Hewan Apakah Ini? Tahukah Anda hewan apakah ini? Sepintas hewan ini terlihat seperti burung hantu, dan jika sudah didekati maka akan tampak seperti monyet yang mungil, tetapi bedanya memiliki ekor seperti tikus. Hewan ini namanya tarsius dan termasuk hewan langka yang dilindungi. Nama tarsius diambil berdasarkan ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Ekornya panjang dan tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jarijari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar. Sedikitnya ada 9 jenis tarsius, 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi, Indonesia. Dua jenis yang paling dikenal di Indonesia yaitu Tarsius tarsier (binatang hantu/kera hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil/krabuku kecil) Panjang hewan ini sekitar 10-16 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bola matanya besar, berdiameter 1,6 cm. Kakinya sangat panjang dan ekornya sepanjang 20-25 cm. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda, atau kuning-jingga muda. Bola matanya yang besar sangat bermanfaat bagi tarsius karena hewan ini adalah makhluk nokturnal (melakukan aktivitas pada malam hari). Ia mampu melihat dengan tajam dalam kegelapan malam untuk mencari makan. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik. Namun terkadang satwa ini juga memangsa reptil kecil, burung, dan kelelawar. Hewan ini beraktivitas sampai sekitar pukul 5 pagi dan kembali ke sarangnya untuk tidur dan baru bangun pada sore hari. Kepala tarsius unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa ini pun mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Tarsius biasanya berkelompok sekitar 8 ekor. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pohon dan menandai kawasan mereka dengan air seninya. Mereka tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Kehamilan berlangsung 6 bulan. Tarsius muda lahir dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran. Habitatnya di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, Siau, Sangihe, dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung dan Hutan Lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini wisatawan secara mudah dan teratur bisa menikmati satwa unik di dunia itu. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina (Pulau Bohol). Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan balao cengke atau tikus jongkok jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Populasi hewan ini terus menurun karena rusaknya hutan. Selain itu, masyarakat juga mengonsumsi hewan ini, digunakan sebagai camilan saat menenggak alkohol. Padahal hewan ini sulit dikembangkan di luar habitatnya, jika dikurung tarsius akan melukai dirinya hingga mati karena stres. Klasifikasi tarsius Kerajaan: Animalia Filum: chordata Kelas: mamalia Ordo: primata Upaordo: haplorrhini Infraordo: tarsiiformes Famili tarsiidae: tarsius Grup T. syrichta (Filipina-Barat) Tarsius Filipina, Tarsius syrichta Tarsius Barat, Tarsius bancanus Grup T. tarsier (Sulawesi) Tarsius Sulawesi, Tarsius tarsier Tarsius Dian, Tarsius dentatus Tarsius Lariang, Tarsius lariang Tarsius Peleng, Tarsius pelengensis Tarsius Sangihe, Tarsius sangirensis Tarsius Siau, Tarsius tumpara Tarsius Kerdil, Tarsius pumilus