15 PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PROFITABILITAS, DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) Budi Setyawan Universitas Pamulang Harnovinsah Universitas Mercu Buana ABSTRACT This study aimed to analyze the relationship between deferred tax expense, profitability and tax planning to earnings management with leverage as control variables. Measuring earnings management are used in this study determined based approach to conditional revenue model (Stubben, 2010). The study population was manufacturing sub-sectors of automotive and components listed in the Indonesia Stock Exchange in 2010-2014, namely 12 companies using purposive sampling technique. Methods of data analysis using descriptive statistical analysis, test classic assumptions and hypothesis testing. These results indicate that the deferred tax expense, profitability and tax planning have a significant effect simultaneously on earnings management. The test results only partially profitability has a significant effect on earnings management. However, the deferred tax expense and tax planning does not have a significant effect on earnings management. Keyword: conditional revenue model, profitability, earnings management. operasional perusahaan dapat menaikkan dan menurunkan laba perusahaan sesuai PENDAHULUAN Laba perusahaan masih sangat diperhitungkan sebagai informasi yang dengan keinginannya. Moses (1997) menjelaskan bahwa penting bagi investor dan kreditur serta perusahaan-perusahaan pemilik perusahaan. Para investor, kreditor besar memiliki dorongan yang lebih besar dan dapat untuk guna dibandingkan pemilik mengestimasi perusahaan kekuatan laba melakukan yang berskala perataan dengan laba perusahaan- mengukur risiko dalam investasi dan perusahaan yang berskala kecil karena kredit. Di sisi lain, laba perusahaan memiliki biaya politik yang lebih tinggi. merupakan target rekayasa bagi pihak Timbulnya manajemen adanya ketertarikan pihak media dan untuk memaksimumkan kepuasannya. Dengan memilih kebijakan konsumen akuntansi perusahaan tertentu, pihak manajemen sebagai pelaksana dan penanggung jawab Zimmerman biaya politik terhadap yang profitabilitas tinggi. (dalam disebabkan Watts Yulianti, dan 2004) 16 mengajukan 3 (tiga) hipotesis sehubungan Fenomena skandal keuangan terjadi Teori Akuntansi Positif, yaitu bonus plan di Indonesia. Kasus pertama adalah pada hypothesis, debt covenant hypothesis dan tahun 2001, dimana PT Kimia Farma, Tbk political cost hypothesis. Ketiga hipotesis melakukan mark-up atas laba bersihnya tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa untuk periode 2001 sebesar 32,6 milyar. standar Pada saat itu, Kantor Akuntan Publik akuntansi menguntungkan yang akan paling dipilih oleh (KAP) Hans Tuanakota melaporkan inilah yang merupakan dasar pemikiran milyar, kemudian setelah dilakukan audit tentang manajemen laba. ulang pada tanggal 3 Oktober 2002 atas keuangan dunia oleh permintaan bersih Mustofa manajemen perusahaan. Pola pemikiran Skandal laba & Kementrian sebesar BUMN 132 dan korporasi yang dimulai pada tahun 2001 di Bapepam, maka tersaji kembali laba belahan bumi Amerika Utara, tepatnya di bersihnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar. Amerika Serikat oleh Enron Corporation, Kasus kedua adalah atas laporan keuangan WorldCom, Global Crossing Ltd, Adelphia PT Bank Lippo, Tbk per 30 September Communications dan Xerox Corporation 2002 yang disajikan secara ganda, dimana serta korporasi lainnya merupakan bukti terdapat perbedaan atas laporan keuangan kecurangan yang melalui yang disampaikan kepada publik melalui manajemen laba. (Kompas, surat kabar dengan yang dilaporkan ke 15/7/02) dalam Irianto (2003) menjelaskan Bursa Efek Jakarta. Kasus Ketiga adalah bahwa pemicu kasus ditolaknya laporan keuangan PT perusahaan- Telkom yang diaudit oleh KAP Eddy perusahaan tersebut diantaranya dengan Pianto oleh United States Securities and manipulasi Exchange Commision (US SEAC) untuk terdapat terjadinya dilakukan Sunarsip penyebab kebangkrutan pembukuan, penggelapan pajak, penipuan sekuritas dan insider periode 2002 (KPPU, 2003). trading. Namun manipulasi pembukuan Kasus perpajakan juga terjadi di merupakan pemicu yang dominan dari tahun 2007, dimana PT Kaltim Prima Coal sebagian besar kasus tersebut. Hal tersebut (KPC) melakukan rekayasa penjualan menjadi tata-kelola untuk meminimalkan pajaknya. Setelah perusahaan dan juga lemahnya pengaturan dilakukan penyelidikan oleh Ditjen Pajak, dan pengawasan yang dilakukan oleh KPC Pemerintah. sebesar Rp 1,5 trilyun. Dengan melakukan bukti gagalnya ditemukan pajak kurang bayar rekayasa penjualan merupakan salah satu 17 praktik manajemen laba dengan menggunakan pajak tangguhan. dapat menciptakan keuangan sehingga konpensasi atau bonus salah satu motivasi perusahaan melakukan yang manajemen laba adalah manajemen. perpajakan. Watt dan (1986;1990) yang motivasi Zimmerman menyatakan alasan penghematan atau penundaan pajak (pajak melalui kepada manajer dalam mengatur data laporan Scott (2012) mengatakan bahwa tangguhan) stimulus kecenderungan diharapkan dapat Jadi diterima perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan semakin besar kemungkinannya melakukan praktik manajemen laba. Faktor lainnya yang bisa perusahaan untuk mengurangi laba yang mempengaruhi manajemen laba adalah dilaporkan. perencanaan Hasil penelitian yang pajak. Suandy (2008) dilakukan oleh Philips, Pincus dan Rego mendefinisikan perencanaan pajak sebagai (2003) yang menunjukkan bahwa beban upaya pajak secara pembayaran pajaknya sepanjang masih siqnifikan dapat mendeteksi manajemen dalam aturan perpajakan yang berlaku. laba tujuan Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan menghindari kerugian dan penurunan laba. Cheng (2004) yang berpendapat bahwa Sedangkan Yulianti (2004) yang meneliti upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di perusahaan dibatasi Bursa pajaknya. Sumomba et al. (2012) meneliti tangguhan yang dan akrual Efek dilakukan dengan Indonesia, menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual tentang secara siqnifikan manajemen laba perusahaan pengaruh oleh perencanaan perencanaan pajak dapat mendeteksi terhadap manajemen laba, dimana hasilnya yang dilakukan adalah terdapat pengaruh yang siqnifikan perusahaan dengan tujuan menghindari antara kerugian. manajemen laba. Perusahaan meminimalkan pajak dengan memiliki Fenomena manajemen laba telah akan banyak dijadikan objek dalam berbagai menghasilkan laba yang tinggi, sehingga