bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu agama yang telah ada dan berkembang sangat pesat di dalam masyarakat
Indonesia sejak dulu adalah Agama Islam. Hal ini bermula sejak masuknya agama Islam dari
Persia ke Indonesia berabad – abad lalu. Dan saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
muslim merupakan masyarakat mayoritas di Indonesia, dan masyarakat itu pun terdiri dari
berbagai suku bangsa, golongan ekonomi , masyarakat dan sebagainya. Kelompok yang
kompleks ini dipersatukan oleh satu agama yang mereka anut bersama , yaitu Agama Islam.
Kota Medan merupakan kota metropolitan di kawasan Barat Indonesia dan memiliki
masyarakat yang heterogen. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, kota Medan
merupakan pintu gerbang pengembangan agama Islam di kawasan tersebut, yang secara
historis kota Medan memiliki kegiatan aktivitas ke-Islam-annya yang sangat kental dan
semarak.
Berbagai kelompok masyarakatnya muslim bersatu di dalam mesjid sebagai wadah
pelaksanaan ibadat yang utama. Hubungan antar muslim ini berdasarkan dan berpedoman
pada Al- Qur’an dan Hadist, dan akhirnya menciptakan ukhuwah Islamiyah . Solidaritas antar
sesama umat Islam ini pertama kali lahir dari masyarakat muslim di mesjid itu sendiri. Mesjid
menjadi penuntun, pengendali, dan pembentuk citra dari kehidupan sosial , ekonomi, politik ,
ilmu kesenian , dan filsafat.
Mesjid menjadi sarana bagi para ulama sebagai pemandu umat Islam dalam mengemban
tugas dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan menyempurnakan akhlak serta moral manusia.
Tetapi dalam masyarakat dan kebudayaan yang sudah jauh berkembang dengan diferensiasi
dan spesialisasinya yang ruwet, keberadaan mesjid tidak dapat lagi menampung ‘langsung’
kegiatan – kegiatan yang bersifat menghimbau masyarakat untuk menjalankan perintah
agamanya. Seluruh kegiatan itu dipindahkan ke luar mesjid , ke ruang, gedung, lembagalembaga sendiri, hingga terbentuklah, kompleks – kompleks tersendiri.
Di sisi lain, pada saat ini arus informasi dirasakan telah banyak merubah pandangan dan cara
hidup masyarakat ( dalam hal ini masyarakat muslim) terutama dengan banyaknya fasilitas fasilitas baru dalam bidang telekomunikasi yang memudahkan orang untuk memperoleh
segala macam informasi dari berbagai sumber di dunia, baik yang sesuai dengan ajaran –
ajaran Islam ataupun yang bertentangan . Tidak ada yang dapat mengendalikan arus tersebut,
sehingga setiap orang hampir melupakan satu- satunya pegangan dalam hidup mereka, yaitu
agama. Keadaan demikian akan berlangsung terus – menerus , sehingga tanpa disadari akan
merusak struktur kehidupan masyarakat beragama merupakan bagian dari kehidupan yang
tidak dapat ditawar lagi.
Dengan memperhatikan masih lemahnya penyebaran dakwah yang berorientasi pada
pemurnian aqidah umat, terutama sekali Tauhid ( Pengesahan pada Allah SWT ) serta
pembinaan dan pendidikan kepada generasi muda Islam begitu juga generasi tua dalam
penyampaian ilmu-ilmu agama dan memberikan pemahaman yang benar, maka untuk
menyebarluaskan dakwah tersebut sangat dibutuhkan suatu sarana yang baik dan saling
terintegrasi antara satu sarana dengan sarana lainnya secara efektif dan konfrehensif yang
dihimpun dalam satu komplek disebut dengan Medan Islamic Centre (MIC).
1.1
LATAR BELAKANG
Umat Islam adalah merupakan penduduk mayoritas di Indonesia. Agar kualitas umat
Islam meningkat diperlukan suatu wadah yang menampung aktivitas umat, salah satunya
melalui pembangunan pusat – pusat pengembangan peradaban Islam yang dikenal dengan
Islamic Centre.
