MATRIK PERBANDINGAN TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN (BEHAVIORISTIK, KOGNITIF-KONSTRUKTIVISME, HUMANISTIK, SIBERNETIK) Oleh: Milya Sari I. PENDAHULUAN Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Landasan psikologis dalam pembelajaran, terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/teori of learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar memberikan konstribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. Teori bisa merupakan pendapat sistematis untuk menerangkan dan menjelaskan suatu fenomena serta memberi makna terhadap fenomena tersebut. Berdasarkan hal ini teori belajar dapat diartikan sebagai pendapat sistematis untuk menerangkan dan menjelaskan fenomena belajar itu. Artinya fenomena pembelajaran dapat dijelaskan dan dimaknai oleh teori-teori belajar. Teori yang dikuasai atau dipahami seorang guru/pendidik akan menjadi kerangka berpikir dalam mengambil suatu keputusan dalam pembelajarannya. Milya Sari/ 2012 Page 1 Proses belajar dan pembelajaran dahulunya dikenal dengan istilah belajar dan mengajar. Istilah ini dipakai hingga munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. Dalam proses belajar dan mengajar guru lebih dominan, dan ini sangat dipengaruhi oleh aliran behavioristik. Setelah KBK yang kemudian dilanjutkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, istilah mengajar berganti menjadi belajar dan pembelajaran, artinya dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif, dan ini dipengaruhi oleh aliran kognitif-konstruktivisme. Oleh karena itu, pendidik maupun calon pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada, dan harus bisa memahami bagaimana cara melaksanakannya dalam proses pembelajaran. Ada banyak teori belajar, yang sering digunakan yaitu: (A) teori behaviorisme; (B) teori belajar kognitif; (C) teori humanistik, dan (D) teori belajar Sibernetik. Dalam tulisan ini khusus membandingkan ke empat teori tersebut dari aspek belajar, pembelajaran, evaluasi, pendidik, peserta didik, dan lingkungan belajar. II. MATRIK PERBANDINGAN TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN 1. Belajar TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik Belajar adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan hasil dai stimulus-respon. Aliran ini menganggap. seseorang telah belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Untuk membuat seseorang belajar, perlu adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik. Penguatan merupakan factor penting dalam belajar, karena dapat memperkuat timbulnya respon berupa hasil belajar. 2. Kognitif – konstruktivisme Belajar merupakan usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada Milya Sari/ 2012 Page 2 pembentukan struktur kognitifnya. 3. Humanistik Belajar adalah proses aktualisasi diri secara optimal. Belajar melalui 4 fase yaitu: a) tahap pengalaman kongkrit, b) tahap pengamatan aktif dan reflektif, c) tahap konseptualisasi, d) tahap eksperimentasi aktif. 4. Sibernetik Belajar adalah pengolahan informasi. 2. Pembelajaran TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik 1. Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju ke seluruhan dengan menekankan pada ketrampilanketrampilan dasar 2. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan 3. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja 2. Kognitif – konstruktivisme 1. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsepkonsep yang luas 2. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta didik 3. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan memanupulasi bahan 3. Humanistik Terpusat pada peserta didik. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model terbuka. Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. 4. Sibernetik Pembelajaran berlangsung sejalan dengan system informasi, tidak ada satupun cara belajar ideal untuk Milya Sari/ 2012 Page 3 segala situasi. 3. Evaluasi TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Menekankan evaluasi pada kemampuan peserta didik secara individual. Evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran dengan cara testing. 2. Kognitif – konstruktivisme Evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan. 3. Humanistik Tidak ada tes ataupun buku kerja. Guru mengamati setiap proses yang dilalui peserta didik dan membuat catatan serta penilaian secara individual. 4. Sibernetik Lebih menekankan bagaimana peserta didik mengembangkan cara untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar/berfikir 4. Peserta didik TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik Peserta didik-peserta didik biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada group proses dalam belajar. 