( State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review)
Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan
menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya terkait dengan kawat tanah pada jaringan distribusi
tegangan
menengah
akan
dijadikan
sebagai
acuan
(referensi)
dalam
pengembangan pembahasan pada tugas akhir ini. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk menentukan batasan – batasan masalah yang akan dibahas pada penelitian
ini. Adapun beberapa tinjauan mutakhir dari referensi penelitian tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Penelitian tentang Pengaruh Pemasangan Kawat Tanah dan Arrester untuk
Melindungi Saluran Distribusi Tegangan Menengah Akibat Surja Petir yang
dilakukan oleh Adi Rusmana pada tahun 2013 dengan hasil yaitu setelah
pemasangan kawat tanah dan arrester gangguan yang terjadi mengalami
penurunan jumlah gangguan sebesar 58% , sehingga kontruksi tersebut dapat
di katakan berhasil menurunkan jumlah gangguan petir sehingga dapat di
aplikasikan pada system penyulang yang sering mengalami gangguan akibat
surja petir. Beda kontruksi dudukan kawat tanah yang ada pada penyulang
serangan mempengaruhi efektifitas perlindungan kawat fasa akibat adanya
sambaran petir.
2.
Penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pemasangan Kawat Tanah Akibat
Gangguan Surja Petir Pada Penyulang 20 kV yang dilakukan oleh Harry
Sukmawan pada tahun 2013 dengan hasil yaitu setelah pemasangan kawat
tanah pada penyulang Kerambitan, terjadi penurunan gangguan penyulang
akibat sambaran petir menjadi 4 kali, kemudian penurunan SAIDI, penekanan
SAIFI dan penyelamatan kWh serta rupiah terselamatkan.
6
7
2.2
Tinjauan Pustaka
2.2.1 Gelombang Berjalan
Sampai saat ini sebab – sebab dari gelombang berjalan yang telah diketahui
ialah (Hutauruk, 1991):
a. Sambaran kilat secara langsung pada kawat
b. Sambaran kilat tidak langsung pada kawat (induksi)
c. Operasi pemutusan (switching operations)
d. Busur tanah (arching grounds)
e. Gangguan – gangguan pada oleh berbagai kesalahan
f. Tegangan mantap sistem.
Semua macam sebab – sebab ini menimbulkan surja pada kawat yaitu surja
tegangan dan surja arus. Dari sudur energy dapat dikatakan bahwa surja pada
kawat disebabkan oleh penyuntikan energy secara tiba – tiba pada kawat.
Kecepatan merambat gelombang berjalan tergantung dari konstanta – konstanta
kawat. Pada kawat diudara, kecepatan merambat ini kira – kira 300 meter per
mikrodetik jadi sama dengan kecepatan cahaya. Pada kabel tanah kira-kira 150
meter per mikrodetik. Bila gelombang mencapai titik peralihan atau diskontinuitas
akan terjadi perubahan pada gelombang tersebut sehingga terdapat sedikit
perbedaan dengan gelombang asal.
Gambar 2.1 Bentuk dan spesifikasi gelombang berjalan
(Sumber : Hutauruk, 1991)
8
Spesifikasi dari gelombang berjalan :
a. Puncak gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang
b. Muka Gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai
puncak.
Dalam hal ini diambil dari 30% E
sampai 90% E, Ekor
gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak
c. Panjang gelombang , t2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai
titik 50% pada ekor gelombang .
d. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negative
Suatu gelombang berjalan dinyatakan sebagai :
Untuk menentukan berapa waktu yang dibutuhkan oleh suatu gelombang berjalan
merambatkan gelombang tersebut maka berdasarkan waktu dan cepat rambat dari
gelombang tersebut dimana digunakan rumus :
Dimana :
= waktu untuk merambatkan gelombang berjalan
= jarak gelombang dirambatkan
= cepat rambat gelombang berjalan (3 x 108 m/detik)
2.2.2 Pantulan Pada Gelombang Berjalan
Bila gelombang berjalan menemui titik peralihan, misalnya : hubungan
terbuka, hubungan singkat atau perubahan impedansi; maka sebagian gelombang
itu akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan kebagian lain dari titik
tersebut. Pada titik peralihan itu sendiri, besar tegangan dan arus dapat dari 0
sampai 2 x besar tegangan gelombang datang.
