66 BAB VIII IPA DAN TEKNOLOGI 8.1 IPA sebagai

advertisement
BAB VIII
IPA DAN TEKNOLOGI
8.1 IPA sebagai Dasar Perkembangan Teknologi
Menurut Casey (2012), IPA berusaha untuk mendeskripsikan sifat dan karakteristik ilmiah
yang menghasilkan pengetahuan. IPA sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin
ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri
khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan
fakta serta aturan yang menyatakan hubungan satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun
secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari
kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan
sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun
dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran
matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip,
dan hukum yang teruji kebenarannya serta melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga
berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu
lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya. IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai
produk dan IPA sebagai proses. Science is both of knowledge and a process (Trowbridge dan Sund,
1973:2).
Hakikat IPA terdiri atas 3 aspek yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Sikap
ilmiah merupakan pijakan awal ilmuwan sekaligus bekal untuk melakukan proses ilmiah, sehingga
mampu menghasilkan produk ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Teknologi merupakan
produk ilmiah yaitu hasil penerapan dari IPA.
66
8.2 Sejarah Peradaban Manusia dan Perkembangan Teknologi
Menurut para ahli sejarah peradaban manusia diperkirakan dari zaman masyarakat purba
antara 4.000.000 tahun SM sampai 20.000-1.000 tahun yang lalu. Pada masa itulah teknologi
sederhana sudah dikenal manusia yang disebut juga periode kuarter.
Dari beberapa penemuan manusia purba misalnya ditemukan perkembangan struktur
manusia dari bentuk manusia primitif ke manusia modern. Tidak hanya perubahan pada
manusia,namun teknologi peradaban mereka juga berkembang sesuai hasil penemuan sebagai
berikut:
1.
Temuan Eugene Dubois (1887) berupa fosil Pythecantropus Erectus dan Homo Erectus di
daerah Trinil, tepian sungai Begawan Solo.Hidupnya kira-kira 500.000-300.000 tahun yang lalu
pada zaman plaestosan tengah. Mereka diperkirakan sudah dapat membuat alat untuk
berburu dari batu tajam, telah menggunakan api dan diduga sudah berbicara. Volume otaknya
antara 770-1000 cc.
2.
Manusia Cromagnon (20.000 tahun yang lalu) yang dianggap nenek moyang Bangsa Eropa,
mereka sudah mempunyai peradan yang tinggi. Ditemukan lukisan-lukisan di dalam gua yang
menunjukkan bahwa mereka sudah memuja dewa tertentu. Mereka juga membuat alat
berburu, hidup bermasyarakat, sudah membuat rumah. Namun makanan mereka bergantung
pada apa yang ada di alam sehingga hidup mereka berpindah-pindah (nomaden). Perpindahan
mereka menyebar ke beberapa tempat mencari tanah-tanah yang subur.
3.
Ditemukan sisa-sisa rumah panjang dari penggalian di Jerman dan Swiss, semacam rumah
panjang di daerah Kalimantan dan diperkirakan berumur 16.000 tahun yang lalu.
Meski demikian, belum terungkap hubungan manusia Cromagnon dengan manusia sekarang
dikarenakan ada selang waktu ribuan tahun yang belum jelas. Namun yang jelas perkembangan
budaya masing-masing tempat di dunia ini memang tidak sama kurun waktunya. Misalnya: abad ke
13 di Mesir sudah ada Universitas Al Azhar,di Italia sudah berdiri menara Pisa, sedangkan di
Indonesia waktu itu peradabannya masih sangat sederhana.
Menurut Alvin Tofler (1980) dalam bukunya the third wave, ia membagi sejarah umat
manusia menjadi tiga gelombang yaitu:
1. Gelombang pertama, antara tahun 800 SM - 1700 M disebut gelombang pembaharuan.
Manusia masih menerapkan teknologi pertanian. Tanah merupakan dasar bagi kegiatan
ekonomi, sosial, dan budaya. Hubungan antar manusia sangat akrab, personal dan
komunikasinya sederhana dengan tulisan sebagai alat bantu. Kemudian struktur ini berubah
total oleh datangnya industri.
67
2. Gelombang kedua, (1700-1970 M) mulai berimpit dengan revolusi industri. Manusia beralih ke
energi lain seperti minyak, batu bara, dan gas. Ditemukan mesin uap yang dipadukan dengan
pabrik yang menghasilkan barang produksi massal. Hubungan manusia menjadi impersonal,
komunikasi dikuasai media massa.
3. Gelombang ketiga, 1970-sekarang adalah peradaban yang didukung oleh kemajuan teknologi
komunikasi dan pengolahan data. Misalnya: Penerbangan, terbarukannya energi alternatif,
rekayasa genetika, dan bioteknologi. Pada era ini jaringan komunikasi, data, informasi, dan
teknologi adalah yang terpenting.
Kehebatan gelombang ketiga ini melanda negara-negara berkembang. Kemajuan teknologi,di
satu sisi telah berhasil mengatasi hambatan ruang dan waktu sedang di sisi lain ternyata
mempertajam ketidakseimbangan arus informasi antar negara maju dan berkembang.
Meninjau penggunaan energi pada gelombang pertama manusia pengguna baterai alamiah
karena tanah merupakan dasar bagi kegiatan ekonomi mereka. Sehingga sumber energi mereka
bersumber pada alam. Sedangkan pada gelombang kedua sumber energi mereka adalah energi fosil
seperti: minyak, batu bara, dan gas . Sedangkan pada gelombang ketiga lebih kepada penghematan
energi karena pada era ini manusia menyadari keterbatasan sumber energi fosil yang tidak dapat
diperbaharui sehingga mereka harus melakukan penghematan energi atau mencari alternatif
sumber energi lain.
Rekayasa peradaban manusia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu pengetahuan akan memberikan wawasan keilmuan,
sosial, dan budaya yang dapat membentuk peradaban manusia. Semakin modern kehidupan
manusia, arus informasi semakin majemuk dan global sifatnya. Manusia tidak dapat melakukan
seleksi informasi dengan baik apabila tidak dibarengi dengan motivasi yang tepat, sehingga pada
gilirannya akan merubah peradaban manusia yang dibentuk oleh wawasan keilmuannya serta
wawasan sosial dan budayanya.
Teknologi adalah sebuah terminologi yang berasal dari Barat/Yunani, yaitu “technology”. Dia
merupakan penerapan atau implementasi dari ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk tujuan
tertentu. Tujuan tertentu ini antara lain untuk penyelesaian masalah (problem solving), untuk
menghasilkan suatu produk, dan sebagainya.
Namun seiring dengan awal perkembangan teknologi yang berasal dari Barat, maka seringkali
teknologi dikaitkan dengan ide-ide “kebarat-baratan” atau “Western”, seperti Demokrasi, Freedom,
Free market ekonomi, pergaulan bebas, dan sebagainya. Misalnya komputer atau internet. Kedua
perkembangan teknologi ini seringkali ‘ditunggangi’ dengan ide kebarat-baratan. Salah satu hal
68
yang turut “mendukung” perkembangan internet adalah pornografi. Pornografi sendiri merupakan
hasil budaya permisif dari Barat yang menghalalkan penampakan aurat dan perbuatan zina. Maka
ketika internet masuk ke Indonesia, seolah-olah budaya pornografi tersebut “harus” turut masuk ke
Indonesia. Contoh lain misalnya televisi, di mana televisi seringkali memuat pesan-pesan hegemoni
Barat. Pesan-pesan hegemoni Barat dapat kita rasakan melalui tayangan-tayangan film atau iklan.
Film yang menyampaikan “pesan” hegemoni barat tidak film Barat, tetapi juga film produk dalam
negeri yang muatannya bahkan lebih barat dari orang barat. Dan tidak sedikit dari film dalam negeri
tersebut yang merupakan jiplakan total dari ide barat.
Teknologi dan peradaban seringkali dijadikan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seakan-akan teknologi yang berasal dari Barat tidak bisa dipisahkan dengan peradaban Barat itu
sendiri. Maksudnya, ketika kita menerima sebuah teknologi, seringkali kita merasa tidak bisa
menerimanya tanpa menerima nilai-nilai peradaban barat di dalamnya. Padahal teknologi dan
peradaban adalah dua hal yang terpisah. Kita perlu membedakan antara teknologi yang diciptakan
oleh para ahlinya dengan peradaban barat itu sendiri.
8.3 Manfaat dan Dampak IPA dan Teknologi dalam Kehidupan Sosial
IPA dan teknologi sangat berperan dalam kelangsungan hidup di masa mendatang.
Bertambahnya jumlah penduduk menimbulkan aspek positif juga aspek negatif. Permasalahan ini
dapat diselesaikan dengan kemajuan IPA dan teknologi, namun IPA dan teknologi juga dapat
memperburuk keadaan. Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya kemajuan IPA dan teknologi,
adalah sebagai berikut :
1)
Energi
Dalam kehidupan manusia modern sekarang ini, energi merupakan bagian terpenting
dari kehidupan manusia. Seluruh aspek kehidupan kita seperti industri, transportasi, rumah
tangga, dan semua sektor membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan berwujud adalam
bentuk panas, gerak, cahaya, kimia nuklir, dan sebagainya. Energi juga dapat berubah-ubah
bentuk. Energi panas misalnya dapat berubah ke bentuk lain (misal mekanik) contohnya dalam
mengubah air menjadi uap. Uap panas mengembang bertekanan tinggi menggerakkan balingbaling suatu turbin. Sehingga, gerakan turbin ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan.
Energi mekanik juga dapat berubah ke bentuk energi lain seperti listrik di mana
terjadinya perputaran dinamo sehingga bisa menghasilkan listrik. Energi listrik dapat berubah
menjadi energi cahaya, dapat berubah menjadi energi mekanik kembali dan dapat berubah
69
menjadi energi kimia. Dari aliran listrik juga dapat diubah ke energi kimia, misalnya pada proses
penyepuhan.
Pada hakikatnya, energi adalah kekal atau dapat dikatakan bahwa tidak ada energi
yang hilang, hanya saja energi tersebut berubah bentuk ke bentuk yang lain. Secara umum,
energi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.
Energi mekanik
Energi mekanik merupakan penjumlahan antara energi potensial dan energi kinetik.
b.
Energi panas
Energi panas dikenal dengan energi kalor yaitu energi yang muncul karena adanya
perubahan suhu.
c.
Energi magnetik
Energi magnetik dapat timbul apabila dua batang magnet dengan kutub yang berbeda
dilekatkan.
d.
Energi listrik
Energi listrik dapat ditimbulkan dengan berbagai cara yaitu berasal dari:
1)
Air terjun, yaitu dengan mengubah air sungai menjadi energi kinetik;
2)
Energi angin yang menggerakkan kincir angin;
3)
Diesel dengan mengubah energi kimia dari solar;
4)
Nuklir dengan mengubah air menjadi uap air dengan bahan bakar unsur radioaktif
seperti Uraniun, Titanium dan sebagainya;
5)
e.
Uap air untuk menggerakkan generator;
Energi kimia
Energi kimia dihasilkan dari suatu proses reaksi kimia.
f.
Energi bunyi
Energi bunyi diartikan sebagai getaran yang timbul. Getaran yang merambat melalui
medium udara akan menghasilkan gelombang bunyi.
g.
Energi nuklir
Energi nuklir timbul jika suatu atom dari unsur radioaktif dipecah sehingga menimbulkan
reaksi nuklir.
h.
Energi cahaya
Energi cahaya merupakan energi yang bersumber dari cahaya, energi cahaya
menyebabkan tempat gelap menjadi terang.
70
2)
Nuklir
Pemanfaatan teknologi nuklir sampai saat sekarang ini masih menjadi kontroversi yang
semakin seru. Namun di satu sisi, peran teknologi nuklir sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia karena ramah lingkungan. Di sisi lain akibat yang ditimbulkan oleh kecerobohan dan
kecelakaan juga sangat mengerikan misalnya kota Cernobyl, Rusia. Berikut beberapa manfaat
yang diperoleh dari penggunaan teknologi nuklir, antara lain:
a. PLTN
Kecenderungan menggunakan dan memanfaatkan energi nuklir bukan hanya dilakukan oleh
negara maju saja, tetapi negara-negara berkembang juga berlomba-lomba memanfaatkan
energi ini. Banyak negara-negara maju yang secara maksimal memanfaatkan energi ini, dan
ada puluhan reaktor nuklir di dunia yang telah beroperasi. Bahkan, negara maju misalnya
Perancis 80% kebutuhan listriknya berasal dari PLTN. Teori Bohr dan Rutherford yang
mengatakan bahwa atom terdiri dari inti atom yaitu proton dan neutron, dan elektronelektron yang mengelilinginya. Atom yang bersifat radioaktif (misal Uranium) jika ditembak
akan meluruh dan menghasilkan energi yang sangat besar. Energi yang keluar ini diserap
dan dialirkan ke dalam air. Air ini akan menguap, uap inilah yang digunakan untuk
menggerakkan turbin dan selanjutkan akan menggerakkan generator listrik.
b. Teknik Nuklir dalam Kesehatan
Penemuan sinar Rontgen dan pemanfaatannya dalam kesehatan dianggap sebagi temuan
yang luar biasa. Posisi atau keadaan bagian dalam tubuh pasien dapat ditentukan dengan
mudah, sehingga pengobatan selanjutnya dapat dilakukan dengan akurasi yang tinggi.
c. Teknik Nuklir dalam Bidang Industri
Penggunaan teknik nuklir dibidang industri juga cukup luas, antara lain meliputi :
1)
Industri pengawetan makanan
Hal ini dapat dilakukan karena secara prinsip, kuman atau bakteri pembusuk dapat
dibasmi dengan radiasi, sehingga pembusukan dapat dicegah. Cara ini biasanya lebih
unggul dibanding dengan pemanasan, pengasapan maupun pemakaian bahan kimia.
Hampir seluruh produk makanan, baik untuk kebutuhan ekspor ataupun distribusi lokal
dapat memanfaatkan teknologi nuklir.
2)
Industri Kesehatan
Dalam dunia kesehatan, teknik nuklir dapat dimanfaatkan pada tahap diagnosis
maupun terapi. Beberapa contoh untuk diagnosis antara lain: menentukan lokasi
tumor otak, kanker, kelenjar gondok, batu ginjal, dan sebagainya. Sedangkan untuk
71
terapi misalnya dengan pemanfaatan radiasi tertentu yang dapat digunakan untuk
memecah batu ginjal sehingga tidak perlu melakukan pembedahan.
3)
Pemuliaan benih tanaman
Pemanfaatan sinar gamma dapat dilakukan untuk mengadakan mutasi gen dari bijibijian, dapat dicari muatan yaitu variasi hasil mutasi gen yang menguntungkan bagi
manusia. Akhir-akhir ini banyak tanaman yang dimodifikasi dengan teknologi ini.
Misalnya, perolehan tanaman padi yang lebih singkat masa panennya, tahan terhadap
penyakit, serta hasil beras yang rasanya enak dan melimpah.
4)
Industri kayu
Kualitas kayu olahan dapat ditingkatkan dengan cara merendam dengan senyawa
organik (monomer), di mana jika bahan ini diradiasi akan menjadi polimer (plastik).
Sehingga kayu menjadi lebih kuat, tahan terhadap perubahan cuaca dan tahan
terhadap hama (serangga).
5)
Hidrologi
Radioaktif dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai perunut dalam bidang hidrologi
(ilmu tentang tata air). Misalnya untuk mendeteksi kebocoran pada pipa di bawah
tanah. Karena dengan teknik ini tidak perlu lagi menelusuri dengan membongkar pipa
atau tanah. Dengan menggunakan alat Geiger Muller dapat dipastikan kecepatan alir
dan kebocoran pipa dideteksi lebih akurat. Alat ini menggunakan zat radioaktif.
6)
Industri Radiografi
Foto radiografi biasanya dimanfaatkan pada dunia kesehatan, misalnya memastikan
tulang yang patah dengan foto Rontgen. Namun, sekarang teknik ini sudah
berkembang sangat luas misalnya pada industri konstruksi. Dengan pemanfaatan
radiasi dipastikan kemungkinan tertekan pada baja, dan sebagainya.
d. Studi Pencemaran Lingkungan
Senyawa radioaktif dapat dimanfaatkan untuk melihat tingkat pencemaran lingkungan.
Misalnya atom C-14 yang radioaktif digunakan sebagai perunut pencemaran pestisida yang
dimanfaatkan petani, karena secara prinsip senyawa pestisida dan sejenisnya sulit sekali
terurai di alam. Sehingga tingkat pencemaran yang diakibatkan pestisida ini dapat
terdeteksi.
3)
Penemuan mesin uap oleh James Watt memicu terjadinya revolusi industri. Sehingga,
kemajuan industri diidentikkan sebagai kemajuan suatu negara atau bangsa. Karena dengan
kebutuhan manusia yang begitu pesat hanya dapat dipenuhi oleh industri yang juga
menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Sehingga industri tumbuh dan berkembang
72
ke berbagai bidang kehidupan manusia. Mulai dari industri makanan, obat-obatan,
transportasi, sandang pangan, konstruksi, dan sebagainya.
4)
Penemuan lain yang juga ikut memicu perkembangan industri adalah penemuan listrik, karena
listrik memicu perkembangan industri itu sendiri dan kehidupan manusia pada umumnya.
Muara dari itu adalah kemudahan hidup manusia, misalnya teknologi transportasi. Sebelum
ditemukannya mesin uap, manusia mengandalkan teknologi sederhana seperti dayung maupun
dari alam misalnya angin. Namun, setelah ditemukannya mesin uap, waktu perjalanan dapat
dipersingkat, karena gerakan kapal sudah diinterfensi dengan mesin.
5)
Dalam bidang lain misalnya, penemuan mesin tenun juga merupakan evaluasi dalam bidang
pemenuhan sandang jika melihat sejarah perkembangan manusia yang memulai menutup
tubuhnya dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Misalnya dengan pemanfaatan
daun, kulit pohon atau kulit hewan tertentu sebagai penutup tubuhnya.
6)
Manusia tidak hanya memanfaatkan bahan bahan alam. Tetapi juga memulai menggunakan
teknologi sederhana dengan memanfaatkan serat kayu atau bulu binatang untuk dianyam atau
ditenun dengan teknologi sederhana untuk memperoleh bahan pakaian mereka. Dengan
sentuhan IPA dan teknologi industri, penemuan ini berkembang sangat pesat, seiring dengan
semakin menipisnya persediaan bahan alam yang dapat dimanfaatkan. Sehingga selain serat
alami manusia juga membuat serat buatan mentah kebutuhan sandang, apalagi dipadu dengan
industri pewarnaan dan estetika.
