PPh I (PPh Orang Pribadi) Silabus Pengajaran 1. - Definisi Orang Pribadi ( Kegiatan Usaha/Pekerjaan bebas/Pegawai) - Prinsip Perpajakan-Menentukan Orang Pribadi - Prinsip UU PPh Menentukan OP sebagai subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri Definisi Domisili Fiskal atau Residen Fiskal Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi 2. - Definisi Penghasilan - Pengelompokan Penghasilan (Final & Non Final) - Contoh –Contoh Penghasilan -Penghasilan yang Dikecualikan sebagai obyek Pajak 3. - Saat Timbulnya Utang PPh dan Saat Pemajakannya ( PPh 25 & PPh 29) - Sistem Self Assesment ( Menghitung, Membayar dan Menyetor) - Penghitungan Pajak Penghasilan ( Norma & Pembukuan) Silabus Pengajaran 4. 5. - Unsur-Unsur Pernghitungan PPh Terutang : Penghasilan Netto Zakat Kompensasi Kerugian PTKP Tarif Pajak ( PPh Terutang ) Kredit Pajak Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Usahawan dan aplikasi pada SPT Tahunan: Penghasilan Bruto Norma Penghitungan Penghasilan Netto Penghasilan Netto PTKP PPh Terutang Kredit Pajak Silabus Pengajaran 6. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Yang Melakukan Pekerjaan Bebas dan Aplikasi pada SPT Tahunan : Penghasilan Bruto Norma Penghitungan Penghasilan Netto Penghasilan Netto PTKP PPh Terutang Kredit Pajak 7. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Karyawan dan Aplikasi pada SPT Tahunan: Penghasilan Bruto Norma Penghitungan Penghasilan Netto Penghasilan Netto PTKP PPh Terutang Kredit Pajak DASAR HUKUM UU No. 28 Tahun 2007 (KUP) UU No. 36 Tahun 2008 ( Pajak Penghasilan ) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ/2000 tentang Norma Penghitungan Penghasilan Netto DEFINISI SUBJEK PAJAK Yaitu pihak yg menjadi sasaran atau dimaksud oleh UU utk membayar pajak atau memikul beban pajak. Orang pribadi Manusia yg masih hidup Warisan yang belum terbagi Dasar Subyek pajak PPh Badan PT, CV, BUMN, BUMD, firma, kongsi,dsb BUT 4 pihak yg mjd sasaran UU utk memikul beban PPh sesuai UU PPh pasal 2 ayat (1) 1. a. Orang pribadi b. Warisan yg belum terbagi sbg satu kesatuan menggantikan yg berhak 2. Badan 3. Bentuk usaha tetap Kewajiban Subyek Pajak Dalam Negeri Subyek Pajak Luar Negeri Subyek Pajak Orang Pribadi Jenis Melakukan Kegiatan Usaha / Pekerjaan Bebas Karyawan /Pegawai Prinsip UU PPh menentukan orang pribadi sbg subjek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri • UU PPh menentukan jika orang pribadi yg berdomisili di Indonesia adalah subyek pajak orang pribadi dalam negeri (asas domisili bukan asas kewarganegaraan). Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia bukan subyek pajak karena tidak tunduk pd hukum pajak yg berlaku di Indonesia. • Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia akan tunduk pada hukum pajak Indonesia jika: 1. Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia melakukan kegiatan/ menjalankan usaha di Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia( asas bentuk usaha tetap). Orang pribadi tsb mjd subjek pajak orang pribadi luar negeri bentuk usaha tetap/ subyek pajak BUT. 2. Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia menerima/ memperoleh penghasilan yg bersumber dari Indonesia (asas sumber) tanpa melalui bentuk usaha tetap Indonesia. Orang pribadi tsb mjd subyek pajak orang pribadi luar negeri selain bentuk usaha tetap (subyek pajak orang pribadi luar negeri selain BUT) Definisi domisili fiskal atau residen fiskal Residen Indonesia ( berdomisili Indonesia) Domisili/ residen fiskal Bukan residen Indonesia ( tidak berdomisili Indonesia) Syarat orang pribadi sbg residen Indonesia : 1. Bertempat tinggal/ menetap di Indonesia 2. Berada di Indonesia >183 hari dlm jangka waktu 12 bulan 3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat utk bertempat tinggal di Indonesia Seseorang bukan sbg residen fiskal Indonesia, jika : 1. Tidak bertempat tinggal/ tidak menetap di Indonesia 2. Berada di Indonesia <183 hari dlm jangka waktu 12 bulan 3. Berada di Indonesia, tetapi tidak mempunyai niat utk bertempat tinggal/ menetap di Indonesia Syarat orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia akan dipenuhi jika memenuhi salah satu dari keempat kriteria berikut : 1. 