Slide 1 - Blog UNPAD

advertisement
Hewan Apakah Ini?
Tahukah Anda hewan apakah ini? Sepintas hewan ini terlihat seperti burung hantu, dan jika sudah didekati maka akan tampak seperti monyet yang mungil, tetapi bedanya memiliki ekor
seperti tikus. Hewan ini namanya tarsius dan termasuk hewan langka yang dilindungi.
Nama tarsius diambil berdasarkan ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat
sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Ekornya panjang dan tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jarijari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar.
Sedikitnya ada 9 jenis tarsius, 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi, Indonesia. Dua jenis yang paling dikenal di Indonesia yaitu Tarsius tarsier (binatang
hantu/kera hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil/krabuku kecil)
Panjang hewan ini sekitar 10-16 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bola matanya besar, berdiameter 1,6 cm. Kakinya sangat panjang dan ekornya sepanjang 20-25 cm. Bulu tarsius sangat
lembut dan mirip beludru berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda, atau kuning-jingga muda.
Bola matanya yang besar sangat bermanfaat bagi tarsius karena hewan ini adalah makhluk nokturnal (melakukan aktivitas pada malam hari). Ia mampu melihat dengan tajam dalam
kegelapan malam untuk mencari makan. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik. Namun terkadang satwa ini juga memangsa reptil kecil, burung, dan
kelelawar. Hewan ini beraktivitas sampai sekitar pukul 5 pagi dan kembali ke sarangnya untuk tidur dan baru bangun pada sore hari.
Kepala tarsius unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa ini pun mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan
mangsa.
Tarsius biasanya berkelompok sekitar 8 ekor. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pohon dan menandai kawasan mereka dengan air seninya. Mereka tidur dan melahirkan dengan
terus bergantung pada batang pohon. Kehamilan berlangsung 6 bulan. Tarsius muda lahir dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran.
Habitatnya di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, Siau, Sangihe, dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung
dan Hutan Lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini wisatawan secara mudah dan teratur bisa menikmati satwa unik di dunia itu. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina (Pulau
Bohol). Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan balao cengke atau tikus jongkok jika diartikan ke
dalam bahasa Indonesia.
Populasi hewan ini terus menurun karena rusaknya hutan. Selain itu, masyarakat juga mengonsumsi hewan ini, digunakan sebagai camilan saat menenggak alkohol. Padahal hewan ini
sulit dikembangkan di luar habitatnya, jika dikurung tarsius akan melukai dirinya hingga mati karena stres.
Klasifikasi tarsius
Kerajaan: Animalia
Filum: chordata
Kelas: mamalia
Ordo: primata
Upaordo: haplorrhini
Infraordo: tarsiiformes
Famili tarsiidae: tarsius
Grup T. syrichta (Filipina-Barat)
Tarsius Filipina, Tarsius syrichta
Tarsius Barat, Tarsius bancanus
Grup T. tarsier (Sulawesi)
Tarsius Sulawesi, Tarsius tarsier
Tarsius Dian, Tarsius dentatus
Tarsius Lariang, Tarsius lariang
Tarsius Peleng, Tarsius pelengensis
Tarsius Sangihe, Tarsius sangirensis
Tarsius Siau, Tarsius tumpara
Tarsius Kerdil, Tarsius pumilus
Download