Selain dampak positif atau manfaat yang diperoleh, IPA dan teknologi juga memberikan
dampak negatif yang mengancam kelangsungan hidup manusia. Berikut dampak negatif yang
ditimbulkan dari IPA dan teknolgi, antara lain:
1.
Dampak Negatif Teknologi Nuklir
Reaktor nuklir ternyata menghasilkan sampah nuklir yang demikian berbahaya bagi
kehidupan manusia. Sampah nuklir ini bisa dalam bentuk gas, cair, dan padat. Pembangunan
reaktor nuklir tanpa kendali yang ketat bisa mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal.
Misalnya pada kasus Chernobyl di Rusia yang diakibatkan kebocoran reaktor nuklir,
mengakibatkan kematian langsung manusia dan ribuan manusia yang terpapar radiasi sehingga
meninggalkan keturunan yang cacat sampai sekarang. Juga beberapa kecelakaan reaktor nuklir
lainnya seperti di Jepang, Amerika Serikat, dan sebagainya. Penggunaan senjata nuklir juga
mengakibatkan pemusnahan massal yang mengerikan. Penggunaan 2 bom atom di kota
Hiroshima dan Nagasaki Jepang yang menghancurkan kedua kota tersebut dan kematian
ratusan ribu jiwa manusia. Dan senjata nuklir yang dikembangkan saat ini diduga ratusan kali
lebih hebat dari kedua bom atom tersebut.
73
2.
Dampak Negatif Penyalahgunaan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkontrol mengakibatkan kerusakan yang
mengerikan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia sering lupa akan kesetimbangan
alam. Penggundulan hutan yang terus-menerus mengakibatkan kesetimbangan berubah.
Daerah resapan air yang digunakan sebagai penyangga, jika terkena hujan yang besar akan
mengakibatkan malapetaka dan membawa korban yang besar. Misalnya, pada petaka Bahorok
(Sumatera Utara) tahun 2003, Trenggalek (Jawa Timur) tahun 2005 yang merupakan rangkaian
petaka akibat penggundulan hutan yang luar biasa.
Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan seperti
minyak bumi, gas alam, batu bara, dan sebagainya juga akan membawa petaka di masa
sekarang dan masa mendatang. Dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui ini bukan hanya berdampak pada manusia, tetapi juga berdampak pada
berbagai industri, karena begitu banyak industri yang bergantung pada sumber daya alam ini.
3.
Dampak Negatif Terhadap Transportasi, Komunikasi, dan Informasi
Mudahnya alat-alat transportasi, komunikasi, dan informasi untuk dimiliki, menyebabkan
adanya rangsangan manusia untuk menggunakan dan memproduksi sebanyak-banyaknya.
Kecepatan perkembangan teknologi ternyata belum seimbang dengan perkembangan mental
manusia. Akibatnya timbul kecenderungan bukan manusia yang mengendalikan alat
transportasi, komunikasi, dan informasi namun justru sebaliknya. Penggunaan lahan sawah,
pegunungan, dan kehutanan yang diubah untuk jalan dan perumahan, sehingga peresapan air
menjadi berkurang, produksi pangan berkurang, varietas, gen dan keindahanpun juga
berkurang.
4.
Dampak Negatif Terhadap Kesehatan
Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan mengakibatkan keseimbanganpun juga
berubah. Padahal, di alam keseimbangan tersebut saling tergantung dan mempengaruhi.
Berikut adalah bentuk interaksi kesetimbangan antara manusia dan lingkungan. Apabila
interaksi antara manusia dan penyebab penyakit serta lingkungan tidak seimbang, maka
berakibat bagi manusia terutama kesehatan. Semua penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor
ekologi, yaitu sebagai berikut: :
a. Adanya ketidakseimbangan antara interaksi penyebab penyakit dan manusia.
b. Ketidakseimbangan hubungan interaksi tergantung pada karakteristik manusia dan
penyebab penyakit.
c. Karakteristik hubungan interaksi antara penyebab penyakit dan manusia itu yang
disebabkan oleh keadaan langsung fisik.
74
8.4 IPA dan Teknologi Masa Depan
Perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Namun, perkembangan itu berlangsung
dengan kecepatan yang tidak sama. Perkembangan terpesat adalah dalam bidang-bidang
mikroelektronik, teknologi bahan dan bioteknologi. Mikroelektronik berkembang melalui tahapan
yang ditunjang dengan kemajuan ilmu bahan baik secara fisika maupun kimia. Penemuan peralatan
elektonik misalnya radio dan peralatan komunikasi yang memicu penemuan teknologi elektronika
lainnya, baik produk maupun bahan dasar pembuatnya.
Penemuan dan penggunaan material sebagai tabung diode, transistor, dan silikon sebagai
otak peralatan elektronika tahun 1990 dibandingkan dengan tahun 1965 yang terjadi penyusutan
11.000 kali penyusutan semula. Mungkin masih ingat dengan komputer yang pertama di Indonesia
(IBM) di UGM yang besarnya satu ruangan, namun kapasitas yang tidak lebih baik dari pentium I
atau Pentium II. Coba bayangkan ukuran laptop sekarang, penemuan semi konduktor dengan
kapasitas lebih tinggi sebagai Chips yang memicu teknologi mikroelektronika semakin kecil dengan
kapasitas yang lebih besar.
Perkembangan ilmu optoelektronik yang memanfaatkan serat optik memicu teknologi
elektronik lain dan manfaatnya berkembang ke berbagai sektor kehidupan, seperti komunikasi,
kesehatan, persenjataan, dan sebagainya. Selain mikroelektronik, perkembangan teknologi bahan
juga sangat pesat. Penemuan-penemuan bahan yang dengan spesifikasi tertentu misalnya super
konduktor, bahan tahan panas dan keramik canggih yang terus diperoleh.
Saat ini, revolusi bahan menjadi lebih luar biasa dengan dikembangkannya teknologi nano.
Pengertian nano berarti satu permiliar (10-9). Nano teknologi dirintis oleh Norio Taniguchi (1974).
Nano teknologi dipandang sebagai suatu teknologi yang paling relevan pada Abad 21. Teknologi
nano saat ini sudah merambah hampir semua sektor kehidupan, karena manusia juga melihat
peristiwa di alam yang merupakan teknologi nano pada tumbuhan, yaitu perubahan CO2
+
H2O
menjadi karbohidrat berlangsung secara nano, apalagi dalam dunia kesehatan. Saat ini ada ribuan
hasil riset setiap minggunya yang dipublikasi tentang teknologi nano disemua bidang.
EVALUASI
1.
Jelaskan perbedaan antara sains dan teknologi!
2.
Buatlah contoh kaitan antara sains dengan teknologi untuk masing-masing bidang fisika, kimia,
dan biologi!
75
3.
Mengapa kita harus menghemat energi yang berasal dari minyak bumi? Jelaskan usaha yang
dapat kita lakukan untuk menghemat energi tersebut!
4.
Energi bersifat kekal, berikan contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari!
5.
Apa peran IPA dalam pengembangan teknologi masa depan?
6.
Apa tujuan manusia untuk terus mengembangkan teknologi? Jelaskan!
7.
Menurut pendapat Anda, apakah perkembangan teknologi mutlak diperlukan? Jelaskan
dengan memberi contoh dampak positif dan negatif yang ditimbulkan!
8.
Seiring perkembangan zaman, teknologi juga berkembang. Apa pentingnya seseorang
mempelajari teknologi kelautan dan teknologi industri?
76
BAB IX
BEBERAPA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENTING
Dalam kehidupan manusia dewasa ini tidak terlepas dari Ilmu Alamiah dan ilmu
terapannya berupa teknologi dalam berbagai bidang. Ilmu Alamiah murni memang tidak
berperan langsung terhadap kehidupan manusia tetapi antara ilmu
murni
dan
ilmu
terapan (teknologi) mempunyai hubungan yang erat. Dari konsep ilmu murni dapat
dikembangkan menjadi ilmu terapan. Sebaliknya, teknologi atau ilmu terapan memberikan
sumbangan penemuan penemuannya kepada prinsip atau hukum-hukum
baru dan
seterusnya. Berikut akan dipaparkan beberapa perkembangan teknologi penting:
9.1 Bioteknologi
Dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu kebutuhan hidup, manusia
memanfaatkan biologi terapan yang digabungkan dengan teknologi modern sehingga
tercipta ilmu baru yang dikenal dengan nama Bioteknologi atau juga sering disebut
Biomasadepan. Dalam perkembangannya lebih lanjut muncullah bioteknologi kedokteran,
bioteknologi farmasi, bioteknologi pertanian, bioteknologi perternakan dan sebagainya. Beberapa
ahli membagi batasaan bioteknologi sebagai berikut:
1.
Kegiatan yang menitikberatkan pemanfaatan aktivitas biologi dalam lingkup
teknologi proses dan produksi secara besar-besaran dalam industri.
2.
Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan tehadap jasad, sistem atau
proses biologi untuk memproduksi benda hidup, benda mati dan jasa bagi kehidupan
manusia.
Adapun macam bioteknologi akan dipaparkan sebagai berikut:
1.
Bioteknologi Kedokteran
a. Insulin manusia
Insulin mansuia saat ini sudah dapat diproduksi secara massal dengan menggunakan bakteri
E. Coli hasil rekayasa genetika; produk bioteknologi bidang kesehatan ini telah
diperdagangkan untuk mengobat penyakit diabetes dengan merk dagang HumulinR .
77
b. Vaksin hepatitis B
Vaksin
hepatitis
B
sudah
dapat
diproduksi
secara
massal
dengan
memanfaatkan S. Cereviciae hasil rekayasa genetika skala industri; vaksin ini
digunakan untuk mencegah infeksi virus hepatitis .
c.Hormon tumbuh manusia (growth hormone)
Hormon tubuh manusia ini diproduksi skala industri dengan memanfaatkan E.
Coli
hasil
rekayasa
genetika;
hormon
ini
untuk
mengobati
kelainan
pertumbuhan misalnya manusia yang bertubuh cebol.
d. Bank Sperma dan Bayi Tabung
Bank sperma beku dan bayi tabung secara ilmiah telah banyak dilakukan di
negara yang menganut paham kebebasan dan cara seperti ini sering dilakukan
oleh seorang wanita yang mengkehendaki anak di luar pernikahan atau sebuah
keluaga yang telah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Sperma dipakai
untuk membuahi sel telur, jika pembuahan telah terjadi dalam tabung maka
zigot ditanam kembali ke dalam rahim ibu.
e. Pencangkokan Alat-alat Tubuh (Transplantasi Organ)
Pencangkokan alat-alat tubuh yang dalam keadaan biasa akan selalu ditolak
karena hal tersebut merupakan benda asing bagi pasien namun melalui
bioteknologi dengan perantara gen maka pencangkokan dapat dilaksanakan dengan
baik. Alat-alat tubuh yang bisa dicangkok adalah ginjal, kelenjar hati, kelenjar
pankreas, dan sebagainya.
f. Rekayasa Genetika
Dengan rekayasa genetika dapat diciptakan vaksin yang
dapat menghasilkan
immuglobin (zat kebal) terhadap beberapa penyakit seperti hepatitis, kanker hati,
dan lepra. Dengan rekayasa genetika juga
para ahli dapat menciptakan vaksin
untuk penyakit hemofili, yaitu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah penderita
sukar membeku.
78
2.
Bioteknologi Farmasi
Dalam memerangi penyakit- penyakit yang disebabkan oleh antigen atau bibit
penyakit yang digunakan berbagai macam obat, di mana pada zaman dahulu
berupa ramuan beberapa macam tumbuhan
yang
berupa
sari
atau
ekstrak.
Tetapi pada zaman sekarang sesuai dengan kemajuan teknologi maka dibuat zat
sintetis dan mutakhir, melalui biologi molekular dan rekayasa genetika, tubuh
dipacu untuk memproduksi
obat-obat
sendiri.
Obat-obatan hasil bioteknologi
tersebut antara lain Insulin untuk diabetes, protopin yang merupakan hormon
pertumbuhan untuk
memperbaiki anak -anak
yang mengalami keterbelakangan
pertumbuhan, alfainterferon untuk pengobatan sejenis leukimia, dan sebagainya.
3.
Bioteknologi Pertanian
Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat
maka produksi makanan secara konvensional tidak dapat memenuhinya, oleh karena
itu diperoleh usaha melalui bioteknologi pertanian yang antara lain:
a. Penggunaan Hormon Pertumbuhan
Penggunaan hormon pertumbuhan yang mengubah
tumbuhan
dari diploidi
menjadi poliploidi sehingga dihasilkan produk yang “raksaksa” misalnya buah
tomat, lobak, dan lain-lain.
b. Kultur Jaringan
Dalam mempercepat pembibitan tanaman, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh
kali daripada cara tradisional. Dengan demikian dapat mengatasi keterlambatan
dan kekurangan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kualitas panen.
Dalam perbanyakan tumbuhan
secara kloning pada tumbuhan hias dan
tumbuhan bernilai ekonomi tinggi dapat dilakukan secara besar-besaran
dengan kultur jaringan. Untuk perbaikan sifat tumbuhan, maka silang somatik
dengan kultur jaringan dapat dibuat keragaman genetik dalam memperoleh
tumbuhan yang memiliki sifat unggul.
Untuk penelitian penyakit
tumbuhan,
kultur jaringan dapat mengusahakan keragaman yang bebas virus dari tumbuhan
yang terserang. Kultur jaringan juga dapat membuat tanaman toleran terhadap
stres serta kultur jaringan juga dapat melestarikan plasma nutfah yang disimpan
di tempat yang dingin.
79
c. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika tumbuhan dapat menciptakan tumbuhan yang dapat menciptakan racun
sendiri dari insekta yang hendak memakannya.
4.
Bioteknologi Perternakan
Para ahli perternakan juga memanfaatkan bioteknologi perternakan, yakni penerapan
rekayasa genetika yang melalui dua tahap, yaitu:
a. Untuk memproduksi vaksin dan obat serta hormon pertumbuhan
ternak;
b. Melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan makannya lebih sedikit, atau
menjadi ternak yang lebih unggul.
9.2 Bioetika
Perkembangan pesat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi cukup membuat masyarakat
mengalami dilema. Hal ini mengingat dampak negatif yang yang ditimbulkan bagi kehidupan sosial.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimaksud terkait dengan eksistensi manusia
sebagai makhluk hidup yang beradab. Dengan adanya pemikiran akan dilema yang terkait dengan
eksistensi manusia timbul pertentangan akan Ilmu pengetahuan dan Teknologi maka lahirlah
Bioetika.
Nama bioethics pertama kali digunakan oleh peneliti kanker Amerika Van Rensellaer
Potter dalam bukunya “Bioethics: Bridge to The Future”, ia menekankan tanggung jawab para ahli
biologi dalam menjamin kelangsungan kehidupan di bumi dan dalam menciptakan syarat-syarat
untuk meningkatkan kehidupan manusia. Namun, ia belum terjun sepenuhnya dalam analisis etika.
Bioetika merupakan suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan
pengetahuan sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan, dan mempertahankan serta memperbaiki dunia beradab (Van Potter, 1970). Bioetika
merupakan kajian mengenai pengaruh moral dan teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmuilmu hayati (Oxford, 1995). Naskah UD-BHR (2005) dalam upaya mencari jalan tengah akhirnya
menyepakati rumusan netral dengan mencantumkan cakupan, pernyataan ini diarahkan pada
masalah-masalah etika yang terkait dengan kedokteran ilmu-ilmu hayati, dan teknologi-teknologi
yang terkait sebagaimana diterapkan pada manusia dengan memperhatikan dimensi-dimensi
hukum, sosial, dan lingkungan. Jadi, bioetika adalah sebuah kegiatan yang terkait dengan mencari
jawaban dan menawarkan penyelesaian masalah dari konflik moral yang timbul dari kemajuan
80
pesat ilmu-ilmu hayati dan kedokteran yang diikuti oleh perkembangan teknologi yang terkait
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Bidang bioetika yang berhubungan dengan sistem manusia sebagai makhluk yang beradab
terdiri atas 2 bidang, yaitu:
1.
Bidang Kedokteran
Bidang kedokteran merupakan bidang yang syarat dengan dilema di masyarakat karena
inovasi penerapannya untuk manusia. Adapun bidang kedokteran terbagi menjadi:
a. Aborsi
Aborsi adalah masalah yang kontroversial disemua bidang ilmu, termasuk etika.
Aborsi secara umum dapat diartikan sebagai terhentinya atau penghentian hasil konsepsi
sebelum akhir masa alamiah kehamilan. Ada dua jenis aborsi, yaitu: abortus spontanea dan
abortus provocatus. Aborsi jenis kedua adalah aborsi yang dipermasalahkan. Di bidang
medis, aborsi menjadi konflik antara menyelamatkan kehidupan dan prosedur
pengguguran. Di bidang hukum, konflik yang terjadi adalah masalah legalisasi dan hukumhukum yang mengatur aborsi. Sedangkan di bidang agama, aborsi bertentangan dengan
nilai kesucian kehidupan. Pada teori-teori etika, masalah aborsi ditempatkan sebagai
masalah manusia secara umum.
Adanya hukum moral yang absolut dan universal membuat aborsi merupakan suatu
perbuatan yang tidak boleh dilakukan, apapun alasannya. Walaupun tidak semua teori etika
absolut dan universal, tetapi pertimbangan yang dipergunakan tidak didasarkan pada
kebutuhan dan kepentingan perempuan serta tidak memberi pilihan kepada perempuan
atas tubuhnya. Masalah aborsi adalah masalah yang memerlukan suatu pembahasan yang
memperhatikan hal-hal partikular yang terdapat pada suatu keputusan apakah akan
melakukan aborsi ataupun tidak. Sangat panting untuk memperhatikan dan memahami
permasalahan aborsi secara menyeluruh karena setiap kasusnya berbeda-beda, karenanya
tidak bisa diselesaikan secara umum.
Etika feminis adalah etika dengan konsep dasar yang mengutamakan care, love,
connections, dan relationship. Etika feminis tidak melegalisasi aborsi melainkan
memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan kepentingan orang per orang sehingga etika
feminis menganalisis masalah aborsi sebagai masalah perempuan dan memberinya pilihan
atas tubuhnya. Namun etika feminis tetap menghargai janin tetapi dengan status moral
yang relasional karena keberadaan janin yang unik dan terikat pada orang lain sebagai
81
penunjang hidupnya. Oleh karena itu penempatan masalah aborsi pada etika feminis
berbeda dari teori-teori etika. Hasil dari analisis penempatan masalah aborsi pada etika
feminis diharapkan dapat menghasilkan suatu pemikiran yang baik sesuai tujuan etika
feminis, yaitu membuat dunia lebih baik dan untuk menggugah kesadaran untuk membuat
dunia menjadi Iebih baik. Walaupun demikian, mengakhiri proses tumbuh kembang janin
mungkin saja salah, tetapi perempuan yang memiliki hak untuk memutuskan pilihannya.
