Nino Augusta Sasongko-E1A003150

advertisement
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
CILACAP
SKRIPSI
Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
CILACAP
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010
HALAMAN PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN
LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP
Oleh :
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150
Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Penguji I/
Pembimbing I
Disetujui dan diterima
Pada tanggal April 2010
Para Penguji / Pembimbing
Penguji II/
Pembimbing II
H. Djumadi, S.H.,S.U.
Rochati, S.H.,M.Hum.
NIP. 19470505 198303 1 001 NIP. 19541009 198403 2 001
Penguji III/
Pembimbing III
Sri Hartini, S.H., M.H
NIP. 19630926 199002 2 001
Mengetahui,
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Dekan,
Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S.
NIP. 19520603 198003 2 001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, saya :
Nama
: Nino Augusta Sasongko
NIM
: E1A003150
Judul Skripsi : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
(AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN CILACAP
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul - betul
hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak dari hasil karya orang lain
ataupun dibuatkan oleh orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan pelanggaran
sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai
dengan aturan yang ada dari pihak Fakultas.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh.
Purwokerto, 21 April 2010
Nino Augusta Sasongko
NIM. EIA003150
Abstraksi
Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan
dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri
seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun
2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi
lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah
lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah
satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi
terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan
AMDAL di daerah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan. Sumber data yang diperoleh melalui data
sekunder berupa studi pustaka dan data primer dengan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditindak
lanjutkan melalui beberapa Surat Keputusan Bupati mengenai AMDAL yang
terdiri dari 4 tahapan. Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan
Hidup di kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang
dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
oleh Bupati. Rendahnya sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum
memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit Lingkungan
Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum cukup kuat
untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat memunculkan
pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang diberlakukan.
Kata kunci: AMDAL
Abstract
In course the of development that is more developed and continued, it is
necessary to study the impact of development. Just like included in section 22
article (1) law No. 32 in 2009, that is an obligation for an analysis of the impact
for the environment for every effort and/or activity that estimated to have an
important impact for environment, therefore formed a special body that
administers environment problem at region level that is one of the task is facilitate
related resort activity in the case of environment impact control, to cover the
AMDAL activity at the region.
This research used the juridicial legal research method with the legal
approach. The data source collected from secondary data that is literature and
primary data with interview.
The conclusion of this research is that AMDAL were held by the Cilacap’s
environmental government institution have done almost all of the law of AMDAL
according to the Government law No. 27 in 1997 on an analysis of the impact for
the environment that knocked down with several regent letter that AMDAL
consist of 4 steps. The disobedient of this steps is can be found by the effort
and/or activity that begun earlier than it should be, before any elegibility decision
letter by the regent received. the low sanction that given for the activites that not
yet has amdal but still progressing will be an obligatory environment audi, but this
sanction is practically is looked not yet enough to snare infringement executant on
amdal, so that infringement can showed of again because of the low consequence
from this kind of sanction.
Keyword: AMDAL
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan hidayah dan inayah serta karunia-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat agar
dapat mengikuti kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN CILACAP”, penulis yakin bahwa tanpa adanya bantuan baik moril
maupun materiil yang tidak sedikit yang telah penulis dapatkan dari berbagai
pihak, maka kelengkapan dari skripsi ini mungkin akan terwujud, meskipun
penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan karena kemampuanlah yang membatasi semua ini, untuk
itu segala kritik dan saran yang sifatnya membengun demi kesempurnaan skripsi
ini sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini, sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat:
1.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Ibu Hj. Rochani
Urip Salami, S.H.,M.S.
2.
Kepala Bagian Hukum Administrasi Negara, Bapak Sutikno, S.H.
3.
Dosen Pembimbing I, Bapak H. Djumadi, S.H.,S.U.
4.
Dosen Pembimbing II, Ibu Rochati, S.H.,M.Hum.
5.
Dosen Penguji Ibu Sri Hartini, S.H., M.H
6.
Bapak Abdul Azis Nasihudin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik.
7.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman.
8.
Ibu Ully Nasution terima kasih untuk doa dan dukungannya dan Bapak Kadar
Sasongko (alm) atas inspirasinya.
9.
Kakak saya Sandra Prima, S.E. dan Agustyawan serta Paman dan Bibi
Goenawan.
10. Bapak Sardjono, S.H. atas bantuannya dan segenap jajaran kantor Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap terutama Bapak Jamaludin. S.T. atas
kerjasama dan dukungannya.
11. Sahabat – sahabat saya Aris, Vanny, Cok Gede, Wahyu, Mar’atus, kost Poker
(Raka, Annisa, Subhan, Sofyan, Eli, Lukito, Bagus), Uci, Rahmat, Yuni,
Bunga.
12. Rekan – rekan saya dalam bermusik dan futsal
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
materiil kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Purwokerto, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN
iii
ABSTRAKSI
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
BAB I
viii
PENDAHULUAN.
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
6
D. Manfaat Penelitian
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan
1. Pengertian Lingkungan Hidup
2. Pengertian Hukum Lingkungan.
8
8
8
10
B. Tinjauan Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)
1. Pengertian AMDAL
2. Pihak – Pihak yang Terkait Dalam Penyusunan AMDAL
18
18
19
3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL
20
C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup
22
1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup
22
2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup
22
BAB III METODE PENELITIAN.
41
A. Metode Pendekatan
41
B. Spesifikasi Penelitian
41
C. Lokasi Penelitian
41
D. Sumber Data
42
E. Metode Pengumpulan Data
43
F. Metode Penyajian Data
43
G. Metode Analisis Data
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
45
A. Hasil Penelitian
45
B. Pembahasan
53
BAB V PENUTUP.
108
A. Simpulan
108
B. Saran
110
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan adalah
lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup adalah tempat pembangunan
berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia, seperti tercantum dalam Undang – Undang nomor 32 tahun 2009
disebutkan pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang,
tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Manusia dalam pengertian mengenai lingkungan hidup merupakan salah
satu unsur makhluk hidup, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang
lingkungan hidup, dan di sini manusia memiliki pengaruh terhadap kelangsungan
kehidupan makhluk hidup lainnya yang secara naluriah tidak mencemari, merusak
atau menguras lingkungan. Kehidupan makhluk hidup lain selain manusia tidak
tergantung akan ada atau tidaknya manusia tetapi sebaliknya kehidupan manusia
bergantung pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan.
Manusia seharusnya berusaha untuk menjaga agar lingkungan yang ada
tetap sehat dan serasi serta terpelihara, bahkan menjadikan lingkungan yang ada
menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan yang sudah terjadi hendaknya
diperbaiki sebelum menjadi bertambah parah.
Salah satu upaya adalah membentuk peraturan yang baik dan lengkap,
disertai penerapan dan penegakan yang baik hal ini bertujuan untuk menjaga,
memelihara lingkungan yang baik dan sehat, serta lestari. Dalam menerapkan dan
menegakkan hukum lingkungan diperlukan pelaksana dan penegak hukum yang
cakap, jujur, dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri
atau golongan serta mementingkan kenikmatan masa depan daripada kenikmatan
sesaat di masa kini.1
Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan
dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri
seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun
2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi
lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah
lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah
satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi
terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan
AMDAL di daerah.
1
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana
Lingkungan, hlm. 20.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi bentuk kajian
mengenai dampak dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan pembangunan yang
seringkali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Seperti dalam PP no. 27 tahun 1999 Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. Sehingga AMDAL diperlukan dalam setiap proses
pembangunan, baik dari perencanaan hingga nantinya pada pengawasan dan jika
terdapat permasalahan, AMDAL memperhatikan tiap aspek lingkungan yang ada,
baik
fisik-kimia,
ekologi,
sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan
masyarakat. Dalam perkembangannya instansi yang terkait dengan urusan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berada dalam lingkup
Departemen Lingkungan Hidup.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebagai penyeimbang antara
lingkungan hidup dan pembangunan memiliki standar – standar yang harus
ditegakan dalam upayanya menjaga keseimbangan kedua aspek tersebut. Dalam
pelaksanaannya lembaga terkait dalam hal ini harus memperhatikan setiap aspek
yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi pokok persoalan, baik itu
dari pelaku usaha, masyarakat, efek lingkungan, hingga pemerintah sendiri.
Berkaitan dengan pembangunan daerah dan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dapat dilihat bagaimana suatu daerah dalam membangun
membutuhkan
suatu
kajian
mengenai
pembangunan
yang
dilakukan
serta
dampak
digunakan
lingkungan
dalam
hidup
atas
merencanakan
pembangunan. Seperti kita ketahui juga setelah munculnya peraturan mengenai
otonomi daerah maka tiap daerah memiliki struktur organisasi tersendiri yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi serta mengakomodasi kepentingan
daerah tersebut.
Optimalisasi potensi daerah yang ada tentunya memiliki banyak faktor
yang menyertainya, seperti jika mengambil contoh munculnya kerugian
lingkungan akibat eksploitasi di suatu daerah yang merusak daerah lainnya seperti
izin hak penguasaan hutan (HPH) atau izin galian C di kabupaten yang berada di
hulu sungai akan mempengaruhi kabupaten yang berada di hilir sungai atau jika
kita mengambil contoh lain seperti eksploitasi yang berlebihan dan tidak
terkontrol demi meningkatkan pendapatan daerah dapat menghancurkan daerah
itu sendiri di masa depan. Namun jika kita melihat sisi baik dari optimalisasi
daerah, kita dapat menggunakan istilah daerah lebih mengetahui apa yang ada di
daerah daripada pemerintah pusat.
Dalam peraturan Perundang – Undangan mengenai Lingkungan hidup baik
itu yang bersifat umum ataupun peraturan – peraturan yang bersifat khusus
mengenai lingkungan hidup, banyak terdapat pasal – pasal yang berkaitan dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam peraturan yang ada, terdapat juga
hal –hal yang mempengaruhi proses penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan seperti pihak – pihak yang terkait dalam proses tersebut.
Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebenarnya terdapat
tingkat kesulitan yang besar. Baik itu dilihat dari dalam lembaga itu sendiri
ataupun dari luar, seperti ketika kita melihat terkadang banyak permasalahan
timbul akibat tuntutan pembangunan yang terkadang membuat manusia
melupakan lingkungan hidupnya.
Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdapat
banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap
lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang
bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku
Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah,
karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit. Karena itu
beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian,
untuk memperoleh pendataan yang baik.
Pada setiap kajian, yang mana bertujuan untuk memberikan informasi
yang berujung pada diberi atau tidaknya ijin atas suatu pembangunan, akan
kembali pada tujuan pembangunan itu sendiri dan bagaimana dampaknya bagi
lingkungan. Maksudnya di sini adalah pada setiap kajian analisis mengenai
dampak lingkungan akan memperhatikan semua aspek baik itu dari lingkungan
maupun dari kepentingan pembangunan itu sendiri.
Sebagai salah satu lembaga yang berperan dalam penanganan analisis
mengenai dampak lingkungan di daerah adalah Badan Lingkungan Hidup.. Hal ini
mendorong penulis untuk meneliti proses penanganan Analisis Mengenai dampak
lingkungan, dalam kaitannya dengan Badan Lingkungan Hidup setelah terjadi
perubahan struktur kedinasan pada suatu daerah dengan judul: ”ANALISIS
MENGENAI
DAMPAK
LINGKUNGAN
(AMDAL)
OLEH
BADAN
LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di
Kabupaten Cilacap?
2. Hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) di Kabupaten Cilacap?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di
Kabupaten Cilacap.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
A. secara teoritis
Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta guna menambah pustaka
hukum yang berkaitan dengan hukum lingkungan terutama yang berkaitan
dengan masalah yang di teliti.
B. secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut mengkontribusikan ilmu,
khususnya kepada praktisi hukum dan masyarakat mengenai analisis mengenai
dampak lingkungan, dan menjadi sarana sosialisasi serta landasan untuk pelaku
usaha dalam hal mengurus analisis mengenai dampak lingkungan serta untuk
lebih meningkatkan kinerja lembaga pemerintah terkait, dan mewujudkan
pengabdian terhadap masyarakat dan Negara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan
1.
Pengertian Lingkungan hidup
Lingkungan hidup dalam Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia,
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan merupakan
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi
ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik
tersebut.
