BAB VIII IPA DAN TEKNOLOGI 8.1 IPA sebagai Dasar Perkembangan Teknologi Menurut Casey (2012), IPA berusaha untuk mendeskripsikan sifat dan karakteristik ilmiah yang menghasilkan pengetahuan. IPA sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93). IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya serta melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya. IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. Science is both of knowledge and a process (Trowbridge dan Sund, 1973:2). Hakikat IPA terdiri atas 3 aspek yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Sikap ilmiah merupakan pijakan awal ilmuwan sekaligus bekal untuk melakukan proses ilmiah, sehingga mampu menghasilkan produk ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Teknologi merupakan produk ilmiah yaitu hasil penerapan dari IPA. 66 8.2 Sejarah Peradaban Manusia dan Perkembangan Teknologi Menurut para ahli sejarah peradaban manusia diperkirakan dari zaman masyarakat purba antara 4.000.000 tahun SM sampai 20.000-1.000 tahun yang lalu. Pada masa itulah teknologi sederhana sudah dikenal manusia yang disebut juga periode kuarter. Dari beberapa penemuan manusia purba misalnya ditemukan perkembangan struktur manusia dari bentuk manusia primitif ke manusia modern. Tidak hanya perubahan pada manusia,namun teknologi peradaban mereka juga berkembang sesuai hasil penemuan sebagai berikut: 1. Temuan Eugene Dubois (1887) berupa fosil Pythecantropus Erectus dan Homo Erectus di daerah Trinil, tepian sungai Begawan Solo.Hidupnya kira-kira 500.000-300.000 tahun yang lalu pada zaman plaestosan tengah. Mereka diperkirakan sudah dapat membuat alat untuk berburu dari batu tajam, telah menggunakan api dan diduga sudah berbicara. Volume otaknya antara 770-1000 cc. 2. Manusia Cromagnon (20.000 tahun yang lalu) yang dianggap nenek moyang Bangsa Eropa, mereka sudah mempunyai peradan yang tinggi. Ditemukan lukisan-lukisan di dalam gua yang menunjukkan bahwa mereka sudah memuja dewa tertentu. Mereka juga membuat alat berburu, hidup bermasyarakat, sudah membuat rumah. Namun makanan mereka bergantung pada apa yang ada di alam sehingga hidup mereka berpindah-pindah (nomaden). Perpindahan mereka menyebar ke beberapa tempat mencari tanah-tanah yang subur. 3. Ditemukan sisa-sisa rumah panjang dari penggalian di Jerman dan Swiss, semacam rumah panjang di daerah Kalimantan dan diperkirakan berumur 16.000 tahun yang lalu. Meski demikian, belum terungkap hubungan manusia Cromagnon dengan manusia sekarang dikarenakan ada selang waktu ribuan tahun yang belum jelas. Namun yang jelas perkembangan budaya masing-masing tempat di dunia ini memang tidak sama kurun waktunya. Misalnya: abad ke 13 di Mesir sudah ada Universitas Al Azhar,di Italia sudah berdiri menara Pisa, sedangkan di Indonesia waktu itu peradabannya masih sangat sederhana. Menurut Alvin Tofler (1980) dalam bukunya the third wave, ia membagi sejarah umat manusia menjadi tiga gelombang yaitu: 1. Gelombang pertama, antara tahun 800 SM - 1700 M disebut gelombang pembaharuan. Manusia masih menerapkan teknologi pertanian. Tanah merupakan dasar bagi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Hubungan antar manusia sangat akrab, personal dan komunikasinya sederhana dengan tulisan sebagai alat bantu. Kemudian struktur ini berubah total oleh datangnya industri. 67 2. Gelombang kedua, (1700-1970 M) mulai berimpit dengan revolusi industri. Manusia beralih ke energi lain seperti minyak, batu bara, dan gas. Ditemukan mesin uap yang dipadukan dengan pabrik yang menghasilkan barang produksi massal. Hubungan manusia menjadi impersonal, komunikasi dikuasai media massa. 3. Gelombang ketiga, 1970-sekarang adalah peradaban yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan pengolahan data. Misalnya: Penerbangan, terbarukannya energi alternatif, rekayasa genetika, dan bioteknologi. Pada era ini jaringan komunikasi, data, informasi, dan teknologi adalah yang terpenting. Kehebatan gelombang ketiga ini melanda negara-negara berkembang. Kemajuan teknologi,di satu sisi telah berhasil mengatasi hambatan ruang dan waktu sedang di sisi lain ternyata mempertajam ketidakseimbangan arus informasi antar negara maju dan berkembang. Meninjau penggunaan energi pada gelombang pertama manusia pengguna baterai alamiah karena tanah merupakan dasar bagi kegiatan ekonomi mereka. Sehingga sumber energi mereka bersumber pada alam. Sedangkan pada gelombang kedua sumber energi mereka adalah energi fosil seperti: minyak, batu bara, dan gas . Sedangkan pada gelombang ketiga lebih kepada penghematan energi karena pada era ini manusia menyadari keterbatasan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbaharui sehingga mereka harus melakukan penghematan energi atau mencari alternatif sumber energi lain. Rekayasa peradaban manusia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu pengetahuan akan memberikan wawasan keilmuan, sosial, dan budaya yang dapat membentuk peradaban manusia. Semakin modern kehidupan manusia, arus informasi semakin majemuk dan global sifatnya. Manusia tidak dapat melakukan seleksi informasi dengan baik apabila tidak dibarengi dengan motivasi yang tepat, sehingga pada gilirannya akan merubah peradaban manusia yang dibentuk oleh wawasan keilmuannya serta wawasan sosial dan budayanya. Teknologi adalah sebuah terminologi yang berasal dari Barat/Yunani, yaitu “technology”. Dia merupakan penerapan atau implementasi dari ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini antara lain untuk penyelesaian masalah (problem solving), untuk menghasilkan suatu produk, dan sebagainya. Namun seiring dengan awal perkembangan teknologi yang berasal dari Barat, maka seringkali teknologi dikaitkan dengan ide-ide “kebarat-baratan” atau “Western”, seperti Demokrasi, Freedom, Free market ekonomi, pergaulan bebas, dan sebagainya. Misalnya komputer atau internet. Kedua perkembangan teknologi ini seringkali ‘ditunggangi’ dengan ide kebarat-baratan. Salah satu hal 68 yang turut “mendukung” perkembangan internet adalah pornografi. Pornografi sendiri merupakan hasil budaya permisif dari Barat yang menghalalkan penampakan aurat dan perbuatan zina. Maka ketika internet masuk ke Indonesia, seolah-olah budaya pornografi tersebut “harus” turut masuk ke Indonesia. Contoh lain misalnya televisi, di mana televisi seringkali memuat pesan-pesan hegemoni Barat. Pesan-pesan hegemoni Barat dapat kita rasakan melalui tayangan-tayangan film atau iklan. Film yang menyampaikan “pesan” hegemoni barat tidak film Barat, tetapi juga film produk dalam negeri yang muatannya bahkan lebih barat dari orang barat. Dan tidak sedikit dari film dalam negeri tersebut yang merupakan jiplakan total dari ide barat. Teknologi dan peradaban seringkali dijadikan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seakan-akan teknologi yang berasal dari Barat tidak bisa dipisahkan dengan peradaban Barat itu sendiri. Maksudnya, ketika kita menerima sebuah teknologi, seringkali kita merasa tidak bisa menerimanya tanpa menerima nilai-nilai peradaban barat di dalamnya. Padahal teknologi dan peradaban adalah dua hal yang terpisah. Kita perlu membedakan antara teknologi yang diciptakan oleh para ahlinya dengan peradaban barat itu sendiri. 8.3 Manfaat dan Dampak IPA dan Teknologi dalam Kehidupan Sosial IPA dan teknologi sangat berperan dalam kelangsungan hidup di masa mendatang. Bertambahnya jumlah penduduk menimbulkan aspek positif juga aspek negatif. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan kemajuan IPA dan teknologi, namun IPA dan teknologi juga dapat memperburuk keadaan. Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya kemajuan IPA dan teknologi, adalah sebagai berikut : 1) Energi Dalam kehidupan manusia modern sekarang ini, energi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Seluruh aspek kehidupan kita seperti industri, transportasi, rumah tangga, dan semua sektor membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan berwujud adalam bentuk panas, gerak, cahaya, kimia nuklir, dan sebagainya. Energi juga dapat berubah-ubah bentuk. Energi panas misalnya dapat berubah ke bentuk lain (misal mekanik) contohnya dalam mengubah air menjadi uap. Uap panas mengembang bertekanan tinggi menggerakkan balingbaling suatu turbin. Sehingga, gerakan turbin ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Energi mekanik juga dapat berubah ke bentuk energi lain seperti listrik di mana terjadinya perputaran dinamo sehingga bisa menghasilkan listrik. Energi listrik dapat berubah menjadi energi cahaya, dapat berubah menjadi energi mekanik kembali dan dapat berubah 69 menjadi energi kimia. Dari aliran listrik juga dapat diubah ke energi kimia, misalnya pada proses penyepuhan. Pada hakikatnya, energi adalah kekal atau dapat dikatakan bahwa tidak ada energi yang hilang, hanya saja energi tersebut berubah bentuk ke bentuk yang lain. Secara umum, energi dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Energi mekanik Energi mekanik merupakan penjumlahan antara energi potensial dan energi kinetik. b. Energi panas Energi panas dikenal dengan energi kalor yaitu energi yang muncul karena adanya perubahan suhu. c. Energi magnetik Energi magnetik dapat timbul apabila dua batang magnet dengan kutub yang berbeda dilekatkan. d. Energi listrik Energi listrik dapat ditimbulkan dengan berbagai cara yaitu berasal dari: 1) Air terjun, yaitu dengan mengubah air sungai menjadi energi kinetik; 2) Energi angin yang menggerakkan kincir angin; 3) Diesel dengan mengubah energi kimia dari solar; 4) Nuklir dengan mengubah air menjadi uap air dengan bahan bakar unsur radioaktif seperti Uraniun, Titanium dan sebagainya; 5) e. Uap air untuk menggerakkan generator; Energi kimia Energi kimia dihasilkan dari suatu proses reaksi kimia. f. Energi bunyi Energi bunyi diartikan sebagai getaran yang timbul. Getaran yang merambat melalui medium udara akan menghasilkan gelombang bunyi. g. Energi nuklir Energi nuklir timbul jika suatu atom dari unsur radioaktif dipecah sehingga menimbulkan reaksi nuklir. h. Energi cahaya Energi cahaya merupakan energi yang bersumber dari cahaya, energi cahaya menyebabkan tempat gelap menjadi terang. 70 2) Nuklir Pemanfaatan teknologi nuklir sampai saat sekarang ini masih menjadi kontroversi yang semakin seru. Namun di satu sisi, peran teknologi nuklir sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena ramah lingkungan. Di sisi lain akibat yang ditimbulkan oleh kecerobohan dan kecelakaan juga sangat mengerikan misalnya kota Cernobyl, Rusia. Berikut beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknologi nuklir, antara lain: a. PLTN Kecenderungan menggunakan dan memanfaatkan energi nuklir bukan hanya dilakukan oleh negara maju saja, tetapi negara-negara berkembang juga berlomba-lomba memanfaatkan energi ini. Banyak negara-negara maju yang secara maksimal memanfaatkan energi ini, dan ada puluhan reaktor nuklir di dunia yang telah beroperasi. Bahkan, negara maju misalnya Perancis 80% kebutuhan listriknya berasal dari PLTN. Teori Bohr dan Rutherford yang mengatakan bahwa atom terdiri dari inti atom yaitu proton dan neutron, dan elektronelektron yang mengelilinginya. Atom yang bersifat radioaktif (misal Uranium) jika ditembak akan meluruh dan menghasilkan energi yang sangat besar. Energi yang keluar ini diserap dan dialirkan ke dalam air. Air ini akan menguap, uap inilah yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan selanjutkan akan menggerakkan generator listrik. b. Teknik Nuklir dalam Kesehatan Penemuan sinar Rontgen dan pemanfaatannya dalam kesehatan dianggap sebagi temuan yang luar biasa. Posisi atau keadaan bagian dalam tubuh pasien dapat ditentukan dengan mudah, sehingga pengobatan selanjutnya dapat dilakukan dengan akurasi yang tinggi. c. Teknik Nuklir dalam Bidang Industri Penggunaan teknik nuklir dibidang industri juga cukup luas, antara lain meliputi : 1) Industri pengawetan makanan Hal ini dapat dilakukan karena secara prinsip, kuman atau bakteri pembusuk dapat dibasmi dengan radiasi, sehingga pembusukan dapat dicegah. Cara ini biasanya lebih unggul dibanding dengan pemanasan, pengasapan maupun pemakaian bahan kimia. Hampir seluruh produk makanan, baik untuk kebutuhan ekspor ataupun distribusi lokal dapat memanfaatkan teknologi nuklir. 2) Industri Kesehatan Dalam dunia kesehatan, teknik nuklir dapat dimanfaatkan pada tahap diagnosis maupun terapi. Beberapa contoh untuk diagnosis antara lain: menentukan lokasi tumor otak, kanker, kelenjar gondok, batu ginjal, dan sebagainya. Sedangkan untuk 71 terapi misalnya dengan pemanfaatan radiasi tertentu yang dapat digunakan untuk memecah batu ginjal sehingga tidak perlu melakukan pembedahan. 3) Pemuliaan benih tanaman Pemanfaatan sinar gamma dapat dilakukan untuk mengadakan mutasi gen dari bijibijian, dapat dicari muatan yaitu variasi hasil mutasi gen yang menguntungkan bagi manusia. Akhir-akhir ini banyak tanaman yang dimodifikasi dengan teknologi ini. Misalnya, perolehan tanaman padi yang lebih singkat masa panennya, tahan terhadap penyakit, serta hasil beras yang rasanya enak dan melimpah. 4) Industri kayu Kualitas kayu olahan dapat ditingkatkan dengan cara merendam dengan senyawa organik (monomer), di mana jika bahan ini diradiasi akan menjadi polimer (plastik). Sehingga kayu menjadi lebih kuat, tahan terhadap perubahan cuaca dan tahan terhadap hama (serangga). 5) Hidrologi Radioaktif dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai perunut dalam bidang hidrologi (ilmu tentang tata air). Misalnya untuk mendeteksi kebocoran pada pipa di bawah tanah. Karena dengan teknik ini tidak perlu lagi menelusuri dengan membongkar pipa atau tanah. Dengan menggunakan alat Geiger Muller dapat dipastikan kecepatan alir dan kebocoran pipa dideteksi lebih akurat. Alat ini menggunakan zat radioaktif. 6) Industri Radiografi Foto radiografi biasanya dimanfaatkan pada dunia kesehatan, misalnya memastikan tulang yang patah dengan foto Rontgen. Namun, sekarang teknik ini sudah berkembang sangat luas misalnya pada industri konstruksi. Dengan pemanfaatan radiasi dipastikan kemungkinan tertekan pada baja, dan sebagainya. d. Studi Pencemaran Lingkungan Senyawa radioaktif dapat dimanfaatkan untuk melihat tingkat pencemaran lingkungan. Misalnya atom C-14 yang radioaktif digunakan sebagai perunut pencemaran pestisida yang dimanfaatkan petani, karena secara prinsip senyawa pestisida dan sejenisnya sulit sekali terurai di alam. Sehingga tingkat pencemaran yang diakibatkan pestisida ini dapat terdeteksi. 3) Penemuan mesin uap oleh James Watt memicu terjadinya revolusi industri. Sehingga, kemajuan industri diidentikkan sebagai kemajuan suatu negara atau bangsa. Karena dengan kebutuhan manusia yang begitu pesat hanya dapat dipenuhi oleh industri yang juga menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Sehingga industri tumbuh dan berkembang 72 ke berbagai bidang kehidupan manusia. Mulai dari industri makanan, obat-obatan, transportasi, sandang pangan, konstruksi, dan sebagainya. 4) Penemuan lain yang juga ikut memicu perkembangan industri adalah penemuan listrik, karena listrik memicu perkembangan industri itu sendiri dan kehidupan manusia pada umumnya. Muara dari itu adalah kemudahan hidup manusia, misalnya teknologi transportasi. Sebelum ditemukannya mesin uap, manusia mengandalkan teknologi sederhana seperti dayung maupun dari alam misalnya angin. Namun, setelah ditemukannya mesin uap, waktu perjalanan dapat dipersingkat, karena gerakan kapal sudah diinterfensi dengan mesin. 5) Dalam bidang lain misalnya, penemuan mesin tenun juga merupakan evaluasi dalam bidang pemenuhan sandang jika melihat sejarah perkembangan manusia yang memulai menutup tubuhnya dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Misalnya dengan pemanfaatan daun, kulit pohon atau kulit hewan tertentu sebagai penutup tubuhnya. 6) Manusia tidak hanya memanfaatkan bahan bahan alam. Tetapi juga memulai menggunakan teknologi sederhana dengan memanfaatkan serat kayu atau bulu binatang untuk dianyam atau ditenun dengan teknologi sederhana untuk memperoleh bahan pakaian mereka. Dengan sentuhan IPA dan teknologi industri, penemuan ini berkembang sangat pesat, seiring dengan semakin menipisnya persediaan bahan alam yang dapat dimanfaatkan. Sehingga selain serat alami manusia juga membuat serat buatan mentah kebutuhan sandang, apalagi dipadu dengan industri pewarnaan dan estetika. Selain dampak positif atau manfaat yang diperoleh, IPA dan teknologi juga memberikan dampak negatif yang mengancam kelangsungan hidup manusia. Berikut dampak negatif yang ditimbulkan dari IPA dan teknolgi, antara lain: 1. Dampak Negatif Teknologi Nuklir Reaktor nuklir ternyata menghasilkan sampah nuklir yang demikian berbahaya bagi kehidupan manusia. Sampah nuklir ini bisa dalam bentuk gas, cair, dan padat. Pembangunan reaktor nuklir tanpa kendali yang ketat bisa mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal. Misalnya pada kasus Chernobyl di Rusia yang diakibatkan kebocoran reaktor nuklir, mengakibatkan kematian langsung manusia dan ribuan manusia yang terpapar radiasi sehingga meninggalkan keturunan yang cacat sampai sekarang. Juga beberapa kecelakaan reaktor nuklir lainnya seperti di Jepang, Amerika Serikat, dan sebagainya. Penggunaan senjata nuklir juga mengakibatkan pemusnahan massal yang mengerikan. Penggunaan 2 bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang yang menghancurkan kedua kota tersebut dan kematian ratusan ribu jiwa manusia. Dan senjata nuklir yang dikembangkan saat ini diduga ratusan kali lebih hebat dari kedua bom atom tersebut. 