Keesaan Allah (1) - Gereja Ortodoks di Papua/Orthodox Church in

advertisement
KATEKISASI I : AJARAN IMAN GEREJA ORTHODOX DAN KE-ESA-AN
ALLAH (TAUHID) (1): SUMBER AJARAN KEIMANAN & BUKTI-BUKTI
TAUHID
DAFTAR ISI KATEKISASI I :
AQIDAH DAN AJARAN KEIMANAN GEREJA ORTHODOX
A. ) AJARAN IMAN GEREJA ORTHODOX
A. Sumber Ajaran Keimanan
1. Perlunya Ajaran Rasuliah
2. Bunyi “Pengakuan Iman Nikea”
B. Bentuk Tema Pengakuan Iman
C. Rincian Isi Pengakuan Iman
I. ) AQIDAH TENTANG KE-ESA-AN ALLAH
a. Bukti-Bukti Tauhid
AQIDAH DAN AJARAN KEIMANAN GEREJA ORTHODOX
A. ) AJARAN IMAN GEREJA ORTHODOX
KATEKISASI I : AJARAN IMAN GEREJA ORTHODOX DAN KE-ESA-AN ALLAH
(TAUHID) (1) ): SUMBER AJARAN KEIMANAN & BUKTI-BUKTI TAUHID
DOA KEMULIAAN KEPADA SANG TRITUNGGAL MAHAKUDUS
(Dengan membuat tanda salib)
Во имя Отца, и Сына, и Святаго Духа. Аминь.
(Di dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin)
atau
Слава Отцу, и Сыну, и Святому Духу, и Ныне, и присно, и во веки веков.
Аминь.
(Kemuliaan bagi nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sekarang, selalu, dan
sepanjang segala abad. Amin)
I. Sumber Ajaran Keimanan
Iman Kristen Orthodox adalah suatu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah.
Pewahyuan itu pertama kali diberikan kepada Adam sendiri dengan janji akan datangnya
“Keturunan Perempuan/Maryam”, yaitu Almasih, yang akan “meremukkan kepala Ular/Iblis”
(Kejadian 3:15). Dilanjutkan dengan janji Allah kepada Nuh tentang akan dipujinya nama
“Allah” dari keturunan Nabi Nuh ini melalui jalur keturunan Sem (Kejadian 9:25-27) Dan dari
keturunan Sem ini ternyata Allah dipuji melalui pemilihan Abraham/Ibrahim, melalui jalur Ishak
1
dan Yakub yang kepada mereka dijanjikan akan adanya “keturunan” ( Kejadian 12:3, 22:18,
17:19, 26:4, 35:11), dan keturunan yang dimaksud untuk menjadi berkat bagi seluruh manusia
dimuka bumi melalui jalur Ibrahim/Abraham, Ishak dan Yakub ini adalah “Almasih” (“Kristus”) –
(Galatia 3:16). Dari jalur Yakub ini munculnya Bani Israel, dari situ Nabi Musa menubuatkan
bahwa dari “tengah-tengahmu” yaitu dari tengah-tengah Israel akan muncul Nabi Besar seperti
Musa, dan Nabi ini tak lain adalah Almasih (Ulangan 18:15. Kisah 3: 21-24). Sehingga dengan
datangnya Kristus maka segenap nubuat dan wahyu tentang kedatangan Almasih itui sudah
tergenapi. Maka Almasih adalah puncak segala wahyu dan akhir dari segala risalah kenabian
sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui nabi-nabiNya terdahulu. Keberadaan Almasih
sebagai “Firman Allah yang menjadi daging “ ini ( Yohanes 1:14) disaksikan oleh para rasul
yaitu murid-murid dan utusan-utusan Almasih. Dan kepada mereka inilah diserahkan wibawa
untuk mengajar dan menyebarkan ajaran kebenaran Wahyu yang sudah genap dan paripurna
itu di dalam Almasih: Yesus Kristus. Sehingga pada jaman purba itu sumber Ajaran Keimanan
itu adalah ajaran para Rasul sendiri (Kisah 2:42, Lukas 1:2, Ibrani 2:3), baik yang bersifat lisan
maupun yang kemudian bersifat tulisan dalam surat-surat (II Tesalonika 2:15, II Tesalonika
2:2). Surat-Surat Rasuliah ini akhirnya terkumpul dalam kanon Perjanjian Baru, sedangkan
yang ajaran lisan tetap dihidupi Gereja dalam wujud Paradosis Kudus. Paradosis Kudus ini
akhirnya berkembang dalam bentuk kongkrit dalam: Tertib Ibadah, Sakramen-Sakramen, Teksteks Liturgis, Pengakuan Iman Gereja, Tulisan Para Bapa Gereja, Hukum Kanon Gereja, bentuk
seni Gereja, Hirarki Gereja, Kehidupan Para Orang Kudus Gereja, Tradisi Dogmatis Gereja,
Rumusan-Rumusan Konsili-Konsili Gereja. Paradosis Kudus adalah lingkup yang didalamnya
Perjanjian baru itu dapat dimengeri dan ditafsirkan secara benar dan tidak menyimpang.