Manusia hidup di alam dan beradaptasi di tengah – tengah makhluk
hidup lainnya. Lingkungan hidup terbentuk melalui proses yang rumit dan
panjang yang pada akhirnya terbentuk alam yang ada saat ini. Lingkungan
hidup menghasilkan sumber daya yang digunakan oleh manusia. Maka dari
itu seharusnya sebagai bentuk timbal balik atas apa yang diberikan oleh
lingkungan hidup, manusia seharusnya mengusahakan agar lingkungan hidup
menjadi sehat dan serasi serta tetap terpelihara. Jika muncul kerusakan, maka
hendaknya diperbaiki sebelum menjadi lebih parah.2
Alam sebenarnya memiliki sistem yang sangat kompleks, demikian
pula ciri dan wataknya yang sangat beraneka ragam. Namun ada beberapa
watak yang dapat diidentifikasi seperti:
1.
Dinamis
Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke
waktu dan gejala – gejalanya dapat dilihat dari fenomena – fenomena
yang terjadi, seperti fenomena fisik, biologis, dan sosial.
2.
Saling Berinteraksi
Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau yang lebih
rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai
keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi
interaksi pula untuk mencapai keseimbangn baru
3.
Interpendensi
Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada
bagian lainnya. jadi tiap – tiap bagian dari sistem tidak hanya akan saling
kait mengkait dan berhubungan satu dan lainnya, tetapi juga terdapat
saling ketergantungan.
4.
2
Integrasi
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 2.
Penampilan sistem sebagai suatu konsep kesatuan yang terintegrasi lebih
memiliki keutamaan. Integrasi ini merupakan salah satu konsep
pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian
dari sistem pembangunan dirancang secara terintegrasi untuk mencapai
tujuan tertentu.
5.
Tujuan Sistem
Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu
sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output).
Pengukuran tujuan dari suatu sistem yang dirancang, sedapat mungkin
harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif.
6.
Organisasi Sistem
Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur, dan
hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa
masing – masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras
dengan tujuan keseluruhan dari sistem
7.
Multi Disiplin
Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah yang
kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai disiplin.
Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan dan perancangan sistem.3
2.
3
Pengertian Hukum lingkungan
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm. 50 – 53.
Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu
bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan
mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana,
dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan
memiliki aspek yang lebih kompleks.
Dalam literatur berbahasa Inggris Hukum lingkungan disebut
enviromental law. Orang Belanda menyebutnya milieurecht, sedangkan
Jerman
menyebutnya
umweltrecht,
Perancis
menyebutnya
droit
de
environment, Malaysia dengan bahasa Melayu memberi nama hukum alam
sekitar, suatu istilah berbau harfiah. Semua istilah pelbagai bahasa bermaksud
untuk menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik
dan menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik
dan dapat diterapkan untuk mengatasi pencemaran, pengurasan, dan
perusakan (verontreiniging, uitputting en aantasting) lingkungan (fisik).
Hukum lingkungan pada umumnya bertujuan menyelesaikan masalah
lingkungan khususnya yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan
atau penurunan mutu lingkungan bagi manusia dapat dilihat dari nilai – nilai
lingkungan untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketentraman manusia. Nilai
lingkungan yang hilang dan berkurang akibat pemanfaatan tertentu oleh umat
manusia. Menurut Drupsteen, masalah lingkungan merupakan kemunduran
kualitas lingkungan, atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang
menyangkut gangguan terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungan
bentuk – bentuknya berupa pencemaran, pengurasan, dan perusakan
lingkungan.4
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai
hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana
lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta
jasad-jasad hidup lainnya.5 Dalam pengertiannya hukum lingkungan terbagi
menjadi dua yaitu:
a.
Hukum Lingkungan Modern
Hukum lingkungan yang lebih berorientasi pada lingkungan atau
Environment-Oriented
Law.
Dalam
hukum
lingkungan
modern,
ditetapkan ketentuan dan norma - norma guna mengatur tindak perbuatan
manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat
secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun
generasi - generasi mendatang. Hukum Lingkungan modern berorientasi
pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya juga mengikuti sifat dan
watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak
berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka
Hukum Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau
4
5
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 7.
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana
Lingkungan, hlm. 2.
komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan
wataknya yang luwes.6
b. Hukum Lingkungan Klasik
Sebaliknya hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada
orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law. Hukum
Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan
tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi
sumber - sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian
manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka
waktu yang sesingkat - singkatnya. Hukum Lingkungan klasik bersifat
sektoral, serta kaku dan sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja
mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus
diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup
manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi
perkembangan
Hukum
Lingkungan
di
Indonesia.
Drupsteen
mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah
hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu)
dalam arti seluas - luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan
ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat
pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka
6
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana
Lingkungan, hlm. 3.
Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan
(bestuursrecht).
Hukum
Lingkungan
merupakan
instrumen
yuridis
bagi
pengelolaan lingkungan hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada
hakekatnya merupakan suatu bidang hukum yang terutama sekali
dikuasai oleh kaidah - kaidah hukum administrasi negara. Untuk itu
dalam pelaksanaannya aparat pemerintah perlu memperhatikan “Asas asas Umum Pemerintahan yang Baik” (Algemene Beginselen van
Behoorlijk Bestuur/General Principles of Good Administration). Hal ini
dimaksudkan
agar
dalam
pelaksanaan
kebijaksanaannya
tidak
menyimpang dari tujuan pengelolaan lingkungan hidup.7
Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi kaidah – kaidah
tentang perilaku masyarakat yang positif terhadap lingkungannya,
langsung atau tidak langsung. Secara langsung kepada masyarakat
hukum lingkungan menyatakan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan. Secara tidak langsung kepada warga masyarakat adalah
memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan kaidah
kepada masyarakat.8
Hukum lingkungan dapat dilihat memiliki dua dimensi. Yang
pertama adalah ketentuan tentang tingkah laku masyarakat, semuanya
bertujuan agar anggota masyarakat memenuhi hukum lingkungan yang
7
8
Id.wikipedia.org. kata kunci “Hukum Lingkungan” . diakses : 26 september 2008.
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 8
bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan. Yang kedua, adalah
dimensi yang memberikan hak, kewajiban, dan wewenang badan – badan
pemerintah dalam mengelola lingkungan.
Dalam hukum nasional, hukum lingkungan menempati titk silang
pelbagai hukum klasik, yaitu hukum publik dan privat. Termasuk hukum
publik adalah hukum pidana, hukum pemerintahan (administratif),
hukum pajak, hukum tata negara, bahkan menurut pendapat penulis
hukum agraria pun berkaitan dengan hukum lingkungan. Kaitannya
dengan UUD 1945 dan hukum tata negara, dapat dilihat Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar –
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan ini telah dijabarkan ke
dalam Undang – Undang Pokok Agraria Tahun 1960, bahkan telah
ditambah dengan dimensi baru, yaitu ruang angkasa di samping bumi dan
air. Dengan demikian, pemberian hak milik, hak guna bangunan, hak
guna usaha, hak pakai, dan lain – lain harus juga memperhatikan
kepentingan lingkungan. Kalau tanah ini dirusak atau dipergunakan yang
mengakibatkan pencemaran atau rusaknya lingkungan hidup, hak itu
dapat dicabut.
Kaitannya dengan hukum perdata dalam hak dan kewajiban,
pertanggung jawaban, ganti kerugian, perbuatan melawan hukum dan
hukum kontrak.
Penegakan
hukum
lingkungan
pun
menjadi
titik
silang
penggunaan instrumen hukum tersebut, terutama instrumen hukum
pemerintahan dan administratif, perdata dan hukum pidana.
Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena
bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurasan, dan perusakan
lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan
nyaman bagi seluruh rakyat. Untuk fungsi itu mempunyai instrumen
seperti disebutkan sebelumnya yang dipergunakan secara selektif dan
kalau perlu secara simultan.
Penegakan hukum lingkungan Indonesia melibatkan pelbagai
instansi pemerintah sekaligus, seperti polisi, jaksa, pemerintah daerah,
pemerintah pusat terutama Departemen Perdagangan, Departemen
Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pekerjaan
Umum, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, laboratorium
kriminal, bahkan lembaga swasta seperti LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), dan lain – lain.
Kerja sama antar instansi tersebut harus serasi, terkoordinasi, dan
terpadu, inilah yang membedakan dengan bidang hukum klasik yang
lain.karena dapat ditegakkan secara serempak, dan dapat juga sendiri –
sendiri, penciptaan hukum lingkungan perlu pula memperhatikan segi
yang berkaitan antar bidang hukum satu dengan yang lainnya, bahkan
bagian – bagian sektoral di dalam hukum lingkungan sendiri9
Pembangunan ekonomi, di samping menimbulkan manfaat berupa
taraf hidup masyarakat, dapat juga menimbulkan kerugian ekonomis
melalui kemerosotan mutu lingkungan, melalui pencemaran dan
perusakan lingkungan bila dilaksanakan tanpa memasukan pertimbangan
lingkungan dalam perencanaan kegiatan. Kerusakan dan pencemaran
lingkungan hari ini umumnya terjadi karena tidak dimasukkannya
pertimbangan lingkungan dalam perencanaan kegiatan.
Dengan berlakunya Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, terjadi pergeseran kewenangan pengelolaan
lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah daerah. Dalam
Pasal 7 ayat (1) kewenangan pengelolaan lingkungan hidup menjadi
kewenangan daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat hanya kewenangan yang bersifat universal. Kewenangan tersebut
adalah:
1.
Penetapan pedoman pengendalian sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan;
2.
Pengaturan pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya
laut di luar 12 mil laut;
9
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 9.
3.
Penilaian analisis dampak lingkungan (ANDAL) bagi kegiatan
potensial berdampak negatif pada masyarakat luas dan/atau
menyangkut pertahanan dan keamanan yang bersifat lintas batas
propinsi dan negara;
4.
Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan pedoman tentang
pencemaran lingkungan;
5.
Penetapan pedoman tentang konservasi sumber daya alam.10
Dengan berpindahnya kewenangan pengelolaan lingkungan hidup
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, ada semacam
kecemasan bahwa kemerosotan mutu lingkungan akan terjadi. Ini
disebabkan oleh dua hal. Pertama karena adanya kecenderungan bahwa
Pemerintah Daerah berusaha mengejar Pendapatan Asli daerah (PAD),
yang mengabaikan upaya penyelamatan lingkungan. Kedua adalah
ketidaksiapan SDM Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan
lingkungan guna menciptakan pembangunan berkelanjutan.
B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1.
Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Berdasarkan PP no. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
10
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 16 – 17.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi yang
mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari
dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan
terhadap pembangunan yang didasarkan pada konsep ekologi, yaitu ilmu
yang mepelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
hidup, oleh karena itu konsep AMDAL dikatakan sebagai konsep ekologi
pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik antara pembangunan
dengan lingkungan hidup.11
Pada hakekatnya AMDAL merupakan suatu kajian terhadap suatu
rencana pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan. Kegiatan
pembangunan yang dilakukan dijaga agar dalam prosesnya tidak merusak
sistem dalam ekosistem. AMDAL sebagai suatu kajian tersistem digunakan
untuk perencanaan suatu program agar sesuai dengan model sesungguhnya di
alam.
Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:
2.
1.
Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL);
2.
Dokumen analisis dampak lingkungan;
3.
Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL);
4.
Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL);
Pihak - pihak terkait dalam penyusunan AMDAL.
a.
11
Pemrakarsa
Soemarwoto, Otto,1988,Analisis Dampak Lingkungan, hlm. 43.
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana
usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi
AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya.
b.
Komisi penilai
Suatu komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
c.
Masyarakat yang berkepentingan
Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam
AMDAL berdasarkan alasan - alasan seperti kedekatan jarak tinggal
dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai
atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses
AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan
masyarakat pemerhati.
3.
Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(AMDAL)
mulai
dilaksanakan sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1986 tentang AMDAL, sebagai perwujudan dari pasal 16 Undang – Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang berbunyi “Setiap rencana yang diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah”.
Kebijakan tentang AMDAL telah mengalami beberapa kali perbaikan
atau penyempurnaan. Pada tahun 1993 dikarenakan adanya kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi maka terbit Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 1993 untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah sebelumnya.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disempurnakan kembali
pada tahun 1999 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999,
kebijakan ini didorong oleh kebijakan baru di bidang politik yaitu
demokratisasi, reformasi dan otonomi daerah.
Menurut Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, yang kemudian disempurnakan menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, Amdal yang semula hanya memiliki satu model,
berkembang dan mempunyai beberapa bentuk. Model AMDAL yang berlaku
hingga saat ini terbagi menjadi 4 model yang terbagi berdasarkan objek kajian
yaitu:
1.
AMDAL Proyek Individual
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian
ini
menghasilkan
dokumen
kerangka
acuan
Analisis
Dampak
Lingkungan, rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan.
2.
AMDAL Kegiatan Terpadu
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu
instansi yang bertanggung jawab.
3.
AMDAL Kawasan
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan satu instansi yang
bertanggung jawab.
4.
AMDAL Regional
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembagan wilayah sesuai dengan
rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi yang bertanggung jawab.12
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di dalam aspek teori, konsep
dan metodologi ANDAL tidak mengalami perubahan sejak tahun 1986
hingga kini, sedangkan pada tatanan prosedural sejak ditetapkannya Peraturan
12
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, dokumen penapis Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) tidak
diperlukan lagi.
C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup
1.
Pengertian Badan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup adalah lembaga yang mempunyai tugas
membantu Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang lingkungan hidup.
2.
Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup
Untuk melaksanakan tugas membantu Bupati tersebut, Badan
Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan wewenang yang meliputi:
a.
Perumusan
kebijakan
bidang
lingkungan
hidup
yang
meliputi
perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup,
termasuk pengembangan model - model konservasi keanekaragaman
hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
b.
Pelaksanaan pengendalian serta pengawasan pencemaran dan kerusakan
lingkungan, meliputi kegiatan: pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,
pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara,
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan
biomassa, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut,
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat
bencana (banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan), adaptasi
perubahan iklim dan perlindungan atmosfer;
c.
Pelaksanaan fasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian
dampak lingkungan, yang meliputi: penerapan AMDAL, penerapan
instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,
penerapan sistem manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi
ramah lingkungan, pengembangan perangkat ekonomi lingkungan,
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi
Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS),
Laboratorium Lingkungan;
d.
Pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi,
perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dengan mengembangkan skema insentif dan disinsentif
serta pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian
dampak lingkungan;
e.
Pelaksanaan pelayanan dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dibidang lingkungan hidup;
f.
Peningkatan kapasitas kelembagaan yang meliputi kegiatan pendidikan
dan pelatihan;
g.
Pengkoordinasian serta pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya
alam;
h.
Pengendalian tata ruang melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan
dalam perencanaan, pengendalian serta evaluasi dalam pengelolaan
lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan;
i.
Pelaksanaan kegiatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium
Lingkungan;
j.
pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup;
k.
pembinaan serta peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non
pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;
l.
pelaksanaan kegiatan-kegiatan tambahan yang meliputi: pelaksanaan
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) bidang
lingkungan hidup, pelaksanaan program strategis bidang lingkungan hidup
antara lain Adipura, Menuju Indonesia Hijau (MIH) dan Program For
Pollution Control And Rating (PROPER);
m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri dari:
1.
Kepala;
2.
Sekretariat;
3.
Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan;
4.
Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan;
5.
Bidang Kebersihan;
6.
Bidang Pertamanan;
7.
Kelompok Jabatan Fungsional;
8.
UPT Laboratorium Lingkungan.
Sekretariat dan Bidang - bidang, masing - masing dipimpin oleh
seorang Sekretaris dan Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Badan.
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan
perencanaan dan program administrasi ketatausahaan dan ketatalaksanaan,
pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan dan
pelayanan teknis administratif kepada pimpinan unit organisasi di lingkungan
Badan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas, Sekretariat mempunyai
fungsi:
1.
Penyusunan perencanaan dan program bidang lingkungan hidup;
2.
Pelaksanaan proses administrasi kesekretariatan dalam rangka penyusunan
peraturan Perundang - Undangan di bidang lingkungan hidup;
3.
Pembinaan administrasi dalam urusan ketatausahaan, perlengkapan rumah
tangga dan kepegawaian;
4.
Pengelolaan administrasi dalam urusan keuangan;
5.
Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang - bidang, UPT dan kelompok
jabatan fungsional di lingkungan Badan Lingkungan Hidup;
6.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sekretariat, membawahi:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2.
Sub Bagian Keuangan;
3.
Sub Bagian Perencanan;
Masing - masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bagian:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas:
a.
Melakukan pengelolaan urusan surat menyurat dan tata kearsipan;
b.
Melakukan tata usaha kepegawaian;
c.
Melakukan pengelolaan administrasi tentang kedudukan, hak dan
kewajiban pegawai;
d.
Melakukan tata usaha dan pemeliharaan perlengkapan;
e.
Melakukan urusan kerumah tanggaan;
f.
Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2.
Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:
a.
Menghimpun dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan
anggaran keuangan;
b.
Melakukan pengelolaan keuangan termasuk pengelolaan gaji
pegawai;
c.
Melaksanakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan
keuangan;
d.
Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3.
Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas:
a.
Menghimpun data dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan
perencanaan program di bidang lingkungan hidup;
b.
Melakukan koordinasi penyusunan program di bidang lingkungan
hidup;
c.
Menyiapkan dan mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan
peraturan Perundang - Undangan dibidang lingkungan hidup;
d.
Melakukan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program;
e.
Mengumpulkan dan menyusun dokumentasi data dan peraturan
Perundang - Undangan serta hasil pembangunan;
f.
Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang Tata Lingkungan Dan Kelembagaan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang tata
lingkungan dan kelembagaan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan mempunyai fungsi:
1.
Perumusan kebijakan teknis pembinaan, koordinasi dan pengendalian
AMDAL serta UKL-UPL;
2.
Pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan
terpadu;
3.
Pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;
4.
Perumusan kebijakan teknis, pembinaan serta pengawasan penerapan
instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup;
5.
Pembinaan dan pengawasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dan standar kompetensi personil bidang lingkungan hidup;
6.
Perumusan kebijakan teknis serta pengembangan kapasitas kelembagaan
di bidang lingkungan hidup;
7.
Penyelenggaraan diklat dan evaluasi hasil pelaksanaan diklat bidang
lingkungan hidup;
8.
Penyelenggaraan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;
9.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan, membawahi:
1.
Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup;
2.
Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup.
Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Bidang:
1.
Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:
a.
Menyelenggarakan penilaian AMDAL dan pemberian rekomendasi
UKL-UPL;
b.
Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis serta
pembinaan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
c.
Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan sistem
manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi
berwawasan lingkungan;
d.
Menyelenggarakan pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;
e.
Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis,
pembinaan serta pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
f.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.
Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup,
mempunyai tugas:
a.
Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dibidang lingkungan hidup;
b.
Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan standar
kompetensi personil dibidang lingkungan hidup;
c.
Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis dan
pembinaan
pengembangan
kapasitas
kelembagaan
dibidang
lingkungan hidup;
d.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta melakukan evaluasi
hasil pelaksanaan dibidang lingkungan hidup;
e.
Memberikan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;
f.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pelestarian Dan Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang pelestarian
dan pengendalian lingkungan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pelestarian
dan Pengendalian Lingkungan mempunyai fungsi:
1.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut skala
kabupaten;
2.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran
hutan dan/atau lahan;
3.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan
produksi biomassa;
4.
Penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan akibat
bencana;
5.
Pelaksanaan serta pemantauan penataan atas perjanjian internasional,
konvensi dan protokol dibidang lingkungan hidup;
6.
Penetapan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan iklim,
perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi asam;
7.
Pengkoordinasian pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati;
8.
Pengawasan
serta
pengendalian
pelaksanaan
pengelolaan
Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3;
9.
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;
10. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara;
11. Penegakan hukum lingkungan hidup;
12. Pengawasan pelaksanaan penataan perijinan di bidang lingkungan hidup;
13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan, membawahi:
1.
Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam;
2.
Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup.
Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:
1.
Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam, mempunyai tugas:
a.
Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan konservasi sumber daya
alam;
b.
Melakukan upaya pemantauan, pelestarian serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam;
c.
Menetapkan lokasi untuk pengelolaan konservasi laut;
d.
Menetapkan kawasan yang berisiko rawan bencana dan yang berisiko
menimbulkan bencana lingkungan;
e.
Melakukan pencegahan serta pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan wilayah pesisir dan laut;
f.
Melakukan monitoring kualitas lingkungan pesisir dan laut;
g.
Melakukan koordinasi dan penanggulangan kebakaran hutan;
h.
Melakukan
pengawasan,
pengendalian
serta
penanggulangan
pencemaran dan atau kerusakan yang berkaitan dengan kebakaran
hutan dan atau bencana alam;
i.
Melakukan pengawasan serta pengendalian kerusakan lahan dan atau
tanah akibat kegiatan produksi biomassa;
j.
Melakukan koordinasi dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman
hayati;
k.
Menetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup skala
kabupaten;
l.
Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan
iklim, perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi
asam;
m. Memantau penaatan atas perjanjian internasional, konvensi dan
protokol di bidang lingkungan hidup skala kabupaten;
n.
Melakukan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pelestarian dan
Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.
Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:
a.
Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan pada media lingkungan
(air, tanah dan udara);
b.
Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap limbah industri;
c.
Melakukan pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL dan
penataan perijinan bidang lingkungan hidup;
d.
Melaksanakan pembinaan, bimbingan teknis dan pemantauan serta
evaluasi pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan;
e.
Melakukan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup;
f.
Melakukan pengawasan pengelolaan penanggulangan dan pemulihan
pencemaran dan atau kerusakan akibat limbah B3;
g.
Melaksanakan pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat;
h.
Melaksanakan pemantauan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air kepada sumber air;
i.
Melaksanakan pemantauan kualitas udara ambien, emisi serta
kebisingan sumber bergerak dan tidak bergerak;
j.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Kebersihan mempunyai tugas menyusun rumusan kebijakan di
bidang kebersihan yang meliputi perencanaan, pembinaan dan pengawasan
kegiatan kebersihan. Untuk melaksanakan tugas,
Bidang Kebersihan
mempunyai fungsi:
1.
Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang
pengelolaan limbah domestik;
2.
Pelaksanaan pelayanan pengelolaan limbah domestik;
3.
Pelaksanaan
kegiatan
monitoring,
pembinaan
serta
pengawasan
pengelolaan kebersihan;
4.
Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah domestik yang berwawasan
lingkungan;
5.
Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
limbah domestik;
6.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Kebersihan, membawahi:
1.
Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik;
2.
Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik.
Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Kebersihan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:
1.
Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik, mempunyai tugas:
a.
Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan program pengendalian
pencemaran limbah domestik;
b.
Melaksanakan kegiatan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat,
monitoring dan pengawasan pengelolaan limbah domestik;
c.
Melaksanakan pelayanan kebersihan kota dan jalan umum, tempat
umum serta ditempat - tempat lain yang dipandang perlu;
d.
Menyelenggarakan kebersihan selokan/saluran pembuangan air dan
pengurasan WC umum;
e.
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana angkutan darat dibidang kebersihan, pertamanan
dan penerangan jalan umum;
f.
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan
sarana kendaraan/angkutan sampah;
g.
Memberikan pelayanan pengangkutan sampah dan air limbah
domestik;
h.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.
Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik, mempunyai
tugas:
a.
Merumuskan kebijakan pemanfaatan serta pemusnahan limbah
domestik;
b.
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan
Tempat Penampungan Akhir (TPA);
c.
Melaksanakan kegiatan pembinaan monitoring serta pengawasan
terhadap pemulung dan pemanfaat limbah domestik;
d.
Melaksanakan kegiatan pengolahan sampah domestik (pengomposan)
di Tempat Penampungan Akhir (TPA) dan pengolahan air limbah
domestik di Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT);
e.
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan
sarana/prasarana pengelolaan limbah domestik;
f.
Menyelenggarakan pemusnahan/penimbunan sampah dengan sistem
sanitary landfill;
g.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pertamanan mempunyai tugas dalam menyusun kebijakan di
bidang pertamanan yang meliputi perencanaan, pembinaan serta pengawasan
kegiatan pertamanan dan penerangan jalan umum. Untuk melaksanakan tugas,
Bidang Pertamanan mempunyai fungsi:
1.
Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang
pertamanan dan penerangan jalan umum;
2.
Perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pengelolaan pertamanan
dan penerangan jalan umum;
3.
Pelaksanaan
kegiatan
monitoring,
pembinaan
serta
pengawasan
pengelolaan pertamanan dan penerangan jalan umum;
4.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Pertamanan, membawahi:
1.
Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan;
2.
Sub Bidang Penerangan Jalan Umum.
Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pertamanan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:
1.
Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan, mempunyai tugas:
a.
Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka
hijau;
b.
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan
sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota;
c.
Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan
tanaman keras/hias;
d.
Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan/atau hutan kota;
e.
Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan atau taman
monumen;
f.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.
Sub Bidang Penerangan Jalan Umum, mempunyai tugas:
a.
Membuat perencanaan lampu penerangan jalan umum dan lampu hias,
taman makan dan sarananya;
b.
Menyelenggarakan pembuatan/pembangunan penerangan jalan umum,
lampu hias, taman makam serta sarananya;
c.
Melaksanakan pembinaan, pemeliharaan/perawatan penerangan jalan
umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;
d.
Melakukan inventarisasi peralatan (sarana dan prasarana) penerangan
jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;
e.
Melaksanakan pengelolaan dan administrasi pajak penerapan jalan;
f.
Melakukan pencatatan dan registrasi tanah/lahan taman makam yang
dimiliki pemerintah dan taman makam Desa/Kelurahan dalam wilayah
Ibu Kota Kecamatan (IKK);
g.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan keahliannya.
1.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
bidang keahliannya;
2.
Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang
ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;
3.
Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja;
4.
Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang - Undangan yang berlaku.
UPT Laboratorium Lingkungan adalah unsur pelaksana teknis yang
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup.
UPT dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
Tata Kerja dalam Badan Lingkungan Hidup dalam pelaksanaannya
sebagai suatu lembaga adalah sebagai berikut:
1.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Badan wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik didalam lingkungan badan serta
instansi/lembaga lain yang terkait;
2.
Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup
melaksanakan koordinasi pengawasan melekat;
3.
Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup
bertanggung jawab serta memberikan bimbingan, pedoman dan petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahan;
4.
Setiap pimpinan dan bawahan unit organisasi dilingkungan Badan
Lingkungan Hidup wajib mengikuti dan mematuhi pedoman dan petunjuk
atasan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan
langsung secara berkala dan tepat waktu.
Badan lingkungan hidup sebagai pelaksana tugasnya khususnya di
Cilacap terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di
lingkungan pemerintah kabupaten Cilacap. dimana di dalam salah satu
fungsinya tercantum tentang penerapan AMDAL di Kabupaten Cilacap.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Pendekatan
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode
pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi
legisme positivis yang menyatakan bahwa hukum identik dengan norma tertulis
yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini melihat hukum
sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom terlepas dari kehidupan
masyarakat.13
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang diguakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi
penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh Soerjono Soekanto
dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum dijelaskan, penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala - gejala lainnya, serta hanya
menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan
yang berlaku umum.14
13
14
Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,metodologi penelitian hukum dan jurimetri, hlm. 11.
Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 9.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap,
perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman, pusat informasi ilmiah Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman.
D. Sumber Data
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang bersumber dari
peraturan Perundang - Undangan, buku - buku literatur, keputusan keputusan, maupun surat - surat resmi yang ada hubungannya dengan objek
penelitian.
Bahan hukum yang ada dikumpulkan, yaitu melakukan penelitian terhadap
dokumen - dokumen yang berkaitan dengan AMDAL, guna mendapatkan
landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal
dan melalui naskah resmi yang ada.
a.
Bahan - bahan hukum primer
Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.
Bahan - bahan hukum primer berupa peraturan Perundang - Undangan,
catatan - catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan
Perundang - Undangan.
b.
Bahan - bahan hukum sekunder
Yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen dokumen resmi, meliputi buku - buku teks, kamus - kamus hukum, jurnal
- jurnal hukum.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian
yang berupa keterangan - keterangan wawancara dengan salah satu pihak
terkait dengan objek penelitian sebagai pelengkap data sekunder.
E. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder
Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan - bahan
kepustakaan yang berupa peraturan Perundang - Undangan, literatur dan
dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
Data primer
Data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap
untuk melengkapi data sekunder.
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk
uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan
dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan
yang utuh.
G. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data
kualitatif. Pendapat Soejono S. berkaitan dengan analisis data kualitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang
kebenaran. Dengan demikian jumlah (kuantitas) data sekunder tidak diutamakan
melainkan kualitas data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi
kepustakaan.15
Dalam metode ini akan dilakukan penjabaran dan pembahasan terhadap
hasil penelitian yang didasarkan pada kaidah - kaidah hukum yang relevan dengan
pokok permasalahan dan doktrin hukum yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
15
Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 11.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai AMDAL oleh Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Cilacap diperoleh data sebagai berikut:
1.
Data Sekunder
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan
penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di Indonesia
diberlakukan berdasar PP 51 tahun 1993 (sebelumnya PP 29 tahun 1986)
sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan
Hidup yang direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997 dan direvisi lagi menjadi
UU No. 32 tahun 2009. AMDAL merupakan instrumen pengelolaan
lingkungan yang diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan
menjamin upaya - upaya konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian
penting dari perencanaan pembangunan proyek itu sendiri.
AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan
dampak
negatif
terhadap
lingkungan
hidup,
dan
mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Kegunaan AMDAL adalah
sebagai berikut:
a. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah;
b. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan;
d. Memberi
masukan
untuk
penyusunan
rencana
pengelolaan
dan
pemantauan lingkungan hidup;
e. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif
dan negatif dari suatu rencana usaha/proyek, yang dipakai pemerintah dalam
memutuskan apakah suatu usaha/proyek layak atau tidak layak lingkungan.
Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan
mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya
dan kesehatan masyarakat.
AMDAL bukan merupakan ijin, tetapi merupakan persyaratan yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan
yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan
lingkungan hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin
melakukan usaha atau kegiatan.
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang ditimbulkannya tidak
dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya
yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada
manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan
tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang
diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.
Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta
jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen
AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL
diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.16
Pelaksanaan AMDAL terdiri dari 4 tahapan yaitu:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
16
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 5-6.
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan
wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,
pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang
ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan,
dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup
permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KAANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun
untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan
ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL
yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu
yang
dibutuhkan
oleh
penyusun
untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.17
Terdapat 3 hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yaitu: Kelembagaan, Sumber Daya
Manusia dan Dana.
Dari segi kelembagaan, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat dibentuk jika:
a.
Memiliki sekretariat komisi penilai yang berkedudukan di instansi yang
ditugasi
mengendalikan
dampak
lingkungan
hidup
di
tingkat
Kabupaten/Kota. Komisi penilai AMDAL akan berfungsi secara efektif
jika lembaga yang menaungi komisi penilai mempunyai eselon yang
cukup tinggi, sehingga dapat melakukan koordinasi antar dinas dan
instansi lain yang berkaitan dengan AMDAL;
b.
Adanya organisasi lingkungan/lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak di bidang lingkungan hidup yang telah lulus mengikuti
pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dalam
fungsinya sebagai salah satu anggota komisi penilai;
17
http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet
c.
Adanya kemudahan akses ke laboratorium yang memiliki kemampuan
menguji contoh uji kualitas sekurang - kurangnya untuk parameter air
dan udara baik laboratorium yang berada di Kabupaten/Kota maupun di
ibukota propinsi terdekat.
Dari segi sumber daya manusia, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat
dibentuk dengan persyaratan:
a.
Tersedianya sumber daya manusia yang telah lulus mengikuti pelatihan
Dasar - dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau
Penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup khususnya di
instansi pemerintah untuk melaksanakan tugas dan fungsi komisi penilai;
b.
Tersedianya tenaga ahli sekurang - kurangnya di bidang biogeofisikkimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, perencanaan pembangunan
wilayah/daerah, dan lingkungan sebagai anggota komisi penilai dan tim
teknis; Dari segi dana, pemerintah Kabupaten / Kota harus menyediakan
dana yang memadai dalam APBD untuk pelaksanaan tugas Komisi
Penilai AMDAL. Perlu ditegaskan bahwa Komisi Penilai AMDAL
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada publik, sehingga
pendanaan untuk kegiatan komisi perlu disediakan oleh pemerintah.18
18
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Tata cara pembentukan komisi Penilai AMDAL di daerah Kabupaten/Kota
diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 41 tahun 2000
tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota,
sedangkan
kewenangan
untuk
menilai
hasil
AMDAL
di
daerah
kabupaten/kota diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 40 tahun 2000 kedudukan komisi Penilai AMDAL terdapat di
tingkat pusat himgga di kabupaten/kota. Kedudukan Komisi Penilai
AMDAL:
a.
Komisi Penilai AMDAL Pusat berada pada Kementerian Lingkungan
Hidup;
b.
Komisi Penilai AMDAL Propinsi berada pada Bapedalda Propinsi;
c.
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota berada pada Bapedalda/Bagian
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Kemudian dalam Pasal 1 ayat (6) tertulis Komisi penilai Kabupaten/Kota
berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi
semua rencana usaha dan/atau kegiatan di luar kewenangan Pusat dan
Propinsi, sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan
Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2.
Data Primer
Guna melengkapi data sekunder sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, penulis memperoleh data melalui hasil wawancara dengan
narasumber dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yaitu bapak
Jamaludin S.T. selaku Kepala Sub Bidang Penataan Lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Tanggal 8
Februari 2010 diperoleh keterangan sebagai berikut:
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap dilaksanakan oleh segala pihak terkait
dengan koordinasi bersama oleh Badan Lingkungan Hidup. Lebih lanjut
bapak Jamaludin S.T. menerangkan sejak Badan Lingkungan Hidup berdiri
secara otonom pada tahun 2009, sampai saat wawancara ini dilangsungkan
(08 Februari 2010), Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap telah
menyelesaikan dua buah kajian AMDAL yaitu:
1. Revisi RKL dan RPL PT.Semen Holcim;
2. Sutet Rawalo.
Saat wawancara ini dilangsungkan, Badan lingkungan Hidup Kabupaten
Cilacap sedang menyelesaikan kajian AMDAL mengenai Sutet 500kv PLTU
Jateng – Gitet 500kv Kesugihan.
Berkaitan
dengan
proses
pelaksanaan
AMDAL
oleh
Badan
Lingkungan Hidup seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 27
tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Jamaludin S.T. menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya Badan Lingkungan
Hidup mengkoordinasikan kepada semua pihak terkait, berkaitan dengan
proses
kajian
AMDAL
di
kabupaten
Cilacap.
Berkenaan
dengan
pelaksanaannya, Jamaludin S.T. menerangkan tentang dasar hukum dari
masing – masing kegiatan dalam kegiatan AMDAL di Kabupaten Cilacap
adalah berdasarkan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Surat
Keputusan Bupati yang merupakan turunan dari peraturan – peraturan
diatasnya.
B. Pembahasan
1.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap
a.
Proses Penapisan (Screening) wajib AMDAL
Penapisan merupakan terjemahan dari screening yang berarti
menapis atau menyaring. Penapisan merupakan kata benda yang berarti
sesuatu hal dari hasil kegiatan menapis. Penapisan dalam AMDAL
adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu, yang merupakan bahan
untuk pengambilan keputusan.
Penapisan untuk menentukan suatu proyek pembangunan pada
AMDAL dilakukan secara nasional, hal ini tercantum dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang menetapkan
jenis – jenis usaha yang wajib dilengkapi Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan. Penapisan di sini digunakan untuk membantu langkah yang
harus diambil oleh Pemerintah daerah, pemrakarsa proyek dan Komisi
AMDAL.19 Penapisan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999, dilaksanakan secara satu langkah, yaitu dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang
dilengkapi dengan daftar kegiatan wajib AMDAL.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2
ayat (2), Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan menetapkan jenis –
jenis usaha atau kegiatan yang wajib menyusun ANDAL setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat instansi teknis yang
bertanggung jawab. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2
ayat (3) menyebutkan bahwa penapisan rencana usaha atau kegiatan yang
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup akan ditinjau secara berkala
sekurang – kurangnya dalam 5 (Lima) tahun.
Penapisan dalam United Nation Environmental Programme
(1988) mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
1.
Suatu kriteria yang paling sedarhana dalam ukuran luas proyek dan
lokasi proyek;
2.
Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang
memerlukan AMDAL;
19
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm.105.
3.
Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infra
struktur, di samping itu pertimbangan dengan ambang batas kualitas
lingkungan;
4.
Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan
data baru di samping data yang telah tersedia.20
Pada dasarnya tujuan diadakannya penapisan dalam AMDAL adalah:
1.