Gelombang yang datang dinamakan gelombang datang atau “incident wave”
dan kedua gelombang lain yang timbul karena titik peralihan itu dinamakan
gelombang pantulan “reflected wave” dan gelombang terusan “transmitted wave”.
9
Gambar 2.2 Perubahan impedansi pada titik peralihan
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Keterangan gambar :
= gelombang datang atau “incident wave”
= gelombang pantulan atau “reflected wave”
= gelombang terusan atau “transmitted wave”
Misalkan sebuah gelombang datang
surja
merambat pada saluran dengan impedansi
dan menemui titik peralihan T, dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Gelombang berjalan pada titik peralihan
(Sumber : Hutauruk, 1991)
10
Bila gelombang datang
dipantulkan yaitu
mencapai titik peralihan, sebagian akan
dan sebagian lagi akan diteruskan, yaitu
pada kawat
.
Keterangan gambar :
= tegangan pada titik sambungan J
= tegangan pada titik peralihan T
= impedansi seri pada saluran k
= impedansi di belakang titik sambungan J
= impedansi di belakang titik peralihan T
= impedansi surja saluran k
Misalkan titik peralihan itu sebagai pusat koordinat dan simisalkan pula semua
kawat – kawat ideal maka terdapat hubungan – hubungan :

gelombang datang

gelombang pantulan :

gelombang terusan
:
:
jumlah gelombang tegangan dan arus pada titik peralihan yaitu :
Gelombang tegangan pantulan ( ) adalah :
Sehingga
menjadi :
Maka tegangan total menjadi :
Gelombang arus pantulan ( ) adalah :
11
Maka arus total menjadi :
Dimana :
Impedansi di belakang titik peralihan :
Maka :
Sehingga untuk menentukan tegangan pada titik sambungan yaitu :
Arus melalui impedansi shunt
pada gambar 2.3 yaitu :
Arus dan tegangan yang diteruskan pada kawat k, dimana
persamaan 2.14 maka :
dari
12
2.2.2.1 Kawat ditutup dengan tahanan
Gambar 2.4 Kawat ditutup dengan Tahanan
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Dimana :
Akan ditinjau 3 keadaan khusus ;
a.
pantulan tegangan positif
pantulan arus negative
b.
, tidak ada pantulan tegangan
, tidak ada pantulan arus
c.
, pantulan tegangan negative
13
, pantulan arus positif
2.2.3 Pantulan Berulang dan Diagram Tangga
Dalam banyak persoalan – persoalan penting seperti halnya pada teori
pengaruh – pengaruh sepotong kabel, kawat tanah, penangkap petir atau arrester
perlu diperhatikan pantulan berulang dari gelombang berjalan. Sering kali sangat
sulit untuk mengikuti jejak dari begitu banyak gelombang yang disebabkan oleh
pantulan berulang itu. Oleh sebab itu untuk dapat mengikuti jejak gelombang gelombang itu pada setiap saat diperlukan diagram tangga (lattice diagram) atau
disebut diagram waktu-ruang. Dengan diagram tangga ini dapat melihat posisi dan
arah gerak dari tiap – tiap gelombang datang, gelombang pantulan dan gelombang
terusan pada sistem itu pada setiap saat (Hutauruk,1991).
2.2.3.1 Diagram tangga
Pada gambar 2.5 menggambarkan suatu kawat yang diketanahkan di titik
1,2 dan 3. Gelombang datang dimisalkan dari kiri. Setelah menemui titik 1
sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan. Gelombang yang diteruskan
mencapai titik 2 dan disini sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan. Hal
yang sama terjadi juga pada titik 3 dan titik selanjutnya. Sirkuit – sirkuit antara
titik sambungan dapat merupakan kawat udara atau kabel yang mempunyai
impedansi
surja,
(Hutauruk,1991).
kecepatan
merambat
dan
redaman
yang
berbeda
14
Gambar 2.5 Diagram tangga
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Pada gambar 2.5 diketahui bahwa :
= operator pantulan untuk gelombang yang datang dari kiri
= operator pantulan untuk gelombang yang datang dari kanan
= operator terusan untuk gelombang yang datang dari kiri
= operator terusan untuk gelombang yang datang dari kanan
= konstanta redaman
= titik – titik sambungan
15
Untuk membuat diagram tangga untuk gelombang berjalan maka harus
mengikuti konstruksi dari diagram tangga yaitu :
a. Letakkan titik – titik sambungan menurut skala sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan untuk melalui tiap seksi
b. Pilihlah skala waktu vertical sebelah kiri dari diagram itu
c. Lukislah jalannya gelombang itu secara diagonal
Keuntungan dari pemilihan panjang seksi yang disesuaikan dengan waktu
yang diperlukan oleh gelombang melalui seksi itu ialah semua diagonal
mempunyai kemiringan (slope) yang sama.