penelitian, seperti Watt dan Zimmerman berhubungan dengan jumlah kompensasi (1986;1990), Philips, Pincus dan Rego atau bonus yang diterima manajemen. Ilya (2003), Ying dan Cheng (2004), Ilya (2006) mengatakan bahwa pada saat laba (2006) Igan (2007) dan Widyaningsih; dijadikan dalam Scott; Sumomba et al. (2012). Penelitian pemberian konpensasi atau bonus, maka ini menjadi sangat penting, khususnya di profitabilitas yang perencanaan yang sebagai tinggi patokan 18 Indonesia, mengingat ketiga faktor-faktor unsur beban pajak tangguhan, profitabilitas tersebut, yaitu beban pajak tangguhan, dan profitabilitas dan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba, (3) terbukti berpengaruh dalam Investor dan Calon Investor, diharapkan laba., lebih berhati-hati dalam membaca laporan mengidentifikasi perencanaan manajemen perencanaan pajak yang dapat sehingga sangat menarik untuk dikaji lebih keuangan mendalam. tidak keliru dalam berinvestasi dengan Perumusan masalah penelitian ini perusahaan-perusahaan menganalisis manajemen mungkin terdapat pengaruh beban pajak tangguhan diharapkan selanjutnya dapat memberikan terhadap manajemen laba? (2) Apakah bukti empiris dalam mendapatkan proksi terdapat pengaruh profitabilitas terhadap yang lebih baik atau metode yang terbaik manajemen laba? (3) Apakah terdapat dalam mengevaluasi penilaian beban pajak pengaruh perencanaan pajak terhadap tangguhan, profitabilitas dan perencanaan manajemen laba? Tujuan dari penelitian pajak serta manajemen laba. Penelitian ini ini adalah sebagai berikut: (1) Menguji dibatasi sebagai berikut : (1) Obyek pengaruh beban pajak tangguhan terhadap penelitian ini adalah Perusahaan Sub manajemen laba, (2) Menguji pengaruh Sektor Otomotif dan Komponennya yang profitabilitas terhadap manajemen laba, (3) terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) Data Menguji pajak yang digunakan adalah Laporan Keuangan terhadap manajemen laba. Penelitian ini Audited dari tahun 2010 – 2014, (3) diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak- Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang pihak sebagai berikut : Adapun kontribusi diperoleh dari data sekunder di Bursa Efek dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Indonesia. perencanaan (4) Para yang adalah sebagai berikut : (1) Apakah pengaruh terjadi, laba agar Peneliti, (1) Manajemen Perusahaan, diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor implementasi dalam PSAK No. 46 tentang TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS pengakuan terhadap pajak tangguhan dan dapat memanfaatkan efisiensi pembayaran Teori Agensi pajaknya melalui perencanaan pajak yang Teori agensi menjelaskan hubungan optimal. (2) Auditor, diharapkan lebih atau kontrak antara prinsipal (pemilik) dan memahami dalam implementasi PSAK No. agen (manajer atau para direktur).. Teori 46 secara empiris dan mengetahui unsur- agensi didefinisikan dimana satu orang 19 atau lebih (principal) mengikutsertakan kekayaan dan modal perusahaan maka atau melibatkan orang lain (agent) untuk agen pun juga akan menghindari risiko. melakukan beberapa kepentingan mereka pendelegasian pengambilan jasa yang sebagian keputusan untuk Teori agensi juga mengasumsikan meliputi adanya asimetri informasi, yaitu dimana wewenang agen yang mengelola perusahaan memiliki (Jensen & Meckling, 1976). lebih banyak informasi internal perusahaan daripada prinsipal. Hal ini terjadi karena Teori agensi berkaitan dengan dua prinsipal tidak mungkin terus-menerus masalah dasar yang dapat berlangsung mengamati setiap tindakan yang dilakukan pada hubungan agensi, yaitu: (1) terjadi agen. ketika keinginan atau tujuan dari prinsipal memberikan informasi misalnya berupa dan agen bertentangan dan ini sangat sulit laporan keuangan kepada prinsipal secara dan mahal untuk prinsipal untuk bisa rutin dan transparan. Namun terkadang memverifikasi tidak seluruh informasi disampaikan agen dilakukan apa agen, yang (2) sebenarnya masalah pada Oleh karena itu, agen perlu kepada prinsipal atau bahkan kondisi yang pembagian risiko yang muncul ketika dilaporkan prinsipal dan agen memiliki perbedaan kenyataan di lapangan. Jadi agen lebih sikap dan risiko (Eisenhardt, 1989). banyak mengetahui informasi mengenai Asumsi risiko dalam teori agensi perusahaaan berbeda daripada dengan pihak kondisi lainnya adalah manusia pada dasarnya lebih (prinsipal). Konflik kepentingan antara menyukai prinsipal dan agen terjadi karena agen pertambahan kekayaan dibandingkan dengan pengurangan atau tidak penurunan kekayaan. Hal ini dapat dilihat kepentingan prinsipal sehingga ini memicu dimana prinsipal akan berusaha untuk biaya keagenan. menjaga modalnya dengan berinvestasi di banyak wadah selalu berbuat sesuai dengan Adanya konflik kepentingan dan (mendiversifikasikan asimetri informasi itulah yang mendorong modalnya) dengan tujuan membagi risiko manajer (agen) menyajikan informasi yang atau bahkan cenderung menghindari risiko tidak yang ada. Untuk agen sendiri yang secara (prinsipal). potensial memiliki kemampuan untuk mengubah, mengelola sumber daya perusahaan dan merekayasa angka-angka dalam laporan terdapat kemungkinan menurunnya nilai keuangan sebenarnya Upaya kepada pemilik manajer untuk menyembunyikan dan dengan mempermain-kan metode dan prosedur akuntansi yang 20 digunakan perusahaan sering disebut Teori akuntansi positif mendasarkan sebagai manajemen laba. (Sulistiyanto, pada premis 2008). bertindak atas dasar motivasi pribadi dan berusaha individu dalam selalu memaksimalkan keuntungan pribadi. Selain itu, teori Teori Akuntansi Positif Teori bahwa akuntansi positif adalah akuntansi positif juga dapat dikaitkan yang mencoba untuk dengan fenomena perilaku oportunistik dari manajer, dimana Watt dan Zimmerman kejadian di dunia nyata. Teori akuntansi (1986) menjelaskan tiga hipotesa yang positif berkaitan dengan memprediksi melatarbelakangi tindakan, pemilihan manajer, yaitu: (1) Bonus Plan Hypothesis, kebijakan akuntansi oleh manajer (agen) di dimana manajer akan memilih metode suatu perusahaan dan bagaimana respon akuntansi yang dapat memaksimalkan manajer terhadap standar akuntansi baru bonus yang tinggi, yaitu yang dapat yang diusulkannya itu (Scott, 2012). meningkatkan laba yang dilaporkan, (2) Berdasarkan teori akuntansi positif, hal Debt Covenant Hypothesis, yaitu makin tersebut akan memunculkan adanya aliran tinggi rasio hutang perusahaan semakin positif dari beberapa ahli. besar kemungkinan bagi manajer untuk sebuah membuat teori prediksi seperti yang bagus misalnya perilaku oportunistik Teori akuntansi positif menjelaskan memilih metode akuntansi yang dapat sehubungan dengan fenomena akuntansi menaikkan laba, karena makin dekat yang diamati berdasarkan pada alasan- dengan batasan perjanjian atau peraturan alasan yang menyebabkan suatu peristiwa kreditnya. yang terjadi. Jadi teori akuntansi positif kemungkinan penyimpangan kredit dan bertujuan pengeluaran untuk menjelaskan dan Hal ini biaya. semakin Dengan besar memilih memprediksi konsekuensi yang terjadi jika metode akuntansi yang dapat menaikkan manajer menentukan pilihan kebijakan laba, akuntansi tertentu. Dasar atas penjelasan batasan kredit dan mengurangi biaya dan prediksi itu adalah pada proses kontrak kesalahan atau hubungan keagenan antara manajer Hypothesis, dimana dengan kelompok lain, seperti investor, perusahaan akan kreditor, auditor, pihak pengelola pasar kemungkinan modal dan institusi pemerintah (Watts & akuntansi yang dapat menurunkan laba, Zimmerman, 1990). karena bila laba perusahaan besar maka sehingga dapat teknis, akan (3) mengendurkan Political semakin Cost besar semakin besar memilih metode 21 semakin besar pajak yang harus dibayar memaksimalkan utilitasnya, yaitu bonus dan semakin tinggi perusahaan dituntut yang tinggi. Manajer perusahaan yang tanggungjawabnya terhadap lingkungan, memberikan bonus yang besar berdasarkan otomatis biaya semakin besar. earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, (2) Debt Covenant, Manajemen Laba Healy dan (1999) dimana Perusahaan yang memiliki rasio laba Debt to Equity yang tinggi, maka akan mengandung beberapa aspek, yaitu (1) mendorong manajer untuk melakukan intervensi manajemen manajemen laba, yaitu dengan pemilihan pelaporan keuangan menyatakan dengan Wahlen bahwa manajemen laba dapat penggunaan terhadap dilakukan judgment, yang metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba; dan dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah (3) peristiwa ekonomi di masa depan untuk perusahaan besar yang memiliki biaya ditunjukan dalam laporan keuangan, (2) politik tujuan manajemen laba untuk menyesatkan manajer untuk memilih metode akuntansi stakeholders’ mengenai kinerja ekonomi yang menangguhkan laba yang dilaporkan perusahaan. dari periode sekarang ke periode yang Scott (2012) menjelaskan tentang Political Motivation, yang tinggi dimana akan mendorong akan datang sehingga dapat memperkecil manajemen laba yang merupakan cara laba yag dilaporkan. yang untuk Model Empiris Pengukuran Manajemen secara Laba digunakan manajer mempengaruhi angka laba sistematis sengaja dengan cara akuntansi dan mengembangkan manajemen laba dengan prosedur akuntansi tertentu oleh manajer menghitung nilai total akrual (TAC) dari standar akuntansi yang ada dan secara dengan mengurangi laba akuntansi yang ilmiah dapat memaksimumkan utilitas diperolehnya selama satu periode tertentu mereka dan atau nilai pasar perusahaan. dengan pemilihan Ada belakangi dan kebijakan tiga faktor tindakan yang melatar- Model Healy arus kas (1985) operasi Healy periode bersangkutan. dilakukannya Model De Angelo (1986) Model De manajemen laba oleh manajer, yaitu : (1) Angelo mengembangkan manajemen laba Bonus Purposes, dimana manajemen akan juga dengan menghitung total akrual memilih metode akuntansi yang dapat (TAC) dengan mengurangkan laba 22 akuntansi dengan arus periode bersangkutan. discretionary current accruals dan nondiscretionary Model Jones (1991) Jones menggunakan dua asumsi sebagai dasar pengembangan, yaitu: (1) Akrual periode long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aset tidak lancar (fixed assets). Model Revenue Discretionery berjalan, yaitu perubahan dalam rekening (2010) Stubben memiliki dua formula modal tersebut dalam pengukuran manajemen laba, yaitu merupakan hasil dari perubahan yang revenue model dan conditional revenue terjadi di lingkungan ekonomi perusahaan model. Revenue model menitikberatkan yang pada pendapatan yang memiliki hubungan kerja, dimana dihubungkan hal dengan perubahan penjualan, sehingga seluruh variable yang secara langsung dengan piutang. digunakan akan dibagi dengan aktiva atau Sedangkan conditional revenue model penjualan periode sebelumnya; dan (2) adalah pengembangan kembali dengan Gross property, plant dan equipment menambahkan ukuran perusahaan, umur merupakan salah satu komponen utama perusahaan dan margin kotor. yang digunakan untuk menghitung total akrual, khusunya untuk biaya depresiasi non discretionary. Beban pajak tangguhan diatur dalam Model Jones Dimodifikasi (1995) Dechow, Beban Pajak Tangguhan Sloan, dan Sweeney Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tentang Akuntansi Pajak menggunakan total akrual dan model Penghasilan. regresi untuk menghitung akrual yang dikelompokkan diharapkan (expected accruals) dan akrual temporer dan perbedaan permanen. pajak yang secara final, dan adanya non deductible tidak accruals). discretionary diharapkan Model ini accruals (unexpected menggunakan sebagai proksi expense Beban (biaya pajak tangguhan berdasarkan perbedaan yang tidak boleh dikurangkan. manajemen laba. Model ini mempunyai Perbedaan Temporer adalah kelebihan dalam memecah total akrual perbedaan yang terjadi akibat perbedaan menjadi empat komponen utama akrual, waktu pengakuan biaya atau pendapatan yaitu discretionary current accruals dan dalam laba akutansi dan dalam laba fiskal. discretionary accruals Perbedaan inilah yang akan menimbulkan merupakan akrual yang berasal dari aset biaya dan pendapatan pajak tangguhan lancar (current assets), sedangkan non- dalam long-term laporan keuangan perusahaan. 