Untuk menetukan apakah suatu kegiatan proyek atau suatu rencana
kegiatan proyek memerlukan AMDAL atau tidak;
2.
Untuk
memperpendek
proses
yang
terlalu
panjang
dalam
menetapkan apakah suatu kegiatan proyek perlu AMDAL;
3.
Untuk
menentukan
aktifitas
penyebab
dampak,
parameter
lingkungan terkena dampak, hal ini bermanfaat untuk menetapkan
kepakaran yang diperlukan dalam tim AMDAL.21
Dengan demikian maka sesuai dengan tata laksana proyek, penapisan
akan terdiri atas 3 (tiga) prosedur berupa prosedur untuk penapisan
kebijaksanaan
nasional
yaitu
untuk
butir
(1)
prosedur
untuk
kebijaksanaan sektoral butir (2), dan bermanfaat dalam penyusunan
AMDAL butir (3).
20
21
United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact Assesment, Basic
Procedures for Developng Countries
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 106.
Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan
apakah suatu proyek perlu dilakukan AMDAL atau tidak, penetapan
suatu proyek akan mempercepat proses pelaksanaan penyusunan
AMDAL sebagai syarat untuk memperoleh ijin.
Penentuan suatu proyek akan menimbulkan dampak atau tidak
dalam beberapa literatur disebutkan sulit untuk ditentukan, namun dalam
perkembangannya didapat kriteria pembangunan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yaitu:
1.
Penggunaan dan pengubahan lahan
Proyek pembangunan: kota, industri, pertanian, lapangan terbang,
transportasi, jaringan transmisi, pembangunan lepas pantai.
2.
Ekstraksi sumberdaya alam
Proyek pembangunan: penggalian, penambangan, penebangan kayu,
pengambilan ikan dan satwa.
3.
Pembaharuan/ pemudaan/penggantian sumberdaya alam
Proyek pembangunan: reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan,
pemanfaatan,ulang limbah, penanggulangan banjir.
4.
Proses pertanian
Proyek pembangunan: pertanian (pasang surut, tanaman pangan,
holtikultura dan lain –lain), penggembalaan, ranch, irigasi.
5.
Proses industri
Proyek pembangunan: penggilingan besi dan baja, industri
petrokimia, pulp, kertas.
6.
Transportasi
Proyek pembangunan: jaringan rel kereta api, pesawat terbang,
mobil, kapal dan jaringan pipa.
7.
Energi
Proyek pembangunan: PLTA, PLTN, PLTU, PLTD dan PLTB.
8.
Perawatan air dan pembuangan limbah
Proyek pembangunan: dumping limbah ke laut, landfill, pemupukan
limbah dalam tanah, penggunaan pestisida dan herbisida.
9.
Kepariwisataan
Proyek pembangunan: area perburuan, taman dan lain – lain.
10. Konservasi/ pengamanan pantai
Proyek pembangunan: kawasan wisata pantai, pemandian pantai,
penyelaman, para sailing dan lain – lain.22
Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 dalam Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa rencana kegiatan yang
mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan yang wajib
dibuatkan AMDAL adalah kegiatan yang berupa:
22
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 107.
1.
Perubahan bentang lahan dan bentang alam;
2.
Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbarui maupun yang tidak
terbarui;
3.
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta
kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya;
4.
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
(alam, buatan, sosial dan budaya);
5.
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
6.
Introduksi jenis tumbuh – tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;
7.
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8.
Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup;
9.
Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara.23
Atas dasar macam pembangunan dan proyek yang tercantum di
atas, maka hampir seluruh kegiatan pembangunan akan menimbulkan
dampak bagi lingkungan, padahal terdapat beberapa proyek yang tidak
23
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
menimbulkan dampak dan ada pula proyek yang hanya berdampak
penting di suatu daerah.
Penapisan pada dasarnya adalah suatu kebijakan debirokratisasi
dalam proses perijinan, melakukan efisiensi dalam penyusunan dokumen
AMDAL dan membantu mempermudah pengambilan kebijakan dalam
pengambilan suatu keputusan.
Proses perencanaan suatu proyek sangat erat berkaitan dengan
pengambilan keputusan. Suatu proyek dapat dilaksanakan bila dalam
perencanaan proyek dapat dibuat secara memadai ditinjau dari berbagai
aspek, seperti misalnya studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan.
Dalam setiap langkah penyusunan studi kelayakan ini diperlukan suatu
keputusan dari pengambil kebijakan, demikian pula untuk AMDAL.
Pengambil keputusan yang tertera dalam prosedur tata laksana
pelaksanaan AMDAL adalah instansi yang bertanggung jawab dan
pemraakarsa, kedua pihak ini sangat menentukan dalam pengambilan
keputusan.
Penapisan rencana kegiatan secara garis besar adalah melalui
pengambilan keputusan atas aktifitas yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan. Proyek yang diajukan baik itu oleh
pemerintah melalui kebijakan, program bantuan asing atau dana
pinjaman asing maupun dari sektor swasta akan dinilai apakah kegiatan
tersebut memiliki dampak besar dan penting. Penilaian atas rencana
proyek akan menghasilkan output apakah kegiatan tersebut memiliki
dampak besar dan penting terhadap lingkungan atau tidak, jika tidak,
maka pemrakarsa akan menyusun UKL dan UPL yang kemudian akan
melaksanakan pembangunan. Rencana proyek yang dianggap memilki
dampak besar dan penting terhadap lingkungan akan diwajibkan untuk
menyusun AMDAL, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
atau audit lingkungan, atau AMDAL yang disusun akan menghasilkan
altenatif dalam pelaksanaan proyek yang jika telah dipilih akan
dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan yang jika telah berjalan
akan dilakukan pemeriksaan sebagai bentuk pengawasan.24
Sesuai dengan proses pelaksanaan AMDAl, terdapat beberapa
metode penapisan. Menurut Soemarwoto dalam Fandeli penapisan dapat
dilakukan dengan dua metode, metode pertama adalah metode penapisan
satu langkah, caranya dengan membuat daftar berbagai proyek yang
diperkirakan menimbulkan dampak dan proyek – proyek yang tidak
menimbulkan dampak. Dalam menyusun daftar proyek selain aspek
dampak penting yang dipertimbangkan, juga aspek lokasi proyek.25
Daftar proyek kegiatan wajib AMDAL yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 adalah
merupakan penapisan satu langkah.
24
25
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm.110.
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm.113 – 115.
Lokasi proyek yang berada atau berbatasan atau dapat merubah
fungsi kawasan lindung atau bekas kawasan yang mudah berubah sesuai
dengan peraturan Perundangan yang berlaku, menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 wajib disusun
AMDAL. Kawasan lindung yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 7
ayat (1) Undang – Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang dan Pasal 37 Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990
Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, adalah sebagai berikut:
1.
Kawasan Hutan Lindung;
2.
Kawasan Bergambut;
3.
Kawasan Resapan Air;
4.
Sempadan Pantai;
5.
Sempadan Sungai;
6.
Kawasan Sekitar Danau/Waduk;
7.
Kawasan Sekitar Mata Air;
8.
Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margastwa,
Hutan Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah dan Daerah
Pengungsian Satwa);
9.
Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan
laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang
atau terumbu karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa
keragaman dan/atau keunikan ekosistem);
10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove);
11. Taman Nasional;
12. Taman Hutan Raya;
13. Taman Wisata Alam;
14. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah
karst berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah
lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);
15. Kawasan Rawan Bencana Alam.26
Metode 2 (dua) tahap yang dikenal sebelum tahun 1994 dengan
mempergunakan
Penyajian
Informasi
Lingkungan
(PIL)
sebagai
dokumen penapisan sudah tidak dikenal lagi, sehingga daftar proyek
yang wajib melaksanakan PIL dan penilaiannya tidak berlaku lagi.
Metode satu langkah yang mekanisme penapisannya dapat dilihat
pada skema berikut:
Semua Proyek
26
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 115.
Penapisan
Dengan dasar daftar sebagai kriteria
(jenis kegiatan, besaran dan lokasi)
Lampiran Kep. Men. LH No. 11/2006
Proyek termasuk daftar wajib
AMDAL
Proyek di luar daftar
Tidak perlu AMDAL tetapi
harus menyusun dokumen
UKL dan UPL.
b.
Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat
Setiap rencana kegiatan wajib AMDAL, wajib mengumumkan
rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan
penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,
pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu
yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat
terlebih dulu.
Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk:
1.
Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya
suatu kegiatan, sehingga dapat menghindari terjadinya dampak
negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut;
2.
Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan
upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan,
sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan
dilindungi;
3.
Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana
pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan
kepentingan mereka.
Maksud dan tujuan dilaksanakannya keterlibatan masyarakat dan
keterbukaan informasi dalam proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) ini adalah untuk:
1.
Melindungi kepentingan masyarakat;
2.
Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas
rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan;
3.
Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL
dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
4.
Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak
yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak - hak semua
pihak untuk mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak
untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui pihak lain yang
terpengaruh.
Prinsip
dasar
pelaksanaan
proses
pengumuman
dan
konsultasi
masyarakat yaitu:
1.
Kesetaraan posisi diantara pihak - pihak yang terlibat;
2.
Transparansi dalam pengambilan keputusan;
3.
Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana;
4.
Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dikalangan pihak - pihak
yang terkait.
Dalam Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004,
masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan AMDAL adalah:
1.
Masyarakat yang Berkepentingan
Masyarakat
yang
berkepentingan
adalah
masyarakat
yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam kegiatan AMDAL
berdasarkan alasan - alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan
jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada
lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai atau norma
yang dipercaya.
Masyarakat
berkepentingan
dalam kegiatan
AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan
masyarakat pemerhati.
2.
Masyarakat Terkena Dampak
Masyarakat
terkena dampak adalah masyarakat
yang akan
merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan,
terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan
masyarakat yang akan mengalami kerugian.
3.
Masyarakat Pemerhati
Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai
perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun
dampak - dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
4.
Keterlibatan Masyarakat Dalam kegiatan AMDAL
Keterlibatan
masyarakat
dalam
kegiatan
AMDAL
adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
tentang AMDAL. Dalam proses ini, masyarakat menyampaikan
aspirasi, kebutuhan, dan nilai - nilai yang dimiliki masyarakat, serta
usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan
dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik.
5.
Wakil Masyarakat Dalam Komisi Penilai AMDAL
Wakil masyarakat dalam Komisi Penilai AMDAL adalah wakil dari
masyarakat terkena dampak yang telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan untuk dapat duduk sebagai anggota Komisi Penilai
AMDAL.
Masyarakat memiliki hak untuk:
1.
Memperoleh informasi mengenai:
a.
Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusun
AMDAL;
b.
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(KA-ANDAL);
c.
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL);
d.
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
e.
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL);
f.
Proses penilaian dokumen AMDAL oleh Komisi Penilai
AMDAL;
g.
Sikap instansi yang bertanggung jawab atas saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat yang disampaikan;
h.
2.
Keputusan hasil penilaian dokumen AMDAL.27
Memberikan saran, pendapat, dan/atau tanggapan atas rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib menyusun AMDAL dan dokumen KAANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL dengan ketentuan:
a.
Spesifikasi media penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan
bentuk tertulis (contoh: surat, e-mail)
atau
bentuk cetak
(contoh: surat pembaca di media massa), sehingga mudah
didokumentasikan;
27
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
b.
Memenuhi spesifikasi teknik penyampaian saran, pendapat, dan
tanggapan dengan Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, menuliskan dengan jelas sehingga mudah dibaca,
menjelaskan dan/atau melampirkan identitas pribadi;
c.
Tata cara penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama
periode 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman
dilaksanakan, dan disampaikan kepada:
1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit
yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah
Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa.28
3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah
Kabupaten)
28
u.p
Kepala
Badan
Lingkungan
Hidup
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang
Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Kabupaten,
dengan
tembusan
kepada
Camat/Kepala
Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.29
3.
Duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL30, khususnya bagi
warga masyarakat terkena dampak yang penetapannya dilaksanakan
berdasarkan ketentuan penetapan lingkup masyarakat terkena
dampak. Penetapan lingkup warga masyarakat terkena dampak pada
tahap penyusunan KA-ANDAL dilakukan atas kesepakatan bersama
antara instansi yang bertanggung jawab, pemrakarsa dan masyarakat
terkena dampak terkait dengan tetap memperhatikan kemungkinan
penyempurnaannya kembali pada tahap proses penilaian dokumen
ANDAL, RKL, dan RPL di Komisi Penilai.
