonesia with its large fluctuation
becomes constraint in raising broiler. Light regime includes intensity, duration and
colour is still limited applied by the broiler farmer as they apply opened house.
Raising broiler in closed house gives an opportunity to regulate temperature and light
inside the house. Temperature and light stimulate the broiler behaviours that affect
broiler performances. This experiment aimed to study the effect of temperature and
light regulation on broiler behaviours. It was designed with a 2x2 factorial complete
randomized with different house temperatures and lights. House temperatures were
adjusted to 23 oC (normal) and 30 oC (heat stress) whereas light was set to red and
white. Data collection was done in 4 times of ages within 6 days interval (15, 21, 27
and 33 days). The variant of data was analyzed (ANOVA) and computed with
suitable mathematical model observed. That watched behaviour were eating,
drinking, locomoting, panting and resting. The housing temperature significantly
affected panting (age of 15, 21 and 27 days) and drinking behaviour (age 21 days) as
well as locomotive behaviour (age of 21 days). Light colours and their interaction
with housing temperature did not significantly affect the behaviours of broilers (P >
0,05). Presumably, the light intensity did not adequate to influence behaviours of
broiler chickens.
Keywords: Behaviours, Broiler Chicken, Temperature and Light Colour.
TINGKAH LAKU AYAM BROILER DI KANDANG TERTUTUP
DENGAN SUHU DAN WARNA CAHAYA BERBEDA
RIDHO ANDISURO
D14063166
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PERTENAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
TINGKAH LAKU AYAM BROILER DI KANDANG TERTUTUP
DENGAN SUHU DAN WARNA CAHAYA BERBEDA
Oleh
RIDHO ANDISURO
D14063166
Skripsi ini telah disetujui untuk disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal Juli 2011
Menyetujui,
Pembimbing Utama
(Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc. Agr.)
NIP. 19680625 200801 1 010
Pembimbing Anggota
(Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu HS, M.S.)
NIP. 19590421 198403 2 002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1987 di Indramayu, Jawa Barat.
Penulis merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara kandung dari pasangan Bapak
Suroso dan Ibu Sundarih.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di kota yang sama.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SDN Paoman I
Indramayu, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 2
Sindang, Indramayu dan Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2006 di
SMAN 1 Sindang, Indramayu.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006 dan terdaftar sebagai
mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan kampus sebagai
anggota Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) Fakultas
Peternakan periode 2007-2008 dan 2008-2009. Selain itu juga penulis aktif dalam
pengurus OMDA periode 2009-2010. Penulis juga aktif dalam kegiatan seni yang
tergabung dalam komunitas Teater Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia tak terhingga. Atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Tingkah Laku Ayam Broiler di Kandang tertutup dengan Suhu dan Warna
Cahaya Berbeda dalam rangka penyelesaian studi di Mayor Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini merupakan hasil peneltian pada ayam broiler yang diberi
perlakuan suhu dan warna cahaya. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan ide
alternatif dan solusi bagi peternak dalam manajemen budidaya ayam broiler yang
dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, sedangkan manusia adalah tempat dosa
dan kesalahan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Bogor , Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................
i
ABSTRACT.......................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
DAFTAR ISI......................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xi
PENDAHULUAN… ...........................................................................................
1
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
3
Ayam Broiler ...........................................................................................
Kandang ..................................................................................................
Suhu dan Homeostasis .............................................................................
Cahaya .....................................................................................................
Fungsi Cahaya..............................................................................
Mekanisme Rangsangan Cahaya .................................................
Intensitas Cahaya .........................................................................
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya .....................................
Lama Pencahayaan ......................................................................
Respon Tingkah Laku ..............................................................................
Panting .........................................................................................
Makan dan Minum .......................................................................
Lokomosi dan Istirahat ................................................................
3
3
5
6
6
6
6
7
8
9
11
12
13
MATERI DAN METODE ...................................................................................
14
Lokasi dan Waktu ...................................................................................
Materi ......................................................................................................
Ternak ..........................................................................................
Kandang dan Peralatan ................................................................
Pakan ...........................................................................................
Vitamin dan Vaksin .....................................................................
Prosedur ...................................................................................................
Persiapan Kandang dan Peralatan ................................................
Pemeliharaan ................................................................................
Pengumpulan Data .......................................................................
Rancangan ....................................................................................
14
14
14
14
14
15
15
15
15
16
17
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
18
Hasil Pengamatan ………………………………………………………
Tingkah Laku Makan ...............................................................................
Tingkah Laku Minum ..............................................................................
Tingkah Laku Panting .............................................................................
Tingkah Laku Lokomosi ..........................................................................
Tingkah Laku Istirahat .............................................................................
18
22
24
26
28
29
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
31
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran .......................................................................................................
31
31
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
33
LAMPIRAN.........................................................................................................
37
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Radiasi Cahaya dalam W/m2 untuk Setiap Lux……………………….
7
2. Komposisi Zat Makanan PC 100 dan BR 11 …………………………
15
3. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada hari ke-15 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Berbeda…………………………………………….
18
4. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada hari ke-21 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Berbeda…………………………………………….
19
5. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada hari ke-27 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Berbeda…………………………………………….
20
6. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada hari ke-33 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Berbeda…………………………………………….
21
7. Konsumsi Pakan Ayam Broiler Strain Ross………………………….
23
8. Konversi Pakan Ayam Broiler Strain Ross Selama Lima Minggu…...
23
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Tipe Kandang Tertutup ……………………………………………….
18
2. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Makan ……..……………………..
24
3. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Minum ……………………………
25
4. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Panting …………………………
26
5. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Lokomosi ...…………………………
28
6. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Istirahat ……………………………
29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 15 hari ........................................................
38
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 15 hari …………………………………...
38
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 15 hari …………………………………..
38
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 15 hari ………………………………..
38
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Istirahat Ayam Broiler Umur 15 hari ………………………………….
39
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 21 hari ........................................................
39
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 21 hari …………………………………...
39
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 21 hari …………………………………..
39
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 21 hari ………………………………..
40
10. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Istirahat Ayam Broiler Umur 21 hari ………………………………….
40
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11.
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 27 hari ........................................................
40
12. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 27 hari …………………………………...
40
13. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 27 hari …………………………………..
41
14. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 27 hari ………………………………..
41
15. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Istirahat Ayam Broiler Umur 27 hari ………………………………….
41
16.
Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 33 hari ........................................................
41
17. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 33 hari …………………………………...
42
18. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 33 hari …………………………………..
42
19. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 33 hari ………………………………..
42
20. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Istirahat Ayam Broiler Umur 33 hari ………………………………….
42
21. Rataan Suhu dan Kelemaan Selama Penelitian……………………….. .
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berjumlah penduduk besar dengan laju
pertumbuhan tinggi memerlukan protein dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
Daging ayam sebagai hasil utama industri peternakan ayam broiler diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan protein bagi masyakat Indonesia. Sesuai karakteristik
pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang rendah, siap potong pada umur relatif
muda, menghasilkan daging berserat lunak, dan kandungan protein tinggi (Suyoto,
1984; Hardjosworo, 2000; Saragih, 2000; Prihatman, 2002), ayam broiler merupakan
komoditas yang cocok dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan protein bagi
masyakat Indonesia.
Keberhasilan budidaya dipengaruhi oleh manajemen di antaranya aspek suhu
dan pencahayaan di dalam kandang. Suhu lingkungan yang tinggi dan fluktuatif di
Indonesia merupakan kendala dalam keberhasilan budidaya ayam broiler. Suhu
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku ayam broiler. Suhu lingkungan yang
tinggi terutama pada siang hari dapat menimbulkan cekaman panas di dalam kandang
dan menaikkan suhu tubuh ayam broiler sebesar 1-2 oC yang ditunjukkan dengan
laju pernafasan yang cepat (panting). Ayam broiler berupaya mempertahankan suhu
tubuh pada kisaran normal dengan menurunkan konsumsi pakan, meningkatkan
konsumsi air, mengurangi lokomosi, dan banyak beristirahat sebagai adaptasi dan
bagian dari fungsi homeostasis. Ketidakmampuan ayam beradaptasi dengan cara
melakukan perubahan tingkah laku dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
dan bahkan kematian.
Di samping suhu kandang, cahaya merupakan aspek lingkungan yang
penting diperhatikan dan berpengaruh terhadap pola tingkah laku ayam broiler yang
berakibat kepada produktivitas. Dalam manajemen budidaya, cahaya memiliki fungsi
untuk merangsang anak ayam agar dekat dengan sumber panas, mengetahui letak
pakan, mempengaruhi ayam untuk mengonsumsi pakan, dan memberi kesempatan
pada ayam untuk makan pada malam hari.
Dalam manajemen budidaya, ayam broiler memerlukan suhu dan
pencahayaan kandang yang memadai sesuai umur untuk pertumbuhan yang optimal.
Panas kandang (brooder) pada masa pertumbuhan awal (brooding period) dapat
diperoleh dari panas lampu pijar yang sekaligus berfungsi sebagai sumber cahaya.
Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan kepadatan kandang dan dapat
mempengaruhi tingkah laku ayam broiler (Saputro, 2007). Semakin tinggi intensitas
cahaya yang diberikan akan meningkatkan aktivitas lokomosi dan makan ayam
broiler.
Pencahayaan yang meliputi intensitas, lama, dan warna masih terbatas dan
sulit dilakukan oleh peternak yang memelihara ayam broiler di kandang terbuka.
Pemeliharan pada kandang tertutup memungkinkan peternak melakukan pengaturan
suhu kandang dan cahaya lebih efektif. Penelitian yang menggunakan suhu
lingkungan kandang yang berbeda dan intensitas cahaya dengan menggunakan warna
lampu yang berbeda belum banyak dilakukan, terutama dengan melihat tingkah
lakunya yang pada akhirnya akan mempengaruhi performa ayam broiler tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan suhu (± 30 oC
dan ± 23 oC) dan warna cahaya (merah dan putih) kandang terhadap tingkah laku
ayam broiler di kandang tertutup.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class
Aves, ordo Galliformes, family Phasianidae, genus Galllus, species Gallus gallus,
dan subspecies Gallus gallus domesticus. Strain ayam broiler berasal dari
persilangan antara White Plymouth Rock dan White Cornish. Gordon dan Charles
(2002) menyebutkan bahwa ayam pedaging (broiler) adalah strain ayam hibrida
modern yang berjenis kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakkan oleh
perusahaan pembibitan khusus.
Ayam broiler memiliki tingkat produktivitas tinggi dengan konversi pakan
rendah, masa pemeliharaan relatif singkat, dan pada umur 5-6 minggu sudah bisa
dipanen (Suyoto, 1984; Saragih, 2000; Prihatman, 2002), daging berserat lunak dan
kandungan protein tinggi (Hardjosworo, 2000). Istilah broiler atau ayam pedaging
berasal dari kata kerja “to broil” (sate) yang sering disinonimkan dengan makna
bahasa Inggris Amerika yaitu “to grill” (memanggang).
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menyatakan bahwa performa ayam
broiler dipengaruhi faktor pemeliharaan. Suhu lingkungan kandang yang nyaman
(optimum) dapat meningkatkan performa ayam broiler. Ayam broiler dapat
berproduksi secara optimum tanpa harus mengalami cekaman panas ataupun cold
shock. Penggunaan warna lampu yang baik dalam pemeliharaan ayam broiler dapat
meningkatkan performa ayam broiler. Warna lampu yang baik dapat menghindarkan
ayam broiler dari kebutaan dan mengurangi agresivitas sehinggga bobot akhir dapat
maksimum. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC
yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang kurang baik bukan saja
dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat
diterima.
Kandang
Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis, dapat mengatur suhu
tubuhnya relatif konstan, sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah. Kondisi
suhu lingkungan
yang
optimal
bagi
ayam
berkisar 15-26 oC (Perry, 2004).
Tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui panting.
Ayam tidak dapat menoleransi suhu lingkungan tinggi. Kejadian ini sering terjadi
pada cuaca panas yang disertai mendung sehingga meningkatkan kelembaban relatif
pada udara (Ilyas, 2004).
Menurut Cahyono (2004), kandang hendaknya dibangun sesuai dengan
kebutuhan dan sesuai bagi kehidupan ayam yang akan dipelihara agar ayam dapat
hidup nyaman, tenang, dan terpelihara kesehatannya sehingga produktivitas ayam
dalam menghasilkan daging dapat ditingkatkan. Mulyono (2001) menyatakan bahwa
syarat-syarat kandang yang baik, yaitu kandang harus cukup mendapat sinar
matahari, kandang harus cukup udara segar, posisi kandang terletak pada tanah yang
sedikit lebih tinggi dan dilengkapi saluran drainase yang baik, kandang tidak terletak
pada lokasi tanah yang sibuk dan gaduh mengingat ayam mudah stres serta ukuran
dan luas kandang disesuaikan dengan jumlah dan umur ayam.
Kepadatan kandang yang melebihi batasnya akan berpengaruh negatif
terhadap performa unggas, namun biasanya peternak mengabaikan hal ini untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari adanya penghematan areal kandang.
Kenyamanan ternak dalam kandang, salah satunya dipengaruhi oleh keseimbangan
antara jumlah ternak dan luas kandang. Luasan kandang mempengaruhi tingkat
aktivitas ternak (French, 1981).
Kandang berfungsi untuk (a) perlindungan dari cuaca buruk; (b) tempat
untuk tidur dan beristirahat; (c) perlindungan dari hewan-hewan pemangsa; (d)
perlindungan dari pencurian; (e) mencegah hilangnya ternak karena berkeliaran; (f)
mempermudah pemeliharaan; (g) mempermudah seleksi; (h) mempermudah panen;
(i) membantu pertumbuhan dan perkembangan (Cahyono, 2004).