23 Perbedaan temporer dibagi menjadi dua diterima. Angka profitabilitas dinyatakan kelompok, yaitu Perbedaan Temporer antara lain dalam angka laba sebelum atau Kena sesudah pajak, laba investasi, pendapatan Pajak (Taxable Temporary Differences) dan Perbedaan Temporer per saham, dan laba penjualan. Yang Boleh Dikurangkan (Deductible . Temporary Differences). akibat adalah Return on Assets (ROA) dan Return perbedaan temporer dapat on Equity (ROE). ROA adalah pengukuran Jadi yang Ukuran yang banyak digunakan dikurangkan dalam laporan keuangan masa atas kini pajak menghasilkan keuntungan dengan seluruh tangguhan (Deffered Tax Asset). Dengan aktiva yang dimilikinya. ROA digunakan demikian untuk mengetahui tingkat efisiensi operasi adalah munculnya penurunan aktiva aktiva pajak kemampuan perusahaan dalam dalam tangguhan menunjukkan adanya beban perusahaan menghasilkan pajak tangguhan pada laporan laporan keuntungannya. Semakin besar rasio ROA keuangan tahun berjalan. yang dimiliki perusahaan adalah semakin baik, sedangkan ROE adalah tolak ukur Perbedaan Permanen adalah kemampuan perusahaan dalam perbedaan yang sifatnya tetap, yang tidak menghasilkan laba dengan total modal akan hilang sejalan dengan waktu. Maka sendiri yang dimiliki perusahaan. ROE perbedaan akan permanen ini tidak akan menunjukkan tingkat efisiensi menimbulkan biaya atau pendapatan pajak investasi yang terlihat pada efektivitas tangguhan. Perbedaan permanen timbul pengelolaan modal sendiri. karena terdapat penghasilan yang bukan Dalam penelitian ini untuk merupakan obyek pajak atau penghasilan mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang dikenakan pajak secara final, dan manufaktur adanya non deductible expense (biaya komponennya yang terdaftar di Bursa Efek yang tidak boleh dikurangkan. Indonesia adalah menggunakan proksi sektor otomotif dan Return On Assets (ROA), karena ROA mampu merefleksikan keuntungan bisnis Profitabilitas Profitabilitas atau kemapuan dan mewakili efektifitas perusahaan yang memperoleh laba adalah suatu ukuran menggambarkan kinerja manajemen dalam dalam presentase yang digunakan untuk penggunaan total aset dalam menghasilkan menilai sejauh mana perusahaan mampu laba yang diharapkan. menghasilkan laba pada tingkat yang dapat 24 undang dan peraturan perpajakan yang Perencanaan Pajak Perencanaan pajak adalah proses berlaku, (3) Tax Saving, yaitu tindakan mengorganisasi usaha wajib pajak orang penghematan pajak dengan cara yang legal pribadi maupun badan usaha sedemikian dan aman karena tidak bertentangan rupa dengan memanfaatkan berbagai celah dengan undang-undang dan peraturan kemungkinan yang dapat ditempuh oleh perpajakan. perusahaan Perencanaan dalam koridor ketentuan pajak baik digunakan Sedangkan Pohan (2013) mengatakan menggunakan tax avoidance dan tax bahwa perencanaan pajak adalah suatu saving karena tidak melanggar undang- upaya agar pajak yang dibayar oleh undang perpajakan. perusahaan benar-benar efisien. Tujuan Dalam penelitian ini Perencanaan Pajak utama perencanaan pajak adalah mencari diukur dengan menggunakan rumus Tax berbagai celah yang dapat ditempuh dalam Retention Rate (Tingkat Retensi Pajak), koridor peraturan perpajakan (loopholes), yang menganalisis suatu ukuran dari agar perusahaan dapat membayar pajak efektifitas manajemen pajak pada laporan dalam jumlah minimal. Ada 3 macam cara keuangan perusahaan. Ukuran efektifitas yang dapat dilakukan perusahaan untuk manajemen pajak yang dimaksud dalam menekan jumlah pajaknya, yaitu: (1) Tax penelitian ini adalah ukuran efektifitas Avoidance, perencanaan pajak. dan tehnik perusahaan yang peraturan perpajakan (Hutagaol, 2007). yaitu strategi oleh yang adalah penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan Rerangka Pemikiran ketentuan Rerangka dalam mereplikasi kembali perpajakan, yaitu dengan memanfaatkan penelitian kelemahan yang terdapat dalam undang- penelitian Phillips, Pincuss, Rego (2003), undang dan peraturan perpajakan itu Sumomba & Hutomo dan Widyaningsih sendiri, (2) Tax Evasion, yaitu strategi dan dan Purnamawati (2012) yang bertujuan tehnik penghindaran pajak yang dilakukan untuk menguji besarnya pengaruh beban secara illegal dan tidak aman bagi wajib pajak pajak. Hal ini dilakukan dengan cara perencanaan pajak terhadap manajemen melakukan laba penghindaran pajak yang ini pemikiran tangguhan, dengan profitibilitas pendekatan model dan conditional bertentangan dengan ketentuan perpajakan, revenue (Stubben, 2010). karena tidak berada dalam koridor undang- Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian 25 terdahulu, maka dapat digambarkan model rerangka pemikiran teoritis model penelitian pada Gambar 1 berikut ini: BEBAN PAJAK TANGGUHAN (X1) MANAJEMEN LABA (Y) PROFITABILITAS (X2) H2 H3 PERENCANAAN Variabel Kontrol PAJAK (X3) Leverage GAMBAR 1 MODEL RERANGKA PEMIKIRAN pelaporan Hipotesis Penelitian Hubungan antara Beban Pajak Tangguhan dengan Manajemen Laba laba, yaitu menghindari kerugian, menghindari penurunan laba dan menghindari kegagalan memenuhi prediksi Pajak tangguhan dapat dipahami laba oleh analis, dan terbukti bahwa beban sebagai akibat dari perbedaan temporer pajak tangguhan dapat digunakan dapat yang boleh dikurangkan dengan sisa digunakan untuk mendeteksi manajemen kerugian perusahaan (PSAK 46). Dalam laba. kaitannya dengan manajemen laba, Yulianti (2004) menggunakan beban perusahaan memiliki kecenderungan untuk pajak mengurangi laba yang dilaporkan dalam manajemen laba dan terbukti beban pajak rangka penundaan pajak. Philips, Pincus & tangguhan dan akrual dapat mendeteksi Rego (2003) menganalisis penggunaan manajemen beban dalam kerugian. Lalu Sumomba dan Hutomo mengidentifikasi manajemen laba yang (2012) juga menggunakan beban pajak dilakukan untuk mencapai tiga tujuan tangguhan untuk mendeteksi manajemen pajak tangguhan tangguhan laba untuk untuk mendeteksi menghindari 26 laba dimana hasilnya juga terbukti beban laba dijadikan sebagai media dalam hal pajak kewajiban perpajakan. tangguhan dapat mendeteksi manajemen laba. Namun Widyaningsih dan Purnamawati meneliti tangguhan (2012) yang juga penggunaan beban pajak terhadap manajemen laba Dalam on Assets tangguhan memenuhi mendeteksi (ROA), perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dan berskala besar dapat tingkat profitabilitas dengan perhitungan Return menemukan bukti bahwa beban pajak tidak mengukur diharapkan regulator dalam kewajiban-kewajiban manajemen laba. Berdasarkan penjelasan peraturan-peraturan di atas, maka hipotesis pertama yang akan misalnya kewajiban perpajakan, tanggung diuji dalam penelitian ini adalah : jawab sosial, dan lainnya. Hasil Penelitian H1 Widyaningsih dan Purnamawati (2012) : Terdapat pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba yang yang atas mengukur berlaku, profitabilitas menggunakan proxi ROA membuktikan Hubungan antara Profitabilitas dengan pengaruh Manajemen Laba mendeteksi manajemen laba. Oleh karena Profitabilitas adalah suatu ukuran dalam mendeteksi (keuntungan) dan perolehan digunakan laba sebagai yang signifikan dalam itu, hipotesis kedua ini adalah sebagai berikut: H2 kriteria dari penilaian hasil dari aktivitas : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba perusahaan. Profitabilitas menjadi salah Hubungan Perencanaan Pajak dengan satu faktor atau motif perilaku oportunisik Manajemen Laba manajer terhadap praktik manajemen laba Perencanaan pajak dapat