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lingkup
masyarakat terkena dampak adalah:
a.
Memperhatikan karakter rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
diusulkan
Contoh:
1) Jenis - jenis usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan
dukungan
semua
lapisan
masyarakat
setempat
berarti
menjadikan seluruh masyarakat setempat sebagai kelompok
yang terkena dampak (misalnya: proyek pembukaan lahan
29
30
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
pertanian skala besar, pembuatan infrastruktur desa, proyek
peremajaan kota, dan lain - lain);
2) jenis usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pengaruh
positif atau negatif besar pada satu kelompok masyarakat
tertentu menjadikan hanya sebagian masyarakat menjadi
kelompok yang terkena dampak (misalnya: proyek transmigrasi/
pemindahan
pemukim
perambah
hutan
yang
akan
mempengaruhi penduduk yang dipindahkan dan penduduk yang
akan menerima, atau proyek pertambangan terhadap masyarakat
suku terasing);
b.
Memperhatikan jenis isu pokok/dampak besar dan penting yang
muncul. Sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan bisa memiliki
lingkup warga masyarakat yang terkena dampak berbeda - beda
menurut jenis isu pokok/dampak besar dan penting.
Contoh:
Adanya perbedaan antara kelompok warga masyarakat terkena
dampak akibat isu konflik sosial budaya dengan kelompok akibat isu
pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.
c.
Mengacu pada batas wilayah dampak yang ditetapkan dalam studi
AMDAL. Warga masyarakat yang terkena dampak haruslah warga
yang memang berada di dalam wilayah dampak yang batas batasnya ditetapkan dalam studi AMDAL.
d.
Memperhatikan tahapan proses kajian AMDAL. Semakin jelas
permasalahan dan alternatif mitigasi dampak, lingkup warga
masyarakat yang terkena dampak dapat membesar/mengecil.
Contoh:
Identifikasi dampak dan wilayah sebarannya pada saat KA-ANDAL
mungkin hanya menghasilkan satu kelompok masyarakat terkena
dampak, namun pada saat evaluasi dampak akan dapat teridentifikasi
kelompok masyarakat terkena dampak baru. Demikian pula halnya
pada saat ditemukannya alternatif mitigasi dampak dalam RKL dan
RPL, dimana kemudian dapat memunculkan kelompok masyarakat
terkena dampak yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
Mekanisme perwakilan dalam hal masyarakat sebagai anggota komisi
penilai
AMDAL,
pelaksanaannya
berdasarkan
ketentuan
warga
masyarakat terkena dampak memilih sendiri wakilnya yang duduk dalam
Komisi Penilai AMDAL.
Kriteria dan syarat wakil masyarakat terkena dampak adalah:
a.
Seseorang yang diakui sebagai juru bicara dan/atau mendapat
mandat dari kelompok masyarakat terkena dampak.
Wujud dari pengakuan ini dapat berupa bukti yang sifatnya formal
(misalnya: surat persetujuan bersama dari kelompok masyarakat
yang diwakili), atau bentuk - bentuk pengakuan lainnya yang
ditetapkan dan disetujui oleh kelompok masyarakat terkena dampak
yang diwakilinya (misalnya: menetapkan tokoh masyarakat formal
seperti Kepala Desa dan LKMD, atau informal seperti tokoh adat
dan tokoh agama setempat sebagai wakil yang disepakati);
b.
Menyuarakan semua bentuk aspirasi dan pendapat masyarakat yang
diwakilinya secara apa adanya, termasuk juga pendapat - pendapat
yang saling bertentangan;
c.
Melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan masyarakat yang
diwakilinya.31
Kewajiban Instansi yang bertanggung jawab yang dalam hal ini,
Kementerian
Lingkungan
Hidup
bidang
Pengendalian
Dampak
Lingkungan di Tingkat Pusat, BAPPEDAL Propinsi di Tingkat Propinsi
dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (baca: Badan Lingkungan
Hidup) sebagai instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di tingkat Kabupaten32 adalah:
1.
Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai
penyusunan AMDAL dengan ketentuan:
a.
Spesifikasi Media Pengumuman
1) Media cetak lokal dan nasional;
31
32
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang
Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2) Papan pengumuman kantor instansi yang bertanggung
jawab di tingkat pusat dan/atau daerah;
3) Media elektronik televisi dan/atau radio;
4) Pusat dan/atau tempat pengumuman resmi yang ditetapkan
dan diatur oleh instansi yang bertanggung jawab.
b.
Spesifikasi Tampilan Pengumuman
1) Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak
tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti
oleh seluruh lapisan masyarakat;
2) Pengumuman tertulis di media cetak harus berukuran
minimal 5x3 cm2 dan ditulis dengan huruf standar sekurang
- kurangnya berukuran 10. Ukuran minimal tidak boleh
dijadikan alasan tidak lengkapnya lingkup materi yang
disampaikan;
3) Pengumuman pada papan pengumuman harus sekurang kurangnya:
a) Ditulis dengan warna hitam dan dasar putih;
b) Ditulis dengan huruf cetak standar dengan ukuran
minimal 12;
c) Berukuran minimal 60 x 100 cm2
4) Pengumuman pada media elektronik dapat berupa berita
ataupun spot iklan, dengan lama minimal 10 (sepuluh) detik
untuk televisi dan 20 (dua puluh) detik untuk radio
c.
Tata Cara Pengumuman
Tata cara pengumuman instansi yang berkewajiban harus
mengumumkan:
a.
Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
b.
Jenis usaha dan/atau kegiatan;
c.
Nama dan alamat pemrakarsa;
d.
Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas
waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga
masyarakat;
e.
Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat yang dalam hal ini BLH Kabupaten Cilacap
selaku instansi yang ditugaskan sebagai penganggung
jawab.
2.
Mendokumentasikan dan mengolah saran, pendapat, dan tanggapan
dari warga masyarakat yang disampaikan;
3.
Menyampaikan rangkuman hasil saran, pendapat, dan tanggapan dari
warga masyarakat serta respon dan sikap atas saran, pendapat, dan
tanggapan warga masyarakat tersebut kepada Komisi Penilai
AMDAL;
4.
Menyediakan informasi tentang proses dan hasil keputusan penilaian
dokumen KA-ANDAL dan ANDAL, RKL, dan RPL kepada warga
masyarakat yang berkepentingan;
5.
Memfasilitasi terlaksananya dengan baik hak warga masyarakat atas
informasi dan berperanserta dalam kegiatan AMDAL.
Kewajiban – kewajiban Pemrakarsa dalam proses pengumuman dan
konsultasi masyarakat adalah:
1.
Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum memulai
penyusunan dokumen AMDAL dengan ketentuan:
a.
Spesifikasi Media Pengumuman
1) Papan pengumuman di lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
2) Papan pengumuman di lokasi - lokasi strategis yang
ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di tingkat
pusat atau daerah dan Media elektronik televisi dan/atau
radio;
3) Media lain yang dianggap tepat dengan situasi setempat;
misalnya brosur, surat, media cetak, dan/atau media
elektronik.
b.
Spesifikasi Tampilan Pengumuman
Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak tertulis
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh
lapisan masyarakat;
c.
Tata Cara Pengumuman dengan mengumumkan hal - hal:
1) Nama dan alamat pemrakarsa;
2) Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi
dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
3) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
4) Produk yang akan dihasilkan;
5) Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara
penanganannya;
6) Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
7) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas
waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat;
8) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.
2.
Menyelenggarakan konsultasi kepada warga masyarakat yang
berkepentingan dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL;
3.
Memberikan informasi mengenai dokumen KA-ANDAL, ANDAL,
RKL, dan RPL kepada warga masyarakat yang memerlukannya;
4.
Menanggapi saran, pendapat, dan tanggapan yang disampaikan oleh
warga masyarakat yang berkepentingan.
Tata Cara Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai
menyusun dokumen AMDAL wajib:
1.
Memberitahukan rencananya kepada instansi yang bertanggung
jawab;
2.
Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya terhitung sejak
jadwal pengumuman yang telah disepakati bersama instansi yang
bertanggung jawab;
3.
Mengumumkan hal - hal:
a.
Nama dan alamat pemrakarsa;
b.
Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi
dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
c.
Jenis usaha dan/atau kegiatan;
d.
Produk yang akan dihasilkan;
e.
Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara
penanganannya;
f.
Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
g.
Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu
pemberian saran, pendapat,
dan tanggapan
dari warga
masyarakat;
h.
Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam
menerima
saran,
pendapat,
dan
tanggapan
dari
warga
masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.
4.
Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman.
Instansi
yang
bertanggung jawab
wajib
mengumumkan
rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai menyusun AMDAL
dengan ketentuan:
a.
Mengumumkan hal - hal:
1) Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
2) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
3) Nama dan alamat pemrakarsa;
4) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas
waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga
masyarakat;
5) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.
b.
Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman
Warga
masyarakat
yang
berkepentingan
berhak
menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan,
dan disampaikan kepada:
1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit
yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah
Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa.33
3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah
Kabupaten)
u.p
Kepala
Kabupaten,
dengan
Badan
tembusan
Lingkungan
kepada
Hidup
Camat/Kepala
Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.Penyusunan dan
penilaian KA-ANDAL. 34
c.
Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh
Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. Kerangka
AMDAL bagi pembuatan ANDAL merupakan pegangan yang diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyusunan ANDAL,
ANDAL harus dilaksanakan sesuai dengan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. Pembuatan kerangka acuan tersebut dilakukan bersama antara
instansi
yang
bertanggung
jawab,
maksudnya
bertujuan
untuk
mempercepat penyusunan kerangka acuan tersebut, dengan pengertian
bahwa instansi yang bertanggung jawab harus bersifat memberikan
petunjuk – petunjuk yang diperlukan dalam penyusunan kerangka acuan
tersebut.
33
34
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang
Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Penyusunan kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara yaitu:
1.
Kerangka acuan disusun oleh Komisi penilai AMDAL yang diberi
tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati atau bersama – sama
dengan pemrakarsa proyek (sesuai dengan peraturan pemerintah);
2.
Kerangka acuan disusun bersama antara Komisi penilai AMDAL
yang diberi tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati,
pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL atau konsultan AMDAL;
3.
Kerangka acuan disusun oleh pelaksana AMDAL yang diajukan
kepada pemrakarsa proyek, kemudian dibicarakan bersama instansi
yang bertanggung jawab (dalam hal ini BLH Kabupaten).35
Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL adalah digunakan
sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan
tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KAANDAL kegiatan dalam kawasan.
Tujuan penyusunan KA-ANDAL adalah:
a.
Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL;
b.
Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.
Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah:
35
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
hlm. 76.
a.
Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi
rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang
lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan;
b.
Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL
untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.
Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL
1.
Keanekaragaman
ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup.
Rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan hidup pada
umumnya sangat beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha
dan/atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran,
tujuan, sasaran, dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan
hidup akan berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor
lingkungan hidup, pengaruh manusia, dan sebagainya. Karena itu,
tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula.
Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun akan
berbeda - beda. Dengan demikian KA-ANDAL diperlukan untuk
memberikan arahan tentang komponen usaha dan/atau kegiatan
manakah yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup
manakah yang perlu diamati selama menyusun ANDAL.
2.
Keterbatasan sumber daya
Penyusunan ANDAL acap kali dihadapkan pada keterbatasan
sumber daya, seperti antara lain: keterbatasan waktu, dana, tenaga,
metode, dan sebagainya. KA-ANDAL memberikan ketegasan
tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai
dalam keterbatasan sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu
pekerjaan ANDAL. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk
menyusun priorities manakah yang harus diutamakan agar tujuan
ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya terbatas.
3.
Efisiensi
Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu
dibatasi pada faktor - faktor yang berkaitan langsung dengan
kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien.
Pihak - pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL
Pihak - pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan
KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan
penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusunan KAANDAL (proses pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar
serta masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 33 s/d Pasal 35 PP.
Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.
Pelingkupan atau skoping berasal dari kata “scoping” yang berarti
bidang/lapangan, jangkauan kesempatan atau keleluasaan. Pelingkupan
dalam AMDAL diartikan sebagai pembatasan ruang lingkup pembatasan
AMDAL dan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan
lingkup permasalahan serta mengidentifikasi dampak besar dan penting
(hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.
Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan
KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:
a.
Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang
dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi
ANDAL dengan meniadakan hal - hal atau komponen lingkungan
hidup yang dipandang kurang penting ditelaah. Penelaahan ini
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama (main issue) atau
masalah kunci (key issue) dari suatu proyek guna mendapat
gambaran mengenai rencana kegiatan serta hal – hal terkait;
b.
Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan:
batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;
c.
Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang
digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan
waktu).
Dalam pelingkupan dilakukan penajaman priotitas aspek – aspek
atau komponen yang akan diteliti. Semakin baik hasil pelingkupan
semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.
Manfaat dari pelingkupan adalah untuk kepentingan:
1.
Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main-issue) dari
suatu proyek;
2.
Menetapkan komponen – komponen lingkungan akan terkena
dampak nyata;
3.
Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang
akan terkena dampak;
4.
Menetapkan parameter atau indikator dari komponen lingkungan
yang akan diukur;
5.
Efisiensi waktu studi AMDAL
6.
Efisiensi biaya studi AMDAL36
Pelingkupan dampak besar dan penting dilakukan melalui
serangkaian proses berikut:
1.
Identifikasi dampak potensial
Pada
tahap
ini
kegiatan
pelingkupan
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,
sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai
akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini
hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya
36
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
hlm. 49
dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk
menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar
dan penting.
Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil
konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang
bertanggung
jawab,
masyarakat
yang
berkepentingan
serta
dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu
identifikasi
dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan
metode - metode identifikasi dampak berikut ini:
a.
penelaahan pustaka; dan/atau
b.
analisis isi (content analysis); dan/atau
c.
interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain lain); dan/atau
2.
d.
metode ad hoc; dan/atau
e.
daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau
f.
matrik interaksi sederhana; dan/atau
g.
bagan alir (flowchart); dan/atau
h.
pelapisan (overlay); dan/atau
i.
pengamatan lapangan (observasi).
Evaluasi dampak potensial
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/
meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau
tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting
hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting
potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal - hal yang
dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada
tahap ini daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan
belum tertata secara sistematis. Metode yang digunakan pada tahap
ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming).
Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini terutama
dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal
ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar,
instansi
yang
bertanggung
jawab
serta
masyarakat
yang
berkepentingan.
3.
Pemusatan dampak besar dan penting (Focussing)
Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengelompokan/mengorganisir dampak besar dan penting yang
telah dirumuskan dari tahap sebelumnya dengan maksud agar
diperoleh isu - isu pokok lingkungan hidup yang dapat
mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap
perihal:
a.
Keterkaitan antara rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
komponen lingkungan hidup yang mengalami perubahan
mendasar (dampak besar dan penting);
b.
Keterkaitan antar berbagai komponen dampak besar dan penting
yang telah dirumuskan.
Isu - isu pokok lingkungan hidup tersebut dirumuskan melalui 2
(dua)
tahapan.
Pertama,
segenap
dampak
besar
dan
penting
dikelompokan menjadi beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu
sama lain. Kedua, dampak besar dan penting yang berkelompok tersebut
selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi,
sosial, maupun ekologis.
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi
luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan
penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu
dan tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang
berkepentingan.
Lingkup
wilayah
studi
ANDAL
ditetapkan
berdasarkan
pertimbangan batas - batas ruang sebagai berikut:
1.
Batas proyek
Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha
dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan
hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan
juga dalam koordinat.
2.
Batas ekologis
Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran
dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media
transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di
sekitar rencana usaha dan/atau kegaitan yang secara ekologis
memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
3.
Batas sosial
Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai
dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti jika kita melihat fenomena
sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat akibat adanya suatu
usaha/kegiatan. Jika kita menilik dari kegiatan/usaha maka kita
dapat
melihat
adanya
perubahan
perilaku
sosial
akibat
kegiatan/usaha tersebut, seperti jika kita melihat adanya masalah
yang muncul antara pelaku kegiatan kegiatan/usaha, dengan
masyarakat sekitar akibat permasalahan kecil seperti perbedaan
suku, seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan perhutanan
swasta nasional. Permasalahan sosial yang timbul, jika tidak segera
ditanggulangi atau ditemukan solusi akan merusak suatu tatanan
sosial yang sudah ada.
Batas sosial ini sangat penting bagi pihak - pihak yang terlibat dalam
studi ANDAL, mengingat adanya kelompok - kelompok masyarakat
yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami
perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan.
Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas
sosial ditetapkan dengan membatasi batas - batas terluar dengan
memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang
terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat
yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi
terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan
melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan
fasilitas sosial. Perubahan sosial ini dapat kita lihat seperti
perubahan pola sosial masyarakat, seperti munculnya budaya
komsumerisme
serta
hedonisme,
atau
bahkan
seperti
pola
perpindahan seperti urbanisasi.
4.
Batas administratif
Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana
masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budaya sesuai dengan peraturan Perundang - Undangan
yang berlaku di dalam ruang tersebut.
Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan
atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas kuasa pertambangan).
Dengan memperhatikan batas - batas tersebut di atas dan
mempertimbangkan kendala - kendala teknis yang dihadapi (dana,
waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah
studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.
5.
Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL
Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas,
namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana
yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu,
dana, tenaga, tehnik, dan metode telaahan.
Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik
tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegaitan, kemudian
diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif
yang lebih luas.37
Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KAANDAL
Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para
perencana, tetapi yang terpenting adalah juga bagi pengambilan
keputusan. Karena itu, dalam menyusun KA-ANDAL untuk suatu
ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya nanti akan merupakan bagian
dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dan
perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan dengan bagian studi
37
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000 Tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
kelayakan
yang
menggarap
faktor
penunjang
dan
penghambat
terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi ekonomi
dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang bisa
ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan
hidup, karena itu, penyusun KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir
penyusunan ANDAL sehingga akhirnya dapat memberikan masukan
yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan.
Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan
tegas wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam
pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:
a.
Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang
hal - hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL
menurut pihak - pihak yang terlibat;
b.
Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam
studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing - masing
alternatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak
baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai
upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar;
c.
Mengingat kegiatan - kegiatan pembangunan pada umumnya
mengubah lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan
komponen - komponen lingkungan hidup yang berciri:
1) Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan
dijaga serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain:
a) Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer;
b) Sumber daya air;
c) Keanekaragaman hayati;
d) Kualitas udara;
e) Warisan alam dan warisan budaya;
f)
Kenyamanan lingkungan hidup;
g) Nilai - nilai budaya yang berorientasi selaras dengan
lingkungan hidup.
2) Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara
mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh
masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,
seperti antara lain:
a) Pemilikan dan penguasaan lahan;
b) Kesempatan kerja dan usaha;
c) Taraf hidup masyarakat;
d) Kesehatan masyarakat.
d.
Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satu
sama lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab
akibat ini perlu dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KA-
ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan
sistematis.
Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan
KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.38
d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
1.
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Pelaksanaan ANDAL dapat pula disebut sebagai proses
pendugaan dampak, karena di dalam proses ini terkandung urutan
kerja yang harus diikuti untuk dapat melakukan pendugaan dampak
lingkungan secara ilmiah.39 Penyajian hasil studi ANDAL dan
masalah – masalah pokok yang diteliti juga harus memenuhi peraturan
Perundang - Undangan yang dikeluarkan pemerinyah secara resmi
baik di tingkat nasional, sektoral maupun daerah/propinsi, khususnya
di dalam penekanan komponen – komponen yang dianggap penting.
Langkah – langkah dalam menyusun ANDAL terbagi menjadi lima
langkah dasar sebagai berikut:
a. Mempelajari data dasar (basic data);
b. Rona lingkungan (description of enfironmental setting);
38
39
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000 Tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm. 95.
c. Analisis dampak (impact assessment) yang terdiri dari identifikasi,
prediksi dan evaluasi;
d. Seleksi usulan aktifitas proyek (selection of proposed action);
e. Penyususnan laporan ANDAL (preparation of environmental
impact statement).40
2.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
merupakan dokumen yang memuat upaya - upaya mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak
positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan
hidup mencakup empat kelompok aktivitas:
1.
Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau
mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan
atas alternatif tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang
bangun proyek;
2.
Pengelolaan
lingkungan
hidup
yang
bertujuan
untuk
menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan dampak
40
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm.96.
negatif
baik yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan
beroperasi, maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir
(misalnya: rehabilitasi lokasi proyek);
3.
Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan
dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan
manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakrsa maupun pihak
lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif
tersebut;
4.
Pengelolaan lingkungan hidup
pertimbangan
ekonomi
yang bersifat memberikan
lingkungan
sebagai
dasar
untuk
memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih,
hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau
ekologis) sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti
sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau
kegiatan.
Mengingat dokumen AMDAL merupakan bagian dari studi
kelayakan, maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan
pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan untuk
pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. Bila dipandang
perlu dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang "basic design"
untuk pencegahan/penanggulangan/pengendalian dampak. Hal ini
tidak lain disebabkan karena:
1.
Pada taraf studi kelayakan informasi tentang rencana usaha
dan/atau kegiatan (proyek) relatif masih umum, belum memiliki
spesifikasi teknis yang rinci, dan masih memiliki beberapa
alternatif. Hal ini tidak lain karena pada tahap ini memang
dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana proyek dipandang
patut atau layak untuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknis dan
ekonomi; sebelum investasi, tenaga, dan waktu terlanjur
dicurahkan lebih banyak. Keterbatasan data dan informasi tentang
rencana usaha atau kegiatan ini sudah barang tentu berpengaruh
pada bentuk kegiatan pengelolaan yang dapat dirumuskan dalam
dokumen RKL;
2.
Pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan
pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen
RKL selanjutnya akan diintegrasikan atau menjadi dasar
pertimbangan
bagi
konsultan
rekayasa
dalam
menyusun
rancangan rinci rekayasa;
Di samping itu perlu diketahui bahwa rencana pengelolaan lingkungan
hidup yang tertuang dalam dokumen RKL harus terkait dengan hasil
dokumen ANDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang
dikelola adalah yang hanya mengalami perubahan mendasar
sebagaimana disimpulkan oleh dokumen ANDAL.
Rencana
pengelolaan
lingkungan
hidup
dapat
berupa
pencegahan dan penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan
dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan
lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistimatis, serta
mengandung ciri - ciri pokok sebagai berikut:
1.
Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok - pokok
arahan, prinsip - prinsip, kriteria pedoman, atau persyaratan untuk
mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan
dampak besar dan penting baik negatif maupun positif yang
bersifat strategis; dan bila dipandang perlu, lengkapi pula dengan
acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak
dimaksud;
2.
Rencana
pengelolaan
lingkungan
hidup
dimaksud
perlu
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan
dasar pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup;
3.
Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya
peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa
usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup
melalui kursus - kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut
dengan jumlah serta kualifikasi yang akan dilatih;
4.
Rencana
pengelolaan
lingkungan
hidup
juga
mencakup
pembentukan unit organisasi yang bertanggung jawab di bidang
lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL. Aspek - aspek yang
perlu diutarakan sehubungan /dengan hal ini antara lain adalah
struktur organisasi, lingkup tugas dan wewenang unit, serta
jumlah dan kualifikasi personalnya.
Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah
diprediksi dari studi ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau
beberapa pendekatan lingkungan hidup yang selama ini kita kenal
seperti:
1. Pendekatan teknologi
Pendekatan ini adalah cara - cara atau teknologi yang digunakan
untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup;
Sebagai misal:
a.
Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan
beracun, akan ditempuh cara:
1) Membatasi atau mengisolasi limbah;
2) Melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi
jumlah/volume limbah (reduce), menggunakan kembali
limbah (reuse) atau mendaur ulang (recycle);
3) Menetralisasi limbah dengan menambahkan zat kimia
tertentu sehingga tidak membahayakan manusia dan
makhluk hidup lainnya.
b.
Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki
kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara, misalnya:
1) Membangun terasering atau penanaman tanaman penutup
tanah untuk mencegah erosi;
2) Mereklamasi
lahan
bekas
galian
tambang
dengan
pengaturan tanah atas dan penanaman tanaman penutup
tanah.
c.
Dalam
rangka
meningkatkan
dampak
positif
berupa
peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah ada,
misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak
positif tersebut.
2.
Pendekatan sosial ekonomi
Pendekatan ini adalah langkah - langkah yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui
tindakan - tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan
bantuan peran pemerintah. Sebagai misal:
a.
Melibatkan masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup;
b.