73 2. Dampak Negatif Penyalahgunaan Sumber Daya Alam Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkontrol mengakibatkan kerusakan yang mengerikan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia sering lupa akan kesetimbangan alam. Penggundulan hutan yang terus-menerus mengakibatkan kesetimbangan berubah. Daerah resapan air yang digunakan sebagai penyangga, jika terkena hujan yang besar akan mengakibatkan malapetaka dan membawa korban yang besar. Misalnya, pada petaka Bahorok (Sumatera Utara) tahun 2003, Trenggalek (Jawa Timur) tahun 2005 yang merupakan rangkaian petaka akibat penggundulan hutan yang luar biasa. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan sebagainya juga akan membawa petaka di masa sekarang dan masa mendatang. Dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ini bukan hanya berdampak pada manusia, tetapi juga berdampak pada berbagai industri, karena begitu banyak industri yang bergantung pada sumber daya alam ini. 3. Dampak Negatif Terhadap Transportasi, Komunikasi, dan Informasi Mudahnya alat-alat transportasi, komunikasi, dan informasi untuk dimiliki, menyebabkan adanya rangsangan manusia untuk menggunakan dan memproduksi sebanyak-banyaknya. Kecepatan perkembangan teknologi ternyata belum seimbang dengan perkembangan mental manusia. Akibatnya timbul kecenderungan bukan manusia yang mengendalikan alat transportasi, komunikasi, dan informasi namun justru sebaliknya. Penggunaan lahan sawah, pegunungan, dan kehutanan yang diubah untuk jalan dan perumahan, sehingga peresapan air menjadi berkurang, produksi pangan berkurang, varietas, gen dan keindahanpun juga berkurang. 4. Dampak Negatif Terhadap Kesehatan Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan mengakibatkan keseimbanganpun juga berubah. Padahal, di alam keseimbangan tersebut saling tergantung dan mempengaruhi. Berikut adalah bentuk interaksi kesetimbangan antara manusia dan lingkungan. Apabila interaksi antara manusia dan penyebab penyakit serta lingkungan tidak seimbang, maka berakibat bagi manusia terutama kesehatan. Semua penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor ekologi, yaitu sebagai berikut: : a. Adanya ketidakseimbangan antara interaksi penyebab penyakit dan manusia. b. Ketidakseimbangan hubungan interaksi tergantung pada karakteristik manusia dan penyebab penyakit. c. Karakteristik hubungan interaksi antara penyebab penyakit dan manusia itu yang disebabkan oleh keadaan langsung fisik. 74 8.4 IPA dan Teknologi Masa Depan Perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Namun, perkembangan itu berlangsung dengan kecepatan yang tidak sama. Perkembangan terpesat adalah dalam bidang-bidang mikroelektronik, teknologi bahan dan bioteknologi. Mikroelektronik berkembang melalui tahapan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu bahan baik secara fisika maupun kimia. Penemuan peralatan elektonik misalnya radio dan peralatan komunikasi yang memicu penemuan teknologi elektronika lainnya, baik produk maupun bahan dasar pembuatnya. Penemuan dan penggunaan material sebagai tabung diode, transistor, dan silikon sebagai otak peralatan elektronika tahun 1990 dibandingkan dengan tahun 1965 yang terjadi penyusutan 11.000 kali penyusutan semula. Mungkin masih ingat dengan komputer yang pertama di Indonesia (IBM) di UGM yang besarnya satu ruangan, namun kapasitas yang tidak lebih baik dari pentium I atau Pentium II. Coba bayangkan ukuran laptop sekarang, penemuan semi konduktor dengan kapasitas lebih tinggi sebagai Chips yang memicu teknologi mikroelektronika semakin kecil dengan kapasitas yang lebih besar. Perkembangan ilmu optoelektronik yang memanfaatkan serat optik memicu teknologi elektronik lain dan manfaatnya berkembang ke berbagai sektor kehidupan, seperti komunikasi, kesehatan, persenjataan, dan sebagainya. Selain mikroelektronik, perkembangan teknologi bahan juga sangat pesat. Penemuan-penemuan bahan yang dengan spesifikasi tertentu misalnya super konduktor, bahan tahan panas dan keramik canggih yang terus diperoleh. Saat ini, revolusi bahan menjadi lebih luar biasa dengan dikembangkannya teknologi nano. Pengertian nano berarti satu permiliar (10-9). Nano teknologi dirintis oleh Norio Taniguchi (1974). Nano teknologi dipandang sebagai suatu teknologi yang paling relevan pada Abad 21. Teknologi nano saat ini sudah merambah hampir semua sektor kehidupan, karena manusia juga melihat peristiwa di alam yang merupakan teknologi nano pada tumbuhan, yaitu perubahan CO2 + H2O menjadi karbohidrat berlangsung secara nano, apalagi dalam dunia kesehatan. Saat ini ada ribuan hasil riset setiap minggunya yang dipublikasi tentang teknologi nano disemua bidang. EVALUASI 1. Jelaskan perbedaan antara sains dan teknologi! 2. Buatlah contoh kaitan antara sains dengan teknologi untuk masing-masing bidang fisika, kimia, dan biologi! 75 3. Mengapa kita harus menghemat energi yang berasal dari minyak bumi? Jelaskan usaha yang dapat kita lakukan untuk menghemat energi tersebut! 4. Energi bersifat kekal, berikan contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari! 5. Apa peran IPA dalam pengembangan teknologi masa depan? 6. Apa tujuan manusia untuk terus mengembangkan teknologi? Jelaskan! 7. Menurut pendapat Anda, apakah perkembangan teknologi mutlak diperlukan? Jelaskan dengan memberi contoh dampak positif dan negatif yang ditimbulkan! 8. Seiring perkembangan zaman, teknologi juga berkembang. Apa pentingnya seseorang mempelajari teknologi kelautan dan teknologi industri? 76 BAB IX BEBERAPA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENTING Dalam kehidupan manusia dewasa ini tidak terlepas dari Ilmu Alamiah dan ilmu terapannya berupa teknologi dalam berbagai bidang. Ilmu Alamiah murni memang tidak berperan langsung terhadap kehidupan manusia tetapi antara ilmu murni dan ilmu terapan (teknologi) mempunyai hubungan yang erat. Dari konsep ilmu murni dapat dikembangkan menjadi ilmu terapan. Sebaliknya, teknologi atau ilmu terapan memberikan sumbangan penemuan penemuannya kepada prinsip atau hukum-hukum baru dan seterusnya. Berikut akan dipaparkan beberapa perkembangan teknologi penting: 9.1 Bioteknologi Dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan biologi terapan yang digabungkan dengan teknologi modern sehingga tercipta ilmu baru yang dikenal dengan nama Bioteknologi atau juga sering disebut Biomasadepan. Dalam perkembangannya lebih lanjut muncullah bioteknologi kedokteran, bioteknologi farmasi, bioteknologi pertanian, bioteknologi perternakan dan sebagainya. Beberapa ahli membagi batasaan bioteknologi sebagai berikut: 1. Kegiatan yang menitikberatkan pemanfaatan aktivitas biologi dalam lingkup teknologi proses dan produksi secara besar-besaran dalam industri. 2. Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan tehadap jasad, sistem atau proses biologi untuk memproduksi benda hidup, benda mati dan jasa bagi kehidupan manusia. Adapun macam bioteknologi akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Bioteknologi Kedokteran a. Insulin manusia Insulin mansuia saat ini sudah dapat diproduksi secara massal dengan menggunakan bakteri E. Coli hasil rekayasa genetika; produk bioteknologi bidang kesehatan ini telah diperdagangkan untuk mengobat penyakit diabetes dengan merk dagang HumulinR . 77 b. Vaksin hepatitis B Vaksin hepatitis B sudah dapat diproduksi secara massal dengan memanfaatkan S. Cereviciae hasil rekayasa genetika skala industri; vaksin ini digunakan untuk mencegah infeksi virus hepatitis . c.Hormon tumbuh manusia (growth hormone) Hormon tubuh manusia ini diproduksi skala industri dengan memanfaatkan E. Coli hasil rekayasa genetika; hormon ini untuk mengobati kelainan pertumbuhan misalnya manusia yang bertubuh cebol. d. Bank Sperma dan Bayi Tabung Bank sperma beku dan bayi tabung secara ilmiah telah banyak dilakukan di negara yang menganut paham kebebasan dan cara seperti ini sering dilakukan oleh seorang wanita yang mengkehendaki anak di luar pernikahan atau sebuah keluaga yang telah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Sperma dipakai untuk membuahi sel telur, jika pembuahan telah terjadi dalam tabung maka zigot ditanam kembali ke dalam rahim ibu. e. Pencangkokan Alat-alat Tubuh (Transplantasi Organ) Pencangkokan alat-alat tubuh yang dalam keadaan biasa akan selalu ditolak karena hal tersebut merupakan benda asing bagi pasien namun melalui bioteknologi dengan perantara gen maka pencangkokan dapat dilaksanakan dengan baik. Alat-alat tubuh yang bisa dicangkok adalah ginjal, kelenjar hati, kelenjar pankreas, dan sebagainya. f. Rekayasa Genetika Dengan rekayasa genetika dapat diciptakan vaksin yang dapat menghasilkan immuglobin (zat kebal) terhadap beberapa penyakit seperti hepatitis, kanker hati, dan lepra. Dengan rekayasa genetika juga para ahli dapat menciptakan vaksin untuk penyakit hemofili, yaitu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah penderita sukar membeku. 78 2. Bioteknologi Farmasi Dalam memerangi penyakit- penyakit yang disebabkan oleh antigen atau bibit penyakit yang digunakan berbagai macam obat, di mana pada zaman dahulu berupa ramuan beberapa macam tumbuhan yang berupa sari atau ekstrak. Tetapi pada zaman sekarang sesuai dengan kemajuan teknologi maka dibuat zat sintetis dan mutakhir, melalui biologi molekular dan rekayasa genetika, tubuh dipacu untuk memproduksi obat-obat sendiri. Obat-obatan hasil bioteknologi tersebut antara lain Insulin untuk diabetes, protopin yang merupakan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki anak -anak yang mengalami keterbelakangan pertumbuhan, alfainterferon untuk pengobatan sejenis leukimia, dan sebagainya. 3. Bioteknologi Pertanian Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat maka produksi makanan secara konvensional tidak dapat memenuhinya, oleh karena itu diperoleh usaha melalui bioteknologi pertanian yang antara lain: a. Penggunaan Hormon Pertumbuhan Penggunaan hormon pertumbuhan yang mengubah tumbuhan dari diploidi menjadi poliploidi sehingga dihasilkan produk yang “raksaksa” misalnya buah tomat, lobak, dan lain-lain. b. Kultur Jaringan Dalam mempercepat pembibitan tanaman, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh kali daripada cara tradisional. Dengan demikian dapat mengatasi keterlambatan dan kekurangan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kualitas panen. Dalam perbanyakan tumbuhan secara kloning pada tumbuhan hias dan tumbuhan bernilai ekonomi tinggi dapat dilakukan secara besar-besaran dengan kultur jaringan. Untuk perbaikan sifat tumbuhan, maka silang somatik dengan kultur jaringan dapat dibuat keragaman genetik dalam memperoleh tumbuhan yang memiliki sifat unggul. Untuk penelitian penyakit tumbuhan, kultur jaringan dapat mengusahakan keragaman yang bebas virus dari tumbuhan yang terserang. Kultur jaringan juga dapat membuat tanaman toleran terhadap stres serta kultur jaringan juga dapat melestarikan plasma nutfah yang disimpan di tempat yang dingin. 79 c. Rekayasa Genetika Rekayasa genetika tumbuhan dapat menciptakan tumbuhan yang dapat menciptakan racun sendiri dari insekta yang hendak memakannya. 4. Bioteknologi Perternakan Para ahli perternakan juga memanfaatkan bioteknologi perternakan, yakni penerapan rekayasa genetika yang melalui dua tahap, yaitu: a. Untuk memproduksi vaksin dan obat serta hormon pertumbuhan ternak; b. Melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan makannya lebih sedikit, atau menjadi ternak yang lebih unggul. 9.2 Bioetika Perkembangan pesat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi cukup membuat masyarakat mengalami dilema. Hal ini mengingat dampak negatif yang yang ditimbulkan bagi kehidupan sosial. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimaksud terkait dengan eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang beradab. Dengan adanya pemikiran akan dilema yang terkait dengan eksistensi manusia timbul pertentangan akan Ilmu pengetahuan dan Teknologi maka lahirlah Bioetika. Nama bioethics pertama kali digunakan oleh peneliti kanker Amerika Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics: Bridge to The Future”, ia menekankan tanggung jawab para ahli biologi dalam menjamin kelangsungan kehidupan di bumi dan dalam menciptakan syarat-syarat untuk meningkatkan kehidupan manusia. Namun, ia belum terjun sepenuhnya dalam analisis etika. Bioetika merupakan suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dan mempertahankan serta memperbaiki dunia beradab (Van Potter, 1970). Bioetika merupakan kajian mengenai pengaruh moral dan teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmuilmu hayati (Oxford, 1995). Naskah UD-BHR (2005) dalam upaya mencari jalan tengah akhirnya menyepakati rumusan netral dengan mencantumkan cakupan, pernyataan ini diarahkan pada masalah-masalah etika yang terkait dengan kedokteran ilmu-ilmu hayati, dan teknologi-teknologi yang terkait sebagaimana diterapkan pada manusia dengan memperhatikan dimensi-dimensi hukum, sosial, dan lingkungan. Jadi, bioetika adalah sebuah kegiatan yang terkait dengan mencari jawaban dan menawarkan penyelesaian masalah dari konflik moral yang timbul dari kemajuan 80 pesat ilmu-ilmu hayati dan kedokteran yang diikuti oleh perkembangan teknologi yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bidang bioetika yang berhubungan dengan sistem manusia sebagai makhluk yang beradab terdiri atas 2 bidang, yaitu: 1. Bidang Kedokteran Bidang kedokteran merupakan bidang yang syarat dengan dilema di masyarakat karena inovasi penerapannya untuk manusia. Adapun bidang kedokteran terbagi menjadi: a. Aborsi Aborsi adalah masalah yang kontroversial disemua bidang ilmu, termasuk etika. Aborsi secara umum dapat diartikan sebagai terhentinya atau penghentian hasil konsepsi sebelum akhir masa alamiah kehamilan. Ada dua jenis aborsi, yaitu: abortus spontanea dan abortus provocatus. Aborsi jenis kedua adalah aborsi yang dipermasalahkan. Di bidang medis, aborsi menjadi konflik antara menyelamatkan kehidupan dan prosedur pengguguran. Di bidang hukum, konflik yang terjadi adalah masalah legalisasi dan hukumhukum yang mengatur aborsi. Sedangkan di bidang agama, aborsi bertentangan dengan nilai kesucian kehidupan. Pada teori-teori etika, masalah aborsi ditempatkan sebagai masalah manusia secara umum. Adanya hukum moral yang absolut dan universal membuat aborsi merupakan suatu perbuatan yang tidak boleh dilakukan, apapun alasannya. Walaupun tidak semua teori etika absolut dan universal, tetapi pertimbangan yang dipergunakan tidak didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan perempuan serta tidak memberi pilihan kepada perempuan atas tubuhnya. Masalah aborsi adalah masalah yang memerlukan suatu pembahasan yang memperhatikan hal-hal partikular yang terdapat pada suatu keputusan apakah akan melakukan aborsi ataupun tidak. Sangat panting untuk memperhatikan dan memahami permasalahan aborsi secara menyeluruh karena setiap kasusnya berbeda-beda, karenanya tidak bisa diselesaikan secara umum. Etika feminis adalah etika dengan konsep dasar yang mengutamakan care, love, connections, dan relationship. Etika feminis tidak melegalisasi aborsi melainkan memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan kepentingan orang per orang sehingga etika feminis menganalisis masalah aborsi sebagai masalah perempuan dan memberinya pilihan atas tubuhnya. Namun etika feminis tetap menghargai janin tetapi dengan status moral yang relasional karena keberadaan janin yang unik dan terikat pada orang lain sebagai 81 penunjang hidupnya. Oleh karena itu penempatan masalah aborsi pada etika feminis berbeda dari teori-teori etika. Hasil dari analisis penempatan masalah aborsi pada etika feminis diharapkan dapat menghasilkan suatu pemikiran yang baik sesuai tujuan etika feminis, yaitu membuat dunia lebih baik dan untuk menggugah kesadaran untuk membuat dunia menjadi Iebih baik. Walaupun demikian, mengakhiri proses tumbuh kembang janin mungkin saja salah, tetapi perempuan yang memiliki hak untuk memutuskan pilihannya. Tidak ada seorang perempuanpun yang menginginkan aborsi hanya karena ia memang suka melakukannya. Perempuan melakukan aborsi karena ia benar-benar membutuhkannya, sebagai sebuah jalan untuk mempertahankan dan menyelematkan dirinya, hidupnya, serta kehidupannya. b. Euthanasia Euthanasia atau suntik mati oleh dokter terhadap seorang pasien yang sudah tidak memiliki kemampuan mengobati penyakitnya saat ini masih merupakan perbuatan pidana yaitu menghilangkan nyawa orang lain. Untuk menempuh euthanasia, selain masih ada persoalan hukum yang melarang hal itu, juga masih ada persoalan etika dan moral. Masih berlakukah sumpah etik dokter, yang berasal dari sumpah Bapak Ilmu Kedokteran Yunani, Hippokrates (400 SM), “tak akan kulakukan, walaupun atas permintaan, untuk memberikan racun yang mematikan, ataupun sekedar saran untuk menggunakannya?“ Pro dan kontra mengenai boleh tidaknya euthanasia dilakukan haruslah dilihat dalam keadaan senyatanya, tetapi akan lebih baik bila sebelum dilakukan didahului pengkajian secara komprehensif, syarat ketat, dan regulasi. Euthanasia menjadikan buah simalakama bagi insan medis. Euthanasia pada dasarnya masih dianggap tidak ada bedanya dengan pembunuhan yang secara hukum dapat diancam pidana berdasarkan KUHPidana sebagai berikut: 1) Pasal 344: Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan yang tegas dan sungguh-sungguh dari orang lain itu sendiri dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun. Ketentuan di atas dilakukan bila atas permohonan pasien atau keluarganya (melakukan euthanasia aktif). Namun bila dilakukan tanpa permintaan pasien (dikategorikan euthanasia pasif), ancamannya Pasal 338 dan 340 KUHPidana. 