ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Oleh: NINO AUGUSTA SASONGKO E1A003150 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2010 ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh: NINO AUGUSTA SASONGKO E1A003150 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2010 HALAMAN PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP Oleh : NINO AUGUSTA SASONGKO E1A003150 Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Penguji I/ Pembimbing I Disetujui dan diterima Pada tanggal April 2010 Para Penguji / Pembimbing Penguji II/ Pembimbing II H. Djumadi, S.H.,S.U. Rochati, S.H.,M.Hum. NIP. 19470505 198303 1 001 NIP. 19541009 198403 2 001 Penguji III/ Pembimbing III Sri Hartini, S.H., M.H NIP. 19630926 199002 2 001 Mengetahui, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Dekan, Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. NIP. 19520603 198003 2 001 SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya : Nama : Nino Augusta Sasongko NIM : E1A003150 Judul Skripsi : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul - betul hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak dari hasil karya orang lain ataupun dibuatkan oleh orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan aturan yang ada dari pihak Fakultas. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Purwokerto, 21 April 2010 Nino Augusta Sasongko NIM. EIA003150 Abstraksi Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun 2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan AMDAL di daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Sumber data yang diperoleh melalui data sekunder berupa studi pustaka dan data primer dengan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditindak lanjutkan melalui beberapa Surat Keputusan Bupati mengenai AMDAL yang terdiri dari 4 tahapan. Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup di kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. Rendahnya sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit Lingkungan Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat memunculkan pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang diberlakukan. Kata kunci: AMDAL Abstract In course the of development that is more developed and continued, it is necessary to study the impact of development. Just like included in section 22 article (1) law No. 32 in 2009, that is an obligation for an analysis of the impact for the environment for every effort and/or activity that estimated to have an important impact for environment, therefore formed a special body that administers environment problem at region level that is one of the task is facilitate related resort activity in the case of environment impact control, to cover the AMDAL activity at the region. This research used the juridicial legal research method with the legal approach. The data source collected from secondary data that is literature and primary data with interview. The conclusion of this research is that AMDAL were held by the Cilacap’s environmental government institution have done almost all of the law of AMDAL according to the Government law No. 27 in 1997 on an analysis of the impact for the environment that knocked down with several regent letter that AMDAL consist of 4 steps. The disobedient of this steps is can be found by the effort and/or activity that begun earlier than it should be, before any elegibility decision letter by the regent received. the low sanction that given for the activites that not yet has amdal but still progressing will be an obligatory environment audi, but this sanction is practically is looked not yet enough to snare infringement executant on amdal, so that infringement can showed of again because of the low consequence from this kind of sanction. Keyword: AMDAL KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan inayah serta karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat agar dapat mengikuti kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP”, penulis yakin bahwa tanpa adanya bantuan baik moril maupun materiil yang tidak sedikit yang telah penulis dapatkan dari berbagai pihak, maka kelengkapan dari skripsi ini mungkin akan terwujud, meskipun penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan karena kemampuanlah yang membatasi semua ini, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membengun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini, sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. 2. Kepala Bagian Hukum Administrasi Negara, Bapak Sutikno, S.H. 3. Dosen Pembimbing I, Bapak H. Djumadi, S.H.,S.U. 4. Dosen Pembimbing II, Ibu Rochati, S.H.,M.Hum. 5. Dosen Penguji Ibu Sri Hartini, S.H., M.H 6. Bapak Abdul Azis Nasihudin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik. 7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. 8. Ibu Ully Nasution terima kasih untuk doa dan dukungannya dan Bapak Kadar Sasongko (alm) atas inspirasinya. 9. Kakak saya Sandra Prima, S.E. dan Agustyawan serta Paman dan Bibi Goenawan. 10. Bapak Sardjono, S.H. atas bantuannya dan segenap jajaran kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap terutama Bapak Jamaludin. S.T. atas kerjasama dan dukungannya. 11. Sahabat – sahabat saya Aris, Vanny, Cok Gede, Wahyu, Mar’atus, kost Poker (Raka, Annisa, Subhan, Sofyan, Eli, Lukito, Bagus), Uci, Rahmat, Yuni, Bunga. 12. Rekan – rekan saya dalam bermusik dan futsal 13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Purwokerto, April 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN iii ABSTRAKSI iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI BAB I viii PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 6 C. Tujuan Penelitian 6 D. Manfaat Penelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan Hidup 2. Pengertian Hukum Lingkungan. 8 8 8 10 B. Tinjauan Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) 1. Pengertian AMDAL 2. Pihak – Pihak yang Terkait Dalam Penyusunan AMDAL 18 18 19 3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL 20 C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup 22 1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup 22 2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup 22 BAB III METODE PENELITIAN. 41 A. Metode Pendekatan 41 B. Spesifikasi Penelitian 41 C. Lokasi Penelitian 41 D. Sumber Data 42 E. Metode Pengumpulan Data 43 F. Metode Penyajian Data 43 G. Metode Analisis Data 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 A. Hasil Penelitian 45 B. Pembahasan 53 BAB V PENUTUP. 108 A. Simpulan 108 B. Saran 110 DAFTAR PUSTAKA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan adalah lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup adalah tempat pembangunan berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang – Undang nomor 32 tahun 2009 disebutkan pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Manusia dalam pengertian mengenai lingkungan hidup merupakan salah satu unsur makhluk hidup, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang lingkungan hidup, dan di sini manusia memiliki pengaruh terhadap kelangsungan kehidupan makhluk hidup lainnya yang secara naluriah tidak mencemari, merusak atau menguras lingkungan. Kehidupan makhluk hidup lain selain manusia tidak tergantung akan ada atau tidaknya manusia tetapi sebaliknya kehidupan manusia bergantung pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Manusia seharusnya berusaha untuk menjaga agar lingkungan yang ada tetap sehat dan serasi serta terpelihara, bahkan menjadikan lingkungan yang ada menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan yang sudah terjadi hendaknya diperbaiki sebelum menjadi bertambah parah. Salah satu upaya adalah membentuk peraturan yang baik dan lengkap, disertai penerapan dan penegakan yang baik hal ini bertujuan untuk menjaga, memelihara lingkungan yang baik dan sehat, serta lestari. Dalam menerapkan dan menegakkan hukum lingkungan diperlukan pelaksana dan penegak hukum yang cakap, jujur, dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri atau golongan serta mementingkan kenikmatan masa depan daripada kenikmatan sesaat di masa kini.1 Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun 2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan AMDAL di daerah. 1 Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, hlm. 20. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi bentuk kajian mengenai dampak dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan pembangunan yang seringkali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial. Seperti dalam PP no. 27 tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Sehingga AMDAL diperlukan dalam setiap proses pembangunan, baik dari perencanaan hingga nantinya pada pengawasan dan jika terdapat permasalahan, AMDAL memperhatikan tiap aspek lingkungan yang ada, baik fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dalam perkembangannya instansi yang terkait dengan urusan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berada dalam lingkup Departemen Lingkungan Hidup. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebagai penyeimbang antara lingkungan hidup dan pembangunan memiliki standar – standar yang harus ditegakan dalam upayanya menjaga keseimbangan kedua aspek tersebut. Dalam pelaksanaannya lembaga terkait dalam hal ini harus memperhatikan setiap aspek yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi pokok persoalan, baik itu dari pelaku usaha, masyarakat, efek lingkungan, hingga pemerintah sendiri. Berkaitan dengan pembangunan daerah dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dapat dilihat bagaimana suatu daerah dalam membangun membutuhkan suatu kajian mengenai pembangunan yang dilakukan serta dampak digunakan lingkungan dalam hidup atas merencanakan pembangunan. Seperti kita ketahui juga setelah munculnya peraturan mengenai otonomi daerah maka tiap daerah memiliki struktur organisasi tersendiri yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi serta mengakomodasi kepentingan daerah tersebut. Optimalisasi potensi daerah yang ada tentunya memiliki banyak faktor yang menyertainya, seperti jika mengambil contoh munculnya kerugian lingkungan akibat eksploitasi di suatu daerah yang merusak daerah lainnya seperti izin hak penguasaan hutan (HPH) atau izin galian C di kabupaten yang berada di hulu sungai akan mempengaruhi kabupaten yang berada di hilir sungai atau jika kita mengambil contoh lain seperti eksploitasi yang berlebihan dan tidak terkontrol demi meningkatkan pendapatan daerah dapat menghancurkan daerah itu sendiri di masa depan. Namun jika kita melihat sisi baik dari optimalisasi daerah, kita dapat menggunakan istilah daerah lebih mengetahui apa yang ada di daerah daripada pemerintah pusat. Dalam peraturan Perundang – Undangan mengenai Lingkungan hidup baik itu yang bersifat umum ataupun peraturan – peraturan yang bersifat khusus mengenai lingkungan hidup, banyak terdapat pasal – pasal yang berkaitan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam peraturan yang ada, terdapat juga hal –hal yang mempengaruhi proses penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan seperti pihak – pihak yang terkait dalam proses tersebut. Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebenarnya terdapat tingkat kesulitan yang besar. Baik itu dilihat dari dalam lembaga itu sendiri ataupun dari luar, seperti ketika kita melihat terkadang banyak permasalahan timbul akibat tuntutan pembangunan yang terkadang membuat manusia melupakan lingkungan hidupnya. Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdapat banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah, karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit. Karena itu beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian, untuk memperoleh pendataan yang baik. Pada setiap kajian, yang mana bertujuan untuk memberikan informasi yang berujung pada diberi atau tidaknya ijin atas suatu pembangunan, akan kembali pada tujuan pembangunan itu sendiri dan bagaimana dampaknya bagi lingkungan. Maksudnya di sini adalah pada setiap kajian analisis mengenai dampak lingkungan akan memperhatikan semua aspek baik itu dari lingkungan maupun dari kepentingan pembangunan itu sendiri. Sebagai salah satu lembaga yang berperan dalam penanganan analisis mengenai dampak lingkungan di daerah adalah Badan Lingkungan Hidup.. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti proses penanganan Analisis Mengenai dampak lingkungan, dalam kaitannya dengan Badan Lingkungan Hidup setelah terjadi perubahan struktur kedinasan pada suatu daerah dengan judul: ”ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap? 2. Hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap. D. Manfaat Penelitian A. secara teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta guna menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan hukum lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. B. secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut mengkontribusikan ilmu, khususnya kepada praktisi hukum dan masyarakat mengenai analisis mengenai dampak lingkungan, dan menjadi sarana sosialisasi serta landasan untuk pelaku usaha dalam hal mengurus analisis mengenai dampak lingkungan serta untuk lebih meningkatkan kinerja lembaga pemerintah terkait, dan mewujudkan pengabdian terhadap masyarakat dan Negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan hidup Lingkungan hidup dalam Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Manusia hidup di alam dan beradaptasi di tengah – tengah makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup terbentuk melalui proses yang rumit dan panjang yang pada akhirnya terbentuk alam yang ada saat ini. Lingkungan hidup menghasilkan sumber daya yang digunakan oleh manusia. Maka dari itu seharusnya sebagai bentuk timbal balik atas apa yang diberikan oleh lingkungan hidup, manusia seharusnya mengusahakan agar lingkungan hidup menjadi sehat dan serasi serta tetap terpelihara. Jika muncul kerusakan, maka hendaknya diperbaiki sebelum menjadi lebih parah.2 Alam sebenarnya memiliki sistem yang sangat kompleks, demikian pula ciri dan wataknya yang sangat beraneka ragam. Namun ada beberapa watak yang dapat diidentifikasi seperti: 1. Dinamis Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke waktu dan gejala – gejalanya dapat dilihat dari fenomena – fenomena yang terjadi, seperti fenomena fisik, biologis, dan sosial. 