dipahami yaitu political cost hypothesis (Carla & sebagai upaya yang dilakukan dalam Bathala, 1997). Penelitian Ilya (2006) dan meminimalkan Igan bahwa sepanjang masih dalam aturan perpajakan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang berlaku. Perusahaan yang dapat yang kecenderungan membuat perencanaan pajak dengan baik dalam melakukan praktik manajemen laba berdampak pada penurunan laba melalui karena diharapkannya kompensasi atau kewajiban perpajakannya. Yin & Cheng bonus bagi pihak manajemen. Akan tetapi, (2004) meneliti apakah manajemen laba perusahaan yang melaporkan kerugian, perusahaan yang mengalami keuntungan (2007) tinggi menyatakan memiliki dan mengalami pembayaran kerugian pajaknya memiliki 27 hubungan dengan insentif pajak atau 1. Perusahaan manufaktur sektor insentif non pajak, dan ternyata didapati otomotif dan komponennya yang manajemen laba perusahaan yang memiliki terdaftar di BEI untuk periode 1 keuntungan memiliki hubungan signifikan Januari dengan insentif pajak dan insentif non Desember 2014, sebanyak 12 pajak, laba perusahaan. perusahaan yang mengalami kerugian 2. Perusahaan sedangkan manajemen 2010 tidak sampai 31 melakukan hanya memiliki hubungan dengan insentif merger dan akuisisi dari tahun non pajak. Dan mereka berpendapat bahwa 2010 sampai 2014. perusahaan yang meminimalkan pembayaran pajaknya dibatasi 3. Perusahaan tidak delisting selama oleh periode 1 Januari 2010 sampai 31 perencanaan pajaknya. Sumomba dan Desember 2014. Hutomo (2012) yang juga meneliti apakah 4. Laporan keuangan yang disajikan perencanaan pajak memiliki pengaruh dalam mata uang asing akan terhadap manajemen laba dan ditemukan disajikan dalam kurs rupiahnya. bukti bahwa perencanaan pajak memiliki 5. Laporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Oleh data lengkap yang dibutuhkan. karena itu dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3 Operasionalisasi Variabel : Terdapat perencanaan pengaruh Variabel Independen terhadap Beban Pajak Tangguhan pajak Variabel beban pajak tangguhan (X1) manajemen laba diukur dengan membagi jumlah beban pajak tangguhan dengan total aset tahun METODE PENELITIAN Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel Populasi sebelumnya. Profitabilitas penelitian ini adalah Variabel profitabilitas (X2) menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di proksi return on assets (ROA), diukur Bursa Efek Indonesia (BEI). Tehnik dengan membagi laba bersih perusahaan pengambilan sampel yang menggunakan dengan total asetnya. metode purposive sampling dengan kriteria Perencanaan Pajak sebagai berikut: Variabel Perencanaan Pajak (X3) menggunakan proksi tax retention rate 28 (TRR), diukur dengan membagi laba manajemen bersih perusahaan dengan laba bersih dengan sebelum pajak. revenue model karena pengukuran Stubben pendekatan (2010) conditional model ini masih tergolong baru dan Variabel Dependen Variabel laba dependen (Y) dalam lebih menitikberatkan pada revenue penelitian ini yaitu Manajemen Laba. yang Dalam pengukuran manajemen laba, perpajakan. Data yang digunakan terdapat yang adalah laporan keuangan yang telah digunakan untuk mengindentifikasi diaudit setiap tahun dan diterbitkan adanya manajemen laba yaitu model oleh Healy, De Angelo, Jones, Jones terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dimodifikasi dan Stubben. Penelitian Adapun perhitungan model Stubben ini menggunakan model pengukuran (2010) dirumuskan sebagai berikut: beberapa model berkaitan dengan perusahaan-perusahaan unsur yang ∆ARit = α + β1 ∆Rit + β2 ∆Rit × SIZEit + β3 ∆Rit × AGE it + β4 ∆Rit × AGE_SQ it + Β5 ∆Rit × GRR_Pit + β6 ∆ Rit × GRR_Nit + β7∆R Keterangan : it × GRMit + β8 ∆Rit × GRM_SQ it + ε itGRM : industry median AR : piutang akrual adjusted gross margin at end of fiscal R : annual revenue year SIZE : natural log dari total GRM_SQ : square of variable ∆ : annual change aset saat akhir tahun AGE : natural log umur perusahaan Variabel Kontrol GRR_P : adjusted revenue industry growth median Variabel kontrol dalam penelitian ini (=0 adalah leverage yang menggambarkan if positif) GRR_N : adjusted revenue negatif) industry growth kemampuan perusahaan dalam median membayar kewajiban jangka (=0 panjangnya atau kewajiban-kewajiban if apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Leverage dapat ditentukan berdasarkan rumus: 29 Debt to Equity Ratio = Total Debt x 100% Equity Metode Analisis Dalam penelitian ini, metode analisis menggunakan 4 (empat) jenis pengujian, yaitu : (1) statistik deskriptif, (2) uji asumsi klasik, (3) uji regresi, dan (4) uji hipotesis. Adapun model persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut : Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4Z4+e Keterangan : Y = Variabel Dependen (Manajemen Laba) α = Konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen X1 = Beban Pajak Tangguhan X2 = Profitabilitas X3 = Perencanaan Pajak Z = Leverage Sumber: Output SPSS 22 (2015) Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa variabel Manajemen Laba periode 2010- e= Standard error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2010 – 2014 tujuan untuk menghindari pelaporan kerugian. 2014 mempunyai nilai rata-rata sebesar Variabel beban pajak tangguhan tahun 2,8327976. Nilai minimum sebesar -3,28667 2010-2014 menunjukkan nilai minimum dan nilai maksimum sebesar 10,90073. sebesar -0,018689, nilai maksimum sebesar Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0,016236, 2,82666338. Berdasarkan data ini, dapat 0,00040163 dan nilai standar deviasi sebesar diketahui bahwa perusahaan manufaktur sub 0,005491270. sektor otomotif dan komponen di Indonesia perusahaan melakukan praktik manajemen laba dengan otomotif nilai rata-rata Artinya, di dan sebesar secara manufaktur komponen - rata-rata sub sektor Indonesia 30 mengindikasikan adanya manfaat terhadap sebesar -3,552000, nilai maksimum sebesar pajak 1,627100, nilai rata-rata sebesar 0,65279167 yang ditangguhkan dengan melaporkan laba akuntansi yang lebih dan rendah daripada laba fiskal. 