Kandang terbuka untuk pemeliharaan ayam broiler banyak digunakan oleh
peternak dalam skala kecil (peternak rakyat). Alasan peternak rakyat menggunakan
kandang terbuka adalah karena biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu unit
kandang terbuka cukup ekonomis. Penggunaan kandang terbuka dalam pemeliharaan
ayam broiler memiliki keuntungan lain yaitu cukup mendapat sinar matahari yang
baik untuk pertumbuhan ayam broiler dan mengurangi. Pemeliharaan dengan
kandang terbuka juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah suhu lingkungan yang
fluktuatif tidak dapat dikontrol, sehingga peternak harus dapat menyiasati apabila
suhu terlalu dingin ataupun terlalu panas untuk ayam broiler.
Kandang tertutup (closed house) digunakan oleh peternak-peternak besar atau
industri. Penggunaan kandang tertutup dalam pemeliharaan ayam broiler
memungkinkan peternak untuk mengatur suhu dalam kandang yang baik untuk
pertumbuhan ayam broiler. Kandang tertutup biasanya menggunakan alat pengatur
suhu dan sistem peralatan yang lebih canggih (otomatis).
Suhu dan Homeostasis
Ayam merupakan hewan homeotermi dan memiliki kemampuan homeostasis
untuk mempertahankan suhu tubuh tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubahubah. Suhu tubuh ayam pedaging berada pada kisaran sempit yang digambarkan oleh
batasan rendah atau tinggi ritme circadian di dalam tubuh. Batasan ritme circadian
berkisar pada 40,5 ºC (rendah) dan 41,5 ºC (tinggi). Jahja (2000) menyatakan bahwa
mekanisme homeostasis berjalan efisien dan normal pada kisaran wilayah suhu netral
(thermoneutral zone atau comfort zone). Apabila suhu tubuh ayam broiler lebih
rendah daripada suhu lingkungan, maka nutrient yang ada di dalam tubuh sebagian
besar digunakan oleh ayam broiler untuk memproduksi panas tubuh (Bruzual et al.,
2000).
Suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum ayam pedaging
berkisar antara 18-22 ºC dan antara 21-29 ºC (Charles, 2002). Untuk ayam broiler
umur 3-6 minggu, lingkungan yang panas adalah salah satu faktor yang paling
berpengaruh terhadap penyebab stres pada ayam broiler. Stres panas pada ayam
broiler dihasilkan oleh adanya interaksi antara suhu udara, kelembaban, sirkulasi
panas serta kecepatan udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor yang utama.
(European Comission, 2000).
Suhu tubuh ayam akan meningkat 1-2 ºC pada lingkungan panas hingga
tubuh ayam dapat kembali beradaptasi (Oleyumi dan Robert, 1980). Peningkatan
suhu kandang dapat juga disebabkan oleh kepadatan yang tinggi (Jahja, 2000) dan
laju kecepatan pertumbuhan (Bonnet et al. 1997). Ayam broiler mengalami seleksi
intensif untuk pertumbuhan cepat dengan tingkat konsumsi pakan tinggi yang
berimplikasi kepada peningkatan produksi panas tubuh dan peningkatan suhu tubuh
(May dan Lott, 2001). Peningkatan suhu yang melebihi batas adaptasi ayam broiler
dapat menyebabkan cekaman panas yang berujung pada kematian ayam broiler.
Cahaya
Cahaya secara fisik merupakan energi berbentuk gelombang yang bergerak
lurus ke semua arah, tidak dapat membelok, dan dapat dipantulkan. Cahaya yang
paling banyak digunakan dalam kandang tertutup untuk produksi ayam broiler
bersumber dari lampu pijar.
Fungsi Cahaya
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang pola sekresi
beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan
tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam
tubuh seperti suhu tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan
pemberian pakan dan pencernaan (Olanrewaju et al., 2006).
Mekanisme Rangsangan Cahaya
Mekanisme proses fisiologis rangsangan cahaya diawali dengan rangsangan
mekanis pada syaraf penglihatan dan selanjutnya secara kimiawi melalui rangsangan
hormonal dan mempengaruhi organ-organ tubuh. Cahaya yang mengenai mata ayam
akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian
rangsangan ini diteruskan ke hiphofisa.
Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari
hiphofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon
pengendali tersebut terdiri atas hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi
tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan dengan
mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein. Hormon
pertumbuhan penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek lainnya dari
metabolisme
lemak,
karbohidrat
dan
protein
dalam
tubuh
unggas
(Card dan Nesheim, 1972).
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dapat dinyatakan dalam satuan lux (lx) atau lumen/m2,
footcandle (fc), lumen (lm), dan W/m2. Lampu pijar dengan daya 1 Watt
menghasilkan intensitas cahaya sebesar 12,56 lm. Intensitas cahaya yang diberikan
pada ayam broiler menurut rekomendasi Renden et al. (1996) adalah 20 lux hingga
ayam broiler berumur tujuh hari dan berikutnya adalah 5,0 lux hingga berumur 49
hari. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan kepadatan kandang (Saputro, 2007).
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal anak ayam berumur
antara satu sampai tujuh hari menggunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang
diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk
memastikan anak ayam dapat beadaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta
meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi kelainan pada cacat kaki. Intensitas
cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam broiler. Intensitas cahaya yang lebih
rendah dapat menurunkan aktivitas ayam untuk berjalan dan berdiri, mengurangi
tingkah laku berkelahi antar sesama ayam, serta menurunkan aktivitas mengepakkan
sayap dan kanibalisme. Intensitas cahaya yang sangat rendah (< 5 lux) akan
menyebabkan kebutaan pada ayam (Olanrewaju et al., 2006).
Faktor konversi dari berbagai sumber cahaya dalam W/m2 (Canham, 1966)
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Radiasi Cahaya dalam W/m2 untuk Setiap Lux
Radiasi energi cahaya dalam W/m2
untuk setiap lux
4,00
Sumber cahaya
Matahari
Lampu pijar 500 W
4,16
Lampu pijar 100 W
4,23
Philips : TL-33 (putih)
3,11
TL-55
3,64
(cahaya
siang hari)
TL-15 (merah)
Osram : Putih
14,68
3,11
Cahaya siang hari
3,01
Alami
3,47
Sumber : Canham (1966)
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya
Panjang gelombang yang berbeda-beda diintrepetasikan oleh otak sebagai
warna cahaya dan merangsang retina mata yang menghasilkan sensasi penglihatan
yang disebut dengan pandangan. Penglihatan memerlukan mata yang berfungsi baik
dan cahaya yang tampak. Cahaya tampak adalah sebagian dari spektrum yang
mempunyai panjang gelombang 400 – 800 nanometer. Gelombang cahaya di bawah
400 nanometer (ultraviolet) dan di atas 800 nanometer tidak dapat dilihat oleh mata.
Indera penglihatan ayam memiliki sensitivitas terhadap warna akibat stimulus
warna yang diterima retina mata (Lewis dan Moris, 1998) dan dapat membedakan
warna dengan tingkat kepekaan yang berbeda. Cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda-beda mempunyai efek yang berbeda pula pada retina dan dapat
mengakibatkan perubahan pada pola tingkah laku yang selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada ayam (Lewis dan Morris, 2000).
Ayam tidak mampu melihat warna yang memiliki panjang gelombang yang
pendek, tetapi memiliki kepekaan paling baik terhadap warna kuning dan merah.
Cahaya merah akan meningkatkan agresivitas dan aktivitas ayam serta berpengaruh
terhadap peningkatan konsumsi pakan selama periode brooding (Widjaja dan
Haerudin, 2006). Penggunaan berbagai macam lampu dengan panjang gelombang
yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula dan dapat
mempengaruhi tingkah laku yang berdampak pada performa dan produktivitas ayam
broiler (Rozenboim et al., 1999a, Rozenboim et al., 1999b, Olanrewaju et. al.,
2006).
Lama Pencahayaan
Cahaya sangat diperlukan oleh ayam broiler terutama pada umur tujuh hari
pertama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah total lama pencahayaan
bukan merupakan aspek yang penting dalam pengaturan cahaya bagi ayam broiler.
Ayam broiler tidak melakukan aktivitas pada Periode gelap (tanpa cahaya) dan
memberi kesempatan kepada ayam broiler untuk mencerna makanan secara
sempurna (Classen, 1989).
Pemberian cahaya pada ayam broiler yang umum dilakukan peternak adalah
secara terus-menerus (continous lighting) selama 24 jam dengan intensitas yang
semakin menurun pada fase akhir (Classen, 1989). Pencahayaan terus-menerus akan
meningkatkan waktu untuk makan, meningkatkan pertambahan bobot badan, dan
meningkatkan pembentukan bulu (Lavergne, 2005) tetapi menyebabkan terjadinya
gangguan ritme harian (diurnal), kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) yang
mengakibatkan kesulitan pergerakan ayam broiler untuk mendapatkan pakan dan air
minum (Wong-Valle et al., 1993). Ayam broiler yang tetap berada pada posisi ritme
harian, mampu mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan
istirahat secara normal (Olanrewaju et al., 2006).
Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting) akan mengurangi stres
pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan cahaya secara
terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma kortikosteron. Plasma
kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang mengalami stres
(Puvadolpirod dan Thaxton, 2000). Pemberian lama pencahayaan selama 16 jam
dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan, peningkatan
metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan peningkatan kesehatan kaki
(Classen et al., 2004).
Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon
melatonin secara normal. Hormon melatonin, secara fisiologis yang disintesis dalam
kelenjar pineal dan retina pada unggas, disekresikan selama periode gelap sebagai
respon terhadap aktivitas enzim serotonin-N-acetyltranspherase. Enzim ini berfungsi
mengkatalisis sintesis melatonin baik pada retina maupun kelenjar pineal dan terlibat
dalam proses ritme harian suhu tubuh, beberapa fungsi esensial metabolisme tubuh
terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan serta sekresi beberapa limphokines
yang terkait dengan sistem kekebalan (Apeldorn et al., 1999). Unggas yang diberikan
periode gelap yang cukup akan mengurangi mortalitas, gangguan pada kaki, dan
sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome) (Moore dan Siopes, 2000).
Respon Tingkah laku
Menurut Prijono dan Handini (1998), tingkah laku juga dapat diartikan
sebagai ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam bentuk gerakan-gerakan
akibat pengaruh rangsangan. Rangsangan terbagi dua, yaitu rangsangan luar dan
rangsangan dalam. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga
mekanis (cahaya, suhu, dan kelembaban) dan rangsangan kimiawi (hormon dan
saraf). Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis sekresi hormon dan
faktor motivasi (Mukhtar, 1986).
Tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar
hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru.
Tingkah laku maupun kemampuan belajar hewan ditentukan oleh sepasang atau lebih
gen sehingga terdapat variasi tingkah laku individu dalam satu spesies, meskipun
secara umum relatif sama dan tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada
turunannya berupa tingkah laku dasar. Tingkah laku dasar hewan merupakan
kemampuan yang dibawa sejak lahir (innate behaviour), seperti gerakan menjauh
atau mendekat akibat perubahan dari stimulus. Perubahan tingkah laku jantan dan
betina saat estrus dan kondisi lingkungan dan mekanisme fisiologis (Stanley dan
Andrykovitch, 1984). Tingkah laku bersifat genetis, tetapi dapat berubah oleh
lingkungan dan proses belajar hewan (Hafez, 1969).
Tingkah laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap
lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti
terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk
beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan
mengalami perubahan tingkah laku, yaitu berkurangnya sifat liar dan agresif, musim
kawin yang lebih panjang dan kehilangan sifat berpasangan (Craig, 1981).
Tingkah laku merupakan aktivitas yang melibatkan fungsi fisiologis seperti
rangsangan melalui pancaindra (mata). Rangsangan-rangsangan ini menjadi aktivitas
neural, aksi integrasi susunan syaraf, dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik
baik internal maupun eksternal. Kebanyakan tingkah laku untuk tujuan tertentu
seperti makan, minum, tidur dan seksual terdiri atas tiga tahap yang jelas dan terjadi
secara siklis. Tiga tahap tersebut adalah tingkah laku apetitif, konsumatoris, dan
refraktoris. Tahap apetitif dapat dipelajari dengan sederhana atau kompleks, sering
mencakup mencari dari tingkah laku dasar yang diubah dan yang banyak dipelajari.
Tahap konsumatoris relatif cenderung konsisten dan memperlihatkan perbedaan kecil
antara individu yang satu terhadap individu lain dan sebagian besar dapat instinktif.
Tahap refraktoris mencakup hilangnya perhatian dan berhentinya aktivitas
konsumatoris, meskipun kesempatan untuk member respon selalu ada (Tanudimadja
dan Kusumamihardja, 1985).
Pola tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan tipe tingkah laku,
sebagai berikut :
1. Tingkah laku ingestif, yaitu tingkah laku makan dan minum.
2. Tingkah laku mencari perlindungan (shelter seeking), yaitu kecenderungan
mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya.
3. Tingkah laku agonistic, yaitu tingkah laku persaingan antara dua hewan yang
sejenis, umumnya terjadi selama musim kawin.
4. Tingkah laku sosial, yaitu tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan hewan jantan dan betina satu
jenis.
5. Care giving atau epimelitic, yaitu pemeliharaan terhadap anak (maternal
behaviour).
6. Care soliciting atau et-epimelitic, atau tingkah laku meminta dipelihara yaitu
tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa.