Tidak ada seorang perempuanpun yang menginginkan aborsi hanya karena ia memang suka
melakukannya. Perempuan melakukan aborsi karena ia benar-benar membutuhkannya,
sebagai sebuah jalan untuk mempertahankan dan menyelematkan dirinya, hidupnya, serta
kehidupannya.
b. Euthanasia
Euthanasia atau suntik mati oleh dokter terhadap seorang pasien yang sudah tidak
memiliki kemampuan mengobati penyakitnya saat ini masih merupakan perbuatan pidana
yaitu menghilangkan nyawa orang lain. Untuk menempuh euthanasia, selain masih ada
persoalan hukum yang melarang hal itu, juga masih ada persoalan etika dan moral. Masih
berlakukah sumpah etik dokter, yang berasal dari sumpah Bapak Ilmu Kedokteran Yunani,
Hippokrates (400 SM), “tak akan kulakukan, walaupun atas permintaan, untuk memberikan
racun yang mematikan, ataupun sekedar saran untuk menggunakannya?“ Pro dan kontra
mengenai boleh tidaknya euthanasia dilakukan haruslah dilihat dalam keadaan senyatanya,
tetapi akan lebih baik bila sebelum dilakukan didahului pengkajian secara komprehensif,
syarat ketat, dan regulasi.
Euthanasia menjadikan buah simalakama bagi insan medis. Euthanasia pada
dasarnya masih dianggap tidak ada bedanya dengan pembunuhan yang secara hukum dapat
diancam pidana berdasarkan KUHPidana sebagai berikut:
1)
Pasal 344: Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan yang tegas
dan sungguh-sungguh dari orang lain itu sendiri dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun. Ketentuan di atas dilakukan bila atas permohonan
pasien atau keluarganya (melakukan euthanasia aktif). Namun bila dilakukan tanpa
permintaan pasien (dikategorikan euthanasia pasif), ancamannya Pasal 338 dan 340
KUHPidana.
2)
Pasal 338: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena salah
telah melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama – lamanya
lima belas tahun.
82
3)
Pasal 340: Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu
menghilangkan nyawa orang lain, karena salah telah melakukan pembunuhan dengan
direncanakan terlebih dahulu, dihukum dengan hukuman mati atau dengan hukuman
penjara seumur hidup atau dengan hukuman penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.
Padahal euthanasia pasif dapat memiliki keterkaitan dengan hak-hak pasien, antara
lain hak atas informasi, hak memberikan persetujuan, hak memilih dokter, hak memilih
rumah sakit, hak atas rahasia kedokteran, hak menolak pengobatan, hak menolak suatu
tindakan medis tertentu, hak untuk menghentikan pengobatan. Sedangkan dari sisi lain
yaitu etika, pandangan mengenai kesucian kehidupan dan penghargaan pengakuan hak
untuk hidup memungkinkan untuk melakukan euthanasia ini, karena adanya pengakuan hak
untuk hidup seyogyanya diperlakukan juga setara dengan adanya hak untuk mati. Prinsip
menghormati kehidupan adalah salah satu prinsip yang cukup penting dalam etika medis.
c. Bayi Tabung
Bayi tabung atau lebih dikenal dengan istilah inseminasi buatan bukanlah wacana
baru pada tataran empirik saat ini. Namun permasalahan ini masih aktual dibicarakan
maupun didiskusikan terutama bagi kalangan akademis, intelektualis yang tentunya harus
perspektif dalam memahami suatu permasalahan, bukan menjadi masalah bagi dirinya
sendiri. Program bayi tabung untuk pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Inggris,
Patrick C. Steptoe dan Robert G. Edwards pada sekitar tahun 1970-an dan melahirkan bayi
tabung pertama di dunia, Louise Brown pada tahun 1978. Pada awalnya, teknologi ini
ditentang oleh kalangan kedokteran dan agama karena kedua dokter itu dianggap
mengambil alih peran Tuhan dalam menciptakan manusia (playing God). Tapi sekarang,
teknologi ini telah banyak menolong pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak yang
megalami masalah seperti infertilitas, dan sebagainya.
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun. Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri
mempunyai masalah dengan infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar duajuta pasangan
infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat.
Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas ada
beberapa alternatif yang salah satunya adalah bayi tabung atau FIV (Fertilisasi In Vitro).
83
Fertilitas dapat diartikan pembuahan, sedangkan In Vitro adalah di luar. Jadi Fertilitasi In
Vitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses
reproduksi manusia), yang terjadi diluar tubuh.
Menurut Otto Soemarwoto (1992) dalam bukunya “Indonesia Dalam Kancah Isu
Lingkungan Global”, dengan tambahan dan keterangan dari Djumhana menyatakan bahwa
bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah, ini dapat membantu pasangan suami istri
yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat
mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar
tubuh dan zigot yang jadi (mengalami pembuahan) ditanam dalam kandungan istri. Dalam
hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir karena
merupakan keturunan genetik suami dan istri.
Semula Fertilisasi In Vitro (FIV) di usahakan untuk istri yang mengalami kerusakan
kedua tuba. Setelah itu teryata tingkat keberhasilannya meningkat sampai 20% per transfer
embrio, indikasinya pun diperluas mencakup: 1) kerusakan kedua tuba; 2) faktor suami
(ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5) infertilitas karena
endometriosis. Sekarang Fertilisasi In Vitro (FIV) yang awalnya hanya diperuntukan untuk
membantu pasangan Pasangan suami istri (pasutri) yang mengalami 1) kerusakan kedua
tuba; 2) faktor suami ( ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5)
infertilitas karena endometriosis, seiring perkembangan zaman di mana pasangan yang
sebenarnya subur sekarang sudah mengikuti juga program FIV dengan alasan sebagian para
wanita ingin menjaga postur tubuh agar tetap indah dan terjaga, selain itu juga, ada
sebagian wanita yang ingin mempunyai anak tanpa melakukan hubungan seksual (tanpa
menikah) misalnya mengambil sperma orang lain untuk ditrasfer ke rahimnya agar wanita
tersebut mempunyai anak, dan ada juga pasangan yang mengalami kelainan seksual seperti
Homoseksual dan Lesbian yang ingin mempunyai anak bisa saja melakukan program FIV
atau bayi tabung dengan mengambil sperma atau sel telur orang lain (tranfer embrio).
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis
ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan
tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
Jika ketika embrio diimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai
status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300
84
hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan
keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum pasal 255 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang
mempunyai benih. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUHPer. Dalam hal
ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui
tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua
pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai
dengan pasal 1320 dan 1338 KUHPer.)
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan
Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke
dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan
mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum pasal 250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak
yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum pasal
42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUHPer.
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam
perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami Istri
tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang
sah.
Jika diimplantasikan kedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki
status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah
dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur
berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan
biologis sebagai anaknya.
Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap
kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi in vitro transfer embrio ditemukan
beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan
yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai
85
status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke
dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan
bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada
penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi in vitro transfer embrio ini pada
manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang
d. Transplantasi Organ
Transplatansi organ atau jarigan tubuh manusia merupakan tindakan medis yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat (hasilnya
lebih memuaskan dibandingkan dengan terapi konservatif). Walaupun transplatansi organ
atau jaringan itu telah lama dikenal dan terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun
tindakan
medik
ini
tidak
dapat
dilakukan
begitu
saja,
karena
masih
harus
mempertimbangkan dari segi non medik, yaitu segi agama, hukum, budaya, etika dan
moral. Klasifikasi organ terbagi menjadi:
1)
Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri.
2)
Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya.
3)
Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada
kembar identik.
4)
Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Istilah lain transplantasi organ adalah:
1)
Eksplantasi merupakan usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau
yang sudah meninggal.
2)
Implantasi merupakan usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
3)
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini
wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam kodeki, yaitu :
Pasal 2:
seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
Pasal 10:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.
86
Pasal 11:
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya
telah mencakup aspek etik, terutama mengenai dilarangnya memperjualbelikan alat dan
jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi ataupun meminta kompensasi material lainnya.
e. Kloning
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang
sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual
yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga maupun tumbuhan.
Kloning dalam bioteknologi, merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau organisme. Kloning dalam arti
lain digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati. Kata ini diturunkan dari kata clone atau clon,
dalam bahasa Inggris, yang juga dibentuk dari kata bahasa Yunani, klonos yang berarti
cabang atau ranting, merujuk pada penggunaan pertama dalam bidang hortikultura sebagai
bahan tanam dalam perbanyakan vegetatif (Kusmaryanto, 2001: 1-2).
Kloning, sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan (pro dan kontra) di
berbagai bidang, termasuk bidang etika, sehingga etika dijadikan sebagai sudut pandang
dalam menganalisis kasus praktek kloning. Namun, penelitian ini hanya terfokus pada etika
utilitarianisme. Etika, secara etimologis berasal dari kebiasaan. Etika dalam arti ini berkaitan
dengan kebaiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun masyarakat (Keraf, 2006) Burharudin mengatakan: “Etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional tentang nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok”
(Burhanudin, 1997: 1).
Tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia baru maka, kloning manusia
dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan Tuhan. Tujuan
kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau tujuan klinik.
Penelitian yang
berlangsung
menyangkut diri manusia harus bertujuan untuk
menyempurnakan tata cara diagnostik, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan
tentang etiologi dan tatogenesis. Kloning tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan
87
pribadi yang dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakantindakan kriminal (Kusmaryanto, 2001: 52).
Kloning, sejauh ini dipahami sebagai suatu tindakan yang tidak baik secara moral.
Kloning dianggap sebagai sebuah tindakan pembunuhan dengan menggugurkan hasil-hasil
klon yang gagal demi mencapai kesempurnaan gen (generasi unggul), sehingga sebagian
besar orang menolak atau tidak setuju dengan praktik kloning.
2.
Bidang Pertanian
Bidang pertanian juga merupakan bidang yang terkait dengan perkembangan teknologi
yang berperan untuk kesejahteraan manusia, di mana juga menimbulkan dilema di masyarakat.
Adapun bidang pertanian terbagi menjadi:
a. Plasma Nutfah
Pengertian tentang konsep plasma nutfah (PN) sering dicampur-adukkan dengan
pengertian keanekaragaman hayati (KH). Konsep KH mencakup semua keanekaragaman
organisme di alam ini, baik yang liar maupun yang telah dibudi-dayakan termasuk pula
lingkungan hidupnya. Guna memudahkan pemahaman, KH dibagi dalam tiga tingkatan,
yakni ekosistem, jenis dan didalam jenis. Di dalam pengertian ini PN termasuk didalam
pengertian yang paling sempit, yaitu keanekaragaman didalam jenis atau keanekaragaman
sumber daya genetik (SDG) (Diwyanto dan Setiadi, 2003).
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh masyarakat yang mengakibatkan adanya
pengaruh negatif terhadap kelestarian plasma nutfah melalui hilangnya habitat, eksploitasi
secara berlebihan tanpa diikuti dengan upaya reklamasi, pengaruh polusi, kebakaran, juga
pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya bencana alam, dan sebagainya. Semakin
intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru tanpa diimbangi dengan upaya
mempertahankan penggunaan varietas-varietas lokal (land race) juga telah menambah
percepatan terjadinya erosi genetik plasma nutfah. Keadaan tersebut makin bertambah
parah dengan masih tingginya kegiatan pengambilan serta pertukaran materi plasma nutfah
secara ilegal (Syukur, 2006).
b. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
88
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media
buatan yang dilakukan di tempat steril. Dasar dari kultur jaringan ini adalah setiap sel atau
jaringan hidup dari bagian mana pun memiliki kemampuan menumbuhkan seluruh bagian
tubuh secara lengkap, dan hal ini terjadi apabila sel atau jaringan tersebut ditumbuhkan
pada media yang cocok. Dan media yang digunakan untuk kultur jaringan terdiri atas
campuran berbagai garam mineral, asam amino, gula, vitamin dan langkah pengerjaan
dilaksanakan dalam kondisi steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Dalam mempercepat pembibitan tumbuhan, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh
kali dari pada cara tradisional. Dengan demikian dengan demikian dapat mengatasi
kekurangan dan keterlambatan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kualitas
panen. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
1)
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
2)
Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
89
3)
Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril.
4)
Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
5)
Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih
atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6)
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan
usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang
dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia,
dan lain-lain. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan
pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati
emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan
90
tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum
teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh
hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat
maka lahan-lahan yang kosong dapat dimanfaatkan.
Dampak positif kultur jaringan sebagai berikut:
1) Pengadaan bibit tidak tergantung musim Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1
tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
2) Bibit yang dihasilkan seragam
3) Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
4) Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
5) Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya
6) Dapat dilakukan dengan dalam ruangan yang relatif sempit
7) Sifat identik dengan induk
8) Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
9) Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
Dampak negatif Kultur Jaringan :
1)
Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat
2)
Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional
3)
Dapat berakibat hilangnya plasma nutfah dari tanaman tertentu
c. Transgenik Tanaman
Tanaman transgenik memiliki potensi yang mampu mengubah dunia agrikultural.
Hal ini dikarenakan tanaman transgenik mampu meningkatkan hasil produktivitas serta
mampu menekan biaya dann mengurangi ketergantungan bahan kimia yang mampu
mencemari lingkungan (Bhumiratana & Kongsawat, 2008). Pemanfaatan tanaman
transgenik mampu meningkatkan produksi tanaman di lebih dari 15 negara serta hampir 80
juta hektar pada tahun 2004 dalam skala global dipakai untuk memproduksi tanaman
transgenik seperti kedelai, jagung, kanola dan kapas (Watanabe, 2002). Pada tahun 2009,
terjadi peningkatan menjadi 29 negara yang menggunakan tanaman transgenik. Hal ini
dikarenakan tanaman transgenik mampu meningkatkan hasil produksi serta mampu
memberikan income skala global, mampu mereduksi emisi karbon, serta mampu
meminimalisir penggunaan pestisida (Adams, 2011).
91
Tanaman transgenik yang telah diaplikasikan memiliki sejumlah potensi antara lain
menghasilkan tanaman yang toleran terhadap herbisida, serangga/hama, kekeringan,
banjir, panas, dan kadar garam. Tanaman-tanaman tersebut telah dimodifikasi secara
genetik untuk mampu mentoleransi kondisi lingkungannya. Sebagai contoh tanaman kapas
yang mampu menghasilkan toksin serangga yang telah disisipi gen dari Bacillus thuringensis
(Bt). Di india, tamanan kapas transgenik tersebut secara ekonomi mampu meningkatkan
hasil produksi sebesar 39% serta meningkatkan profit sebesar 71% per hektar dan dampak
positif terhadap lingkungan adalah mampu mengurangi penggunaan pestisida sebesar 33%
pada tahun 2007. Sementara di China mampu menghasilkan tanaman padi transgenik yang
juga disisipi gen penghasil toksin serangga dari Bt dan sebagai hasilnya negara tersebut
mampu mereduksi penggunaan 17 kg pestisida per hektar. Dan dalam skala global,
penggunaan pestisida mengalami penurunan sebesar 389 juta kg semenjak tahun 1996
(Adams, 2011; Velkov et al., 2005).
Kebijakan publik pada pengembangan dan penggunaan organisme yang dimodifikasi
secara genetik (Genetically Modified Organism–GMO) selalu berkaitan dengan manajemen
risiko yang akan ditimbulkan. Sehingga diperlukan suatu regulasi yang mengatur suatu
produk transgenik. Regulasi yang dikaji berupa Regulation and Risk Assessment, yang
merupakan peraturan mengenai peluncuran, pengembangan, dan produksi komersial dari
GMO yang berkaitan dengan risiko lingkungan dan kesehatan; dan ‘‘The Natural’’ and
Crossing Species Borders, yang merupakan pengaturan mengenai klaim “tidak alami” akibat
penyebaran GMO yang dikhawatirkan akan mengganngu biodiversitas (Myskja, 2003).
Adapun regulasi skala global telah yang disepakati adalah Cartagena Protocol on
Biosafety yang didasarkan pada asas precationary yang terdiri dari 40 artikel dan 3 annex
(Cartagena Protocol, 2000). Protokol tersebut memiliki tujuan untuk memberikan
konstribusi dan memastikan keamanan di lingkungan serta menangani dan memberikan
sarana bagi organisme transgenik agar tidak merugikan keanekaragaman hayati dengan
mempertimbangkan juga pula resikonya terhadap kesehatan manusia. Protokol tersebut
juga berlaku bagi perpindahan lintas batas, persinggahan, penanganan dan penggunaan
semua organisme hasil modifikasi yang mungkin memiliki efek buruk pada konservasi dan
pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan
pula risiko terhadap kesehatan manusia.
Selain Cartagena Protocol, regulasi regional juga diberlakukan seperti yang
dilakukan di negara Denmark pada tahun 2004 yang mengatur beberapa regulasi, yakni:
92
sistem perizinan dalam menumbuhkan tanaman transgenik; isolasi jarak yang secara
saintifik telah dievaluasi dan disetujui; dan tanggung jawab terhadap kerusakan yang
mungkin muncul akibat hibridisasi/ pencampuran tanaman transgenik dengan nontransgenik.
Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan dengan
transgenik yang tertuang dalam UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan IPTEK (RPP Penelitian Berisiko Tinggi). Disebutkan pada
pasal 22 yang berbunyi: Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan
negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan
memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional.
9.3 Teknologi Informasi
Ilmu Alamiah
Dasar telah memberikan sumbangan yang besar terhadap
perkembangan komunikasi dan informasi. Dengan teknologi informasi yang berkembang sangat
pesat maka segala informasi dapat segera disampaikan ke seluruh penjuru dunia.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi pada masa kini:
1.
Percetakan
Percetakan sebagai alat yang menghasilkan media komunikasi antar manusia. Dengan
media massa berupa koran, kini suatu berita dapat diikuti oleh orang banyak
dalam waktu yang pendek, meskipun penyebarannya masih tergantung pada alat
tranportasi.
2.
Telegraf
Telegraf ditemukan sejak Abad ke-18. keunggulan telegraf adalah membuat orang
dapat berkomunikasi jarak jauh, namun telegraf hanya dapat mengirimkan tandatanda yang harus diterjemahkan terlebih dahulu dan kemudian baru dikirim kembali
jawaban yang juga harus diterjemahkan lagi.
3.
Telepon
Telepon ditemukan oleh Bell pada tahun 1876. keunggulan telepon adalah orang
dapat berbicara langsung dan menerima pembicaraan atau jawaban
layaknya orang berbicara satu dengan yang
93
lainnya.
sebagaimana
4.