0,623719132. Artinya, secara rata-rata laba Variabel profitabilitas tahun 2010- nilai standar deviasi sebesar bersih perusahaan manufaktur sub sektor 2014 menunjukkan nilai minimum sebesar otomotif -0,022300, sebesar 65,28% dibandingkan dengan laba nilai maksimum sebesar 0,861900, nilai rata-rata sebesar 0,08140167 dan nilai standar 0,117577809. perusahaan otomotif Artinya, di dan mengindikasikan dan komponen di Indonesia bersih sebelum pajak. deviasi sebesar Leverage dapat diketahui mempunyai secara rata-rata nilai mean dan standar deviasi masing- sektor masing 1,0851 dan 0,73572. Nilai tersebut Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan di manufaktur komponen sub di adanya tingkat pengembalian aset sebesar 8,140%. Indonesia cukup memiliki kemampuan dalam membayar kewajibannya. Variabel perencanaan pajak tahun 2010-2014 menunjukkan nilai minimum Tabel 2 Perkembangan Manajemen Laba dengan Conditional Revenue Model (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014) MANAJEMEN LABA No. KODE SAHAM 1 2 3 4 5 ASII AUTO BRAM GDYR GJTL 6 IMAS 7 8 9 10 11 12 INDS LPIN MASA NIPS PRAS SMSM NAMA PERUSAHAAN TAHUN MEAN PT. Astra International, Tbk. PT. Astra Otoparts, Tbk. PT. Indo Kordsa, Tbk. PT. Goodyear Indonesia, Tbk. PT. Gajah Tunggal, Tbk PT. Indomobil Sukses International, Tbk. PT. Indospring, Tbk. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk. PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. PT. Nippers, Tbk. PT. Prima Aloy Steel, Tbk. PT. Selamat Sempurna, Tbk. Rata-Rata Tahunan 3,172096 2,880997 1,943952 2,824276 1,823318 2010 2011 2012 2013 2014 6,33643048 3,30076582 3,68312703 9,60821294 3,86502013 5,13822894 3,04034414 2,98880784 2,21054840 3,50232025 3,08109377 1,99926599 0,20075096 1,34698046 1,16701604 0,59939382 4,01970099 2,10278076 4,24230626 -0,31052597 0,70533316 2,04490826 0,74429545 -3,28666766 0,89276191 4,720665 10,90073477 8,33384348 4,58735832 0,28202322 -0,50063589 4,641782 0,254282 1,539114 5,208020 1,594189 3,390879 Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015) Berdasarkan data pada tabel 2 di atas, 7,64139524 0,16189745 1,93229949 6,33212029 4,86556822 3,22950644 5,15475653 7,50813408 0,36782124 4,09934600 7,84572103 1,37259736 7,53936679 4,49558996 4,70278662 0,57988640 0,45664099 4,35898594 -0,57329331 1,15514468 1,92188474 2,06118048 0,76563393 2,11938862 5,49838106 0,14505459 2,44813753 1,99778794 1,29541485 -0,60382990 -0,91210423 2,00489071 2,16101833 2,58223886 0,59396866 nilai rata-rata residual tertinggi dimiliki oleh besarnya nilai rata-rata manajemen laba PT. Nippers, Tbk. yaitu sebesar 5,208020, pada industri otomotif dan komponen sejak nilai tahun 2010 – 2014. Secara keseluruhan, manajemen tersebut mengindikasikan laba yang tinggi adanya karena 31 memiliki indeks yang jauh lebih besar dari tersebut juga mengindikasikan adanya 0,075. Sedangkan nilai rata-rata residual manajemen laba karena lebih besar dari terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah 0,075. Sarana, Tbk. yaitu sebesar 0,254282, nilai Manajemen Laba Axis Title 6 4 2 0 2010 2011 2012 2013 2014 Manajemen Laba 5,15476 4,49559 1,92188 1,99779 0,59397 Gambar 2 Nilai Manajemen Laba (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014) Berdasarkan Gambar 2 di atas, akrual dengan nilai antara -0,075 sampai fluktuasi manajemen laba dari 12 (dua dengan 0,075. Oleh karena itu, dapat belas) perusahaan manufaktur sub sektor disimpulkan otomotif dan komponen tahun 2010 – 2014, perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dimana nilai residual tertinggi terjadi pada dan komponen selama 5 tahun terakhir tahun 2010 dan terendah terjadi pada tahun (2010-2014) terindikasi adanya manajemen 2014 dengan nilai residual sebesar 0,59397. laba karena memiliki nilai manajemen laba Roychowdurry (2006) memberikan batasan lebih tidak adanya indikasi manajemen laba bahwa besar (>) 12 (dua dari belas) 0,07. 32 Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters Mean a,b ,0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences 2,56953886 Absolute ,132 Positive ,132 Negative -,084 Kolmogorov-Smirnov Z 1,020 Asymp. Sig. (2-tailed) ,249 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS 22 (2015) Pengujian Instrumen Penelitian Uji Normalitas Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 3, dengan menggunakan uji statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada nilai residual mengikuti fungsi distribusi normal data. Uji Multikolonieritas Pengujian ini dilakukan dengan variabel manajemen laba memiliki nilai p = melihat nilai VIF (Varian Inflated Factor) 0,249, karena nilai p > 0,05 maka H0 dan nilai tolerance pada Tabel 4 berikut ini: diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Tabel 4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Tolarance VIF Beban pajak tangguhan 0,954 1,049 Profitabilitas 0,904 1,106 Perencanaan pajak 0,762 1,313 Leverage 0,695 1,440 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) Hasil pengujian multikolonieritas pada Uji Heteroskedastisitas tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Uji VIF pada masing-masing variabel lebih penelitian kecil daripada 10 dan nilai tolerance lebih menggunakan teknik scatter diagram. Jika besar dapat pada scatter diagram membentuk pola disimpulkan bahwa model regresi terbebas tertentu, seperti titik-titik yang membentuk dari pola tertentu yang teratur (bergelombang, daripada 0,1 multikolonieritas independen. sehingga antar variabel melebar heteroskedastisitas ini kemudian dilakukan menyempit), dalam dengan maka 33 mengindikasikan telah terjadi pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya Jika tidak heterokedastisitas. Pemilihan model grafik terdapat pola tertentu yang jelas serta titik- ini dilakukan karena dalam model ini titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 variabel bebasnya lebih dari satu. Gambar 3 Hasil Uji Scatter Diagram Sumber: Output SPSS 22 (2015) Selain menggunakan analisis scatterterhadap variabel independen dan variabel diagram, pengujian heteroskedastisitas kontrol (beban pajak perencanaan tangguhan, dapat dilakukan melalui uji glejser, dimana profitabilitas, pajak dan pada uji glejser dilakukan dengan analisis leverage) dengan persamaan regresi sebagai regresi nilai absolute residual (AbsUi) berikut: │U i │= α + βXi + μi Jika β signifikan, maka mengindikasikan terdapat problem heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut. Tabel 5 Hasil Uji Glejser Sumber: Output SPSS 22 (2015) 34 Berdasarkan tabel 5 di atas, yang Watson. Nilai Durbin-Watson sebesar 2.186 diperoleh dari analisis regresi nilai koefisien untuk mendekati autokorelasi dapat dilihat beban profitabilitas, dari Tabel 5.6. Nilai du diperoleh sebesar perencanaan pajak, dan leverage terhadap 1,7274 dan nilai dL sebesar 1,4443. Nilai absolute residual (AbsUi), dapat diketahui Durbin Watson sebesar 2,186 lebih besar bahwa tidak dari nilai du = 1,7274 dan kurang dari (4 – signifikan pada level signifikansi 0,05 