7. Tingkah laku eliminative, yaitu tingkah laku membuang kotoran.
8. Tingkah laku allelomimetik, yaitu tingkah laku meniru salah satu anggota
kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap
rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan.
9. Tingkah laku investigative, yaitu tingkah laku memeriksa lingkungannya.
Tingkah laku yang ditunjukkan ayam broiler berkaitan erat dengan kebiasaan,
habitat, dan lingkungan (suhu, kelembaban, atau cahaya yang masuk ke dalam
kandang). Suhu lingkungan yang berbeda mempengaruhi aktivitas tingkah laku ayam
broiler seperti makan, minum, panting, lokomosi, dan istirahat (Jahja, 2000). Cahaya
juga merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol tingkah laku dan
mengatur ritme harian (Olanrewaju et al., 2006).
Pada sistem pemeliharaan intensif, ayam broiler lebih banyak menghabiskan
waktu untuk makan. Tingkah laku makan tersebut ditunjukkan ayam broiler karena
pada pemeliharaan intensif ayam broiler berada dalam suatu kandang yang
membatasi aktivitasnya (Mukhtar, 1986).
Panting
Keadaan suhu lingkungan yang cukup tinggi pada siang hari di daerah tropis
menimbulkan cekaman panas di dalam kandang. Pusat respirasi di otak bekerja lebih
aktif selama cekaman panas sehingga kebutuhan oksigen meningkat dan memacu
kecepatan laju denyut jantung ayam broiler hingga lebih dari 20 kali per menit
(Olanrewaju et al., 2006). Kondisi lingkungan seperti ini dapat menyebabkan
perubahan pola tingkah laku ayam broiler.
Perubahan pola tingkah laku dengan meningkatnya pelepasan panas melalui
evaporasi dari saluran pernafasan (hyperventilation) disebut panting. Tingkah laku
panting pada ayam broiler selama pemeliharaan dapat dikurangi dengan cara
menurunkan suhu lingkungan kandang pada kandang tertutup atau membuka tirai
yang digunakan sebagai penutup di malam hari pada kandang terbuka. Panting
biasanya terjadi pada saat suhu lingkungan sekitar 29 ºC atau suhu tubuh mencapai
42 ºC (European Comission, 2000).
Makan dan Minum
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi
oleh tingkat cekaman, suhu lingkungan, dan aktivitas ternak. Pada suhu lingkungan
tinggi (cekaman panas) aktivitas tubuh berkurang, konsumsi pakan berkurang, dan
konsumsi air minum meningkat (Jahja, 2000). Peredaran darah banyak yang menuju
organ pernafasan sementara peredaran darah ke organ pencernaan mengalami
penurunan sehingga mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang
dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang
dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002).
Suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan tingkah laku makan pada
ayam broiler. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya konsumsi pakan pada ayam
broiler yang dipelihara dalam kondisi suhu lingkungan yang tinggi (Austic, 1985;
Ain Bazis et al., 1996; Bonnet et al., 1997). Menurunnya konsumsi ransum pada
suhu lingkungan tinggi sebagai upaya untuk mengurangi penimbunan panas dalam
tubuh dan ditandai dengan berkurangnya bobot badan (Kuczynski, 2002; May dan
Lott, 2001) dan laju pertumbuhan (Bonnet et al., 1997).
Air merupakan salah satu komponen mendasar dalam kehidupan yang
berhubungan erat dengan mekanisme termoregulator dan kemampuan untuk bertahan
hidup pada temperatur lingkungan yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi konsumsi
air minum meliputi suhu lingkungan, suhu air, tingkat konsumsi pakan, dan bobot
badan ayam (Bailey, 1990; Wandoyo, 1997). Wandoyo (1997) lebih lanjut
mengemukakan bahwa konsumsi air minum ayam broiler meningkat pada suhu
lingkungan lebih tinggi. Tingkah laku minum yang meningkat pada ayam broiler
dalam kondisi suhu lingkungan tinggi bertujuan untuk menurunkan panas tubuhnya
agar tidak mengalami stres yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang tinggi.
Ayam broiler yang dipelihara dengan sistem intensif akan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk makan. Pemeliharaan dengan sstem intensif mengurangi
aktivitas ayam broiler untuk mengekspresikan tingkah laku selain makan dan
minum. Tingkah laku makan dan minum pada ayam broiler dalam kondisi
pemeliharaan intensif biasanya juga dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan
peternak disamping faktor suhu, kelembaban, atau cahaya yang masuk ke dalam
kandang.
Pemberian cahaya yang terus menerus selama 24 jam akan meningkatkan
tingkah laku makan dan minum serta aktivitas lainnya. Ayam broiler adalah makhluk
diurnal yang apabila menerima rangsangan cahaya pada malam hari akan
memberikan kesempatan ayam broiler untuk makan dan minum.
Lokomosi dan Istirahat
Intensitas cahaya yang lebih rendah dapat menurunkan aktivitas lokomosi dan
berdiri pada ayam (Renden et al., 1996). Cahaya yang masuk melalui retina mata
unggas mempengaruhi intensitas lokomosi yang dilakukan oleh unggas tersebut.
Intensitas cahaya yang tinggi seperti cahaya matahari dapat mengurangi tingkah laku
istirahat pada unggas. Penggunaan intensitas cahaya yang rendah biasanya
diterapkan pada manajemen pemeliharaan ayam untuk mengontrol agresivitas ayam
dan mengurangi resiko kanibalisme.
Tingkah laku istirahat pada ayam broiler dimanfaatkan oleh peternak dalam
manajemen pemeliharaan. Ayam broiler termasuk hewan diurnal yang beraktivitas
bila terdapat cahaya yang diterima oleh retina mata. Peternak biasanya mengurangi
lama pencahayaan pada umur tertentu di malam hari sehingga ayam broiler lebih
banyak melakukan istirahat. Lokomosi yang dilakukan ayam broiler adalah bagian
dari ekspresi tingkah laku lainnya seperti saat ayam broiler berada jauh dari tempat
pakan maka ayam broiler tersebut akan melakukan tingkah laku lokomosi, yakni
berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya, untuk mendapatkan makan
ataupun minum. Tingkah laku lokomosi juga dapat dilihat saat ayam broiler bermain
dengan ayam broiler lainnya (Pitchard, 1995).
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor sejak
bulan Juli sampai September 2009.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah 160 ekor DOC (Day Old Chick) broiler
Jumbo 747 strain Ross yang diproduksi oleh PT. Cibadak Indah Sari Farm dan tidak
dibedakan antara jantan dan betina.
Kandang dan Peralatan
Dua kandang tertutup masing-masing bersuhu tinggi sekitar 30 oC (cekaman
panas) dan nyaman sekitar 23 oC digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing
kandang terdiri atas empat sekat berukuran 1,15 x 1,15 m2. Setiap sekat diisi 10 ekor
ayam broiler dan dipasang 1 unit lampu pijar berkekuatan 60 watt dengan warna
cahaya merah dan putih sesuai perlakuan. Kandang cekaman panas dilengkapi
dengan sebuah alat pemanas (heater room) berkekuatan 800W yang menghasilkan
suhu kandang berkisar 30 oC. Sementara suhu kandang nyaman berkisar 23 oC
dicapai dengan bantuan sebuah pengatur suhu ruangan (AC). Masing-masing
kandang dilengkapi dengan exhaust fan untuk sirkulasi udara.
Peralatan lain yang digunakan adalah tempat pakan dan minum, timbangan
kapasitas 5 kg dengan ketelitian 20 g, timbangan digital merek Philipp dengan
ketelitian 1 g, stop watch, kertas label, kardus, termometer basah kering, dan
peralatan tulis.
Pakan
Pakan yang diberikan adalah PC 100 (umur 0-7 hari) yang diproduksi oleh
PT Charoen Phokphand dengan kandungan protein 21,5-23,5% dan energi metabolis
3020-3120 kkal/kg dan BR 11 (umur 8-35 hari) dengan kandungan protein 21%-23%
dan energi metabolis 3000-3100 Kkal/kg. Komposisi zat makanan yang diberikan
diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi Zat Makanan PC 100 dan BR 11
Zat Makanan
Kadar air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat (%)
Abu (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
EM (kkal/kg) (%)
PC 100
Maks. 13,0
21,5-23,5
min. 5,0
maks. 5,0
maks. 7,0
min. 0,9
min. 0,6
3020-3120
BR 11
Maks. 13,0
21-23
min. 5,0
maks. 5,0
maks. 7,0
min. 0,9
min. 0,6
3000-3100
Sumber : P.T. Charoen Phokphand, (2009)
Vaksin dan Vitamin
Vaksin ND 1 LD500 diberikan pada hari ke-3 melalui tetes mata, sedangkan
vaksin ND La Sota sebagai booster diberikan pada hari ke-22 melalui intra muskuler
dengan injeksi. Vaksin Gumboro B produksi PT Medion diberikan pada minggu ke-2
melalui air minum.
Vitamin yang digunakan adalah Vita Chicks dan Vita Stress. Vitamin
diberikan untuk menghindari stres saat kedatangan ayam dan setelah perlakuan
(vaksinasi).
Prosedur
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang beserta peralatan disiapkan seminggu sebelum penelitian. Lantai
kandang dibersihkan dan dilakukan pengapuran serta desinfeksi dengan Bromoquad10 dan formalin. Formalin dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 3%. Peralatan
yang digunakan dibersihkan dengan menggunakan air campuran desinfektan
kemudian dicelupkan ke dalam larutan Biocide.
Satu unit lampu pijar berkekuatan 60 watt dengan warna merah dan putih
sesuai perlakuan dipasang pada setiap sekat di dalam kandang. Lampu dipasang pada
jarak 2,5 m dari litter.
Pemeliharaan
Sebanyak 10 ekor DOC ditempatkan pada tiap sekat. Bobot badan awal DOC
ditimbang sebelum ditempatkan ke dalam petak perlakuan. DOC diberikan larutan
air gula 5% pada saat kedatangan sebagai pengganti energi yang hilang selama
pengangkutan dan perjalanan. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Vaksinasi
ND pertama dilakukan melalui tetes mata pada umur 3 hari, vaksin Gumboro pada
minggu kedua melalui air minum, dan vaksin ND ke dua melalui injeksi pada umur
22 hari.
Suhu kandang perlakuan nyaman dan cekaman panas mulai umur 15 hari
(minggu ketiga) disesuaikan dengan kebutuhan panas DOC, yaitu 30-35 oC sampai
umur 2 minggu. Suhu kandang cekaman panas diatur sekitar 30 oC dengan bantuan
alat pemanas (heater room) berkekuatan 800 W dan kandang netral diatur pada suhu
sekitar 23 oC menggunakan AC. Penggunaan lampu penerangan dilakukan selama 24
jam pada kedua kandang tersebut. Perlakuan atau penggunaan lampu merah
dilakukan setelah pemeliharaan memasuki minggu ke tiga. Ketinggian lampu
penerangan disesuaikan dengan kebutuhan panas ayam broiler.
Pengumpulan Data
Peubah yang diamati adalah tingkah laku makan, minum, istirahat, panting,
dan lokomosi. Pengamatan dilakukan mulai umur 15 hari dengan interval
pengamatan 6 hari. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pagi hari pukul
07.00-08.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari pukul 17.0018.00 WIB.
Cara pengamatan :
1. Perilaku makan, diukur dengan mencatat jumlah ayam dalam kelompok yang
mematuk pakan di tempat pakan.
2. Perilaku minum, diukur dengan jumlah ayam dalam kelompok yang
menghisap air dari tempat minum.
3. Perilaku istirahat, diukur dengan mencatat jumlah ayam dalam kelompok
yang rebah atau posisi mengeram dengan dada menempel pada litter dengan
mata terbuka atau berkedip.
4. Perilaku lokomosi, diukur dengan mencatat jumlah ayam dalam kelompok
yang melakukan lokomosi (berpindah tempat) dalam kelompok tersebut.
5. Perilaku panting, diukur dengan mencatat jumlah ayam dalam kelompok
yang terlihat melakukan panting (terengah-engah atau megap-megap).
Rancangan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial
2x2 dengan suhu dan warna cahaya lampu sebagai perlakuan. Taraf suhu yang
digunakan adalah 23 oC (suhu nyaman) dan 30 oC (suhu cekaman panas). Taraf
warna cahaya lampu adalah warna cahaya putih dan merah. Data dianalisis ragam
(ANOVA) dan diolah menggunakan model matematika sebagai berikut (Gasperz,
1991):
Yij = µ + Si + Wj + SWij + €ijk
Keterangan :
Yijk
: nilai pengamatan
µ
: nilai tengah umum
Si
: pengaruh suhu kandang ke-i (i= panas, netral)
Wj
: pengaruh warna cahaya ke-j (j= merah, putih)
SWij
: pengaruh interaksi antara faktor suhu kandang ke-i dan faktor warna cahaya
ke-j.
€ijk
: galat percobaan
Peubah yang diamati adalah tingkah laku makan, minum, istirahat, lokomosi
dan panting. Pengambilan data dilakukan sebanyak empat kali dengan interval 6 hari
yaitu dimulai pada hari ke-15, 21, 27 dan 33. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pengamatan tingkah laku pada ayam broiler di kandang tertutup dengan
perlakuan suhu dan warna cahaya yang berbeda dilaksanakan dengan menggunakan
metode scan sampling. Tingkah laku yang diamati adalah makan, minum, lokomosi,
istirahat dan panting dilakukan dalam empat waktu pengamatan berbeda, yaitu pada
umur 15, 21, 27, dan 33 hari. Suhu aktual kandang panas adalah 30±0,15 oC dengan
kisaran 29 oC sampai 31 oC dan suhu kandang netral adalah 23±0,06 oC dengan
kisaran 22 oC sampai 23 oC. kandang tertutup yang digunakan pada penelitian
diperlihatkan pada gambar 1.