Radio
Radio dapat mengirimkan pesan- pesan atau informasi tanpa
menggunakan kawat
seperti telegraf dan telepon. Informasi tersebut dipancarkan melalui pemancar
udara dengan demikian orang dapat berkomunikasi walaupun diatas kapal yang
tengah berlayar disamudra.
5.
Bioskop atau Gambar Hidup
Salah satu alat komunikasi massa yang sangat menggesankan yang menyajikan gambar
hidup dan bergerak sehingga pesan yang dikomunikasikan menjadi lengkap dan
mudah dimengerti.
6.
Televisi
Televisi ditemukan pada Abad ke-20. televisi dapat mengirimkan pesan melalui suara
maupun gambar. Dengan televisi orang dapat menggirimkan dan menerima berita
yang lengkap, hiburan yang bermutu serta orang dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidikan dan penerangan.
7.
Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi juga stelit (buatan manusia) yang beredar mengelilingi bumi.
Dengan adanya satelit komunikasi maka informasi dapat disampaikan dengan lebih
efektif dan efisien melalui media yang beragam seperti televisi, radio, telepon, dll.
Penyebaran ilmu pengetahuan yang sangat cepat diharapkan dapat menimbulkan
saling pengertian antar manusia diseluruh dunia. Untuk negara indonesia yang masih
berkembang, satelit
8.
komunikasi sangatlah penting.
Komputer
Komputer merupakan hasil pengembangan lebih lanjut dari per kembangn listrik
(elektronika) dan dari komputer manusia dapat mengembangkan alat -alat
contohnya :
9.
Telepon Ensiklopedia
10. Robot pelayanan rumah tangga/ Robot Humanoid.
11. Internet
12. Pusat informatika
13. Komputer simulasi
14. Robot pekerja
15. Komputer analisis
94
lainnya,
9.4 Teknologi Kearifan Lokal (Usaha Manusia Untuk Masa Depan)
Setelah memahami berbagai aspek IPA terhadap kehidupan manusia,
maka
ada 2 hal yang sangat menonjol yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut.
Yang pertama adalah berkenaan dengan ketergantungan manusia terhadap sumber energi
minyak bumi dan yang kedua adalah berkenaan dengan akibat negatif yang timbul dari
teknologi dan IPA itu sendiri terutama yang menyangkut kadar polusi akibat industri,
penyalahgunaan teknologi dan IPA
yang bisa berakibat fatal terhadap kelestarian hidup
manusia itu sendiri di bumi. Usaha yang dilakukan dalam rangka m encari Sumber Daya
Energi non-konvensional sebagai berikut:
1.
Energi Matahari
Matahari merupakan sumber energi yang tidak habis -habis. Kehidupan manusia
hampir sepenuhnya berkat energi matahari. Energi matahari pada masa sekarang ini
menjadi sangat populer karena teknologi Ilmu Pengetahuan Alam telah mendekati
taraf efisiensi penggunaannya.
2.
Energi Panas Bumi
Energi panas bumi juga disebut energi geotermal. Bila teknologi Ilmu Pengetahuan
Alam semakin maju maka panas bumi juga
dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran umat manusia.energi geotermal yang dapat kita manfaatkan saat ini
adalah yang beraslal dari magma. Magma adalah batuan cair/ panas yang terd
apat
dalam
kulit/kerak bumi. Sementara itu
melalui air atau uap air yang terkena panas
3.
energi
yang
kita
ambil
adalah
magma.
Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Udara itu dapat bergerak dikarnakan adanya
perbedaan tekanan udara. Angin juga diman faatkan untuk penggerak perahu
layar sehingga dapat menghemat bahan bakar. Energi angin juga dapat diubah
menjadi energi listrik dengan menggunakan generator. Karna sumber energi ini
tersedia secara gratis dan angin tetap akan bertiup sepanjang zaman maka energi
angin merupakan salah satu potensi penting pengganti minyak bumi.
95
4.
Energi Pasang Surut
Salah satu bentuk energi alami yang terdapat dibumi yang tidak bersumber pada
cahaya matahari adalah energi pasang surut. Energi pasang surut ini ditimbulkan
oleh daya tarik antara bumi dan bulan. Pada saat air pasang maupun surut dapat
dimanfaatkan untuk mengerakan generator listrik. Jelas energi pasang surut tidak ada
batasnya selama bulan masih menjadi satelit bumi.
5.
Energi Biogas
Yang dimaksud dengan biogas adalah gas yang dihasilkan dari sisa-sisa jasad hidup
yang diuraikan oleh bakteri pengurai melalui proses pembusukan/pengguraian.
Sebagai bahan dasar proses pembusukan atau penguraian adalah
sisa-sisa jasad
hidup misalnya seperti sampah pertanian atau kotoran hewan. Kemudian gas
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga maupun industri.
6.
Energi Biomassa
Yang dimaksud dengan biomassa adalah segala jasad hidup. Dalam kaitannya
dengan energi pengganti ini biomassa yang dapat digunakan ialah berupa sampahsampah organik misalnya sisa produksi pertanian. Pada hakikatnya biomassa dapat
digunakan sebagai bahan bakar dan akan menjadi sangat ekonomis apabila berupa
sisa -sisa yang tidak berharga. Biomassa dapat dijadikan energi karna masih menyimo
an energi matahari.
Usaha manusia untuk mencari energi pengganti minyak seperti yang baru saja
kita pelajari itu hanyalah merupakan salah satu cara saja dari manusia untuk dapat
mempertahankan aksistensinya yang sangat penting bagi perikehidupan kita sehari-hari.
Masalah lain yang juga sangat vital adalah masalah penggunaan teknologi maju yang
baru saja kita bicarakan pada pelajaran yang lalu. Sebagai contoh adalah tenaga nuklir
yang maha dahsyat itu. Keuntungan memang banyak juga tetapi bahaya nuklir terutama
dari bom atom maupun bom hidrogen yang dapat memusnahkan
umat
manusia
beserta isi permukaanbumi ini bukannya di hapuskan tetapi justru malah sebaliknya.
Masalah yang juga vital, karena ikut menentukan kelest arian kehidupan manusia di
muka bumi ini adalah masalah kependudukan. Betapa tidak, bumi kita hanya satu dan
tidak bertambah besar, malah jumlah lahan untuk penghidupan tampaknya makin sempit.
Masalah berikut
yang sejajar
pentingnya
dengan
masalah kependudukan adalah
masalah kelestarian lingkungan hidup. Bahkan beberapa ahli memandang kedua masalah
ini sebenarnya satu, yaitu lingkungan hidup itu termasuk kependududkan atau sebaliknya.
96
EVALUASI
1. Jelaskan tentang pengertian bioteknologi !
2. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang antibodi !
3. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika ?
4. Jelaskan aplikasi bioteknologi di bidang industri dengan memberi contoh pada produksi
protein sel tunggal !
5. Jelaskan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bioteknologi !
6. Jelaskan etika dalam bidang kesehatan:
a. Kloning
b. Euthanasia
c. Aborsi
d. Transplantasi Organ
e. Bayi Tabung
7. Jelaskan etika dalam bidang pertanian:
a. Transgenik tanaman
b. Plasma Nutfah
c. Kultur Jaringan
97
BAB X
ISU LINGKUNGAN
Sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia,
pada tanggal 15 Juni 1972, Isu Lingkungan yang menyoroti berbagai kondisi lingkungan di bumi
menjadi topik yang mulai banyak dibicarakan. Di tahun yang sama sebenarnya di Indonesiapun
para pakar lingkungan sudah membahas berbagai isu lingkungan yang ditandai dengan
diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh
Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972.
Pertumbuhan populasi manusia di muka bumi meruapakan faktor terpenting yang
memunculkan berbagai permasalahan lingkungan. Kerusakaan lingkungan hidup lebih banyak
disebabkan oleh aktivitas pembangunan dan industrialisiasi di samping karena faktor non
antropogenik atau karena daya-daya alam.
Jika diklaifikasikan berdasarkan cakupan dampak yang ditimbulkan pada masyarakat dan
sumber pencetus permasalahan, isu lingkungan dapat dikelompokkan menjadi: isu lingkungan
global, karena penyebarabn sumber dan dampaknya yang mendunia, isu lingkungan nasional
karena penyebaran sumber dan dampaknya bersifat nasional, dan isu lokal karena penyebarabn
sumber dan dampaknya bersifat lokal/regional pada wilayah tertentu misalnya di suatu kabupaten
dan/atau propinsi tertentu di Indonesia. Namun demikian sekecil apapun sumber dan dampak yang
terjadi pasti akan mempengaruhi cakupn yang lebih luas baik Nasional maupun global.
10.1 Isu Lingkungan Global
Penyebab dan Permasalahan Perubahan Iklim
Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh perubahan fluktuasi suhu permukaan bumi yang
merupakan dampak dari pemanasan global. Istilah pemanasan global atau Global warming
didefinisikan sebagai suatu keadaan mengenai peningkatan temperatur suhu planet bumi yang
menyebabkan terjadinya perubahan desktruktif di seluruh penjuru dunia secara global. Pemanasan
global ini salah satu penyebabnya diakibatkan oleh efek rumah kaca (greenhouse effect)
(Martusa, 2009). Pemansan global juga disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon sehingga akan
meningkatkan intensitas energi radiasi sinar ultra violet yang berdampak pada peningkatan suhu
bumi.
Ozon merupakan komponen kimia atmosfer yang mencapai 90% kandungan kimia di
lapisan stratosfer dan terdistribusi pada ketinggian 25 sampai 40 km di atas permukaan bumi
98
(Ambarsari dkk., 2013) yang
diyakini menjadi penyebab munculnya efek pemanasan global.
Lapisan ozon berfungsi menyerap energi radiasi sinar UV-B yang mempunyai energi sangat tinggi
dan mengubahnya menjadi energi panas sebelum mencapai bumi; proses pengubahan energi ini
sangat penting bagi kehidupan di bumi karena hampie sekitar 80% radiasi terurai dalam proses ini
(Cahyono, 2014). Saat ini diperkirakan lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari radiasi UV-B
ini semakin menipis dan kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi
parah. Lapisan ozon
melindungi kehidupan di bumi dari radiasi ultravioletmatahari. Namun, semakin membesarnya
lubang ozon di kawasan kutub bumi akhir-akhir ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut
tidak diantisipasi, bias menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa.
Gas chlofluorocarbons (CFCs) disebut juga sebagai gas yang menyebabkan terjadinya
penipisan lapisan ozon ini. Selain CFCs, ada pula hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl
bromide, carbon tetra chloride,dan methylchloform.
Carbon tetra chlorida digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan CFC-11 dan CFC-12, pembuatan beberapa jenis pestisida, pelarut
dalam produksi karet dan zat warna sintesis, berperan sebagai dry cleaning agent, bahan pemadam
kebakaran, dan juga sebagai fumigan dalam kegiatan fumigasi biji-bijian. Methychloform digunakan
bagi berbagai keperluan seperti: pelarut dan pencucian logam di berbagai industri, penghilang
debu pada industri tekstil, dan bahan pembuatan semi-konduktor. Pada awal abad 21 ini
konsentrasi chlofluorocarbons masih rendah misalnya saja CFC-11 dan CFC-12 masing-masing 0,3
ppm dan 0,5 ppm; namun demikian mengingat umur kedua senyawa gas tersebut di atsmosfer
sekitar 65 dan 130 tahun, maka kosentrasi CCF akan meningkat tajam dalam kurun waktu yang
relatif singkat (Adiningsih, 2002). Oleh karenanya produksi CFC harus segera dihentikan agar laju
kehilangan ozon di lapisan stratosfer dapat ditekan. Dengan melihat banyaknya peralatan yang
memakai senyawa-senyawa kimiaseperti CFCs, halons, hydrochlorofluorocarbons, methyl bromide,
carbontetrachloride, dan methyl bromide, yang merupakan penyebab menipisnya lapisanozon.
Pada manusia, radiasi UV-B berlebih dapat menimbulkan kanker kulit, katarak mata, serta
mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Selain itu, peningkatan radiasi gelombang
pendek UV-B juga dapat memicu reaksi kimiawi di atmosfer bagian bawah, yang mengakibatkan
penambahan jumlah reaksi fotokimia yang menghasilkan asap beracun dan memicu hujan asam.
Kerusakan lapisan ozon tidak hanya membahayakan jiwa manusia, tetapi juga hewan,
tanaman, dan bangunan. Pada bidang pertanian, radiasi sinar ultra violet dengan intensitas yang
semakin meningkat akan merusak fisik dan kinerja daun yang berakibat gangguan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Radiasi UV-B di laut yang intensitasnya semakin tinggi akan mengganggu dan
99
dapat membunuh secara langsung berbagai hewan laut seperti ikan, kepiting, dan udang termasuk
plankton yang berperan dalam kelangsungan rantai dan jaring-jaring makanan bagi hewan laut.
Bersama-sama dengan gas metana (CH4), gas karbondioksida (CO2) merupakan gas rumah
kaca yang berperan penting dalam peningkatan suhu bumi adalah yang merupakan gas hasil proses
pembakaran/respirasi.
Penambahan kandungan gas CO2 di atmosfer dari kondisi normal
ditanggung-jawabi oleh terutama oleh peningkatan aktivitas industri dan kebakaran lahan dan
hutan. Pembakaran bahan bakar fosil menciptakan karbon dioksida yang menghambat keluarnya
panas ke ruang angkasa.
Emisi gas CO2
dan berbagai gas rumah kaca (GRK) lainnya
berkecenderungi an meningkat dari waktu ke waktu dan berada pada kondisi yang
mengkhawatirkan. Adapun gas metana biasanya dihasilkan dari peternakan rumansia di samping
dihasilkan dari berbagai proses alami di permukaan bumi.
Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia (2010) menyampaikan bahwa emisi gas rumah
kaca tahunan Indonesia mencapai sekitar 2,15 Giga ton (Gt) pada tahun 2005 dan diperkirakan
akan meningkat sampai dengan 3,2 Gt total emisi gas rumah kacanya pada tahun 2030 karena
Indonesia akan terus membangun perekonomiannya. Baik pada tahun 2005 maupun tahun 2030,
emisi di Indonesia berada pada tataran sekitar 4.5 persen dari emisi gas rumah kaca global. Rasio
emisi Indonesia terhadap emisi global jauh lebih tinggi daripada rasio PDBnya terhadap PDB global,
yaitu sebesar 0,6 persen pada tahun 2005.
Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya sampai dengan 2,3 Gt,
yaitu penurunan sekitar 72 persen dibandingkan dengan tren saat ini. Sehingga emisi pada tahun
2030 akan menjadi 67 persen lebih rendah daripada emisi di tahun 2005. Penurunan tersebut akan
memberikan kontribusi penting bagi upaya global, yaitu sekitar 7 persen dari total penurunan global
yang diperlukan pada tahun 2030 untuk mencapai tingkat-tingkat yang direkomendasikan oleh
Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim/IPCC (Intergovernmental Panel on Climate
Change) (Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia, 2010).
Sepanjang abad ke-20 dalam kurun waktu 15 tahun terakhir telah terjadi 10 kasus tahun
terpanas dan terkait akibat fenomena El-Nino yang berdampak terjadinya kebakaran hutan di
berbagai negara seperti: indonesia, Brasil, Australia, atau negaralainnya serta kemarau panjang
yang menghancurkan sistem pertanian di banyak negara.
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan
ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi.
Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan
100
oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan
penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh
permukaan bumi kembali ke permukaan bumi. Peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global
menyebabkan kondisi di mana saat siang hari kita merasakan pana yang berlebihan. Kenaikan suhu
bumi ini diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat dari ulah dan aktivitas
manusia itu sendiri (Gambar 11.1 dan 11.2). Efek rumah kaca merupakan peristiwa di mana panas
sinar matahari yang telah dipantulkan dari permukaan bumi, tidak sepenuhnya diteruskan ke luar
angkasa melainkan diserap dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Efek rumah kaca
sejatinya sangat penting untuk menjaga suhu bumi agar tetap stabil dan hangat sehingga
memungkinkan untuk adanya kehidupan. Tanpa efek rumah kaca maka suhu permukaan bumi yang
sekarang 15°C akan menjadi -19°C.
Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74oC selama periode 1906-2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus
meningkat sekitar 1,8-4,0 oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC
diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC. Kenaikan suhu ini selain berdampak pada fluktuasi curah
hujann yang seringkali ekstrim dan menyebabkan banjir, juga akan mempengaruhi laju peningkatan
mencairnya es di kutub yang berdampak pada kenaikan muka laut. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia paling rentan terhadap kenaikan muka laut dan seperti dikemukakan Susandi dkk. (2008)
telah dilakukan proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia pada tahun 2100, mencapai
hingga 1,1 m yang berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260
km2.
Gambar 10.1. Penyebab Penting Global Warming
sumber: http://2.bp.blogspot.com/
101
Gambar 11.2. Kebakaran hutan dan lahan sebagai penyebab penting global warming
Sumber: http://pengertian-definisi.blogspotcor2011/10/deforestasi.html
Pohon dan tumbuhan lainnya dalam proses fotosintesis menyerap CO2 dari udara dengan
bantuan sinar matahari digunakan untuk memproduksi makanan dalam bentuk karbohidrat.
Pembukaan lahan dan deforestasi memberikan kontribusi pada penumpukan CO2 dengan
mengurangi tingkat penyerapan CO2 dari atmosfer karena menghilangnya vegetasi pohon dan
tumbuhan lainnya atau konstribusi lewat dekomposisi dari vegetasi mati. Luas hutan hujan tropis
Indonesia mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Departemen
Kehutanan (2007) laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2,1 juta ha/tahun, sedangkan
Forest Watch Indonesia bahkan memberikan angka 2-2,4 juta ha/tahun. Penurunan ini berdampak
pada: (i) penurunan produksi kayu, (ii) penurunan industri kehutanan dan penyerapantenaga
kerja, dan (iii) menurunnya daya dukung ekologi yang berarti penurunan keanekaragaman hayati,
sumber plasma nutfah tanaman obat-obatan dan pangan, serta berkurangnya penyerapan karbon
dan fungsi-fungsi lain yang berkaitan dengan penjagaan terhadap keseimbangan ekologi
(Widiyatno dkk., 2011).
Banyak pihak menaruh perhatian pada kasus kebakarann hutan dan lahan, mengingat
dampaknya meluas termasuk sumbangan bagi peningkatan pemanasan global. Berbagai upaya
dilakukan mulai dari penanggulangan kebakaran hingga upaya pencegahan dan deteksi kebakaran.
Saat ini informasi dalam penanggulangan kebakaran
melalui deteksi dini sudah mulai banyak disosialisasikan secara transparan kepada masyarakat.