Konsep Islamic Centre didesain dari filosofi dasar mesjid yang memiliki beragam
fungsi kehidupan , diantaranya fungsi ibadah, muamalah, tarbiyah dan dakwah.
Sumatera Utara , khususnya kota Medan yang berpenduduk mayoritas beragama
Islam, akan tetapi belum memiliki sebuah sarana kegiatan Islam dengan fasilitas yang
memadai. Kota Medan merupakan kota metropolitan di kawasan Barat Indonesia dan
memiliki masyarakat yang heterogen . Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, kota
Medan merupakan pintu gerbang pengembangan agama Islam di kawasan tersebut, yang
secara historis kota Medan memiliki kegiatan aktivitas ke – Islam-an berintensitas tinggi.
Atas dasar hal – hal di atas, maka sudah saatnya di kota Medan sebagai salah satu
kota terbesar di Indonesia untuk dikembangkan sebuah fasilitas Islamic Centre dengan nama
“Medan Islamic Centre (MIC)”.Fasilitas ini berupaya menjalin sinergi yang lebih konkrit dari
seluruh komponen umat agar tercipta lingkungan pembelajaran, pengembangan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan spiritualitas masyarakat muslim secara cerdas , amanah
profesional, berkualitas dan berorientasi, pada tanggung jawab sosial .
Secara garis besar dapat disebutkan item – item yang melatar belakangi rencana
pembangunan Medan Islamic Centre (MIC) adalah sebagai berikut :
a.Masjid dimana bermulanya dakwah dikembangkan dan disebarkan oleh para ulama ,
tidak lagi secara keseluruhan menampung kegiatan – kegiatan tersebut. Kegiatan – kegiatan
tersebut dipindahkan ke luar Masjid, ke ruang – ruang tertentu, gedung , lembaga – lembaga
sendiri, hingga terbentuklah kompleks – kompleks tersendiri , dengan pemahaman yang
berbeda tentang ajaran agama Islam, menimbulkan kerenggangan solidaritas antar sesama
umat Islam.
b.Timbulnya pemahaman yang berbeda antar ulama dalam penyampaian ajaran
agama, terkadang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
c.Arus informasi dirasakan telah banyak merubah pandangan dan cara hidup
masyarakat muslim, sehingga jauh dari agama. Karena itu pembinaan kehidupan masyarakat
beragama merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat ditawar lagi.
d.Kinerja lembaga – lembaga dakwah Islam yang sudah ada belum dapat memenuhi
melayani masyarakat secara maksimal akan keingintahuan mereka tentang Islam.
e.Penyampaian dakwah yang tidak terlalu menarik minat masyarakat, sehingga perlu
adanya pemikiran / gagasan baru mengenai cara – cara / alternatif penyampaian dakwah,
dalam arti menciptakan paradigma baru dalam penyampaian dakwah, sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam ajaran agama islam terdapat 3 aspek pokok Aqidah (dokrin keimanan), aspek
syariah (hokum atau norma illahi), dan aspek akhlak (moral atau budaya). Ketiga aspek
tersebut melandasi kehidupan muslim untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
Konsepsi islam tentang pembinaan dan pengembangan ibadah dan muamalah adalah
menganut hokum perimbangan antara dunia dan akhirat.
Agama islamdalam sejarah perkembangannya tidak mengutamakan segi peribadatan
saja, tetapi juga mengembangkan nilainilai kebudayaan. Dalam hal ibadah, syariah islam
telah menetapkan hokum-hukum yang bersifat pasti tetapi dalam bidang muamalah
diletakkan garis besarnya.