Dari diagram tangga itu dapat dilihat :
a. Semua gelombang menurun dalam perambatannya
b. Posisi dari suatu gelombang pada saat tertentu diberikan oleh skala waktu
vertical
c. Jumlah tegangan pada tiap titik pada waktu tertentu ialah superposisi dari
semua gelombang yang telah sampai pada titik itu pada saat tertentu
d. Asal mula tiap gelombang dapat dicari dengan mudah yaitu dari mana
datangnya dan gelombang mana yang berkomposisi dengannya
e. Dengan diikutsertakannya redaman dapat dihitung berapa turunan
gelombang dalam perambatannya tiap seksi.
2.2.4 Teori Kawat Tanah
Kawat tanah atau kawat perisai (shielding wire adalah kawat – kawat pada
saluran transmisi yang ditempatkan diatas kawat fasa. Efisiensi perlindungan
bertambah bila kawat tanah semakin dekat kawat fasa. Untuk sambaran langsung
kawat tanah melindungi kawat fasa, dan untuk memperoleh perisai yang baik
kedudukan kawat tanah harus memenuhi beberapa persyaratan penting yaitu
(Hutauruk, 1991) :
a. Jarak kawat tanah di atas kaway fasa diatur sedemikian rupa agar dapat
mencegah sambaran langsung pada kawat – kawat fasa.
b. Pada tengan gawang (mid span) kawat tanah harus mempunyai jarak yang
cukup di atas kawat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api samping
16
(side flashover) selama waktu yang diperlukan untuk gelombang pantulan
negative dari menara kembali ketengah gawang, dan ini akan mengurangi
tegangan pada tengah gawang.
c. Tahanan kaki menara harus cukup rendah untuk membatasi tegangan pada
isolator agar tidak terjadi lompatan api pada isolator.
2.2.4.1 Sambaran langsung pada menara
Bila sambaran kilat mengenai menara transmisi, arus yang besar mengalir
ke tanah dan sepasang gelombang berjalan merambat pada kawat tanah.
Gambar 2.6 Gelombang Berjalan pada Kawat Tanah yang disebabkan oleh Kilat
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Gelombang e1 merambat pada kawat tanah dan gelombang induksi ek merambat
pada kawat fasa. Misalkan :
Z
= impedansi surja dari kanal kilat
Z11
= impedansi surja sendiri dari kawat tanah ekivalen
Zkk
= impedansi surja sendiri kawat fasa k
Z1k
= impedansi surja bersaman antara kawat tanah ekivalen dengan kawat
fasa k
e
= gelombang datang dari sambaran kilat
e’
= gelombang pantulan pada kanal sambaran kilat
17
e1
= gelombang datang pada kawat tanah
ek
= gelombang datang pada kawat fasa k
R
= tahanan kaki menara
i
= arus petir yang menyambar kawat tanah
I
= arus menara
Untuk menentukan besar gelombang surja yang menyambar kawat tanah maka
digunakan rumus :
Sehingga besar gelombang surja yang melalui kawat tanah serta untuk
menentukan besarnya arus pada menara maka digunakan rumus 2.21 dan 2.22.
Bila hanya ada satu kawat tanah, atau m kawat tanah diganti satu kawat tanah
ekivalen seperti gambar 2.6 sehingga untuk menentukan besar gelombang
pantulan maka dapat digunakan rumus 2.23 dan 2.24.