Permintaan
bantuan
kepada
pemerintah
untuk
turut
menanggulangi dampak penting lingkungan hidup karena
keterbatasan kemampuan pemrakarsa;
c.
Permohonan keringanan bea masuk peralatan pengendalian
pencemaran;
d.
Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai
dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki;
e.
Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milik penduduk untuk
keperluan rencana usaha dan/atau kegiatan dengan prinsip
saling menguntungkan kedua belah pihak;
f.
Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki pemrakarsa;
g.
Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat
sekitar guna mencegah timbulnya kecemburuan sosial.
3.
Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar
dan penting lingkungan hidup. Sebagai misal:
a.
Kerjasama dengan instansi - instansi yang berkepentingan dan
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;
b.
Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan
hidup oleh instansi yang berwenang;
c.
Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala
kepada pihak - pihak yang berkepentingan.
Mengingat dokumen RKL disusun sekaligus dengan dokumen
ANDAL dan RPL, dan ketiganya dinilai sekaligus maka format
dokumen RKL langsung berorientasi pada keempat pokok rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
3.
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Pemantauan
lingkungan
hidup
dapat
digunakan
untuk
memahami fenomena - fenomena yang terjadi pada berbagai
tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku
dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke
tingkat kawasan atau bahkan regional, tergantung pada skala keacuhan
terhadap masalah yang dihadapi.
Di samping skala keacuhan, ada 2 (dua) kata kunci yang
membedakan pemantauan dengan pengamatan secara acak atau sesaat,
yakni merupakan kegiatan yang bersifat berorientasi pada data
sistematik, berulang dan terencana.
Ada
beberapa
faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penyusunan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup, yakni:
1.
Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah
yang mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar
dan penting. Dengan demikian tidak seluruh komponen
lingkungan hidup yang harus dipantau. Hal - hal yang dipandang
tidak penting atau tidak relevan tidak perlu di pantau;
2.
Keterkaitan yang akan dijalin antara dokumen ANDAL, RKL dan
RPL. Aspek - aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar
dampak besar dan penting yang dinyatakan dalam ANDAL, dan
sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan
dalam dokumen RKL;
3.
Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan
atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang
terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus
akan
dapat
dinilai/diuji
efektifitas
kegiatan
pengelolaan
lingkungan hidup yang dijalankan;
4.
Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi.
Walau aspek - aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal hal yang penting saja (seperti diuraikanpada butir (a) sampai (c ),
namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu
diperhatikan
mengingat
kegiatan
pemantauan
senantiasa
berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan;
5.
Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek - aspek yang
perlu dipantau, mencakup:
a.
Jenis data yang dikumpulkan;
b.
Lokasi pemantauan;
c.
Frekuensi dan jangka waktu pemantauan;
d.
Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan
instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data);
e.
6.
Metode analisis data.
Dokumen RPL perlu memuat tentang kelembagaan pemantauan
lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup
yang dimaksud disini adalah institusi yang bertanggung jawab
sebagai penyandang dana pemantauan, pelaksana pemantauan,
pengguna hasil pemantauan, dan pengawas kegiatan pemantauan.
Koordinasi dan kerjasama antar institusi ini dipandang penting
untuk digalang agar data dan informasi yang diperoleh, dan
selanjutnya disebarkan kepada berbagai penggunanya, dapat
bersifat tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya.
Berkaitan dengan komisi penilai, syarat pokok yang harus dipenuhi
oleh para penilai untuk mengevaluasi dokumen AMDAL, seperti tercantum
dalam pokok B. Syarat Penggunaan Panduan di dalam SK. Bupati Cilacap
Nomor: 660.1/081/24/2003 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
Kabupaten Cilacap yaitu:
1.
Penilai dokumen harus memenuhi salah satu dari syarat berikut:
a.
Sudah pernah menyusun dokumen AMDAL; dan/atau
b.
Sudah memperoleh sertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B),
kursus penilai AMDAL atau kursus yang sejenis; dan/atau
c.
Berpendidikan sarjana/sederajat terutama berlatar belakang masalah
lingkungan atau ahli dalam masalah AMDAL; dan/atau
d.
Merupakan wakil masyarakat yang terkena dampak/pemerhati
lingkungan.
2.
Penilai harus memiliki dan menggunakan pedoman/panduan penyusunan
AMDAL yang berlaku, seperti antara lain: Panduan Kajian Aspek Sosial
dalam AMDAL.
3.
Penilai dapat memahami maksud yang terkandung dalam panduan
penilaian dokumen AMDAL ini dan menggunakannya.
Dari syarat pokok tersebut di atas tampak bahwa tingkat kemanfaatan
panduan ini sangat ditentukan oleh kemampuan pemakainya.
Dari bahasan di atas kita mendapatkan bahwa penilai AMDAL
mampu menilai kelengkapan serta kualitas dari dokumen AMDAL yang
dikaji.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan
(AMDAL) Kabupaten Cilacap, dibentuklah Komisi Penilai AMDAL dan Tim
Teknis yang bertugas untuk mengkaji dokumen AMDAL. Komisi penilai
AMDAL berfungsi untuk memberikan masukan dan dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan
lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Bupati
pengambil keputusan dalam menerbitkan keputusan kesepakatan sesuai Pasal
13 dan Pasal 17 Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004.
Bupati menerima ANDAL, RKL dan RPL dari pemrakarsa melalui
sekretariat Komisi Penilai sebanyak tiga puluh lima eksemplar. Setelah
dokumen diterima dari pemrakarsa dan kemudian diterima oleh seluruh
peserta rapat Komisi dan Tim Teknis penilaian dokumen AMDAL selambat –
lambatnya sepuluh hari kerja sebelum rapat dilakukan. Rapat ini diketuai oleh
Ketua Tim Teknis untuk melakukan penilaian oleh tim teknis yang kemudian
seluruh saran, pendapat dan tanggapan dicatat oleh petugas dari Sekretariat
Komisi Penilai. Masukan yang diterima oleh Tim Teknis disampaikan pada
rapat Komisi Penilai.
Rapat
Komisi Penilai dihadiri oleh seluruh anggota komisi serta
perwakilan dari usaha/kegiatan yang akan dinilai oleh rapat Komisi Penilai.
Dokumen hasil dari rapat Komisi Penilai yang telah ditanggapi dan
disempurnakan diserahkan paling lambat tiga puluh hari kerja setelah hari dan
tanggal rapat Komisi Penilai dilaksanakan, dan jika masih dianggap belum
memenuhi ketentuan perbaikan dan penilaian, maka ketua komisi berhak
meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali paling lambat empat belas
hari kerja.
Rapat komisi Penilai dilakukan atas dua kali pokok bahasan yaitu:
1. Rapat membahas KA-ANDAL
2. Rapat membahas Andal, RKL dan RPL
Berita acara hasil rapat Komisi Penilai disampaikan kepada Bupati
untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan
kelayakan lingkungan hidup bagi usaha/kegiatan yang bersangkutan.41
Karena dalam usaha/kegiatan kebanyakan, alokasi dana oleh
pengusaha atau pelaku kegiatan, penyusunan AMDAL masuk dalam kegiatan
operasi, sehingga penyusunan dokumen oleh pemrakarsa dilakukan
bersamaan dengan usaha/kegiatan yang dikerjakan. Hal ini adalah
pelanggaran karena AMDAL merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan
hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin melakukan
usaha atau kegiatan.42
41
42
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 45Tahun 2004 Tentang Pedoman Tata Kerja Komisi
Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap.
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 13.
2.
Hambatan yang terjadi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) di Kabupaten Cilacap
Dalam pelaksanaan proses AMDAL tidak selalu berjalan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, hal ini terjadi juga pada proses
AMDAL di Kabupaten Cilacap. Hambatan yang muncul adalah akibat adanya
pihak yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan sebelum dikeluarkannya
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. Hambatan yang terjadi
dalam proses pelaksanaan AMDAL adalah sanksi yang diberikan untuk
kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan yang masih
terlalu ringan yaitu hanya berupa Audit Lingkungan Hidup wajib. Bagi
kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) serta dalam operasionalnya menyalahi
peraturan Perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut
tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk hal itu kegiatan tersebut
dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan
dokumen lingkungan wajib serupa AMDAL yang sifatnya spesifik, dimana
kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya
kecuali ada kondisi - kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan
oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kegiatan yang sudah berjalan yang
kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan
AMDAL baru.43
Hambatan ini muncul akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang
diberlakukan, sehingga dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku
pelanggaran atas AMDAL
43
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 11-12.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tersebut di muka maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang ditindaklanjuti melalui beberapa Surat Keputusan
Bupati mengenai AMDAL yang telah dibahas di muka, yang terdiri dari 4
tahapan yaitu:
a. Penapisan (Screening) wajib AMDAL.
Proses ini menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 11 tahun
2006, terdapat beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian,
perikanan, kehutanan, perhubungan, teknologi satelit, perindustrian,
prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral, pariwisata,
pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa genetika.
Kegiatan yang tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL, tetapi
lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam
kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.
Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan
bergambut, kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan
sekitar mata air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya.
b. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa
wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan
dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan
kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu selama
30 hari kerja dengan melibatkan seluruh pihak yang berkaitan, sebelum
menyusun KA-ANDAL.
c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 09/2000, Kerangka
Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang
merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun
AMDAL dan Komisi AMDAL.
d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada
KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL
dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.44
44
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup di
kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang
dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup oleh Bupati.
2.
Hambatan yang terjadi dalam kegiatan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap adalah akibat adanya pihak
yang
sudah
melaksanakan
usaha/kegiatan,
menyebabkan
timbulnya
pelanggaran hukum. Sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum
memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit
Lingkungan Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum
cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat
memunculkan pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi
yang diberlakukan.
B. Saran
Melihat pentingnya proses AMDAL bagi pembangunan dan lingkungan, baik itu
bagi kelangsungan pembangunan saat ini dan yang akan datang serta dampak
usaha/kegiatan terhadap lingkungan biotik dan abiotik, maka diperlukan
penegakan hukum dalam proses AMDAL dan kerjasama yang baik antara para
pihak terkait AMDAL serta instrumen hukum yang memadai, seperti peningkatan
disiplin bagi aparatur yang ada di dalam pelaksanaan proses AMDAL, kemudian
optimalisasi penegakan hukum hukum administrasi negara, pidana serta secara
keperdataan. Penegakan hukum ini dapat berupa penerapan uang paksa atau upaya
paksa dari pihak Badan Lingkungan Hidup yang berwenang kemudian dengan
penerapan sanksi pidana bagi pelanggar, ataupun dengan upaya penuntutan secara
perdata oleh masyarakat. agar tercipta suatu pembangunan yang berwawasan
lingkungan secara berkesinambungan. Jika kita melihat pada hambatan yang
muncul, seharusnya jika terdapat pelanggaran dalam proses pelaksanaan
AMDAL, instansi yang bertanggung jawab mampu menerapkan hukum secara
lebih optimal, maksudnya disini untuk menghindari terjadinya pelanggaran yang
sama serta sebagai role model dari penanggulangan pelanggaran sejenis ke depan,
tindak lanjut dari pelanggaran yang ada adalah dengan memberikan hukuman tang
lebih berat, sehingga tidak terjadi pelanggaran – pelanggaran yang sama di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar
Dalam Pembangunan,Liberty,Yogyakarta.
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan,sinar grafika,Jakarta
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan
Hukum Pidana Lingkungan,LPP UNS dan UNS Press,Surakarta
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan,Bumi Aksara,Jakarta.
Husin,Sukanda,2009,Penegakan
grafika,Jakarta
Hukum
Lingkungan
Indonesia,sinar
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, Kementerian Lingkungan
Hidup,Jakarta.
Soekanto,Soerjono,1986,Pengantar Penelitian Hukum,Penerbit Universitas
Indonesia,jakarta
Soemarwoto, Otto,1988,Analisis
University Press,Yogyakarta
Dampak
Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,Metodologi
Jurimetri,Ghalia Indonesia,Jakarta
Lingkungan,Gadjah
Penelitian
Hukum
Mada
Dan
B. Peraturan Perundang - Undangan
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000
Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08
Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09
Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di lingkungan
pemerintah kabupaten Cilacap.
Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Kerja
Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL)
Kabupaten Cilacap
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan
Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact
Assesment, Basic Procedures for Developing Countries.
C. Sumber Lainnya
http://Id.wikipedia.org
http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet
Download