Umat islam dewasa ini telah mengalami kemerosotan dalam pemahaman agamanya,
yang merupakan salah satu penyabab kemunduran umat. Sebagian mereka memisahkan
antara ibadah dan muamalah sehingga cenderung menekankan urusan dunia dan
meninggalkan akhirat atau sebaliknya meninggalkan urusan dunia sama sekali. Akibat dari
pemahaman sekuler ini, masjid yang semula berfungsi ganda untuk tempat ibadah dan
muamalah berubah fungsi
hanya sebagai tempat ibadah.
Dalam rangka memperbaiki kondisi tersebut, diperlukan suatu bentuk baru sarana
pembinaan, berupa badan atau lembaga keagamaan islam yangsecara intensif memikirkan,
melahirkan gagasan baru yang kemudian disumbangkan dalam kehidupan masyarakat. Sarana
tersebut merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi masjid yang memahami umat
pada saat ini.
Disisi lain gagasan mulai muncul dikalangan masyarakat muslim Indonesia untuk
mendirikan suatu wadah berupa suatu lembaga yang mampu menampung berbagai kegiatan
pengajian, pembinaan dan pengembangan agama serta kebudayaan, yang bersifat non formal.
Lembaga ini berupa pusat kegiatan islam atau disebut Islamic center.
Di dalam Islamic Centre tidak hanya terdapat masjid, tapi juga berbagai fasilitas
penunjang lain untuk kepentingan edukasi, pariwisata, maupun ibadah.
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat
sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat
ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan
perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering
dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada
berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-gd) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d)
ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".
Menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi betapa jayanya
Islam pada kurun abad pertengahan. Masjid telah melalui serangkaian tahun-tahun terpanjang
di sejarah hingga sekarang. Mulai dari Perang Salib sampai Perang Teluk. Selama lebih dari
1000 tahun pula, arsitektur Masjid perlahan-lahan mulai menyesuaikan bangunan masjid
dengan arsitektur modern.
1.1.1 Fungsi Masjid
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, beliau memutuskan untuk membangun
sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid
Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan
yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi
Muhammad saw[1]. Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini
digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk
mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal
sementara oleh orang-orang fakir miskin.
Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun
masyarakat madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat salat, atau tempat
berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah) tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk
memotifisir atau mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian Masyarakat).
Secara konsepsional masjid juga disebut sebagai Rumah Allah (Baitullah) atau
bahkan rumah masyarakat (bait al jami`).
Secara konsepsional dapat dilihat dalam sejarah bahwa masjid pada zaman Rasul
memiliki banyak fungsi :
1. Sebagai tempat menjalankan ibadah salat
2. Sebagai tempat musyawarah (seperti gedung parlemen)
3. Sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan (seperti kantor
pengadilan)
4. Secara tak langsung sebagai tempat pertemuan bisnis
Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan
masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari
Rasul tentang berbagai hal; prinsip-prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat baru,
juga ayat-ayat Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar pemikiran
dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan lima kali sehari sangat efektif
mempertemukan masyarakat dalam membangun kebersamaan.
Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga masjid
tersuci di dunia.
1.1.2 Penyebaran masjid
Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan kaum
Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab. Mesir menjadi daerah pertama yang dikuasai
oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, Ibukota Mesir, Kairo dipenuhi
dengan masjid. Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara.Beberapa masjid di
Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah bahkan sebagai rumah sakit.Masjid di
Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur
bangsa Moor.Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam
kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh
lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid.
Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an. Masjid Raya Xi'an,
yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur Cina. Masjid
di bagian barat Cina seperti di daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur Arab, dimana di masjid
terdapat kubah dan menara. Sedangkan, di timur Cina, seperti di daerah Beijing, mengandung
arsitektur Cina.
Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan Mugal
berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti kubah
yang berbentuk seperti bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama, Delhi.
Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11 Masehi,
dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa masjid awal di
Turki adalah Aya Sofya, dimana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan
sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik arsitektur masjid yang unik,
terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang lapang. Masjid di
Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil
di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam
satu masjid. Sampai saat ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur
Utsmaniyah.
Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa. Perkembangan jumlah
masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak imigran Muslim yang
masuk ke Eropa. Kota-kota besar di Eropa, seperti Munich, London dan Paris memilki masjid
yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya terletak di daerah urban sebagai
pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu,
seseorang dapat menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut
ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.[10] Masjid pertama kali
muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika
Serikat adalah di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an.
Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, terutama
dari Asia Selatan, jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana
jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada
tahun 1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan.
Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana bisnis dan
urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di dalam masjid, dan
hal ini memberikan inspirasi kepada Umar bin khattab untuk membangun fasilitas di dekat
masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna ukhrawinya,
sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih berdimensi duniawi, Umar membuat
ruang khusus di samping masjid. Itulah asal usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik
(hingga sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, berlomba-lomba
untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat makam Imam Husein. Kota
Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.
Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti Safawi di Iran merubah kota Isfahan
menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid
Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota
yang terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga.
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan. Beberapa
masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar
baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai
menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa
masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada
sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran,
mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah
untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa
Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar
Arab, termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru masuk Islam juga
disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika Serikat, dimana perkembangan agama
Islam melaju dengan sangat pesat.[20] Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang
hukum Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tapi
tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
1.1.3 Arsitektur
Bentuk
Bentuk masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya masjid
terkenal yang sering dipakai adalah bentuk masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat
di Anatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun masjid yang megah
dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang
dibantu oleh arsitek Muslim.
Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering dipakai dan
dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang yang
dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat ibadah di dalam.
Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada hari Jum'at. Beberapa
masjid berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran besar, biasanya mempunyai atap
datar diatasnya, dan digunakan untuk penopang tiang-tiang.[1] Contoh masjid yanG
menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan
850 tiang.[33] Beberapa masjid bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang
memberikan keteduhan bagi jamaah di masjid. Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun
pada masa Abbasiyah dan Umayyah, tapi masjid bergaya arab-plan tidak terlalu disenangi.
Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan kubah di tengah
pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian
besar area shalat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di area luar tempat ibadah.Gaya ini
sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar.
Masjid gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil
dari arsitektur Iran pra-Islam.
Menara
Masjid Hassan II di Casablanca, mempunyai menara masjid tertinggi di dunia
Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Menara di masjid biasanya
tinggi dan berada di bagian pojok dari kompleks masjid. Menara masjid tertinggi di dunia
berada di Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko.
Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan hal ini mulai
diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang pembangunan menara dan
menganggap menara tidak penting dalam kompleks masjid. Menara pertama kali dibangun di
Basra pada tahun 665 sewaktu pemerintahan khalifah Bani Umayyah, Muawiyah I.
Muawiyah mendukung pembangunan menara masjid untuk menyaingi menara-menara
lonceng di gereja. Menara bertujuan sebagai tempat muazin mengumandangkan azan.
Kubah
Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu, kubah
diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun kebanyakan
kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di daerah India dan Pakistan memakai
kubah berbentuk bawang.
Tempat ibadah
Tempat ibadah atau ruang shalat, tidak diberikan meja, atau kursi, sehingga memungkinkan
para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada di dalam ruang shalat. Bagian
ruang shalat biasanya diberi kaligrafi dari potongan ayat Al-Qur'an untuk memperlihatkan
keindahan agama Islam serta Al-Qur'an. Ruang shalat mengarah ke arah Ka'bah, sebagai
kiblat umat Islam. Di masjid juga terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat imam
memimpin shalat, sedangkan mimbar adalah tempat khatib menyampaikan khutbah.
Tempat bersuci
Dalam komplek masjid, di dekat ruang shalat, tersedia ruang untuk menyucikan diri,
atau biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil, kamar mandi digunakan sebagai
tempat untuk berwudhu. Sedangkan di masjid tradisional, tempat wudhu biasanya sedikit
terpisah dari bangunan masjid.