2. 3. 4. Alamat tempat tinggalnya yg tetap di Indonesia Tempat keluarganya tinggal di Indonesia Tempat kegiatan utamanya dijalankan di Indonesia Dia lebih banyak berada di Indonesia Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi Keluarga inti yang terdiri dari suami ,istri, anak yang belum dewasa (di bawah 18 thn) merupakan satu-kesatuan ekonomis yang diwakili oleh kepala keluarga Perlakuan Perpajakan terhadap satu keluarga sama dengan perlakuan perpajakan terhadap satu Subjek Pajak Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satu kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam hal penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, dengan syarat : penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya (Pasal 8 ayat 1 UU No. 36 tahun 2008) Penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim; dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri Anak yang Belum Dewasa Penghasilan anak yang belum dewasa dari manapun sumber penghasilannya dan apa pun sifat pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang tuanya dalam tahun pajak yang sama. Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan keadaan sebenarnya Subyek Pajak -Kewajiban Melakukan Kegiatan Usaha Perdagangan Industri Jasa Pekerjaan Bebas Dokter,Notaris,Akuntan, Aktuaris, Konsultan (Tenaga Ahli) Pegawai /Karyawan Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap OP yang Dikecualikan sebagai Subyek Pajak Pejabat Perwakilan Negara Asing Bukan WNI Di INA tidak menerima penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjannya Berdasarkan azas Timbal Balik Pegawai /Karyawan Organisasi International Bukan WNI Di INA tidak menerima penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjannya Mulai & Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif OP DN Dimulai sejak orang pribadi dilahirkan, berada, atau berniat tinggal di Indonesia. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul pada hari pertama berada di Indonesia. Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya. Mulai & Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif Warisan yang Belum Terbagi Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi (saat meninggalnya pewaris). Berakhir pada saat warisan tersebut dibagi kepada ahli warisnya. Mulai & Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif WP Luar Negeri Dimulai pada saat orang pribadi atau badan di Luar Negeri menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia. Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia. Mulai & Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif BUT Dimulai pada saat BUT tersebut mulai berada di Indonesia Berakhir pada saat BUT tersebut tidak lagi berada di Indonesia Penghasilan Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak Baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak Dengan nama dan dalam bentuk apapun Pengelompokan Penghasilan Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti ; gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, pengacara, dsb. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti ; bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang dipergunakan untuk usaha, dsb. Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya. Jenis Penghasilan a. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN BERKENAAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH TERMASUK GAJI, UPAH, TUNJANGAN, HONORORARIUM, KOMISI, BONUS, GRATIFIKASI, UANG PENSIUN, ATAU IMBALAN DALAM BENTUK LAINNYA, KECUALI DITENTUKAN LAIN DALAM UNDANG-UNDANG INI. Jenis Penghasilan b. HADIAH DARI UNDIAN ATAU PEKERJAAN ATAU KEGIATAN DAN PENGHARGAAN C. LABA USAHA d. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN ATAUKARENA PENGALIHAN HARTA, TERMASUK : 1. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PERSEROAN, PERSEKUTUAN, BADAN LAINNYA SEBAGAI PENGGANTI SAHAM/ PENYERTAAN MODAL 2. KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PERSEROAN, PERSEKUTUAN, DAN BADAN LAINNYA KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM, SEKUTU ATAU ANGGOTA 3. KEUNTUNGAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA 4. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA BERUPA HIBAH, BANTUAN ATAU SUMBANGAN, KECUALI YANG DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT, DAN BADAN KEAGAMAAN ATAU BADAN PENDIDIKAN ATAU BADAN SOSIAL ATAU PENGUSAHA KECIL TERMASUK KOPERASI YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN, SEPANJANG TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN ATAU PENGUASAAN ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN e. PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA Jenis Penghasilan f. BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA JAMINAN PENGEMBALIAN UTANG g. DIVIDEN, DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK DIVIDEN DARI PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA PEMEGANG POLIS, DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA KOPERASI h. ROYALTY i. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA j. PENERIMAAN ATAU PEROLEHAN PEMBAYARAN BERKALA k. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN JUMLAH TERTENTU YANG DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH l. KEUNTUNGAN KARENA SELISIH KURS MATA UANG ASING m. SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA n. PREMI ASURANSI o. IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERKUMPULAN DARI ANGGOTANYA YANG TERDIRI DARI WAJIB PAJAK YANG MENJALANKAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS p. TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG BELUM DIKENAKAN PAJAK Dari segi cara pengenaan pajak atas penghasilan Penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dipotong PPh Final (Pasal 4 ayat (2)). Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3)) Penghasilan yang merupakan Objek Pajak PPh tidak bersifat Final (Pasal 4 ayat (1)) PPh Final Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan, penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk digabung dengan penghasilan lain (non final) PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat dikreditkan Biaya utk menghasilkan, menagih dan memelihara penghasilan yang PPh-nya final tdk dapat dikurangkan Bukan Objek Pajak (1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat Harta hibahan yg diterima oleh Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan / penguasaan Warisan Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh Badan sbg pengganti saham / penyertaan modal Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa Bukan Objek Pajak (2) Dividen diperoleh Perseroan Terbatas dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia, Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan Penghasilan dana pensiun tersebut dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu, Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi yang modalnya tidak terbagi atas sahamsaham. Bukan Objek Pajak (3) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau sejak pemberian ijin usaha. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura, berupa bagian laba dari pasangan usaha Saat Terutang Pajak WP OP tidak menjalankan usaha/pekerjaan bebas WP OP menjalankan usaha/pekerjaan bebas WP Badan Bila penghasilan jumlahnya melebihi PTKP Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan Stelsel Campuran - - Perpaduan stelsel riil dan anggapan Upaya menghilangkan kelemahan-kelemahan Awal tahun menggunakan stelsel fictie (bersifat sementara) di akhir tahun dikoreksi berdasarkan penghasilan sebenarnya Diterapkan sistem pemungutan di depan dan di belakang Diterapkan dalam Pajak Penghasilan Pajak awal tahun melalui potput pihak lain, tahun berjalan dengan angsuran (PPh Psl 25), akhir tahun dikoreksi (PPh Psl 29) Kelebihan: 1. Dana pajak segera masuk ke kas negara 2. Fiskus dan WP tidak dirugian karena apabila ada perubahan pada akhir tahun dapt dikoreksi Kelemahan: Dengan adanya ketetapan dua kali dalam satu tahun pajak menjadi tidak efisien dan tidak ada kepastian hukum. Menambah pekerjaan, biaya dan tenaga untuk menghitung dan menetapkan utang pajak yang bersifat tetap. PPh Pasal 25 Secara Umum Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan = sama dengan PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh Pasal 24) dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan dalam menentukan PPh psl 25 Contoh Umum Tn Amir (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor Laporan Laba Rugi Th 2011 sbb : Penjualan 500.000.000 HPP 300.000.000 Laba Kotor 200.000.000 Biaya usaha 130.000.000 Laba usaha 70.000.000 Pendapatan luar usaha Komisi penjualan 15.000.000 Bunga pinjaman 10.000.000 Laba bersih 95.000.000 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain PPh 21 150.000 PPh 22 impor 2.500.000 PPh 23 1.500.000 SOAL : Hitung PPh 25 untuk tahun 2011 Jumlah 4.150.000 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan dalam menentukan PPh psl 25 Contoh Penghasilan Tidak Teratur Tn Joko (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor Laporan Laba Rugi Th 2004 sbb : Penjualan 400.000.000 HPP 300.000.000 Laba Kotor 100.000.000 Biaya usaha 70.000.000 Laba usaha 30.000.000 Pendapatan luar usaha Komisi penjualan 15.000.000 Bunga pinjaman 10.000.000 Keuntungan penjualan mobil 5.000.000 Laba bersih 60.000.000 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain PPh 21 150.000 PPh 22 impor 500.000 PPh 23 1.500.000 Jumlah 2.150.000 SOAL : Hitung PPh 25 untuk tahun 2005 Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif umum Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas). Penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuan (dalam hal WP wajib melaksanakan pembukuan) atau berdasarkan Norma Penghitungan (dalam hal wajib pajak tidak wajib melaksanakan pembukuan /melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui penghasilan netonya. Untuk wajib pajak orang pribadi, penghasilan netonya dikurangi PTKP terlebih dahulu. Contoh WP Baru Norma Tuan Abdullah telah berkeluarga dan memiliki 2 (dua) anak yang menjadi tanggungannya. Pada tanggal 01 Januari 2011 membuka usaha industri mebel. Tuan Abdullah hanya menyelenggarakan catatan saja, karena usahanya masih baru. Persentase Norma Penghitungan sebesar 12%, Peredaran Bruto selama bulan Januari 2011 sejumlah Rp. 42.000.000,00. Pertanyaan : Hitunglah Pajak Penghasilan pasal 25 untuk bulan Januari 2011 Contoh WP baru pembukuan Tn Jamal (TK/0) mulai 1 Januari 2011 terdaftar sebagai wajib pajak dan diberikan NPWP. Bulan SOAL : Penjualan Biaya Laba Januari ’05 30 jt 20 jt 10 jt Februari ’05 40 jt 35 jt 5 jt Maret ‘05 50 jt 25 jt 25 jt Hitung PPh 25 untuk tahun 2011 PPh 25 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan Sama dengan jumlah angsuran PPh psl 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya (Masa Desember) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (Per-32/PJ/2010) WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer (barang dan jasa )yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan NPWP masing-masing tempat usahanya dan domisili di KPP yang bersangkutan. WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari 1 wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan setiap tempat usahanya di KPP masing-masing tempat usaha Wajib Pajak berada. WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU PER-32/PJ/2010 WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI); WAJIB MENDAFTARKAN NPWP DI : KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN, KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI; TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP) ANGSURAN PPh PASAL 25 SEBESAR 0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN; DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20 Contoh Tn Purnama (K/1) berdomisili di Sukabumi mempunyai usaha pedagangan eceran Handphone yang berlokasi di Mall Bekasi, Mall Depok dan di Pasar Anyar Bogor Berikut ini peredaran usaha Tn Purnama selama tahun 2011 : Bulan Bekasi Depok Bogor Bulan Bekasi Depok Bogor Januari 30 juta 25 juta 10 juta Juli 20 juta 20 juta Februari 40 juta 15 juta 15 juta Agustus 10 juta 10 juta 25 juta Maret 20 juta 10 juta 25 juta September 10 juta April 10 juta Oktober 5 juta 30 juta Mei 5 juta 10 juta 15 juta Juni 10 juta 15 juta 35 juta 5 juta 15 juta 5 juta 15 juta 10 juta November 10 juta Desember 5 juta 5 juta 5 juta 5 juta 10 juta 10 juta Hitung : • PPh 25 sebagai WP OPPT yg harus dibayar sendiri tahun 2011 Skema Pemajakan WP OP WP Orang Pribadi Omset 1 th < 4,8 M Omset 1 th 4,8 M Boleh melakukan pencatatan Wajib melakukan pembukuan Pengh netto = Pengh netto = Pengh brutto x Norma pengh netto % Pengh brutto – pengurang pengh brutto` Pengh Kena Pajak = (Pengh brutto x Norma pengh netto %) -Zakat- PTKP Pengh Kena Pajak = (Pengh brutto – Biaya deductible – Zakat-Kompensasi Kerugian – PTKP) PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak Pencatatan Pencatatan harus dapat menggambarkan jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan obyek pajak atau penghasilan yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang , serta jumlah harta dan kewajiban pada pembukuan Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur Untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, Yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir. pembukuan Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Norma Penghasilan Netto Kep 536/PJ./2000 Pengelompokan menurut jenis usaha & wilayah 10 ibu kota propinsi Medan Palembang Jakarta Bandung Semarang - Surabaya - Denpasar - Manado - Makasar - Pontianak Ibu kota propinsi lainnya Daerah lainnya Ex. Lampiran Kep 536/PJ./2000 Jenis Usaha Kode 10 ibu kota propinsi kota propinsi lainnya Daerah lainnya 32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki 13,5 13 12,5 32300 Industri kulit & barang dari kulit kecuali utk kaki 17,5 16,5 16 32400 Industri barang keperluan kaki 17 16 15 62200 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20 62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil pengolahan kulit termasuk brg keperluan kaki 30 25 20 62422 Perdagangan eceran brg elektronik 30 25 20 62100 Rumah makan dan minum 25 20 20 62920 Jasa akuntansi dan pembukuan 36 35 35 93213 Dokter 45 42,5 40 97110 Reparasi kendaraan bermotor 20 18,5 17,5 97400 Pangkas rambut dan salon kecantikan 30 28 27 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Per 1 Januari 2009 Status TK/0 TK/1; K/0 TK/2; K/1 TK/3; K/2 K/3 PTKP/Th PTKP/Bln 15.840.000 1.320.000 17.160.000 1.430.000 18.480.000 1.540.000 19.800.000 1.650.000 21.120.000 1.760.000 PTKP/Hr 44.000 47.667 51.333 55.000 58.667 50 HUBUNGAN KELUARGA SEMENDA SEDARAH AYAH + IBU SAUDARA KANDUNG 10 MERTUA WP 10 KE ATAS 10 KE SAM PING KE SAM PING WP + ISTRI 10 KE BAWAH ANAK KANDUNG SEDARAH 10 KE ATAS 10 KE BAWAH ANAK TIRI WP SEMENDA IPAR WP Contoh Tn Sahrul, status menikah mempunyai 2 orang anak, mempunyai usaha perdagangan eceran sepatu berlokasi di Pasar Anyar Bogor Dari pencatatan diketahui jumlah peredaran usaha selama tahun 2005 Rp 100.000.000 TARIF PASAL 17 UU PPh (UU PPh Baru) 0 s.d. 50.000.000 5% > 50.000.000 s.d. 250.000.000 15% > 250.000.000 s.d. 500.000.000 25% > 500.000.000 30% UU PPh 36/2008 Pasal 21 ayat (5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP . 53 ZAKAT (PER-6/PJ./2011) SIFATNYA WAJIB DIBAYARKAN OLEH : 1. OP PEMELUK ISLAM 2. BADAN YANG DIMILIKI OP PEMELUK ISLAM DIBAYARKAN KEPADA LEMBAGA AMIL ZAKAT ATAU BADAN AMIL ZAKAT YG DIAKUI PEMERINTAH DIBAYARKAN OLEH : 1. OP PEMELUK NON NON ISLAM 2. BADAN YANG DIMILIKI OP PEMELUK NON ISLAM DIBAYARKAN KEPADA LEMBAGA KEAGAMAAN YG DIBENTUK PEMERINTAH BUKTI PEMBAYARAN Z A K A T YG DIAKUI PEMBAYARAN LANGSUNG, TRANSFER, VIA ATM Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembayar Jumlah Pembayaran Tanggal Pembayaran Nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan Tanda tangan petugas Lembaga Amil/Keagamaan -Langsung Validasi Bank-jika pembayaran Bank KOMPENSASI KERUGIAN Pasal 6 ayat 2 UU PPh PEMBUKUAN Dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturutturut sampai dengan 5 (lima) tahun. KOMPENSASI KERUGIAN Pasal 6 ayat 2 UU PPh Tahun Pajak Laba /(Rugi) Fiskal Sisa Rugi Fiskal 2009 2009 (1,200,000,000) (1,200,000,000) 2010 200,000,000 (1,000,000,000) 2011 (300,000,000) (1,000,000,000) 2012 - 2011 (300,000,000) (1,000,000,000) 2013 100,000,000 (900,000,000) 2014 800,000,000 (100,000,000) 2015 150,000,000 (150,000,000) 2016 250,000,000 100,000,000 FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA) USAHAWAN Peredaran Usaha Norma Penmghasilan Netto Penghasilan Netto Zakat Penghasilan Netto Setelah Zakat PTKP PKP Tarip Ps 17 Kredit Pajak : PPh Pasal 21/22/23/24 PPh Pasal 25 PPh Kurang/(lebih) bayar Rp. ………………. % Rp. ………………. (Rp. ………………) Rp. ………………. (Rp……………….) Rp……………….. Rp…………......... (Rp………………) (Rp………………) RP……………….. Penghasilan istri Bekerja pada satu pemberi kerja Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja Melakukan usaha Melakukan pekerjaan bebas Penghasilan istri tidak digabung Status K/... PPh 21 atas penghasilan istri bersifat final (tidak dapat dikreditkan) Penghasilan istri digabung Status K/I/... PPh 21/22/23 atas penghasilan istri dapat dikreditkan PEKERJAAN BEBAS ( UU NO. 28 TAHUN 2007 PASAL 1 ANGKA 24) Pekerjaan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Yang memiliki Keahlian Khusus Tidak Terikat oleh hubungan kerja Contoh : Dokter, Pengacara, Notaris, Konsultan, Akuntan 60 FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA) PEKERJAAN BEBAS Peredaran Usaha Norma Penmghasilan Netto Penghasilan Netto Zakat Penghasilan Netto Setelah Zakat PTKP PKP Tarip Ps 17 Kredit Pajak : PPh Pasal 21/22/23/24 PPh Pasal 25 PPh Kurang/(lebih) bayar Rp. ………………. % Rp. ………………. (Rp. ………………) Rp. ………………. (Rp……………….) Rp……………….. Rp…………......... (Rp………………) (Rp………………) RP……………….. FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP USAHA P. BRUTO NORMA P. NETTO (ZAKAT) P.NETTO STL ZKT (PTKP) PKP PPH TERUTANG (KREDIT PAJAK) - Dipotong Pihak III - Dibayar sendiri (PPh 25) PPh Kurang/(Lebih) Bayar / PPh 29 PEK .BEBAS P. BRUTO NORMA P. NETTO (ZAKAT) P.NETTO STL ZKT (PTKP) PKP PPH TERUTANG (KREDIT PAJAK) - Dipotong Pihak III - Dibayar sendiri (PPh 25) PPh Kurang/(Lebih) Bayar / PPh 29 PEGAWAI P. BRUTO (B.JAB) (IURAN PENSIUN) ( IURAN JHT) P. NETTO (PTKP) PKP PPH TERUTANG (KREDIT PAJAK) - Dipotong Pihak III PPh Kurang/(Lebih) Bayar / PPh 29 SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI 1770 -Usahawan -Pekerjaan Bebas 1770 S -Karyawan >60 jt -Karyawan .> 2 pemberi kerja -Mendapat Penghasilan dari CV 1770 SS - Karyawan < 60 jt MID SEMESTER 2 PASAL 28 UU KUP WP OP Wajib Pembukuan Daluwarsa Penyimpanan Dokumen Dikecualikan Pembukuan Itikad baik ,Keadaan Sebenarnya Isi Pembukuan Huruf Satuan Mata uang, Tulisan, Angka Perubahan Metode Pembukuan Taat Azas Stelses Akrual, Stelsel Kas WP OP WAJIB PEMBUKUAN KEG. USAHA PEK . BEBAS - INDUSTRI -PERDAGANGAN -JASA - PENGACARA - AKUNTAN - KONSULTAN -NOTARIS -PDL. ASURANSI WP OP DIKECUALIKAN DARI PEMBUKUAN KEG. USAHA ATAU PEK. BEBAS - KEP-536/PJ/2000 - PMK-01/PMK.03/2007 - UU NO. 36 /2008 - OMZET > 4.800.000.000 - BERLAKU MULAI 2009 TDK MELAKUKAN KEG. USAHA ATAU PEK. BEBAS - PEGAWAI SWASTA - PEGAWAI NEGERI SIPIL - KARYAWAN PEMBUKUAN ITIKAD BAIK KEADAAN / KEG .USAHA SEBENARNYA PEMBUKUAN / PENCATATAN HURUF LATIN ANGKA ARAB SATUAN