1,7274) = 2,2726. Dengan demikian, dapat sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada disimpulkan bahwa model regresi berada di permasalahan heteroskedastisitas pada data antara nilai du ≤ dw ≤ 4 - du yang berarti residual. tidak terjadinya autokorelasi. pajak tangguhan, secara umum variabel Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji nilai Durbin- d Nilai dL N 1 1,4443 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi d 4 4 du 4-du 4-dL dw 1 2 2 1,7274 2,2726 2,5557 2,186 d 2 Hasil Pengujian Hipotesis Uji Koesifien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kekuatan pengaruh yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari pengujian korelasi determinasi dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini: Tabel 7 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Sumber: Output SPSS 22 (2015) Dari Tabel 7 di atas, dapat diketahui menyatakan bahwa nilai R adalah 0,417, yang variabel bahwa independen korelasi terhadap berganda variabel 35 dependen sebesar 41,7%. R Square = 0,174 menyatakan bahwa 17,4% perubahan pada Uji-F Uji-F atau ANNOVA dilakukan untuk variabel pengungkapan Manajemen Laba mengetahui dapat dijelaskan oleh variabel beban pajak independen yang dimasukkan dalam model tangguhan, perencanaan mempunyai pengaruh secara bersama-sama pajak, dan leverage yang menjadi variabel atau simultan terhadap variabel dependen. kontrol. Sedangkan sisanya sebesar 82,6% Adapun hasil dari uji-F dapat dilihat Tabel 8 diterangkan oleh variabel lain yang tidak berikut ini: profitabilitas, apakah semua variabel diteliti dalam model ini. Tabel 8 Hasil Uji-F Sumber: Output SPSS 22 (2015) Berdasarkan analisis uji-F atau Kesimpulan: ANOVA pada Tabel 8 di atas, dapat H0 ditolak, maka terdapat pengaruh yang diketahui bahwa nilai F = 2,890 dengan nilai signifikan antara variabel beban pajak signifikansi lebih kecil dari alpha 5% yaitu tangguhan, profitabilitas dan perencanaan 0,030. Dari tabel distribusi F dapat diketahui pajak terhadap variabel manajemen laba. bahwa nilai kritis dengan menggunakan Uji-t derajat kebebasan (df1) = 4 sebagai Uji-t dilakukan untuk melihat numerator dan (df2) = 55 sebagai dominator pengaruh dari masing-masing variabel pada tingkat α sebesar 0,05. independen secara parsial terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari uji-t dapat Keputusan : 0,030 < 0,05 H0 ditolak (Ha dilihat Tabel 9 berikut ini: diterima) Tabel 9 Hasil Uji-t Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients Std. B Beta Model Error t Sig. 1 (Constant) 0,162 1,022 ,159 ,874 Beban Pajak 60,735 64,608 ,118 ,940 ,351 Tangguhan Profitabilitas 8,252 3,099 ,343 2,663 ,010 Perencanaan Pajak 1,011 ,636 ,223 1,588 ,118 Leverage 1,256 ,565 ,327 2,223 ,030 36 a. Dependent Variable: Manajemen Laba Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) 1) Variabel beban pajak tangguhan (X1) yang signifikan terhadap manajemen memiliki nilai t sebesar 0,940 dengan laba. Dengan demikian, hipotesis signifikansi 0,351 lebih besar dari ketiga (H3) yang menyatakan bahwa taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini perencanaan menunjukkan bahwa beban pajak pengaruh yang signifikan terhadap tangguhan tidak memiliki pengaruh manajemen yang signifikan terhadap manajemen Diterima. laba. Dengan demikian, hipotesis pertama bahwa (H1) yang beban pajak pajak laba mempunyai Tidak Dapat 4) Variabel leverage (DER) memiliki menyatakan nilai t sebesar 2,223 dengan tangguhan signifikansi 0,030 lebih kecil dari memiliki pengaruh yang signifikan taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini terhadap manajemen laba Tidak menunjukkan Dapat Diterima. mempunyai pengaruh yang signifikan 2) Variabel profitabilitas (X2) memiliki nilai t sebesar 2,663 terhadap dengan bahwa leverage manajemen laba dan terbukti sebagai Variabel Kontrol. signifikansi 0,010 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini PEMBAHASAN menunjukkan bahwa profitabilitas Gambaran umum mengenai manajemen memiliki pengaruh yang signifikan laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur terhadap manajemen laba. Dengan sub sektor otomotif dan komponen yang demikian, hipotesis kedua (H2) yang terdapat di Indonesia di tahun 2010-2014 menyatakan bahwa profitabilitas sebanyak 12 memiliki pengaruh yang signifikan Berdasarkan (dua hasil belas) perusahaan. pengujian statistik terhadap manajemen laba Dapat deskriptif, rata-rata keseluruhan manajemen Diterima. laba pada perusahaan manufaktur sub sektor 3) Variabel perencanaan pajak (X3) otomotif dan komponen sejak tahun 2010 – memiliki nilai t sebesar 1,588 dengan 2014 sebesar 2,8327976 adalah cukup tinggi. signifikansi 0,118 lebih besar dari Dalam pengujian secara simultan, pengaruh taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini dari menunjukkan bahwa variabel beban pajak tangguhan, perencanaan profitabilitas dan perencanaan pajak terhadap pajak tidak mempunyai pengaruh manajemen laba menghasilkan nilai R2 sebesar 37 0,174 atau dengan kata lain 17,4% beban memotivasi pihak manajemen untuk pajak melakukan praktik manajemen laba tangguhan, profitabilitas dan perencanaan pajak dan leverage sebagai dengan variabel kontrol cukup menjelaskan pengaruh perusahaan, terhadap variabel manajemen laba. Sedangkan cenderung melakukan perencanaan sisanya sebesar 82,6% dipengaruhi oleh pajak variabel lainnya yang tidak diteliti. perpajakannya karena sejak tahun Berdasarkan hasil pengujian hipotesis meningkatkan tetapi untuk laba perusahaan efisiensi biaya 2009 dikenakan tarif pajak tunggal. yang telah dikemukakan pada Tabel 5.8 2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelumnya, maka pembahasan hasil hipotesis profitabilitas berpengaruh signifikan yang dimaksud dikaitkan dengan teori maupun terhadap manajemen laba, dengan hasil dari penelitian terdahulu, yaitu: nilai signifikansi sebesar 0,010 yang 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa berarti berada di taraf (5%). Hasil beban pajak tangguhan berpengaruh signifikansi tidak signifikan terhadap manajemen penelitian ini mendukung penelitian laba, Carla & Bathala (1997), Ilya (2006), dengan nilai signifikansi 0,05 bawah sebesar 0,351 yang berarti berada di Igan atas taraf signifikansi 0,05 (5%). Purnamawati Hasil penelitian ini tidak mendukung menyatakan bahwa semakin tinggi penelitian Philips, Pincus & Rego profitabilitas maka akan memiliki (2003), kecenderungan Sumomba dan Hutomo (2007), Widyaningsih (2012) dalam yang melakukan (2012) yang membuktikan beban praktik