Salah satunya informasi titik panas (hotspot) yang didapatkan dari dara penginderaan jauh
melalui satelit. Informasi jumlah deteksi hotspot dapat memberikan informasi mengenai indikasi
102
jumlah dan luasan areal yang terbakar. Data hotspot dapat dikombinasikan dengan data
seperti curah hujan sehingga dapat ditemukan model hubungan antara jumlah curah hujan
dengan jumlah deteksi hotspot di daerah tersebut; data hotspot tersebut dapat memberikan
informasi sebagai deteksi dini terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan serta sebagai
indikator potensi kebakaran hutan dan lahan (Syaufina dkk., 2014).
Berbagai kasus kebakaran tidak saja di permukaan tanah. Pada lahan gambut, ketika bahan
di permukaan bakar habis, maka kebakaran akab berlanjut pada sub permukaan. Menurut Alikodra
dkk., (2006) pelapukan bahan organik yang tidak sempurna kadangkala menjadikan jenis ini
mempunyai tekstur yang kasar, kecuali pada tanah-tanah gambut yang cukup tua. Pada golongan
tanah gambut muda, pada kondisi iklim kemarau, golongan tanah ini mudah sekali berkondisi
sangat kering karena kandungan bahan organiknya sangat tinggi. Sehingga pada saat kebakaran
terjadi, jenis tanah ini juga mudah terbakar (flameable).
Dampak Perubahan Iklim Bagi Kesehatan
Perubahan iklim dapat mempengaruhi gangguan kesehatan manusuia dan penyebaran
penyakit. Peningkatan panas dan curah hujan di daerah tertentu yang disebabkan oleh perubahan
iklim, dapat membantu proses penyebaran penyakit. Beberapa vektor penyakit, seperti serangga,
dapat membawa dan mengirimkan agen penyebab penyakit, terutama dipengaruhi oleh cuaca dan
suhu lebih panas. Kehidupan serangga vektor sangat bergantungan pada lingkungan terutama
suhu dan kelembaban udara; peningkatan suhu akan berpotensi mendukung kehidupan serangga
terutama fekunditas (kemampuan bertelur), perkembangan metamorfosisnya, serta daya
pencarnya yang memungkinkan penyebaran penyakit tertentu misalnya malaria, demam berdarah,
dan cikungunya. Kelembaban udara yang meningkat karena peningkatan curah hujan juga akan
memberikan efek
meningkatkan produksi
turunan, pertumbuhan, dan penyebaran di
lingkungannya. Oleh karenanya sering ditemkan fakta bahwa peningkatan curah hujan dapat
meningkatkan kasus penyakit dan menyebabkan wabah penyakit.
Studi menunjukkan banyak penyakit alergi yang sedang berkembang di negara maju, karena
meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu pemanasan. Kasus ini juga mulai bermunculan di
negara-negara berkembang.
Pemanasan global kemungkinan akan membawa peningkatan gelombang panas.
Peningkatan gelombang panas juga dapat disertai kerusakan ozon dan kabut asap.
Kadar
karbondioksida dan kabut asap baik hasil kebakaran hutan dan lahan serta berbagai aktivitas
industri telah mengakibatkan meningkatnya kasus gangguan pernafasan dan berbagai penyakit
103
lainya. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem
saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh
beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk
aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru.
Dampak bagi Lingkungan dan Sumber Daya Air
Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global dan berbagai sebab yang bersifat
antropogenik saat ini diperparah oleh masalah lingkungan, masalah kependudukan, dan masalah
kemiskinan. Lingkungan yang rusak akan membuat
alam akan menjadi lebih rapuh dalam
menghadapi perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang juga dapat terjadi antara lain
apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi akan memicu terjadinya gerakan
tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam berupa banjir dan tanah longsor.
Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan
pemanfaatan ruang.
Masalah kependudukan yang muncul sangat berkaitan erat dengan kemampuan adaptasi
masyarakat dan sangat dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan
ekonomi, fasilitas kesehatan serta faktor fisik. Kualitas SDM dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan serta perilaku konservasi. Adanya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi
akan meningkatkan kemampuan adaptasi dari masyarakat selain faktor-faktor yang lainnya.
Peningkatan kemampuan faktorfaktor
tersebut
di
atas
akan
berbanding lurus
dengan
kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim (Efendi dkk. 2012).
Cara Mengurangi Pemanasan Global
Setiap orang memiliki peran dalam mengurangi pemanasan global. Dengan merubah
kebiasaan kita membuat jejak karbon di bumi ini, kita dapat berperan serta mengurangi pemanasan
global dan menyayangi bumi ini dan memberikan tempat yang layak bagi anak cucu kita di
kemudian hari. Secara umum Saenong dkk. (2011) mengemukakan dua pendekatan utama yang
digunakan untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca, yaitu: (i) menghilangkan
karbon dengan jalan memelihara dan menanam pohon, (ii) mengurangi produksi gas, yaitu
penggunaan bahan bakar fosil.
Upaya untuk mengurangi global warming dapat dimulai dari diri sendiri dalam aktivitasnya
sehari-hari dengan menerapkan beberapa prinsip berikut:
(i)
Mengkonsumsi pangan dan bahan yang proses produksi menggunaan energi seminimal
mungkin. Lebih banyak energi yang diperlukan dalam proses produksi akan meningkatkan gas
104
karbondioksida. Mengkonsumsi pangan segar akan lebih baik daripada mengkonsumsi pangan
yang diolah apalgi proses banyak mengggunakan energi dan menghasilkan limbah by product;
(ii) Memanfaatkan sampah semaksimal mungkin sehingga akan tercipta kondisi ideal zero
waste. Sampah basah dikumpul di tempat khusus atau di galian lubang di halaman rumah
atau di suatu tempat jika terdiri dari beberapa rumah tangga; selanjutnya sampah organik
tersebut dikomposting hingga terbentuk pupuk organik dan dapat dijadikan media tanam.
Bahan organik yang keras seperti ranting kayu dan kayu lainnya dapat dikumpulkan untuk
dikirim ke industri yang memerlukan kayu. Sampah kering berupa besi, aluminium, seng,
plastik, dan kertas bisa dipilah dan didaurulang. Sampah yang tidak bisa dimanfatkan sama
sekali karena berbentuk partikel halus dan tidak bisa diduar ulang sebaiknya dikumpulkan
terpusat untuk dipadatkan dan/atau dimanfaatkan sebagai bahan urugan (land fill) dan
keperluan lain.
(iii) Mengurangi semaksimal mungkin bahan-bahan plastik dan bahan lain yang sulit didegradasi di
lingkungan. Saat ini tiap toko swalayan menawarkan kantong plastik barang yang dibeli.
Sebaiknya dibiasakan menggunakan kembali kantong plastik sebagai wadah.
Ke depan
konsumen akan diarahkan dan dituntut untuk menggunakan “plastik” yang mudah didegradasi
di lingkungan karena terbuat dari bahan biodegradable; sieefi
(iv) Menggunakan energi seefisien mungkin; jangan menghidupkan lampu ruangan atau aliran
listrik jika tidak digunakakan serta gunakan lampu hemat energi.
Pada penggunaan
AC/pendingin ruangan: menghindari penggunaan suhu maksimal tapi cukup membuat nyaman
dan menghindari kondisi yang kurang menghemat tagihan listrik.
(v) Menghindari penggunaan bahan-bahan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
seperti: deterjen dan bahan pembersih tidak ramah lingkungan, deodorant atau produkproduk semprot lainnya dan aerosol. Pilihan spray dengan kemasan botol kaca akan lebih
baik. Aerosol juga penyumbang besar dalam pencemaran udara kita.
(vi) Gunakan pemanas air tenaga surya. Meskipun lebih mahal, dalam jangka panjang hal ini akan
menghemat tagihan listrik Anda. (Bahkan saat ini sudah ada penerang jalan dengan tenaga
surya)
(vii) Menanam tanaman pohon dan tanaman hias di pekarangan dan di lingkungan sekitar rumah.
Tanaman akan memberikan suplai oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap
karbondioksida limbah aktivitas manusia.
Khusus masalah konsumsi daging, ada beberapa hal bersifat kontroversial yang harus
menjadi perhatian. Fakta bahwa untuk menghasilkan 1 kg daging ternak sapi membutuhkan
sumberdaya (pakan) setara dengan 15 kg gandum. Tapi untuk di Indonesia yang sesungguhnya kaya
105
bahan organik sisa tanaman, persoalan pakan dapat diatasi dan relatif tidak menimbulkan masalah
keseimbangan energi. Fakta lain bahwa peternakan juga penyumbang 18% “jejak karbon” dunia dan
angka tersebut lebih besar dari sektor transportasi (hasil pembakaran mesin kendaraan). Di
samping itu peternakan juga menghasilkan gas-gas rumah kaca tambahan lainnya seperti metana
yang realtif 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2.
Berkaitan dengan itu kiranya perlu dikembangkan teknologi pakan budidaya ternak yang dapat
mengurangi emisi limbah gas serta pengembangan teknologi pemanfaatan limbah segar agar segera
diproses dan terkonsentrasi sehingga layak sebagai bioenergi.
Tumbuhan dalam bentuk pohon dan tumbuhan penutup tanah akan memberi efek yang
menguntungkan bukan saja dapat mengurangi efek negatif karbondioksida tapi juga meningkatkan
kemampuan lahan manahan dan menyediakan air bagi lingkungan. Gerakan menumbuhkan pohon
dan tanaman penutup tanah harus disebar-luaskan kepada masyarakat baik dalam kelompok non
formal maupun formal. Banyak lembaga swadaya masyarkat dan instansi pemerintah dengan
kesadarannya telah melaksanakan penghijauan dan pembuatan biopori.
LEMIGAS telah
mengembangkan konsep Green Building seperti pada Gambar 11.3. Pemanfaatan atap untuk
meletakkanpanel tenaga surya dan beberapa tanaman, ruangan kerja atau ruang kantor menempati
bagian gedung yang berjendela kaca, bagian yang tertutup (tanpa jendela kaca) sebagai ruang
laboratorium dan ruang pertemuan yang memerlukan cahaya sinar matahari terbatas, dan penutup
dinding tetap memakai warna putih atau warna cerah.
Gambar 10.3. Tampilan kompleks gedung Lemigas dan area bangunan lain yang “menerapkan”
konsep green building. Warna gelap didominasi oleh tumbuhan (pohon dan tanaman
penutup tanah) (Sumber: Google Map, 2016)
106
Green Building Council Indonesia (GBCI) menyusun kriteria utama yang digunakan untuk
penilaian Gedung Terbangun, sebagai berikut (Sunarjanto, 2011):
(i)
Tepat guna lahan (Appropriate Site Development); paradigma baru pembangunan gedung
tidak dikembangkan secara horizontal tetapi secara vertikal;
(ii) Efisiensi dan konservasi antara lain: memanfaatkan cahaya dari sinar matahari, memilih warna
gedung dan perabot mebel berwarna cerah, mengurangi pemakaian pendingin ruang (AC),
optimasi sirkulasi udara melalui jendela dan ventilasi, memakai sistem pendingin bekerja
secara otomatis sesuai kebutuhan, memakai dinding penyekat dan jendela bermaterial kaca
transparan, memanfaatkan teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi
surya fotovoltaik digunakan baik sebagai penerang ruangan maupunpenambah pasokan
sumber listrik selain dari PLN
(iii) Konservasi air (Water Concervation), manajemen air yang baik dengan mengatur pasokan dan
penggunaan air dengan pola penerapan pengelolaan air dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse,
Recycle dan Recharge);
(iv) Sumberdaya dan siklus material (Material Resorces and Cycle). Kriteria bahan bangunan
tersebut diterapkan dalam revitalisasi Gedung Teknologi Gas; juga dilakukan penggantian
material kayu yang cenderung merusak hutan dengan cor beton terdiri campuran besi-pasirbatu-semen; dan Rangka atap selama ini menggunakan kayu beralih ke alumunium atau baja
ringan;
(v) Kualitas kesehatan dan kenyamanan udara (Indoor Health and Cort);
(vi) Manajemen lingkungan gedung (Building
Environmental Management),
manajemen
lingkungan gedung termasuk dalam kriteria penilaian bangunan hijau, sanitasi yang baik, dan
pengolahan limbah yang baik pula.
Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi Perubahan Iklim
Mitigasi. Salah satu cara menahan laju perubahan iklim adalah mengurangi emisi GRK
hasil aktivitas manusia. Ini bisa dilakukan antara lain dengan menggunakan bahan bakar dari
sumber energi yang lebih bersih, seperti beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber
energi terbarukan seperti tenaga matahari atau biomassa. Selain itu, mengurangi penggunaan
bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan menghemat listrik juga mengurangi emisi GRK. Usahausaha seperti ini disebut mitigasi. Melalui Protokol Kyoto, usaha-usaha mitigasi dilakukan secara
global.
107
Salah satu usaha yang dilakukan adalah CDM (clean development mechanism, atau
mekanisme pembangunan bersih) yang memungkinkan aktivitas pelestarian lingkungan hidup dan
ekonomi dilakukan secara bersama-sama. Melalui kerjasama dengan negara maju, negara
berkembang bisa menerima manfaat dengan adanya tambahan dana dan alih teknologi untuk
menjalankan kegiatan yang mengurangi emisi GRK sekaligus mendukung tercapainya pembangunan
berkelanjutan.
Rahman (2015) membagi mitigasi menjadi 2 bentuk yaitu:
(i) Mitigasi struktural, berupa pembuatan infrastruktur sebagai pendorongminimalisasi
dampak
dan
penggunaan
pendekatan
teknologi.
Gejala
yang diamati
adalah:
penyusunan data base daerah potensi bahaya longsor dan pembuatan early warning
system;
(ii) Mitigasi
non
struktural,
berupa
pengelolaan tata
ruang
dan
pelatihan
guna
meningkatkan kapasitas masyarakat. Gejala yang akan diamati adalah: peningkatan
kapasitas masyarakat melalui pengetahuan dan sikap, perencanaan kedaruratan, serta
mobilisasi sumberdaya.
Adaptasi. Perubahan iklim yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya adaptasi, yaitu mempersiapkan diri dan hidup
dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim, baik yang telah terjadi maupun mengantisipasi
dampak yang mungkin terjadi.
Mempersiapkan diri menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan menyusun rencana
penanganan bila terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi perubahan
perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan yang terus berubah.
Bentuk adaptasi terhadap perubahan iklimyang lain misalnya adalah penanganan masalah
lingkungan seperti reboisasi atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak. Sementar itu bentuk
adaptasi terhadap kejadian ekstrem adalah dengan mengantisipasi bencana alam yang semakin
sering terjadi karena adanya perubahan iklim yaitu dengan membuat sistem peringatan dini di
daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan
masyarakat bila badai terjadi. Bentuk lain adaptasi terhadap dampak perubahan iklim perlahan
adalah membuat perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dengan cara menanam hutan
bakau; hutan bakau mengurangi kemungkingan erosi pantai dan intrusi air laut ke dalam sumber air
bersih akibat naiknya permukaan air laut.
108
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta
mencegah terjadinya dampak yang lebih signifikan, yaitu:
(i)
Mematikan peralatan elektronik yang tidak dipakai dan menggunakan energi .listrik
seperlunya, serta sebaiknya mulai lebih banyak memanfaatkan sinar matahari sebagai
sumber energi.
(ii) Mengubah pola makan banyak daging dengan cara mengurangi porsinya serta berhenti
merokok, menghindari minuman beralcohol dan memperbanyak minum air putih.
(iii) Beberapa negara mulai memasukkan unsur lingkungan pada penilaian kinerja bisnis
perusahaan dan meminta perusahaan yang terlibat di pasar modal untuk melaporkan
laporan keuangannya beserta pengungkapan penerapan kebijakan lingkungan pada
operasionalnya (Masturi, 2009).
(iv) Melakukan kebiasaan diri dan mengajak siapapun untuk menumbuhkan tanaman di
pekarangan, lingkungan sekitar rumah, dan bahkan di lingkungan hidup yang berskala
lebih besar yang memungkinkan. Tanaman apapun jenisnya akan memberi oksigen bagi
lingkungan sekitar dan pada skala pertanaman yang besar akan berperan dalam siklus
hidorlogi kawasan yang bertanggung-jawab mengatur ketersediaan air bagi berbagai
kebutuhan manusia. Semakin banyak orang turut berperan menjaga kehijauan bumi,
semakin banyak pula peluang bumi untuk berumur panjang.
(v) Mengurangi penggunaan peralatan makan dan rumah tangga yang terbuat dari plastic
dan/atau melamin, termasuk kresek wadah. Belilah jinjingan belanja biasa yang dapat
digunakan berkali-kali atau memakai pembungkus kardus pada saat belanja di
supermarket.
(vi) Melakukan gerakan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) terhadap segala sumberdaya yang kita
gunakan jika memungkinkan.
10.2 Isu Lingkungan Nasional dan Lokal
Berbagai isu lingungan baik yang bersifat nasional maupun lokal yang muncul dalam 1-2
dasawarsa belakangan ini semakin meningkat derajat kompleksitas dan intensitas dampaknya. Dari
sekian banyak isu, dalam sub ini dipilihkan beberapa isu saja yang relative cukup mewarnai
kehidupan masyarakat local dan nsional. Semua gangguan yang muncul menjadi isu tersebut
sesungguhnya sebagian besar berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan dampak
Perubahan Iklim Dunia. Semua isu mendasar tersebut telah dibahas oleh para pakar dan penentu
kebijakan dari hampir seluruh dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio De Jeneiro
109
menghasilkan suatu konsesus tentang beberapa bidang penting khususnya tentang prinsipprinsip kehutanan (forest principle) yang dituangkan dalam dokumen dan perjanjian : NonLegally
Binding
Authorotative
Statement
of
Prinsiple
for
a
Global Consensus on the
Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forest dan Bab 11 dari
Agenda 21 Combating Deforestation. Kemudian dalam
pertemuan ketiga dari
Komisi
Pembangunan Berkelanjutan (CSD-Commission of Sustainable Development) disepakati untuk
membentuk Intergovermental Panel on Forest (IPF) guna melanjutkan dialog dalam kebijakan
kehutanan skala global (Eleanora, 2013)
Pada abad 21 ini kelestarian lingkungan sama pentingnya dengan keadilan bagi Hak-Hak
Azasi Manusia (HAM). Mangunjaya (2006) mengemukakan bahwa wacana lingkungan hidup
bersama-sama dengan pelestarian alam merupakan isu penting di dunia Internasional mengingat
keterkaitan global dan biosfer bumi yang mempunyai satu sistem hukum alam yang telah tetap dan
harmonis dapat berubah menjadi bencana jika satu komunitas (negara) berbuat kesalahan yang
sangat fatal mengelola lingkungan dan alam aslinya; oleh karenanya Indonesia dengan sumberdaya
alam (SDA) yang sangat besar serta keanekaragaman hayatinya yang kaya akan menjadi sorotan
dunia jika diangap “tidak becus” mengelola kelestarian alam dan lingkungannya.