Gambar 1. Tipe Kandang Tertutup
Sidik ragam menunjukkan bahwa suhu dan warna cahaya lampu kandang
tidak menunjukkan interaksi terhadap tingkah laku ayam broiler yang diamati
(Lampiran 1 – 20). Proporsi tingkah laku ayam broiler pada warna cahaya dan suhu
yang diamati pada hari ke-15 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada Hari ke-15 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Kandang Berbeda
Tingkah
laku
Suhu Nyaman (23±0,06 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
Suhu Cekaman Panas (30±0,15 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
Makan
Minum
10,12
0,95
13,23
1,32
Panting
0,00
Lokomosi
13,99
Istirahat
74,92
Keterangan : Huruf superskrip
6,31
2,14
3,48
0,72
0,06
0,03 B
14,26
37,21
14,47
13,57
7,95
70,92
63,72
50,64
menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)
25,73A
Pengamatan pada hari ke-15 menunjukkan pengaruh suhu berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap tingkah laku panting. Ayam broiler yang dipelihara pada
suhu cekaman panas (sekitar 30 oC) menunjukkan persentase tingkah laku panting
lebih tinggi dibandingkan pada suhu nyaman (sekitar 23 oC), yaitu 3,44 vs 0,05.
Tingkah laku panting pada ayam broiler menunjukkan keadaan suhu tubuh dan
lingkungan yang tinggi. Ayam broiler akan berusaha melepaskan kelebihan suhu
tubuh ke lingkungan sebagai mekanisme homeostasis dengan cara sensible heat loss
melalui radiasi, konduksi, dan konveksi (Charles, 2002). Pelepasan panas tubuh
dilakukan melalui mekanisme panting saat suhu lingkungan melebihi 26
o
C.
Kebutuhan oksigen meningkat dan kecepatan respirasi meningkat, sehingga terjadi
hiperventilasi (panting) yang menyebabkan kehilangan air dari tubuh lewat respirasi.
Sesuai sifat fisiologis, ayam broiler sebagai hewan homeotermi, memilki
kemampuan homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil
walaupun suhu lingkungan berubah-ubah.
Pengamatan tingkah laku ayam broiler pada hari ke-21 menunjukkan suhu
berpengaruh terhadap tingkah laku minum, panting, dan lokomosi. Proporsi tingkah
laku ayam broiler pada pengamatan hari ke-21 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada Hari ke-21 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Kandang Berbeda
Tingkah
laku
Makan
Suhu Nyaman (23±0,06 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
19,78
14,78
a
Suhu Cekaman Panas (30±0,15 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
9,43
8,73
1,00
0,04
0,52b
Minum
3,04
2,23
2,64
Panting
0,00
0,00
0,00a
21,03
26,53
23,78b
Lokomosi
13,27
9,23
11,25a
6,27
6,45
6,36b
62,27
Istirahat
63,91
73,76
Keterangan : Huruf superskrip menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
58,25
Pengamatan tingkah laku pada hari ke-21 menunjukkan faktor suhu berbeda
nyata (P<0,05) terhadap tingkah laku minum, panting, dan lokomosi. Proporsi
tingkah laku minum ayam broiler pada suhu 23 oC lebih tinggi dibandingkan pada
suhu 30 oC. Hal ini berkaitan dengan tingkah laku makan ayam broiler pada suhu
23 oC juga lebih tinggi sehingga diimbangi dengan asupan cairan yaitu minum yang
dilakukan oleh ayam broiler. Ayam broiler dengan bobot badan tinggi merupakan
hasil dan kumulasi dari tingkat konsumsi dan kemampuan atau efisiensi penggunaan
pakan yang dapat dilihat dari tingkah laku makan dan minum (ingestive behaviour).
Tingkah laku ingestive berkaitan dengan tingkah laku pergerakan (lokomosi) dan
istirahat (resting behaviour). Tingkah laku lokomosi memiliki asosiasi dengan
pergerakan untuk mencari makan atau minum sementara tingkah laku istirahat
banyak ditemukan karena tingkat konsumsi yang terpenuhi atau karena suhu
lingkungan yang terlalu tinggi (Pitchard, 1995).
Tingkah laku ayam broiler yang diamati pada hari ke-27 menunjukkan
bahwa faktor suhu berbeda nyata (P<0,05) terhadap tingkah laku minum dan sangat
nyata (P< 0,01) terhadap tingkah laku panting. Proporsi tingkah laku ayam broiler
pada hari ke-27 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada Hari ke-27 dengan
Warna Cahaya dan Suhu Kandang Berbeda
Tingkah
laku
Makan
Minum
Suhu Nyaman (23±0,06 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
17,24
0,40
31,02
0,18
0,29
b
Suhu Cekaman Panas (30±0,15 oC)
Cahaya
Cahaya
Putih
Merah
Rataan
11,86
14,27
3,01
0,81
1,91a
27,56
33,78
Panting
1,72
0,00
0,86B
Lokomosi
6,83
8,15
6,17
5,01
Istirahat
73,81
60,65
51,40
46,13
Keterangan : Huruf superskrip (a dan b) menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Huruf superskrip (A dan B) menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)
30,67A
Ayam broiler akan mengatur suhu tubuhnya sebagai upaya homeostasis agar
dapat beradaptasi dengan suhu lingkungan dengan mengatur tingkat konsumsi pakan
dan air minum serta pengaturan pergerakan dan istirahat sebagai proses adaptasi
terhadap perubahan suhu tubuh dan suhu lingkungan. Pelepasan panas sensible ke
lingkungan tidak dapat berlangsung efektif pada keadaan suhu tubuh yang tinggi dan
suhu lingkungan ekstrim tinggi sehingga pelepasan panas tubuh ke lingkungan
bergeser ke arah penguapan air dari saluran pernafasan (evaporatif) yang merupakan
upaya hyperventialtion melalui proses panting (Olanrewaju et. al, 2006).
Tingkah laku panting berkaitan erat dengan perubahan tingkat konsumsi
pakan dan minum serta pergerakan (lokomosi) dan istirahat ayam broiler yang
berimplikasi kepada bobot badan. Secara sederhana, dapat dilihat dari semakin
tingginya tingkah laku minum yang ditunjukkan sebagai akibat dari adanya panting.
Tingkah laku panting merupakan upaya yang dilakukan oleh ayam broiler untuk
mengatur suhu tubuhnya sesuai dengan suhu lingkungan. Apabila suhu lingkungan
terlalu ekstrim atau terlalu tinggi di atas 35 oC maka dapat menyebabkan suhu tubuh
ayam naik menjadi sangat tinggi (Jahja, 2000). Suhu tubuh ayam yang terlalu tinggi
di atas batas normalnya akan mengakibatkan kematian pada ayam broiler. Panting
pada ayam broiler juga dapat disebabkan oleh kepadatan kandang yang terlalu tinggi
sehingga ayam broiler mengalami kesulitan dalam bernafas yang berakibat pada
kerja jantung yang lebih cepat (Perry, 2004).
Pengamatan pada hari ke-33 menunjukkan tidak ada interaksi antara warna
cahaya dan suhu serta faktor tunggal suhu dan warna cahaya pada tingkah laku ayam
broiler yang diamati. Proporsi tingkah laku ayam broiler pada hari ke-33
ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Proporsi Tingkah Laku Ayam Broiler (%) pada Hari ke-33 dengan Warna
Cahaya dan Suhu Kandang Berbeda
Tingkah
laku
Suhu Nyaman (23±0,06 oC)
Cahaya Putih
Cahaya Merah
Makan
22,01
Minum
1,02
Panting
Lokomosi
Istirahat
Suhu Cekaman Panas (30±0,15 oC)
Cahaya Putih
Cahaya Merah
17,12
6,11
21,28
1,78
2,53
1,45
15,34
13,63
26,45
23,07
4,28
4,67
4,33
3,17
57,35
62,80
60,58
51,03
Ketiadaan pengaruh disebabkan intensitas cahaya yang diterima oleh ayam
broiler tidak berbeda dengan intensitas yang biasanya diterima oleh retina mata ayam
broiler. Intensitas cahaya yang lebih rendah dapat menurunkan aktivitas ayam untuk
berjalan dan berdiri. Pencahayaan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya
gangguan ritme harian (diurnal) (Sanotra et al., 2002). Pencahayaan terus-menerus
pada penelitian ini mengakibatkan ayam broiler tidak menunjukkan respon yang
signifikan. Ayam broiler tetap berada pada posisi ritme harian mengatur pola tingkah
laku
seperti
makan,
tidur,
bergerak,
dan
istirahat
secara
normal
(Olanrewaju et al., 2006).
Intensitas cahaya yang diterima retina mata ayam broiler diduga kurang dari
lima lux, sehingga tingkah laku ayam broiler yang diberi warna cahaya merah dan
putih tidak menunjukkan perbedaan. Intensitas cahaya yang kurang dari lima lux
tidak dapat direspon dengan baik oleh retina mata ayam broiler sehingga secara
keseluruhan tidak mempengaruhi tingkah laku ayam broiler. Intensitas cahaya yang
diberikan pada ayam broiler menurut rekomendasi Renden et al. (1996) adalah 20
lux hingga ayam broiler berumur tujuh hari dan berikutnya adalah lima lux hingga
berumur 49 hari. Penggunaan warna cahaya yang baik dalam pemeliharaan ayam
broiler dapat meningkatkan performa ayam broiler. Warna cahaya yang baik dapat
menghindarkan ayam broiler dari kebutaan dan mengurangi agresivitas sehinggga
bobot akhir dapat maksimum. Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting)
akan mengurangi stres pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang
diberikan cahaya secara terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma
kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang
mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000). Pemberian lama pencahayaan
pada ayam broiler selama 16 jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan
respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan
peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004).
Produktivitas ayam broiler dapat diukur dari performa produksi seperti
tingkat konsumsi pakan, konversi pakan, pertambahan bobot badan, dan bobot
badan. Nilai produktivitas tersebut dapat diduga melalui tingkah laku yang terkait
dengan hal tersebut. Tingkah laku hewan adalah suatu respon atau ekspresi hewan
oleh adanya rangsangan yang mempengaruhinya. Menurut Mukhtar (1986),
rangsangan terbagi dua, yaitu rangsangan luar dan rangsangan dalam. Rangsangan
luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimiawi.
Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis sekresi hormon dan faktor
motivasi (Mukhtar, 1986). Menurut Prijono dan Handini (1998), tingkah laku juga
dapat diartikan sebagai ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam bentuk
gerakan-gerakan. Tingkah laku sekor hewan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dari
dalam (hormon dan sistem saraf) dan faktor dari luar (cahaya, suhu, dan
kelembaban). Tingkah laku bersifat genetis, tetapi dapat berubah oleh lingkungan
dan proses belajar hewan (Hafez, 1969).
Tingkah Laku Makan
Adaptasi yang biasanya dilakukan ayam pada suhu kandang tinggi selain
melalui mekanisme panting adalah dengan mengurangi aktivitas makan. Penelitian
ini secara statistik tidak menunjukkan perbedaan tingkah laku makan pada ayam
broiler yang dipelihara pada suhu dan warna cahaya yang berbeda. Ada
kecenderungan yang terilihat dari manifestasi tingkah laku makan. Ayam broiler
yang dipelihara pada suhu cekaman panas (sekitar 30 oC) mengkonsumsi pakan lebih
sedikit dibandingkan ayam broiler yang dipelihara pada suhu kandang nyaman
(23 oC).
Ayam broiler merupakan ayam ras yang diseleksi secara intensif untuk
menghasilkan bobot badan yang tinggi dan pertumbuhan cepat. Sesusai dengan
karakteristik tersebut, ayam broiler akan berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan pokok (maintenance). Pada masa pertumbuhan,
suhu lingkungan broiler diturunkan menjadi 21 oC untuk meningkatkan konsumsi
pakannya (Cornetto dan Esteves, 2001). Bobot badan yang tinggi memerlukan input
pakan yang lebih banyak, sesuai dengan standar konsumsi pakan pada Tabel 7 dan
konversi pakan pada Tabel 8.
Tabel 7. Konsumsi Pakan Ayam Broiler Strain Ross
Minggu
Konsumsi Pakan (g/ekor)
Minggu 1
139
Minggu 2
462
Minggu 3
1.024
Minggu 4
1.849
Minggu 5
2.877
Sumber : Cibadak Indah Sari Farm (2005)
Tabel 8. Konversi Pakan Ayam Broiler Strain Ross selama Lima Minggu
Minggu
Minggu 1
Konversi Pakan
0,88
Minggu 2
1,1
Minggu 3
1,3
Minggu 4
1,46
Minggu 5
1,6
Sumber : Cibadak Indah Sari Farm (2005)
Ayam broiler pada kondisi suhu lingkungan cekaman panas (30 oC) pada
penelitian ini mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak walaupun tidak
sebanyak ayam broiler yang dipelihara pada suhu kandang nyaman. Berkurangnya
aktivitas metabolisme tubuh ayam broiler disebabkan suhu lingkungan yang tinggi,
yang terlihat dari penurunan aktivitas makan dan minum (Gunawan dan Sihombing,
2004). Gambar 2 menyajikan tingkah laku makan ayam broiler.