Ajaran Rasuliah ini dengan berlalunya waktu dirumuskan dengan rumusan pendekpendek, misalnya: I Korintus 8:6, Kolose 1:15-16, Roma 10:9-10, I Korintus 15:3-5, dll.
Rumusan pendek-pendek ini biasanya diucapkan pada saat seorang dibaptiskan, dan mulai
dikumpulkan dalam bentuk Pengakuan Iman (Shahadat atau Kredo). Shahadat yang pertama
kali mempunyai bentuk baku adalah Shahadat dari Gereja Orthodox Lokal di Roma, yang
sekarang kita sebut sebagai: Pengakuan Iman Rasuli. Jadi Pengakuan Rasuli adalah rumusan
dari Pengakuan Iman Gereja Barat, yang tak bersifat Universal, namun lokal saja. Gerejagereja Protestan yang pada dasarnya produk Gereja Barat mewarisi Iman Rasuli yang
didapatkannya dari Gereja Roma itu. Di Gereja Timur pun muncul rumusan-rumusan pendek
seperti itu namun tak segera menjadi baku. Pada saat Konsili Universal dari Gereja Orthodox
Purba yang mengikut sertakan Timur dan Barat yang dilakukan di pusat Gereja Timur; Nikea Konstantinopel (325, 381 Masehi) Rumusan Universal dari Iman Rasuli itupun dihasilkan. Dan
inilah yang disebut sebagai Pengakuan Iman Nikea atau Syahadat Nikea. Karena Syahadat ini
isinya lebih rinci dari pada Syahadat Rasuli, serta menyangkut keseluruhan yang ada dalam
Syahadat Rasuli, maka Syahadat inilah yang menjadi standart pengakuan Gereja. Lagi pula ini
dirumuskan oleh Gereja Universal yang esa, yang belum terpecah-pecah, dan bukan produk
Gereja Lokal, maka Iman ini adalah Iman yang Universal dari Gereja yang esa itu. Inilah Iman
Rasuliah Gereja Purba, bukan ide sektarian dari suatu aliran keagamaan tertentu. Inilah simbol
Iman Kristen sejati. Dan atas dasar Pengakuan Iman Nikea inilah kita akan membicarakan
segenap kebenaran wahyu Ilahi itu dalam pembicaraan kita tentang Aqidah ini, karena
Pengakuan Iman ini adalah ringkasan dari seluruh ajaran Rasuliah yang termaktub dalam Kitab
Suci.
1. Perlunya Ajaran Rasuliah.
a. Sesudah kebangkitanNya Kristus memerintahkan kepada kesebelas Rasul (karena Yudas
Iskariot telah mati bunuh diri).”...... pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah
dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
Kuperintahkan kepadamu “( Matius 28:19-20). Perintah ini mengandung beberapa hal: Para
2
Rasul itu adalah pelanjut misi Kristus, para Rasul itu adalah pelaksana Sakramen, para Rasul
itu adalah pengajar. Serta isi ajaran rasul itu adalah “Segala sesuatu” yang diperintahkan
Kristus kepada para rasul tadi. Dengan demikian isi ajaran rasul adalah ajaran Kristus sendiri.