2) Pasal 338: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena salah telah melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama – lamanya lima belas tahun. 82 3) Pasal 340: Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, karena salah telah melakukan pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu, dihukum dengan hukuman mati atau dengan hukuman penjara seumur hidup atau dengan hukuman penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Padahal euthanasia pasif dapat memiliki keterkaitan dengan hak-hak pasien, antara lain hak atas informasi, hak memberikan persetujuan, hak memilih dokter, hak memilih rumah sakit, hak atas rahasia kedokteran, hak menolak pengobatan, hak menolak suatu tindakan medis tertentu, hak untuk menghentikan pengobatan. Sedangkan dari sisi lain yaitu etika, pandangan mengenai kesucian kehidupan dan penghargaan pengakuan hak untuk hidup memungkinkan untuk melakukan euthanasia ini, karena adanya pengakuan hak untuk hidup seyogyanya diperlakukan juga setara dengan adanya hak untuk mati. Prinsip menghormati kehidupan adalah salah satu prinsip yang cukup penting dalam etika medis. c. Bayi Tabung Bayi tabung atau lebih dikenal dengan istilah inseminasi buatan bukanlah wacana baru pada tataran empirik saat ini. Namun permasalahan ini masih aktual dibicarakan maupun didiskusikan terutama bagi kalangan akademis, intelektualis yang tentunya harus perspektif dalam memahami suatu permasalahan, bukan menjadi masalah bagi dirinya sendiri. Program bayi tabung untuk pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Inggris, Patrick C. Steptoe dan Robert G. Edwards pada sekitar tahun 1970-an dan melahirkan bayi tabung pertama di dunia, Louise Brown pada tahun 1978. Pada awalnya, teknologi ini ditentang oleh kalangan kedokteran dan agama karena kedua dokter itu dianggap mengambil alih peran Tuhan dalam menciptakan manusia (playing God). Tapi sekarang, teknologi ini telah banyak menolong pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak yang megalami masalah seperti infertilitas, dan sebagainya. Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai masalah dengan infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar duajuta pasangan infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat. Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas ada beberapa alternatif yang salah satunya adalah bayi tabung atau FIV (Fertilisasi In Vitro). 83 Fertilitas dapat diartikan pembuahan, sedangkan In Vitro adalah di luar. Jadi Fertilitasi In Vitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi diluar tubuh. Menurut Otto Soemarwoto (1992) dalam bukunya “Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global”, dengan tambahan dan keterangan dari Djumhana menyatakan bahwa bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah, ini dapat membantu pasangan suami istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang jadi (mengalami pembuahan) ditanam dalam kandungan istri. Dalam hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir karena merupakan keturunan genetik suami dan istri. Semula Fertilisasi In Vitro (FIV) di usahakan untuk istri yang mengalami kerusakan kedua tuba. Setelah itu teryata tingkat keberhasilannya meningkat sampai 20% per transfer embrio, indikasinya pun diperluas mencakup: 1) kerusakan kedua tuba; 2) faktor suami (ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5) infertilitas karena endometriosis. Sekarang Fertilisasi In Vitro (FIV) yang awalnya hanya diperuntukan untuk membantu pasangan Pasangan suami istri (pasutri) yang mengalami 1) kerusakan kedua tuba; 2) faktor suami ( ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5) infertilitas karena endometriosis, seiring perkembangan zaman di mana pasangan yang sebenarnya subur sekarang sudah mengikuti juga program FIV dengan alasan sebagian para wanita ingin menjaga postur tubuh agar tetap indah dan terjaga, selain itu juga, ada sebagian wanita yang ingin mempunyai anak tanpa melakukan hubungan seksual (tanpa menikah) misalnya mengambil sperma orang lain untuk ditrasfer ke rahimnya agar wanita tersebut mempunyai anak, dan ada juga pasangan yang mengalami kelainan seksual seperti Homoseksual dan Lesbian yang ingin mempunyai anak bisa saja melakukan program FIV atau bayi tabung dengan mengambil sperma atau sel telur orang lain (tranfer embrio). Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya. Jika ketika embrio diimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 84 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum pasal 255 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan pasal 1320 dan 1338 KUHPer.) Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum pasal 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUHPer. Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah. Jika diimplantasikan kedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya. Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi in vitro transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai 85 status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi in vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang d. Transplantasi Organ Transplatansi organ atau jarigan tubuh manusia merupakan tindakan medis yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat (hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan terapi konservatif). Walaupun transplatansi organ atau jaringan itu telah lama dikenal dan terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus mempertimbangkan dari segi non medik, yaitu segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Klasifikasi organ terbagi menjadi: 1) Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri. 2) Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya. 3) Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada kembar identik. 4) Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya. Istilah lain transplantasi organ adalah: 1) Eksplantasi merupakan usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal. 2) Implantasi merupakan usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. 3) Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam kodeki, yaitu : Pasal 2: seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Pasal 10: Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani. 86 Pasal 11: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah mencakup aspek etik, terutama mengenai dilarangnya memperjualbelikan alat dan jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi ataupun meminta kompensasi material lainnya. e. Kloning Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga maupun tumbuhan. Kloning dalam bioteknologi, merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau organisme. Kloning dalam arti lain digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati. Kata ini diturunkan dari kata clone atau clon, dalam bahasa Inggris, yang juga dibentuk dari kata bahasa Yunani, klonos yang berarti cabang atau ranting, merujuk pada penggunaan pertama dalam bidang hortikultura sebagai bahan tanam dalam perbanyakan vegetatif (Kusmaryanto, 2001: 1-2). Kloning, sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan (pro dan kontra) di berbagai bidang, termasuk bidang etika, sehingga etika dijadikan sebagai sudut pandang dalam menganalisis kasus praktek kloning. Namun, penelitian ini hanya terfokus pada etika utilitarianisme. Etika, secara etimologis berasal dari kebiasaan. Etika dalam arti ini berkaitan dengan kebaiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat (Keraf, 2006) Burharudin mengatakan: “Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional tentang nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok” (Burhanudin, 1997: 1). Tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia baru maka, kloning manusia dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan Tuhan. Tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau tujuan klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus bertujuan untuk menyempurnakan tata cara diagnostik, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan tentang etiologi dan tatogenesis. Kloning tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan 87 pribadi yang dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakantindakan kriminal (Kusmaryanto, 2001: 52). Kloning, sejauh ini dipahami sebagai suatu tindakan yang tidak baik secara moral. Kloning dianggap sebagai sebuah tindakan pembunuhan dengan menggugurkan hasil-hasil klon yang gagal demi mencapai kesempurnaan gen (generasi unggul), sehingga sebagian besar orang menolak atau tidak setuju dengan praktik kloning. 2. Bidang Pertanian Bidang pertanian juga merupakan bidang yang terkait dengan perkembangan teknologi yang berperan untuk kesejahteraan manusia, di mana juga menimbulkan dilema di masyarakat. Adapun bidang pertanian terbagi menjadi: a. Plasma Nutfah Pengertian tentang konsep plasma nutfah (PN) sering dicampur-adukkan dengan pengertian keanekaragaman hayati (KH). Konsep KH mencakup semua keanekaragaman organisme di alam ini, baik yang liar maupun yang telah dibudi-dayakan termasuk pula lingkungan hidupnya. Guna memudahkan pemahaman, KH dibagi dalam tiga tingkatan, yakni ekosistem, jenis dan didalam jenis. Di dalam pengertian ini PN termasuk didalam pengertian yang paling sempit, yaitu keanekaragaman didalam jenis atau keanekaragaman sumber daya genetik (SDG) (Diwyanto dan Setiadi, 2003). Dampak negatif yang ditimbulkan oleh masyarakat yang mengakibatkan adanya pengaruh negatif terhadap kelestarian plasma nutfah melalui hilangnya habitat, eksploitasi secara berlebihan tanpa diikuti dengan upaya reklamasi, pengaruh polusi, kebakaran, juga pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya bencana alam, dan sebagainya. Semakin intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru tanpa diimbangi dengan upaya mempertahankan penggunaan varietas-varietas lokal (land race) juga telah menambah percepatan terjadinya erosi genetik plasma nutfah. Keadaan tersebut makin bertambah parah dengan masih tingginya kegiatan pengambilan serta pertukaran materi plasma nutfah secara ilegal (Syukur, 2006). b. Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah 88 tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Dasar dari kultur jaringan ini adalah setiap sel atau jaringan hidup dari bagian mana pun memiliki kemampuan menumbuhkan seluruh bagian tubuh secara lengkap, dan hal ini terjadi apabila sel atau jaringan tersebut ditumbuhkan pada media yang cocok. Dan media yang digunakan untuk kultur jaringan terdiri atas campuran berbagai garam mineral, asam amino, gula, vitamin dan langkah pengerjaan dilaksanakan dalam kondisi steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Dalam mempercepat pembibitan tumbuhan, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh kali dari pada cara tradisional. Dengan demikian dengan demikian dapat mengatasi kekurangan dan keterlambatan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kualitas panen. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah: 1) Pembuatan media Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. 2) Inisiasi Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. 89 3) Sterilisasi Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. 4) Multiplikasi Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. 5) Pengakaran Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 6) Aklimatisasi Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dan lain-lain. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan 90 tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat dimanfaatkan. Dampak positif kultur jaringan sebagai berikut: 1) Pengadaan bibit tidak tergantung musim Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit) 2) Bibit yang dihasilkan seragam 3) Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu) 4) Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah 5) Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya 6) Dapat dilakukan dengan dalam ruangan yang relatif sempit 7) Sifat identik dengan induk 8) Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki 9) Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa Dampak negatif Kultur Jaringan : 1) Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat 2) Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional 3) Dapat berakibat hilangnya plasma nutfah dari tanaman tertentu c. Transgenik Tanaman Tanaman transgenik memiliki potensi yang mampu mengubah dunia agrikultural. Hal ini dikarenakan tanaman transgenik mampu meningkatkan hasil produktivitas serta mampu menekan biaya dann mengurangi ketergantungan bahan kimia yang mampu mencemari lingkungan (Bhumiratana & Kongsawat, 2008). Pemanfaatan tanaman transgenik mampu meningkatkan produksi tanaman di lebih dari 15 negara serta hampir 80 juta hektar pada tahun 2004 dalam skala global dipakai untuk memproduksi tanaman transgenik seperti kedelai, jagung, kanola dan kapas (Watanabe, 2002). Pada tahun 2009, terjadi peningkatan menjadi 29 negara yang menggunakan tanaman transgenik. Hal ini dikarenakan tanaman transgenik mampu meningkatkan hasil produksi serta mampu memberikan income skala global, mampu mereduksi emisi karbon, serta mampu meminimalisir penggunaan pestisida (Adams, 2011). 91 Tanaman transgenik yang telah diaplikasikan memiliki sejumlah potensi antara lain menghasilkan tanaman yang toleran terhadap herbisida, serangga/hama, kekeringan, banjir, panas, dan kadar garam. Tanaman-tanaman tersebut telah dimodifikasi secara genetik untuk mampu mentoleransi kondisi lingkungannya. Sebagai contoh tanaman kapas yang mampu menghasilkan toksin serangga yang telah disisipi gen dari Bacillus thuringensis (Bt). Di india, tamanan kapas transgenik tersebut secara ekonomi mampu meningkatkan hasil produksi sebesar 39% serta meningkatkan profit sebesar 71% per hektar dan dampak positif terhadap lingkungan adalah mampu mengurangi penggunaan pestisida sebesar 33% pada tahun 2007. Sementara di China mampu menghasilkan tanaman padi transgenik yang juga disisipi gen penghasil toksin serangga dari Bt dan sebagai hasilnya negara tersebut mampu mereduksi penggunaan 17 kg pestisida per hektar. Dan dalam skala global, penggunaan pestisida mengalami penurunan sebesar 389 juta kg semenjak tahun 1996 (Adams, 2011; Velkov et al., 2005). Kebijakan publik pada pengembangan dan penggunaan organisme yang dimodifikasi secara genetik (Genetically Modified Organism–GMO) selalu berkaitan dengan manajemen risiko yang akan ditimbulkan. Sehingga diperlukan suatu regulasi yang mengatur suatu produk transgenik. Regulasi yang dikaji berupa Regulation and Risk Assessment, yang merupakan peraturan mengenai peluncuran, pengembangan, dan produksi komersial dari GMO yang berkaitan dengan risiko lingkungan dan kesehatan; dan ‘‘The Natural’’ and Crossing Species Borders, yang merupakan pengaturan mengenai klaim “tidak alami” akibat penyebaran GMO yang dikhawatirkan akan mengganngu biodiversitas (Myskja, 2003). Adapun regulasi skala global telah yang disepakati adalah Cartagena Protocol on Biosafety yang didasarkan pada asas precationary yang terdiri dari 40 artikel dan 3 annex (Cartagena Protocol, 2000). Protokol tersebut memiliki tujuan untuk memberikan konstribusi dan memastikan keamanan di lingkungan serta menangani dan memberikan sarana bagi organisme transgenik agar tidak merugikan keanekaragaman hayati dengan mempertimbangkan juga pula resikonya terhadap kesehatan manusia. Protokol tersebut juga berlaku bagi perpindahan lintas batas, persinggahan, penanganan dan penggunaan semua organisme hasil modifikasi yang mungkin memiliki efek buruk pada konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan pula risiko terhadap kesehatan manusia. Selain Cartagena Protocol, regulasi regional juga diberlakukan seperti yang dilakukan di negara Denmark pada tahun 2004 yang mengatur beberapa regulasi, yakni: 92 sistem perizinan dalam menumbuhkan tanaman transgenik; isolasi jarak yang secara saintifik telah dievaluasi dan disetujui; dan tanggung jawab terhadap kerusakan yang mungkin muncul akibat hibridisasi/ pencampuran tanaman transgenik dengan nontransgenik. Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan dengan transgenik yang tertuang dalam UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (RPP Penelitian Berisiko Tinggi). Disebutkan pada pasal 22 yang berbunyi: Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional. 9.3 Teknologi Informasi Ilmu Alamiah Dasar telah memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan komunikasi dan informasi. Dengan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat maka segala informasi dapat segera disampaikan ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi pada masa kini: 1. Percetakan Percetakan sebagai alat yang menghasilkan media komunikasi antar manusia. Dengan media massa berupa koran, kini suatu berita dapat diikuti oleh orang banyak dalam waktu yang pendek, meskipun penyebarannya masih tergantung pada alat tranportasi. 2. Telegraf Telegraf ditemukan sejak Abad ke-18. keunggulan telegraf adalah membuat orang dapat berkomunikasi jarak jauh, namun telegraf hanya dapat mengirimkan tandatanda yang harus diterjemahkan terlebih dahulu dan kemudian baru dikirim kembali jawaban yang juga harus diterjemahkan lagi. 3. Telepon Telepon ditemukan oleh Bell pada tahun 1876. keunggulan telepon adalah orang dapat berbicara langsung dan menerima pembicaraan atau jawaban layaknya orang berbicara satu dengan yang 93 lainnya. sebagaimana 4. Radio Radio dapat mengirimkan pesan- pesan atau informasi tanpa menggunakan kawat seperti telegraf dan telepon. Informasi tersebut dipancarkan melalui pemancar udara dengan demikian orang dapat berkomunikasi walaupun diatas kapal yang tengah berlayar disamudra. 