Gambar 2. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Makan
Tingkah Laku Minum
Saat cekaman panas, aktivitas tubuh berkurang, konsumsi pakan menurun,
konsumsi air minum meningkat untuk menurunkan suhu tubuh. Hal ini berkaitan
dengan terjadinya perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi dalam tubuh. Saat
cekaman panas, peredaran darah banyak yang menuju ke organ pernafasan
sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga
bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme (Bell dan Weaver, 2002). Air
merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan yang berhubungan erat
dengan mekanisme termoregulator dan kemampuan untuk bertahan hidup pada
temperatur lingkungan yang tinggi. Ayam dewasa mengonsumsi air minum sebanyk
150-200 ml setip hari pada suhu normal. Gibson et al, (1998) menyatakan bahwa
ayam melakukan tingkah laku minum sebanyak 6% dalam sehari.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum meliputi suhu lingkungan,
suhu air, tingkat konsumsi pakan, dan bobot badan ayam (Bailey, 1990; Wandoyo,
1997). Wandoyo (1997) lebih lanjut mengemukakan bahwa konsumsi air minum
ayam broiler meningkat pada suhu lingkungan lebih tinggi. Tingkah laku minum
yang meningkat pada ayam broiler dalam kondisi suhu lingkungan tinggi bertujuan
untuk menurunkan panas tubuhnya agar tidak mengalami cekaman panas. Pemberian
pakan yang terbatas dan air minum yang ad libitum juga dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi minum pada unggas (Savory et al, 1992). Gambar 3
menyajikan tingkah laku minum ayam broiler saat penelitian.
Gambar 3. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Minum
Sebagian besar tubuh ayam broiler terdiri dari air. Konsumsi air minum pada
kondisi normal adalah dua kali dari jumlah pakan yang dikonsumsi. Selain sebagai
salah satu kebutuhan maintenance tubuhnya, ayam broiler mengkonsumsi air minum
sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengatur suhu tubuhnya agar sesuai dengan
suhu lingkungan. Tingkat konsumsi air minum pada ayam broiler tidak sama setiap
harinya sesuai dengan kebutuhan tubuh dan suhu lingkungan. Konsumsi air minum
akan lebih banyak terjadi pada ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi yang
berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh.
Penelitian ini menunjukkan konsumsi air minum ayam broiler yang
dipelihara pada suhu kandang berbeda pada umur 15 dan 33 hari cenderung tidak
menunjukkan perbedaan tetapi berbeda nyata (P<0,05) pada umur 21 dan 27 hari.
Pada umur 27 hari, ayam broiler pada suhu tinggi mengonsumsi air lebih sering
dibandingkan ayam broiler pada suhu normal. Ayam broiler dengan umur yang lebih
dewasa menghasilkan panas tubuh yang lebih tinggi sesuai dengan konsumsi pakan
yang juga semakin tinggi.
Hasil penelitian menujukkan bahwa tingkah laku minum lebih sering
ditemukan pada umur 27 hari pada kandang dengan suhu lingkungan yang tinggi. Air
yang lebih banyak diperlukan dalam proses evaporasi yang membawa panas tubuh
untuk menurunkan suhu tubuh. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan ayam
broiler harus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan. Bentuk penyesuaian
ayam broiler adalah dengan lebih banyak mengkonsumsi air minum, yang dapat
dilihat dari tingkah laku minum yang lebih sering dilakukan untuk menurunkan suhu
tubuh.
Tingkah Laku Panting
Lingkungan yang panas merupakan faktor yang paling berpengaruh
menyebabkan stres pada ayam broiler. Stres panas pada ayam broiler dihasilkan oleh
adanya interaksi suhu antara udara, kelembaban, sirkulasi panas, dan kecepatan
udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor yang utama. Suhu optimum untuk
pertumbuhan ayam broiler setelah brooding period adalah 18-22 oC (Charles, 2002).
Untuk mengurangi panas yang dapat menyebabkan stres, ayam broiler melakukan
tingkah laku yang disebut panting (Gambar 4).
Gambar 4. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Panting
Mekanisme panting pada ayam broiler terjadi pada saat proses pelepasan
panas tubuh ke lingkungan melalui radiasi, konduksi, dan konveksi (sensible heat)
tidak memadai. Ayam broiler akan mengubah pola pelepasan panas menjadi
insensible melalui proses penguapan air dari saluran pernafasan (evaporasi).
Mekanisme ini merupakan bagian dari adaptasi ayam broiler terhadap suhu
lingkungan tinggi. Seperti yang dinyatakan oleh Oleyumi dan Robert (1980), bahwa
pada lingkungan panas suhu tubuh ayam akan meningkat 1-2 ºC hingga tubuh ayam
dapat kembali beradaptasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada perlakuan di umur 15 dan 27 hari
suhu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan pada umur 21 hari suhu berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap tingkah laku panting. Ayam broiler yang dipelihara pada
suhu tinggi (± 30 oC) menunjukkan tingkah laku panting lebih banyak dibandingkan
dengan ayam broiler yang dipelihara pada suhu normal (± 23 oC). Pada umur 33 hari,
ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi cenderung telah dapat beradaptasi
dengan tingkat cekaman panas sehingga suhu tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap tingkah laku panting. Suhu normal ayam broiler pada umur 15 hari adalah
erkisar 23 oC (Charles, 2002).
Frekuensi panting meningkat seiring dengan bertambahnya umur ayam
broiler. Pada umur 33 hari, sekitar 14-15% ayam broiler pada suhu normal
melakukan panting dan masih lebih sedikit dibandingkan ayam broiler pada suhu
tinggi. Hal ini menandakan bahwa kecepatan pertumbuhan tinggi yang ditandai
dengan bobot badan tinggi akan mengonsumsi pakan lebih banyak untuk kebutuhan
maintenance sekaligus menghasilkan panas yang harus dilepaskan ke lingkungan,
salah satunya melalui mekanisme panting.
Persentase ayam broiler melakukan panting cenderung meningkat dengan
pertambahan umur yang berasosiasi dengan pertambahan bobot badan dan produksi
panas tubuh. Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis dapat mengatur suhu
tubuhnya relatif konstan sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah.
Tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui
panting. Ayam betina akan mulai panting pada suhu lingkungan 29 ºC atau ketika
suhu tubuh ayam mencapai 42 ºC. Menurut European Comission (2000), kondisi
suhu optimal ayam pedaging berkisar antara 21-29 ºC untuk ayam pedaging umur 3-
6 minggu. Bell and Weaver (2002) menyatakan bahwa suhu nyaman untuk mencapai
pertumbuhan optimum ayam pedaging berkisar antara 18-23 ºC.
Ayam tidak dapat menoleransi suhu lingkungan tinggi. Kejadian ini sering
terjadi pada cuaca panas yang disertai mendung sehingga meningkatkan kelembaban
relatif pada udara (Ilyas, 2004). Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menyatakan
bahwa performa ayam broiler dipengaruhi aspek pemeliharaan. Suhu lingkungan
kandang yang nyaman (optimum) dapat meningkatkan performa ayam broiler. Ayam
broiler dapat berproduksi secara optimum tanpa harus mengalami cekaman panas
ataupun cekaman dingin (cold shock).
Tingkah Laku Lokomosi
Lokomosi didefinisikan sebagai pergerakan ayam untuk melakukan aktivitas
yang berpindah tempat. Lokomosi yang dilakukan ayam broiler bertujuan untuk
menaikkan panas tubuhnya (Jahja, 2000). Intensitas cahaya yang lebih rendah dapat
menurunkan aktivitas lokomosi dan berdiri pada ayam (Renden et al., 1996). Cahaya
yang masuk melalui retina mata unggas mempengaruhi intensitas lokomosi yang
dilakukan oleh unggas tersebut. Intensitas cahaya yang tinggi seperti cahaya matahari
dapat mengurangi tingkah laku istirahat pada unggas. Penggunaan intensitas cahaya
yang rendah biasanya diterapkan pada manajemen pemeliharaan ayam untuk
mengontrol agresivitas ayam dan dapat mengurangi resiko kanibalisme. Secara
keseluruhan, ayam yang dipelihara pada suhu dan warna cahaya yang berbeda tidak
menunjukkan perbedaan persentase lokomosi kecuali ayam broiler yang dipelihara
pada umur 21 hari.
Lokomosi yang dilakukan ayam broiler adalah bagian dari ekspresi tingkah
laku berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya seperti mendapatkan
makanan ataupun minuman. Tingkah laku lokomosi juga dapat dilihat saat ayam
broiler bermain dengan ayam broiler lainnya (Pitchard, 1995). Intensitas tingkah
laku makan dan minum ayam broiler pada suhu tinggi yang lebih sedikit, dapat
diasumsikan bahwa ayam lebih sering bergerak melakukan aktivitas lain selain
makan dan minum. Aktivitas lainnya tersebut dapat berupa tingkah laku bermain,
investigasi, atau bahkan hanya bergerak atau berpindah tempat dari satu sisi kandang
ke sisi kandang yang lainnya seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Lokomosi
Ayam broiler pada suhu tinggi umumnya akan lebih banyak beristirahat
untuk mengurangi produksi panas. Tetapi pada umur 21 hari ayam broiler yang
dipelihara pada suhu tinggi melakukan lokomosi lebih sering dibandingkan ayam
broiler pada suhu normal. Hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa lokomosi
yang dilakukan oleh ayam broiler berhubungan erat dengan tingkah laku, yaitu
tingkah laku makan dan minum. Hal ini dapat diasosiakan dengan pergerakan
mencari air minum untuk menurunkan suhu tubuh.
Tingkah Laku Istirahat
Ayam broiler termasuk ke dalam hewan diurnal. Fase aktif dan istirahat
diatur ritme circadian secara hormonal. Ayam broiler melakukan aktivitas pada siang
hari dan beristirahat pada malam hari. Ayam broiler termasuk hidup diurnal yang
beraktivitas bila adanya cahaya yang diterima oleh retina mata. Hal ini diatur oleh
hormon melatonin yang dirangsang oleh keberadaan cahaya. Tingkah laku istirahat
pada ayam broiler dimanfaatkan oleh peternak dalam manajemen pemeliharaan.
Peternak biasanya mengurangi lama pencahayaan pada umur tertentu di malam hari
sehingga ayam broiler lebih banyak melakukan istirahat. Pada keadan lingkungan
yang nyaman, broiler lebih banyak melakukan istirahat karena merasa aman dari
ancaman musuh (Cornetto dan Esteves, 2001).
Gambar 6. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Istirahat
Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon
melatonin secara normal. Melatonin yang disintesis dalam kelenjar pineal dan retina
pada unggas, disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap aktivitas
enzim serotonin-N-acetyltranspherase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis
sintesa melatonin baik pada retina maupun kelenjar pineal.
Pencahayaan yang terus-menerus dapat menyebabkan melatonin dikatalisis
dengan tidak semestinya, sehingga cahaya yang diterima retina tidak direspon
sebagaimana mestinya. Hal inilah yang memungkinkan hasil penelitian ini tidak ada
interaksi antara suhu dan warna cahaya terhadap tingkah laku ayam broiler karena
pemeliharaan yang dilakukan menggunakan periode pencahayaan selama 24 jam atau
terus menerus.
Pengamatan tingkah laku istirahat dilakukan selama hari terang, yaitu pagi,
siang, dan sore hari. Selama beberapa hari sebelum dilakukan pengambilan data,
pengamatan dilakukan pada malam hari dan ayam broiler dominan melakukan
istirahat atau tidur. Pada pengamatan di kondisi hari terang, tidak ditemukan adanya
perbedaan tingkah laku istirahat pada ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi
dan normal. Secara keseluruhan, ayam lebih banyak melakukan aktivitas istirahat
dengan poisisi duduk atau berbaring dengan bagian dada menempel pada alas lantai
(litter) (Gambar 5). Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan cepat dan bobot badan
tinggi yang mengakibatkan kecenderungan untuk malas bergerak dan lebih banyak
beristirahat. Frekuensi istirahat yang lebih tinggi pada ayam broiler dapat
menyebabkan bobot badan tinggi dikarenakan energi yang dhasilkan oleh tubuh
ayam broiler tidak banyak terbuang untuk melakukan aktivitas lainnya selain untuk
maintenance tubuhnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Interaksi antara suhu dan warna cahaya pada penelitian ini tidak berpengaruh
terhadap tingkah laku makan, minum, panting, lokomosi dan istirahat ayam broiler.
Perlakuan suhu sebagai faktor tunggal pada penelitian ini berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap tingkah laku panting pada umur 15, berbeda nyata (P<0,05)
terhadap tingkah laku panting pada umur 21 dan 27 hari, tingkah laku minum dan
lokomosi pada umur 21 hari.
Saran
Perlu dilakukan pengukuran intensitas cahaya untuk mengetahui secara
akurat besaran intensitas cahaya yang diberikan. Pemberian perlakuan suhu yang
ekstrim lebih rendah dan lebih tinggi dari penelitian ini dapat dilakukan untuk
melihat pengaruh terhadap tingkah laku ayam broiler yang diakibatkan perlakuan
suhu dan warna cahaya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dalam rangka penyelesaian
program sarjana di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis sangat menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua
tercinta yang dengan penuh pengorbanan membiayai studi penulis, memberikan
dorongan semangat, dukungan moral, dan kasih sayang, serta do’a yang tiada henti.