2. Kognitif – konstruktivisme Peserta didik banyak belajar dan bekerja di dalam group proses. . Milya Sari/ 2012 Page 4 3. Humanistik Memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya yang positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Peserta didik bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara, tidak ada pengelompokkan atas dasar tingkat kecerdasan. 4. Sibernetik Peserta didik bisa belajar dan bekerja sendiri atau dalam dalam kelompok untuk memproses informasi yang ada dalam materi. Sangat dituntut keaktivan peserta didik dalam memproses informasi yang diberikan. Aktivitas yang dilakukan bebas selama informasi bisa diproses dan menjadi pengetahuan/ memori jangka panjangnya. 5. Pendidik TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik Pendidik adalah orang yang mendominasi kegiatan pembelajaran. Tugasnya memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar, dengan cara memberikan stimulus, penghargaan atau hukuman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dan banyak tergantung pada buku teks. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah; 1. menentukan tujuan 2. menentukan matreri pelajaran 3. mengkaji materi pelajaran 4. menyusun sesuai dengan system informasi 5. menyajikan materi dan membimbing mahapeserta didik dengan pola sesuai materi pelajaran 2. Kognitif – konstruktivisme Guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Guruguru konstruktivistik mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/peserta didik untuk mnegkonstruksi pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang Milya Sari/ 2012 Page 5 dilakukan diarahkan untuk terjadinta aktivitas konstruksi pengetahuan oleh peserta didik secara optimal. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah; 1. menentukan tujuan 2. menentukan materi pelajaran 3. menentukan topic-topik secara aktif oleh mahapeserta didik dengan bimbingan minim dari dosen 4. menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topic yang akan di[elajari mahapeserta didik. 5. menyiapkan pertanyaan yang akan memacu kreativitas mahapeserta didik untuk berdiskusi atau bertanya. 6. menevaluasi proses dan hasil belajar 3. Humanistik Berperan sebagai fasilitator.Guru sebagai fasilitator harus mampu menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah; 1. menentukan tujuan 2. menentukan materi pelajaran 3. mengidentikfikasi entri behavior mahapeserta didik 4. mengidentifikasi topic 5. mendisain wahana yang akan digunakan untuk belajar 6. membimbing mahapeserta didik secara aktif 7. membimbing mahapeserta didik memahami hakekat makna dan pengalaman belajar 8. membimbing mahapeserta didik membuat konseptaulisasi pengalaman terdekat 9. membimbing mahapeserta didik sampai mampu mengaplikasikan konsep baru ke situasi baru 10. mengevaluasi proses dan hasil belajar. 4. Sibernetik Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah; 1. 2. 3. 4. 5. Milya Sari/ 2012 menetapkan tujuan menentukan materi pelajaran mengkaji system informasi (materi) menyusun system informasi mengkaji materi dan membimbing mahapeserta didik dengan pola sesuai materi pelajaran. Page 6 6. Lingkungan Belajar TEORI BELAJAR PANDANGAN 1. Behavioristik Kegiatan belajar lebih bayak dalam kelas karena aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku tersebut. Guru lebih banyak menyampaikan materi dengan cara ceramah, maka lingkungan belajar dibuat sesuai metoda yang pakai oleh guru supaya stimulus yang diberikan menghasilkan respon yang maksimal. 2. Kognitif – konstruktivisme Menekankan kepada aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jadi segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengngkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. 3. Humanistik Adanya pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang memungkinkan peserta didik mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, topik-topik, ketrampilan-ketrampilan atau minat-minat tertentu. Pusat belajar ini dapat memberikan petunjuk untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya guru dan dapat mencatat partisipasi dan kemajuan peserta didik untuk nantinya dibicarakan dengan guru. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses belajar yang membuat peserta didik nyaman dalam melakukan sesuatu. 