Gambar 2.7 Suatu kawat diketanahkan dengan tahanan R
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Dan
18
Jadi seluruh gelombang pantulan dan terusan hanya tergantung dari
. Bila
gelombang mula mencapai menara yang lain, gelombang surja akan dipantulkan
dan diteruskan menurut persamaan 2.23 dan 2.24. Gelombang pantulan yang
sampai ke menara pertama dari titik pantulan, dipantulkan kembali dan proses ini
akan terjadi berulang – ulang seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.8 Gelombang pantulan dan terusan pada kawat tanah
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Gelombang pantulan yang datang dari kanan ke menara 1 adalah
dan
dipantulkan pada menara tersebut. Koefisien pantulan dapat diperoleh dengan
memparalelkan Z, R dan
untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen dari gambar 2.7 untuk gelombang pantulan dari kanan
(Sumber : Hutauruk, 1991)
19
Koefisien pantulan adalah :
Koefisien terusan pada menara 1 adalah :
Jadi gelombang yang merambat ke kanan (atau ke kiri) dari menara 1
merupakan superposisi dari gelombang pantulan dan gelombang terusan pada
menara 1 adalah :
Bila diperhatikan terlihat bahwa hasil yang sama akan diperoleh bila kanal
kilat tersebut dimisalkan mempunyai impedansi surja 2Z, menara pertama
diketanahkan melalui tahanan 2R dan kawat fasa serta kawat tanah hanya menuju
ke satu jurusan dari menara 1 dapat dilihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen gelombang berjalan pada gambar 2.6
(Sumber : Hutauruk, 1991)
2.2.4.2 Pengaruh tahanan kaki menara dan bentuk gelombang
Tahanan kaki menara yang rendah mempunyai lima keuntungan yaitu
(Hutauruk, 1991) :
a. mengurangi tegangan kawat tanah
b. mengurangi tegangan kawat fasa
20
c. mengurangi tegangan pada isolator
d. membatasi gangguan pada jarak yang kecil
e. memperpendek lama terjadinya tegangan yang berbahaya
Gangguan yang disebabkan oleh sambaran langsung yang mempengaruhi
kawat tanah bukanlah suatu gelombang sederhana yang dirambatkan sepanjang
transmisi, melainkan gelombang yang besar yang ditimbulkan oleh pantulan
berulang, dan ini harus dibatasi pada jarak yang pendek serta harus cepat dibatasi.
Makin panjang muka gelombang serta makin rendah tegangannya akan
menyebabkan gelombang pantulan yang timbul telah mulai memperkecil
gelombang datang.
2.2.4.3 Sambaran pada tengah gawang (Midspan)
Bila kilat menyambar kawat pada pertengahan gawang dimana R =
dan
lompatan api tidak terjadi maka ditentukan dengan persamaan :
Tegangan – tegangan tersebut tetap ada sampai berkurang oleh gelombang –
gelombang pantulan dari menara – menara berikutnya. Bila panjang gawang
dalam mikro-detik adalah T, maka waktu tersebut harus dilampaui sebelum
pengurangan terjadi. Selama itu lompatan api antara kawat tanah dan kawat fasa
harus cukup jauh sehingga tegangan percik tidak tercapai sebelum gelombang
pantulan tiba yang akan mengurangi tegangan pada pertengahan gawang.
2.2.5 Konstruksi Kawat Tanah pada Saluran Udara Tegangan Menengah
Kawat tanah adalah kawat untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir.
Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil
mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. Namun jika petir
menyambar dari samping maka akan mengakibatkan kawat fasa tersambar dan
menyebabkan gangguan. Pemasangan kawat tanah dilakukan dengan berbagai
cara. Pada tiang ukuran 14 meter, ground wire dapat langsung dipasang pada
ujung tiang. Namun pada tiang ukuran 9 sampai dengan 13 meter, digunakanlah
berbagai alternatif pemasangan ground wire.
21
Gambar 2.11 Konstruksi dudukan kawat tanah type simetris model segitiga
(Sumber : PT PLN (Persero) Area Bali Selatan, 2011)
Material yang digunakan untuk pembuatan konstruksi dudukan kawat tanah
tersebut adalah besi galvanis. Panjang besi galvanis yang diperlukan yaitu 360 cm
dan kemudian besi galvanis tersebut dibentuk sedemikian rupa, seperti gambar
2.11 sehingga terbentuk suatu segitiga sama kaki.
Setelah berjalan beberapa waktu, konstruksi dudukan kawat tanah ini
mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk konstruksi kawat tanah ini
dilakukan karena beberapa alasan antara lain :
1. Material dudukan kawat tanah atau kawat tanah model segitiga sulit diperoleh
dan dibuat.
2. Adanya masukan dari tim PDKB PLN. Masukan yang disampaikan oleh tim
PDKB adalah bila di satu titik lokasi dimana terpasang ground wire dengan
model bentuk segitiga terdapat kerusakan isolator yang diharuskan untuk
diganti maka tim PDKB tidak bisa melaksanakan pekerjaan penggantian
isolator tanpa padam karena metode yang digunakan tim PDKB adalah dengan
cara menjauhkan kawat fasa dari isolator dan bila dipaksa dijauhkan maka
22
akan berakibat fatal yaitu kawat fasa akan bersentuhan dengan dudukan kawat
tanah atau akan terjadi flashover.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka dilakukan perubahan
bentuk konstruksi dudukan kawat tanah seperti pada gambar 2.12 dan 2.13.
Material yang digunakan untuk pembuatan dudukan kawat tanah adalah pipa
galvanis dengan diameter 2 inchi, dilengkapi dengan begel / pemegang pada tiang.
Pipa tersebut dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan konstruksi pada saluran
udara tegangan menengah yang akan dipasang dudukan kawat tanah. Dudukan
kawat tanah ini memiliki dua type yaitu model dengan konstruksi symetris dan
tarik, serta model konstruksi new jack atau unbalanced. Dudukan kawat tanah
seperti gambar 2.12 dan 2.13 memiliki tinggi 185 dari travers atau tinggi 150 cm
di atas kawat fasa lebih tinggi dari dudukan kawat tanah bentuk segitiga, hal ini
disebabkan untuk mendapatkan sudut yang kecil sehingga kawat fasa pada sisi
terjauh dapat terlindungi dari sambaran petir. Dudukan ini dibentuk sedemikian
rupa menyerupai penangkal petir jenis spike. Dengan tinggi 150 cm diatas kawat
fasa maka diharapkan kawat tanah tersebut dapat melindungi kawat fasa pada sisi
terjauh dari sambaran petir. Dengan perubahan bentuk dudukan kawat tanah ini
diharapkan akan mempermudah proses pekerjaan pemeliharaan di saluran udara
tegangan menengah. Model dudukan beserta kelengkapan dari dudukan kawat
tanah dapat dilihat pada gambar 2.12 dan 2.13.
23
Gambar 2.12 Bentuk konstruksi kawat tanah type simetris dan tarik setelah perubahan
(Sumber : PT PLN (Persero) Area Bali Selatan, 2011)
Gambar 2.13 Bentuk dudukan kawat tanah untuk tipe konstruksi new jack
(Sumber : PT PLN (Persero) Area Bali Selatan, 2011)
24
2.2.6 Gangguan Kilat pada Saluran Udara Tegangan Menengah
Gangguan kilat pada saluran udara tegangan menengah dibedakan menjadi
dua macam gangguan menurut cara terjadinya sambaran, yaitu sambaran kilat
langsung dan sambaran induksi. Sebagaimana diketahui panjang gawang saluran
udara tegangan menengah berkisar antara 40 sampai 80 meter, tetapi
pengetanahan tiang dilakukan selang 3 sampai 4 gawang, yaitu untuk saluran
dengan kawat tanah atau kawat netral. Jadi sambaran langsung dianggap semua
pada tiang, baik pada tiang yang diketanahkan maupun tiang yang tidak
diketanahkan dengan jumlah sambaran dianggap sama (Hutauruk, 1991).
a.
Sambaran langsung
Yang dimaksud sambaran langsung adalah apabila kilat menyambar
langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat
tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Pada saluran udara tegangan menengah
diasumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan
perisaian. Asumsi ini dapat dibenarkan karena tinggi kawat diatas tanah relative
rendah (10 sampai 13 meter) dan juga karena dengan sudut perisai yang biasanya
lebih kecil 600 sudah dianggap semua sambaran kilat mengenai kawat tanah, jadi
tidak ada kegagalan perisai. Pada saat kilat menyambar kawat tanah atau kawat
fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat
pada kawat. Arus yang besar ini dapat membahayakan peralatan – peralatan yang
ada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung
pada besar arus kilat, waktu muka dan jenis tiang saluran.
b.
Sambaran tidak langsung
Bila terjadi sambaran kilat ketanah di dekat saluran maka akan terjadi
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat.
Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat kejadian ini timbul
tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat di
tempat sambaran berlangsung. Fenomena transien pada kawat berlangsung hanya
dibawah pengaruh gaya yang memaksa muatan – muatan bergerak sepanjang
hantaran, atau dengan perkataan lain transien dapat terjadi dibawah pengaruh
komponen vektor kuat medan yang berarah sejajar dengan arah penghantar. Jadi
25
bila komponen vektor dari kuat medan berarah vertical, dia tidak akan
mempengaruhi atau menimbulkan fenomena transien pada penghantar.
2.2.7 Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Langsung Pada
Saluran dengan Kawat Tanah
Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung pada parameter kilat
(arus puncak dan waktu muka) juga dipengaruhi oleh jenis saluran dan tiang
penopang. Jenis saluran adalah saluran tanpa kawat tanah dan saluran dengan
kawat tanah, dan jenis tiang penopang adalah : tiang besi, tiang kayu dan tiang
beton. Tiang kayu atau beton, demikian juga lengan (cross arm) kayu
mempengaruhi besar tingkat ketahanan impuls isolasi saluran. Perhitungan akan
dilakukan berdasarkan tiang dan lengan besi. Pengaruh penambahan tingkat
ketahanan isolasi dari kayu atau beton dapat ditambahkan pada tingkat ketahan
impuls isolasi dari isolator.
Tahanan kontak tiang pada tiang – tiang yang diketanahkan mempengaruhi
juga tegangan yang timbul pada isolator saluran. Besar tahanan kontak ini berkisar
antara 5 ohm sampai 50 ohm. Dalam perhitungan dianjurkan menggunakan 5 ohm
(Hutauruk, 1991).
Seperti diketahui pemasangan kawat tanah bertujuan untuk melindungi
kawat fasa dari sambaran kilat langsung. Dengan adanya kawat tanah yang
letaknya diatas kawat fasa dank arena tinggi kawat diatas tanah relative rendah,
dianggap semua sambaran menganai kawat tanah, jadi tidak ada yang menyambar
kawat fasa. Pada saluran udara tegangan menengah tidak semua tiang
diketanahkan, tetapi selang 3 sampai 4 gawang, jadi disini dianggap semua
sambaran mengenai tiang, baik tiang yang diketanahkan maupun tiang yang tidak
diketanahkan. Jumlah sambaran pada tiang yang diketanahkan diambil sama
dengan jumlah sambaran pada tiang yang tidak diketanahkan. Jadi sambaran ke
kawat tanah dibagi dalam dua golongan, sambaran pada tiang diketanahkan (50%)
dan sambaran pada tiang tidak diketanahkan (50%).
26
Untuk pada tiang, kilat seolah – olah menemui impedansi surja kawat dan
impedansi surja tiang terhubung parallel. Sehingga untuk menentukan besar
impedansi surja tiang dan surja kawat tanah adalah :
(
)
( )
( )
Dimana :
= impedansi surja kawat tanah
= impedansi surja tiang
= tinggi kawat tanah diatas tanah
= jari – jari tiang
= radius kawat tanah/jari – jari kawat tanah
Setelah kilat menyambar tiang, gelombang merambat pada tiang kedasar
tiang. Pada dasar tiang terjadi pantulan, dan gelombang pantulan ini merambat ke
puncak tiang dimana mengalami pantulan kembali. Jadi pada tiang terjadi
pantulan ulang. Sebagaimana disebut pada pasal yang lalu, besar tahanan kontak
tiang yang diketanahkan diambil 5 ohm dan tahanan kontak tiang yang tidak
diketanahkan sangat besar, beberapa ratus sampai ribuan ohm. Sebagai harga rata
– rata disarankan menggunakan 100 ohm untuk tiang besi dan 500 ohm untuk
tiang beton.