Karena Kristuslah yang memerintah dan menetapkan rasul-rasul ini untuk mengajar berarti
ajaran rasul itu haruslah menjadi standart bagi siapapun yang ingin mengenal ajaran Kristus
yang benar, karena isi ajaran rasuliah itu tak lain adalah “segala sesuatu yang Kuperintahkan
kepadamu.”
b. Hal ini menjadi sangat penting lagi karena adanya nabi-nabi palsu dan pengajar-pengajar
palsu yang memutar balikkan ajaran Kristus (Matius 7:15-20), bahkan mengatas-namakan
dirinya sebagai Kristus sendiri dan mengatasnamakan ajaran mereka sebagai ajaran Kristus
sendiri (Matius 24:24, I Yohanes 2:18-19). Dan Alkitab menyatakan bahwa banyak dari antara
pengajar palsu itu datangnya berasal dari antara komunitas Kristen sendiri.”........... sekarang
telah bangkit banyak antikristus.... Memang mereka berasal dari antara kita; tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita............ “(I Yohanes 2:18-19), juga :”Sebab ternyata ada
orang tertentu yang telah menyelusup ditengah-tengah kamu......... Mereka adalah orang-orang
kafir, yang menyalah gunakan kasih karunia Allah .......... (Yudas 1:4), serta “ sebagaimana
nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah ummat Allah, demikian pula di antara kamu
akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan ... “ (II Petrus 2:1). Jika peringatan diberikan oleh para rasul ketika mereka
masih hidup, apalagi sekarang dengan membanjirnya ajaran-ajaran dan dengan banyaknya
“rupa-rupa angin pengajaran “ (Efesus 4:14), adalah lebih diperlukan lagi kita harus kembali
kepada ajaran rasuliah ini, karena merekalah yang telah ditetapkan oleh Kristus untuk menjadi
pengajar-pengajar, jadi bukan guru-guru atau pengajar-pengajar yang mengangkat diri mereka
sendiri itu, biarpun seandainya mereka mengaku dirinya Kristen. Karena justru dari antara
kalangan Kristen sendirilah pengajar-pengajar palsu itu muncul. Ada orang yang
mengatakan:”Yang pentingkan Yesus! Saya tak perlu Gereja, saya tak perlu sejarah, saya tak
perlu ajaran rasuliah?“ jawaban kita:”Memang yang penting itu Yesus, dan itu harus menjadi
pusatnya, namun Alkitab juga mengatakan adanya “Yesus yang lain”, “Injil yang lain”, “roh yang
lain” (II Korintus 11:4, Galatia 1:8-9), bagaimana jika Yesus yang kita mengerti dari para
pengajar tadi ternyata Yesus yang lain? Bukankah ini membahayakan keselamatan kita ?
c. Lagi pula kita tak akan tahu Yesus tanpa Alkitab, dan Alkitab tak akan ada jika tak ada rasul
yang menuliskannya, dan Alkitab (terutama Perjanjian Baru) tak akan terbentuk sebagai kanon
jika tak ada Gereja sebagai alat Allah untuk mengkanonkannya. Bukankah jelas bahwa kita
tetap tergantung pada rasul juga. Sebab baik tulisan-tulisan dalam Alkitab maupun Gereja (yaitu
Gereja rasuliah) itu semua berasal dari karya rasul oleh bimbingan Roh Allah. Adalah hanya
suatu kebodohan dan ketidak-terdidikan atau bahkan kecongkakkan dan kepongahan saja
mengatakan bahwa kita tidak perlu rasul. Yang lebih penting lagi Alkitab dengan tegas
mengatakan yang dibawah ini mengenai ajaran palsu dan para penganutnya.”
“Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu
bahwa orang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri”
(Titus 3:10-11), juga: “tetapi sekalipun kami (rasul-rasul sendiri, pen.) atau seorang malaikat
dari sorga yangmemberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda ...terkutuklah dia” (Garatia
1:8-9). Mengenai guru palsu diantara ummat Kristen itu Rasul Petrus mengatakan: “Mereka
adalah orang-orang yang terkutuk. Oleh karena mereka telah meninggakan jalan yang benar,
maka tersesatlah mereka...” (II Petrus 2:14-15). Tak kurang keras dan tegasnya Rasul Yohanes
dalam hal ini:”Jika seorang datang kepadamu dan Ia tidak membawa ajaran ini (yaitu: ajaran
rasul), janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam
kepadanya. Sebab barang siapa memberi salam keadanya, ia mendapat bagian dalam
3
perbuatannya yang jahat “ (II Yohanes 10:11). Ayat-ayat datas dengan tegas memberikan kita
perigatan mengenai beberapa hal, yaitu bahwa bidat, yaitu pengikut ajaran non rasuliah yang
sesat adalah sesat dan kesesatannya itu menyebabkan dia akan terhukum. Demikian juga Injil
yang berbeda, dengan demikian “Yesus yang lain” dan “Roh yang lain” yang diikuti dan
diajarkan orang menyebabkan orang yang mengajar dan yang mengikutinya menjadi
TERKUTUK. Guru-guru palsu yang yang mengajarkan kesesatan yang tak sesuai dengan
ajaran Petrus (ajaran rasuli) itu juga disebut TERKUTUK, menurut Surat kiriman Petrus. Orang
yang tak mengajarkan Ajaran Ini yaitu ajaran seperti yang diajarkan rasul Yohanes yaitu ajaran
Rasuliah dilarang diterima rumah orang beriman oleh Yohanes dan bahkan dilarang memberi
salam kepada orang semacam itu. Dan Yohanes mengatakan apa yang dilakukan oleh para
pengajar sesat ini adalah “perbuatan jahat” yaitu karena hal itu menyebabkan kebinasaan kekal.
Disinilah perlunya kita merenungkan sejenak akan sikap kita yang terlalu tak peduli akan
kebenaran ajaran rasuliah ini. Karena kutuk, hukuman, kesesatan, kejahatanlah yang akan kita
terima jika kita salah dalam meyakini ajaran Kristus itu. Jadi tidak cukup hanya
mengatakan:”Pokoknya Yesus.” Harus ditegaskan: Yesus yang bagaimana? Yang rasuliah atau
bukan ?!! Jadi ajaran rasuliah itu bukan hanya ajaran Petrus semata, namun segenap ajaran
rasul secara serempak dan bersama yang satu isinya dan satu kebenarannya. Dan kepada
ajaran yang satu dan yang sama dari para rasul inilah kita harus kembali dan berpegang, sebab
hanya itulah satu-satunya ajaran Kristus yang menjamin kita tak terkutuk, tak terhukum dan tak
dianggap berbuat kejahatan.
d. Jadi standard dan ukuran ajaran itu benar atau tidak, bukanlah “pendapatku dan tafsiranku”
lawan “pendapatmu dan tafsiranmu”, bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang
dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab,
namun seluruh kepenuhan dari kebenaran ajaran rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja
Purba yang sampai sekarang berlanjut di dalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab
menegaskan tentang standard atau ukuran menyimpang atu tidaknya suatu ajaran itu
demikian:”Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejatikepada
Kristus.... Sebab kamu sabar saja, jika ada orang datang memberitakan Yesus yang lain dari
pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh yang lain dari pada yang
telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang kamu terima “ (II Korintus 11:3-4),
juga:”Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada
kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah ami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang
memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia” (Galatia 1:8-9), lagi:”....Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan
menghakimi sagala sesuatu yang tersembunyi dalam hari manusia, oleh Kristus Yesus” (Roma
2:16) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat ini jelas bahwa menilai suatu
ajaran sebagai “Yesus yang lain”, sebagai “roh yang lain” dan sebagai “Injil yang lain” atau “Injil
yang berbeda” atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang
diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi perorangan biarpun
kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun “lain” dan “berbeda”nya tadi harus
diukur “dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,” “dengan apa yang telah kamu
terima” “dari pada yang telahkami beritakan”, “dari pada yang telah kamu terima,” yaitu “Injil
yang kuberitakan”. Jadi standardnya adalah pemberitaan rasuliah yang dterima oleh dan
diberitakan kepada Gereja. Artinya ajaran itu harus sesuai dengan iman dan ajaran Gereja
Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahi – tanpa diubahubah atau diselewengkan - tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
e. Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata-rantai dari rasul dan
bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran rasuliah yang sekali dan untuk
4
selamanya diserahkan kepada Gereja rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi
kaca mata kita dalam mengerti Alkitab, sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mulamula ditulis berasal. Membaca Alkitab lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada
kesalah-fahaman dan kesesatan saja. Karena tanpa kacamata ajaran rasuliah maka Alkitab
yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang dikehendaki rasul. Contohnya:
Jika kaca mata Islam yang dgunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai
sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhammad sebagai Nabi Islam diserta penolakan
atas keilahian Kristus yang terdapat didalamnya, ini yang banyak digunakan oleh para
polemikus Islam. Jika kacamata Protestan Injili yang digunakan, maka hal-hal mengenai
Sakramen, Maria, Gereja dan Hierarkhi itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata
Calvinistik yang digunakan, maka ajaran tenmtang Predstinasi ala Calvinlah yang dtemukan
dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang
ditonjolkan dari Alkitab hanyalah hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam
kacamata ini Alkitab akan dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah
seterusnya. Namun jika kacamata ajaran rasuliah yang kita gunakan, maka segenap
kepenuhan ajaran rasuliah dengan segala kepenuhannya yang akan kita temukan dalam Kitab
yang rasuliah ini. Untuk itulah dalam pelajaran kita ini, kita akan menggunakan rumusan Iman
Rasuliah dalam pengakuan Iman Nikea itu sebagai landasan berangkat dalam pembahasan kita
, serta keseluruhan ajaran rasuliah yang dipelihara dalam Gereja itulah yang akan menjadi
kacamatanya di dalam kita membaca Alkitab sebagai sumber utama Iman kita ini. Untuk ini
marilah kita perhatikan bunyi Pengakuan Iman Nikea itu sebagai yang tertera dibawah ini:
2. Bunyi “Pengakuan Iman Nikea”
1. Aku percaya pada satu Allah, Sang Bapa, Yang Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi,
dan Segala Sesuatu yang Kelihatan maupun Tak Kelihatan.
2. Dan kepada Satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, yang diperanakkan dari Sang
Bapa sebelum segala zaman. Terang yang keluar dari Terang; Allah Sejati yang keluar dari
Allah sejati; Yang Diperanakkan dan bukan diciptakan, satu Dzat Hakekat dengan Sang
Bapa; yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan.
3. Yang untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, telah turun dari Sorga, dan menjelma
oleh Sang Roh Kudus dan dari Sang Perawan Maryam serta menjadi Manusia.
4. Telah disalibkan bagi keselamatan kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, Dia
menderita sengsara dan dikuburkan.
5. Dan telah bangkit lagi pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci.
6. Dan telah naik ke Sorga, serta duduk disebelah kanan Sang Bapa.
7. Serta Dia akan datang lagi dalam kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup maupun
orang mati, yang KerajaaNya tidak ada akhirnya.
8. Dan aku percaya pada Sang Roh Kudus, Tuhan Sang Pemberi Hidup, yang keluar dari
Sang Bapa, yang bersama dengan Sang Bapa dan Sang Putra disembah dan dimuliakan,
yang berbicara melalui para Nabi.
9. Aku percaya pada Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.
5
10. Aku mengakui Satu Baptisan bagi Pengampunan dosa-dosa.
11. Aku menunggu akan kebangkitan Orang-Orang mati .
12. Serta Kehidupan Zaman yang akan datang. Amin.
Dari Pengakuan Iman diatas kita lihat unsur-unsur Aqidah Iman itu secara garis besar. Atas
landasan isi yang sudah secara garis besar dikandung dalam Pengakuan Iman ini pula kita akan
memperdalam makna Aqidah Iman Rasuliah atau Dogma Orthodoxia Kristen itu secara rinci. Untuk
itulah mari kita bahas rincian kandungan dan tema-tema aqidah yang ada dalam Pengakuan Iman
(Syahadat) Kristiani itu.
II. Bentuk Tema Pengakuan Iman
Rumusan ini disebut Pengakuan karena berbentuk suatu pernyataan “Aku” dan disebut
Pengakuan Iman karena si “Aku” ini menyatakan “Percaya” (Beriman). Dalam Bahas Arab disebut
“Syahadat” dari kata “Asyhadu” artinya “Aku mengaku” atau “Aku Bersaksi”. Dan orang yang
bersaksi atau mengaku ini disebut “Syahid”.
Bentuk dari Pengakuan Iman ini dapat kita katakan sebagai bentuk pengakuan yang ber-polakan Tritunggal, yaitu: butir 1, mengenai Allah, Bapa dan KaryaNya; butir 2-7 mengenai Yesus
Kristus (Firman Allah) dan KaryaNya, butir 8-12 mengenai Roh Kudus (Roh Allah) dan KaryaNya.