Fasilitas lain
Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas seperti klinik,
perpustakaan, dan tempat berolahraga.
1.1.4Aturan dan etika
Masjid sebagai tempat beribadah kaum muslim, merupakan tempat suci. Oleh karena
itu, ada peraturan dan etika yang harus dipenuhi ketika berada di masjid.
Kebersihan
Masjid merupakan tempat yang suci,maka jamaah yang datang ke masjid harus dalam
keadaan yang suci pula. Sebelum masuk masjid, jamaah harus berwudhu di tempat wudhu
yang telah disediakan. Selain itu, jamaah tidak boleh masuk ke masjid dengan menggunakan
sepatu atau sandal yang tidak bersih. Jamaah sebisa mungkin harus dalam keadaan rapi,
bersih dan tidak dalam keadaan junub. Seorang jamaah dianjurkan untuk bersiwak sebelum
masuk ke masjid, untuk menghindari bau mulut.
Pakaian
Agama Islam menganjurkan untuk berpakaian rapi, sopan, dan bersih dalam
beribadah. Jamaah laki-laki dianjurkan memakai baju yang longgar dan bersih. Jamaah
perempuan diharuskan memakai jubah yang longgar atau memakai hijab. Baik jamaah lakilaki maupun perempuan tidak boleh memakai pakaian yang memperlihatkan aurat.
Kebanyakan umat Islam memakai baju khas Timur Tengah seperti jubah atau hijab.
Konsentrasi
Masjid sebagai tempat untuk beribadah tidak boleh diganggu ketenangannya.
Pembicaraan dengan suara yang keras disekitar masjid yang dapat mengganggu jamaah di
masjid dilarang. Selain itu, orang tidak boleh berjalan di depan jamaah yang sedang
sholat.Para jamaah juga dianjurkan untuk memakai pakaian yang tidak bertulisan maupun
berwarna supaya menjaga kekhusyuan shalat.
Pemisahan gender
Pemisahan antara lelaki dan perempuan di masjid sangat penting, agar tidak
menimbulkan syahwat. Posisi jamaah wanita di masjid adalah dibelakang jamaah pria. Nabi
Muhammad saw dalam hadisnya: "Tempat ibadah terbaik bagi perempuan adalah di rumah".
Bahkan khalifah Umar bin Khattab melarang wanita untuk shalat di masjid.Pada beberapa
masjid di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jamaah perempuan dipisahkan dengan sebuah
hijab atau dibedakan lantainya. Sedangkan di Masjidil Haram, jamaah perempuan dan anakanak diberi tempat khusus untuk beribadah.
1.2.MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari perencanaan dan pembangunan Medan Islamic Centre ini adalah untuk
menambah fasilitas peribadatan umat Islam di Sumatera Utara, khususnya Medan, dengan
keunikan dan kelengkapannya maka masjid ini diharapkan juga dapat menjadi salah satu
tujuan wisata karena kemegahan dan keterbukaannya pada perbedaan.
Tujuan dari perencanaan dan pembangunan proyek ini selain untuk tempat beribadah
yang sesuai tuntunan Al – Quran dan Al – Hadist, adalah untuk menambah tempat tujuan
wisata rohani bagi masyarakat lokal, wisatawan baik internasional maupun domestik.
1.3.MASALAH PERANCANGAN
Rumusan permasalahan yang timbul untuk tema dan kasus dalam perancangan
proyek ini adalah :
• Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan yang
sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang hendak dicapai
demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.
• Bagaimana menciptakan suatu image baru pada bangunan sehingga tujuan
yang ingin dicapai pun terpenuhi.
• Bagaimana memilih lokasi yang sesuai dengan kebutuhan, dengan adanya
fasilitas- fasilitas yang mendukung terciptanya lingkungan dan bangunan
tersebut.
• Bagaimana menentukan jenis – jenis kegiatan yang akan berlangsung dan
mewujudkannya dalam rancangan.