Jumlah gangguan pada SUTM akibat kilat relative tinggi dan juga tidak
dibutuhkan perhitungan yang sangat teliti, maka rumus yang diusulkan oleh
Razevig digunakan untuk menentukan besar arus kilat yaitu :
Dimana :
= besar arus kilat minimum yang mengakibatkan lompatan api
(kA)
= tegangan lompatan api pada isolator (kV)
R
= tahanan kontak tiang (ohm)
27
= koefisien yang ditentukan pada dasar perbandingan dengan hasil
– hasil perhitungan menurut rumus yang lebih teliti (0,3 untuk satu
kawat tanah dan 0,15 untuk dua kawat tanah)
= tinggi kawat tanah diatas tanah (m)
Gambar 2.14 Konstruksi tiang beton untuk SUTM
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Untuk menentukan tegangan lompatan api pada isolator maka dapat
digunakan rumus yaitu :
(
)
28
Dengan mengetahui besar arus minimum yang dapat menimbulkan
lompatan api balik (back flashover), kemudian dapat dicari probabilitas terjadinya
lompatan api, yaitu :
(
)
Untuk menentukan jumlah sambaran yang terjadi pada saluran maka
digunakan rumus yaitu :
Jumlah kemungkinan lompatan yang terjadi pada saluran berdasarkan
jumlah sambaran yang terjadi pada saluran (
lompatan api
) dan probabilitas terjadinya
sehingga untuk menentukan jumlah kemungkinan lompatan api
adalah :
Jadi jumlah gangguan karena sambaran kilat langsung pada kawat tanah adalah :
(
Dimana
)
probabilitas peralihan dari lompatan api menjadi bsur api yang
menyebabkan gangguan pada SUTM = 0,5.
Karena sambaran langsung pada SUTM dianggap semua menyambar tiang
baik tiang yang ditanahkan atau tiang yang ditanahkan dimana diambil prosentase
terjadinya sambaran yaitu 50 % : 50 % sehingga jumlah gangguan akibat
sambaran langsung adalah :
Keterangan :
= Jumlah sambaran pada saluran
= probabilitas jumlah lompatan api
= Jumlah lompatan api pada saluran
= Jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung
= jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung pada tiang yang
ditanahkan
29
= jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung pada tiang yang
tidak ditanahkan
= Isokeraunic level/ rata – rata jumlah hari guruh pertahun
2.2.8 Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Induksi pada Saluran
dengan Kawat Tanah
Pandanglah suatu kawat setinggi h diatas tanah. Misalkan suatu sambaran
kilat vertical menyambar tanah pada jarak y dari kawat dapat dilihat pada gambar
2.15. Besar tegangan induksi pada kawat yaitu (Hutauruk, 1991) :
di mana :
= tegangan induksi pada kawat (kV)
= besar arus kilat (kA)
= tinggi rata – rata kawat diatas tanah
= jarak horizontal antara sambaran kilat dengan kawat
Bila saluran dilengkapi dengan kawat tanah, maka besar tegangan induksi pada
kawat fasa yaitu :
(
)
di mana :
= tegangan induksi pada kawat fasa dengan kawat tanah (kV)
= tegangan induksi pada kawat fasa tanpa kawat tanah (kV)
= impedansi surja sendiri kawat tanah (ohm)
= impedansi surja bersama antara kawat tanah dan kawat fasa (ohm)
= tinggi rata – rata kawat fasa diatas tanah (meter)
= tinggi rata – rata kawat tanah diatas tanah (meter)
= tahanan kontak tiang (ohm)
30
Jumlah sambaran pada daerah
untuk panjang 100 km saluran
Gambar 2.15 Saluran udata tegangan menengah
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Supaya tegangan induksi sama atau melebihi ketahanan impuls isolasi
maka,
Maka probabilitas arus yang terjadi yaitu :
(
Jadi jumlah sambaran pada bidang
melebihi
)
yang dapat menimbulkan tegangan
adalah :
(
Bila
dibuat kecil sekali,
)
berubah menjadi
dan
dan setelah dilakukan integrasi dari
berubah menjadi
sampai
terhingga) untuk kedua sisi saluran diperoleh :
(
Bila pada saluran terdapat kawat tanah maka menjadi :
)
(= tak
31
Untuk menentukan besarnya
dan
maka digunakan rumus :
(
)
Dimana :
tegangan induksi (kV)
factor perisai
impedansi surja bersama antara kawat tanah dan kawat fasa (ohm)
tinggi kawat tanah diatas tanah (meter)
jarak kawat fasa dengan kawat tanah (meter)
Jadi jumlah lompatan api adalah
(
)
Sebagaimana yang sudah dijelaskan tidak semua lompatan api dapat beralih
menjadi busur api atau gangguan dan besarnya gangguan itu tergantung dari besar
probabilitas ( ) dimana untuk SUTM besar
adalah 0,5. Dengan demikian jumlah
gangguan karena sambaran induksi pada saluran dengan kawat tanah adalah :
(
)
Keterangan :
= Jumlah lompatan api pada saluran
= jumlah gangguan akibat sambaran petir tidak langsung
= Isokeraunic level/ rata – rata jumlah hari guruh pertahun
2.2.9
Pentanahan (Grounding)
Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadi gangguan tanah atau akibat
kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat
32
menghasilkan arus gangguan dan tegangan lebih dimana gangguan tersebut
dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat
– alat pengaman tersebut.
Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman
adalah sebagai berikut (Suswanto, 2009) :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari
instalasi secara aman
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut
2.2.8.1 Tahanan jenis tanah
Factor keseimbangan antara tahanan pengetanahan dan kapasitanci di
sekeliling adalah tahanan jenis tanah (ρ). Kesulitan yang biasa dijumpai dalam
mengukur tahanan jenis tanah adalah bahwa dalam kenyataan komposisi tanah
tidaklah homogeny pada seluruh tanah, dapat nervariasi secara vertical maupun
horizontal, sehingga pada lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis
tanah dengan tahanan jenis yang berbeda, oleh karena itu tahanan jenis tanah tidak
dapat diberikan sebagai suatu nilai yang tetap. Untuk memperoleh harga
sebenarnya dari tahanan jenis tanah, harus dilakukan pengukuran langsung
ditempat dengan memperbanyak titik pengukuran. Jika pengukuran langsung tidak
di mungkinkan maka kita dapat menggunakan acuan pada table 2.1 untuk
menentukan tahanan jenis tanah.
33
Tabel 2.1 Tahanan Jenis Tanah
Jenis
Tanah
Tanah
Pasir
Tahanan
Rawa
Liat dan Basah
Kerikil
Pasir
Tanah
Basah
Kerikil
Berbatu
Ladang
Tahanan jenis 30
100
Kering
200
500
1000
3000
tanah (ohm)
Sumber : Suswanto, 2009
2.2.8.2 Elektrode pentanahan
Electrode adalah penghantar yang ditanamkan kedalam tanah yang
membuat kontak langsung dengan tanah yang merupakan titik grounding. Untuk
bahan elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga, baja yang
bergalvanis atau dilapisi tembaga. Ada tiga jenis electrode yang sering digunakan
dalam sistem pentanahan yaitu electrode batang, electrode bentuk pelat dan
electrode bentuk pita (Suswanto, 2009).
a.
Elektrode batang
Electrode batang adalah electrode dari pipa besi baja profil atau batangan
logam lainnya yang dipancang kedalam tanah secara dalam dalam. Panjang
elektroda yang digunakan disesuaikan dengan pentanahan yang diperlukan.
Gambar 2.16 Elektrode batang dan lapisan – lapisan tanah di sekeliling elektroda
(Sumber : Suswanto, 2009)
Setelah didapatkan nilai tahanan pentanahan dengan satu buah electrode
batang tapi nilainya masih terlalu besar, maka kita dapat memperkecil nilai
tersebut dengan memperbanyak elektroda yang ditanahkan dan dihubungkan
parallel seperti pada gambar berikut :
34
Gambar 2.17 Pentanahan dengan dua batang konduktor
(Sumber : Suswanto, 2009)
b.
Elektroda bentuk pelat
Elektroda bentuk pelat adalah elektroda yang berbentuk pelat, terbuat dari
logam yang difungsikan sama dengan elektroda batang. Untuk pemasangan
elektroda bentuk plat ini dapat ditanam tegak lurus dengan kedalaman kira – kira
1 meter dibawah permukaan tanah dihitung dari sisi pelat sebelah atas.
Gambar 2.18 Pemasangan elektrode pelat dipasang vertikal
(Sumber : Suswanto, 2009)
c.
Elektroda bentuk pita
Elektroda ini merupakan logam yang mempunyai penampang yang
berbentuk pita atau dapat juga berbentuk kawat yang di pilin. Elektroda ini dapat
ditanam secara dangkal pada kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari
permukaan tanah. Dalam pemasangannya elektroda pita ditanam dalam bentuk
memanjang, radial, melingkar atau kombinasi dari lingkaran dan radial.
35
Gambar 2.19 Jenis –jenis elektrode pita dan cara pemasangannya
(Sumber : Suswanto, 2009)
Download