5. Bioskop atau Gambar Hidup Salah satu alat komunikasi massa yang sangat menggesankan yang menyajikan gambar hidup dan bergerak sehingga pesan yang dikomunikasikan menjadi lengkap dan mudah dimengerti. 6. Televisi Televisi ditemukan pada Abad ke-20. televisi dapat mengirimkan pesan melalui suara maupun gambar. Dengan televisi orang dapat menggirimkan dan menerima berita yang lengkap, hiburan yang bermutu serta orang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan penerangan. 7. Satelit Komunikasi Satelit komunikasi juga stelit (buatan manusia) yang beredar mengelilingi bumi. Dengan adanya satelit komunikasi maka informasi dapat disampaikan dengan lebih efektif dan efisien melalui media yang beragam seperti televisi, radio, telepon, dll. Penyebaran ilmu pengetahuan yang sangat cepat diharapkan dapat menimbulkan saling pengertian antar manusia diseluruh dunia. Untuk negara indonesia yang masih berkembang, satelit 8. komunikasi sangatlah penting. Komputer Komputer merupakan hasil pengembangan lebih lanjut dari per kembangn listrik (elektronika) dan dari komputer manusia dapat mengembangkan alat -alat contohnya : 9. Telepon Ensiklopedia 10. Robot pelayanan rumah tangga/ Robot Humanoid. 11. Internet 12. Pusat informatika 13. Komputer simulasi 14. Robot pekerja 15. Komputer analisis 94 lainnya, 9.4 Teknologi Kearifan Lokal (Usaha Manusia Untuk Masa Depan) Setelah memahami berbagai aspek IPA terhadap kehidupan manusia, maka ada 2 hal yang sangat menonjol yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut. Yang pertama adalah berkenaan dengan ketergantungan manusia terhadap sumber energi minyak bumi dan yang kedua adalah berkenaan dengan akibat negatif yang timbul dari teknologi dan IPA itu sendiri terutama yang menyangkut kadar polusi akibat industri, penyalahgunaan teknologi dan IPA yang bisa berakibat fatal terhadap kelestarian hidup manusia itu sendiri di bumi. Usaha yang dilakukan dalam rangka m encari Sumber Daya Energi non-konvensional sebagai berikut: 1. Energi Matahari Matahari merupakan sumber energi yang tidak habis -habis. Kehidupan manusia hampir sepenuhnya berkat energi matahari. Energi matahari pada masa sekarang ini menjadi sangat populer karena teknologi Ilmu Pengetahuan Alam telah mendekati taraf efisiensi penggunaannya. 2. Energi Panas Bumi Energi panas bumi juga disebut energi geotermal. Bila teknologi Ilmu Pengetahuan Alam semakin maju maka panas bumi juga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran umat manusia.energi geotermal yang dapat kita manfaatkan saat ini adalah yang beraslal dari magma. Magma adalah batuan cair/ panas yang terd apat dalam kulit/kerak bumi. Sementara itu melalui air atau uap air yang terkena panas 3. energi yang kita ambil adalah magma. Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak. Udara itu dapat bergerak dikarnakan adanya perbedaan tekanan udara. Angin juga diman faatkan untuk penggerak perahu layar sehingga dapat menghemat bahan bakar. Energi angin juga dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan generator. Karna sumber energi ini tersedia secara gratis dan angin tetap akan bertiup sepanjang zaman maka energi angin merupakan salah satu potensi penting pengganti minyak bumi. 95 4. Energi Pasang Surut Salah satu bentuk energi alami yang terdapat dibumi yang tidak bersumber pada cahaya matahari adalah energi pasang surut. Energi pasang surut ini ditimbulkan oleh daya tarik antara bumi dan bulan. Pada saat air pasang maupun surut dapat dimanfaatkan untuk mengerakan generator listrik. Jelas energi pasang surut tidak ada batasnya selama bulan masih menjadi satelit bumi. 5. Energi Biogas Yang dimaksud dengan biogas adalah gas yang dihasilkan dari sisa-sisa jasad hidup yang diuraikan oleh bakteri pengurai melalui proses pembusukan/pengguraian. Sebagai bahan dasar proses pembusukan atau penguraian adalah sisa-sisa jasad hidup misalnya seperti sampah pertanian atau kotoran hewan. Kemudian gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga maupun industri. 6. Energi Biomassa Yang dimaksud dengan biomassa adalah segala jasad hidup. Dalam kaitannya dengan energi pengganti ini biomassa yang dapat digunakan ialah berupa sampahsampah organik misalnya sisa produksi pertanian. Pada hakikatnya biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar dan akan menjadi sangat ekonomis apabila berupa sisa -sisa yang tidak berharga. Biomassa dapat dijadikan energi karna masih menyimo an energi matahari. Usaha manusia untuk mencari energi pengganti minyak seperti yang baru saja kita pelajari itu hanyalah merupakan salah satu cara saja dari manusia untuk dapat mempertahankan aksistensinya yang sangat penting bagi perikehidupan kita sehari-hari. Masalah lain yang juga sangat vital adalah masalah penggunaan teknologi maju yang baru saja kita bicarakan pada pelajaran yang lalu. Sebagai contoh adalah tenaga nuklir yang maha dahsyat itu. Keuntungan memang banyak juga tetapi bahaya nuklir terutama dari bom atom maupun bom hidrogen yang dapat memusnahkan umat manusia beserta isi permukaanbumi ini bukannya di hapuskan tetapi justru malah sebaliknya. Masalah yang juga vital, karena ikut menentukan kelest arian kehidupan manusia di muka bumi ini adalah masalah kependudukan. Betapa tidak, bumi kita hanya satu dan tidak bertambah besar, malah jumlah lahan untuk penghidupan tampaknya makin sempit. Masalah berikut yang sejajar pentingnya dengan masalah kependudukan adalah masalah kelestarian lingkungan hidup. Bahkan beberapa ahli memandang kedua masalah ini sebenarnya satu, yaitu lingkungan hidup itu termasuk kependududkan atau sebaliknya. 96 EVALUASI 1. Jelaskan tentang pengertian bioteknologi ! 2. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang antibodi ! 3. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika ? 4. Jelaskan aplikasi bioteknologi di bidang industri dengan memberi contoh pada produksi protein sel tunggal ! 5. Jelaskan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bioteknologi ! 6. Jelaskan etika dalam bidang kesehatan: a. Kloning b. Euthanasia c. Aborsi d. Transplantasi Organ e. Bayi Tabung 7. Jelaskan etika dalam bidang pertanian: a. Transgenik tanaman b. Plasma Nutfah c. Kultur Jaringan 97 BAB X ISU LINGKUNGAN Sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972, Isu Lingkungan yang menyoroti berbagai kondisi lingkungan di bumi menjadi topik yang mulai banyak dibicarakan. Di tahun yang sama sebenarnya di Indonesiapun para pakar lingkungan sudah membahas berbagai isu lingkungan yang ditandai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Pertumbuhan populasi manusia di muka bumi meruapakan faktor terpenting yang memunculkan berbagai permasalahan lingkungan. Kerusakaan lingkungan hidup lebih banyak disebabkan oleh aktivitas pembangunan dan industrialisiasi di samping karena faktor non antropogenik atau karena daya-daya alam. Jika diklaifikasikan berdasarkan cakupan dampak yang ditimbulkan pada masyarakat dan sumber pencetus permasalahan, isu lingkungan dapat dikelompokkan menjadi: isu lingkungan global, karena penyebarabn sumber dan dampaknya yang mendunia, isu lingkungan nasional karena penyebaran sumber dan dampaknya bersifat nasional, dan isu lokal karena penyebarabn sumber dan dampaknya bersifat lokal/regional pada wilayah tertentu misalnya di suatu kabupaten dan/atau propinsi tertentu di Indonesia. Namun demikian sekecil apapun sumber dan dampak yang terjadi pasti akan mempengaruhi cakupn yang lebih luas baik Nasional maupun global. 10.1 Isu Lingkungan Global Penyebab dan Permasalahan Perubahan Iklim Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh perubahan fluktuasi suhu permukaan bumi yang merupakan dampak dari pemanasan global. Istilah pemanasan global atau Global warming didefinisikan sebagai suatu keadaan mengenai peningkatan temperatur suhu planet bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan desktruktif di seluruh penjuru dunia secara global. Pemanasan global ini salah satu penyebabnya diakibatkan oleh efek rumah kaca (greenhouse effect) (Martusa, 2009). Pemansan global juga disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon sehingga akan meningkatkan intensitas energi radiasi sinar ultra violet yang berdampak pada peningkatan suhu bumi. Ozon merupakan komponen kimia atmosfer yang mencapai 90% kandungan kimia di lapisan stratosfer dan terdistribusi pada ketinggian 25 sampai 40 km di atas permukaan bumi 98 (Ambarsari dkk., 2013) yang diyakini menjadi penyebab munculnya efek pemanasan global. Lapisan ozon berfungsi menyerap energi radiasi sinar UV-B yang mempunyai energi sangat tinggi dan mengubahnya menjadi energi panas sebelum mencapai bumi; proses pengubahan energi ini sangat penting bagi kehidupan di bumi karena hampie sekitar 80% radiasi terurai dalam proses ini (Cahyono, 2014). Saat ini diperkirakan lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari radiasi UV-B ini semakin menipis dan kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi parah. Lapisan ozon melindungi kehidupan di bumi dari radiasi ultravioletmatahari. Namun, semakin membesarnya lubang ozon di kawasan kutub bumi akhir-akhir ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bias menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa. Gas chlofluorocarbons (CFCs) disebut juga sebagai gas yang menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon ini. Selain CFCs, ada pula hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl bromide, carbon tetra chloride,dan methylchloform. Carbon tetra chlorida digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan CFC-11 dan CFC-12, pembuatan beberapa jenis pestisida, pelarut dalam produksi karet dan zat warna sintesis, berperan sebagai dry cleaning agent, bahan pemadam kebakaran, dan juga sebagai fumigan dalam kegiatan fumigasi biji-bijian. Methychloform digunakan bagi berbagai keperluan seperti: pelarut dan pencucian logam di berbagai industri, penghilang debu pada industri tekstil, dan bahan pembuatan semi-konduktor. Pada awal abad 21 ini konsentrasi chlofluorocarbons masih rendah misalnya saja CFC-11 dan CFC-12 masing-masing 0,3 ppm dan 0,5 ppm; namun demikian mengingat umur kedua senyawa gas tersebut di atsmosfer sekitar 65 dan 130 tahun, maka kosentrasi CCF akan meningkat tajam dalam kurun waktu yang relatif singkat (Adiningsih, 2002). Oleh karenanya produksi CFC harus segera dihentikan agar laju kehilangan ozon di lapisan stratosfer dapat ditekan. Dengan melihat banyaknya peralatan yang memakai senyawa-senyawa kimiaseperti CFCs, halons, hydrochlorofluorocarbons, methyl bromide, carbontetrachloride, dan methyl bromide, yang merupakan penyebab menipisnya lapisanozon. Pada manusia, radiasi UV-B berlebih dapat menimbulkan kanker kulit, katarak mata, serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Selain itu, peningkatan radiasi gelombang pendek UV-B juga dapat memicu reaksi kimiawi di atmosfer bagian bawah, yang mengakibatkan penambahan jumlah reaksi fotokimia yang menghasilkan asap beracun dan memicu hujan asam. Kerusakan lapisan ozon tidak hanya membahayakan jiwa manusia, tetapi juga hewan, tanaman, dan bangunan. Pada bidang pertanian, radiasi sinar ultra violet dengan intensitas yang semakin meningkat akan merusak fisik dan kinerja daun yang berakibat gangguan pertumbuhan dan produksi tanaman. Radiasi UV-B di laut yang intensitasnya semakin tinggi akan mengganggu dan 99 dapat membunuh secara langsung berbagai hewan laut seperti ikan, kepiting, dan udang termasuk plankton yang berperan dalam kelangsungan rantai dan jaring-jaring makanan bagi hewan laut. Bersama-sama dengan gas metana (CH4), gas karbondioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang berperan penting dalam peningkatan suhu bumi adalah yang merupakan gas hasil proses pembakaran/respirasi. Penambahan kandungan gas CO2 di atmosfer dari kondisi normal ditanggung-jawabi oleh terutama oleh peningkatan aktivitas industri dan kebakaran lahan dan hutan. Pembakaran bahan bakar fosil menciptakan karbon dioksida yang menghambat keluarnya panas ke ruang angkasa. Emisi gas CO2 dan berbagai gas rumah kaca (GRK) lainnya berkecenderungi an meningkat dari waktu ke waktu dan berada pada kondisi yang mengkhawatirkan. Adapun gas metana biasanya dihasilkan dari peternakan rumansia di samping dihasilkan dari berbagai proses alami di permukaan bumi. Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia (2010) menyampaikan bahwa emisi gas rumah kaca tahunan Indonesia mencapai sekitar 2,15 Giga ton (Gt) pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat sampai dengan 3,2 Gt total emisi gas rumah kacanya pada tahun 2030 karena Indonesia akan terus membangun perekonomiannya. Baik pada tahun 2005 maupun tahun 2030, emisi di Indonesia berada pada tataran sekitar 4.5 persen dari emisi gas rumah kaca global. Rasio emisi Indonesia terhadap emisi global jauh lebih tinggi daripada rasio PDBnya terhadap PDB global, yaitu sebesar 0,6 persen pada tahun 2005. Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya sampai dengan 2,3 Gt, yaitu penurunan sekitar 72 persen dibandingkan dengan tren saat ini. Sehingga emisi pada tahun 2030 akan menjadi 67 persen lebih rendah daripada emisi di tahun 2005. Penurunan tersebut akan memberikan kontribusi penting bagi upaya global, yaitu sekitar 7 persen dari total penurunan global yang diperlukan pada tahun 2030 untuk mencapai tingkat-tingkat yang direkomendasikan oleh Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim/IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) (Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia, 2010). Sepanjang abad ke-20 dalam kurun waktu 15 tahun terakhir telah terjadi 10 kasus tahun terpanas dan terkait akibat fenomena El-Nino yang berdampak terjadinya kebakaran hutan di berbagai negara seperti: indonesia, Brasil, Australia, atau negaralainnya serta kemarau panjang yang menghancurkan sistem pertanian di banyak negara. Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan 100 oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi. Peningkatan suhu bumi akibat pemanasan global menyebabkan kondisi di mana saat siang hari kita merasakan pana yang berlebihan. Kenaikan suhu bumi ini diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat dari ulah dan aktivitas manusia itu sendiri (Gambar 11.1 dan 11.2). Efek rumah kaca merupakan peristiwa di mana panas sinar matahari yang telah dipantulkan dari permukaan bumi, tidak sepenuhnya diteruskan ke luar angkasa melainkan diserap dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Efek rumah kaca sejatinya sangat penting untuk menjaga suhu bumi agar tetap stabil dan hangat sehingga memungkinkan untuk adanya kehidupan. Tanpa efek rumah kaca maka suhu permukaan bumi yang sekarang 15°C akan menjadi -19°C. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC selama periode 1906-2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1,8-4,0 oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC. Kenaikan suhu ini selain berdampak pada fluktuasi curah hujann yang seringkali ekstrim dan menyebabkan banjir, juga akan mempengaruhi laju peningkatan mencairnya es di kutub yang berdampak pada kenaikan muka laut. Sebagai negara kepulauan, Indonesia paling rentan terhadap kenaikan muka laut dan seperti dikemukakan Susandi dkk. (2008) telah dilakukan proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia pada tahun 2100, mencapai hingga 1,1 m yang berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2. Gambar 10.1. Penyebab Penting Global Warming sumber: http://2.bp.blogspot.com/ 101 Gambar 11.2. Kebakaran hutan dan lahan sebagai penyebab penting global warming Sumber: http://pengertian-definisi.blogspotcor2011/10/deforestasi.html Pohon dan tumbuhan lainnya dalam proses fotosintesis menyerap CO2 dari udara dengan bantuan sinar matahari digunakan untuk memproduksi makanan dalam bentuk karbohidrat. Pembukaan lahan dan deforestasi memberikan kontribusi pada penumpukan CO2 dengan mengurangi tingkat penyerapan CO2 dari atmosfer karena menghilangnya vegetasi pohon dan tumbuhan lainnya atau konstribusi lewat dekomposisi dari vegetasi mati. Luas hutan hujan tropis Indonesia mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Departemen Kehutanan (2007) laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2,1 juta ha/tahun, sedangkan Forest Watch Indonesia bahkan memberikan angka 2-2,4 juta ha/tahun. Penurunan ini berdampak pada: (i) penurunan produksi kayu, (ii) penurunan industri kehutanan dan penyerapantenaga kerja, dan (iii) menurunnya daya dukung ekologi yang berarti penurunan keanekaragaman hayati, sumber plasma nutfah tanaman obat-obatan dan pangan, serta berkurangnya penyerapan karbon dan fungsi-fungsi lain yang berkaitan dengan penjagaan terhadap keseimbangan ekologi (Widiyatno dkk., 2011). Banyak pihak menaruh perhatian pada kasus kebakarann hutan dan lahan, mengingat dampaknya meluas termasuk sumbangan bagi peningkatan pemanasan global. Berbagai upaya dilakukan mulai dari penanggulangan kebakaran hingga upaya pencegahan dan deteksi kebakaran. Saat ini informasi dalam penanggulangan kebakaran melalui deteksi dini sudah mulai banyak disosialisasikan secara transparan kepada masyarakat. Salah satunya informasi titik panas (hotspot) yang didapatkan dari dara penginderaan jauh melalui satelit. Informasi jumlah deteksi hotspot dapat memberikan informasi mengenai indikasi 102 jumlah dan luasan areal yang terbakar. Data hotspot dapat dikombinasikan dengan data seperti curah hujan sehingga dapat ditemukan model hubungan antara jumlah curah hujan dengan jumlah deteksi hotspot di daerah tersebut; data hotspot tersebut dapat memberikan informasi sebagai deteksi dini terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan serta sebagai indikator potensi kebakaran hutan dan lahan (Syaufina dkk., 2014). Berbagai kasus kebakaran tidak saja di permukaan tanah. Pada lahan gambut, ketika bahan di permukaan bakar habis, maka kebakaran akab berlanjut pada sub permukaan. Menurut Alikodra dkk., (2006) pelapukan bahan organik yang tidak sempurna kadangkala menjadikan jenis ini mempunyai tekstur yang kasar, kecuali pada tanah-tanah gambut yang cukup tua. Pada golongan tanah gambut muda, pada kondisi iklim kemarau, golongan tanah ini mudah sekali berkondisi sangat kering karena kandungan bahan organiknya sangat tinggi. Sehingga pada saat kebakaran terjadi, jenis tanah ini juga mudah terbakar (flameable). Dampak Perubahan Iklim Bagi Kesehatan Perubahan iklim dapat mempengaruhi gangguan kesehatan manusuia dan penyebaran penyakit. Peningkatan panas dan curah hujan di daerah tertentu yang disebabkan oleh perubahan iklim, dapat membantu proses penyebaran penyakit. Beberapa vektor penyakit, seperti serangga, dapat membawa dan mengirimkan agen penyebab penyakit, terutama dipengaruhi oleh cuaca dan suhu lebih panas. Kehidupan serangga vektor sangat bergantungan pada lingkungan terutama suhu dan kelembaban udara; peningkatan suhu akan berpotensi mendukung kehidupan serangga terutama fekunditas (kemampuan bertelur), perkembangan metamorfosisnya, serta daya pencarnya yang memungkinkan penyebaran penyakit tertentu misalnya malaria, demam berdarah, dan cikungunya. Kelembaban udara yang meningkat karena peningkatan curah hujan juga akan memberikan efek meningkatkan produksi turunan, pertumbuhan, dan penyebaran di lingkungannya. Oleh karenanya sering ditemkan fakta bahwa peningkatan curah hujan dapat meningkatkan kasus penyakit dan menyebabkan wabah penyakit. Studi menunjukkan banyak penyakit alergi yang sedang berkembang di negara maju, karena meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu pemanasan. Kasus ini juga mulai bermunculan di negara-negara berkembang. Pemanasan global kemungkinan akan membawa peningkatan gelombang panas. Peningkatan gelombang panas juga dapat disertai kerusakan ozon dan kabut asap. Kadar karbondioksida dan kabut asap baik hasil kebakaran hutan dan lahan serta berbagai aktivitas industri telah mengakibatkan meningkatnya kasus gangguan pernafasan dan berbagai penyakit 103 lainya. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru. Dampak bagi Lingkungan dan Sumber Daya Air Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global dan berbagai sebab yang bersifat antropogenik saat ini diperparah oleh masalah lingkungan, masalah kependudukan, dan masalah kemiskinan. Lingkungan yang rusak akan membuat alam akan menjadi lebih rapuh dalam menghadapi perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang juga dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi akan memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam berupa banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang. Masalah kependudukan yang muncul sangat berkaitan erat dengan kemampuan adaptasi masyarakat dan sangat dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan ekonomi, fasilitas kesehatan serta faktor fisik. Kualitas SDM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta perilaku konservasi. Adanya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi akan meningkatkan kemampuan adaptasi dari masyarakat selain faktor-faktor yang lainnya. Peningkatan kemampuan faktorfaktor tersebut di atas akan berbanding lurus dengan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim (Efendi dkk. 2012). Cara Mengurangi Pemanasan Global Setiap orang memiliki peran dalam mengurangi pemanasan global. Dengan merubah kebiasaan kita membuat jejak karbon di bumi ini, kita dapat berperan serta mengurangi pemanasan global dan menyayangi bumi ini dan memberikan tempat yang layak bagi anak cucu kita di kemudian hari. Secara umum Saenong dkk. (2011) mengemukakan dua pendekatan utama yang digunakan untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca, yaitu: (i) menghilangkan karbon dengan jalan memelihara dan menanam pohon, (ii) mengurangi produksi gas, yaitu penggunaan bahan bakar fosil. Upaya untuk mengurangi global warming dapat dimulai dari diri sendiri dalam aktivitasnya sehari-hari dengan menerapkan beberapa prinsip berikut: (i) Mengkonsumsi pangan dan bahan yang proses produksi menggunaan energi seminimal mungkin. Lebih banyak energi yang diperlukan dalam proses produksi akan meningkatkan gas 104 karbondioksida. Mengkonsumsi pangan segar akan lebih baik daripada mengkonsumsi pangan yang diolah apalgi proses banyak mengggunakan energi dan menghasilkan limbah by product; (ii) Memanfaatkan sampah semaksimal mungkin sehingga akan tercipta kondisi ideal zero waste. Sampah basah dikumpul di tempat khusus atau di galian lubang di halaman rumah atau di suatu tempat jika terdiri dari beberapa rumah tangga; selanjutnya sampah organik tersebut dikomposting hingga terbentuk pupuk organik dan dapat dijadikan media tanam. Bahan organik yang keras seperti ranting kayu dan kayu lainnya dapat dikumpulkan untuk dikirim ke industri yang memerlukan kayu. Sampah kering berupa besi, aluminium, seng, plastik, dan kertas bisa dipilah dan didaurulang. Sampah yang tidak bisa dimanfatkan sama sekali karena berbentuk partikel halus dan tidak bisa diduar ulang sebaiknya dikumpulkan terpusat untuk dipadatkan dan/atau dimanfaatkan sebagai bahan urugan (land fill) dan keperluan lain. (iii) Mengurangi semaksimal mungkin bahan-bahan plastik dan bahan lain yang sulit didegradasi di lingkungan. Saat ini tiap toko swalayan menawarkan kantong plastik barang yang dibeli. Sebaiknya dibiasakan menggunakan kembali kantong plastik sebagai wadah. Ke depan konsumen akan diarahkan dan dituntut untuk menggunakan “plastik” yang mudah didegradasi di lingkungan karena terbuat dari bahan biodegradable; sieefi (iv) Menggunakan energi seefisien mungkin; jangan menghidupkan lampu ruangan atau aliran listrik jika tidak digunakakan serta gunakan lampu hemat energi. Pada penggunaan AC/pendingin ruangan: menghindari penggunaan suhu maksimal tapi cukup membuat nyaman dan menghindari kondisi yang kurang menghemat tagihan listrik. (v) Menghindari penggunaan bahan-bahan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan seperti: deterjen dan bahan pembersih tidak ramah lingkungan, deodorant atau produkproduk semprot lainnya dan aerosol. Pilihan spray dengan kemasan botol kaca akan lebih baik. Aerosol juga penyumbang besar dalam pencemaran udara kita. (vi) Gunakan pemanas air tenaga surya. Meskipun lebih mahal, dalam jangka panjang hal ini akan menghemat tagihan listrik Anda. (Bahkan saat ini sudah ada penerang jalan dengan tenaga surya) (vii) Menanam tanaman pohon dan tanaman hias di pekarangan dan di lingkungan sekitar rumah. Tanaman akan memberikan suplai oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap karbondioksida limbah aktivitas manusia. Khusus masalah konsumsi daging, ada beberapa hal bersifat kontroversial yang harus menjadi perhatian. Fakta bahwa untuk menghasilkan 1 kg daging ternak sapi membutuhkan sumberdaya (pakan) setara dengan 15 kg gandum. Tapi untuk di Indonesia yang sesungguhnya kaya 105 bahan organik sisa tanaman, persoalan pakan dapat diatasi dan relatif tidak menimbulkan masalah keseimbangan energi. Fakta lain bahwa peternakan juga penyumbang 18% “jejak karbon” dunia dan angka tersebut lebih besar dari sektor transportasi (hasil pembakaran mesin kendaraan). Di samping itu peternakan juga menghasilkan gas-gas rumah kaca tambahan lainnya seperti metana yang realtif 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2. Berkaitan dengan itu kiranya perlu dikembangkan teknologi pakan budidaya ternak yang dapat mengurangi emisi limbah gas serta pengembangan teknologi pemanfaatan limbah segar agar segera diproses dan terkonsentrasi sehingga layak sebagai bioenergi. Tumbuhan dalam bentuk pohon dan tumbuhan penutup tanah akan memberi efek yang menguntungkan bukan saja dapat mengurangi efek negatif karbondioksida tapi juga meningkatkan kemampuan lahan manahan dan menyediakan air bagi lingkungan. Gerakan menumbuhkan pohon dan tanaman penutup tanah harus disebar-luaskan kepada masyarakat baik dalam kelompok non formal maupun formal. Banyak lembaga swadaya masyarkat dan instansi pemerintah dengan kesadarannya telah melaksanakan penghijauan dan pembuatan biopori. LEMIGAS telah mengembangkan konsep Green Building seperti pada Gambar 11.3. Pemanfaatan atap untuk meletakkanpanel tenaga surya dan beberapa tanaman, ruangan kerja atau ruang kantor menempati bagian gedung yang berjendela kaca, bagian yang tertutup (tanpa jendela kaca) sebagai ruang laboratorium dan ruang pertemuan yang memerlukan cahaya sinar matahari terbatas, dan penutup dinding tetap memakai warna putih atau warna cerah. Gambar 10.3. Tampilan kompleks gedung Lemigas dan area bangunan lain yang “menerapkan” konsep green building. Warna gelap didominasi oleh tumbuhan (pohon dan tanaman penutup tanah) (Sumber: Google Map, 2016) 106 Green Building Council Indonesia (GBCI) menyusun kriteria utama yang digunakan untuk penilaian Gedung Terbangun, sebagai berikut (Sunarjanto, 2011): (i) Tepat guna lahan (Appropriate Site Development); paradigma baru pembangunan gedung tidak dikembangkan secara horizontal tetapi secara vertikal; (ii) Efisiensi dan konservasi antara lain: memanfaatkan cahaya dari sinar matahari, memilih warna gedung dan perabot mebel berwarna cerah, mengurangi pemakaian pendingin ruang (AC), optimasi sirkulasi udara melalui jendela dan ventilasi, memakai sistem pendingin bekerja secara otomatis sesuai kebutuhan, memakai dinding penyekat dan jendela bermaterial kaca transparan, memanfaatkan teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya fotovoltaik digunakan baik sebagai penerang ruangan maupunpenambah pasokan sumber listrik selain dari PLN (iii) Konservasi air (Water Concervation), manajemen air yang baik dengan mengatur pasokan dan penggunaan air dengan pola penerapan pengelolaan air dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recharge); (iv) Sumberdaya dan siklus material (Material Resorces and Cycle). Kriteria bahan bangunan tersebut diterapkan dalam revitalisasi Gedung Teknologi Gas; juga dilakukan penggantian material kayu yang cenderung merusak hutan dengan cor beton terdiri campuran besi-pasirbatu-semen; dan Rangka atap selama ini menggunakan kayu beralih ke alumunium atau baja ringan; (v) Kualitas kesehatan dan kenyamanan udara (Indoor Health and Cort); (vi) Manajemen lingkungan gedung (Building Environmental Management), manajemen lingkungan gedung termasuk dalam kriteria penilaian bangunan hijau, sanitasi yang baik, dan pengolahan limbah yang baik pula. Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi Perubahan Iklim Mitigasi. Salah satu cara menahan laju perubahan iklim adalah mengurangi emisi GRK hasil aktivitas manusia. Ini bisa dilakukan antara lain dengan menggunakan bahan bakar dari sumber energi yang lebih bersih, seperti beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga matahari atau biomassa. Selain itu, mengurangi penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan menghemat listrik juga mengurangi emisi GRK. Usahausaha seperti ini disebut mitigasi. Melalui Protokol Kyoto, usaha-usaha mitigasi dilakukan secara global. 107 Salah satu usaha yang dilakukan adalah CDM (clean development mechanism, atau mekanisme pembangunan bersih) yang memungkinkan aktivitas pelestarian lingkungan hidup dan ekonomi dilakukan secara bersama-sama. Melalui kerjasama dengan negara maju, negara berkembang bisa menerima manfaat dengan adanya tambahan dana dan alih teknologi untuk menjalankan kegiatan yang mengurangi emisi GRK sekaligus mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan. Rahman (2015) membagi mitigasi menjadi 2 bentuk yaitu: (i) Mitigasi struktural, berupa pembuatan infrastruktur sebagai pendorongminimalisasi dampak dan penggunaan pendekatan teknologi. Gejala yang diamati adalah: penyusunan data base daerah potensi bahaya longsor dan pembuatan early warning system; (ii) Mitigasi non struktural, berupa pengelolaan tata ruang dan pelatihan guna meningkatkan kapasitas masyarakat. Gejala yang akan diamati adalah: peningkatan kapasitas masyarakat melalui pengetahuan dan sikap, perencanaan kedaruratan, serta mobilisasi sumberdaya. Adaptasi. Perubahan iklim yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya adaptasi, yaitu mempersiapkan diri dan hidup dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim, baik yang telah terjadi maupun mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Mempersiapkan diri menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan menyusun rencana penanganan bila terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi perubahan perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah. Bentuk adaptasi terhadap perubahan iklimyang lain misalnya adalah penanganan masalah lingkungan seperti reboisasi atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak. Sementar itu bentuk adaptasi terhadap kejadian ekstrem adalah dengan mengantisipasi bencana alam yang semakin sering terjadi karena adanya perubahan iklim yaitu dengan membuat sistem peringatan dini di daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan masyarakat bila badai terjadi. Bentuk lain adaptasi terhadap dampak perubahan iklim perlahan adalah membuat perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dengan cara menanam hutan bakau; hutan bakau mengurangi kemungkingan erosi pantai dan intrusi air laut ke dalam sumber air bersih akibat naiknya permukaan air laut. 108 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta mencegah terjadinya dampak yang lebih signifikan, yaitu: (i) Mematikan peralatan elektronik yang tidak dipakai dan menggunakan energi .listrik seperlunya, serta sebaiknya mulai lebih banyak memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi. (ii) Mengubah pola makan banyak daging dengan cara mengurangi porsinya serta berhenti merokok, menghindari minuman beralcohol dan memperbanyak minum air putih. (iii) Beberapa negara mulai memasukkan unsur lingkungan pada penilaian kinerja bisnis perusahaan dan meminta perusahaan yang terlibat di pasar modal untuk melaporkan laporan keuangannya beserta pengungkapan penerapan kebijakan lingkungan pada operasionalnya (Masturi, 2009). (iv) Melakukan kebiasaan diri dan mengajak siapapun untuk menumbuhkan tanaman di pekarangan, lingkungan sekitar rumah, dan bahkan di lingkungan hidup yang berskala lebih besar yang memungkinkan. Tanaman apapun jenisnya akan memberi oksigen bagi lingkungan sekitar dan pada skala pertanaman yang besar akan berperan dalam siklus hidorlogi kawasan yang bertanggung-jawab mengatur ketersediaan air bagi berbagai kebutuhan manusia. Semakin banyak orang turut berperan menjaga kehijauan bumi, semakin banyak pula peluang bumi untuk berumur panjang. (v) Mengurangi penggunaan peralatan makan dan rumah tangga yang terbuat dari plastic dan/atau melamin, termasuk kresek wadah. Belilah jinjingan belanja biasa yang dapat digunakan berkali-kali atau memakai pembungkus kardus pada saat belanja di supermarket. (vi) Melakukan gerakan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) terhadap segala sumberdaya yang kita gunakan jika memungkinkan. 10.2 Isu Lingkungan Nasional dan Lokal Berbagai isu lingungan baik yang bersifat nasional maupun lokal yang muncul dalam 1-2 dasawarsa belakangan ini semakin meningkat derajat kompleksitas dan intensitas dampaknya. Dari sekian banyak isu, dalam sub ini dipilihkan beberapa isu saja yang relative cukup mewarnai kehidupan masyarakat local dan nsional. Semua gangguan yang muncul menjadi isu tersebut sesungguhnya sebagian besar berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan dampak Perubahan Iklim Dunia. Semua isu mendasar tersebut telah dibahas oleh para pakar dan penentu kebijakan dari hampir seluruh dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio De Jeneiro 109 menghasilkan suatu konsesus tentang beberapa bidang penting khususnya tentang prinsipprinsip kehutanan (forest principle) yang dituangkan dalam dokumen dan perjanjian : NonLegally Binding Authorotative Statement of Prinsiple for a Global Consensus on the Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forest dan Bab 11 dari Agenda 21 Combating Deforestation. Kemudian dalam pertemuan ketiga dari Komisi Pembangunan Berkelanjutan (CSD-Commission of Sustainable Development) disepakati untuk membentuk Intergovermental Panel on Forest (IPF) guna melanjutkan dialog dalam kebijakan kehutanan skala global (Eleanora, 2013) Pada abad 21 ini kelestarian lingkungan sama pentingnya dengan keadilan bagi Hak-Hak Azasi Manusia (HAM). Mangunjaya (2006) mengemukakan bahwa wacana lingkungan hidup bersama-sama dengan pelestarian alam merupakan isu penting di dunia Internasional mengingat keterkaitan global dan biosfer bumi yang mempunyai satu sistem hukum alam yang telah tetap dan harmonis dapat berubah menjadi bencana jika satu komunitas (negara) berbuat kesalahan yang sangat fatal mengelola lingkungan dan alam aslinya; oleh karenanya Indonesia dengan sumberdaya alam (SDA) yang sangat besar serta keanekaragaman hayatinya yang kaya akan menjadi sorotan dunia jika diangap “tidak becus” mengelola kelestarian alam dan lingkungannya. Pencemaran lingkungan Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita; dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama di antaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. Perubahan peilaku manusia merupakan salah satu syarat keberhasilan semua upaya penanganan masalah pencemaran lingkungan. Gambar 11.4 memperlihatkan akibat perilaku manusia dalam bembuang limbah yang tidak saja dapat menimbukan pencemaran air dan darat tapi juga dapat menyebabkan kebanjiran. 