Terima kasih kepada kedua kakakku tercinta (Riadi dan Riani) atas dukungan dan
kasih sayangnya.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Rudi Afnan, S.Pt.,
M.Sc.Agr. dan Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S. selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar memberikan dukungan, bimbingan, dan arahan
selama penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc. selaku dosen pembahas
seminar hasil penelitian dan Ahmad Yani, STP, M. Si dan Dr. Ir. Rita Mutia, M. Agr
selaku dosen penguji pada ujian sidang yang telah memberikan saran dan perbaikan,
kepada Dr. Ir. Asnath M. Fuah, M.S. selaku dosen pembimbing akademik serta para
staf pengajar yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama penulis
mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim penelitian unggas
(Krisna, Wahid, Alif, dan Listi), Noni Puspita, para petugas kandang Unit Unggas
(Kandang B), dan seluruh teman-teman IPTP angkatan 43 yang telah banyak
memberikan bantuan selama penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca dan memerlukannya.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Ain Baziz, H., P.A. Geraert, J.C.F. Padilha & S. Guillaumin. 1996. Chronic heat
exposure enhances fat deposition and modifies muscle and fat partition in
broiler carcasses. Poult. Sci. 75: 505 – 513.
Apeldoorn, E. J., J. W. Schrama, M. M. Mashaly & H. K. Parmentier. 1999. Effect of
melatonin and lighting schedule on energy metabolism in broiler chicken.
Poult. Sci., 78 : 223-227.
Austic, R.E. 1985. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates, in Stress Physiology in
Livestock, vol. III. In: M.K.Yousef (Ed). CRC Press, Inc, Boca Raton,
Florida: 124 – 136.
Bailey, M. 1990. The Water Requirements of Poultry. In. Haresign, W. & D. J. A.
Cole (Ed.). Recent Advances in Animal Nutrition. Butterworths, London.
Bell, D. D. & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media Inc, New York.
Bonnet, S., P.A. Geraert, M. Lessire, M.B. Cerre & S. Guillaumin. 1997. Effect of
high ambient temperature on feed digestibility in broilers. Poult. Sci. 76:857863.
Bruzual, J. J., S. D. Peak, J. Brake & E. D. Peeblest. 2000. Effect of relative
humidity during the last five days of incubation and brooding temperature on
performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79:
1385-1391.
Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler).
Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Canham, A. E. 1966. Artificial Light in Horticulture. Centrex Publishing Company,
Eindhoven.
Card, L. E., & M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 75th Edition. Lea and
Febriger, Philadelphia.
Charles, D. R. 2002. Responses to the thermal environment. In: Charles, D. A &
Walker, A. W. (Eds). Poultry Environment Problems, A guide to solution
Nottingham University Press, Nottingham, pp. 1-16.
Cibadak
Indah
Sari
Farm.
2005.
Standar
Broiler
http://www.cibadak.com/main.php?q=prd1 (24 Mei 2005).
Jumbo.
Classen, H. L. 1989. The role of photoperiod manipulation in broiler chicken
management. University of Saskatchewan, Canada.
Classen, H. L., C. B Annet, K. V. Schwean-lardner, R. Gonda & D. Derow. 2004.
The effects of lighting programmes with twelve hours of darkness per day
provided in one, six or twelve hour interval on the productivity and health of
broiler chickens. Br. Poult. Sci., 45 :31-32.
Cornetto, T. & I. Esteves. 2001. Behaviour of the domestic fowl in the presence of
vertical panels. Poult. Sci. 80, 1455-1465.
Craig, J. V. 1981. Domestic Animal Behaviour : Causes and Implication For Animal
Care and Management. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
European Commision. 2000. Health and Consumer Protection Directorate-General :
The Welfare of Chickens Kept for Meat Production (Broilers). Report of The
Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare.
French, K. M. 1981. Practical Poultry Raising. Manual Number II. Peace Corps,
Washington DC.
Gibson, S. W., Dun, P. & B. O. Hughes. 1998. The performance and behaviour of
laying fowls in a covered strawyard system. Research and Development in
Agriculture 5, 153-163.
Gordon, S.H. & D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product : Their
Technology and Scientific Principles. Nothingham University Press, Definitions
: III – X, UK.
Gunawan & D. T. H. Sihombing. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap
kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. Jurnal. Vol. 14 No. 1.
Hafez, E. S. 1969. The Behaviour of domestic animals. 2nd Edition by the Williams
and Withins Co, Baltimore.
Hardjosworo, P. S. & Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas.
Penebar Swadaya, Depok.
Ilyas, A. 2004. Heat Stress pada Broiler. Artikel ilmiah popular. Poultry Indonesia
Oktober 2004: 68-69.
Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam. Edisi
ke-18. Medion Press, Bandung.
Kartasudjana, R & E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Kuczynski, T. 2002. The application of poultry behaviour responses on heat stress to
improve heating and ventilation systems efficiency. J. Pol. Agric. Univ. 5:111.
Lavergne, T. K. 2005. The Broiler Project. Louisiana State University Agricultural.
Center. http://ucce.ucdavis.edu/files/filelibrary/2328/18363 [11 Maret 2010]
Lewis, P. D, & T. R. Morris, 1998. Response of domestics poultry to various light
sources. World’s Dyschondroplasia. Poult. Sci. J., 54: 72-75.
Lewis, P. D. & T. R. Morris, 2000. Poultry and colored lights. World Poult. Sci. J.,
56 : 189-207.
May, J. D. & B. D. Lott. 2000. The effect of environmental temperature on growth
and feed convertion of broilers to 21 days of age. Poult. Sci. 79: 669 – 671.
Moore, C. B. & Siopes, TD. 2000. Effect of lighting conditions and melatonin
supplementation on the cellular and humoral immune responses in Japanese
quail Coturnix coturnix japonica. Gen. Comp. Endocrinol. 199 : 95-104.
Mukhtar, A. S. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tingkah Laku Satwa (Ethologi). Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan,
Bogor.
Mulyono, S. 2001. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Olenrewaju, H. A. J. P. Thaxton. W. A. Dozier. J Purswell, W. B. Roush, & S. L.
Branton. 2006. A Review of Lighting Program for Broiler Production
http://www.sp.uconn.edu/poultrypages/light_inset.html. [11 Maret 2010]
Oleyumi, J. A. & F. A. Robert. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates.
The Macmillan Press. Ltd, London and Basingtoke.
Perry, G. C. 2004. Welfare of the Laying Hen Poultry Science Symponium Series.
CAB International Publishing. British Library, London.
Prihatman. K. 2002. Budidaya Ayam Broiler. Jurnal. intek. Go. Id. Sistem Informasi
Manajemen Pembangunan Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pedesaan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Prijono, S. N. & S. Handini. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pritchard, D. C. 1995. The Language of Light. In: Lighting. Longman, Harlow, pp.
1-14.
Puvadolpirod, S. & J. P. Thaxton. 2000. Model of physiological stress in chickens 4.
Digestion and Metabolism. Poult. Sci. 79 : 383-390.
Renden, J. A., E. T. Moran, Jr. & S. A. Kincaid, 1996. Lighting programs for broilers
that reduce leg problems without loss of performance or yield. Poultry. Sci.
75: 1345-1350.
Rozenboim, L. I Biran, Z. Uni, & O. Halevy, 1999a. The involvement of
onocromathic light in growth, development and endocrine parameters of
broilers.
Poultry.
Science.78
:
135
–
138.
http://www.agrapoint.ca/publication/Light%20Source%20and%Positioning%
20Poultry%20December%202002.pdf. [11 Maret 2010]
Rozenboim, L, B Robinzon & A. Rosenstrauch, 1999b. Effect of light source and
regimen on growing broilers. Br. Poult. Sci. 40 : 452 – 457. http://www.
agrapoint.ca/publication/Light%20Source. [11 Maret 2010]
Sanotra, G. S., J. Damkjer Lund, & K. S. Vestegergaard. 2002. Influence of lightdark schedules and stocking density on behaviour, risk of leg problems and
occurrence of chronoic fear in broilers. Br. Poult. Sci. 43 : 34354.
Saputro, D. W. 2007. Warna Lampu Indukan Pada Performa Ayam Broiler.
Skripsi.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saragih, B. 2000. Kumpulan Pemikiran: Agribisnis Berbasis Peternakan. Cetakan
Kedua. Pustaka Wirausaha Muda. PT. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor.
Savory, C. J., Seawright, E, & A. Watson. 1992. Stereotyped behaviour in broiler
breeders in relation to husbandry and opioid receptor blockade. In: Appleby,
M. C. Poultry Behavior and Welfare. CABI Publishing.
Stanley, M. & G. Andrykovich. 1984. Living : In Introduction To Biology. Addison
Wesley Publishing Company, Inc. All Rights Reserved. Canada.
Suyoto, B. 1984. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Ayam Pedaging. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
Tanudimadja, K. & S. Kusumamihardja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Jurusan
Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wandoyo, S. 1997. Pemberian Air Minum Pada Ayam. Poultry Indonesia No 210
halaman 11 – 12, Jakarta.
Widjaja, H. & R. Haerudin. 2006. Rahasia Pancaindera Ayam. Majalah Trobos edisi
Mei 2006
Wong-Valle, J., G. R. McDaniel, D. L. Kulers & J. E Bartels. 1993. Effect of lighting
program and broiler line on the incidence of tibial dyschondroplasia at four
and seven weeks age. Poult. Sci., 72 : 1855-1860.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 15 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
Db
1
1
1
8
11
JK
0,194
0,594
1,243
9,437
11,468
KT
0,194
0,594
1,243
1,182
F
0,17
0,53
1,06
P
0,698
0,498
0,337
Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 15 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
Db
1
1
1
8
11
JK
0,137
0,221
0,974
4,962
6,294
KT
0,137
0,221
0,974
0,622
F
0,21
0,37
1,57
P
0,622
0,562
0,217
Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 15 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
db
1
1
1
8
JK
2,442
34,979
2,138
9,811
KT
2,442
34,979
2,138
1,321
F
1,99
28,05
1,69
P
0,197
0,001**
0,238
Total
11
48,370
Keterangan : (**) berbeda sangat nyata (P<0,01)
