Politik Dinasti Masih Kuat Rabu, 02 Desember 2015 | 10:55 WIB SERANG – Politik Dinasti di Banten masih sangat mengakar dan kuat. Mesti para petinggi dinasti sempat tersandung kasus, tapi itu tak menjadikan benteng dinasti ini hancur. Kekuatan dinasti di Banten dinilai pengamat politik Untirta, Gandung Ismanto, memiliki banyak aspek sehingga menjadi kuat. “Saya pikir masih sangat kuat. Aspek-aspek kultural masih sangat kuat, ikatan hubungan emosional yang sangat kuat diantara masyarakat pribumi. Mereka semakin kuat ketika hubungan itu dibangun dalam infrastruktur yang kuat, dengan partai politik dan jaringan politik yang kuat. Terakhir diperkuat oleh sumber daya ekonomi yang juga kuat,” kata Gandung usai acara dialog publik yang mengusung tema "Pilkada Serentak 2015, Pintu Kebangkitan Dinasti Banten?" di Auditorium Untirta, Kota Serang, Selasa (1/12). Dalam kesempatan tersebut, turut hadir sebagai pembicara, Eka Satya Laksmana (Badan Pengawas Pemilu Provinsi Banten), Heroik M. Pratama (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi), Acep Helmi (pengamat media), Dr. Suwaib Amiruddin (Akademisi Untirta) dan M Zamzam Fauzi, akademisi dan peneliti kasus korupsi di Banten. Ikatan kultural, emosional, yang dibangun politik dinasti Banten ini, masih dikatakan Gandung, sangat kuat. “Maka kemampuan untuk memelihara arus politik dinasti ini sangat kuat. Saya kira jika Ibu Atut Chosiyah mencalonkan kembali dia akan terpilih kembali. Kita bisa lihat, meskipun sempat terjegal kasus, Andika dan Andiara tetap terpilih. Ini menunjukkan bahwa sinyalemen masih kuat,” terangnya. Gandug menambahkan, meski sempat ada anggapan masyarakat bahwa jika Wawan dan Atut jatuh, maka politik dinasti yang dibangun akan hancur. “Tapi nyatanya kan tidak. Karena ikatan kultural emosional primodial yang kuat, pengaruh politik yang juga masih kuat,” terangnya. Hal senada juga dikatakan M Zamzam Fauzi. Ia juga menilai, dinasti di Banten masih sangat kuat. Dari hasil sementara penelitian yang dilakukannya tentang bagaimana peran warga di dalam gerakan anti korupsi dan dinasti cukup antusias. “Hasilnya ketika orang berbicara di media sosial, respons-respons yang emosional, hujatan rasis, fisik, atau ada ungkapan yang irasional. Itu menarik karena lebih pada katarsis orang yang kesal terhadap dinasti di Banten,” terangnya. Sementara itu, Koordinator Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Banten, Eka Satya Laksmana, lebih mengatakan bahwa setiap pilkada, semuanya punya potensi melakukan politik uang. “Yang melaksanakan pilkada punya potensi melakukan politik uang bagi semua. Di Tangsel memang jumlah TPS (Tempat Pemungutan Suara) masih sangat banyak karena 1/2 Politik Dinasti Masih Kuat Rabu, 02 Desember 2015 | 10:55 WIB petahana mencalonkan kembali. Di Cilegon ada sekitar 16-40 TPS yang rawan politik uang. Di Pandeglang ada 49 titik TPS tingkat kerawannya cukup tinggi. Termasuk di Kabupaten Serang ada 16 TPS yang diidentifikasi yang punya kerawanan praktek politik uang, dan itu juga sudah diekspos secara nasional oleh Bawaslu RI,” kata Eka. (wayang) 2/2