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk
diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa
berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita; dimulai
dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Permasalahan
pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama di antaranya pencemaran air tanah
dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan
iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui
sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian
pencemaran lingkungan itu sendiri. Perubahan peilaku manusia merupakan salah satu syarat
keberhasilan semua upaya penanganan masalah pencemaran lingkungan.
Gambar 11.4
memperlihatkan akibat perilaku manusia dalam bembuang limbah yang tidak saja dapat
menimbukan pencemaran air dan darat tapi juga dapat menyebabkan kebanjiran.
110
Gambar 10.4. Penumpukan Sampah Akibat Perilaku Manusia
Sumber: https://dedikurniawanzoom.files.wordpress.com/2013/10/sampah-walikota2.jpg
Dari berbagai jenis sampah yang sulit terdegradasi di alam, jenis-jeins plastik memerlukan
perhatian serius. Penggunaan plastik bagi berbagai keperluan yang sangat tinggi memunculkan
akibat terjadinya penumpukan limbah plastik karena hanya digunakan untuk sekali pakai saja.
Plastik yang banyak digunakan oleh kalangan industri maupun rumah tangga merupakan salah satu
jenis polimer yang secara umum berbahan dasar polipropilena (PP), polietilena (PE), polistirena (PS),
polimetil metakrilat (PMMA), high density polyethylene (HDPE) dan polivinilklorida (PVC) yang tidak
mudah diurai secara cepat oleh mikroorganisme (Daryoso dkk., 2012)
Bencana lingkungan yang menonjol saat ini selain disebabkan dampak global warming
karena rusaknya lapisan ozon serta perusakan hutan dan lahan yang terjadi karena penebangan liar
(illegal logging), tapi juga seperti dikemukakan (Handayani, 2006) disebabkan oleh berbagai jenis
pencemaran yaitu:
(i) Pencemaran air (darat) akibat pembuangan limbah domestik, limbah B3 serta limbah usaha
dari sector industri dan pertambangan. Pencemaran air mengakibatkan air yang debitnya
sudah sangat langka, menjadi langka karena penurunan kualitasnya, sehingga air tidak lagi
dapat memenuhi persyaratan untuk berbagai penggunaan,
(ii) Pencemaran sebagai akibat masalah urban yang memunculkan seperti penimbunan sampah
dan limbah domestik, pencemaran udara (oleh emisi kendaraan bermotor), kelangkaan air
bersih dan keterbatasan lahan (kesesakan). Masalah ini disebabkan oleh tingginya laju
urbanisasi, kurangnya fasilitas umum dan pelanggaran peraturan peruntukan ruang,
(iii) Pencemaran laut dan perusakan pantai yang mencakup perusakan hutan mangrove, abrasi
pantai, pencemaran air laut, pengerukan pasir darat, dan perusakan terumbu karang telah
111
menimbulkan kerusakan lingkungan laut dan pantai. Kehidupan nelayan yang bergantung pada
kondisi laut dan pantai sangat terkena dampak negatifnya.
Kekeringan dan Kebanjiran
Sebagai negara kepulauan Indonesia dikenal memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia
yang menjamin mendapat hujan sepanjang waktu. Perubahan iklim telah mengubah dinamika
fluktuasi iklim yang akakn memberi dampak bagi adanya ancaman banjir dan kekeringan. Sebagai
negara potensi sosio-ekonomi yang besar sekali, maka kondisi ini juga yang membuat Indonesia
mempunyai kerentanan yang sangat tinggi terhadap beragam bencana seperti gempa bumi,
tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, dan berbagai bencana ikutan lainnya
(Yayasan IDEP, 2007).
Kekeringan merupakan persoalan yang memiliki dampak yang cukup signifikan utamanya
dalam bidang pertanian. Kekeringan yang terjadi terlalu lama bisa berdampak pada turunnya
produksi tanaman dan merugikan petani. Produksi pertanian yang rendah akan berakibat pada
menurunnya kondisi pangan nasional bangsa dan menyebabkan stabilisasi perekeonomian mudah
goyah. Hal lain yang bisa terjadi jika kekeringan terjadi terlalu lama adalah terganggunya sistem
hidrologi lingkungan dan manusia akan kekurangan air untuk dikonsumsi. Hal ini tentu sangat
mengkhawatirkan karena air adalah salah satu unsur kehidupan yang mutlak tersedia untuk
keberlangsungan hidup.
Masalah kekeringan di Indonesia tidak terjadi hanya karena faktor alamiah saja. Letak
Indonesia secara geografis diapit dua benua juga dua samudera di sepanjang garis khatulistiwa
memungkinkan terjadi kerentanan terhadap gejala kekeringan mengingat iklimnya sangat sensitive
terhadap perubahan yang disebabkan oleh fenomena El-Nino Southern Oscilation (ENSO). ENSO
inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan yang muncul apabila suhu di permukaan laut
pasifik equator tepatnya di bagian tengah sampai bagian timur mengalami peningkatan suhu.
Berdasarkan kajian banyak pakar disepakati pemahaman bahwa selain ENSO, penyebab
munculnya gejala kekeringan di Indonesia antara lain:
(i)
Perubahan daerah aliran sungai (DAS) terutamanya di wilayah hulu yaitu beralihnya fungsi
lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi dan/atau dari lahan hutan/konservasi menjadi lahan
budidaya. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan dan kerusakan sistem resapan air di
kawasan tersebut.
(ii) Degradasi lingkungan di daerah hulu, yang biasanya didominasi oleh hutan alam, hutan
lindung, dan hutan konservasi,
menyebabkan kerusakan hidrologis wilayah hulu yang
112
berakibat waduk mengering. Pada saat musim hujan kondisi ini mengakibatkan terjadinya
erosi yang memicu pendangkalan waduk dan saluran irigasi diisi oleh sedimen. Proses
degradasi lingkungan yang terjadi berulang-ulang tiap tahunnya tanpa ada upaya pemulihan
yang memadai akan menurunkan kapasitas dan daya tampung air oleh lingkungan kawasan
hulu. Kondisi ini mengakibatkan cadangan air yang kurang dan memicu kekeringan parah saat
musim kemarau tiba.
(iii) Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga
dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini akibat pola tanam petani di Indonesia yang
memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin
tidak mencukupi serta berbagai bentuk kekeliruan kegiatan budidaya tanaman.
Cara dan upaya menanggulangi kekeringan di Indonesia tersebut antara lain adalah:
(i)
Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim
kemarau. Terkait ini sebaiknya masyarakat Indonesia dengan difasilitasi oleh pemerintah dan
DPR (melalui kebijakan dan perundang-undangan) melakukan rekayasa sosial untuk
mendorong kesadaran masyarakat untuk mengalihkan sebagian kecil sumber karbohidrat
pangannya dari beras ke komoditas yang lain yang sebagian besar lebih murah dan juga ongkos
produksinya lebih rendah dibandingkan dengan produksi beras.
(ii) Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi dan sistem penyimpanan air (waduk,
embung, kanal, empang), serta menata-ulang sistem dan tata kelola air secara paripurna mulai
tingkat lokal hingga terkoordinasi secara Nasional.
(iii) Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan, wilayah konservasi hutan, juga
wilayah resapan air. Terkait ini berarti kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan harus lebih
ditingkatkan baik mulai dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan kegiataan, hingga dalam
evaluasinya. Semua kegiatan harus transparan, rasional, dan dapat dipertanggung-jawabkan.
(iv) Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat dan mudah diakses oleh
masyarakat.
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau
menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat terjadi di sungai,
ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Kerusakan lingkungan,
perubahan fisik permukaan tanah menyebabkan penurunan daya tampung dan daya simpan
air hujan, sehingga sebagian besar curah hujan dialirkan sebagai air limpasan (runoff) yang
sangat berpotensial menjadi bencana banjir terutama pada daerah hilir (Tjasyono dkk., 2007).
113
Beberapa upaya yang perlu dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
banjir, yaitu:
(i)
Mengembangkan sistem drainase yang baik sehingga air hujan dan air masuk lainnya dapat
didistribusikan dengan lancar melalui jairngan saluran air hingga ke sungai esar bdan tersimpan
di waduk dan bentuk badan air penyimpan lainnya. Semua saluran air harus terbebas dari
endapan dan sampah yang dapat menghambat aliran air. Harus dihindari juga adanya
genangan air yang dapat memicu terjadinya banjir yaitu dengan membuat saluran air yang
memadai. Jika diperlukan dapat dibuat terowongan saluran air di bawah tanah.
(ii) Mengembangan pengelolaan sampah yang baik, sehingga terhindar pembuangan sampah
sembarangan yang dapat menghambat aliran air. Pengelolahan sampah yang baik dimulai dari
tingkat rumah tangga. Jika masyarakat sudah mampu mengelola dengan baik secara mandiri
dan dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle terhadap sampah, maka akan tercipta
kondisi mendekati “zero waste” dan sudah tentu akan membantu mencegah banjir.
(iii) Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon atau tanaman di area sekitar rumah.
Pohon berbatang besar akan membantu “menyimpan” air dan memberikan kesejukan. Bila di
satu kampung memiliki drainase yang baik dan di tiap rumah memiliki pohon, maka dapat
dipastikan kampung tersebut akan terhindar dari banjir.
(iv) Melestarikan hutan, melaksanakan penghutanan kembali hutan gundul, pemeliharaan hutan
lindung, pemeliharaan vegetasi di kawasan tangkapan air dan hutan lindung (termasuk daerah
bukit/lereng atau daerah yang berkemiringan/curam), serta mencegah pembalakan liar (illegal
logging) dan pembakaran hutan akan menjamin terpeliharanya sistem hidrologi (tata air)
kawasan yang ditanggung-jawabi oleh kumpulan pohon-pohon di hutan.
Karena itu
pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan mampu
menyerap air hujan sampai sebanyak 20% volume curahan hujan. Akar pohon memiliki daya
hisap terhadap air tanah sebagi akibat perbedaan potensial air yang tinggi antara akar dan
ujung tajuk dan dengan digabungkan dengan efek dari karakter molekuk air yang saling
berikatan secara ionik, maka akan tertahan sangat banyak molekul air di dalam tanah yang
akan di lepas ke sekitarnya sesuai keseimbangan air di kawasan.
(v) Membuat lubang biopori dan membuat sumur serapan.
Lubang resapan biopori adalah
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan
daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas
rumah kaca (CO2 dan metan), memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman,
dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah
dan malaria. Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan
114
menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm.
Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.
Sumur serapan berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan kembali
ke siklus air yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan dan menyebabkan
banjir. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di
bawah permukaan air tanah.
(vi) Melaksanakan pendalaman sungai, yang cenderung mudah mengalami pendangkalan oleh
sedimen yang diangkutnya. Kegiatan ini akan memperlancar aliran air hingga dapat
mengurnagi efek banjir ketika curah hujan sangat tinggi.
(vii) Penggunaan paving stone untuk jalan; pembangunan jalan setapak dengan sistem paving block
dapat membuat jalan lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan penggunaan aspal,
sehingga apabila hujan turun air banjir dapat terserap ke dalam tanah dengan cepat.
Di
beberapa negara maju telah dikembangkan paving penutup jalan yang menggunakan
photocatalytic cement yang terbuat dari susunan partikel nano dari titanium dioksida. Partikel
nano tersebut mampu menyerap asap yang mengandung gas nitrogen oksida dari udara.
Kerusakan pantai
Beberapa penyebab terjadinya kerusakan pantai menurut Hidayat (2006) disebabkan oleh:
(i)
Naiknya Permukaan Air Laut. Kenaikan ini lambat laun akan mengakibatkan undurnya garis
pantai ke daratan, yang disebabkan dengan penggenangan langsung dan sebagian sebagai
hasil penyesuaian profil air laut kepada permukaan air yang lebih tinggi.
(ii) Perubahan Suplai sedimen. Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari darat
(clastis sediment) atau dari laut (biogenic sediment). Perubahan pola cuaca dunia yang
menyebabkan musim kering dapat mengakibatkan berkurangnya debit sungai yang
merupakan suplai material dan penyebab sedimentasi pada pantai itu. Berkurangnya suplai
sedimen dari laut dapat terjadi karena daerah karang yang rusak atau pertumbuhan
karang yang lambat.
(iii) Gelombang Badai. Pada saat badai terjadi, arus tegak lurus pantai yang cukup besar yang
mengangkut material ke arah tegak lurus pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi
akibat gelombang badai ini berlangsung dalam waktu singkat tetapi temporer, karena
material yang tererosi akan tinggal di surf zone dan akan kembali ke pantai ketika
gelombang tenang (swell). Namun apabila di lepas pantai bathimetrinya sangat terjal, atau
terdapat palung-palung pantai, maka sedimen yang terbawa ke laut akan mengisi daerah
yang dalam tersebut dan tidak sampai ke pantai.
115
(iv) Limpasan (overwash). Overwash adalah suatu akibat terjadi selama periode hempasan
gelombang. Ombak dan air luapan mengikis pantai dan mengangkut material pantai.
(v) Angkutan oleh Angin.
Kepindahan material lepas dari suatu pantai
oleh
angin
bisa
merupakan suatu penyebab erosi. Di banyak daerah, bukit pasir alami berpindah di
belakang daerah pantai yang aktif. Bukit pasir ini dapat menghasilkan suatu volume
sedimen pantai besar.
(vi) Pengangkutan Sedimen. Pasir diangkut searah pantai (long shore transport sediment) oleh
ombak yang menghempas pada suatu pantai.
(vii) Pemisahan Sedimen Pantai. Penyortiran
sedimen
pantai
oleh tindakan
gelombang
mengakibatkan pembagian kembali partikel butir sedimen (pasir, kulit kerang/kerang, dan
shingle) sepanjang profil pantai menurut ukurannya.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di
dunia sesduah Brazil (di Amerika Latin). Hutan yang merupakan kumpulan pohon-pohon dan
komponen abiotik dan biotik lainnya menjadikan hutan sangat penting bagi pengendali system
hidrologis lahan dan pengendali iklim, di samping berperan sebagai paru-paru dunia.
Hutan
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia; dan Indonesia merupakan
urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut Megadiversity Country. Hutan Indonesia
merupakan rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di
Indonesia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai luas 133,7 juta ha atau sekitar
60 persen
dari luas total Indonesia (Departemen Kehutanan, 2009). Hutan mempunyai manfaat langsung
dan tidak langsung yang telah dikenal secara luas. Manfaat langsung dari hutan adalah
penghasil kayu dan non kayu, sedangkan manfaat tidak langsung adalah sebagai pengatur
iklim mikro, pengatur tata air dan kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat
penting bagi kehidupan manusia saat ini dan dimasa yang akan datang. Hutan juga berperan
penting dalam perubahan iklim. Dalam konteks perubahan iklim, hutan dapat berperan baik
sebagai
penyerap/penyimpan karbon (sink) maupun pengemisi karbon (source of emission);
deforestasi dan degradasi meningkatkan emisi, sedangkan aforestasi, reforestasi dan kegiatan
penanaman lainnya serta konservasi hutan meningkatkan serapan (Tim Badan Litbang Kehutanan
Dan TN Meru Betiri, 2011)
Fungsi hutan Indonesia itu sejak 30 tahun belakangan ini mengalami kemunduran akibat
kegiatan: illegal logging atau penebangan liar, pengubahan atau konservasi hutan menjadi lahan
116
pertanian, berbagai bentuk perusakan lahan hutan, serta kebakaran dan pembakaran hutan dan
lahan.
Kebakaran hutan dan lahan bukan saja menghilangkan kuasan areal hutan, tetapi juga
berdampak terhadap akumulasi gas rumah kaca (GRK). Kebakaran hutan yang pada tahun 2015
dirasakan demikian merusak dan merugikan, sesungguhnya sudah terjadi sejak lama. Kalimantan
merupakan salah satu pulau yang memiliki luasan hutan yang sangat besar yaitu sekitar 28,23
juta ha semakin menurun karena seringnya terjadi
kebakaran hutan dengan kejadian
kebakaran paling besar pada tahun 1997
di Kalimantan Barat (Saharjo dkk., 2013). Kebakaran hutan dan lahan bukan saja menghilangkan
kuasan areal hutan, tetapi juga berdampak k terhadap akumulasi gas rumah kaca (GRK) di
atmosfer.
Kebakaran hutan dan lahan yang sebagian terbesar disengaja karena pertimbangan
ekonomi/bisnis dan “keserakahan” segelintir oknum telah
ditunjukkan oleh fakta-fakta
mencengangkan dan perlu diketahui oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia, yaitu:
(i)
Tahun 1982-1983 merupakan kebakaran hutan atau lahan yang terbesar pertama di Indonesia
(hampir 3,7 hektar).
(ii) Tahun 1997-1998, kebakaran terjadi di 23 provinsi dari 27 provinsi di Indonesia (hampir
seluruh wilayah ASEAN terkena dampaknya).
(iii) Tahun 1999-2007, kerugian dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera mencapai
USD 7,8 miliar dan di wilayah Kalimantan kerugian mencapai USD 5,8 miliar;
(iv) Berdasarkan data MODIS yang diterima oleh stasiun bumi LAPAN Pare-pare periode tanggal 128 September 2014, akumulasi hotspot tertinggi terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah, kemudian di Provinsi Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Secara timeseries
harian, akumulasi hotspot tertinggi terjadi pada tanggal 14 September 2014, selanjutnya pada
16, 25, dan 20 September 2014 seperti terlihat pada Gambar 11.5 (LAPAN, 2014).
(v) Kebakaran hutan (Gambar 11.6) dan kebakaran lahan yang terjadi selama musim kemarau
periode tahun 2015 (berlangsung antara Juni-Nopember 2015) yang tergolong paling parah
terutama pada efek kebakaran hutan yang berganmbut baik di Sumatera maupun di
Kalimantan. Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru
menunjukkan Riau menjadi daerah tertinggi ketiga dalam jumlah titik panas di Sumatra yang
mencapai 471 titik. Hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua menyatakan Provinsi Jambi paling
banyak terdapat titik panas, dengan jumlah 166 titik, diikuti Sumtera Selatan (148 titik panas),
Sumatra Barat (25 titik panas, Bengkulu (10 titik panas), dan Sumatra Utara (empat titik panas)
117
(Warta Agro, 2015). Kebakaran kali ini bukan hanya menghancurkan riuan hektar hutan dan
menimbulkan gangguan kesehatan pada sebagian besar masyarakt yang wilayahnya
berdekatan atau sekitar hutan yang terbakar, tetapi efek kebakaran dirasakan menekan
masyarakat penduduk Singapura dan Malaysia; sehingga kebakaran tahun 2015 tampaknya
aspek politis mewarnai isu kebakaran dan penanganan kebakaran itu sendiri.