4. Sibernetik Belajar bisa di dalam kelas ataupun di luar kelas. Yang terpenting informasi yang terkandung dalam materi Milya Sari/ 2012 Page 7 pelajarn bisa diproses dengan berbagai cara oleh peserta didik. III. A. PANDANGAN TERHADAP EMPAT ALIRAN TEORI BELAJAR : Aliran behavioristik. Aliran behavioristik yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak dianut dalam praktik¬praktik pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun ternyata tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global. Hasil pendidikan tidak mampu menumbuhkembangkan anak-anak untuk lebih menghargai perbedaan dalam konteks sosial budaya yang beragam. Mereka kurang mampu berprkir kreatif, kritis dan produktif, tidak mampu mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan berkolaborasi, serta pengelolaan diri. Artinya, behavioristik kurang mampu menjelaskan proses belajar yang komplek, hasil belajar tidak hanya abervable, terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati. Melupakan proses mental peserta didik yang terjadi dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya pasif. B. Aliran Kognitif-konstruktivisme Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat. Pendekatan ini kurang sesuai dengan tuntutan revolusi¬sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini. Milya Sari/ 2012 Page 8 Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntutan sociocultural-revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenamya lebih tepat disebut sebagai pendekatan kokonstruktivisme.Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic law of development, zona of proximal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis . Dimensi kesadaran sosial bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder. Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps cognitive scaffolding) yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. Sedangkan anak yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada dibawahnya. Dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. Artinya, aliran kognitif lebih dekat pada psikologi dari pada teori belajar. aplikasi dalam pembelajaran tidak mudah. Kurang bisa memahami struktur kognitif yang sudah dimiliki peserta didik, apalagi kalau dipilah jadi bagian yang diskrit. Pada Milya Sari/ 2012 Page 9 tahap lanjut sulit memahami dan mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki peserta didik. C. Aliran humanistic Aliran ini sangatcmenekankan pemahaman yang tepat terhadap karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. Aliran humanistic hadir untuk memahami kegiatan belajar dari aspek kejiwaan peserta didiknya. Tidak punya teori belajar yang spesifik, yang penting bagaimana siswa belajar. Sukar dipraktekkan dalam kondisi kelas besar.Sukar diterapkan dalam kontek praktis terlalu dekat dengan dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan dalam praktek pendidikan di Indonesia. D. Aliran Sibernetik Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya alat bantu yang bisa menarik perhatian peserta didik, diharapkan terjadi pengolahan informasi. Ini merupakan aliran yang beru berkembang. Karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari kurang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sulit untuk dipaktekkan. Sangat berkaitan dengan alat bantu/media untuk menarik perhatian peserta didik. Alat bantu digunakan mempermudah pengolahan informasi dalam diri peserta didik. Jika pendidik salah memilih alat bantu, maka peserta didik tidak akan memberikan perhatian terhadap informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. IV. PENUTUP Milya Sari/ 2012 Page 10 Teori belajar yang dipakai dalam berbagai kebijakan pendidikan mempunyai banyak kelebihan dan kekurangan. Behavioristik tetap diperlukan untuk menjelaskan hal-hal pokok dan mendasar kepada peserta didik. Kognitif bagus kerena sangat mementingkan keaktifan siswa, sehingga pengetahuan terbangun atas pemahamannya terhadap materi yang dipelajarinya. Humanistik, sangat mementingkan sisi manusiawi dari seorang peserta didik. Ada banyak sebab dan alasan yang mendasari aktivitas ataupun respon yang diberikan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang dialaminya. Sibernetik sangat mementingkan bagaimana informasi yang di berikan pendidik di proses oleh peserta didiknya, sehingga pesan dari materi tersebut sampai dan menjadi pengetahuan jangka panjang dari peserta didiknya. Namun disisi lain ke empat aliran dari teori ini juga memiliki kelemahan. Secara aplikatif, seorang pendidik pasti sudah mempraktekkan berbagai teori-teori belajar tersebut tanpa disadarinya. Dalam prakteknya, jika menemukan kesulitan pada satu teori yang menjadi kerangka berpikirnya, pasti dia akan mencobakan teori yang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Jadi tidak ada satupun teori yang sempurnya, satu teori akan melengkapi teori yang lainnya, tergantung kondisi yang dihadapi dikelas. Adalah penting bagi seorang pendidik untuk memahami teori-teori tersebut, sehingga betul-betul dapat dimanfaatkan dalam situasi nyata. DAFTAR BACAAN; SENGAJA TIDAK DICANTUMKAN, SUMBER TULISAN ARTIKEL INI ADALAH DALAM: MILYA SARI. 2012. MATRIK PERBANDINGAN TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN (BEHAVIORISTIK, KOGNITIF-KONSTRUKTIVISME, HUMANISTIK, SIBERNETIK). ONLINE. HTTP. WWW.KAJIANIPA.WORDPRESS.COM Milya Sari/ 2012 Page 11