Tugas Prof Suryanto

advertisement
Tugas Mata Kuliah :
Filsafat Ilmu Pengetahuan
(Pengajar : Prof. Dr. Suryanto Poespowardoyo)
Oleh;
Winantuningtyas Titiswasanany
NPM. 0806 402 490
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR
2008
1
Etika
• Merupakan refleksi atas moralitas perilaku manusia,
terus berkembang sampai kepada masalah moral baru
yang ditimbulkan oleh Ilmu pengetahuan dan teknologi
• Timbul pertanyaan- pertanyaan berat tentang
permasalahan etika dalam ilmu pengetahuan;
- tentang memanipulasi kehidupan manusia,
- tanggungjawab terhadap lingkungan hidup,dll
2
K. Bertens
Etika ada
tiga
melakukan penelusuran terhadap seluruh masalah etika.
Dengan membahas tema-tema klasik seperti:
hati nurani; kebebasan; tanggung jawab; nilai;
norma; hak; kewajiban, dan keutamaan. Dan juga teori
dari sejarah filsafat moral
Pertama; kata etika bisa dipakai dalam arti : nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Maka dapat juga dirumuskan sebagai sistem nilai, yang bisa
berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun sosial.
Kedua; etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yaitu
.
kode etik
Ketiga; etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau
buruk, arti etika disini sama dengan filsafat moral.
3
 Sejak Plato dan Aristoteles sudah ditekankan bahwa etika merupakan
filsafat praktis, artinya filsafat yang ingin memberikan penyuluhan
kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus
dilakukan. Istilah tersebut digunakan Aristoteles (384-322 SM), yang
menunjukkan filsafat moral. Karena itu dalam buku ini ’etika” diartikan
sebagai ” Ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan.


Dalam buku ini K.Bertens membahas etika yang dipahami
sebagai ”filsafat moral.
Istilah”etika” berasal dari bahasa yunani kuno, yang dalam
bentuk tunggal memiliki arti tempat tinggal biasa; padang
rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;
perasaan, sikap, cara berpikir. Dan istilah tersebut oleh
Aristoteles (384-322 SM) sudah digunakan untuk
menunjukkan filsafat moral.
4
ETIKA
’etika”
diartikan sebagai ” Ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Etimologis
Dalam bahasa Indonesia banyak dipakai kata ”ethos” yang diterima
dari bahasa Yunani, karena itu lalu dipertahankan ejaan aslinya ”ethos”,
meski melalui bahasa inggris. Kata yang cukup dekat dengan etika etimologi
kata ”etika” sama dengan etimologi kata ”moral”.
lingkaran wina

menganggap Etika mustahil menjadi ilmu mengenai norma, karena
menganggap tidak bermakna ( tidak meaningful).
5
Immanuel Kant


Etika adalah ilmu tetapi bukan ilmu yang empiris,
padahal biasanya ilmu adalah justru ilmu empiris,
yaitu ilmu yang berdasarkan pada fakta.
( pengalaman inderawi).
Ilmu empiris berasal dari observasi terhadap
fakta-fakta dan jika berhasil merumuskan hukumhukum ilmiah, maka kebenaran hukum tersebut
harus diuji lagi dengan berbalik pada fakta-fakta.
Filsafat tidak hanya bicara hal-hal yang konkrit,
tetapi lebih dari itu melampaui taraf konkrit
dengan menanyakan gejala dibalik yang konkrit
tadi.
6
Etika dalam dunia modern
(kerangka norma dan agama)
• Banyak nilai dan norma berasal dari
agama, dan agama merupakan sumber
nilai dan norma yang paling penting.
Demikian pula kebudayaan adalah suatu
sumber lain, walaupun kebudayaan
seringkali tidak bisa dilepaskan dari agama.
7
PROFESI


Habermas
Aliran pemikiran kritis dari dua aliran lainnya yaitu
fenomenologis dan gaya pemikiran analitis; terkait
dengan profesi, bersama Kuhn mengatakan
bahwa ”Seorang Ilmuwan tergantung dan terikat
kepada nilai etika ( etick)”, Ini merupakan reaksi dari
Popper melalui pandangan positivisme logis yang
mengatakan Bahwa Ilmu Pengetahuan itu obyektif,
harus terkait dengan data empiris dan tidak ada
hubungannya dengan subyektif.
Mengambil dari Karl Marx, bahwa pemikiran filosofis
selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap
hubungan-hubungan sosial yang nyata.
8
Paul F.camenisch
“Profesi”
Adalah suatu moral community (masyarakat moral),
yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.