Gambar 10.5. Peta titik api di Indonesia 14 September 2014. Warna gelap adalah titik
api/kebakaran
Gambar 10.6. Kebakaran hutan
Sumber: http://wartaagro.com/berita-jumlah-hot-spot-kebakaran-hutan-bertambah.html
118
Secara umum bahaya kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
(i)
Polusi udara yang ditumbulkan oleh gas hasil emisi pembakaran dan asap. Polusi udara
menimbulkan gangguan kesehatan khususnya penyakit saluran pernapasan. Asap tebal yang
ditimbulkan bisa mengganggu aktivitas transportasi.
(ii) Secara jangka pendek suhu udara panas di sekitarnya dan dalam jangka panjang menyebabkan
pemanasan global.
(iii) Menipisnya jumlah oksigen di udara.
(iv) Kemungkinan terjadinya banjir, kekeringan, dan kelaparan lebih besar di wilayah tersebut.
(v) Bisa menjadi penyebab kelangkaan flora dan fauna yang mati karena terbakar dan terpapar
suhu tinggi.
(vi) Terganggunya aktivitas produktif manusia dan terganggungu aktivitas industri baik karena
bahan bakunya dari hutan menurun maupun pabrik dan tenaga kerjanya terganggu langsung
oleh asap.
(vii) Terjadinya penurunan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang masuk.
Adapun cara mencegah kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
1.
Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api (hot spot) cukup tinggi terutama lahan gambut
di musim panas dan kemarau yang berkepanjangan.
2.
Menerapkan larangan yang ketat (termasuk dalam wujud perundang-undangan) untuk:
membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan, tidak meninggalkan
bekas api ungggun yang membara di hutan, membuat arang di hutan, membuang puntung
rokok sembarangan di dalam hutan. Pelaangan juga harus diikuti oleh penindakan tegas bagi
para pelaku penyebab kebakaran hutan.
3.
Melengkapi sistem pemantauan dengan memperbanyak dan melengkapi di berbagai wilayah
rawan kebakaran menara pengamat, alat transportasi dan mobil pemadam kebakaran, dan
alat telekomunikasi yang memadai serta melakukan patroli dengan intensitas yang memadai
sesuai dinamika perkembangan iklim untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran.
4.
Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musin kemarau untuk memantau
wilayah hutan dengan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran.
5.
Pemerintah membantu mengurangi konflik yang bisa mengakibatkan kebakaran hutan, seperti
menyelesaikan sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan dan/atau
perusahaan pemegang hak pengelolaan hutan serta mengembangkan program kerjasama
antara pemerintah dan petani kecil/masyarakat serta pihak perusahaan agar masyarakat
119
dapat memperoleh manfaat yang besar dari hutan (tanpa merusak hutan) dan sekaligus
menjaga hutan bersama-sama.
10.3 Etika dan Konservasi Lingkungan
Manusia saat ini sering menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani yaitu
mengeksploitasi alam di luar batas kemampuan alam melakkan pemulihan dirinya serta sering
melakukan aktivitas yang mencemari lingkungan. Dengan demikian manusia dipandang sebagai
kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakkan lingkungan hidup yang terjadi. Cara pandang
dan sikap manusia terhadap lingkungan hidup menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang
mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup,
arti materi dan kepuasan materi. Kiranya perlu dipahami oleh manusia tentang etika dalam hidup
bersama dan memanfaatkan alam agar kelestarian mafaat lingkungan tetap terjaga..
Pengertian dan Definisi Etika Lingkungan Hidup
Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan
nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian lingkungan Hidup (berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997) adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam
mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika lingkungan maka hak dan kewajiban
manusia terhadap lingkungan mendapatkan keseimbangnya; manusia harus membatasi perilaku
dan berupaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kewajaran
dan daya dukung lingkungan hidup. Dalam hal ini etika lingkungan “mengatur” hubungan antara
sesama manusia yang tidak boleh berdampak negatif atau merusak lingkungan hidup; dan aktivitas
manusia baik langsung maupun tidak langsung tidak boleh merusak kesimbangan, tatanan, dan
daya dukung lingkungan hidup.
Beberap prinsip etika lingkungan hidup yang harus ditegakkan manusia adalah meliputi:
sikap hormat terhadap alam, bertanggung jawab, kasih sayang dan kepedulian terhadap alam,
tidak melakukan aktivitas dan bersikap yang merugikan, hidup sederhana dan selaras dengan alam,
berkeadilan dan demokratis, integritas moral.
120
Etika menjamin konservasi dan keberlanjutan kegunaan sumberdaya apa pun yang terlibat
dalam pembangunan kawasan. Etika adalah piranti moral bagi perumusan kebijakan pembangunan
yang cerdas. Di Indonesia, pembangunan kawasan yang sudah pasti akan bersentuhan dengan hajat
hidup orang banyak seperti usaha keluarga skala kecil, usaha tani, kerajinan, berdagang, atau
manufaktur. Di dalamnya aka terjadi interaksi antara masyakarat, pemerintah dan lingkungan
hidup.
Untuk itu di dalam prencanaan program dan pelaksanaan pembanugan harus
memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (i) memberikan prioritas kepada usaha swaproduksi
daripada impor; (ii) mengembangkan teknologi produksi yang dapat mudah diadopsi oleh pelaku
usaha kecil; (3) tidak mengganggu ekosistem kawasan, berarti memelihara keterpaduan dan
kekukuhan sistem alami tempat kegiatan tersebut bekerja; (4) penganekaragaman hasilpanen atau
hasil barang untuk meningkatkan pendapatan; (5) memastikan hak perolehan pilih akan hasilpanen
atau hasilbarang bagi konsumen; dan (6) pemajuan kesehatan dan kesejahteraan penduduk
(Notohadikusumo, 2005).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa
asas konservasi lahan adalah
penerapan tataguna lahan dan dilakukan secara bersama-sama segenap pemangku kepentingan.
Konservasi lahan harus dirancang pada aras (level) regional dengan sistem lahan sebagai satuan
kerja dengan mempertimbangkan bentang lahan kawasan (landscape region)
yang memiliki
struktur geologi dan pedologi, iklim, dan keterpaduan sejarah geomorfologi yang khas.
Kerusakan Alam dan Penyebabnya
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu: (i) bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti gunung berapi,
angin topan, dan gempa; serta (ii) . bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia.
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan
tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung
berapi antara lain berupa: hujan abu vulkanik yang menyebabkan gangguan pernafasan), material
padat (batuan, kerikil, pasir), serta lava panas, awan panas, dan gas beracun yang dapat merusak
dan membunuh makhluh hidup.
Letusan beberapa gunung berapi yang dahsyat di muka bumi ini ternyata dapat mempengaruhi
perubahan suhu permukaan bumi seperti ditunjukkan pada Tabel 10.1.
Kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan letusan gunung berapi sangat bervariasi
tergantung intensitas dan frekuensi letusan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
melalui metode dari Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC)
(www.eclac.cl) telah mengukur total kerugian dan kerusakan akibat erupsi Gunung Merapi tahun
121
2010 yaitu sebesar Rp. 4,23 trilyun (www.bnpb.go.id) dan secara keseluruhan sektor pertanian
budidaya dan tanaman pangan tetap menjadi sektor yang paling terkena dampak di samping
sektor perumahan dan sektor industri dan usaha mikro kecil dan menengah (Marhaento dan
Kurnia, 2015).
Tabel 10.1. Data teknis letusan dahsyat beberapa gunung berapi di bumi dan penaruhnya terhadap
penurunan suhu bumi belahan utara (Rampino & Self, 1984 dalam Pratomo, 2006)
Erupsi
(Latitude) *)
Tahun
Letusan
VEI
Tambora (8oS)
1815
Krakatau (6oS)
1883
St.
Maria
Volume
Magma
(km3)
Tinggi
asap
letusan
(km)
Aerosol
H2SO4
(parameter
optik) (kg)
7
> 50
> 40
6
>10
> 40
**)
2x1011
Aerosol
H2SO4
(data inti
es di kutub
utara) (kg)
1,5 x1010
Penurunan
suhu di
Belahan
bumi utara
(oC)
0,4-0,7
5x1010
5,5 x1010
0,3
10
10
1902
6
9
> 30
<2x10
2 x10
0,4
Katmai (58oN)
1912
6
15
> 27
<2x1010
<3 x1010
0,2
St.
1980
5
0,35
22
3x1010
0-0,1
1963
4
0,3-0,6
18
1-2x1010
0,3
o
(15 N)
Helens
(46oN)
Agung (8oS)
*)
latitude atau derajat lintang Utara (U) atau Selatan (S); **) VEI = Volcano Explosivity Index;
Angin topan dan gempa bumi juga merupakan kerusakan alam (bukan oleh manusia) yang
sering terjadi. Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju
ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara
yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik
merupakan hal yang biasa terjadi. Sementara itu gempa bumi menimbulkan bahaya yang tidak
kalah dahsyatnya dengan letusan gunung berapi. Gempa bumi getaran kulit bumi yang bisa
disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya
tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra dengan intensitas mulai dari lemah
atau sampai tinggi hingga menimbulkan kerusakan yang parah misalnya gempa di Yogyakarta dan
gempa di Aceh yang menimbulkan tsunami pada tahun 2004 dengan merusak permukiman hingga
lenyap dari posisi awalnya seperti diilustrasikan pada Gambar 11.7. Gempa sangat dahsyat di Aceh
(26 Desember 2004) (dengan rpusat gempa sekitar 100 kilometer sebelah barat pantai Sumatra)
122
diperkirakan berkekuatan 9,1- 9,3 pada skala Richter selama 10 menit yang diikuti dengan
munculnya gelombang raksasa. Biasanya, gempa semacam ini hanya berlangsung beberapa detik
saja dan menurut para ahli ini merupakan gempa terbesar kedua dalam 100 tahun terakhir; tahun
1960, sebuah gempa bumi di Chile tercatat berkekuatan 9,5 skala Richter (DW Akademie, 2014).
Gambar 10.7. Dampak tsunami aceh tahun 2014
sumber: http://www.dw.com/id/apa-yang- sebenarnya-terjadi-dalam-tsunami-2004/a-18141866
Manusia dalam kehidupannya seringkali melakukan aktivitas yang bersifat mengganggu dan
merusak lingkungan baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Perkembangan pola hidup
manusia dari bentuk kehidupan masa lalu yang sederhana dan konvensional menjadi bentuk
kehidupan yang modern ternyata telah meningkatkan keragaman dan intesitas bentuk perusakan
terhadap alam lingkungan hidupnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak
buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup
karena faktor manusia, antara lain: (i) pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara)
sebagai dampak adanya kawasan industry, (ii) banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau
sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak
pengrusakan hutan, (iii) tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: penebangan hutan secara berlebihan dan
illegal logging, perusakan mangrove, perburuan liar, konservasi rawa-rawa untuk permukiman,
konservasi hutan untuk lahan pertanian. pembuangan sampah tidak terkendali, merusak fungsi
daerah aliran sungai (DAS) misalnya dengan mendirikan bangunan di atasnya, dan penambangan
liar (pasir dan emas).
123
Saat ini perusakan lingkungan akibat konversi lahan sudah cukup memprihatinkan. Konversi
lahan di kawasan hulu dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak hanya berakibat pada
kawasan sekitar konversi, melainkan juga berakibat pada kawasan yang ada di bagian hilir
daerah alirang sungai (DAS) mengingat adanya interkoneksitas kawasan hulu dan hilir. Contoh kasus
sering menjadi sorotan telah dipublikasikan oleh Lestari dan Dharmawan (2011) yaitu bencana
banjir di hilir DAS Ciliwung tepatnya di Jakarta yang terjadi akibat perubahan tata ruang di
bagian hulu yaitu wilayah Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Jika terjadi banjir di kawasan hilir,
kebanyakan orang menyebutnya sebagai “Banjir kiriman dari Bogor”. Istilah ini menandakan
bahwa fungsi wilayah hulu sebagai wilayah resapan air tidak lagi berjalan dengan baik.
Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup
Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Di lain pihak pemerintah harus mewujudkan kehidupan
adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan dengan membuat
dan menegakkan implementasi berbagai peraturan/perundangan yang diperlukan serta menyusun
program pembangunan berkelanjutan sesuai amanat masyarakat dunia yang tercermin dalam
konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan yang merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio
de Jeniro tahun 1992. Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah: menjamin
pemerataan dan keadilan, menghargai keanekaragaman hayati, menggunakan pendekatan
integrative, dan menggunakan pandangan jangka panjang.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan
hidup antara lain dengan pelestarian tanah, pelestarian udara, dan pelestarian hutan.
Pelestarian tanah, yaitu tindakan yang bertujuan melesatrikan fungsi dan daya dukung
tanah meliputi tanah datar tempat bermukimna dan melakukan berbagai aktivitas, lahan
miring/perbukitan yang rawan menimbulkan bencana, dan tanah dengan berbagai fungsinya. Banjir
dan erosi yang biasanya menyebabkan pengikisan lapisan tanah dan berdampak pada hilangnya
kesuburan tanah harus dicegah. Penanaman pohon atau penghijauan lahan tandus, memelihara
hutan lindung pada daerah berkemiringan dan daerah tangkapan air, serta peningkatan kualitas
teknik budidaya tanaman dan yang teknik olah tanah bersifat melindungi tanah (terasering lahan
berkemiringan) merupakan suatu keharusan.
Pelestarian udara, yaitu tindakan yang bertujuan untuk memulihkan dan menjaga kualitas
udara agar layak bagi kehidupan atau bebas polutan. Pembiaran udara yang tercemar polutan
berarti akan membiarkan perusakan komponen ekosistem, karena sebagian besar mahkhluk hidup
124
teruama manusia dan hewan memerlukan oksigen untuk respirasi dan akan terganggu dan teracuni
bila kadar polutan di atas ambang aman. Banyak burung pemakan serangga yang hijrah ke tempat
lain untuk menghindari polutan udara, padahal burung sangat berperan dalam perlindungan
tanaman pertanian dari gangguan berbagai hama ulat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
agar udara tetap bersih dan sehat antara lain: melakukan penanaman pohon dan/atau tanaman
hias, karena beberapa jenis tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia.
Sebagai organisme autotrof, tumbuhan melangsungkan proses fotosintesis yang menggunakan gas
karbondiaoksida yang diserap melalui stoma (mulut daun) dan air yang diserap oleh bulu-bulu akar
untuk menghasilkan gula (terpolimerisasi menjadi karbohidrat di sel daun) dan gas oksigen yang
bermanfaat bagi hewan dan manusia. Upaya pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa
pembakaran dengan mengendalikannya di tingkat sumbernya misalnya yaitu menggunakan bahan
bakar yang ramah lingkungan, knalpot kendaraan dan cerobong asap pabrik yang dilengkapi
dengan filter. Sementara itu kita juga harus mengurangi penggnaan bahan-bahan yang dapat
merusak lapisan ozon.
Pelestarian hutan sangat penting dan mendasar untuk dilakukan oleh semua pemangku
kepentingan dan masyarakat luas yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yang memungkinkan.
Sampai di awal dekade ini eksploitasi hutan yang dilakukan terus menerus ternyata kurang
diimbangi dengan pemulihan kembali hutan. Laju keruskan hutan masih jauh lebih tinggi dari laju
rehabilitasi hutan. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya kerusakan hutan di samping masalah kebakaran.Semenatar itu faktanya hutan
merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan
bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah,
dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan di antaranya:
(i) reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul, (ii) melarang secara keras dan konsisten
menerapkan sanksi berat bagi kegiatan penebangan hutan secara sewenang-wenang dan tidak
sesuai dengan aturan/perundang-undangan yang berlakum, (iii) ikut memelihara dan melestarikan
hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Di samping itu saat ini mulai dikembangkan menjadikan kegiatan pelesitarin hutan sebagai
bagian dari kegiatan ekowisata. Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari
cultural industry yang melibatkan seluruh masyarakat sekaligus merupakan kegiatan konservasi
yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang
digunakan untuk ekowisata (Hijriati dan Mardiana, 2014).
Kegiatan ini secara ekonomis
memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi
125
di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan, mengandung unsur
pendidikan untuk mengubah persepsi, seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan
komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Pelestarian laut dan pantai yang sesungguhnya merupakan sumber daya alam potensial.
Berbagai dampak aktivitas manusia seperti pengambilan pasir pantai, pengambilan karang di laut,
pemanfaatan lahan mangrove untuk kegiatan lain yang mengubah fungsinya, serta penggunaan
bom dan racun untuk pengambilan ikan laut telah menunjukkan hasilnya seperti terjadinya abrasi
pantai dan nelayan kesulitan mendapatkan tangkapan ikannya. Adapun upaya untuk melestarikan
laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara: (i) melakukan reklamasi pantai dengan menanam
kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai, (ii) melarang pengambilan batu karang yang ada di
sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut, (iii)
melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan, dan (iv) melarang
pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
Pelestarian flora dan fauna juga merupakan kegiatan yang mendesak untuk dilakukan.
Hilangnya salah satu jenis flora dan/atau fauna akan mengganggu mata rantai kehidupan yang akan
berakibat terjadinya gangguan keseimbangan alam.
Jenis-jenis tertentu di hutan alam banyak
yang menjadi penyangga bagi kelangsungan ketersediaan bahan pangan. Jenis-jenis umbi-umbian
tertentu misalnya setelah melalui proses domestikasi kemudian hari akan menjadi andalan bagi
penyediaan bahan pangan manusia dan sumber energi alternatif. Dengan demikian kelestarian
flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya
yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah: (i) mendirikan
cagar alam dan suaka margasatwa, (ii) melarang kegiatan perburuan liar, dan (iii) menggalakkan
kegiatan penghijauan.
Pelindungan Kawasan Konservasi saat ini harus menjadi perhatian lebih serius mengingat
tekanan terhadap kawasan konservasi semakin berat. Mengingat pentingnya konsewasi sunberdaya
hayati, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk melindungi 10% dari luas
daratan dan 20 juta ha habitat pesisir dan laut sebagai kawasan konsewasi (Dephutbun, 2000).
Sesuai GBHN 1999 (Ketetapan MPR Nomor IVlMPW 1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004), yang
saat ini masih sangat relevan untuk dilanjutkan implementasinya, arah kebijakan pembangunan
perlindungan dan konsewasi alam adalah: (i) mengelola dan memelihara daya dukung SDA agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi; (ii) meningkatkan
pemanfaatan potensi SDA dan lingkungan hidup dengan melakukan konsewasi, rehabilitasi, dan
penghematan penggunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan; (iii) mendelegasikan
126
secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pengelolaan SDA secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup sehingga kualitas ekosistem
tetap terjaga yang diatur dengan undang-undang; (iv) mendayagunakan SDA untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dm keseimbangan
lingkungan
hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal,
serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur undang-undang; (v) menerapkan indikatorindikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan SDA
yang dapat diperbarui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat balik.