pajak tangguhan dapat mendeteksi diharapkannya adanya manajemen laba perusahaan. bonus bagi pihak manajemen. Di Hasil samping penelitian penelitian tangguhan mendukung Yulianti Widyaningsih (2012) ini dan dimana tidak (2004), Purnamawati beban pajak berpengaruh manajemen dan karena kompensasi itu, memperoleh laba perusahaan laba tinggi atau yang akan melakukan praktik manajemen laba yang lebih perusahaan besar dibandingkan yang mengalami terhadap praktik manajemen laba. kerugian Adanya dikarenakan perusahaan yang mengalami kerugian dapat penurunan tarif pajak menjadi 25% pada tahun 2010 tidak (loss firm), hal ini 38 dibebaskan dari pembayaran pajak demikian, dapat dikatakan bahwa variabel sesuai dengan peraturan perpajakan leverage di Indonesia yang terbukti mempunyai pengaruh menyatakan sebagai variabel kontrol untuk mendukung bahwa perusahaan yang mengalami pengaruh variabel independen (beban pajak kerugian dapat mengkompensasikan tangguhan, profitabilitas dan perencanaan kerugiannya maksimal dalam kurun pajak) terhadap manajemen laba. Dengan waktu 5 (lima) tahun. demikian, perusahaan manufaktur sub sektor 3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa otomotif dan komponen di Indonesia yang perencanaan pajak berpengaruh tidak menjadi sampel dalam penelitian ini pada signifikan terhadap manajemen laba, periode 2010-2014 cukup mengindikasikan dengan nilai signifikansi sebesar adanya praktik manajemen laba. 0,118 yang berarti berada di atas taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini tidak SIMPULAN mendukung Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian Ying dan Cheng (2004) sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab dan Sumomba dan Hutomo (2012) 5, terdapat beberapa simpulan penelitian yang membuktikan pajak dapat perencanaan sebagai berikut: mendeteksi adanya a) Beban pajak tangguhan tidak memiliki manajemen laba perusahaan. Hal ini pengaruh disebabkan manajemen laba. pada tahun terdapat penurunan tarif menjadi sebesar 25% 2010, yang signifikan terhadap pajak b) Profitabilitas memiliki pengaruh yang dan dibandingkan dengan tahun 2009 signifikan terhadap manajemen laba. sebesar 28% sehingga manajemen c) Perencanaan pajak tidak memiliki cenderung akan mengkaji ulang atau pengaruh yang signifikan terhadap memodifikasi manajemen laba. perencanaan pajak yang telah dibuat sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dengan nilai signifikansi sebesar 0,030 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5%). Dengan DAFTAR PUSTAKA Asih, Prihat dan M. Gudono (2000). Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1), 35-53. 39 Chariri, A. and Ghozali, I., (2007). Teori Akuntansi (Trans: Accounting Theory), Semarang: Badan Penerbit UNDIP, ISBN 979.704.014.3 Dechow, P., and R. Sloan. (1991). Executive Incentives and the Horizon Problem: An Empirical Investigation. Journal of Accounting and Economics, 14, 51– 89. ———, ———, and Sweeney, A. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70, 193– 225. Eisenhardt, K.M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14 (1), 57-74. Gideon, Boediono, SB. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo. 15-16 September 2005. Harnanto. 2013. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Healy, P. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 7, 85-107. ———, and Wahlen, J.M. (1999). A Review of the Earnings Management Literature and its Implications for Standard-Setting. Accounting Horizons 13, 365–383. Hutagaol, J. (2007). Perpajakan Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Igan, B. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Diakses 01 Oktober 2014 dari World Wide Web: <https://www.ojs.unud.ac.id/index.p hp/jiab/article/viewFile/2589/1801> Ilya, A. (2006). Mengungkap Praktik Earnings Management di Perusahan. Jurnal Bisnis Manajemen dan Ekonomi, 7 (3), 828-841. Irianto, G. (2003). Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi, XX (2), 104-114. Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, (3), 305-360. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. (2003). Surat Putusan Perkara Nomor: 08/KPPUL/2003. Jakarta: KPPU. Kuncoro, M. (2014). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga. Lumbantoruan, S. (2005). Akuntansi Pajak. Jakarta: Gramedia. Moses, D.O. (1997). Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting Changes. The Accounting Review, LXI (2), 259372. Philips, J.D., Pincus, M., & Rego, S.O. (2003). Earnings Management : New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Acounting Review. 78 (2), 491– 521. Pohan, C.A. (2013). Manajemen Perpajakan – Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Purba. J. M. dan Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema Etik dan Pengambilan Keputusan Etis. Jakarta: EGC. Ross, S.A., Westerfield R.W., & Jordan B.D. (2014). Pengantar Keuangan Perusahaan-Corporate Finance Fundamentals. Jakarta: Salemba Empat. Santi, A.W. & Yulianti. (2009). Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba 40 dan Persistensi Laba. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang. Sartono, Agus. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta: BPFE. Scott, W.R. (2012). Financial Accounting Theory (6th ed). New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Stuben, S.R. (2010). Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The Accounting Review, 67 (3), 546-562. Suandy, E. (2008). Perencanan Pajak. (4th ed.). Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sulistyanto, H.S. (2008). Manajemen Laba – Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT. Grasindo. Sumomba, C.R dan Hutomo, Y.S. (2012). Pengaruh Pajak Tangguhan dan Perencanan Pajak Terhadap Manajemen Laba. Kinerja, 16 (2), 103-115. United States Securities & Exchange Commision (US SEAC). Watts, R. L., & Zimmerman, J.L. (1986). Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. ______________________________. (1990). Positive Acounting Theory: A Ten Year Respective. The Accounting Review, 65 (1), 131156. Wild, J.J., Subramanyam, K.R. & Halsey, R.F. (2004). Financial Statement Analysis, (18th ed.). Boston: Mc. Graw-Hill. Yin, Q.J. & Cheng S.A. (2004). Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting & Finance, 3, 67-92. Yulianti. (2004). Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. 2-3 September 2004. Widyaningsih, A. dan Purnamawati, C.A. (2012). Pengaruh Pajak Tanguhan dan Probabilitas terhadap Manajemen Laba. Forum Bisnis & Keuangan, 1, 323-339. http://www.idx.co.id