Tim riset Sutherland menemukan bahwa epinefrin merangsang penguraiyan glokogen dengan suatu cara yang mengaktivasi sejenis enzim di sitosol, glikogen fosforilase. Akan tetapi, ketika epinefrin di tambah ke dalam campuran pada tabung reaksi yang berisi enzim dan substratnya, yaitu glikogen maka penguraiyan tidak terjadi. Epinefrin dapat mengaktivasi glikogen fosforilase hanya jika hormon itu di tambahkan ke dalam larutan yang mengandung sel utuh. Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa peroses yang berlangsung di ujung penerima pada percakapan selular dapat dibagi menjadi tiga tahap: penerimaan, trasduksi, dan respons (gambar 1.4) 1. Penerimaan (reception). Penerimaan adalah ketika wsel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang terletak di permukaan sel atau di dalam sel. 2. Transduksi (transduction). Pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor dengan suatu cara, sehingga menginisiasi proses transduksi. Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat menyebabkan respons seluler spesifik. Dalam system Sutherland, pengikatan epinefrin ke protein reseptor pada menbran plasma sel hati menyebabkan aktivasi glikogen fosforilase. Transduksi terkadang terjadi dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam serangkaiyan molekul yang berbeda jalur transduksi sinyal. Molekul-molekul ini sering kali di sebut molekul relai (relay molecule) 3. Respons (response). Pada tahap ke tiga pensinyalan sel, sinyal yang transduksikan akhirnya memicu respons seluler spesifik. Respons ini mungkin merupakan aktivitas seluler apapun yang bisa dibayangkan, misalnya katalisis oleh suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase), penyusunan ulang sitoskeleton atau aktifasi gen spesifik dalam nucleus. Proses pensinyalan sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas kerusial seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan dalam kordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada organisme tersebut. Sekarang kita akan mendalami mekanisme pensinyalan sel secara lebih rinci. (gambar1.4)Gambaran umum pensinyalan sel. Dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dapat dibagi menjadi 3 tahap: penerimaan sinyal, transduksi sinyal, dan respons selular. Saat penerimaan terjadi di membrane plasma, seperti yang ditunjukan disini, tahap transduksi biasanya merupakan jalur yang terdiri dari beberapa langkah, dari setiap molekul relay dalam jalur yang menyebabkan perubahan pada molekul berikutnya. Molekul terakhir dalam jalur tersebut memicu respons sel. Konsep 1.2 penerimaan: molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor, menyebabkan protein itu berubah bentuk Pengikatan antara sinyal (ligan) reseptor amatlah spesifik. Prubahan bentuk reseptor seringkali merupakan transduksi awal dari sinyal. Reseptor dalam membran plasma Sebagaian besar molekul sinyal larut air berikatan dengan situs sepesifik pada protein reseptor yang tertanam dalam membran plasma sel. Reseptor semacam ini mentrasmisikan informasi dari lingkungan ekstraselular ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk. Kita dapat melihat bagaimana reseptor membran bekerja dengan cara mengamati tiga tipe utama reseptor membran: reseptor saluran ion, reseptor tirosin kinase, dan reseptor terkopel protein G. Reseptor intraselular Perotein reseptor intraselular terletak pada setoplasma atau pada nucleus sel target. untuk mencapai reseptor semacam ini, pembawa pesan kimiawi menembus membrane plasma sel target. sejumlah molekul sinyal penting bisa melakukan hal ini karna cukup hidrofobik atau cukup kecil untuk melintasi interior fosfolipid pada membran. Pembawa pesan kimiawi hidropobid semacam ini termaksud hormon esteroid dan hormon tiroid pada hewan.suati molekul sinyal kimiawi lain dengan reseptor intrasalular adalah nitrad oksida (NO), sejenis gas. Molekul NO yang sangat