Direktur Konsewasi Kawasan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam (2000
dalam Setiawan dan Alikodra, 2001) menggariskan kebijaksanaan umurn pengelolaan kawasan
konsewasi, sebagai berikut:
(i)
Mengupayakan terwujudnya tujuan dan misi upaya konsewasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistem yaitu : perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis
tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
(ii)
Meningkatkan pendayagunaan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan
konservasi dan hutan
lindung
untuk
kegiatan
kegiatannya mencakup pemanfaatan kawasan,
yang
menunjang budidaya.
pemanfaatan
jasa
lingkungan
Jenis
dan
pemungutan hasil hutan bukan kayu pada kawasan konservasi.
(iii)
Memberdayakan peran serta masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan hutan lindung
melalui pembinaan masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap upaya konservasi dan
upaya peningkatan kesejahteraannya.
(iv)
Keterpaduan dan koordinasi untuk mencapai pembangunan kawasan konservasi yang
integral dengan pembangunan sektor lain di sekitarnya sehingga kegiatan pembangunan
tersebut dapat terselenggara secara selaras, serasi, dan seimbang.
(v)
Pemantauan dan evaluasi untuk mengetahui keefektifan pengelolaan dan penentuan arah
kebijakan pengelolaan selanjutnya.
Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi,
Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi sumberdaya hayatinya tersebut
bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia, baik generasi sekarang maupun generasi yang
akan datang. Sekali suatu spesies hilang atau punah maka spesies tersebut akan punah
selamanya. Sementara itu masih banyak sekali spesies yang belum diketahui kegunaannya bagi
umat manusia. Oleh karena itu prinsip save it, study it, and use it merupakan prinsip yang sangat
tepat. Adapun masih banyaknya kerusakan yang terjadi pada
127
kawasan konservasi saat ini
mengindikasikan masih banyaknya masalah yang dihadapi, antara lain adalah pandangan bahwa
konservasi semata-mata merupakan kegiatan Departemen Kehutanan dan minirnnya peranan
pemerintah daerah sebagai akibat kebijakan dan kewenangan pengelolaan kawasan konservasi
masih bersifat sentralistis (Setiawan dan Alikodra, 2001).
EVALUASI
1.
Global Warming yang menerpa bumi saat ini disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Mengapa
demikian?
2.
Berikan contoh dampak Global Warming yang anda rasakan dan jumpai dalam kehidupan
sehari-hari!
3.
Efek kerusakan sumberdaya alam karena daya-daya alam itu sendiri (non antrophogenic)
seperti gempa bumi dan tsunami serta letusan gunung berapi misalnya sering diperparah
dengan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat perilaku manusia. Jelaskan mengapa
demikian dan berikan contoh.
4.
Jelaskan hubungan banjir yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan fungsi hutan dan
perilaku manusia. Bagaimana sikap dan bentuk partisipasi Anda untuk mencegah bencana
banjir di kemudian hari?
5.
Apa dampak kebakaran hutan dan lahan bagi masyarakat secara lokal, Nasional, dan global?
Menurut Anda bagaimana seharusnya peran pemerntah dan masyarakat dikembangkan untuk
mencegah kebakaran hutan dan lahan.
128
DAFTAR PUSTAKA
Adam, John MF. 2011. Hubungan Antara Obesitas Dan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Adiningsih NU. 2002. Mengkhawatirkan, Kondisi Lapisan Ozon Bumi. Harian Suara Pembaruan.
Jakarta.
Aesijah S. 2000. Latar Belakang Penciptaan Seni. Harmonia 1 (2): 62-74.
Afrizal LH. 2014. Psikoanalisa Islam, Menggali Struktur Psikis Manusia dalam Perspektif Islam.
Jurnal Kalimah 12 (2): 237-261.
Agusta, I. 2009. Kritik Ekolopgi Poskolonial. J Sodality 3 (1): 49-76.
Alikodra HS, Pratondo BJ & Sahardjo BH. 2006. Aplikasi Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN)
Untuk Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan (Studi Kasus Di Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat). Jurnal Ilmiah Geomatika 12 (2): 62-74.
Ambarsari N, Komala N & Cahyono WE. 2013. Korelasi Ozon Dan Bromin Monoksida Di Indonesia
Berbasis Observasi Satelit Aura-Mls. J Sains Dirgantara 10 (2): 116-125.
Aryulina Diah, dkk. 2007. Biologi 1. Erlangga. Jakarta.
Audesirk,T; Audesirk ,G; dan Byers B.E. 2002. Biology: Life on the Earth, 6 th Ed. , Prentice Hall do
Brasil, Ltd. Rio de Janeiro.
Astri Lestari A & Dharmawan AH. 2011. The Socio-Economic and Socio-Ecological Impact of Land
Conversion. Sodality 5 (1): 1-12.
Baransano HK dan Mangimbulude JC. 2011. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut dan
Pesisir di Indonesia. Jurnal Biologi Papua 3 (1): 39-45.
Barcroft, A., and Myskja, A.. 2003. Aloe vera Nature’s Silent Healer. London: BAAM Publishing Ltd.
diunduh di
http://books.google.co.id/books?id=nfJCulLeVrMC&printsec=frontcover&dq=Barcroft+Aloe+v
era+nature's+silent+healer&hl=id&sa=X&ei=Xrw0UdvmNsuIrAeUr4HIDQ&redir_esc=y
Bhumiratana & Kongsawat. 2008 diunduh di http://antonbiologi.blogspot.co.id/2013
Burhanuddin, Salam. 1997. Etika Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyono WE. 2014. Dampak Peningkatan Radiasi Ultraviolet B Terhadap Manusia. LAPAN.
Jakarta.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG, and Taylor MR. 2002. Biology. 4th Ed. , Addison Wesley World
Student Series, San Fransisco.
Cambell. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
129
Cartega Protocol. 2000. Dapat diunduh di https://www.cbd.int/doc/legal/cartagena-protocol-en.pdf
Casey, Denny. 2012. Nature of Science. Virginia Science Standards Institute. Diunduh di
http://www.vmnh.net/content/File/VSSI_1_2012/nospresentation72112.pdf
Daryanto dan Suprihatin. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:
Gava Media
Diwyanto, K., dan B. Setiadi. 2003. Peran Komisi Nasional Plasma Nutfah dalam Pengelolaan
Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik Pertanian. Makalah Apresiasi Plasma
Nutfah di Bogor, Juni 2003. Bogor.
Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2010. Kurva Biaya (Cost Curve) Pengurangan Gas Rumah Kaca
Indonesia. Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia. Jakarta.
Daryoso K, Wahyuni S & Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit P Ada Reaksi
Hidrorengkah Fraksi Samp Ah Plastik (Polietilen). Indo. J . Chem. Sci. 1 (1): 50-54.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan,
Jakarta.
Dephutbun. 2000. Program pembangunan nasional (PROPENAS) perlindungan dan konservasi dam
tahun
2000-2004. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam. Jakarta.
Dharmawan AH. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertauatn Keilmuan
Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik. Sodality 1 (1): 1-40.
DW Akademie, 2014. Apa Yang Sebenarnya Terjadi Dalam Tsunami 2004?
http://www.dw.com/id/apa-yang-sebenarnya-terjadi-dalam-tsunami-2004/a-18141866.
Diakses tanggal 10 Juni 2016.
Efendi M, Sunoko HR & Sulistya W. 2012. Kajian Kerentanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim
Berbasis Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Sub Das Garang Hulu). Jurnal Ilmu Lingkungan
10 (1): 8-18.
Eleanora FN. 2013. Tindak Pidana Illegal Logging Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum ADIL 3 (2): 217238.
Elyazar N, Mahendra MS & Wardi IN. 2007. Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Tingkat
Pencemaran Air Laut Di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya Pelestarian
Lingkungan. Ecotrophic 2 (1): 1-18.
Handayani IGAKR. 2006. Krisis Air, Illegallogging Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia.
Yustisia 69: 44-50.
Hidayat N. 2006. Konstruksi Bangunan Laut Dan Pantai Sebagai Alternatif Perlindungan Daerah
Pantai. Jurnal Smartek 4(1): 10-16.
130
Hijriati E dan Mardiana R. 2014. Community Based Ecotourism influence the condition of Ecology,
Social, and Economic Batusuhunan village, Sukabum. Sodality 2 (3): 146-159.
Jasin, Maskoeri. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Jasin, Maskoeri. 2012. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Karim A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah 2 (1): 273-289.
Keraf, Sony A. 2006. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.
Kusmaryanto, C.B. SCJ. 2001. Problem Etis Kloning Manusia. Jakarta: PT Grasindo.
Landow GP & Everett G. 2014. Auguste Comte, Positivism, and the Religion of Humanity.
http://www.victorianweb.org/philosophy/comte.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016.
Mangunjaya FM. 2006. Hidup Harmonis Dengan Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Marhaento H & Kurnia AN. 2015. Refleksi 5 Tahun Paska Erupsi Gunung Merapi 2010: Menaksir
Kerugian Ekologis Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Journal of Geomatics
and Planning 2 (2): 69-81.
Martusa R. 2009. Peranan Environmental Accounting terhadap Global Warming. Jurnal Akuntansi
1(2):164-179.
Munandar A. 2008. Varasi Dan Species Tumbuhan Di Wilayah Konservasi (Wildlife Conservation )
Dan Upaya Pelestariannya Di Universitas La Trobe, Bundoora Dan Bendigo, Melbourne,
Australia. Jurnal Pengajaran MIPA 12 (2): 1-11.
Notohadikusumo T. 2005. Implikasi Etika Dalam Kebijakan Pembangunan Kawasan. Forum
Perencanaan Pembangunan, Edisi Khusus: 11-16.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.Yogyakarta.Gajahmada University Press.
Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung:
Mizan.
Permana RCE, Nasution IP & Gunawijaya J. 2011. Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada
Masyarakat Baduy. Makara Sosial Humaniora 15 (1): 67-76.
Pratomo I. 2006. Klasifikasi Gunung Api Aktif Indonesia, Studi Kasus Dari Beberapa Letusan Gunung
Api Dalam Sejarah. Jurnal Geologi Indonesia 1 (4): 209-227.
Prawirohartono, Slamet. 1989. Buku Pelajaran IPA Biologi SMP: Pola Pendekatan CBSA Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
R. A. Repi, J. Ngangi, Y. S. Mokosuli. 2008. BIOLOGI, Jilid 1, Depdiknas UNIMA.
Rahman AZ. 2015. Kajian Mitigasi Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal
Manajemen Dan Kebijakan Publik 1(1): 1-7.
131
Razali I.
2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Laut.
Komunitas 3 (2): 61-68.
Jurnal Pemberdayaan
Rellua O. 2013. Proses Perizinan Dan Dampak Lingkungan Terhadap Kegiatan Reklamasi Pantai.
Lex Administratum I (2): 158-167.
Ridwan. 2014. Manusia Menurut Al-Qur
El-Midad 6 (2): 144-164.
Rusdianti K dan Sunito S. 2012. Konversi Lahan Hutan Mangrove Serta Upaya Penduduk Lokal
Dalam Merehabilitasi Ekosistem Mangrove. Sodality 6 (1): 1-17.
Rusli S, Widiono S & Indriana H. 2010a. Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Jawa. Dan
Masa Pemulihannya. Sodality 3 (1): 77-112.
Rusli S, Widiono S & Indriana H. 2010b. Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Sumatera.
Dan Masa Pemulihannya. Sodality 4 (1): 59-90.
Saharjo BH, Putra EI & Subhan U. 2013 Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) akibat Kebakaran
Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2000-2009. J. Silvikultur Tropika 4 (2): 113 – 118.
Sania Saenong, Rahman Hairuddin, Muhammad Yasin Said, Nururrahmah Hammado. 2011.
Pemberdayaan SAINS MIPA dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/buku/lahankering/berlereng1.
pdf. Diakses tanggal 30 Mei 2016.
Setiawan A & Alikodra HS. 2001. Tinjauan Terhadap Pembangunan Sistem Kawasan Konservasi Di
Indonesia. Media Konservasi 7 (2): 39-46.
Sunaryanto D. 2011. Pengaruh Mutu Bahan Bakar Minyak Solar . Lembaran Publikasi Minyak Dan
Gas Bumi 45 (3): 223 – 230.
Suprijanto I. 1996. Perubahan Pantai Utara Jakarta. Media Libangkes 6 (2): 4-7.
Susandi A, Herlianti I, Tamamadin M & Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan 12 (2): 1-8.
Syaufina L, Siwi R & Nurhayati AD. 2014. Perbandingan Sumber Hotspot sebagai Indikator
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah Hujan di Desa
Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Riau J. Silvikultur Tropika 5 (2): Hal 113-118.
Soemarwoto, Otto. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Sodiq, Mochammad. 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Syukur, Cheppy. 2006. Pengelolaan Plasma Nutfah Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia:
Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional.
132
Trowbridge dan Sund. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles
E. Merill Publishing Company.
Toffler, Alvin. 1980. The Third Wave. London: Pan Books Ltd in association with William Collins Sons
& Co. Ltd.
Tim Badan Litbang Kehutanan Dan TN Meru Betiri. 2011. Review Tent Ang Illegallogging Sebagai
Ancaman Terhadapsumberda Y Ahut An Dan Implement Asi Kegia T An Pengurangan Emisi
Dari Deforest Asi Dan Degradasi (Redd+) Di Indonesia.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Balibang Kehutanan Kementerian
Kehutanan, Indonesia dan International Tropical Timber Organization (ITTO). Bogor.
Tempo. 2014. Kematian Dini Sel Telur.
https://m.tempo.co/read/news/2014/06/04/095582316/kematian-dini-sel-telur. Diakses
tanggal 10 Juni 2016.
Tjasyono BHK, Juaeni I & Harijono SWB. 2007. Proses Meteorologis Bencana Banjir Di Indonesia.
Jurnal Meteorologi dan Geofisika 8 (2): 64-78.
Tutik TT. 2012. Hakikat Keilmuan Ilmu Hukum Ditinjau Dari Sudut Filsafat Ilmu dan Teori Ilmu
Hukum. Mimbar Hukum 24 (3): 377-569.
Widiyatno, Soekotjo, Naiem M, Hardiwinoto S & Purnomo S. 2011. Pertumbuhan Meranti
(Shorea Spp.) Pada Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur Dengan Teknik Silvikultur Intensif
(TPTJ-SILIN). J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8 (4): 373-383.
Wijayanti A. 2014. Pengembangan Autentic Assesmentberbasis Proyek Dengan Pendekatan Saintifik
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. 3 (2): 102-108.
Watanabe, T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi (Morphologies of Cultured Fungi) Second
Edition. Florida : CRC Press.
Warta Agro. 2015. Jumlah Hot Spot Kebakaran Hutan Bertambah. http://wartaagro.com/beritajumlah-hot-spot-kebakaran-hutan-bertambah.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016.
Yayasan IDEP. 2007. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Yayasan IDEP. Ubud-Bali.
Https://m.tempo.co/read/news/2015/08/10/090690443/menteri-susi-70-persen-terumbu-karangdi-indonesia-rusak
Http://www.karawangnews.com/2013/06/masalah-sampah-di-indonesia-dan.html
Http://olahsampah.com/index.php/component/content/article/15-pengelolaan-sampah/31konversi-sampah-perkotaan-menjadi-bahan-bakar
133
BIODATA PENULIS
Dr. Ir. Sutarman, M.P. lahir di Lampung, 5 Januari 1963. Lulus S1 pada tahun
1988 di Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Lampung,
melanjutkan studi S2 di Program Studi Ilmu Tanaman KPK PPS UGMUNIBRAW lulus tahun 1994, lulus Program Doktor Ilmu Kehutanan Institut
Pertanian Bogor tahun 2003. Sejak tahun 2009 penulis menjadi dosen tetap
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Penulis aktif dalam organisasi tingkat
lokal maupun regional. Penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat melalui hibah universitas maupun hibah
Kementerian Ristekdikti. Sejak 2014 penulis lebih intensif menggeluti riset
dan kajian bioteknologi konservasi yang berbasis pada pemanfaatan fungi
bagi kesehatan dan produktivitas pertanaman. Penulis saat ini melalui Klinik Agrokompleks Fakultas
Pertanian UMSIDA memimpin pelayanan konsultasi penanganan hama-penyakit tanaman serta
konsultasi pest control untuk konstruksi, industri, resort, dan pergudangan bagi masyarakat.
Septi Budi Sartika, S.Pd., M.Pd. lahir di Ponorogo, 9 September 1985. Lulus
Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Surabaya tahun 2008. Penulis
melanjutkan studi S2 di Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya lulus tahun 2010. Penulis saat ini masih tercatat
sebagai mahasiswa program Doktor di prodi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Karir pendidikan dan pengajaran
dimulai tahun 2010 di Prodi Pendidikan Guru SD Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo selanjutnya tahun 2013 menjadi dosen tetap di Prodi Pendidikan IPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Selain pendidikan dan pengajaran penulis juga terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat baik didanai oleh Ristekdikti maupun dana mandiri. Penulis juga aktif dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang akademik seperti seminar, workshop/ lokakarya, pelatihan
serta pembimbingan tugas akhir dan kegiatan akademik mahasiswa.
Ria Wulandari, S.Pd., M.Pd. dilahirkan di Kediri, 16 April 1985. Pendidikan
dasar ditempuhnya di Sekolah Dasar Negeri di daerah kelahirannya.
Pendidikan menengah ditempuhnya di SMA Negeri 1 Kediri. Pendidikan S1 di
Prodi Pendidikan Fisika diselesaikan di Universitas Negeri Malang pada tahun
2007. Gelar Magister Pendidikan Sains diperolehnya di Universitas Negeri
Surabaya pada tahun 2010. Sejak tahun 2013 sampai sekarang, menjadi dosen
tetap di prodi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Fitria Eka Wulandari, S.Si., M.Pd. lahir di Bondowoso, 12 Juli 1983. Lulus
Sarjana Biologi di Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya tahun 2007.
Penulis melanjutkan studi S2 di Prodi Pendidikan Sains Universitas negeri
Surabaya lulus tahun 2010. Karir pendidikan dimulai di Prodi Pendidikan Guru
SD UMSIDA tahun 2010. Penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat baik dana mandiri, hibah institusi, maupun
Ristekdikti. Penulis ikut terlibat aktif dalam kegiatan asosiasi Prodi dan
kegiatan akademik mahasiswa.
134
Download