2. Saling Berinteraksi Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau yang lebih rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi interaksi pula untuk mencapai keseimbangn baru 3. Interpendensi Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada bagian lainnya. jadi tiap – tiap bagian dari sistem tidak hanya akan saling kait mengkait dan berhubungan satu dan lainnya, tetapi juga terdapat saling ketergantungan. 4. 2 Integrasi Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 2. Penampilan sistem sebagai suatu konsep kesatuan yang terintegrasi lebih memiliki keutamaan. Integrasi ini merupakan salah satu konsep pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian dari sistem pembangunan dirancang secara terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. 5. Tujuan Sistem Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output). Pengukuran tujuan dari suatu sistem yang dirancang, sedapat mungkin harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif. 6. Organisasi Sistem Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur, dan hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa masing – masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras dengan tujuan keseluruhan dari sistem 7. Multi Disiplin Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah yang kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai disiplin. Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan perancangan sistem.3 2. 3 Pengertian Hukum lingkungan Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan, hlm. 50 – 53. Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Dalam literatur berbahasa Inggris Hukum lingkungan disebut enviromental law. Orang Belanda menyebutnya milieurecht, sedangkan Jerman menyebutnya umweltrecht, Perancis menyebutnya droit de environment, Malaysia dengan bahasa Melayu memberi nama hukum alam sekitar, suatu istilah berbau harfiah. Semua istilah pelbagai bahasa bermaksud untuk menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik dan menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik dan dapat diterapkan untuk mengatasi pencemaran, pengurasan, dan perusakan (verontreiniging, uitputting en aantasting) lingkungan (fisik). Hukum lingkungan pada umumnya bertujuan menyelesaikan masalah lingkungan khususnya yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan atau penurunan mutu lingkungan bagi manusia dapat dilihat dari nilai – nilai lingkungan untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketentraman manusia. Nilai lingkungan yang hilang dan berkurang akibat pemanfaatan tertentu oleh umat manusia. Menurut Drupsteen, masalah lingkungan merupakan kemunduran kualitas lingkungan, atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang menyangkut gangguan terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungan bentuk – bentuknya berupa pencemaran, pengurasan, dan perusakan lingkungan.4 Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya.5 Dalam pengertiannya hukum lingkungan terbagi menjadi dua yaitu: a. Hukum Lingkungan Modern Hukum lingkungan yang lebih berorientasi pada lingkungan atau Environment-Oriented Law. Dalam hukum lingkungan modern, ditetapkan ketentuan dan norma - norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi - generasi mendatang. Hukum Lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka Hukum Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau 4 5 Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 7. Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, hlm. 2. komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.6 b. Hukum Lingkungan Klasik Sebaliknya hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law. Hukum Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber - sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat - singkatnya. Hukum Lingkungan klasik bersifat sektoral, serta kaku dan sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia. Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu) dalam arti seluas - luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka 6 Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, hlm. 3. Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan (bestuursrecht). Hukum Lingkungan merupakan instrumen yuridis bagi pengelolaan lingkungan hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada hakekatnya merupakan suatu bidang hukum yang terutama sekali dikuasai oleh kaidah - kaidah hukum administrasi negara. Untuk itu dalam pelaksanaannya aparat pemerintah perlu memperhatikan “Asas asas Umum Pemerintahan yang Baik” (Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur/General Principles of Good Administration). Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan kebijaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan pengelolaan lingkungan hidup.7 Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi kaidah – kaidah tentang perilaku masyarakat yang positif terhadap lingkungannya, langsung atau tidak langsung. Secara langsung kepada masyarakat hukum lingkungan menyatakan apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan. Secara tidak langsung kepada warga masyarakat adalah memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan kaidah kepada masyarakat.8 Hukum lingkungan dapat dilihat memiliki dua dimensi. Yang pertama adalah ketentuan tentang tingkah laku masyarakat, semuanya bertujuan agar anggota masyarakat memenuhi hukum lingkungan yang 7 8 Id.wikipedia.org. kata kunci “Hukum Lingkungan” . diakses : 26 september 2008. Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 8 bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan. Yang kedua, adalah dimensi yang memberikan hak, kewajiban, dan wewenang badan – badan pemerintah dalam mengelola lingkungan. Dalam hukum nasional, hukum lingkungan menempati titk silang pelbagai hukum klasik, yaitu hukum publik dan privat. Termasuk hukum publik adalah hukum pidana, hukum pemerintahan (administratif), hukum pajak, hukum tata negara, bahkan menurut pendapat penulis hukum agraria pun berkaitan dengan hukum lingkungan. Kaitannya dengan UUD 1945 dan hukum tata negara, dapat dilihat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan ini telah dijabarkan ke dalam Undang – Undang Pokok Agraria Tahun 1960, bahkan telah ditambah dengan dimensi baru, yaitu ruang angkasa di samping bumi dan air. Dengan demikian, pemberian hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan lain – lain harus juga memperhatikan kepentingan lingkungan. Kalau tanah ini dirusak atau dipergunakan yang mengakibatkan pencemaran atau rusaknya lingkungan hidup, hak itu dapat dicabut. Kaitannya dengan hukum perdata dalam hak dan kewajiban, pertanggung jawaban, ganti kerugian, perbuatan melawan hukum dan hukum kontrak. Penegakan hukum lingkungan pun menjadi titik silang penggunaan instrumen hukum tersebut, terutama instrumen hukum pemerintahan dan administratif, perdata dan hukum pidana. Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurasan, dan perusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan nyaman bagi seluruh rakyat. Untuk fungsi itu mempunyai instrumen seperti disebutkan sebelumnya yang dipergunakan secara selektif dan kalau perlu secara simultan. Penegakan hukum lingkungan Indonesia melibatkan pelbagai instansi pemerintah sekaligus, seperti polisi, jaksa, pemerintah daerah, pemerintah pusat terutama Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pekerjaan Umum, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, laboratorium kriminal, bahkan lembaga swasta seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain – lain. Kerja sama antar instansi tersebut harus serasi, terkoordinasi, dan terpadu, inilah yang membedakan dengan bidang hukum klasik yang lain.karena dapat ditegakkan secara serempak, dan dapat juga sendiri – sendiri, penciptaan hukum lingkungan perlu pula memperhatikan segi yang berkaitan antar bidang hukum satu dengan yang lainnya, bahkan bagian – bagian sektoral di dalam hukum lingkungan sendiri9 Pembangunan ekonomi, di samping menimbulkan manfaat berupa taraf hidup masyarakat, dapat juga menimbulkan kerugian ekonomis melalui kemerosotan mutu lingkungan, melalui pencemaran dan perusakan lingkungan bila dilaksanakan tanpa memasukan pertimbangan lingkungan dalam perencanaan kegiatan. Kerusakan dan pencemaran lingkungan hari ini umumnya terjadi karena tidak dimasukkannya pertimbangan lingkungan dalam perencanaan kegiatan. Dengan berlakunya Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terjadi pergeseran kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah daerah. Dalam Pasal 7 ayat (1) kewenangan pengelolaan lingkungan hidup menjadi kewenangan daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat hanya kewenangan yang bersifat universal. Kewenangan tersebut adalah: 1. Penetapan pedoman pengendalian sumber daya alam dan pelestarian lingkungan; 2. Pengaturan pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya laut di luar 12 mil laut; 9 Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 9. 3. Penilaian analisis dampak lingkungan (ANDAL) bagi kegiatan potensial berdampak negatif pada masyarakat luas dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan yang bersifat lintas batas propinsi dan negara; 4. Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan pedoman tentang pencemaran lingkungan; 5. Penetapan pedoman tentang konservasi sumber daya alam.10 Dengan berpindahnya kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, ada semacam kecemasan bahwa kemerosotan mutu lingkungan akan terjadi. Ini disebabkan oleh dua hal. Pertama karena adanya kecenderungan bahwa Pemerintah Daerah berusaha mengejar Pendapatan Asli daerah (PAD), yang mengabaikan upaya penyelamatan lingkungan. Kedua adalah ketidaksiapan SDM Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan lingkungan guna menciptakan pembangunan berkelanjutan. B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 1. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Berdasarkan PP no. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 10 Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 16 – 17. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi yang mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan terhadap pembangunan yang didasarkan pada konsep ekologi, yaitu ilmu yang mepelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup, oleh karena itu konsep AMDAL dikatakan sebagai konsep ekologi pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik antara pembangunan dengan lingkungan hidup.11 Pada hakekatnya AMDAL merupakan suatu kajian terhadap suatu rencana pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan. Kegiatan pembangunan yang dilakukan dijaga agar dalam prosesnya tidak merusak sistem dalam ekosistem. AMDAL sebagai suatu kajian tersistem digunakan untuk perencanaan suatu program agar sesuai dengan model sesungguhnya di alam. Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian: 2. 1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL); 2. Dokumen analisis dampak lingkungan; 3. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL); 4. Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL); Pihak - pihak terkait dalam penyusunan AMDAL. a. 11 Pemrakarsa Soemarwoto, Otto,1988,Analisis Dampak Lingkungan, hlm. 43. Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. b. Komisi penilai Suatu komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. c. Masyarakat yang berkepentingan Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam AMDAL berdasarkan alasan - alasan seperti kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati. 3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai dilaksanakan sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang AMDAL, sebagai perwujudan dari pasal 16 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi “Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah”. Kebijakan tentang AMDAL telah mengalami beberapa kali perbaikan atau penyempurnaan. Pada tahun 1993 dikarenakan adanya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi maka terbit Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah sebelumnya. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disempurnakan kembali pada tahun 1999 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, kebijakan ini didorong oleh kebijakan baru di bidang politik yaitu demokratisasi, reformasi dan otonomi daerah. Menurut Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang kemudian disempurnakan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Amdal yang semula hanya memiliki satu model, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk. Model AMDAL yang berlaku hingga saat ini terbagi menjadi 4 model yang terbagi berdasarkan objek kajian yaitu: 1. AMDAL Proyek Individual Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen kerangka acuan Analisis Dampak Lingkungan, rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. 2. AMDAL Kegiatan Terpadu Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. 