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 15 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,0075
0,0063
0,5241
7,5840
8,1219
KT
0,0075
0,0063
0,5241
0,9480
F
0,01
0,01
0,55
P
0,822
0,956
0,466
Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Istirahat Ayam Broiler Umur 15 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,06672
0,25228
0,02491
0,57087
0,91478
KT
0,06672
0,25228
0,02491
0,07137
F
0,95
3,55
0,36
P
0,362
0,098
0,573
Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Broiler Umur 21 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,7824
3,6918
0,1365
6,3287
10,9386
KT
0,7824
3,6918
0,1365
0,7833
F
0,98
4,53
0,16
P
0,362
0,071
0,672
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Minum Ayam Broiler Umur 21 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
1,0731
3,5695
0,0477
3,9182
8,6085
KT
1,0731
3,5695
0,0477
0,4772
F
2,22
7,23
0,11
P
0,165
0,027*
0,733
Keterangan : (*) berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Panting Ayam Broiler Umur 21 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,038
23,875
0,038
23,961
47,912
KT
0,038
23,875
0,038
2,974
F
0,01
7,83
0,01
P
0,916
0,022*
0,916
Keterangan : (*) berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah Laku
Lokomosi Ayam Broiler Umur 21 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,39236
0,74274
0,00931
0,79121
1,93562
KT
0,39236
0,74274
0,00931
0,09763
F
4,01
7,51
0,19
P
0,081
0,026*
0,762
Keterangan : (*) berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Istirahata Ayam Broiler Umur 21 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,00332
0,11063
0,04717
0,73285
0,89397
KT
0,00332
0,11063
0,04717
0,09156
F
0,04
1,23
0,52
P
0,853
0,307
0,495
Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Makan Ayam Broiler Umur 27 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
db
1
1
1
8
JK
1,322
0,277
1,965
15,280
KT
1,322
0,277
1,965
1,912
F
0,65
0,14
1,04
P
0,433
0,712
0,341
Total
11
18,844
Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Minum Ayam Broiler Umur 27 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,3291
3,2538
0,1157
4,3226
8,0212
KT
0,3291
3,2538
0,1157
0,5267
F
0,56
6,11
0,22
P
0,474
0,042*
0,653
Keterangan : (*) berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Panting Ayam Broiler Umur 27 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,362
36,967
1,072
4,021
42,422
KT
0,362
36,967
1,072
0,512
F
0,69
73,57
2,14
P
0,423
0,000**
0,182
Keterangan : (**) berbeda sangat nyata (P<0,01)
Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Lokomosi Ayam Broiler Umur 27 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,0013
0,2326
0,1248
2,0204
2,3791
KT
0,0013
0,2326
0,1248
0,2527
F
0,00
0,92
0,47
P
0,956
0,372
0,501
Lampiran 15. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Istirahat Ayam Broiler Umur 27 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
db
1
1
1
8
JK
0,05942
0,36678
0,01116
0,62262
KT
0,05942
0,36678
0,01116
0,07781
F
0,66
4,73
0,17
P
0,411
0,063
0,721
Total
11
1,05998
Lampiran 16. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Makan Ayam Broiler Umur 33 Hari
Sumber Keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
Db
1
1
1
8
11
JK
0,006
0,270
1,381
17,823
19, 480
KT
0,006
0,270
1,381
2,228
F
0,00
0,13
0,63
P
0,964
0,741
0,457
Lampiran 17. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Minum Ayam Broiler Umur 33 Hari
Sumber Keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
Db
1
1
1
8
11
JK
0,0251
0,3367
0,2429
7,7287
8,3334
KT
0,0251
0,3367
0,2429
0,9652
F
0,04
0,36
0,24
P
0,872
0,571
0,631
Lampiran 18. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Panting Ayam Broiler Umur 33 Hari
Sumber Keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,085
0,569
0,008
41,298
41,960
KT
0,085
0,569
0,008
5,154
F
0,03
0,11
0,00
P
0,902
0,749
0,972
Lampiran 19. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Lokomosi Ayam Broiler Umur 33 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
db
1
1
1
8
JK
0,2832
0,2123
0,1758
2,5182
KT
0,2832
0,2123
0,1758
0,3169
F
0,91
0,65
0,54
P
0,373
0,438
0,477
Total
11
3,1895
Lampiran 20. Sidik Ragam Pengaruh Suhu dan Warna Cahaya terhadap Tingkah
Laku Istirahat Ayam Broiler Umur 33 Hari
Sumber keragaman
Lampu
Suhu
Lampu*suhu
Error
Total
db
1
1
1
8
11
JK
0,00129
0,02101
0,03151
0,38092
0,43473
KT
0,00129
0,02101
0,03151
0,04758
F
0,03
0,42
0,63
P
0,873
0,534
0,439
Lampiran 21. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penelitian
Tanggal
29-Jul09
30-Jul09
31-Jul09
Kandang
kering
pagi
basah
kelembaban
kering
siang
basah
kelembaban
Kering
sore
basah
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
24
21
22.5
23
23
23
20
20
20
19
19
19
19
19
19
19
19
19
67
82
74.5
67
67
67
91
91
91
29
30
29.5
29
26
27.5
31
33
32
22
23
22.5
22
22
22
28
27
27.5
58
53
55.5
52
69
60.5
79
67
73
28
28
28
28
25
26.5
29
29
29
22
22
22
22
21
21.5
23
23
23
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
24
21
22.5
23
23
23
20
20
20
19
19
19
19
19
19
19
19
19
67
82
74.5
67
67
67
91
91
91
29
30
29.5
29
26
27.5
31
33
32
22
23
22.5
22
22
22
28
27
27.5
58
53
55.5
52
69
60.5
79
67
73
28
28
28
28
25
26.5
29
29
29
22
22
22
22
21
21.5
23
23
23
A
B
rata-rata
C
D
21
20
20.5
22
17
18
18
18
18
17
73
81
77
66
100
29
30
29.5
29
27
23
23
23
23
21
58
53
55.5
58
56
30
30
30
30
27
23
24
23.5
23
23
kelembaban
57
57
57
57
68
62.5
58
58
58
57
57
57
57
68
62.5
58
58
58
53
59
56
53
70
1-Aug09
2-Aug09
Tanggal
3-Aug09
4-Aug09
5-Aug09
rata-rata
E
F
rata-rata
19.5
18
18
18
17.5
17
18
17.5
83
90
100
95
28
32
32
32
22
27
24
25.5
57
66
49
57.5
28.5
31
31
31
23
27
24
25.5
61.5
72
54
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
23
22
22.5
24
19
21.5
21
21
21
23
22
22.5
20
19
19.5
20
21
20.5
100
100
100
68
100
84
91
100
95.5
30
30
30
30
28
29
33
33
33
22
22
22
22
21
21.5
27
26
26.5
47
47
47
47
51
49
61
7
34
29
29
29
29
25
27
30
30
30
23
23
23
23
22
22.5
26
28
27
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
Kandang
24
24
24
25
25
25
20
20
20
75
91
83
92
92
92
81
81
81
31
32
31.5
32
33
32.5
33
33
33
32
32
32
31
31
31
33
32
32.5
Kelembaban
Kering
28
26
27
25
25
25
28
28
28
Siang
Basah
79
61
70
55
50
52.5
67
67
67
Kering
21
23
22
24
24
24
18
18
18
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
27
25
26
24
24
24
29
28
28.5
Sore
Basah
Kelembaban
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
22
21
21.5
23
20
21.5
20
19
19.5
19
19
19
22
19
20.5
18
18
18
74
82
78
91
91
91
81
90
85.5
30
31
30.5
30
28
29
33
33
33
22
23
22.5
22
21
21.5
28
26
27
47
48
47.5
47
51
49
67
56
61.5
30
30
30
30
30
30
31
30
30.5
23
23
23
23
23
23
28
26
27
53
53
53
53
76
64.5
79
72
75.5
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
23
21
22
23
18
20.5
20
19
19.5
20
20
20
19
18
18.5
19
18
18.5
75
91
83
67
100
83.5
81
90
85.5
30
30
30
30
28
29
33
33
33
22
22
22
22
21
21.5
28
26
27
47
47
47
53
57
55
50
56
53
30
30
30
30
26
28
33
30
31.5
24
24
24
23
23
23
31
27
29
59
59
59
53
76
64.5
86
78
82
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
25
23
24
25
20
22.5
22
21
21.5
21
19
20
76
83
79.5
68
91
79.5
31
31
31
27
31
29
24
24
24
23
23
23
54
54
54
70
48
59
30
30
30
30
30
30
25
25
25
24
24
24
65
65
65
59
59
59
63
58
58
58
58
76
67
72
85
78.5
66
55
60.5
54
54
54
71
73
72
6-Aug09
Tanggal
7-Aug09
E
F
rata-rata
22
22
22
20
20
20
82
82
82
33
33
33
30
27
28.5
80
61
70.5
31
31
31
28
28
28
79
79
79
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
23
23
23
25
20
22.5
20
20
20
20
20
20
23
19
21
20
19
19.5
45
45
45
84
91
87.5
100
91
95.5
31
31
31
32
32
32
33
34
33.5
24
24
24
31
31
31
28
28
28
54
54
54
93
93
93
67
67
67
30
30
30
30
30
30
31
31
31
26
25
25.5
29
24
26.5
28
28
28
72
65
68.5
92
49
70.5
79
79
79
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
24.0
21.0
75.0
31.0
28.0
79.0
32.0
27.0
66.0
24.0
23.0
91.0
32.0
26.0
61.0
32.0
25.0
55.0
24.0
22.0
83.0
31.5
27.0
70.0
32.0
26.0
60.5
25.0
24.0
92.0
32.0
25.0
55.0
31.0
24.0
54.0
25.0
24.0
92.0
33.0
25.0
50.0
31.0
24.0
54.0
25.0
24.0
92.0
32.5
25.0
52.5
31.0
24.0
54.0
20.0
18.0
81.0
33.0
28.0
67.0
33.0
29.0
71.0
20.0
18.0
81.0
33.0
28.0
67.0
32.0
28.0
73.0
20.0
18.0
81.0
33.0
28.0
67.0
32.5
28.5
72.0
25.0
24.0
92.0
32.0
26.0
61.0
31.0
26.0
66.0
24.0
22.0
83.0
32.0
24.0
49.0
31.0
25.0
60.0
24.5
23.0
87.5
32.0
25.0
55.0
31.0
25.5
63.0
23.0
22.0
91.0
32.0
24.0
49.0
30.0
26.0
72.0
24.0
23.0
91.0
32.0
24.0
49.0
30.0
26.0
72.0
23.5
22.5
91.0
32.0
24.0
49.0
30.0
26.0
72.0
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
8-Aug09
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
9-Aug09
A
B
rata-rata
C
D
rata-rata
E
F
rata-rata
Tanggal
10-Aug09
Kandang
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
11-Aug09
A
B
ratarata
C
D
rata-
24.0
23.0
91.0
34.0
28.0
62.0
31.0
28.0
77.0
23.0
22.0
91.0
34.0
28.0
62.0
30.0
26.0
77.0
23.5
22.5
91.0
34.0
28.0
62.0
30.5
27.0
77.0
25.0
23.0
84.0
32.0
25.0
55.0
31.0
26.0
66.0
24.0
22.0
83.0
32.0
25.0
55.0
31.0
25.0
60.0
24.5
22.5
83.5
32.0
25.0
55.0
31.0
25.5
63.0
25.0
22.0
76.0
32.0
26.0
61.0
31.0
26.0
66.0
24.0
22.0
83.0
31.0
26.0
66.0
31.0
25.0
60.0
24.5
22.0
79.5
31.5
26.0
63.5
31.0
25.5
63.0
25.0
22.0
76.0
33.0
28.0
67.0
33.0
29.0
73.0
22.0
20.0
82.0
34.0
28.0
62.0
31.0
26.0
66.0
23.5
21.0
79.0
33.5
28.0
64.5
32.0
27.5
69.5
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
25.0
23.0
84.0
32.0
25.0
55.0
32.0
26.0
61.0
24.0
22.0
83.0
31.0
24.0
54.0
32.0
25.0
55.0
24.5
22.5
83.5
31.5
24.5
54.5
32.0
25.5
58.0
24.0
22.0
83.0
32.0
24.0
49.0
32.0
25.0
55.0
24.0
23.0
91.0
32.0
24.0
49.0
32.0
24.0
49.0
24.0
22.5
87.0
32.0
24.0
49.0
32.0
24.5
52.0
23.0
22.0
91.0
33.0
28.0
67.0
34.0
29.0
68.0
23.0
21.0
83.0
33.0
27.0
61.0
33.0
25.0
50.0
23.0
21.5
87.0
33.0
27.5
64.0
33.5
27.0
59.0
25.0
23.0
84.0
32.0
25.0
55.0
32.0
26.0
61.0
24.0
22.0
83.0
32.0
25.0
55.0
32.0
26.0
61.0
24.5
22.5
83.5
32.0
25.0
55.0
32.0
26.0
61.0
23.0
22.0
91.0
32.0
25.0
55.0
31.0
24.0
54.0
24.0
23.0
91.0
32.0
25.0
55.0
31.0
24.0
54.0
rata
E
F
ratarata
12-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
Tanggal
13-Aug09
Kandang
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
14-Aug09
A
B
ratarata
C
D
23.5
22.5
91.0
32.0
25.0
55.0
31.0
24.0
54.0
24.0
22.0
83.0
33.0
26.0
56.0
32.0
27.0
66.0
22.0
20.0
91.0
33.0
26.0
56.0
32.0
27.0
66.0
23.0
21.0
87.0