RUPIAH BAHASA INDONESIA BHS. ASING YG DIIJINKAN O/ MENKEU PEMBUKUAN 1. Stelsel Pengakuan Penghasilan 2. Tahun Buku 3. Metode Penilaian Persediaan 4. Metode Penyusutan dan amortisasi MENCEGAH PERGESERAN LABA /RUGI TAAT AZAS STELSEL KAS ATAU STELSEL AKRUAL STELSEL AKRUAL KAS PENGHASILAN DIPEROLEH BEBAN TERUTANG PENGHASILAN KAS DITERIMA BEBAN KAS DIEKLUARKAN USAHA SKALA BESAR USAHA SKALA KECIL PENJUALAN <> PEMBAYARAN > 1 BLN PENJUALAN <> PEMBAYARAN =SINGKAT INDISTRI , JASA KONSTRUKSI RESTORAN, JASA, HIBURAN TRANSPORTASI PENJUALAN = TUNAI + NON TUNAI HPP = PEMBELIAN +PERSEDIAAN AKTIVA = PENYUSUTAN Perubahan Metode Pembukuan Permohonan Perubahan Tahun Buku o/ WP Diajukan sebelum dimulainya Tahun buku yang baru Dilakukan Pemeriksaan oleh DJP Persetujuan DJP Pembukuan Standar Akuntansi Keuangan Harta Kewajiban Modal Laba Rugi Penghasilan Beban Penjualan Pembelian Neraca Pembukuan dengan Mata Uang Asing Persetujuan Menkeu PMA KONTRAK KARYA KONTRAK BAGI HASIL INDUKNYA DI LUAR NEGERI LISTING DI BURSA ASING PENCATATAN PEREDARAN USAHA /OMSET PENGHASILAN LAINNYA BUKAN OBYEK PAJAK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL Pembukuan, Pencatatan Manual atau Online Wajib Disimpan selama 10 tahun Daluarsa Penyidikan BEBAN -FISKAL DPT DIKURANGKAN TDK DPT DIKURANGKAN Pasal 6 UU PPh Pasal 9 UU PPh PEMBAGIAN LABA DLM BENTUK APAPUN PEMBAGIAN SHU KOPERASI 3 M ( Mendapatkan, Menagih, Memelihara) Penghasilan PENYUSUTAN IURAN KEPADA DANA PENSIUN DISAHKAN O/ MENKEU U / KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM SEKUTU, ANGGOTA ATAU PRIBADI PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN KERUGIAN KARENA PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA PREMI ARUSANSI JIWA, KESEHATAN, BEASISWA, KECELAKAAN YG DIBAYAR WP OP KERUGIAN SELISIH KURS MATA UANG ASING PENGGANTIAN DLM BENTUK NATURA KEC, MAKAN MINUM U SEMUA PEGAWAI DAN KENIKMATAN UNTUK DAERAH TTT YH DIATUR OLEH MENKEU BEBAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN PERUSAHAAN YG DILAKUKAN DI DALAM NEGERI BEA SISWA, PELATIHAN. MAGANG PIUTANG YG NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH SUMBANGAN YG DIATUR PERATURAN PEMERINTAH JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKA KEPADA PEMEGANG SAHAM ATAU YG MEMILIKI HUB ISTIMEWA HARTA YG DIHIBAHKAN, SUMBANGAN BANTUAN PPh DAN SANKSI ADM PERPAJAKAN GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA CV, Fa YGMODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM Berikut ini laporan laba rugi komersial usaha Tn Abadi selama tahun 2011 Penghasilan dari usaha Penjualan Harga pokok penjualan Laba Kotor Biaya operasi Gaji pegawai Alat tulis kantor Biaya pemeliharaan bangunan yang disewakan PPh Pasal 25 Sanksi keterlambatan penyampaian SPT PBB Biaya listrik, air, telpon kantor Biaya listrik, air, telpon rumah Sumbangan HUT RI Jumlah biaya usaha Penghasilan luar usaha Penghasilan dari persewaan bangunan Bunga pinjaman Bagian Laba Firma Abadi & Rekan Jumlah penghasilan luar usaha Laba Bersih Rp 130,000,000 Rp 60,000,000 Rp 70,000,000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 Rp 45,000,000 Rp Rp 62,000,000 87,000,000 Rp 50,000,000 Rp 10,000,000 Rp 2,000,000 PENYUSUTAN Pasal 11 HARTA BERWUJUD KECUALI TANAH YG BERSTATUS HAK MILIK, HGB, HGU, DAN HAK PAKAI BANGUNAN SELAIN BANGUNAN USAHA TERTENTU MULAI PENYUSUTAN DASAR PENYUSUTAN BAGI WP YG MELAKUKAN PENI LAIAN KEMBALI AKTIVA SESUAI DENGAN PSL 19 DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YG SAMA BESAR SELAMA MASA YG TELAH DITENTUKAN DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YG MENURUN SELAMA MASA MANFAAT YG DIHITUNG DENGAN TARIF ATAS NILAI SISA BUKU DAN PADA AKHIR MASA MANFAAT NILAI SISA BUKU DISUSUTKAN SEKALIGUS DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN. PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, KECUALI HARTA YG MASIH DALAM PROSES PENGERJAAN, PADA TAHUN SELESAINYA PENGERJAAN HARTA TERSEBUT. DENGAN PERSETUJUAN