Dengan demikian Pengakuan Iman ini adalah Pengakuan kepada: Allah Yang Esa (Bapa),
FirmanNya yang kekal (Putra), dan RohNya sendiri yang berada di dalam Diri Allah ( Roh Kudus).
Keyakinan akan Tritunggal Maha Kudus (Allah Yang Esa yang memiliki Firman dan Roh Yang
Kekal) itu menjadi kesimpulan dari semua aqidah Iman Kristen, salah mengerti makna Tritunggal
Maha Kudus itu akan mengacaukan pengertian kita akan Aqidah kebenaran itu sendiri.
Dari kedua belas butir Pengakuan Iman ini, butir-butir mengenai Yesus Kristus jauh lebih
banyak dibanding dengan butir-butir yang lain, yaitu ada 6 butir (dari butir 2 s/d butir 7), disusul oleh
butir-butir mengenai Roh Kudus: 5 butir (dari butir 8 s/d 12). Ini menunjukkan sentralitas Yesus
Kristus dalam Iman Kristen, dan pentingnya Roh Kudus dalam pengalaman kehidupan Kristen.
Dikatakan pengalaman, karena karya Roh Kudus bertalian langsung dengan eksistensi Kristen
yaitu: Sakramen (Baptisan), Gereja dan Kebangkitan serta kehidupan kekal.
Dalam Yesus Kristuslah secara obyektif manusia diselamatkan: Turun dari Sorga, Menjelma,
Disalibkan, Dikuburkan, Bangkit, Naik ke Sorga dan Datang untuk kali yang ke dua.
Namun dalam Roh Kuduslah keselamatan yang bersifat historis (dibawah pemerintahan Pontius
Pilatus) dan realistis (telah turun, telah disalibkan, telah bangkit, telah naik ke sorga) itu menjadi
pengalaman subyektif manusia melalui menyatu dengan kematian dan kebangkitan Kristus dalam
Baptisan dan menghayati makna kehidupan baru itu di dalam Gereja. Sehingga oleh Roh Kudus
yang sama itu, manusia manunggal dengan kehidupan kebangkitan Kristus (“kebangkitan orangorang mati”) untuk akhirnya masuk dalam kehidupan Ilahi yang dinyatakan dalam langit baru dan
bumi baru (“Kehidupan zaman yang akan datang”)
Rangkuman waktu yang dibahas oleh Pengakuan Iman ini adalah sejak diciptakannya langit
dan bumi sampai dengan zaman yang akan datang. Artinya Pengakuan Iman ini merangkum
segenap aqidah bagi kehidupan Kristen yang menembus dari asal mula (Sangkan) sampai dengan
tujuan akhir (Paran) Ciptaan (Dumadi). Dan semuanya terjadi karena Allah melalui Yesus Kristus Di
dalam Roh Kudus.
III. Rincian Isi Pengakuan Iman
I. ) AQIDAH TENTANG KE-ESA-AN ALLAH
6
1. Ke-Esa-an Allah (Tauhid)
Pengakuan Iman ini dilandasi dan dimulai dengan Pengakuan yang amat penting yaitu percaya
“kepada...Allah”, yang berarti Iman Kristen Orthodox memulai segala sesuatunya dengan Allah.
Dialah yang menjadi asal mula dari segala sesuatu. Allah yang bagaimana yang dipercayai oleh
Iman Kristen Orthodox ini? Yang dipercayai tak lain adalah “ SATU Allah”. Itulah landasan iman
Kristen yang lurus dan benar. Allah itu hanya satu saja dan bukan dua atau lebih. Dan Allah yang
Satu ini adalah Allah yang hidup, dan menyapa manusia sebagai anak-anakNya secara rohani,
sehingga Dia disebut Bapa, meskipun Allah itu tak berjenis kelamin: bukan laki-laki, bukan
perempuan, bukan banci. Dengan demikian Iman Kristen Orthodox tidak mempercayai suatu ide
tentang Yang Ilahi yang bersifat abstrak dan jauh dari manusia, namun Allah yang hidup yang
berkenan untuk berhubungan dalam kasih dengan manusia sebagai Bapa. Menurut Iman Kristen
Orthodox pangkal awal dari keyakinan yang benar tentang Allah harus dimulai dengan dasar
tentang Ke-Esa-an Allah. Junjungan Agung kita Yesus Kristus mengajarkan:” …Hukum yang
terutama ialah:’….Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa” ( Markus 12:29). Jadi pengakuan akan Tauhid
menurut Sang Kristus adalah merupakan hukum yang terutama, yaitu awal dari segala-galanya.