3. AMDAL Kawasan Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab. 4. AMDAL Regional Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembagan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.12 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di dalam aspek teori, konsep dan metodologi ANDAL tidak mengalami perubahan sejak tahun 1986 hingga kini, sedangkan pada tatanan prosedural sejak ditetapkannya Peraturan 12 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dokumen penapis Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) tidak diperlukan lagi. C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup 1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup adalah lembaga yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. 2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup Untuk melaksanakan tugas membantu Bupati tersebut, Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan wewenang yang meliputi: a. Perumusan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup, termasuk pengembangan model - model konservasi keanekaragaman hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup; b. Pelaksanaan pengendalian serta pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan, meliputi kegiatan: pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan biomassa, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut, penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat bencana (banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan), adaptasi perubahan iklim dan perlindungan atmosfer; c. Pelaksanaan fasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi: penerapan AMDAL, penerapan instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, penerapan sistem manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi ramah lingkungan, pengembangan perangkat ekonomi lingkungan, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS), Laboratorium Lingkungan; d. Pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dengan mengembangkan skema insentif dan disinsentif serta pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dampak lingkungan; e. Pelaksanaan pelayanan dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dibidang lingkungan hidup; f. Peningkatan kapasitas kelembagaan yang meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan; g. Pengkoordinasian serta pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya alam; h. Pengendalian tata ruang melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan dalam perencanaan, pengendalian serta evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan; i. Pelaksanaan kegiatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan; j. pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup; k. pembinaan serta peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup; l. pelaksanaan kegiatan-kegiatan tambahan yang meliputi: pelaksanaan dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) bidang lingkungan hidup, pelaksanaan program strategis bidang lingkungan hidup antara lain Adipura, Menuju Indonesia Hijau (MIH) dan Program For Pollution Control And Rating (PROPER); m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri dari: 1. Kepala; 2. Sekretariat; 3. Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan; 4. Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan; 5. Bidang Kebersihan; 6. Bidang Pertamanan; 7. Kelompok Jabatan Fungsional; 8. UPT Laboratorium Lingkungan. Sekretariat dan Bidang - bidang, masing - masing dipimpin oleh seorang Sekretaris dan Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan dan program administrasi ketatausahaan dan ketatalaksanaan, pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan dan pelayanan teknis administratif kepada pimpinan unit organisasi di lingkungan Badan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas, Sekretariat mempunyai fungsi: 1. Penyusunan perencanaan dan program bidang lingkungan hidup; 2. Pelaksanaan proses administrasi kesekretariatan dalam rangka penyusunan peraturan Perundang - Undangan di bidang lingkungan hidup; 3. Pembinaan administrasi dalam urusan ketatausahaan, perlengkapan rumah tangga dan kepegawaian; 4. Pengelolaan administrasi dalam urusan keuangan; 5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang - bidang, UPT dan kelompok jabatan fungsional di lingkungan Badan Lingkungan Hidup; 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat, membawahi: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Perencanan; Masing - masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris. Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bagian: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas: a. Melakukan pengelolaan urusan surat menyurat dan tata kearsipan; b. Melakukan tata usaha kepegawaian; c. Melakukan pengelolaan administrasi tentang kedudukan, hak dan kewajiban pegawai; d. Melakukan tata usaha dan pemeliharaan perlengkapan; e. Melakukan urusan kerumah tanggaan; f. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas: a. Menghimpun dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan anggaran keuangan; b. Melakukan pengelolaan keuangan termasuk pengelolaan gaji pegawai; c. Melaksanakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan keuangan; d. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas: a. Menghimpun data dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan perencanaan program di bidang lingkungan hidup; b. Melakukan koordinasi penyusunan program di bidang lingkungan hidup; c. Menyiapkan dan mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan peraturan Perundang - Undangan dibidang lingkungan hidup; d. Melakukan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program; e. Mengumpulkan dan menyusun dokumentasi data dan peraturan Perundang - Undangan serta hasil pembangunan; f. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Tata Lingkungan Dan Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang tata lingkungan dan kelembagaan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis pembinaan, koordinasi dan pengendalian AMDAL serta UKL-UPL; 2. Pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan terpadu; 3. Pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup; 4. Perumusan kebijakan teknis, pembinaan serta pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; 5. Pembinaan dan pengawasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar kompetensi personil bidang lingkungan hidup; 6. Perumusan kebijakan teknis serta pengembangan kapasitas kelembagaan di bidang lingkungan hidup; 7. Penyelenggaraan diklat dan evaluasi hasil pelaksanaan diklat bidang lingkungan hidup; 8. Penyelenggaraan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup; 9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan, membawahi: 1. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup; 2. Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup. Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan. Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Bidang: 1. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, mempunyai tugas: a. Menyelenggarakan penilaian AMDAL dan pemberian rekomendasi UKL-UPL; b. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis serta pembinaan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan; c. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi berwawasan lingkungan; d. Menyelenggarakan pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup; e. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis, pembinaan serta pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup, mempunyai tugas: a. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dibidang lingkungan hidup; b. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan standar kompetensi personil dibidang lingkungan hidup; c. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis dan pembinaan pengembangan kapasitas kelembagaan dibidang lingkungan hidup; d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta melakukan evaluasi hasil pelaksanaan dibidang lingkungan hidup; e. Memberikan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pelestarian Dan Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang pelestarian dan pengendalian lingkungan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan mempunyai fungsi: 1. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut skala kabupaten; 2. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan; 3. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa; 4. Penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan akibat bencana; 5. Pelaksanaan serta pemantauan penataan atas perjanjian internasional, konvensi dan protokol dibidang lingkungan hidup; 6. Penetapan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan iklim, perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi asam; 7. Pengkoordinasian pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati; 8. Pengawasan serta pengendalian pelaksanaan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3; 9. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; 10. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara; 11. Penegakan hukum lingkungan hidup; 12. Pengawasan pelaksanaan penataan perijinan di bidang lingkungan hidup; 13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan, membawahi: 1. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam; 2. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup. Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan. Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang: 1. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam, mempunyai tugas: a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam; b. Melakukan upaya pemantauan, pelestarian serta pemulihan kualitas lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam; c. Menetapkan lokasi untuk pengelolaan konservasi laut; d. Menetapkan kawasan yang berisiko rawan bencana dan yang berisiko menimbulkan bencana lingkungan; e. Melakukan pencegahan serta pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan wilayah pesisir dan laut; f. Melakukan monitoring kualitas lingkungan pesisir dan laut; g. Melakukan koordinasi dan penanggulangan kebakaran hutan; h. Melakukan pengawasan, pengendalian serta penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau bencana alam; i. Melakukan pengawasan serta pengendalian kerusakan lahan dan atau tanah akibat kegiatan produksi biomassa; j. Melakukan koordinasi dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati; k. Menetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup skala kabupaten; l. Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan iklim, perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi asam; m. Memantau penaatan atas perjanjian internasional, konvensi dan protokol di bidang lingkungan hidup skala kabupaten; n. Melakukan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, mempunyai tugas: a. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis pengendalian pencemaran dan atau kerusakan pada media lingkungan (air, tanah dan udara); b. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap limbah industri; c. Melakukan pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL dan penataan perijinan bidang lingkungan hidup; d. Melaksanakan pembinaan, bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan; e. Melakukan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup; f. Melakukan pengawasan pengelolaan penanggulangan dan pemulihan pencemaran dan atau kerusakan akibat limbah B3; g. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat; h. Melaksanakan pemantauan kualitas air dan pengendalian pencemaran air kepada sumber air; i. Melaksanakan pemantauan kualitas udara ambien, emisi serta kebisingan sumber bergerak dan tidak bergerak; j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Kebersihan mempunyai tugas menyusun rumusan kebijakan di bidang kebersihan yang meliputi perencanaan, pembinaan dan pengawasan kegiatan kebersihan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Kebersihan mempunyai fungsi: 1. Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang pengelolaan limbah domestik; 2. Pelaksanaan pelayanan pengelolaan limbah domestik; 3. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pembinaan serta pengawasan pengelolaan kebersihan; 4. Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah domestik yang berwawasan lingkungan; 5. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik; 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Kebersihan, membawahi: 1. Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik; 2. Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik. Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kebersihan. Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang: 1. Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik, mempunyai tugas: a. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan program pengendalian pencemaran limbah domestik; b. Melaksanakan kegiatan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat, monitoring dan pengawasan pengelolaan limbah domestik; c. Melaksanakan pelayanan kebersihan kota dan jalan umum, tempat umum serta ditempat - tempat lain yang dipandang perlu; d. Menyelenggarakan kebersihan selokan/saluran pembuangan air dan pengurasan WC umum; e. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana angkutan darat dibidang kebersihan, pertamanan dan penerangan jalan umum; f. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan sarana kendaraan/angkutan sampah; g. Memberikan pelayanan pengangkutan sampah dan air limbah domestik; h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik, mempunyai tugas: a. Merumuskan kebijakan pemanfaatan serta pemusnahan limbah domestik; b. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Penampungan Akhir (TPA); c. Melaksanakan kegiatan pembinaan monitoring serta pengawasan terhadap pemulung dan pemanfaat limbah domestik; d. Melaksanakan kegiatan pengolahan sampah domestik (pengomposan) di Tempat Penampungan Akhir (TPA) dan pengolahan air limbah domestik di Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT); e. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan sarana/prasarana pengelolaan limbah domestik; f. Menyelenggarakan pemusnahan/penimbunan sampah dengan sistem sanitary landfill; g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pertamanan mempunyai tugas dalam menyusun kebijakan di bidang pertamanan yang meliputi perencanaan, pembinaan serta pengawasan kegiatan pertamanan dan penerangan jalan umum. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pertamanan mempunyai fungsi: 1. Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang pertamanan dan penerangan jalan umum; 2. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pengelolaan pertamanan dan penerangan jalan umum; 3. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pembinaan serta pengawasan pengelolaan pertamanan dan penerangan jalan umum; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pertamanan, membawahi: 1. Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan; 2. Sub Bidang Penerangan Jalan Umum. Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pertamanan. Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang: 1. Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan, mempunyai tugas: a. Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka hijau; b. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota; c. Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan tanaman keras/hias; d. Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan/atau hutan kota; e. Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan atau taman monumen; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bidang Penerangan Jalan Umum, mempunyai tugas: a. Membuat perencanaan lampu penerangan jalan umum dan lampu hias, taman makan dan sarananya; b. Menyelenggarakan pembuatan/pembangunan penerangan jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya; c. Melaksanakan pembinaan, pemeliharaan/perawatan penerangan jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya; d. Melakukan inventarisasi peralatan (sarana dan prasarana) penerangan jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya; e. Melaksanakan pengelolaan dan administrasi pajak penerapan jalan; f. Melakukan pencatatan dan registrasi tanah/lahan taman makam yang dimiliki pemerintah dan taman makam Desa/Kelurahan dalam wilayah Ibu Kota Kecamatan (IKK); g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan keahliannya. 1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya; 2. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; 3. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja; 4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang - Undangan yang berlaku. UPT Laboratorium Lingkungan adalah unsur pelaksana teknis yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup. UPT dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Tata Kerja dalam Badan Lingkungan Hidup dalam pelaksanaannya sebagai suatu lembaga adalah sebagai berikut: 1. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Badan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik didalam lingkungan badan serta instansi/lembaga lain yang terkait; 2. Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup melaksanakan koordinasi pengawasan melekat; 3. Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup bertanggung jawab serta memberikan bimbingan, pedoman dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan; 4. Setiap pimpinan dan bawahan unit organisasi dilingkungan Badan Lingkungan Hidup wajib mengikuti dan mematuhi pedoman dan petunjuk atasan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan langsung secara berkala dan tepat waktu. Badan lingkungan hidup sebagai pelaksana tugasnya khususnya di Cilacap terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di lingkungan pemerintah kabupaten Cilacap. dimana di dalam salah satu fungsinya tercantum tentang penerapan AMDAL di Kabupaten Cilacap. BAB III METODE PENELITIAN Metode Pendekatan Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legisme positivis yang menyatakan bahwa hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini melihat hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom terlepas dari kehidupan masyarakat.13 B. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi yang diguakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum dijelaskan, penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala - gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.14 13 14 Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,metodologi penelitian hukum dan jurimetri, hlm. 11. Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 9. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap, perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman, pusat informasi ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. D. Sumber Data Data Sekunder Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang bersumber dari peraturan Perundang - Undangan, buku - buku literatur, keputusan keputusan, maupun surat - surat resmi yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Bahan hukum yang ada dikumpulkan, yaitu melakukan penelitian terhadap dokumen - dokumen yang berkaitan dengan AMDAL, guna mendapatkan landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal dan melalui naskah resmi yang ada. a. Bahan - bahan hukum primer Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan - bahan hukum primer berupa peraturan Perundang - Undangan, catatan - catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan Perundang - Undangan. b. Bahan - bahan hukum sekunder Yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen dokumen resmi, meliputi buku - buku teks, kamus - kamus hukum, jurnal - jurnal hukum. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian yang berupa keterangan - keterangan wawancara dengan salah satu pihak terkait dengan objek penelitian sebagai pelengkap data sekunder. E. Metode Pengumpulan Data Data sekunder Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan - bahan kepustakaan yang berupa peraturan Perundang - Undangan, literatur dan dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Data primer Data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap untuk melengkapi data sekunder. F. Metode Penyajian Data Metode penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. G. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Pendapat Soejono S. berkaitan dengan analisis data kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang kebenaran. Dengan demikian jumlah (kuantitas) data sekunder tidak diutamakan melainkan kualitas data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan.15 Dalam metode ini akan dilakukan penjabaran dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang didasarkan pada kaidah - kaidah hukum yang relevan dengan pokok permasalahan dan doktrin hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 15 Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 11. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap diperoleh data sebagai berikut: 1. Data Sekunder Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di Indonesia diberlakukan berdasar PP 51 tahun 1993 (sebelumnya PP 29 tahun 1986) sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup yang direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997 dan direvisi lagi menjadi UU No. 32 tahun 2009. AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya - upaya konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan proyek itu sendiri. AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Kegunaan AMDAL adalah sebagai berikut: a. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah; b. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan; c. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan; d. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; e. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana usaha/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu usaha/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. AMDAL bukan merupakan ijin, tetapi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin melakukan usaha atau kegiatan. Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang ditimbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya. Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.16 Pelaksanaan AMDAL terdiri dari 4 tahapan yaitu: 1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL 16 Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 5-6. Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. 2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL. 3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping) Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). 4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KAANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya. Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.17 Terdapat 3 hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yaitu: Kelembagaan, Sumber Daya Manusia dan Dana. Dari segi kelembagaan, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat dibentuk jika: a. Memiliki sekretariat komisi penilai yang berkedudukan di instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota. Komisi penilai AMDAL akan berfungsi secara efektif jika lembaga yang menaungi komisi penilai mempunyai eselon yang cukup tinggi, sehingga dapat melakukan koordinasi antar dinas dan instansi lain yang berkaitan dengan AMDAL; b. Adanya organisasi lingkungan/lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup yang telah lulus mengikuti pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dalam fungsinya sebagai salah satu anggota komisi penilai; 17 http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet c. Adanya kemudahan akses ke laboratorium yang memiliki kemampuan menguji contoh uji kualitas sekurang - kurangnya untuk parameter air dan udara baik laboratorium yang berada di Kabupaten/Kota maupun di ibukota propinsi terdekat. Dari segi sumber daya manusia, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat dibentuk dengan persyaratan: a. Tersedianya sumber daya manusia yang telah lulus mengikuti pelatihan Dasar - dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau Penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup khususnya di instansi pemerintah untuk melaksanakan tugas dan fungsi komisi penilai; b. Tersedianya tenaga ahli sekurang - kurangnya di bidang biogeofisikkimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, perencanaan pembangunan wilayah/daerah, dan lingkungan sebagai anggota komisi penilai dan tim teknis; Dari segi dana, pemerintah Kabupaten / Kota harus menyediakan dana yang memadai dalam APBD untuk pelaksanaan tugas Komisi Penilai AMDAL. Perlu ditegaskan bahwa Komisi Penilai AMDAL dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada publik, sehingga pendanaan untuk kegiatan komisi perlu disediakan oleh pemerintah.18 18 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. Tata cara pembentukan komisi Penilai AMDAL di daerah Kabupaten/Kota diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 41 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota, sedangkan kewenangan untuk menilai hasil AMDAL di daerah kabupaten/kota diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 40 tahun 2000 kedudukan komisi Penilai AMDAL terdapat di tingkat pusat himgga di kabupaten/kota. Kedudukan Komisi Penilai AMDAL: a. Komisi Penilai AMDAL Pusat berada pada Kementerian Lingkungan Hidup; b. Komisi Penilai AMDAL Propinsi berada pada Bapedalda Propinsi; c. Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota berada pada Bapedalda/Bagian Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. Kemudian dalam Pasal 1 ayat (6) tertulis Komisi penilai Kabupaten/Kota berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi semua rencana usaha dan/atau kegiatan di luar kewenangan Pusat dan Propinsi, sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 2. Data Primer Guna melengkapi data sekunder sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, penulis memperoleh data melalui hasil wawancara dengan narasumber dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yaitu bapak Jamaludin S.T. selaku Kepala Sub Bidang Penataan Lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Tanggal 8 Februari 2010 diperoleh keterangan sebagai berikut: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap dilaksanakan oleh segala pihak terkait dengan koordinasi bersama oleh Badan Lingkungan Hidup. Lebih lanjut bapak Jamaludin S.T. menerangkan sejak Badan Lingkungan Hidup berdiri secara otonom pada tahun 2009, sampai saat wawancara ini dilangsungkan (08 Februari 2010), Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap telah menyelesaikan dua buah kajian AMDAL yaitu: 1. Revisi RKL dan RPL PT.Semen Holcim; 2. Sutet Rawalo. Saat wawancara ini dilangsungkan, Badan lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sedang menyelesaikan kajian AMDAL mengenai Sutet 500kv PLTU Jateng – Gitet 500kv Kesugihan. Berkaitan dengan proses pelaksanaan AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Jamaludin S.T. menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya Badan Lingkungan Hidup mengkoordinasikan kepada semua pihak terkait, berkaitan dengan proses kajian AMDAL di kabupaten Cilacap. Berkenaan dengan pelaksanaannya, Jamaludin S.T. menerangkan tentang dasar hukum dari masing – masing kegiatan dalam kegiatan AMDAL di Kabupaten Cilacap adalah berdasarkan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Surat Keputusan Bupati yang merupakan turunan dari peraturan – peraturan diatasnya. B. Pembahasan 1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap a. Proses Penapisan (Screening) wajib AMDAL Penapisan merupakan terjemahan dari screening yang berarti menapis atau menyaring. Penapisan merupakan kata benda yang berarti sesuatu hal dari hasil kegiatan menapis. Penapisan dalam AMDAL adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu, yang merupakan bahan untuk pengambilan keputusan. Penapisan untuk menentukan suatu proyek pembangunan pada AMDAL dilakukan secara nasional, hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang menetapkan jenis – jenis usaha yang wajib dilengkapi Analisi Mengenai Dampak Lingkungan. Penapisan di sini digunakan untuk membantu langkah yang harus diambil oleh Pemerintah daerah, pemrakarsa proyek dan Komisi AMDAL.19 Penapisan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, dilaksanakan secara satu langkah, yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang dilengkapi dengan daftar kegiatan wajib AMDAL. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2 ayat (2), Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan menetapkan jenis – jenis usaha atau kegiatan yang wajib menyusun ANDAL setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat instansi teknis yang bertanggung jawab. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2 ayat (3) menyebutkan bahwa penapisan rencana usaha atau kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup akan ditinjau secara berkala sekurang – kurangnya dalam 5 (Lima) tahun. Penapisan dalam United Nation Environmental Programme (1988) mempertimbangkan beberapa hal antara lain: 1. Suatu kriteria yang paling sedarhana dalam ukuran luas proyek dan lokasi proyek; 2. Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang memerlukan AMDAL; 19 Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan, hlm.105. 3. Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infra struktur, di samping itu pertimbangan dengan ambang batas kualitas lingkungan; 4. Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan data baru di samping data yang telah tersedia.20 Pada dasarnya tujuan diadakannya penapisan dalam AMDAL adalah: 1. Untuk menetukan apakah suatu kegiatan proyek atau suatu rencana kegiatan proyek memerlukan AMDAL atau tidak; 2. Untuk memperpendek proses yang terlalu panjang dalam menetapkan apakah suatu kegiatan proyek perlu AMDAL; 3. Untuk menentukan aktifitas penyebab dampak, parameter lingkungan terkena dampak, hal ini bermanfaat untuk menetapkan kepakaran yang diperlukan dalam tim AMDAL.21 Dengan demikian maka sesuai dengan tata laksana proyek, penapisan akan terdiri atas 3 (tiga) prosedur berupa prosedur untuk penapisan kebijaksanaan nasional yaitu untuk butir (1) prosedur untuk kebijaksanaan sektoral butir (2), dan bermanfaat dalam penyusunan AMDAL butir (3). 20 21 United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact Assesment, Basic Procedures for Developng Countries Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. hlm. 106. Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan apakah suatu proyek perlu dilakukan AMDAL atau tidak, penetapan suatu proyek akan mempercepat proses pelaksanaan penyusunan AMDAL sebagai syarat untuk memperoleh ijin. Penentuan suatu proyek akan menimbulkan dampak atau tidak dalam beberapa literatur disebutkan sulit untuk ditentukan, namun dalam perkembangannya didapat kriteria pembangunan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu: 1. Penggunaan dan pengubahan lahan Proyek pembangunan: kota, industri, pertanian, lapangan terbang, transportasi, jaringan transmisi, pembangunan lepas pantai. 2. Ekstraksi sumberdaya alam Proyek pembangunan: penggalian, penambangan, penebangan kayu, pengambilan ikan dan satwa. 3. Pembaharuan/ pemudaan/penggantian sumberdaya alam Proyek pembangunan: reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan, pemanfaatan,ulang limbah, penanggulangan banjir. 4. Proses pertanian Proyek pembangunan: pertanian (pasang surut, tanaman pangan, holtikultura dan lain –lain), penggembalaan, ranch, irigasi. 5. Proses industri Proyek pembangunan: penggilingan besi dan baja, industri petrokimia, pulp, kertas. 6. Transportasi Proyek pembangunan: jaringan rel kereta api, pesawat terbang, mobil, kapal dan jaringan pipa. 7. Energi Proyek pembangunan: PLTA, PLTN, PLTU, PLTD dan PLTB. 8. Perawatan air dan pembuangan limbah Proyek pembangunan: dumping limbah ke laut, landfill, pemupukan limbah dalam tanah, penggunaan pestisida dan herbisida. 9. Kepariwisataan Proyek pembangunan: area perburuan, taman dan lain – lain. 10. Konservasi/ pengamanan pantai Proyek pembangunan: kawasan wisata pantai, pemandian pantai, penyelaman, para sailing dan lain – lain.22 Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 dalam Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan yang wajib dibuatkan AMDAL adalah kegiatan yang berupa: 22 Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. hlm. 107. 1. Perubahan bentang lahan dan bentang alam; 2. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbarui maupun yang tidak terbarui; 3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya; 4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan (alam, buatan, sosial dan budaya); 5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya; 6. Introduksi jenis tumbuh – tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik; 7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati; 8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup; 9. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau mempengaruhi pertahanan negara.23 Atas dasar macam pembangunan dan proyek yang tercantum di atas, maka hampir seluruh kegiatan pembangunan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan, padahal terdapat beberapa proyek yang tidak 23 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menimbulkan dampak dan ada pula proyek yang hanya berdampak penting di suatu daerah. Penapisan pada dasarnya adalah suatu kebijakan debirokratisasi dalam proses perijinan, melakukan efisiensi dalam penyusunan dokumen AMDAL dan membantu mempermudah pengambilan kebijakan dalam pengambilan suatu keputusan. Proses perencanaan suatu proyek sangat erat berkaitan dengan pengambilan keputusan. Suatu proyek dapat dilaksanakan bila dalam perencanaan proyek dapat dibuat secara memadai ditinjau dari berbagai aspek, seperti misalnya studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan. Dalam setiap langkah penyusunan studi kelayakan ini diperlukan suatu keputusan dari pengambil kebijakan, demikian pula untuk AMDAL. Pengambil keputusan yang tertera dalam prosedur tata laksana pelaksanaan AMDAL adalah instansi yang bertanggung jawab dan pemraakarsa, kedua pihak ini sangat menentukan dalam pengambilan keputusan. Penapisan rencana kegiatan secara garis besar adalah melalui pengambilan keputusan atas aktifitas yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan. Proyek yang diajukan baik itu oleh pemerintah melalui kebijakan, program bantuan asing atau dana pinjaman asing maupun dari sektor swasta akan dinilai apakah kegiatan tersebut memiliki dampak besar dan penting. Penilaian atas rencana proyek akan menghasilkan output apakah kegiatan tersebut memiliki dampak besar dan penting terhadap lingkungan atau tidak, jika tidak, maka pemrakarsa akan menyusun UKL dan UPL yang kemudian akan melaksanakan pembangunan. Rencana proyek yang dianggap memilki dampak besar dan penting terhadap lingkungan akan diwajibkan untuk menyusun AMDAL, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan atau audit lingkungan, atau AMDAL yang disusun akan menghasilkan altenatif dalam pelaksanaan proyek yang jika telah dipilih akan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan yang jika telah berjalan akan dilakukan pemeriksaan sebagai bentuk pengawasan.24 Sesuai dengan proses pelaksanaan AMDAl, terdapat beberapa metode penapisan. Menurut Soemarwoto dalam Fandeli penapisan dapat dilakukan dengan dua metode, metode pertama adalah metode penapisan satu langkah, caranya dengan membuat daftar berbagai proyek yang diperkirakan menimbulkan dampak dan proyek – proyek yang tidak menimbulkan dampak. Dalam menyusun daftar proyek selain aspek dampak penting yang dipertimbangkan, juga aspek lokasi proyek.25 Daftar proyek kegiatan wajib AMDAL yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 adalah merupakan penapisan satu langkah. 24 25 Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. hlm.110. Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. hlm.113 – 115. Lokasi proyek yang berada atau berbatasan atau dapat merubah fungsi kawasan lindung atau bekas kawasan yang mudah berubah sesuai dengan peraturan Perundangan yang berlaku, menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 wajib disusun AMDAL. Kawasan lindung yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 7 ayat (1) Undang – Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang dan Pasal 37 Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Hutan Lindung; 2. Kawasan Bergambut; 3. Kawasan Resapan Air; 4. Sempadan Pantai; 5. Sempadan Sungai; 6. Kawasan Sekitar Danau/Waduk; 7. Kawasan Sekitar Mata Air; 8. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margastwa, Hutan Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah dan Daerah Pengungsian Satwa); 9. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem); 10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove); 11. Taman Nasional; 12. Taman Hutan Raya; 13. Taman Wisata Alam; 14. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah karst berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi); 15. Kawasan Rawan Bencana Alam.26 Metode 2 (dua) tahap yang dikenal sebelum tahun 1994 dengan mempergunakan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) sebagai dokumen penapisan sudah tidak dikenal lagi, sehingga daftar proyek yang wajib melaksanakan PIL dan penilaiannya tidak berlaku lagi. Metode satu langkah yang mekanisme penapisannya dapat dilihat pada skema berikut: Semua Proyek 26 Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. hlm. 115. Penapisan Dengan dasar daftar sebagai kriteria (jenis kegiatan, besaran dan lokasi) Lampiran Kep. Men. LH No. 11/2006 Proyek termasuk daftar wajib AMDAL Proyek di luar daftar Tidak perlu AMDAL tetapi harus menyusun dokumen UKL dan UPL. b. Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat Setiap rencana kegiatan wajib AMDAL, wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu. Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk: 1. Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan, sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut; 2. Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi; 3. Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka. Maksud dan tujuan dilaksanakannya keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) ini adalah untuk: 1. Melindungi kepentingan masyarakat; 2. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan; 3. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dari rencana usaha dan/atau kegiatan; 4. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak - hak semua pihak untuk mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui pihak lain yang terpengaruh. Prinsip dasar pelaksanaan proses pengumuman dan konsultasi masyarakat yaitu: 1. Kesetaraan posisi diantara pihak - pihak yang terlibat; 2. Transparansi dalam pengambilan keputusan; 3. Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; 4. Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dikalangan pihak - pihak yang terkait. Dalam Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004, masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan AMDAL adalah: 1. Masyarakat yang Berkepentingan Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam kegiatan AMDAL berdasarkan alasan - alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam kegiatan AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati. 2. Masyarakat Terkena Dampak Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian. 3. Masyarakat Pemerhati Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun dampak - dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya. 4. Keterlibatan Masyarakat Dalam kegiatan AMDAL Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan AMDAL adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang AMDAL. Dalam proses ini, masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan, dan nilai - nilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik. 5. Wakil Masyarakat Dalam Komisi Penilai AMDAL Wakil masyarakat dalam Komisi Penilai AMDAL adalah wakil dari masyarakat terkena dampak yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk dapat duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL. Masyarakat memiliki hak untuk: 1. Memperoleh informasi mengenai: a. Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusun AMDAL; b. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL); c. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL); d. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL); e. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL); f. Proses penilaian dokumen AMDAL oleh Komisi Penilai AMDAL; g. Sikap instansi yang bertanggung jawab atas saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang disampaikan; h. 2. Keputusan hasil penilaian dokumen AMDAL.27 Memberikan saran, pendapat, dan/atau tanggapan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusun AMDAL dan dokumen KAANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL dengan ketentuan: a. Spesifikasi media penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan bentuk tertulis (contoh: surat, e-mail) atau bentuk cetak (contoh: surat pembaca di media massa), sehingga mudah didokumentasikan; 27 Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. b. Memenuhi spesifikasi teknik penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan dengan Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, menuliskan dengan jelas sehingga mudah dibaca, menjelaskan dan/atau melampirkan identitas pribadi; c. Tata cara penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan, dan disampaikan kepada: 1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat: Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada Pemrakarsa; 2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah: Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada Pemrakarsa.28 3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah Kabupaten) 28 u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Kabupaten, dengan tembusan kepada Camat/Kepala Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.29 3. Duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL30, khususnya bagi warga masyarakat terkena dampak yang penetapannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan penetapan lingkup masyarakat terkena dampak. Penetapan lingkup warga masyarakat terkena dampak pada tahap penyusunan KA-ANDAL dilakukan atas kesepakatan bersama antara instansi yang bertanggung jawab, pemrakarsa dan masyarakat terkena dampak terkait dengan tetap memperhatikan kemungkinan penyempurnaannya kembali pada tahap proses penilaian dokumen ANDAL, RKL, dan RPL di Komisi Penilai. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lingkup masyarakat terkena dampak adalah: a. Memperhatikan karakter rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan diusulkan Contoh: 1) Jenis - jenis usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan dukungan semua lapisan masyarakat setempat berarti menjadikan seluruh masyarakat setempat sebagai kelompok yang terkena dampak (misalnya: proyek pembukaan lahan 29 30 Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. pertanian skala besar, pembuatan infrastruktur desa, proyek peremajaan kota, dan lain - lain); 2) jenis usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pengaruh positif atau negatif besar pada satu kelompok masyarakat tertentu menjadikan hanya sebagian masyarakat menjadi kelompok yang terkena dampak (misalnya: proyek transmigrasi/ pemindahan pemukim perambah hutan yang akan mempengaruhi penduduk yang dipindahkan dan penduduk yang akan menerima, atau proyek pertambangan terhadap masyarakat suku terasing); b. Memperhatikan jenis isu pokok/dampak besar dan penting yang muncul. Sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan bisa memiliki lingkup warga masyarakat yang terkena dampak berbeda - beda menurut jenis isu pokok/dampak besar dan penting. Contoh: Adanya perbedaan antara kelompok warga masyarakat terkena dampak akibat isu konflik sosial budaya dengan kelompok akibat isu pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya. c. Mengacu pada batas wilayah dampak yang ditetapkan dalam studi AMDAL. Warga masyarakat yang terkena dampak haruslah warga yang memang berada di dalam wilayah dampak yang batas batasnya ditetapkan dalam studi AMDAL. d. Memperhatikan tahapan proses kajian AMDAL. Semakin jelas permasalahan dan alternatif mitigasi dampak, lingkup warga masyarakat yang terkena dampak dapat membesar/mengecil. Contoh: Identifikasi dampak dan wilayah sebarannya pada saat KA-ANDAL mungkin hanya menghasilkan satu kelompok masyarakat terkena dampak, namun pada saat evaluasi dampak akan dapat teridentifikasi kelompok masyarakat terkena dampak baru. Demikian pula halnya pada saat ditemukannya alternatif mitigasi dampak dalam RKL dan RPL, dimana kemudian dapat memunculkan kelompok masyarakat terkena dampak yang tidak teridentifikasi sebelumnya. Mekanisme perwakilan dalam hal masyarakat sebagai anggota komisi penilai AMDAL, pelaksanaannya berdasarkan ketentuan warga masyarakat terkena dampak memilih sendiri wakilnya yang duduk dalam Komisi Penilai AMDAL. Kriteria dan syarat wakil masyarakat terkena dampak adalah: a. Seseorang yang diakui sebagai juru bicara dan/atau mendapat mandat dari kelompok masyarakat terkena dampak. Wujud dari pengakuan ini dapat berupa bukti yang sifatnya formal (misalnya: surat persetujuan bersama dari kelompok masyarakat yang diwakili), atau bentuk - bentuk pengakuan lainnya yang ditetapkan dan disetujui oleh kelompok masyarakat terkena dampak yang diwakilinya (misalnya: menetapkan tokoh masyarakat formal seperti Kepala Desa dan LKMD, atau informal seperti tokoh adat dan tokoh agama setempat sebagai wakil yang disepakati); b. Menyuarakan semua bentuk aspirasi dan pendapat masyarakat yang diwakilinya secara apa adanya, termasuk juga pendapat - pendapat yang saling bertentangan; c. Melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan masyarakat yang diwakilinya.31 Kewajiban Instansi yang bertanggung jawab yang dalam hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup bidang Pengendalian Dampak Lingkungan di Tingkat Pusat, BAPPEDAL Propinsi di Tingkat Propinsi dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (baca: Badan Lingkungan Hidup) sebagai instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten32 adalah: 1. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai penyusunan AMDAL dengan ketentuan: a. Spesifikasi Media Pengumuman 1) Media cetak lokal dan nasional; 31 32 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 2) Papan pengumuman kantor instansi yang bertanggung jawab di tingkat pusat dan/atau daerah; 3) Media elektronik televisi dan/atau radio; 4) Pusat dan/atau tempat pengumuman resmi yang ditetapkan dan diatur oleh instansi yang bertanggung jawab. b. Spesifikasi Tampilan Pengumuman 1) Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat; 2) Pengumuman tertulis di media cetak harus berukuran minimal 5x3 cm2 dan ditulis dengan huruf standar sekurang - kurangnya berukuran 10. Ukuran minimal tidak boleh dijadikan alasan tidak lengkapnya lingkup materi yang disampaikan; 3) Pengumuman pada papan pengumuman harus sekurang kurangnya: a) Ditulis dengan warna hitam dan dasar putih; b) Ditulis dengan huruf cetak standar dengan ukuran minimal 12; c) Berukuran minimal 60 x 100 cm2 4) Pengumuman pada media elektronik dapat berupa berita ataupun spot iklan, dengan lama minimal 10 (sepuluh) detik untuk televisi dan 20 (dua puluh) detik untuk radio c. Tata Cara Pengumuman Tata cara pengumuman instansi yang berkewajiban harus mengumumkan: a. Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan; b. Jenis usaha dan/atau kegiatan; c. Nama dan alamat pemrakarsa; d. Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat; e. Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat yang dalam hal ini BLH Kabupaten Cilacap selaku instansi yang ditugaskan sebagai penganggung jawab. 2. Mendokumentasikan dan mengolah saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat yang disampaikan; 3. Menyampaikan rangkuman hasil saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat serta respon dan sikap atas saran, pendapat, dan tanggapan warga masyarakat tersebut kepada Komisi Penilai AMDAL; 4. Menyediakan informasi tentang proses dan hasil keputusan penilaian dokumen KA-ANDAL dan ANDAL, RKL, dan RPL kepada warga masyarakat yang berkepentingan; 5. Memfasilitasi terlaksananya dengan baik hak warga masyarakat atas informasi dan berperanserta dalam kegiatan AMDAL. Kewajiban – kewajiban Pemrakarsa dalam proses pengumuman dan konsultasi masyarakat adalah: 1. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum memulai penyusunan dokumen AMDAL dengan ketentuan: a. Spesifikasi Media Pengumuman 1) Papan pengumuman di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan; 2) Papan pengumuman di lokasi - lokasi strategis yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di tingkat pusat atau daerah dan Media elektronik televisi dan/atau radio; 3) Media lain yang dianggap tepat dengan situasi setempat; misalnya brosur, surat, media cetak, dan/atau media elektronik. b. Spesifikasi Tampilan Pengumuman Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat; c. Tata Cara Pengumuman dengan mengumumkan hal - hal: 1) Nama dan alamat pemrakarsa; 2) Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan; 3) Jenis usaha dan/atau kegiatan; 4) Produk yang akan dihasilkan; 5) Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara penanganannya; 6) Dampak lingkungan hidup yang akan timbul; 7) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat; 8) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten. 2. Menyelenggarakan konsultasi kepada warga masyarakat yang berkepentingan dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL; 3. Memberikan informasi mengenai dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL kepada warga masyarakat yang memerlukannya; 4. Menanggapi saran, pendapat, dan tanggapan yang disampaikan oleh warga masyarakat yang berkepentingan. Tata Cara Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai menyusun dokumen AMDAL wajib: 1. Memberitahukan rencananya kepada instansi yang bertanggung jawab; 2. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya terhitung sejak jadwal pengumuman yang telah disepakati bersama instansi yang bertanggung jawab; 3. Mengumumkan hal - hal: a. Nama dan alamat pemrakarsa; b. Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan; c. Jenis usaha dan/atau kegiatan; d. Produk yang akan dihasilkan; e. Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara penanganannya; f. Dampak lingkungan hidup yang akan timbul; g. Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat; h. Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten. 4. Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman. Instansi yang bertanggung jawab wajib mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai menyusun AMDAL dengan ketentuan: a. Mengumumkan hal - hal: 1) Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan; 2) Jenis usaha dan/atau kegiatan; 3) Nama dan alamat pemrakarsa; 4) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat; 5) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten. b. Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman Warga masyarakat yang berkepentingan berhak menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan, dan disampaikan kepada: 1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat: Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada Pemrakarsa; 2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah: Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada Pemrakarsa.33 3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah Kabupaten) u.p Kepala Kabupaten, dengan Badan tembusan Lingkungan kepada Hidup Camat/Kepala Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL. 34 c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping) Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. Kerangka AMDAL bagi pembuatan ANDAL merupakan pegangan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyusunan ANDAL, ANDAL harus dilaksanakan sesuai dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan. Pembuatan kerangka acuan tersebut dilakukan bersama antara instansi yang bertanggung jawab, maksudnya bertujuan untuk mempercepat penyusunan kerangka acuan tersebut, dengan pengertian bahwa instansi yang bertanggung jawab harus bersifat memberikan petunjuk – petunjuk yang diperlukan dalam penyusunan kerangka acuan tersebut. 33 34 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Penyusunan kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara yaitu: 1. Kerangka acuan disusun oleh Komisi penilai AMDAL yang diberi tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati atau bersama – sama dengan pemrakarsa proyek (sesuai dengan peraturan pemerintah); 2. Kerangka acuan disusun bersama antara Komisi penilai AMDAL yang diberi tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati, pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL atau konsultan AMDAL; 3. Kerangka acuan disusun oleh pelaksana AMDAL yang diajukan kepada pemrakarsa proyek, kemudian dibicarakan bersama instansi yang bertanggung jawab (dalam hal ini BLH Kabupaten).35 Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL adalah digunakan sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KAANDAL kegiatan dalam kawasan. Tujuan penyusunan KA-ANDAL adalah: a. Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL; b. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah: 35 Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, hlm. 76. a. Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan; b. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL. Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL 1. Keanekaragaman ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup. Rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan hidup pada umumnya sangat beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha dan/atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran, tujuan, sasaran, dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan hidup akan berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor lingkungan hidup, pengaruh manusia, dan sebagainya. Karena itu, tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula. Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun akan berbeda - beda. Dengan demikian KA-ANDAL diperlukan untuk memberikan arahan tentang komponen usaha dan/atau kegiatan manakah yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup manakah yang perlu diamati selama menyusun ANDAL. 