110 Gambar 10.4. Penumpukan Sampah Akibat Perilaku Manusia Sumber: https://dedikurniawanzoom.files.wordpress.com/2013/10/sampah-walikota2.jpg Dari berbagai jenis sampah yang sulit terdegradasi di alam, jenis-jeins plastik memerlukan perhatian serius. Penggunaan plastik bagi berbagai keperluan yang sangat tinggi memunculkan akibat terjadinya penumpukan limbah plastik karena hanya digunakan untuk sekali pakai saja. Plastik yang banyak digunakan oleh kalangan industri maupun rumah tangga merupakan salah satu jenis polimer yang secara umum berbahan dasar polipropilena (PP), polietilena (PE), polistirena (PS), polimetil metakrilat (PMMA), high density polyethylene (HDPE) dan polivinilklorida (PVC) yang tidak mudah diurai secara cepat oleh mikroorganisme (Daryoso dkk., 2012) Bencana lingkungan yang menonjol saat ini selain disebabkan dampak global warming karena rusaknya lapisan ozon serta perusakan hutan dan lahan yang terjadi karena penebangan liar (illegal logging), tapi juga seperti dikemukakan (Handayani, 2006) disebabkan oleh berbagai jenis pencemaran yaitu: (i) Pencemaran air (darat) akibat pembuangan limbah domestik, limbah B3 serta limbah usaha dari sector industri dan pertambangan. Pencemaran air mengakibatkan air yang debitnya sudah sangat langka, menjadi langka karena penurunan kualitasnya, sehingga air tidak lagi dapat memenuhi persyaratan untuk berbagai penggunaan, (ii) Pencemaran sebagai akibat masalah urban yang memunculkan seperti penimbunan sampah dan limbah domestik, pencemaran udara (oleh emisi kendaraan bermotor), kelangkaan air bersih dan keterbatasan lahan (kesesakan). Masalah ini disebabkan oleh tingginya laju urbanisasi, kurangnya fasilitas umum dan pelanggaran peraturan peruntukan ruang, (iii) Pencemaran laut dan perusakan pantai yang mencakup perusakan hutan mangrove, abrasi pantai, pencemaran air laut, pengerukan pasir darat, dan perusakan terumbu karang telah 111 menimbulkan kerusakan lingkungan laut dan pantai. Kehidupan nelayan yang bergantung pada kondisi laut dan pantai sangat terkena dampak negatifnya. Kekeringan dan Kebanjiran Sebagai negara kepulauan Indonesia dikenal memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia yang menjamin mendapat hujan sepanjang waktu. Perubahan iklim telah mengubah dinamika fluktuasi iklim yang akakn memberi dampak bagi adanya ancaman banjir dan kekeringan. Sebagai negara potensi sosio-ekonomi yang besar sekali, maka kondisi ini juga yang membuat Indonesia mempunyai kerentanan yang sangat tinggi terhadap beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, dan berbagai bencana ikutan lainnya (Yayasan IDEP, 2007). Kekeringan merupakan persoalan yang memiliki dampak yang cukup signifikan utamanya dalam bidang pertanian. Kekeringan yang terjadi terlalu lama bisa berdampak pada turunnya produksi tanaman dan merugikan petani. Produksi pertanian yang rendah akan berakibat pada menurunnya kondisi pangan nasional bangsa dan menyebabkan stabilisasi perekeonomian mudah goyah. Hal lain yang bisa terjadi jika kekeringan terjadi terlalu lama adalah terganggunya sistem hidrologi lingkungan dan manusia akan kekurangan air untuk dikonsumsi. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena air adalah salah satu unsur kehidupan yang mutlak tersedia untuk keberlangsungan hidup. Masalah kekeringan di Indonesia tidak terjadi hanya karena faktor alamiah saja. Letak Indonesia secara geografis diapit dua benua juga dua samudera di sepanjang garis khatulistiwa memungkinkan terjadi kerentanan terhadap gejala kekeringan mengingat iklimnya sangat sensitive terhadap perubahan yang disebabkan oleh fenomena El-Nino Southern Oscilation (ENSO). ENSO inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan yang muncul apabila suhu di permukaan laut pasifik equator tepatnya di bagian tengah sampai bagian timur mengalami peningkatan suhu. Berdasarkan kajian banyak pakar disepakati pemahaman bahwa selain ENSO, penyebab munculnya gejala kekeringan di Indonesia antara lain: (i) Perubahan daerah aliran sungai (DAS) terutamanya di wilayah hulu yaitu beralihnya fungsi lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi dan/atau dari lahan hutan/konservasi menjadi lahan budidaya. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan dan kerusakan sistem resapan air di kawasan tersebut. (ii) Degradasi lingkungan di daerah hulu, yang biasanya didominasi oleh hutan alam, hutan lindung, dan hutan konservasi, menyebabkan kerusakan hidrologis wilayah hulu yang 112 berakibat waduk mengering. Pada saat musim hujan kondisi ini mengakibatkan terjadinya erosi yang memicu pendangkalan waduk dan saluran irigasi diisi oleh sedimen. Proses degradasi lingkungan yang terjadi berulang-ulang tiap tahunnya tanpa ada upaya pemulihan yang memadai akan menurunkan kapasitas dan daya tampung air oleh lingkungan kawasan hulu. Kondisi ini mengakibatkan cadangan air yang kurang dan memicu kekeringan parah saat musim kemarau tiba. (iii) Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini akibat pola tanam petani di Indonesia yang memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi serta berbagai bentuk kekeliruan kegiatan budidaya tanaman. Cara dan upaya menanggulangi kekeringan di Indonesia tersebut antara lain adalah: (i) Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau. Terkait ini sebaiknya masyarakat Indonesia dengan difasilitasi oleh pemerintah dan DPR (melalui kebijakan dan perundang-undangan) melakukan rekayasa sosial untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk mengalihkan sebagian kecil sumber karbohidrat pangannya dari beras ke komoditas yang lain yang sebagian besar lebih murah dan juga ongkos produksinya lebih rendah dibandingkan dengan produksi beras. (ii) Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi dan sistem penyimpanan air (waduk, embung, kanal, empang), serta menata-ulang sistem dan tata kelola air secara paripurna mulai tingkat lokal hingga terkoordinasi secara Nasional. (iii) Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan, wilayah konservasi hutan, juga wilayah resapan air. Terkait ini berarti kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan harus lebih ditingkatkan baik mulai dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan kegiataan, hingga dalam evaluasinya. Semua kegiatan harus transparan, rasional, dan dapat dipertanggung-jawabkan. (iv) Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat dan mudah diakses oleh masyarakat. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Kerusakan lingkungan, perubahan fisik permukaan tanah menyebabkan penurunan daya tampung dan daya simpan air hujan, sehingga sebagian besar curah hujan dialirkan sebagai air limpasan (runoff) yang sangat berpotensial menjadi bencana banjir terutama pada daerah hilir (Tjasyono dkk., 2007). 113 Beberapa upaya yang perlu dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya banjir, yaitu: (i) Mengembangkan sistem drainase yang baik sehingga air hujan dan air masuk lainnya dapat didistribusikan dengan lancar melalui jairngan saluran air hingga ke sungai esar bdan tersimpan di waduk dan bentuk badan air penyimpan lainnya. Semua saluran air harus terbebas dari endapan dan sampah yang dapat menghambat aliran air. Harus dihindari juga adanya genangan air yang dapat memicu terjadinya banjir yaitu dengan membuat saluran air yang memadai. Jika diperlukan dapat dibuat terowongan saluran air di bawah tanah. (ii) Mengembangan pengelolaan sampah yang baik, sehingga terhindar pembuangan sampah sembarangan yang dapat menghambat aliran air. Pengelolahan sampah yang baik dimulai dari tingkat rumah tangga. Jika masyarakat sudah mampu mengelola dengan baik secara mandiri dan dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle terhadap sampah, maka akan tercipta kondisi mendekati “zero waste” dan sudah tentu akan membantu mencegah banjir. (iii) Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon atau tanaman di area sekitar rumah. Pohon berbatang besar akan membantu “menyimpan” air dan memberikan kesejukan. Bila di satu kampung memiliki drainase yang baik dan di tiap rumah memiliki pohon, maka dapat dipastikan kampung tersebut akan terhindar dari banjir. (iv) Melestarikan hutan, melaksanakan penghutanan kembali hutan gundul, pemeliharaan hutan lindung, pemeliharaan vegetasi di kawasan tangkapan air dan hutan lindung (termasuk daerah bukit/lereng atau daerah yang berkemiringan/curam), serta mencegah pembalakan liar (illegal logging) dan pembakaran hutan akan menjamin terpeliharanya sistem hidrologi (tata air) kawasan yang ditanggung-jawabi oleh kumpulan pohon-pohon di hutan. Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan mampu menyerap air hujan sampai sebanyak 20% volume curahan hujan. Akar pohon memiliki daya hisap terhadap air tanah sebagi akibat perbedaan potensial air yang tinggi antara akar dan ujung tajuk dan dengan digabungkan dengan efek dari karakter molekuk air yang saling berikatan secara ionik, maka akan tertahan sangat banyak molekul air di dalam tanah yang akan di lepas ke sekitarnya sesuai keseimbangan air di kawasan. (v) Membuat lubang biopori dan membuat sumur serapan. Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan 114 menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir. Sumur serapan berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan kembali ke siklus air yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan dan menyebabkan banjir. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. (vi) Melaksanakan pendalaman sungai, yang cenderung mudah mengalami pendangkalan oleh sedimen yang diangkutnya. Kegiatan ini akan memperlancar aliran air hingga dapat mengurnagi efek banjir ketika curah hujan sangat tinggi. (vii) Penggunaan paving stone untuk jalan; pembangunan jalan setapak dengan sistem paving block dapat membuat jalan lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan penggunaan aspal, sehingga apabila hujan turun air banjir dapat terserap ke dalam tanah dengan cepat. Di beberapa negara maju telah dikembangkan paving penutup jalan yang menggunakan photocatalytic cement yang terbuat dari susunan partikel nano dari titanium dioksida. Partikel nano tersebut mampu menyerap asap yang mengandung gas nitrogen oksida dari udara. Kerusakan pantai Beberapa penyebab terjadinya kerusakan pantai menurut Hidayat (2006) disebabkan oleh: (i) Naiknya Permukaan Air Laut. Kenaikan ini lambat laun akan mengakibatkan undurnya garis pantai ke daratan, yang disebabkan dengan penggenangan langsung dan sebagian sebagai hasil penyesuaian profil air laut kepada permukaan air yang lebih tinggi. (ii) Perubahan Suplai sedimen. Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari darat (clastis sediment) atau dari laut (biogenic sediment). Perubahan pola cuaca dunia yang menyebabkan musim kering dapat mengakibatkan berkurangnya debit sungai yang merupakan suplai material dan penyebab sedimentasi pada pantai itu. Berkurangnya suplai sedimen dari laut dapat terjadi karena daerah karang yang rusak atau pertumbuhan karang yang lambat. (iii) Gelombang Badai. Pada saat badai terjadi, arus tegak lurus pantai yang cukup besar yang mengangkut material ke arah tegak lurus pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi akibat gelombang badai ini berlangsung dalam waktu singkat tetapi temporer, karena material yang tererosi akan tinggal di surf zone dan akan kembali ke pantai ketika gelombang tenang (swell). Namun apabila di lepas pantai bathimetrinya sangat terjal, atau terdapat palung-palung pantai, maka sedimen yang terbawa ke laut akan mengisi daerah yang dalam tersebut dan tidak sampai ke pantai. 115 (iv) Limpasan (overwash). Overwash adalah suatu akibat terjadi selama periode hempasan gelombang. Ombak dan air luapan mengikis pantai dan mengangkut material pantai. (v) Angkutan oleh Angin. Kepindahan material lepas dari suatu pantai oleh angin bisa merupakan suatu penyebab erosi. Di banyak daerah, bukit pasir alami berpindah di belakang daerah pantai yang aktif. Bukit pasir ini dapat menghasilkan suatu volume sedimen pantai besar. (vi) Pengangkutan Sedimen. Pasir diangkut searah pantai (long shore transport sediment) oleh ombak yang menghempas pada suatu pantai. (vii) Pemisahan Sedimen Pantai. Penyortiran sedimen pantai oleh tindakan gelombang mengakibatkan pembagian kembali partikel butir sedimen (pasir, kulit kerang/kerang, dan shingle) sepanjang profil pantai menurut ukurannya. Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di dunia sesduah Brazil (di Amerika Latin). Hutan yang merupakan kumpulan pohon-pohon dan komponen abiotik dan biotik lainnya menjadikan hutan sangat penting bagi pengendali system hidrologis lahan dan pengendali iklim, di samping berperan sebagai paru-paru dunia. Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia; dan Indonesia merupakan urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut Megadiversity Country. Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di Indonesia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai luas 133,7 juta ha atau sekitar 60 persen dari luas total Indonesia (Departemen Kehutanan, 2009). Hutan mempunyai manfaat langsung dan tidak langsung yang telah dikenal secara luas. Manfaat langsung dari hutan adalah penghasil kayu dan non kayu, sedangkan manfaat tidak langsung adalah sebagai pengatur iklim mikro, pengatur tata air dan kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan dimasa yang akan datang. Hutan juga berperan penting dalam perubahan iklim. Dalam konteks perubahan iklim, hutan dapat berperan baik sebagai penyerap/penyimpan karbon (sink) maupun pengemisi karbon (source of emission); deforestasi dan degradasi meningkatkan emisi, sedangkan aforestasi, reforestasi dan kegiatan penanaman lainnya serta konservasi hutan meningkatkan serapan (Tim Badan Litbang Kehutanan Dan TN Meru Betiri, 2011) Fungsi hutan Indonesia itu sejak 30 tahun belakangan ini mengalami kemunduran akibat kegiatan: illegal logging atau penebangan liar, pengubahan atau konservasi hutan menjadi lahan 116 pertanian, berbagai bentuk perusakan lahan hutan, serta kebakaran dan pembakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan bukan saja menghilangkan kuasan areal hutan, tetapi juga berdampak terhadap akumulasi gas rumah kaca (GRK). Kebakaran hutan yang pada tahun 2015 dirasakan demikian merusak dan merugikan, sesungguhnya sudah terjadi sejak lama. Kalimantan merupakan salah satu pulau yang memiliki luasan hutan yang sangat besar yaitu sekitar 28,23 juta ha semakin menurun karena seringnya terjadi kebakaran hutan dengan kejadian kebakaran paling besar pada tahun 1997 di Kalimantan Barat (Saharjo dkk., 2013). Kebakaran hutan dan lahan bukan saja menghilangkan kuasan areal hutan, tetapi juga berdampak k terhadap akumulasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Kebakaran hutan dan lahan yang sebagian terbesar disengaja karena pertimbangan ekonomi/bisnis dan “keserakahan” segelintir oknum telah ditunjukkan oleh fakta-fakta mencengangkan dan perlu diketahui oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia, yaitu: (i) Tahun 1982-1983 merupakan kebakaran hutan atau lahan yang terbesar pertama di Indonesia (hampir 3,7 hektar). (ii) Tahun 1997-1998, kebakaran terjadi di 23 provinsi dari 27 provinsi di Indonesia (hampir seluruh wilayah ASEAN terkena dampaknya). (iii) Tahun 1999-2007, kerugian dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera mencapai USD 7,8 miliar dan di wilayah Kalimantan kerugian mencapai USD 5,8 miliar; (iv) Berdasarkan data MODIS yang diterima oleh stasiun bumi LAPAN Pare-pare periode tanggal 128 September 2014, akumulasi hotspot tertinggi terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, kemudian di Provinsi Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Secara timeseries harian, akumulasi hotspot tertinggi terjadi pada tanggal 14 September 2014, selanjutnya pada 16, 25, dan 20 September 2014 seperti terlihat pada Gambar 11.5 (LAPAN, 2014). (v) Kebakaran hutan (Gambar 11.6) dan kebakaran lahan yang terjadi selama musim kemarau periode tahun 2015 (berlangsung antara Juni-Nopember 2015) yang tergolong paling parah terutama pada efek kebakaran hutan yang berganmbut baik di Sumatera maupun di Kalimantan. Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menunjukkan Riau menjadi daerah tertinggi ketiga dalam jumlah titik panas di Sumatra yang mencapai 471 titik. Hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua menyatakan Provinsi Jambi paling banyak terdapat titik panas, dengan jumlah 166 titik, diikuti Sumtera Selatan (148 titik panas), Sumatra Barat (25 titik panas, Bengkulu (10 titik panas), dan Sumatra Utara (empat titik panas) 117 (Warta Agro, 2015). Kebakaran kali ini bukan hanya menghancurkan riuan hektar hutan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada sebagian besar masyarakt yang wilayahnya berdekatan atau sekitar hutan yang terbakar, tetapi efek kebakaran dirasakan menekan masyarakat penduduk Singapura dan Malaysia; sehingga kebakaran tahun 2015 tampaknya aspek politis mewarnai isu kebakaran dan penanganan kebakaran itu sendiri. Gambar 10.5. Peta titik api di Indonesia 14 September 2014. Warna gelap adalah titik api/kebakaran Gambar 10.6. Kebakaran hutan Sumber: http://wartaagro.com/berita-jumlah-hot-spot-kebakaran-hutan-bertambah.html 118 Secara umum bahaya kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut: (i) Polusi udara yang ditumbulkan oleh gas hasil emisi pembakaran dan asap. Polusi udara menimbulkan gangguan kesehatan khususnya penyakit saluran pernapasan. Asap tebal yang ditimbulkan bisa mengganggu aktivitas transportasi. (ii) Secara jangka pendek suhu udara panas di sekitarnya dan dalam jangka panjang menyebabkan pemanasan global. (iii) Menipisnya jumlah oksigen di udara. (iv) Kemungkinan terjadinya banjir, kekeringan, dan kelaparan lebih besar di wilayah tersebut. (v) Bisa menjadi penyebab kelangkaan flora dan fauna yang mati karena terbakar dan terpapar suhu tinggi. (vi) Terganggunya aktivitas produktif manusia dan terganggungu aktivitas industri baik karena bahan bakunya dari hutan menurun maupun pabrik dan tenaga kerjanya terganggu langsung oleh asap. (vii) Terjadinya penurunan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang masuk. Adapun cara mencegah kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api (hot spot) cukup tinggi terutama lahan gambut di musim panas dan kemarau yang berkepanjangan. 2. Menerapkan larangan yang ketat (termasuk dalam wujud perundang-undangan) untuk: membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan, tidak meninggalkan bekas api ungggun yang membara di hutan, membuat arang di hutan, membuang puntung rokok sembarangan di dalam hutan. Pelaangan juga harus diikuti oleh penindakan tegas bagi para pelaku penyebab kebakaran hutan. 3. Melengkapi sistem pemantauan dengan memperbanyak dan melengkapi di berbagai wilayah rawan kebakaran menara pengamat, alat transportasi dan mobil pemadam kebakaran, dan alat telekomunikasi yang memadai serta melakukan patroli dengan intensitas yang memadai sesuai dinamika perkembangan iklim untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran. 4. Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musin kemarau untuk memantau wilayah hutan dengan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran. 5. Pemerintah membantu mengurangi konflik yang bisa mengakibatkan kebakaran hutan, seperti menyelesaikan sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan dan/atau perusahaan pemegang hak pengelolaan hutan serta mengembangkan program kerjasama antara pemerintah dan petani kecil/masyarakat serta pihak perusahaan agar masyarakat 119 dapat memperoleh manfaat yang besar dari hutan (tanpa merusak hutan) dan sekaligus menjaga hutan bersama-sama. 10.3 Etika dan Konservasi Lingkungan Manusia saat ini sering menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani yaitu mengeksploitasi alam di luar batas kemampuan alam melakkan pemulihan dirinya serta sering melakukan aktivitas yang mencemari lingkungan. Dengan demikian manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakkan lingkungan hidup yang terjadi. Cara pandang dan sikap manusia terhadap lingkungan hidup menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup, arti materi dan kepuasan materi. Kiranya perlu dipahami oleh manusia tentang etika dalam hidup bersama dan memanfaatkan alam agar kelestarian mafaat lingkungan tetap terjaga.. Pengertian dan Definisi Etika Lingkungan Hidup Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian lingkungan Hidup (berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997) adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika lingkungan maka hak dan kewajiban manusia terhadap lingkungan mendapatkan keseimbangnya; manusia harus membatasi perilaku dan berupaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kewajaran dan daya dukung lingkungan hidup. Dalam hal ini etika lingkungan “mengatur” hubungan antara sesama manusia yang tidak boleh berdampak negatif atau merusak lingkungan hidup; dan aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung tidak boleh merusak kesimbangan, tatanan, dan daya dukung lingkungan hidup. Beberap prinsip etika lingkungan hidup yang harus ditegakkan manusia adalah meliputi: sikap hormat terhadap alam, bertanggung jawab, kasih sayang dan kepedulian terhadap alam, tidak melakukan aktivitas dan bersikap yang merugikan, hidup sederhana dan selaras dengan alam, berkeadilan dan demokratis, integritas moral. 120 Etika menjamin konservasi dan keberlanjutan kegunaan sumberdaya apa pun yang terlibat dalam pembangunan kawasan. Etika adalah piranti moral bagi perumusan kebijakan pembangunan yang cerdas. Di Indonesia, pembangunan kawasan yang sudah pasti akan bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak seperti usaha keluarga skala kecil, usaha tani, kerajinan, berdagang, atau manufaktur. Di dalamnya aka terjadi interaksi antara masyakarat, pemerintah dan lingkungan hidup. Untuk itu di dalam prencanaan program dan pelaksanaan pembanugan harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (i) memberikan prioritas kepada usaha swaproduksi daripada impor; (ii) mengembangkan teknologi produksi yang dapat mudah diadopsi oleh pelaku usaha kecil; (3) tidak mengganggu ekosistem kawasan, berarti memelihara keterpaduan dan kekukuhan sistem alami tempat kegiatan tersebut bekerja; (4) penganekaragaman hasilpanen atau hasil barang untuk meningkatkan pendapatan; (5) memastikan hak perolehan pilih akan hasilpanen atau hasilbarang bagi konsumen; dan (6) pemajuan kesehatan dan kesejahteraan penduduk (Notohadikusumo, 2005). Lebih lanjut dikemukakan bahwa asas konservasi lahan adalah penerapan tataguna lahan dan dilakukan secara bersama-sama segenap pemangku kepentingan. Konservasi lahan harus dirancang pada aras (level) regional dengan sistem lahan sebagai satuan kerja dengan mempertimbangkan bentang lahan kawasan (landscape region) yang memiliki struktur geologi dan pedologi, iklim, dan keterpaduan sejarah geomorfologi yang khas. Kerusakan Alam dan Penyebabnya Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: (i) bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti gunung berapi, angin topan, dan gempa; serta (ii) . bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia. Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa: hujan abu vulkanik yang menyebabkan gangguan pernafasan), material padat (batuan, kerikil, pasir), serta lava panas, awan panas, dan gas beracun yang dapat merusak dan membunuh makhluh hidup. Letusan beberapa gunung berapi yang dahsyat di muka bumi ini ternyata dapat mempengaruhi perubahan suhu permukaan bumi seperti ditunjukkan pada Tabel 10.1. Kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan letusan gunung berapi sangat bervariasi tergantung intensitas dan frekuensi letusan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui metode dari Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC) (www.eclac.cl) telah mengukur total kerugian dan kerusakan akibat erupsi Gunung Merapi tahun 121 2010 yaitu sebesar Rp. 4,23 trilyun (www.bnpb.go.id) dan secara keseluruhan sektor pertanian budidaya dan tanaman pangan tetap menjadi sektor yang paling terkena dampak di samping sektor perumahan dan sektor industri dan usaha mikro kecil dan menengah (Marhaento dan Kurnia, 2015). Tabel 10.1. Data teknis letusan dahsyat beberapa gunung berapi di bumi dan penaruhnya terhadap penurunan suhu bumi belahan utara (Rampino & Self, 1984 dalam Pratomo, 2006) Erupsi (Latitude) *) Tahun Letusan VEI Tambora (8oS) 1815 Krakatau (6oS) 1883 St. Maria Volume Magma (km3) Tinggi asap letusan (km) Aerosol H2SO4 (parameter optik) (kg) 7 > 50 > 40 6 >10 > 40 **) 2x1011 Aerosol H2SO4 (data inti es di kutub utara) (kg) 1,5 x1010 Penurunan suhu di Belahan bumi utara (oC) 0,4-0,7 5x1010 5,5 x1010 0,3 10 10 1902 6 9 > 30 <2x10 2 x10 0,4 Katmai (58oN) 1912 6 15 > 27 <2x1010 <3 x1010 0,2 St. 1980 5 0,35 22 3x1010 0-0,1 1963 4 0,3-0,6 18 1-2x1010 0,3 o (15 N) Helens (46oN) Agung (8oS) *) latitude atau derajat lintang Utara (U) atau Selatan (S); **) VEI = Volcano Explosivity Index; Angin topan dan gempa bumi juga merupakan kerusakan alam (bukan oleh manusia) yang sering terjadi. Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Sementara itu gempa bumi menimbulkan bahaya yang tidak kalah dahsyatnya dengan letusan gunung berapi. Gempa bumi getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra dengan intensitas mulai dari lemah atau sampai tinggi hingga menimbulkan kerusakan yang parah misalnya gempa di Yogyakarta dan gempa di Aceh yang menimbulkan tsunami pada tahun 2004 dengan merusak permukiman hingga lenyap dari posisi awalnya seperti diilustrasikan pada Gambar 11.7. Gempa sangat dahsyat di Aceh (26 Desember 2004) (dengan rpusat gempa sekitar 100 kilometer sebelah barat pantai Sumatra) 122 diperkirakan berkekuatan 9,1- 9,3 pada skala Richter selama 10 menit yang diikuti dengan munculnya gelombang raksasa. Biasanya, gempa semacam ini hanya berlangsung beberapa detik saja dan menurut para ahli ini merupakan gempa terbesar kedua dalam 100 tahun terakhir; tahun 1960, sebuah gempa bumi di Chile tercatat berkekuatan 9,5 skala Richter (DW Akademie, 2014). Gambar 10.7. Dampak tsunami aceh tahun 2014 sumber: http://www.dw.com/id/apa-yang- sebenarnya-terjadi-dalam-tsunami-2004/a-18141866 Manusia dalam kehidupannya seringkali melakukan aktivitas yang bersifat mengganggu dan merusak lingkungan baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Perkembangan pola hidup manusia dari bentuk kehidupan masa lalu yang sederhana dan konvensional menjadi bentuk kehidupan yang modern ternyata telah meningkatkan keragaman dan intesitas bentuk perusakan terhadap alam lingkungan hidupnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain: (i) pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industry, (ii) banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan, (iii) tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: penebangan hutan secara berlebihan dan illegal logging, perusakan mangrove, perburuan liar, konservasi rawa-rawa untuk permukiman, konservasi hutan untuk lahan pertanian. pembuangan sampah tidak terkendali, merusak fungsi daerah aliran sungai (DAS) misalnya dengan mendirikan bangunan di atasnya, dan penambangan liar (pasir dan emas). 123 Saat ini perusakan lingkungan akibat konversi lahan sudah cukup memprihatinkan. Konversi lahan di kawasan hulu dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak hanya berakibat pada kawasan sekitar konversi, melainkan juga berakibat pada kawasan yang ada di bagian hilir daerah alirang sungai (DAS) mengingat adanya interkoneksitas kawasan hulu dan hilir. Contoh kasus sering menjadi sorotan telah dipublikasikan oleh Lestari dan Dharmawan (2011) yaitu bencana banjir di hilir DAS Ciliwung tepatnya di Jakarta yang terjadi akibat perubahan tata ruang di bagian hulu yaitu wilayah Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Jika terjadi banjir di kawasan hilir, kebanyakan orang menyebutnya sebagai “Banjir kiriman dari Bogor”. Istilah ini menandakan bahwa fungsi wilayah hulu sebagai wilayah resapan air tidak lagi berjalan dengan baik. Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Di lain pihak pemerintah harus mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan dengan membuat dan menegakkan implementasi berbagai peraturan/perundangan yang diperlukan serta menyusun program pembangunan berkelanjutan sesuai amanat masyarakat dunia yang tercermin dalam konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan yang merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah: menjamin pemerataan dan keadilan, menghargai keanekaragaman hayati, menggunakan pendekatan integrative, dan menggunakan pandangan jangka panjang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain dengan pelestarian tanah, pelestarian udara, dan pelestarian hutan. Pelestarian tanah, yaitu tindakan yang bertujuan melesatrikan fungsi dan daya dukung tanah meliputi tanah datar tempat bermukimna dan melakukan berbagai aktivitas, lahan miring/perbukitan yang rawan menimbulkan bencana, dan tanah dengan berbagai fungsinya. Banjir dan erosi yang biasanya menyebabkan pengikisan lapisan tanah dan berdampak pada hilangnya kesuburan tanah harus dicegah. Penanaman pohon atau penghijauan lahan tandus, memelihara hutan lindung pada daerah berkemiringan dan daerah tangkapan air, serta peningkatan kualitas teknik budidaya tanaman dan yang teknik olah tanah bersifat melindungi tanah (terasering lahan berkemiringan) merupakan suatu keharusan. Pelestarian udara, yaitu tindakan yang bertujuan untuk memulihkan dan menjaga kualitas udara agar layak bagi kehidupan atau bebas polutan. Pembiaran udara yang tercemar polutan berarti akan membiarkan perusakan komponen ekosistem, karena sebagian besar mahkhluk hidup 124 teruama manusia dan hewan memerlukan oksigen untuk respirasi dan akan terganggu dan teracuni bila kadar polutan di atas ambang aman. Banyak burung pemakan serangga yang hijrah ke tempat lain untuk menghindari polutan udara, padahal burung sangat berperan dalam perlindungan tanaman pertanian dari gangguan berbagai hama ulat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain: melakukan penanaman pohon dan/atau tanaman hias, karena beberapa jenis tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Sebagai organisme autotrof, tumbuhan melangsungkan proses fotosintesis yang menggunakan gas karbondiaoksida yang diserap melalui stoma (mulut daun) dan air yang diserap oleh bulu-bulu akar untuk menghasilkan gula (terpolimerisasi menjadi karbohidrat di sel daun) dan gas oksigen yang bermanfaat bagi hewan dan manusia. Upaya pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran dengan mengendalikannya di tingkat sumbernya misalnya yaitu menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, knalpot kendaraan dan cerobong asap pabrik yang dilengkapi dengan filter. Sementara itu kita juga harus mengurangi penggnaan bahan-bahan yang dapat merusak lapisan ozon. Pelestarian hutan sangat penting dan mendasar untuk dilakukan oleh semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yang memungkinkan. Sampai di awal dekade ini eksploitasi hutan yang dilakukan terus menerus ternyata kurang diimbangi dengan pemulihan kembali hutan. Laju keruskan hutan masih jauh lebih tinggi dari laju rehabilitasi hutan. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan di samping masalah kebakaran.Semenatar itu faktanya hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan di antaranya: (i) reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul, (ii) melarang secara keras dan konsisten menerapkan sanksi berat bagi kegiatan penebangan hutan secara sewenang-wenang dan tidak sesuai dengan aturan/perundang-undangan yang berlakum, (iii) ikut memelihara dan melestarikan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Di samping itu saat ini mulai dikembangkan menjadikan kegiatan pelesitarin hutan sebagai bagian dari kegiatan ekowisata. Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari cultural industry yang melibatkan seluruh masyarakat sekaligus merupakan kegiatan konservasi yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata (Hijriati dan Mardiana, 2014). Kegiatan ini secara ekonomis memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi 125 di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan, mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi, seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pelestarian laut dan pantai yang sesungguhnya merupakan sumber daya alam potensial. Berbagai dampak aktivitas manusia seperti pengambilan pasir pantai, pengambilan karang di laut, pemanfaatan lahan mangrove untuk kegiatan lain yang mengubah fungsinya, serta penggunaan bom dan racun untuk pengambilan ikan laut telah menunjukkan hasilnya seperti terjadinya abrasi pantai dan nelayan kesulitan mendapatkan tangkapan ikannya. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara: (i) melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai, (ii) melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut, (iii) melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan, dan (iv) melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan. Pelestarian flora dan fauna juga merupakan kegiatan yang mendesak untuk dilakukan. Hilangnya salah satu jenis flora dan/atau fauna akan mengganggu mata rantai kehidupan yang akan berakibat terjadinya gangguan keseimbangan alam. Jenis-jenis tertentu di hutan alam banyak yang menjadi penyangga bagi kelangsungan ketersediaan bahan pangan. Jenis-jenis umbi-umbian tertentu misalnya setelah melalui proses domestikasi kemudian hari akan menjadi andalan bagi penyediaan bahan pangan manusia dan sumber energi alternatif. Dengan demikian kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah: (i) mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa, (ii) melarang kegiatan perburuan liar, dan (iii) menggalakkan kegiatan penghijauan. Pelindungan Kawasan Konservasi saat ini harus menjadi perhatian lebih serius mengingat tekanan terhadap kawasan konservasi semakin berat. Mengingat pentingnya konsewasi sunberdaya hayati, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk melindungi 10% dari luas daratan dan 20 juta ha habitat pesisir dan laut sebagai kawasan konsewasi (Dephutbun, 2000). Sesuai GBHN 1999 (Ketetapan MPR Nomor IVlMPW 1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004), yang saat ini masih sangat relevan untuk dilanjutkan implementasinya, arah kebijakan pembangunan perlindungan dan konsewasi alam adalah: (i) mengelola dan memelihara daya dukung SDA agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi; (ii) meningkatkan pemanfaatan potensi SDA dan lingkungan hidup dengan melakukan konsewasi, rehabilitasi, dan penghematan penggunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan; (iii) mendelegasikan 126 secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan SDA secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undang-undang; (iv) mendayagunakan SDA untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dm keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur undang-undang; (v) menerapkan indikatorindikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan SDA yang dapat diperbarui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat balik. Direktur Konsewasi Kawasan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam (2000 dalam Setiawan dan Alikodra, 2001) menggariskan kebijaksanaan umurn pengelolaan kawasan konsewasi, sebagai berikut: (i) Mengupayakan terwujudnya tujuan dan misi upaya konsewasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yaitu : perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. (ii) Meningkatkan pendayagunaan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan konservasi dan hutan lindung untuk kegiatan kegiatannya mencakup pemanfaatan kawasan, yang menunjang budidaya. pemanfaatan jasa lingkungan Jenis dan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada kawasan konservasi. (iii) Memberdayakan peran serta masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan hutan lindung melalui pembinaan masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap upaya konservasi dan upaya peningkatan kesejahteraannya. (iv) Keterpaduan dan koordinasi untuk mencapai pembangunan kawasan konservasi yang integral dengan pembangunan sektor lain di sekitarnya sehingga kegiatan pembangunan tersebut dapat terselenggara secara selaras, serasi, dan seimbang. (v) Pemantauan dan evaluasi untuk mengetahui keefektifan pengelolaan dan penentuan arah kebijakan pengelolaan selanjutnya. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi sumberdaya hayatinya tersebut bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Sekali suatu spesies hilang atau punah maka spesies tersebut akan punah selamanya. Sementara itu masih banyak sekali spesies yang belum diketahui kegunaannya bagi umat manusia. Oleh karena itu prinsip save it, study it, and use it merupakan prinsip yang sangat tepat. Adapun masih banyaknya kerusakan yang terjadi pada 127 kawasan konservasi saat ini mengindikasikan masih banyaknya masalah yang dihadapi, antara lain adalah pandangan bahwa konservasi semata-mata merupakan kegiatan Departemen Kehutanan dan minirnnya peranan pemerintah daerah sebagai akibat kebijakan dan kewenangan pengelolaan kawasan konservasi masih bersifat sentralistis (Setiawan dan Alikodra, 2001). EVALUASI 1. Global Warming yang menerpa bumi saat ini disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Mengapa demikian? 2. Berikan contoh dampak Global Warming yang anda rasakan dan jumpai dalam kehidupan sehari-hari! 3. Efek kerusakan sumberdaya alam karena daya-daya alam itu sendiri (non antrophogenic) seperti gempa bumi dan tsunami serta letusan gunung berapi misalnya sering diperparah dengan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat perilaku manusia. Jelaskan mengapa demikian dan berikan contoh. 4. Jelaskan hubungan banjir yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan fungsi hutan dan perilaku manusia. Bagaimana sikap dan bentuk partisipasi Anda untuk mencegah bencana banjir di kemudian hari? 5. Apa dampak kebakaran hutan dan lahan bagi masyarakat secara lokal, Nasional, dan global? Menurut Anda bagaimana seharusnya peran pemerntah dan masyarakat dikembangkan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. 128 DAFTAR PUSTAKA Adam, John MF. 2011. Hubungan Antara Obesitas Dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Adiningsih NU. 2002. Mengkhawatirkan, Kondisi Lapisan Ozon Bumi. Harian Suara Pembaruan. Jakarta. Aesijah S. 2000. Latar Belakang Penciptaan Seni. Harmonia 1 (2): 62-74. Afrizal LH. 2014. Psikoanalisa Islam, Menggali Struktur Psikis Manusia dalam Perspektif Islam. Jurnal Kalimah 12 (2): 237-261. Agusta, I. 2009. Kritik Ekolopgi Poskolonial. J Sodality 3 (1): 49-76. Alikodra HS, Pratondo BJ & Sahardjo BH. 2006. Aplikasi Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) Untuk Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan (Studi Kasus Di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat). Jurnal Ilmiah Geomatika 12 (2): 62-74. Ambarsari N, Komala N & Cahyono WE. 2013. Korelasi Ozon Dan Bromin Monoksida Di Indonesia Berbasis Observasi Satelit Aura-Mls. J Sains Dirgantara 10 (2): 116-125. Aryulina Diah, dkk. 2007. Biologi 1. Erlangga. Jakarta. Audesirk,T; Audesirk ,G; dan Byers B.E. 2002. Biology: Life on the Earth, 6 th Ed. , Prentice Hall do Brasil, Ltd. Rio de Janeiro. Astri Lestari A & Dharmawan AH. 2011. The Socio-Economic and Socio-Ecological Impact of Land Conversion. Sodality 5 (1): 1-12. Baransano HK dan Mangimbulude JC. 2011. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. Jurnal Biologi Papua 3 (1): 39-45. Barcroft, A., and Myskja, A.. 2003. Aloe vera Nature’s Silent Healer. London: BAAM Publishing Ltd. diunduh di http://books.google.co.id/books?id=nfJCulLeVrMC&printsec=frontcover&dq=Barcroft+Aloe+v era+nature's+silent+healer&hl=id&sa=X&ei=Xrw0UdvmNsuIrAeUr4HIDQ&redir_esc=y Bhumiratana & Kongsawat. 2008 diunduh di http://antonbiologi.blogspot.co.id/2013 Burhanuddin, Salam. 1997. Etika Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Cahyono WE. 2014. Dampak Peningkatan Radiasi Ultraviolet B Terhadap Manusia. LAPAN. Jakarta. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG, and Taylor MR. 2002. Biology. 4th Ed. , Addison Wesley World Student Series, San Fransisco. Cambell. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga 129 Cartega Protocol. 2000. Dapat diunduh di https://www.cbd.int/doc/legal/cartagena-protocol-en.pdf Casey, Denny. 2012. Nature of Science. Virginia Science Standards Institute. Diunduh di http://www.vmnh.net/content/File/VSSI_1_2012/nospresentation72112.pdf Daryanto dan Suprihatin. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gava Media Diwyanto, K., dan B. Setiadi. 2003. Peran Komisi Nasional Plasma Nutfah dalam Pengelolaan Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik Pertanian. Makalah Apresiasi Plasma Nutfah di Bogor, Juni 2003. Bogor. Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2010. Kurva Biaya (Cost Curve) Pengurangan Gas Rumah Kaca Indonesia. Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia. Jakarta. Daryoso K, Wahyuni S & Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit P Ada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Samp Ah Plastik (Polietilen). Indo. J . Chem. Sci. 1 (1): 50-54. Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan, Jakarta. Dephutbun. 2000. Program pembangunan nasional (PROPENAS) perlindungan dan konservasi dam tahun 2000-2004. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam. Jakarta. Dharmawan AH. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertauatn Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik. Sodality 1 (1): 1-40. DW Akademie, 2014. Apa Yang Sebenarnya Terjadi Dalam Tsunami 2004? http://www.dw.com/id/apa-yang-sebenarnya-terjadi-dalam-tsunami-2004/a-18141866. Diakses tanggal 10 Juni 2016. Efendi M, Sunoko HR & Sulistya W. 2012. Kajian Kerentanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim Berbasis Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Sub Das Garang Hulu). Jurnal Ilmu Lingkungan 10 (1): 8-18. Eleanora FN. 2013. Tindak Pidana Illegal Logging Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum ADIL 3 (2): 217238. Elyazar N, Mahendra MS & Wardi IN. 2007. Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut Di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya Pelestarian Lingkungan. Ecotrophic 2 (1): 1-18. Handayani IGAKR. 2006. Krisis Air, Illegallogging Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia. Yustisia 69: 44-50. Hidayat N. 2006. Konstruksi Bangunan Laut Dan Pantai Sebagai Alternatif Perlindungan Daerah Pantai. Jurnal Smartek 4(1): 10-16. 130 Hijriati E dan Mardiana R. 2014. Community Based Ecotourism influence the condition of Ecology, Social, and Economic Batusuhunan village, Sukabum. Sodality 2 (3): 146-159. Jasin, Maskoeri. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Jasin, Maskoeri. 2012. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajawali Pers. Karim A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah 2 (1): 273-289. Keraf, Sony A. 2006. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas. Kusmaryanto, C.B. SCJ. 2001. Problem Etis Kloning Manusia. Jakarta: PT Grasindo. Landow GP & Everett G. 2014. Auguste Comte, Positivism, and the Religion of Humanity. http://www.victorianweb.org/philosophy/comte.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016. Mangunjaya FM. 2006. Hidup Harmonis Dengan Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Marhaento H & Kurnia AN. 2015. Refleksi 5 Tahun Paska Erupsi Gunung Merapi 2010: Menaksir Kerugian Ekologis Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Journal of Geomatics and Planning 2 (2): 69-81. Martusa R. 2009. Peranan Environmental Accounting terhadap Global Warming. Jurnal Akuntansi 1(2):164-179. Munandar A. 2008. Varasi Dan Species Tumbuhan Di Wilayah Konservasi (Wildlife Conservation ) Dan Upaya Pelestariannya Di Universitas La Trobe, Bundoora Dan Bendigo, Melbourne, Australia. Jurnal Pengajaran MIPA 12 (2): 1-11. Notohadikusumo T. 2005. Implikasi Etika Dalam Kebijakan Pembangunan Kawasan. Forum Perencanaan Pembangunan, Edisi Khusus: 11-16. Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.Yogyakarta.Gajahmada University Press. Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung: Mizan. Permana RCE, Nasution IP & Gunawijaya J. 2011. Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Baduy. Makara Sosial Humaniora 15 (1): 67-76. Pratomo I. 2006. Klasifikasi Gunung Api Aktif Indonesia, Studi Kasus Dari Beberapa Letusan Gunung Api Dalam Sejarah. Jurnal Geologi Indonesia 1 (4): 209-227. Prawirohartono, Slamet. 1989. Buku Pelajaran IPA Biologi SMP: Pola Pendekatan CBSA Jilid 1. Jakarta: Erlangga. R. A. Repi, J. Ngangi, Y. S. Mokosuli. 2008. BIOLOGI, Jilid 1, Depdiknas UNIMA. Rahman AZ. 2015. Kajian Mitigasi Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik 1(1): 1-7. 131 Razali I. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Laut. Komunitas 3 (2): 61-68. Jurnal Pemberdayaan Rellua O. 2013. Proses Perizinan Dan Dampak Lingkungan Terhadap Kegiatan Reklamasi Pantai. Lex Administratum I (2): 158-167. Ridwan. 2014. Manusia Menurut Al-Qur El-Midad 6 (2): 144-164. Rusdianti K dan Sunito S. 2012. Konversi Lahan Hutan Mangrove Serta Upaya Penduduk Lokal Dalam Merehabilitasi Ekosistem Mangrove. Sodality 6 (1): 1-17. Rusli S, Widiono S & Indriana H. 2010a. Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Jawa. Dan Masa Pemulihannya. Sodality 3 (1): 77-112. Rusli S, Widiono S & Indriana H. 2010b. Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Sumatera. Dan Masa Pemulihannya. Sodality 4 (1): 59-90. Saharjo BH, Putra EI & Subhan U. 2013 Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) akibat Kebakaran Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2000-2009. J. Silvikultur Tropika 4 (2): 113 – 118. Sania Saenong, Rahman Hairuddin, Muhammad Yasin Said, Nururrahmah Hammado. 2011. Pemberdayaan SAINS MIPA dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/buku/lahankering/berlereng1. pdf. Diakses tanggal 30 Mei 2016. Setiawan A & Alikodra HS. 2001. Tinjauan Terhadap Pembangunan Sistem Kawasan Konservasi Di Indonesia. Media Konservasi 7 (2): 39-46. Sunaryanto D. 2011. Pengaruh Mutu Bahan Bakar Minyak Solar . Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi 45 (3): 223 – 230. Suprijanto I. 1996. Perubahan Pantai Utara Jakarta. Media Libangkes 6 (2): 4-7. Susandi A, Herlianti I, Tamamadin M & Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan 12 (2): 1-8. Syaufina L, Siwi R & Nurhayati AD. 2014. Perbandingan Sumber Hotspot sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah Hujan di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Riau J. Silvikultur Tropika 5 (2): Hal 113-118. Soemarwoto, Otto. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Sodiq, Mochammad. 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Syukur, Cheppy. 2006. Pengelolaan Plasma Nutfah Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. 132 Trowbridge dan Sund. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. Toffler, Alvin. 1980. The Third Wave. London: Pan Books Ltd in association with William Collins Sons & Co. Ltd. Tim Badan Litbang Kehutanan Dan TN Meru Betiri. 2011. Review Tent Ang Illegallogging Sebagai Ancaman Terhadapsumberda Y Ahut An Dan Implement Asi Kegia T An Pengurangan Emisi Dari Deforest Asi Dan Degradasi (Redd+) Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Balibang Kehutanan Kementerian Kehutanan, Indonesia dan International Tropical Timber Organization (ITTO). Bogor. Tempo. 2014. Kematian Dini Sel Telur. https://m.tempo.co/read/news/2014/06/04/095582316/kematian-dini-sel-telur. Diakses tanggal 10 Juni 2016. Tjasyono BHK, Juaeni I & Harijono SWB. 2007. Proses Meteorologis Bencana Banjir Di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 8 (2): 64-78. Tutik TT. 2012. Hakikat Keilmuan Ilmu Hukum Ditinjau Dari Sudut Filsafat Ilmu dan Teori Ilmu Hukum. Mimbar Hukum 24 (3): 377-569. Widiyatno, Soekotjo, Naiem M, Hardiwinoto S & Purnomo S. 2011. Pertumbuhan Meranti (Shorea Spp.) Pada Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur Dengan Teknik Silvikultur Intensif (TPTJ-SILIN). J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8 (4): 373-383. Wijayanti A. 2014. Pengembangan Autentic Assesmentberbasis Proyek Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 3 (2): 102-108. Watanabe, T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi (Morphologies of Cultured Fungi) Second Edition. Florida : CRC Press. Warta Agro. 2015. Jumlah Hot Spot Kebakaran Hutan Bertambah. http://wartaagro.com/beritajumlah-hot-spot-kebakaran-hutan-bertambah.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016. Yayasan IDEP. 2007. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Yayasan IDEP. Ubud-Bali. Https://m.tempo.co/read/news/2015/08/10/090690443/menteri-susi-70-persen-terumbu-karangdi-indonesia-rusak Http://www.karawangnews.com/2013/06/masalah-sampah-di-indonesia-dan.html Http://olahsampah.com/index.php/component/content/article/15-pengelolaan-sampah/31konversi-sampah-perkotaan-menjadi-bahan-bakar 133 BIODATA PENULIS Dr. Ir. Sutarman, M.P. lahir di Lampung, 5 Januari 1963. Lulus S1 pada tahun 1988 di Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Lampung, melanjutkan studi S2 di Program Studi Ilmu Tanaman KPK PPS UGMUNIBRAW lulus tahun 1994, lulus Program Doktor Ilmu Kehutanan Institut Pertanian Bogor tahun 2003. Sejak tahun 2009 penulis menjadi dosen tetap Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Penulis aktif dalam organisasi tingkat lokal maupun regional. Penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui hibah universitas maupun hibah Kementerian Ristekdikti. Sejak 2014 penulis lebih intensif menggeluti riset dan kajian bioteknologi konservasi yang berbasis pada pemanfaatan fungi bagi kesehatan dan produktivitas pertanaman. Penulis saat ini melalui Klinik Agrokompleks Fakultas Pertanian UMSIDA memimpin pelayanan konsultasi penanganan hama-penyakit tanaman serta konsultasi pest control untuk konstruksi, industri, resort, dan pergudangan bagi masyarakat. Septi Budi Sartika, S.Pd., M.Pd. lahir di Ponorogo, 9 September 1985. Lulus Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Surabaya tahun 2008. Penulis melanjutkan studi S2 di Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya lulus tahun 2010. Penulis saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa program Doktor di prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Karir pendidikan dan pengajaran dimulai tahun 2010 di Prodi Pendidikan Guru SD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo selanjutnya tahun 2013 menjadi dosen tetap di Prodi Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Selain pendidikan dan pengajaran penulis juga terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik didanai oleh Ristekdikti maupun dana mandiri. Penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang akademik seperti seminar, workshop/ lokakarya, pelatihan serta pembimbingan tugas akhir dan kegiatan akademik mahasiswa. Ria Wulandari, S.Pd., M.Pd. dilahirkan di Kediri, 16 April 1985. Pendidikan dasar ditempuhnya di Sekolah Dasar Negeri di daerah kelahirannya. Pendidikan menengah ditempuhnya di SMA Negeri 1 Kediri. Pendidikan S1 di Prodi Pendidikan Fisika diselesaikan di Universitas Negeri Malang pada tahun 2007. Gelar Magister Pendidikan Sains diperolehnya di Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2010. Sejak tahun 2013 sampai sekarang, menjadi dosen tetap di prodi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Fitria Eka Wulandari, S.Si., M.Pd. lahir di Bondowoso, 12 Juli 1983. Lulus Sarjana Biologi di Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya tahun 2007. Penulis melanjutkan studi S2 di Prodi Pendidikan Sains Universitas negeri Surabaya lulus tahun 2010. Karir pendidikan dimulai di Prodi Pendidikan Guru SD UMSIDA tahun 2010. Penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik dana mandiri, hibah institusi, maupun Ristekdikti. Penulis ikut terlibat aktif dalam kegiatan asosiasi Prodi dan kegiatan akademik mahasiswa. 134