Dan itulah fondasi dari segala dogma dan aqidah Iman Kristen Orthodox lainnya. Itulah sebabnya
Syahadat atau Pengakuan Iman Gereja dimulia dengan kata-kata: ”Aku percaya pada SATU
ALLAH” Dengan demikian iman akan Tauhid atau Ke-Esa-an Allah adalah suatu keharusan yang
tak dapat ditawar lagi dalam Iman Kristen Orthodox di dalam menghayati kebenaran tentang
keberadaan Ilahi. Ini adalah kebenaran mutlak yang harus diyakini sepenuhnya. Keharusan akan
Ke-Esa-an Allah ini memiliki dua landasan, yaitu landasan Kitabi sebagaimana yang dijelaskan
dalam Alkitab sebagaimana yang akan kita bahas dibawah ini. Juga landasan pertimbangan akal.
Kitab Suci dan Pengakuan Iman Gereja menegaskan bahwa Allah itu memang satu, dan
pertimbangan akal menyungguhkan bahwa Ia memang harus satu. Pertimbangan akal yang
mengharuskan ke-Esa-an Allah itu adalah demikian: Alam semesta yang ada ini bergerak sesuai
dengan hukum alam yang ada. Satu sama lainnya tak ada yang saling berbenturan. Ini berarti
bahwa memang ada suatu “Akal-Budi Agung” yang mengatur jalan dan gerak yang ada dalam alam
semesta. Adnaya gerak yang harmonis itu menunjukkan adanya hanya “Satu Kehendak” dan
demikian adanya hanya satu “Akal-Budi-Agung” yang demikian yang mengatur segala yang ada
dalam alam ini. Sebab jika ada lebih dari satu kehendak tak mungkin ada harmoni dalam alam ini.
Masing-masing kehendak itu pasti mempunyai caranya sendiri-sendiri dalam ,mengatur alam ini.
Adanya banyak kehendak pasti ada banyak akal-budi, dan adanya banyak akal-budi pasti adanya
banyak ilah. Namun faktanya kehendak yang banyak yang sedemikian itu tak kita jumpai dalam
fenomena keharmonisan alam ini. Dengan demikian itu mengharuskan hanya ada Satu Kehendak,
Satu Akal-Budi-Agung, berarti Satu Allah. Meskipun agama yang menyembah banyak Dewapun
pada analisa terakhir harus mengakui bahwa yang sebenarnya hanya ada satu Allah saja. Karena
banyaknya Dewa tak akan memuaskan manusia akan rasa manunggal pada Yang Esa, dan yang
Mutlak. Sebab jika ada banyak Dewa berarti tidak ada yang Mutlak. Itulah sebabnya pengalaman
batin manusia menghendaki adanya yang mutlak dan absolut, yang hal itu menuntut adanya Allah
yang hanya satu. Sifat-sifat Allah dalam bahasa keagamaan yang lazim di Indonesia selalu
menggunakan istilah “Maha” yang artinya “paling dan “tak ada duanya”. Maka jika seorang
Pencipta itu serba”Maha”: Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Agung ,
Maha Kasih dan lain-lain, haruslah Dia itu Esa tidak ada duanya. Sebab apa yang ada
tandingannya itu sudah bukan serba”Maha” lagi, namun sudah menjadi relatif dan nisbi. Dewa
yang ini “lebih kuasa” dari Dewa yang itu. Ilah yang ini “Kurang Kasih” dibanding dengan Ilah yang
itu, dan sebagainya. Pula keteraturan dunia ini mengharuskan adanya Allah yang hanya satu saja.