DIRJEND PAJAK: -PADA BULAN HARTA TSB DIGUNAKAN, ATAU - PADA BULAN HARTA TSB MULAI MENGHASILKAN. NILAI SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI TIVA MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD. l. BUKAN BANGUNAN KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4 MASA MANFAAT TARIP PENYUSUTAN GARIS LURUS SALDO MENURUN 4 TAHUN 8 TAHUN 16 TAHUN 2O TAHUN 25% 12,5% 6.25% 5% 50% 25% 12,5% 10% 20 TAHUN 10 TAHUN 5% 10% ll.BANGUNAN - PERMANEN - TIDAK PERMANEN KELOMPOK HARTA BERWUJUD DITETAPKAN DG KEPMENKEU AMORTISASI ATAS PENGELUARAN UNTUK HARTA TAK BERWUJUD DAN PENGELUARAN LAINNYA, TER MASUK BIAYA PERPANJANG AN HGB, HGU, DAN HAK PAKAI YANG MEMPUNYAI MASA MAN FAAT LEBIH DARI SATU TAHUN Pasal 11A DILAKUKAN DALAM BAGIAN YANG SAMA BESAR ATAU DALAM BAGIAN-BAGIAN YG MENURUN SELAMA MASA MANFAAT YG DIHI TUNG DG CARA MENERAP KAN TARIF AMORTISASI ATAS PENGELUARAN ATAU ATAS NILAI SISA BUKU, DAN PADA AKHIR MASA MAN FAAT DIAMORTISASI SEKA LIGUS DG SYARAT DILAKU KAN SECARA TAAT AZAS. I MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI KELOMPOK HARTA MASA TAK BERWUJUD MANFAAT KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4 4 TAHUN 8 TAHUN 16 TAHUN 20 TAHUN TARIF AMORTISAS GARIS SALDO LURUS MENURUN 25% 12,5% 6,25% 5% 50% 25% 12,5% 10% II 1. BIAYA PENDIRIAN 2. BIAYA PERLUASAN MODAL DI BEBANKAN PADA TAHUN TERJADINYA PENGELUARAN SAMA DENGAN Ad I DIATAS III HAK DAN PENGELUARAN BIDANG PENAMBANGAN MIGAS BUMI IV 1. HAK PENAMBANGAN 2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN 3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER ALAM SERTA HASIL ALAM LAINNYA YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH 1(SATU) TAHUN. MENGGUNAKAN METODE SATUAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE SATUAN PRODUKSI SETINGGI-TINGGINYA 20% SETAHUN. V PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMER SIAL YG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LE BIH SATU TAHUN DIKAPITALISASI DIAMORTISASI SAMA DG ANGKA 1(SATU) DIATAS. Kredit Pajak PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di DN, meliputi PPh 21/22/23 PPh dibayar di LN (kredit PPh psl 24) KREDIT PAJAK LUAR NEGERI PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg PPh di Indonesia Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di tahun pajak digabungkannya penghasilan tersebut Kerugian di LN tidak boleh digabung Rumus Kredit Pajak Luar Negeri PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil antara : Pajak yg sebenarnya dibayar di LN Rumus : PPh terutang atas X Penghasilan Netto LN seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak (dihitung per-country basis) Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan Contoh Tn Osama (K/1) berkedudukan di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2011 adalah sbb : Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp 8.000.000.000. Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto) Rp 2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di Singapura sebesar Rp 800.000.000 Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto) sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang dibayar sebesar Rp 1.500.000.000 Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar Rp 5.000.000.000 Hitung kredit pajak PPh pasal 24 Penghasilan Netto - Dalam Negeri - Singapura - Vietnam Rp Rp Rp Rp 1 Singapura 2 Vietnam DPP Rp Rp Rp Rp PPh 8,000,000,000 2,000,000,000 6,000,000,000 16,000,000,000 18,480,000.00 15,981,520,000.00 5% 15% 25% 30% 50,000,000 200,000,000 250,000,000 15,481,520,000 Rp Rp Rp 800,000,000 1,500,000,000 2,300,000,000 Rp 2,500,000 Rp 30,000,000 Rp 62,500,000 Rp 4,644,456,000 Rp 4,739,456,000 592,432,000 1,777,296,000 2,369,728,000 Penghitungan PPh Terutang Penghasilan Netto Rp 16,000,000,000 PTKP Rp 18,480,000 PKP Rp 15,981,520,000 PPh Terutang Rp 4,739,456,000 Kredit Pajak ( asumsi hanya PPh 24) Rp 2,092,432,000 PPh YMH Dibayar Rp 2,647,024,000