Dalam kamus bahasa Indonesia Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan dan keahlian ( ketrampilan,
kejuruan,dll ) tertentu
9
HEBEYB
“
Profesi” adalah pekerjaan dengan keahlian khusus
sebagai mata pencaharian;

Habermas; Ilmu pengetahuan itu tidak bebas nilai,
tetapi memiliki kepentingan
10
 Dalam ensiklopedia manajemen, profesi ialah suatu
jenis pekerjaan yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi , khusus dan latihan yang
istimewa.Mereka yang membentuk suatu profesi
disatukan juga karena latar belakang pendidikan
yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian
yang tertutup bagi orang lain.
 Dengan demikian Profesi menjadi suatu
kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri
dan tanggungjawab khusus.
11
Menurut Brandels yang dikutip
oleh A. Pattern Jr,






untuk dapat disebut sebagai profesi, pekerjaan itu
sendiri harus mencerminkan adanya dukungan
yang berupa :
ciri-ciri pengetahuan (intellectual character)
diabdikan untuk kepentingan orang lain.
keberhasilan tersebut bukan berdasarkan pada
keuntungan finansial.
keberhasilan tersebut antara lain menentukan
berbagai ketentuan yang merupakan kode etik,
serta pula bertanggungjawab dalam memajukan
dan penyebaran profesi yang bersangkutan.
ditentukan adanya standar kuaifikasi profesi
12
Daryl Koehn
Meskipun kriteria untuk menentukan siapa yang memenuhi syarat
sebagai profesional amat beragam, ada lima ciri yang kerap disebut
kaum profesional sebagai berikut :
1. mendapat izin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
2. Menjadi anggota organisasi/pelaku-pelaku yang sama-sama,
mempunyai hak suara yang menyebarkuaskan standar dan/atau cita-cita
perilaku yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
3. Memiliki pengetahuan atau kecakapan ”esoterik” (yang hanya diketahui
dan dipahami oleh orang-orang tertentu saja) yang tidak dimiliki oleh
anggota-anggota masyarakat lain
4. Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu
tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
5. Secara publik di muka umum mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada
mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas
khusus; yang tidak mengucapkan janji ini tidak terikat pada tanggung jawab dan
tugas khusus tersebut.
13
Habermas



Dalam hubungan dengan etika, dikatakan bahwa dalam
kesadaran teknokratis yang tercermin bukanlah
permintaan (diremption)melainkan represi moralitas
sebagai satu kategori bagi pergaulan hidup pada
umumnya.
Plato – Husserl; penyesuaian jiwa secara mimetis
kepada proporsi alam semesta yang seolah-olah telah
diserap secara intuitif menyebabkan pengetahuan
teoretis hanya digunakan untuk pembatinan normanorma, dan terasing dari tugasnya.
Dalam dunia modern; Nasionalisme atau kerangka hidup
bersama dalam suatu negara mudah menjadi sumber
nilai dan norma.
14
Habermas dalam etika profesi


Menganggap bahwa keadaan sosial
yang nyata menjadi
tanggungjawabnya sebagai
guru/profesional.
Bagi evolusi sosial, proses-proses
belajar dalam bidang kesadaran
moral-praktis mempunyai fungsi
perintis.
15
K.Bertens


mengkonkritkan lagi apa yang biasanya dimengerti
dengan ethos melalui sebuah contoh ; Etika profesi
kedokteran; Ethos dalam arti ini adalah ”Nilai-nilai
luhur dan sifat-sifat baik, yang terkandung dalam
profesi medis”. Etika Profesi ini dapat ditelusuri
sejak sumpah Hippokrates pada zaman Yunani kuno
( abad ke 5 s.m ).
Etika profesi pada umumnya tercermin pada Kode
Etik untuk profesi yang bersangkutan ( profesi
wartawan, profesi kedokteran, pegacara dan
lainnya.)
16
Frans Magnis Suseno

Bahwa dalam profesi (officium noble), motivasi
utamanya bukan untuk memperoleh nafkah dari
pekerjaan yang dilakukannya, tetapi ada 2 prinsip
penting yaitu;
- mendahulukan kepentingan orang yang
dibantu, dan,
- mengabdi pada tuntutan luhur profesi, untuk itu
dituntut moralitas yang tinggi dari pelakunya, dan
untuk itulah adanya Kode etik profesi.
17
Kesimpulan

Ketika manusia dalam interaksinya tidak berjalan
dalam kerangka norma atau tatanan etika yang ada,
maka akan terjadi bias dalam proses interaksi
tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi orangorang yang dalam kelompok profesi, bermanfaat
atau tidaknya profesi tersebut dalam kehidupan
masyarakat tergantung pada baik buruknya
profesional yang menjalani profesi tersebut. Untuk
menghindari agar jangan sampai terjadi
penyimpangan dalam menjalankan profesi, maka
dibentuklah suatu norma yang wajib dipatuhi oleh
orang yang tergabung dalam sebuah profesi yang
lazim disebut ” Etika Profesi”
18
CONT’D kesimpulan

Karena memiliki monopoli atas
suatu keahlian tertentu, selalu ada
bahaya profesi menutup diri dan
sukar ditembus orang luar. Hal itu
dapat diimbangi dengan kode etik
untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap suatu
profesi.
19
20
Download