Sebab jika ada Allah lebih dari satu, dunia ini akan hancur berantakan, sebab Ilah yang satu akan
menghendaki dunia diatur menurut caranya, sedangkan ilah yang lain menghendaki cara yang lain,
sehingga hancurlah tatanan alam ini. Maka haruslah Allah itu hanya satu, tak boleh lebih. Allah
adalah Maha Tak Terbatas, jika ada lebih dari satu Allah maka ilah yang satu akan dibatasi
7
keberadaannya oleh ilah yang lain itu, dan itu mustahil bagi sifatnya yang Maha Tak Terbatas iitu.
Demikianlah maka segala alasan mengharuskan kita menegaskan dan menyakini bahwa yang
sebenar-benarnya itu hanya ada satu Allah saja yang tak ada sekutu bagiNya, sebagaimana yang
diterangkan oleh ayat-ayat dibawah ini.
a. Bukti-Bukti Tauhid
Bersama dengan agama sebelumnya: Yahudi, dan agama sesudahnya : Islam, Iman Kristen
Orthodox adalah keyakinan yang berlandaskan Tauhid ( Keesaan Allah ). Berdasarkan kebenaran
yang paling mendasar dari pengakuan Kristiani tentang Tauhid inilah segenap ajaran Kristen
berpangkal. Mengenai keyakinan akan Tauhid ini Alkitab tanpa ragu ragu lagi menyuarakan suara
serentak dengan lantang. Sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat berikut ini :
Jawab Yesus:” Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita,
Tuhan itu esa.Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah : kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada Hukum lain yang lebih utama dari pada
kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus:”Tepat sekali ,Guru, benar kataMu itu,
bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. ( Markus 12:29-32 )
Pernyataan Yesus yang tegas tentang keesaan Allah ini, diambil dari Syahadat Yahudi yang
disebut “shema“, untuk menunjukkan bahwa Yesus datang bukan untuk menggantikan atau
menyingkirkan pengajaran Taurat (Torah) dan para Nabi sebelumnya, namun untuk meneguhkan
dan menegaskannya. Dengan demikian pengakuan akan Tauhid ini adalah merupakan ajaran
pokok atau “ Hukum yang terutama” menurut Yesus kristus, baik dalam Taurat dan kitab para Nabi
ataupun dalam ajaran Isa Almasih ( Yesus Kristus ) sendiri. Seiring dengan ajaran Almasih
mengenai Tauhid ini, Alkitab secara keseluruhan memang memberitakan fakta keesaan Allah ini.
“ Dengarlah, hai orang Israel TUHAN Allah kita, TUHAN itu Esa” ( Ulangan 6:4)
Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain;kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai
engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku,supaya Orang tahu dari terbitnya matahari sampai
terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain diluar Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain.
(Yesaya 45:5-6 )
Maka berkatalah Yesus kepadanya : “ Enyahlah, Iblis ! sebab ada tertulis: Engkau harus
menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” ( Matius 4:10 )
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” ( Yohanes 17:3 )
“Artinya, kalau ada Satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman,
maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.” ( Roma 3:10 )
“………. kita tahu; tidak ada berhala dalam dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang
esa.” (I Korintus 8:4).
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu
dan yang untuk Dia kita hidup kita hidup,…. “ ( I Korintus 8:6 )
“Seorang pengantara bukan hanya
“(Galatia 3:20 ).
mewakili satu orang saja , sedangkan Allah adalah satu
8
“satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang diatas semua dan oleh semua dan di dalam
semua” ( Efesus 4:6 ).
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,
yaitu manusia Yesus Kristus,” ( I Timotius 2:5 ).
“Engkau percaya , bahwa hanya ada satu Allah saja ? itu baik ! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” ( Yakobus 2:19 ).
“Allah yang esa , juru selamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. bagi Dia kemuliaan,
kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selamalamanya. Amin.” ( Yudas 25 )
Ayat-ayat Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru yang kita
kutip diatas menjelaskan secara lugas tanpa keraguan bahwa Iman Kristen itu adalah iman
yang bersendikan Tauhid ( Keesaan Allah ) sebagai landasan imannya. Adalah suatu
kekeliruan yang besar jika ada orang yang menganggap bahwa Tauhid itu dalam Agama
Kristen telah berubah menjadi musyrik ( menyekutukan Allah atau berilah lebih dari satu
).Pengakuan akan keesaan Allah adalah landasan yang pokok dan haruslah merupakan
hakekat yang terdalam dari setiap agama dan pengakuan manusia akan Sang Pencipta.
9
Download