• Bagaimana menentukan kebutuhan akan program ruang untuk diwujudkan
kedalam sebuah proses perancangan.
• Bagaimana menerapkan konsep perancangan yang ada yang didasarkan dari
studi yang telah dilakukan kedalam sebuah proses perancangan.
1.4.PENDEKATAN
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan konsep dan
perencanaan selama proses perancangan berlangsung adalah :
• Studi pustaka dan studi banding terkait dengan proyek dan tema sejenis
dengan melakukan pendekatan perancangan dengan melihat keadaan yang
sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet,dan sebagainya.
• Studi lokasi dan data dengan instansi terkait dan masyarakat, untuk lebih
memahami tentang karakteristik, potensi, lokasi, permasalahan dan hal lain
yang bermanfaat bagi proyek penyusunan tugas akhir ini.
1.5 LINGKUP PEMBAHASAN
-
-
-
Perancangan masjid yang edukatif dan rekreatif.
Perancangan masjid yang menunjang program pariwisata Sumatera Utara.
Secara arsitektur, pembahasan dibatasi pada masalah seputar Arsitektur Islam,
serta langgam arsitektur lain yang pada perkembangannya kemudian akan ikut
berakulturasi.
Masalah kajian / penelitian dan pendidikan baik itu formal atau informal
merupakan pokok pembahasan yang menjadi dasar pada masalah yang ada
selanjutnya.
Aspek – aspek sosial dan keagamaan yang ikut mempengaruhi keputusan akhir
dalam perancangan.
Aspek sejarah yang berkaitan dengan Islam.
Masalah sosial dan keagamaan yang berkaitan dengan arsitektur dan bangunan.
1.6 KERANGKA BERPIKIR
Latar Belakang
Kasus Proyek
Batasan Masalah
Medan Islamic Centre
Maksud dan
Tujuan
Latar Belakang Kasus
Proyek
Pendekatan
Masalah
Analisa Perancangan :
- Analisa site
- Analisa Kegiatan
- Analisa Ruang
- Analisa bentuk dan langgam
bangunan
Konsep
Perancangan
Alternatif
Konsep
Desain Akhir
Medan Islamic Centre
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN
Bab I
PENDAHULUAN
Keterangan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, masalah
perancangan, pendekatan masalah dan metodenya , ruang lingkup
pembahasan, asumsi – asumsi perancangan, kerangka berpikir dan sistematika
laporan.
Bab II
TINJAUAN PROYEK
Pembahasan pada bab ini difokuskan pada tinjauan umum, defenisi secara
umum yang berkaitan dengan kasus proyek dan tinjauan khusus yang
menerangkan secara mendetail tentang kasus proyek. Serta uraian mengenai
kasus proyek, tinjauan site, serta keterangan lainnya yang berhubungan dengan
konteks proyek.
Bab III
ELABORASI TEMA
Berisikan uraian tema, latar belakang tema, serta hubungan tema dengan kasus
proyek
Bab IV
ANALISIS
Berisikan analisis – analisis perancangan yang merupakan analisis site,
analisis kegiatan, analisis ruang dan analisis bentuk / arsitektur bangunan.
Bab V
KONSEP PERANCANGAN
Berisikan konsep dasar,, rencana tapak ( permintakatan, tata letak , gubahan
massa, pencapaian, hirearki ruang, sirkulasi, parkir, utilitas, tata hijau), dan
bangunan ( bentuk, fungsi, sirkulasi, struktur dan konstruksi, bahan, desain
interior, utilitas, pencegahan bahaya kebakaran, pentahapan pembangunan,
penyelesaian ruang luar / lansekap)
Bab VI
KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan akan diuraikan pada bab ii yang merupakan awal dari
proses pengerjaan gambar pra rancangan dari kasus proyek.
Bab VII
HASIL RANCANGAN
Berisikan foto – foto gambar serta maket hasil rancangan.
Download