33.0
26.0
56.0
32.0
27.0
66.0
25.0
23.0
84.0
34.0
28.0
62.0
31.0
27.0
72.0
24.0
22.0
83.0
34.0
26.0
51.0
31.0
26.0
66.0
24.5
22.5
83.5
34.0
27.0
56.5
31.0
26.5
69.0
23.0
22.0
91.0
33.0
25.0
50.0
31.0
30.0
93.0
24.0
23.0
83.0
33.0
25.0
50.0
31.0
30.0
93.0
23.5
22.5
87.0
33.0
25.0
50.0
31.0
30.0
93.0
24.0
22.0
83.0
36.0
31.0
69.0
31.0
29.0
86.0
23.0
21.0
86.0
35.0
31.0
74.0
31.0
28.0
79.0
23.5
21.5
84.5
35.5
31.0
71.5
31.0
28.5
82.5
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
24.0
23.0
83.0
29.0
24.0
64.0
28.0
24.0
24.0
23.0
83.0
30.0
25.0
65.0
29.0
25.0
24.0
23.0
83.0
29.5
24.5
64.5
28.5
24.5
29.0
26.0
78.0
33.0
27.0
61.0
33.0
28.0
29.0
24.0
64.0
33.0
27.0
80.0
32.0
31.0
29.0
25.0
71.0
33.0
27.0
70.5
32.5
29.5
25.0
24.0
92.0
33.0
29.0
73.0
32.0
28.0
25.0
24.0
92.0
33.0
26.0
56.0
32.0
26.0
25.0
24.0
92.0
33.0
27.5
64.5
32.0
27.0
23.0
21.0
83.0
29.0
25.0
71.0
25.0
23.0
24.0
23.0
91.0
31.0
25.0
60.0
28.0
26.0
23.5
22.0
87.0
30.0
25.0
65.5
26.5
24.5
29.0
26.0
78.0
34.0
27.0
56.0
32.0
28.0
28.0
23.0
64.0
33.0
25.0
50.0
29.0
28.0
Kelembaban
70.0
71.0
70.5
67.0
93.0
80.0
67.0
56.0
61.5
84.0
85.0
84.5
73.0
92.0
ratarata
E
F
ratarata
15-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
Tanggal
16-Aug09
Kandang
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
17-Aug09
A
B
ratarata
C
D
73.0
29.0
26.0
78.0
34.0
27.0
56.0
32.0
28.0
25.0
24.0
92.0
34.0
27.0
56.0
29.0
27.0
26.0
24.0
84.0
34.0
26.0
51.0
29.0
26.0
25.5
24.0
88.0
34.0
26.5
53.5
29.0
26.5
22.0
20.0
82.0
28.0
27.0
92.0
24.0
23.0
23.0
22.0
91.0
30.0
25.0
65.0
25.0
23.0
22.5
21.0
86.5
29.0
26.0
78.5
24.5
23.0
28.0
26.0
85.0
33.0
27.0
61.0
30.0
26.0
26.0
25.0
92.0
33.0
25.0
50.0
27.0
26.0
27.0
25.5
88.5
33.0
26.0
55.5
28.5
26.0
24.0
22.0
83.0
33.0
28.0
67.0
26.0
25.0
25.0
23.0
84.0
33.0
26.0
56.0
27.0
26.0
24.5
22.5
83.5
33.0
27.0
61.5
26.5
25.5
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
20.0
19.0
91.0
23.0
24.0
91.0
24.0
20.0
68.0
22.0
21.0
91.0
23.0
24.0
91.0
25.0
21.0
68.0
21.0
20.0
91.0
23.0
24.0
91.0
24.5
20.5
68.0
27.0
25.0
84.0
33.0
26.0
56.0
33.0
27.0
61.0
24.0
22.0
83.0
33.0
32.0
93.0
33.0
26.0
56.0
25.5
23.5
83.5
33.0
29.0
74.5
33.0
26.5
58.5
24.0
23.0
91.0
34.0
29.0
68.0
31.0
28.0
79.0
24.0
23.0
91.0
34.0
26.0
51.0
31.0
25.0
60.0
24.0
23.0
91.0
34.0
27.5
59.5
31.0
26.5
69.5
20.0
18.0
81.0
24.0
21.0
75.0
24.0
20.0
68.0
21.0
19.0
82.0
26.0
23.0
76.0
25.0
22.0
76.0
20.5
18.5
81.5
25.0
22.0
75.5
24.5
21.0
72.0
29.0
26.0
78.0
32.0
26.0
61.0
32.0
27.0
66.0
85.0
78.0
81.5
91.0
84.0
87.5
72.0
92.0
82.0
92.0
92.0
92.0
ratarata
E
F
ratarata
18-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
Tanggal
19-Aug09
26.0
51.0
32.0
27.0
66.0
32.0
26.0
61.0
31.5
26.0
64.5
32.0
26.5
63.5
32.0
26.5
63.5
24.0
23.0
91.0
33.0
29.0
73.0
29.0
26.0
78.0
24.0
23.0
91.0
32.0
25.0
55.0
29.0
26.0
78.0
24.0
23.0
91.0
32.5
27.0
64.0
29.0
26.0
78.0
21.0
19.0
82.0
24.0
21.0
75.0
23.0
20.0
75.0
21.0
20.0
91.0
26.0
23.0
76.0
24.0
22.0
83.0
21.0
19.5
86.5
25.0
22.0
75.5
23.5
21.0
79.0
29.0
26.0
78.0
32.0
26.0
61.0
30.0
27.0
78.0
28.0
27.0
92.0
32.0
27.0
66.0
30.0
25.0
65.0
28.5
26.5
85.0
32.0
26.5
63.5
30.0
26.0
71.5
24.0
23.0
91.0
33.0
29.0
73.0
26.0
25.0
92.0
25.0
23.0
91.0
32.0
25.0
55.0
27.0
24.0
77.0
ratarata
24.5
23.0
91.0
32.5
27.0
64.0
26.5
24.5
84.5
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
20.0
18.0
81.0
25.0
20.0
61.0
26.0
21.0
62.0
21.0
19.0
82.0
26.0
21.0
62.0
26.0
22.0
69.0
20.5
18.5
81.5
25.5
20.5
61.5
26.0
21.5
65.5
29.0
26.0
78.0
31.0
26.0
66.0
32.0
27.0
66.0
28.0
27.0
92.0
31.0
25.0
60.0
33.0
26.0
56.0
28.5
26.5
85.0
31.0
25.5
63.0
32.5
26.5
61.0
24.0
23.0
91.0
33.0
25.0
50.0
32.0
29.0
79.0
25.0
23.0
91.0
33.0
25.0
50.0
31.0
25.0
60.0
24.5
23.0
91.0
33.0
25.0
50.0
31.5
27.0
69.5
20.0
20.0
100.0
26.0
25.0
92.0
25.0
23.0
84.0
20.0
19.0
91.0
26.0
25.0
92.0
26.0
23.0
76.0
20.0
19.5
95.5
26.0
25.0
92.0
25.5
23.0
80.0
27.0
24.0
77.0
31.0
26.0
66.0
33.0
28.0
67.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
20-Aug09
34.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
21-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
Tanggal
22-Aug09
26.0
92.0
32.0
25.0
55.0
33.0
26.0
56.0
27.0
25.0
84.5
31.5
25.5
60.5
33.0
27.0
61.5
21.0
20.0
91.0
33.0
22.0
50.0
30.0
23.0
53.0
22.0
20.0
82.0
33.0
25.0
50.0
30.0
25.0
65.0
21.5
20.0
86.5
33.0
23.5
50.0
30.0
24.0
59.0
21.0
20.0
91.0
26.0
25.0
92.0
23.0
20.0
75.0
21.0
19.0
82.0
26.0
25.0
92.0
24.0
22.0
83.0
21.0
19.5
86.5
26.0
25.0
92.0
23.5
21.0
79.0
28.0
25.0
77.0
31.0
26.0
66.0
30.0
25.0
65.0
28.0
23.0
64.0
32.0
25.0
55.0
30.0
25.0
65.0
28.0
24.0
70.5
31.5
25.5
60.5
30.0
25.0
65.0
23.0
23.0
100.0
33.0
22.0
55.0
26.0
25.0
92.0
24.0
22.0
83.0
33.0
25.0
50.0
27.0
24.0
77.0
ratarata
23.5
22.5
91.5
33.0
23.5
52.5
26.5
24.5
84.5
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
21.0
18.0
73.0
26.0
25.0
92.0
25.0
23.0
84.0
21.0
19.0
82.0
26.0
25.0
92.0
26.0
22.0
69.0
21.0
18.5
77.5
26.0
25.0
92.0
25.5
22.5
76.5
29.0
24.0
64.0
31.0
26.0
66.0
32.0
26.0
61.0
27.0
25.0
84.0
32.0
25.0
55.0
33.0
25.0
55.0
28.0
24.5
74.0
31.5
25.5
60.5
32.5
25.5
58.0
23.0
21.0
83.0
33.0
22.0
55.0
30.0
25.0
65.0
24.0
21.0
75.0
33.0
25.0
55.0
31.0
24.0
54.0
23.5
21.0
79.0
33.0
23.5
55.0
30.5
24.5
59.5
21.0
18.0
73.0
26.0
20.0
55.0
25.0
23.0
84.0
21.0
19.0
82.0
28.0
22.0
57.0
26.0
22.0
69.0
21.0
18.5
77.5
27.0
21.0
56.0
25.5
22.5
76.5
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
23-Aug09
27.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
24-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
Tanggal
25-Aug09
24.0
64.0
32.0
26.0
61.0
32.0
26.0
61.0
28.0
23.0
64.0
33.0
32.0
93.0
33.0
25.0
55.0
28.5
23.5
64.0
32.5
29.0
77.0
32.5
25.5
58.0
23.0
23.0
100.0
33.0
25.0
55.0
30.0
25.0
65.0
24.0
22.0
83.0
33.0
25.0
55.0
30.0
24.0
59.0
23.5
22.5
91.5
33.0
25.0
55.0
30.0
24.5
62.0
21.0
19.0
82.0
26.0
21.0
62.0
26.0
21.0
62.0
22.0
20.0
82.0
28.0
23.0
64.0
27.0
22.0
63.0
21.5
19.5
82.0
27.0
22.0
63.0
26.5
21.5
62.5
28.0
24.0
70.0
32.0
26.0
66.0
31.0
26.0
66.0
28.0
25.0
77.0
33.0
26.0
56.0
33.0
25.0
55.0
28.0
24.5
73.5
32.5
26.0
61.0
32.0
25.5
60.5
24.0
22.0
83.0
34.0
26.0
51.0
30.0
25.0
65.0
24.0
22.0
83.0
34.0
25.0
51.0
30.0
24.0
59.0
ratarata
24.0
22.0
83.0
34.0
25.5
51.0
30.0
24.5
62.0
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
23.0
20.0
75.0
25.0
21.0
68.0
26.0
22.0
69.0
23.0
21.0
83.0
23.0
22.0
91.0
27.0
22.0
63.0
23.0
20.5
79.0
24.0
21.5
79.5
26.5
22.0
66.0
33.0
25.0
55.0
31.0
27.0
72.0
32.0
27.0
66.0
29.0
28.0
92.0
32.0
27.0
66.0
33.0
26.0
56.0
31.0
26.5
73.5
31.5
27.0
69.0
32.5
26.5
61.0
24.0
23.0
91.0
32.0
26.0
61.0
30.0
25.0
65.0
25.0
23.0
84.0
32.0
26.0
61.0
30.0
25.0
65.0
24.5
23.0
87.5
32.0
26.0
61.0
30.0
25.0
65.0
22.0
20.0
82.0
26.0
22.0
69.0
27.0
22.0
63.0
23.0
21.0
83.0
26.0
24.0
84.0
27.0
23.0
70.0
22.5
20.5
82.5
26.0
23.0
76.5
27.0
22.5
66.5
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
26-Aug09
29.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
27-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
Tanggal
28-Aug09
26.0
56.0
31.0
26.0
66.0
32.0
27.0
66.0
29.0
25.0
71.0
31.0
26.0
66.0
32.0
30.0
86.0
31.0
25.5
63.5
31.0
26.0
66.0
32.0
28.5
76.0
24.0
23.0
91.0
32.0
26.0
61.0
32.0
27.0
66.0
25.0
23.0
92.0
30.0
26.0
72.0
31.0
25.0
60.0
24.5
23.0
91.5
31.0
26.0
66.5
31.5
26.0
63.0
22.0
20.0
82.0
26.0
22.0
69.0
24.0
21.0
75.0
23.0
21.0
83.0
28.0
24.0
70.0
24.0
22.0
83.0
22.5
20.5
82.5
27.0
23.0
69.5
24.0
21.5
79.0
28.0
25.0
77.0
31.0
27.0
66.0
30.0
26.0
72.0
28.0
21.0
51.0
33.0
30.0
80.0
31.0
28.0
79.0
28.0
23.0
64.0
32.0
28.5
73.0
30.5
27.0
75.5
23.0
21.0
83.0
30.0
28.0
85.0
25.0
24.0
92.0
24.0
22.0
83.0
32.0
25.0
55.0
27.0
24.0
77.0
ratarata
23.5
21.5
83.0
31.0
26.5
70.0
26.0
24.0
84.5
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
20.0
20.0
100.0
25.0
23.0
84.0
26.0
21.0
62.0
20.0
21.0
91.0
26.0
23.0
76.0
27.0
23.0
70.0
20.0
20.5
95.5
25.5
23.0
80.0
26.5
22.0
66.0
26.0
25.0
92.0
31.0
26.0
66.0
31.0
26.0
66.0
26.0
21.0
69.0
31.0
25.0
60.0
33.0
32.0
93.0
26.0
23.0
80.5
31.0
25.5
63.0
32.0
29.0
79.5
20.0
21.0
91.0
31.0
26.0
66.0
31.0
26.0
66.0
21.0
22.0
91.0
33.0
26.0
56.0
32.0
25.0
55.0
20.5
21.5
91.0
32.0
26.0
61.0
31.5
25.5
60.5
22.0
19.0
74.0
26.0
22.0
69.0
25.0
22.0
76.0
22.0
20.0
82.0
27.0
23.0
70.0
26.0
23.0
76.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
29-Aug09
33.0
A
B
rata-
rata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
30-Aug09
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
Tanggal
31-Aug09
19.5
78.0
26.5
22.5
69.5
25.5
22.5
76.0
28.0
25.0
77.0
32.0
27.0
66.0
32.0
27.0
66.0
27.0
26.0
92.0
34.0
33.0
93.0
33.0
32.0
93.0
27.5
25.5
84.5
33.0
30.0
79.5
32.5
29.5
79.5
22.0
21.0
91.0
33.0
27.0
61.0
31.0
26.0
66.0
24.0
22.0
83.0
33.0
26.0
56.0
32.0
25.0
55.0
23.0
21.5
87.0
33.0
26.5
58.5
31.5
25.5
60.5
23.0
22.0
91.0
27.0
23.0
70.0
25.0
22.0
76.0
23.0
22.0
91.0
29.0
24.0
64.0
26.0
23.0
76.0
23.0
22.0
91.0
28.0
23.5
67.0
25.5
22.5
76.0
29.0
26.0
78.0
33.0
28.0
67.0
32.0
27.0
66.0
30.0
27.0
78.0
35.0
31.0
74.0
33.0
27.0
61.0
29.5
26.5
78.0
34.0
29.5
70.5
32.5
27.0
63.5
25.0
23.0
84.0
33.0
30.0
80.0
30.0
26.0
72.0
25.0
24.0
92.0
33.0
26.0
56.0
30.0
25.0
65.0
ratarata
25.0
23.5
88.0
33.0
28.0
68.0
30.0
25.5
68.5
Kandang
Kering
Pagi
Basah
Kelembaban
Kering
Siang
Basah
Kelembaban
Kering
Sore
Basah
Kelembaban
23.0
21.0
83.0
27.0
22.0
63.0
27.0
24.0
77.0
23.0
22.0
91.0
28.0
23.0
64.0
27.0
24.0
77.0
23.0
21.5
87.0
27.5
22.5
63.5
27.0
24.0
77.0
29.0
25.0
71.0
32.0
27.0
66.0
33.0
28.0
67.0
29.0
27.0
85.0
32.0
26.0
61.0
34.0
27.0
56.0
29.0
26.0
78.0
32.0
26.5
63.5
33.5
27.5
61.5
23.0
21.0
83.0
33.0
28.0
67.0
32.0
27.0
66.0
24.0
22.0
83.0
33.0
25.0
50.0
32.0
26.0
61.0
23.5
21.5
83.0
33.0
26.5
58.5
32.0
26.5
63.5
23.0
21.0
83.0
27.0
22.0
63.0
26.0
25.0
92.0
23.0
20.0
75.0
29.0
22.0
52.0
27.0
25.0
84.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
1-Sep-09
22.0
A
B
ratarata
C
D
ratarata
E
F
ratarata
23.0
20.5
79.0
28.0
22.0
57.5
26.5
25.0
88.0
28.0
26.0
85.0
32.0
27.0
66.0
31.0
27.0
72.0
30.0
29.0
92.0
32.0
26.0
61.0
31.0
29.0
86.0
29.0
27.5
88.5
32.0
26.5
63.5
31.0
28.0
79.0
25.0
23.0
84.0
33.0
27.0
61.0
34.0
26.0
51.0
25.0
23.0
84.0
33.0
26.0
56.0
28.0
20.0
45.0
25.0
23.0
84.0
33.0
26.5
58.5
31.0
23.0
48.0
Download