2. Keterbatasan sumber daya Penyusunan ANDAL acap kali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya, seperti antara lain: keterbatasan waktu, dana, tenaga, metode, dan sebagainya. KA-ANDAL memberikan ketegasan tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam keterbatasan sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu pekerjaan ANDAL. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun priorities manakah yang harus diutamakan agar tujuan ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya terbatas. 3. Efisiensi Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu dibatasi pada faktor - faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien. Pihak - pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL Pihak - pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusunan KAANDAL (proses pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar serta masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 33 s/d Pasal 35 PP. Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. Pelingkupan atau skoping berasal dari kata “scoping” yang berarti bidang/lapangan, jangkauan kesempatan atau keleluasaan. Pelingkupan dalam AMDAL diartikan sebagai pembatasan ruang lingkup pembatasan AMDAL dan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan serta mengidentifikasi dampak besar dan penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan. Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan: a. Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal - hal atau komponen lingkungan hidup yang dipandang kurang penting ditelaah. Penelaahan ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama (main issue) atau masalah kunci (key issue) dari suatu proyek guna mendapat gambaran mengenai rencana kegiatan serta hal – hal terkait; b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif; c. Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan waktu). Dalam pelingkupan dilakukan penajaman priotitas aspek – aspek atau komponen yang akan diteliti. Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan. Manfaat dari pelingkupan adalah untuk kepentingan: 1. Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main-issue) dari suatu proyek; 2. Menetapkan komponen – komponen lingkungan akan terkena dampak nyata; 3. Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang akan terkena dampak; 4. Menetapkan parameter atau indikator dari komponen lingkungan yang akan diukur; 5. Efisiensi waktu studi AMDAL 6. Efisiensi biaya studi AMDAL36 Pelingkupan dampak besar dan penting dilakukan melalui serangkaian proses berikut: 1. Identifikasi dampak potensial Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya 36 Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, hlm. 49 dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar dan penting. Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode - metode identifikasi dampak berikut ini: a. penelaahan pustaka; dan/atau b. analisis isi (content analysis); dan/atau c. interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain lain); dan/atau 2. d. metode ad hoc; dan/atau e. daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau f. matrik interaksi sederhana; dan/atau g. bagan alir (flowchart); dan/atau h. pelapisan (overlay); dan/atau i. pengamatan lapangan (observasi). Evaluasi dampak potensial Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/ meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal - hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming). Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini terutama dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. 3. Pemusatan dampak besar dan penting (Focussing) Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengelompokan/mengorganisir dampak besar dan penting yang telah dirumuskan dari tahap sebelumnya dengan maksud agar diperoleh isu - isu pokok lingkungan hidup yang dapat mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap perihal: a. Keterkaitan antara rencana usaha dan/atau kegiatan dengan komponen lingkungan hidup yang mengalami perubahan mendasar (dampak besar dan penting); b. Keterkaitan antar berbagai komponen dampak besar dan penting yang telah dirumuskan. Isu - isu pokok lingkungan hidup tersebut dirumuskan melalui 2 (dua) tahapan. Pertama, segenap dampak besar dan penting dikelompokan menjadi beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu sama lain. Kedua, dampak besar dan penting yang berkelompok tersebut selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi, sosial, maupun ekologis. Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan. Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas - batas ruang sebagai berikut: 1. Batas proyek Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan juga dalam koordinat. 2. Batas ekologis Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegaitan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan. 3. Batas sosial Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti jika kita melihat fenomena sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat akibat adanya suatu usaha/kegiatan. Jika kita menilik dari kegiatan/usaha maka kita dapat melihat adanya perubahan perilaku sosial akibat kegiatan/usaha tersebut, seperti jika kita melihat adanya masalah yang muncul antara pelaku kegiatan kegiatan/usaha, dengan masyarakat sekitar akibat permasalahan kecil seperti perbedaan suku, seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan perhutanan swasta nasional. Permasalahan sosial yang timbul, jika tidak segera ditanggulangi atau ditemukan solusi akan merusak suatu tatanan sosial yang sudah ada. Batas sosial ini sangat penting bagi pihak - pihak yang terlibat dalam studi ANDAL, mengingat adanya kelompok - kelompok masyarakat yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas - batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Perubahan sosial ini dapat kita lihat seperti perubahan pola sosial masyarakat, seperti munculnya budaya komsumerisme serta hedonisme, atau bahkan seperti pola perpindahan seperti urbanisasi. 4. Batas administratif Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan Perundang - Undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas kuasa pertambangan). Dengan memperhatikan batas - batas tersebut di atas dan mempertimbangkan kendala - kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai. 5. Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana, tenaga, tehnik, dan metode telaahan. Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegaitan, kemudian diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.37 Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KAANDAL Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para perencana, tetapi yang terpenting adalah juga bagi pengambilan keputusan. Karena itu, dalam menyusun KA-ANDAL untuk suatu ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya nanti akan merupakan bagian dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dan perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan dengan bagian studi 37 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. kelayakan yang menggarap faktor penunjang dan penghambat terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi ekonomi dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang bisa ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan hidup, karena itu, penyusun KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir penyusunan ANDAL sehingga akhirnya dapat memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan. Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan tegas wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan: a. Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang hal - hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL menurut pihak - pihak yang terlibat; b. Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing - masing alternatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar; c. Mengingat kegiatan - kegiatan pembangunan pada umumnya mengubah lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan komponen - komponen lingkungan hidup yang berciri: 1) Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain: a) Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer; b) Sumber daya air; c) Keanekaragaman hayati; d) Kualitas udara; e) Warisan alam dan warisan budaya; f) Kenyamanan lingkungan hidup; g) Nilai - nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup. 2) Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti antara lain: a) Pemilikan dan penguasaan lahan; b) Kesempatan kerja dan usaha; c) Taraf hidup masyarakat; d) Kesehatan masyarakat. d. Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satu sama lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab akibat ini perlu dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KA- ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan sistematis. Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.38 d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL 1. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Pelaksanaan ANDAL dapat pula disebut sebagai proses pendugaan dampak, karena di dalam proses ini terkandung urutan kerja yang harus diikuti untuk dapat melakukan pendugaan dampak lingkungan secara ilmiah.39 Penyajian hasil studi ANDAL dan masalah – masalah pokok yang diteliti juga harus memenuhi peraturan Perundang - Undangan yang dikeluarkan pemerinyah secara resmi baik di tingkat nasional, sektoral maupun daerah/propinsi, khususnya di dalam penekanan komponen – komponen yang dianggap penting. Langkah – langkah dalam menyusun ANDAL terbagi menjadi lima langkah dasar sebagai berikut: a. Mempelajari data dasar (basic data); b. Rona lingkungan (description of enfironmental setting); 38 39 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan, hlm. 95. c. Analisis dampak (impact assessment) yang terdiri dari identifikasi, prediksi dan evaluasi; d. Seleksi usulan aktifitas proyek (selection of proposed action); e. Penyususnan laporan ANDAL (preparation of environmental impact statement).40 2. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan dokumen yang memuat upaya - upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas: 1. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun proyek; 2. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan dampak 40 Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan, hlm.96. negatif baik yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir (misalnya: rehabilitasi lokasi proyek); 3. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakrsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut; 4. Pengelolaan lingkungan hidup pertimbangan ekonomi yang bersifat memberikan lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan. Mengingat dokumen AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan, maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan untuk pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. Bila dipandang perlu dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang "basic design" untuk pencegahan/penanggulangan/pengendalian dampak. Hal ini tidak lain disebabkan karena: 1. Pada taraf studi kelayakan informasi tentang rencana usaha dan/atau kegiatan (proyek) relatif masih umum, belum memiliki spesifikasi teknis yang rinci, dan masih memiliki beberapa alternatif. Hal ini tidak lain karena pada tahap ini memang dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana proyek dipandang patut atau layak untuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknis dan ekonomi; sebelum investasi, tenaga, dan waktu terlanjur dicurahkan lebih banyak. Keterbatasan data dan informasi tentang rencana usaha atau kegiatan ini sudah barang tentu berpengaruh pada bentuk kegiatan pengelolaan yang dapat dirumuskan dalam dokumen RKL; 2. Pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen RKL selanjutnya akan diintegrasikan atau menjadi dasar pertimbangan bagi konsultan rekayasa dalam menyusun rancangan rinci rekayasa; Di samping itu perlu diketahui bahwa rencana pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen RKL harus terkait dengan hasil dokumen ANDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang dikelola adalah yang hanya mengalami perubahan mendasar sebagaimana disimpulkan oleh dokumen ANDAL. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa pencegahan dan penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistimatis, serta mengandung ciri - ciri pokok sebagai berikut: 1. Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria pedoman, atau persyaratan untuk mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan dampak besar dan penting baik negatif maupun positif yang bersifat strategis; dan bila dipandang perlu, lengkapi pula dengan acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak dimaksud; 2. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksud perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan dasar pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup; 3. Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui kursus - kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut dengan jumlah serta kualifikasi yang akan dilatih; 4. Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga mencakup pembentukan unit organisasi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL. Aspek - aspek yang perlu diutarakan sehubungan /dengan hal ini antara lain adalah struktur organisasi, lingkup tugas dan wewenang unit, serta jumlah dan kualifikasi personalnya. Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah diprediksi dari studi ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup yang selama ini kita kenal seperti: 1. Pendekatan teknologi Pendekatan ini adalah cara - cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup; Sebagai misal: a. Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan beracun, akan ditempuh cara: 1) Membatasi atau mengisolasi limbah; 2) Melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi jumlah/volume limbah (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) atau mendaur ulang (recycle); 3) Menetralisasi limbah dengan menambahkan zat kimia tertentu sehingga tidak membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya. b. Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara, misalnya: 1) Membangun terasering atau penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi; 2) Mereklamasi lahan bekas galian tambang dengan pengaturan tanah atas dan penanaman tanaman penutup tanah. c. Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah ada, misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak positif tersebut. 2. Pendekatan sosial ekonomi Pendekatan ini adalah langkah - langkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan - tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan bantuan peran pemerintah. Sebagai misal: a. Melibatkan masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup; b. Permintaan bantuan kepada pemerintah untuk turut menanggulangi dampak penting lingkungan hidup karena keterbatasan kemampuan pemrakarsa; c. Permohonan keringanan bea masuk peralatan pengendalian pencemaran; d. Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki; e. Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milik penduduk untuk keperluan rencana usaha dan/atau kegiatan dengan prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak; f. Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pemrakarsa; g. Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah timbulnya kecemburuan sosial. 3. Pendekatan institusi Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup. Sebagai misal: a. Kerjasama dengan instansi - instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup; b. Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan hidup oleh instansi yang berwenang; c. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak - pihak yang berkepentingan. Mengingat dokumen RKL disusun sekaligus dengan dokumen ANDAL dan RPL, dan ketiganya dinilai sekaligus maka format dokumen RKL langsung berorientasi pada keempat pokok rencana pengelolaan lingkungan hidup. 3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomena - fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional, tergantung pada skala keacuhan terhadap masalah yang dihadapi. Di samping skala keacuhan, ada 2 (dua) kata kunci yang membedakan pemantauan dengan pengamatan secara acak atau sesaat, yakni merupakan kegiatan yang bersifat berorientasi pada data sistematik, berulang dan terencana. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup, yakni: 1. Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar dan penting. Dengan demikian tidak seluruh komponen lingkungan hidup yang harus dipantau. Hal - hal yang dipandang tidak penting atau tidak relevan tidak perlu di pantau; 2. Keterkaitan yang akan dijalin antara dokumen ANDAL, RKL dan RPL. Aspek - aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak besar dan penting yang dinyatakan dalam ANDAL, dan sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan dalam dokumen RKL; 3. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan; 4. Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Walau aspek - aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal hal yang penting saja (seperti diuraikanpada butir (a) sampai (c ), namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan senantiasa berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan; 5. Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek - aspek yang perlu dipantau, mencakup: a. Jenis data yang dikumpulkan; b. Lokasi pemantauan; c. Frekuensi dan jangka waktu pemantauan; d. Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data); e. 6. Metode analisis data. Dokumen RPL perlu memuat tentang kelembagaan pemantauan lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup yang dimaksud disini adalah institusi yang bertanggung jawab sebagai penyandang dana pemantauan, pelaksana pemantauan, pengguna hasil pemantauan, dan pengawas kegiatan pemantauan. Koordinasi dan kerjasama antar institusi ini dipandang penting untuk digalang agar data dan informasi yang diperoleh, dan selanjutnya disebarkan kepada berbagai penggunanya, dapat bersifat tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya. Berkaitan dengan komisi penilai, syarat pokok yang harus dipenuhi oleh para penilai untuk mengevaluasi dokumen AMDAL, seperti tercantum dalam pokok B. Syarat Penggunaan Panduan di dalam SK. Bupati Cilacap Nomor: 660.1/081/24/2003 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL Kabupaten Cilacap yaitu: 1. Penilai dokumen harus memenuhi salah satu dari syarat berikut: a. Sudah pernah menyusun dokumen AMDAL; dan/atau b. Sudah memperoleh sertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B), kursus penilai AMDAL atau kursus yang sejenis; dan/atau c. Berpendidikan sarjana/sederajat terutama berlatar belakang masalah lingkungan atau ahli dalam masalah AMDAL; dan/atau d. Merupakan wakil masyarakat yang terkena dampak/pemerhati lingkungan. 2. Penilai harus memiliki dan menggunakan pedoman/panduan penyusunan AMDAL yang berlaku, seperti antara lain: Panduan Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL. 3. Penilai dapat memahami maksud yang terkandung dalam panduan penilaian dokumen AMDAL ini dan menggunakannya. Dari syarat pokok tersebut di atas tampak bahwa tingkat kemanfaatan panduan ini sangat ditentukan oleh kemampuan pemakainya. Dari bahasan di atas kita mendapatkan bahwa penilai AMDAL mampu menilai kelengkapan serta kualitas dari dokumen AMDAL yang dikaji. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap, dibentuklah Komisi Penilai AMDAL dan Tim Teknis yang bertugas untuk mengkaji dokumen AMDAL. Komisi penilai AMDAL berfungsi untuk memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Bupati pengambil keputusan dalam menerbitkan keputusan kesepakatan sesuai Pasal 13 dan Pasal 17 Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004. Bupati menerima ANDAL, RKL dan RPL dari pemrakarsa melalui sekretariat Komisi Penilai sebanyak tiga puluh lima eksemplar. Setelah dokumen diterima dari pemrakarsa dan kemudian diterima oleh seluruh peserta rapat Komisi dan Tim Teknis penilaian dokumen AMDAL selambat – lambatnya sepuluh hari kerja sebelum rapat dilakukan. Rapat ini diketuai oleh Ketua Tim Teknis untuk melakukan penilaian oleh tim teknis yang kemudian seluruh saran, pendapat dan tanggapan dicatat oleh petugas dari Sekretariat Komisi Penilai. Masukan yang diterima oleh Tim Teknis disampaikan pada rapat Komisi Penilai. Rapat Komisi Penilai dihadiri oleh seluruh anggota komisi serta perwakilan dari usaha/kegiatan yang akan dinilai oleh rapat Komisi Penilai. Dokumen hasil dari rapat Komisi Penilai yang telah ditanggapi dan disempurnakan diserahkan paling lambat tiga puluh hari kerja setelah hari dan tanggal rapat Komisi Penilai dilaksanakan, dan jika masih dianggap belum memenuhi ketentuan perbaikan dan penilaian, maka ketua komisi berhak meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali paling lambat empat belas hari kerja. Rapat komisi Penilai dilakukan atas dua kali pokok bahasan yaitu: 1. Rapat membahas KA-ANDAL 2. Rapat membahas Andal, RKL dan RPL Berita acara hasil rapat Komisi Penilai disampaikan kepada Bupati untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup bagi usaha/kegiatan yang bersangkutan.41 Karena dalam usaha/kegiatan kebanyakan, alokasi dana oleh pengusaha atau pelaku kegiatan, penyusunan AMDAL masuk dalam kegiatan operasi, sehingga penyusunan dokumen oleh pemrakarsa dilakukan bersamaan dengan usaha/kegiatan yang dikerjakan. Hal ini adalah pelanggaran karena AMDAL merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin melakukan usaha atau kegiatan.42 41 42 Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 45Tahun 2004 Tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap. Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 13. 2. Hambatan yang terjadi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap Dalam pelaksanaan proses AMDAL tidak selalu berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, hal ini terjadi juga pada proses AMDAL di Kabupaten Cilacap. Hambatan yang muncul adalah akibat adanya pihak yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. Hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan AMDAL adalah sanksi yang diberikan untuk kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan yang masih terlalu ringan yaitu hanya berupa Audit Lingkungan Hidup wajib. Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) serta dalam operasionalnya menyalahi peraturan Perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk hal itu kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan wajib serupa AMDAL yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali ada kondisi - kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kegiatan yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.43 Hambatan ini muncul akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang diberlakukan, sehingga dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL 43 Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 11-12. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tersebut di muka maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditindaklanjuti melalui beberapa Surat Keputusan Bupati mengenai AMDAL yang telah dibahas di muka, yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: a. Penapisan (Screening) wajib AMDAL. Proses ini menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 11 tahun 2006, terdapat beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan, perhubungan, teknologi satelit, perindustrian, prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa genetika. Kegiatan yang tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL, tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL. Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya. b. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu selama 30 hari kerja dengan melibatkan seluruh pihak yang berkaitan, sebelum menyusun KA-ANDAL. c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 09/2000, Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.44 44 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup di kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. 2. Hambatan yang terjadi dalam kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap adalah akibat adanya pihak yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan, menyebabkan timbulnya pelanggaran hukum. Sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit Lingkungan Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat memunculkan pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang diberlakukan. B. Saran Melihat pentingnya proses AMDAL bagi pembangunan dan lingkungan, baik itu bagi kelangsungan pembangunan saat ini dan yang akan datang serta dampak usaha/kegiatan terhadap lingkungan biotik dan abiotik, maka diperlukan penegakan hukum dalam proses AMDAL dan kerjasama yang baik antara para pihak terkait AMDAL serta instrumen hukum yang memadai, seperti peningkatan disiplin bagi aparatur yang ada di dalam pelaksanaan proses AMDAL, kemudian optimalisasi penegakan hukum hukum administrasi negara, pidana serta secara keperdataan. Penegakan hukum ini dapat berupa penerapan uang paksa atau upaya paksa dari pihak Badan Lingkungan Hidup yang berwenang kemudian dengan penerapan sanksi pidana bagi pelanggar, ataupun dengan upaya penuntutan secara perdata oleh masyarakat. agar tercipta suatu pembangunan yang berwawasan lingkungan secara berkesinambungan. Jika kita melihat pada hambatan yang muncul, seharusnya jika terdapat pelanggaran dalam proses pelaksanaan AMDAL, instansi yang bertanggung jawab mampu menerapkan hukum secara lebih optimal, maksudnya disini untuk menghindari terjadinya pelanggaran yang sama serta sebagai role model dari penanggulangan pelanggaran sejenis ke depan, tindak lanjut dari pelanggaran yang ada adalah dengan memberikan hukuman tang lebih berat, sehingga tidak terjadi pelanggaran – pelanggaran yang sama di masa depan. DAFTAR PUSTAKA A. Literatur Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan,Liberty,Yogyakarta. Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan,sinar grafika,Jakarta Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum Pidana Lingkungan,LPP UNS dan UNS Press,Surakarta Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,Bumi Aksara,Jakarta. Husin,Sukanda,2009,Penegakan grafika,Jakarta Hukum Lingkungan Indonesia,sinar Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, Kementerian Lingkungan Hidup,Jakarta. Soekanto,Soerjono,1986,Pengantar Penelitian Hukum,Penerbit Universitas Indonesia,jakarta Soemarwoto, Otto,1988,Analisis University Press,Yogyakarta Dampak Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,Metodologi Jurimetri,Ghalia Indonesia,Jakarta Lingkungan,Gadjah Penelitian Hukum Mada Dan B. Peraturan Perundang - Undangan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di lingkungan pemerintah kabupaten Cilacap. Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact Assesment, Basic Procedures for Developing Countries. C. Sumber Lainnya http://Id.wikipedia.org http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet