Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan MUSIK DHANGGA’ DI DESA MALANGAN KABUPATEN PAMEKASAN (TINJAUAN ETNOMUSIKOLOGIS) DODIK ANGGA LESMANA [email protected] Subianto SENDRATASIK FBS UNESA Abstrak Kesenian Dhangga’ dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan tradisional yang berbentuk musik acapella (vokal) tradisional, karena dalam pertunjukan Dhangga’ tidak menggunakan instrumen musik tetapi hanya menggunakan suara yang dihasilkan oleh mulut manusia (vokal). Bagi masyarakat Pamekasan musik tradisional Dhangga’ sudah tidak asing lagi karena menjadi salah satu simbol kesenian di Pamekasan. Kesenian Dhangga’ ini telah mengalami perkembangan pesat baik dalam fungsi dan dalam bentuk penyajiannya. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) Apa fungsi musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan?, 2) Bagaimana aspek musikologis musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan?, penelitian ini mengenai tinjauan etnomusikologis dari musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. penelitian yang bertujuan untuk mengetahui fungsi dan aspek musikologis dari musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Maret 2013 di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Penelitian seni pertunjukan Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan ini menggunakan analisis data model Spradley yang terdiri dari analisis domain, taksonomi dan komponensial. Analisis terdapat dalam Etnomusikologis, analisis taksonomi terdapat pada aspek musikologi dan fungsi musik Dhangga’ kemudian komponensial adalah komponen-komponen yang mendukung dalam analisis taksonomi. Hasil analisis kualitatif pada penelitian ini terletak pada fungsi musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan secara garis besar memiliki dua fungsi yaitu sebagai media yang bersifat sakral dan sebagai hiburan. Kemudian aspek musikologis yang terdiri dari bentuk penyajian, tonalitas dan ritme. Kata kunci : musik Dhangga’, Etnomusikologis, Musikologis perkembangannya seni tradisional yang berkembang di Madura lebih kental dengan unsur religius Islami. Hal itu tidak lepas dari kiprah Muballig di masa lampau yang menjadikan kesenian sebagai media dakwah. Kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten yang terletak di tengah Pulau Madura. Kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 Kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 Desa dan 11 Kelurahan. Pusat Pemerintahan di Kecamatan Pamekasan. Di Pamekasan memiliki banyak kesenian tradisional, diantaranya adalah Karapan sapi, Topeng Gettak, Sapi Sono’, Saronen, Tari Rhondhing dan beberapa kesenian lainnya. Namun ada sebuah kesenian yang menarik jika dibandingkan dengan Kesenian lain yang ada di Kabupaten Pamekasan. Kesenian tersebut adalah musik tradisional Dhangga’. Keunikan dari kesenian ini terletak pada bentuk penyajiannya yang berbentuk musik vokal group namun tetap mengangkat unsur tradisi masyarakat Madura khususnya masyarakat di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Kesenian Dhangga’ dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan tradisional yang berbentuk musik Pendahuluan Kebudayaan merupakan kegiatan dari semua manusia yang menjadi sebuah rutinitas sehari-hari yang akhirnya menjadi kebiasaan yang teratur. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar (Koenjaraningrat, 1990:180). Hasil karya manusia sebagai suatu budaya dapat berupa seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater. Hasil kesenian tersebut dilakukan dalam tindakan sebuah pertunjukkan. Berbagai fungsi seni pertunjukkan yang dapat dikenali, baik melalui data masa lalu maupun data etnografik masa kini, meliputi fungsifungsi religius, peneguhan integrasi sosial, edukatif, dan hiburan ( Sedyawati, 2006:293). Kesenian adalah suatu perwujudan yang sangat berarti dari kemampuan berfikir dan rasa manusia yang selalu menginginkan sesuatu yang lebih indah. Kesenian mempunyai sifat yang fleksibel yaitu berubah dan berkembang, Hal ini di buktikan dengan adanya berbagai bentuk seni tradisional yang berkembang di dataran Madura yang merupakan perkawinan dari berbagai unsur budaya dan telah mengalami proses evolusi. Kesenian di Madura tersebut dibangun dari berbagai unsur baik dari unsur Animisme, Hinduisme dan Islam, dalam 1 Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan acapella (vokal) tradisional, karena dalam pertunjukan Dhangga’ tidak menggunakan instrumen musik tetapi hanya menggunakan suara yang dihasilkan oleh mulut manusia (vokal). Bagi masyarakat Pamekasan musik tradisional Dhangga’ sudah tidak asing lagi karena menjadi salah satu simbol kesenian di Pamekasan. Kesenian Dhangga’ ini telah mengalami perkembangan pesat baik dalam musikalitas dan dalam bentuk penyajiannya. Dhangga’ berasal dari kata Tandhang (Berjalan) dan Ghaga’ (Gagah) sehingga jika digabungkan memiliki arti “berjalan dengan sikap yang gagah”. Menurut sumber lisan kesenian musik Dhangga’ lahir sekitar tahun 1929 dan Desa Malangan Kabupaten Pamekasan merupakan tempat lahirnya kesenian musik Dhangga’ (wawancara dengan Bapak Ihsan bulan Maret 2013). Desa Malangan terletak di pesisir pantai timur Kabupaten Pamekasan. sehingga sesuai dengan letak geografisnya, mayoritas penduduk di Desa Malangan berprofesi sebagai nelayan. Kesenian musik Dhangga’ diciptakan pertama kali oleh para nelayan dari Desa Malangan Kabupaten Pamekasan (wawancara dengan Bapak Ihsan bulan Maret 2013). Kesenian ini tercipta saat para nelayan melakukan perjalanan dari rumah menuju pantai untuk mencari ikan. Menurut Bapak Ihsan, (cucu dari salah satu pencipta kesenian musik Dhangga’ di Desa Malangan) awalnya para nelayan ingin menghibur diri mereka sendiri saat berangkat bekerja menuju pantai dengan mengeluarkan suarasuara mirip gamelan, kenong, kendang dan lain-lain. Suara-suara tersebut terpengaruh dari musik pengiring kesenian Bela Diri Tradisional yaitu Pencak Silat. Pada saat itu masyarakat di Kabupaten Pamekasan sangat antusias terhadap pertunjukan Seni Pencak Silat (Mencak) yang diiringi oleh musik Gamelan. Begitu juga dengan penduduk di Desa Malangan yang ikut tertarik pada pertunjukan Mencak tersebut sehingga rasa ketertarikan itulah yang membuat para nelayan menirukan bunyibunyian musik Gamelan pengiring kesenian Mencak tersebut. Namun karena tidak memiliki alat musik Karawitan, seperti gamelan, bonang, gong dan lainlain maka para nelayan tersebut hanya bisa menirukan suara-suara tersebut dengan mulut (vokal). Sehingga sejak saat itu terciptalah musik vokal (accapela) yang berbentuk tradisi. Dengan semangat para nelayan di Desa Malangan menirukan suara-suara musik gamelan dan bernyanyi secara bergantian sambil berjalan dengan gerakan yang gagah menuju pantai. Layaknya seorang ksatria yang akan pergi berperang Mereka berangkat secara berkelompok dari rumah masingmasing dengan semangat dan harapan agar mendapat ikan yang banyak dan dapat kembali pulang dengan semangat. Lagu asli yang dinyanyikan pada saat itu adalah “Tanduk Majeng” isi dari lagu “Tanduk Majeng” ialah menceritakan tentang kehidupan seorang nelayan di pulau Madura. Seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan sekelompok nelayan tersebut mendapatkan antusias yang tinggi dari masyarakat disekitar Desa Malangan hingga ke Desa-desa lain di kabupaten Pamekasan. Pada masa itu masyarakat di Kabupaten Pamekasan banyak yang menyebut Desa Malangan sebagai Desa Dhangga’. namun seiring dengan berkembangnya waktu, para generasi muda saat ini tidak tahu dari mana asal kesenian musik Dhangga’. bahkan tidak sedikit generasi muda sekarang yang tidak mengenal apa itu musik Dhangga’. oleh karena itu peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu generasi muda agar lebih mengerti apa musik Dhangga’ itu khususnya masyarakat di Kabupaten Pamekasan. sehingga kelestarian dari kesenian musik Dhangga’ dapat terjaga. Kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan ini berdiri sekitar tahun 1929 (wawancara dengan Bapak Ihsan Maret 2013). Kelompok ini berada di Desa Malangan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. kelompok ini merupakan satu-satunya kelompok musik Dhangga’ yang masih eksis hingga saat ini di Kabupaten Pamekasan. Pemain kelompok musik Dhangga’ di Desa malangan ini merupakan generasi ke-3 dari kelompok asli pencipta kesenian musik Dhangga’. Kelompok ini terbentuk dari beberapa anggota yang sudah tidak asing lagi dengan kesenian musik Dhangga’ karena kesenian ini diturunkan secara turun-menurun oleh keluarga yang bersangkutan. Sehingga keaslian dan kesakralannya masih tetap terjaga dari mulai tahun 1929 hingga sekarang. Pada saat ini kelompok musik di Desa Malangan dipimpin oleh Bapak Ihsan. Beliau merupakan cucu dari Alamrhum Bapak Hasanudin yang merupakan salah satu pencipta kesenian Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Bapak Ihsan sendiri belajar kesenian musik Dhangga’ langsung dari Almarhum ayahnya yang merupakan pimpinan sebelumnya kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan. Kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan ini memiliki jumlah anggota sebanyak 7 orang. Awal pembentukan anggota para pemain ini tidak begitu sulit karena Bapak Ihsan sebagai pimpinan telah bergabung dalam kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan ini sejak berumur 18 tahun tepatnya sejak mendiang ayah beliau yaitu Bapak Sutardji masih menjadi pimpinan kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan. Sehingga kelompok ini memiliki tingkat kesolidan yang tinggi hingga sekarang. Namun menurut Bapak Ihsan didalam memainkan Musik Dhangga’ secara benar dan menarik memerlukan waktu yang lama dalam latihannya, karena dalam kesenian musik Dhangga’ dibutuhkan gerakangerakan yang bersifat alami dari seorang nelayan sambil diiringi oleh suara vokal mereka sendiri. Jadi mereka memainkan musik accapela sambil menari alami dengan gerakan-gerakan seorang nelayan saat mencari ikan yang gagah (ghagak). 2 Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan awal latihan kelompok Dhangga’ ini berlatih 1995:2) dikatakan bahwa seorang juru bicara yang setiap malam dalam waktu satu bulan setelah sudah mewakili antropolog mendefinisikan ilmu ini mulai hafal latihan diganti setiap minggu sekali dan sebagai studi musik di dalam kebudayaan untuk saat ini sudah tidak perlu melakukan latihan (Meriam, 1994:7). Hal ini dikarenakan data yang lagi karena sudah bisa di katakan sangat fasih dalam dikumpulkan sebanyak-banyaknya itu selalu segi permainan dan variasi-variasi dalam setiap berkaitan dengan aspek-aspek dari tata tingkah penampilan. Nada-nada dan ritme unik yang di laku manusia, kemudian pembuktian digunakan hasilkan menjadi ciri khas musik tradisi Madura. untuk menjelaskan mengapa musik seperti Serta nada-nada dan ritme musik yang dihasilkan oleh demikian adanya, dan digunakan sedemikian rupa. olah vokal tersebut dapat menggugah mereka untuk Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mau belajar dan memperdalam pengetahuan musik bermaksud mengadakan penelitian untuk tentang tradisional Madura. mengetahui aspek musikologis musik tradisional Semua materi dan praktek berlatih menabuh di Dhangga’ serta fungsi musik Dhangga’ di Desa bimbing oleh Bapak Ihsan. Kehangatan kebersamaan Malangan Kabupaten Pamekasan. dan kesabaran bapak Ihsan dalam membimbing membuat mereka untuk terus berlatih demi mengasah kemampuan dan keterampilan. Keaslian (original) Metode dari kelompok Dhangga’ asal Desa Malangan inilah Desain penelitian ini menggunakan yang membuat kelompok ini tetap dihormati dan eksis pendekatan kualitatif. Karakteristik penelitian sampai saat ini. Menurut Bapak Ihsan, sebelum tahun kualitatif menekankan pada kondisi alamiah 2000an memang ada beberapa kelompok musik (natural setting). Peneliti bermaksud memahami Dhangga’ asal desa lain di Kabupaten Pamekasan situasi dan kondisi seni pertunjukan Dhangga’ yang terbentuk namun ke-eksisan kelompokterlebih dahulu, berikutnya secara mendalam kelompok tersebut tidak dapat terjaga karena peneliti masuk pada aspek musikologis dengan masyarakat di Kabupaten Pamekasan telah mengerti pertimbangan norma-norma dan adat-istiadat bahwa Desa Malangan-lah yang merupakan tempat masyarakat tersebut sehingga diharapkan dapat lahirnya kesenian Dhangga’. Sehingga penampilan menemukan pola-pola, makna dan bentuk tertentu dari kelompok-kelompok tersebut sangatlah beda jika dalam kesenian tersebut seperti yang diungkapkan dibandingkan dengan kelompok dari Desa Malangan. oleh Sugiyono bahwa pada umumnya penggunaan Atas dasar itulah mengapa kelompok musik desain kualitatif ini berdasarkan atas Dhangga’ di Desa Malangan dapat menjaga ke permasalahan yang belum jelas, holistik, eksisannya hingga sekarang. kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, Musik Tradisional Dhangga’ merupakan musik 2010:399). yang mempunyai nilai religius dan sangat lokalistik, karena biasanya dilekatkan pada saat momentum 1. Lokasi Penelitian bulan suci Ramadhan dan kini musik tersebut Penelitian dengan judul musik Dhangga’ di menjadi salah satu kesenian yang sering ditampilkan Desa Malangan Kabupaten Pamekasan dilaksanakan dalam berbagai kegiatan mulai, selamatan, khitanan, di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Desa perkawinan, sampai kegiatan-kegiatan lainnya Malangan 5 km sebelah timur dari pusat Kota Berbagai bentuk kesenian yang telah ada Pamekasan. Luas desa ini kurang lebih 120 Ha. dijadikan sebagai media untuk menanamkan nilai– penduduk di Desa Malangan sekitar 14.255 jiwa. nilai keagamaan, tak terkecuali seni musik. Kalau di Yang terdiri dari penduduk Laki-laki 6.796 jiwa dan daerah Jawa diciptakan alat musik gamelan, sesuai perempuan 7.458 jiwa yang mayoritas atau 70% dengan kondisi lingkungan watak dan karakter dari penduduk Desa Malangan adalah Nelayan, 20% masyarakatnya. Maka untuk masyarakat Madura Petani dan 10% pegawai negeri sipil (diambil dari yang terkenal berwatak dan berkarakter keras, dokumen resmi kependudukan dan letak Geografis terbuka, hangat dan polos diciptakan jenis instrumen Desa di Kabupaten Pamekasan terletak di musik yang mampu menghasilkan jenis irama riang Perpustakaan umum Kabupaten Pamekasan pada dan dinamis (Irmawati, 2004:10). Sehingga musik bulan Maret 2013). Masyarakat Desa Malangan Dhangga’ merupakan kesenian yang tepat untuk merupakan percampuran antara penduduk asli dan menggambarkan karakteristik masyarakat Madura pendatang yang menetap di Desa Malangan. khususnya di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Ditinjau dari letak geografisnya, Desa Malangan Kini musik tradisional Dhangga’ muncul sebagai sebelah utara berbatasan dengan Desa Pademawu, bentuk budaya musik baru di Pamekasan. Musik ini sebelah selatan berbatasan dengan Desa Padelegan, tidak hanya sekedar bunyi. Tetapi sudah menjadi sebelah timur berbatasan dengan Desa Jumiang, dan keseluruhan atribut Pamekasan. Bunyi, senandung, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung. bahasa, ibadah dan hati seluruh masyarakat yang melekat pada simbol ke -Madura-an. Peneliti sendiri sangat tertarik untuk mengkaji kesenian musik tradisional Dhangga’ secara etnomusikologis. Dimana di dalam (Supanggah, 3 Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan faktor yang dapat menarik perhatian generasi muda untuk tetap belajar dan menjaga kelestarian musik Dhangga’ di Desa Malangan. Sehingga kelestarian dari musik Dhangga’ dapat terjaga dengan baik. Hasil Dan Pembahasan 1. Fungsi Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan Seiring perkembangan jaman Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan, musik Dhangga’ yang awalnya hanya digunakan sebagai hiburan bagi para nelayan sebagai pelaku langsung musik tersebut, saat ini telah bergeser dan mulai berkembang secara fungsional ke acara-acara yang lain, baik yang acaranya bersifat sakral seperti rokat desa dan acara pada saat menurunkan perahu ke laut. Biasanya pada acara pernikahan musik Dhangga’ ini berfungsi sebagai pengiring penganten pria dan wanita yang diarak menggunakan kuda. Musik Dhangga’ sangat kompleks dalam penggunaanya serta fleksibel, Karena sifat musik ini yang fleksibel sehingga kesenian musik ini tidak hanya digunakan untuk acara tersebut, musik Dhangga’ juga digunakan untuk acara hiburan misalnya pada saat orang membuat perahu dan menurunkan perahu tersebut ke laut serta pangkalan desa atau “pettek laut”. Tetapi tidak hanya berfungsi untuk acara tersebut musik Dhangga’ di Desa Malangan ini mempunyai sifat sakral apabila difungsikan sebagai pengiring acara Mantenan atau Pernikahan, Rokat atau Pangkalan Desa, tetapi musik Dhangga’ akan beralih sifat menjadi musik yang berfungsi sebagai hiburan apabila difungsikan sebagai pemeriah acara peringatan hari kemerdekaan, pengiring apabila orang mempunyai niatan ke Asta (makam para raja Madura). Pada saat mengiringi hajatan ke Asta biasanya musik Dhangga’ ini hanya sebagai pemeriah saja. Bahkan saat ini musik Dhangga’ sering ditampilkan diatas panggung untuk mengisi acara kebudayaan di kabupaten Pamekasan contohnya: acara Semalam di Madura yaitu acara kesenian budaya terbesar di Pamekasan yang diadakan setiap tahun. Kemudian juga acara pelantikan Bupati Kabupaten Pamekasan. seiring dengan berkembangnya waktu fungsi dari musik Dhangga’ di Desa Malangan telah bergeser secara sedikit demi sedikit dari mulai yang bersifat sakral menuju hiburan. Namun yang paling penting adalah keaslian dari kesenian musik Dhangga’ harus tetap terpelihara yaitu nilai luhur yang terkandung didalamnya sangatlah bijaksana. Menurut Bapak Muakmam (Budayawan Pamekasan) kesenian musik Dhangga’ menggambarkan bagaimana kehidupan dari para nelayan yang ada di pulau Madura. Mereka sangat mencintai profesi mereka sebagai nelayan dan tidak pernah takut menghadapi resiko dalam pekerjaannya meski harus menghadapi ombak lautan yang ganas demi menunaikan kewajiban sebagai kepala rumah tangga. Nilai luhur yang dapat kita pelajari dari semua itu adalah tanggung jawab sebagai seorang manusia (wawancara dengan Bapak Muakmam maret 2013). Antusias generasi muda untuk tetap mau belajar terhadap musik Dhangga’, salah satu 2. Keahlian personil kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan dalam memainkan instrument Keahlian personil dalam memainkan instrumen musik pada suatu group musik tradisi atau modern dapat menentukan kualitas atau baik buruknya dalam suatu penampilan. Bapak Ihsan dalam memimpin kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan ini berhasil merkrut dan mengajari personil meskipun ada beberapa personil awalnya belum mengetahui cara memainkannya. Tetapi berkat kerja keras Bapak Ihsan yang terus mengajari dan kemauan setiap personil akhirnya kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan tetap eksis dan banyak di gemari masyarakat. 3. Aspek Linguistik Di dalam kajian etnomusikologi terdapat salah satu aspek yang penting yaitu linguistik. Unsur linguistik terletak pada aspek bahasa dalam hal ini syair yang digunakan oleh kesenian musik Dhangga’ di Desa Malangan. Jika didalam musik populer liriknya biasa menggunakan bahasa Indonesian dan bahasa asing. Sedangkan komposisi yang disajikan kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan hampir dan seluruhnya menggunakan bahasa Madura, terkadang juga memakai bahasa campuran antara bahasa Indonesia, Jawa dan Madura, baik itu komposisi untuk musik maupun sebagai pengiring di dalam suatu acara. Hal ini dilakukan untuk menonjolkan sisi kedaerahan yang masih kuat dalam masyarakat setempat. Namun tidak menutup kemungkinan dalam suatu acara kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan memakai lirik bahasa Indonesia dalam suatu acara. Walaupun menggunakan bahasa Indonesia, garap vokalnya tetap mengacu pada nadanada pentatonis. Karena dalam kesenian asli Madura ini masih terpengaruh oleh budaya kesenian musik Jawa. Oleh karena itu tangga nada yang digunakan adalah tangga nada Pentatonis yang merupakan tangga nada yang lahir ditanah Jawa. Hal ini disebabkan karena letak geografis Pulau madura yang dekat dengan Pulau Jawa. Bahkan kesenian-kesenian yang ada di Madura secara garis besar terpengaruh dari kesenian di Pulau Jawa. Namun seiring dengan perkembangan waktu dan zaman kesenian yang ada di Madura mulai menyesuaikan dengan keadaan di Madura tetapi tidak meninggalkan identitas asli Budaya yang ada di Pulau Madura. Di halaman berikutnya adalah salah satu contoh lirik dan syair yang sering di bawakan oleh kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan. 4 Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan 4. Aspek Musikologis Dalam penelitian kesenian Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan menggunakan musikologis yang bersinggungan dengan kondisi masyarakat tradisional tersebut. Sehingga unsur-unsur yang terkandung didalamnya dianalisis sesuai dengan budaya yang berlaku di daerah tersebut. didalam segi musikologis, kesenian masyarakat Madura tidak jauh berbeda dengan kesenian di Pulau Jawa, karena letak geografis antara Pulau Jawa dan Madura yang berdekatan sehingga kesenian Pulau Jawa memberikan pengaruh yang besar bagi kesenian di Pulau Madura. Dalam aspek ini kaitannya dengan musik Dhangga’ adalah dalam segi bentuk penyajian, aspek linguistik, tonalitas dan polaritme. 4.2.2 Tangga Nada Budaya musik Jawa dan Madura menggunakan tangga nada (scale) Pentatonik. Tanggga nada pentatonic adalah suatu tangga nada yang menggunakan 5 buah nada pada setiap oktaf dengan diakhiri nada ke 6 sebagai oktaf ( penta berarti 5, tonis berarti nada). Penamaaan pentatonis ini bukan ditinjau dari segi jarak nada-nadanya, tangga nada pentatonik ini sangat banyak variasinya. Di Indonesia saja misalnya kita kenal tangga nada atau titi laras pelog, slendro dan lainnya yang banyak dipergunakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali serta daerah-daerah lain yang mempunyai nama sendiri(Depdikbud, 1982: 8). Pola ritme Kendang kedua Pola ritme Gong 1 (besar) Pola ritme Gong 2 (kecil) Pola ritme (panyirong) kennong 1 Pola ritme (colcol) kennong 2 4.2.3 Ritme Di tengah menjanurnya aliran musik lain seperti pop, dangdut dan yang lainnya yang mempunyai tema yang berbeda-beda, group musik Dhangga’ di Desa Malangan juga menampilkan suguhan yang menarik. Kidungan berfungsi sebagai Melodi utama sedangkan Suara vokal yang lain merupakan ritmis dari komposisi musik Dhangga’ ini sendiri. Berikut ini adalah contoh ritme suara kidungan Dhangga’ yang sering di bawakan kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Pola ritme (keddu’) kennong 3 Pola ritme kruncing (tamborin) Pola ritme suara Kidungan Pada pola permainan tamborin (krununcing) ini di tabuh dua kali di setiap ketuknya pada setiap barnya. Pada pola ritme permainan di atas temponya tidak teratur tetapi polaritmenya tetap hanya mengikuti temponya saja, biasanya yang dapat mengatur cepat lambatnya tempo ini adalah kendang. Jadi apabila tempo kendang cepat, tempo instumen yang lain juga ikut cepat. Dari hal tersebut di atas, kelompok musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan cenderung mengemas musiknya dengan rancak, memadukan pola ritmis dan dinamis dengan menirukan suara alat tradisi. Pada pola ritme suara kendang pertama 5 Musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan Penutup Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 5.1.1 Fungsi musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan secara garis besar memiliki dua fungsi yaitu sebagai media yang bersifat sakral dan sebagai hiburan. Pada awalnya musik Dhangga’ memang berfungsi sebagai media sakral namun lambat laun dari waktu ke waktu hingga sekarang bertambah fungsi menjadi media hiburan karena antusias yang baik dari masyarakat sekitar Desa Malangan Khususnya di Kabupaten Pamekasan. di dalam kesenian musik Dhangga’ juga terkandung fungsi yang tersirat yaitu sebagai sarana integrasi sosial. Dalam integrasi sosial, unsur linguistik atau bahasa yang dipakai sangat berpengaruh besar untuk mengajak masyarakat sekitar musik Dhangga’ agar dapat menyatu tanpa membeda-bedakan strata sosial. 5.1.2 Aspek musikologis pada musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan terdiri dari bentuk penyajian, tonalitas dan polaritme. Pementasan yang dilakukan oleh kesenian musik Dhangga’ mengalami perubahan yang pada mulanya berbentuk pawai kini sering dipentaskan diatas panggung. Melalui aspek inilah unsur-unsur yang terkandung didalamnya dianalisis sesuai dengan budaya yang berlaku di daerah lahirnya musik Dhangga’ yaitu di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. Irmawati, Rosida. 2004. Kesenian Tradisional Madura. SIC. 5.2 Saran Selalu cintailah budaya lokal bangsa Indonesia agar tidak hilang atau terkikis oleh masuknya budaya luar di era globalisasi saat ini. Peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk melestarikan musik tradisional. Adapun upaya yang seharusnya dilakukan masyarakat dengan cara selalu ditampilkannya musik Dhangga’ pada setiap kesempatan yang bersifat kebudayaan. Selain itu pemerintah harus selalu berupaya melestarikan musik daerah dengan cara memperkenalkan keseniankesenian yang ada disetiap daerah di negeri ini salah satunya kesenian musik Dhangga’ di Desa Malangan Kabupaten Pamekasan. . Daftar Pustaka Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Press Unesa. Jurnal Musik. 2009. Jurnal Ilmiah Seni Musik Volume 1 No 1. Salatiga. Universita Kristen Satya Wacana. Koentjaraningrat. 1985. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropolog. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Moleong, J. Lexy. 2004. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nakagawa. 2000. Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sedyawati, E. 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suedarso. 2006. Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogjakarta: BP ISI Yogyakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta. Supanggah, R. 1995. Etnomusikologi. Surakarta. Yayasan bentang Budaya. Bouvier, Helena. 2002. Lebur ! Seni Musik dan Pertunjukan Dalam Masyarakat. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Ferdinandus, Pieter E.J . 2003. Alat Musik Jawa Kuno. Yogyakarta. Yayasan Mahardhika. Isfanhari Musafir & Nugroho._____Pengetahuan Dasar Musik. Surabaya: Dinas P&K Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 6