kecil dengan mudah lewat di antara fosfolipid membrane Perilaku tertosteron memwakili hormone teroid. Hormone yang di seresikan oleh sel testis ini mengalir kedalam darah dan memasuki sel-sel keseluruh tubuh. Di dalam sitoplasma sel targer(satu-satunya yang mengandung molekul reseptor testosteron), hormone tersebut berikatan dengan dan mengaktivasi protein prosepton. Dengan hormon yang melekat padanya, bentik aktif protein reseptor kemudian mengontrol karakteristik jenis kelamin jantan. a. Reseptor saluran ion Saluran ion bergebang ligan(ligand gated ion chanel) adalah suatu tipe reseptor rmbran yang memiliki wilayah yang dapat bertindak sebagai’ gerbang’ saat reseptor berubah bentuk. Ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor sebagai ligan, gerbang akan membuka atau menutup, sehingga memungkinkan atau menghalangi aliran ion sepesifik, misalnya Na+ atau Ca2+, melalui saluran di atas reseptor tersebut. Protein ini mengikat ligan pada situs sepesifik di sisi ekstraselularnya….. saluran ion bergerbang ligan sangat penting dalam system syaraf. Misalnya, molekul neurotramsmiter yang dilepaskan sinapsis antara dua sel syara….. berikatan dengan saluran ion pada sel penerima sebagai ligan, memyababkan saluran membuka. Ion mengalir masuk(atau, pada beberapa kasus atau keluar), memicu sinyal listerik yang menyelusuri sinyal penerima. Beberapa saluran ion bergerbang di control oleh sinyal listerik, bukan ligan:saluran ion bergerbang volttase ini juga bersifat kerusial bagi fungsi system syaraf. b. Reseptor tirosin kinase Reseptor ini tergolong ke dalam kelas utama reseptor membran pelasma yang dicirikan karna memiliki aktifitas enzimatik. Kinase adalah enzim yang mengkatalisis transfer gugus fosfat. Bagian protein reseptor yang menjulur ke dalam sitoplasma berfungsi sebagai tirosin kinase, enzim yang mengkatalisis transfer gugus fosfat dari ATP ke asam amino tirosim paada perotein substrad. Dengan demikian, reseptor kinosin merupakan reseptor memberan yang meletakan fosfat ke tirosin. Satu kompleks tirosin kinase mungkin mengaktifase sepuluh atau lebih jalur transduksi dan reseptor selular yang berbeda. Seringkali lebih dari satu jalur teransduksi sinyal dapat dipicu secara bersamaan, membantu regulasi sel dan mengordinasikan banyak aspek pertumbuhan sel dan reproduksi sel. Kemampuan dari satu peristiwa pengikatan-ligan tungal untuk memicu sedemikian banyak jalur merupakan perbedaan kunci antara reseptor tirosin kinase dan reseptor terkopel protein G. Reseptor tirosin kinase abnormal yang berfungsi bahkan pada saat tidak ada molekul sinyal mungkin berkontribusi dalan bewrkembangan beberapa jenis kangker. 1.banyak reseptor tirosin kinase memiliki seteruktur yang digambarkan secara sekematis. Sebelum berikatan dengan molekul sinyal, reseptor-reseptor terdapat sebagai polopeptida individual. Perhatikan pada setiap reseptor memiliki situs pengikatan-ligan ekstraselular (di sebelah luar sel), suatu heliks cx yang membentangi membrane, dan ekor entaselular(di sebelah dalam sel), yang mengandung banyak terosin. 2. pengaktifan molekul sinyal (misalnya factor pertumbuhan) menyebabkan dua polipeta reseptor berasiolisasi secara dekat satu sama lain membentuk dimer (dimerisasi) 3. dimerisasi mengaktifkan wilayah tirosin kinase pada masing-masing polipeptida; setiap tirosin kinase menambahkan suatu fosfat dari molewkul ATP ke tirosin pada ekor polipebtida yang satu lagi. 4.sekarang setelah protein reseptor teraktifasi sepenuhnya, protein tersebut dikenali oleh protein relay spesifik di dalam sel. Setiap protein seprti ini berkaitan dengan tirosin terfosforlasi yang spesifik, dan sebagai akibatnya mengalami perubahan seteruktur yang mengaktifasi protein yang terkait. Setiap protein yang teraktifasi memicu suatu jalur transduksi, yang berujung pada respons selular. c. Reseptor terkopel protein G Reseptor terkopel protein G (G protein couple receptor) adalah reseptor membran plasma yang bekerja dengan bantuan protein G, protein yang mengikat molekul GTP yang kaya energi. Banyakmolekul sinyal yang berbeda, termaksud factor perkawinan khamir, epinefrin dan banyak hormone lain, serta neuro transmitter, mengunakan reseptor terkopel protein G. reseptor ini berfariasi dalam hal situs pengikatan untuk molekul sinyalnya (disebut juga ligannya) maupun untuk protein G yang berbeda di dalam sel. Bagaimana pun juga, seteruktur semua protein reseptor terkopel protein G sangat serupa. Masinng-masing memiliki tujuh heliks cx yang membentengi membran. System reseptor protein G sangat tersebar luas dan memiliki beraneka ragam fungsi,termaksud peranan dalam perkembangan emberio dan penerimaan indrawi, pada manusia misalnya, pengelihatan dan penciuman bau bergantung pada perotein semacam ini. Kemiripan seteruktur antara perotein G dan reseptor terkopel protein G pada organisme-organisme yang beranekaragam menyiratkan bahwa protein G dan resewptor-reseptor terkait berevolusi sejak sangat awal. System protein G terlibat dalam banyak penyakit manusia, termaksut infeksi bakteri. Contohnya, bakteri penyebab kolera,pertusis (batuk rejan), dan botulisme, menyebakan manusia sakit dengan cara menghasilkan toksin yang mengacaukan fungsi protein G. ahli farmakolagi kinni menyadari bahwa hingga 60% obat-obatan yang digunakan saat ini memberikan efek dengan cara memengaruhi jalur-jalur protein G. Konsep 1.3 Transduksi: kaskade interaksi molekular merelay sinyal dari reseptor ke molekul target dalam sel Ketika reseptor untuk molekul sinyal merupakan protein membran plasma, seperti yang sebagian besar telah kita diskussikan, tahap transduksi dalam pensinyalan sel biasanya merupakan jalur multilangkah. Langkah-langkah itu sering mencangkup aktivasi perotein oleh penambahan atau penghilangan gugus fosfat, atau pelepasan molekul kecil atau ion lain yang bekerja sebagai pembawa pesan. Salah satu keuntungan jalur multilangkan adalah kemungkinanya bisa mengamplifikasi sinyal dengan kuat Jalur transduksi sinnyal Pengikatan molekul sinyal sepesifik ke respon pada membrane plasma memicu langkah pertama dalam rantai interaksi molecular- jalur transduksi sinyal yang mengarah kerespon tertendu di dalam sel. Seperti kartu domino yang berjatuhan, reseptor yang diaktivasi oleh sinyal akan mengaktifasi molekul lain, yang kemudian mengaktivasi molekul lain lagi, dan seterusnya, sampai protein yang menghasilkan respons selular akhir diaktivasi. Molekul yang merelai sinyal dari reseptor ke respons, yang kita sebut sebagai molekulrelai, seringkali berupa protein. Fosforilasi dan defosforilasi protein Banyak molekul relai dalam jalur transduksi sinyal dalam jalur transduksi sinyal merupakan protein kinase, dan seringkali bekerja pada protein kinase lainnya didalam jalur tersebut. Menggambarkan suatu ja;lur hipotesis yang mengandung tiga protein kinase berbeda yang menyusun suatu “kaskade fosforilase”. Sinyal itu ditransmisi oleh kaskade fosforilasi protein, yang masing-masing menyebbabkan berubah bentuk. Setiap perubahan bentuk ini dihasilkan dari interaksi antara gugus fosfat yang baru ditambahkan dengan asam amino yang bermuatan atau polar. Penambahan gugus fosfat seringkali merubah protein dari bentuk inaktif (tidak aktif) menjadi bentuk aktif (walaupun pada kasus yang lain fosforilasi menurunkan aktifitas protein). Nilaipenting protein kinase tidaklah dilebih-lebihkan sekitar 2% dari gen kita diduga menggodekan protein kinase. Satu sel tunggal biasa memiliki ratusan jenis protein kinase yang berbeda, masing-masing bersifat spesifik untuk protein substar yang berbeda. Protein yang sama pentingnya dalam kaskade fosforilasi adalah protein fosfatase (protein phosphatase), enzim yang dapat secara cepat menyingkirkan gugus wfosfat dari protein, suatu proses yang disebut defosforilasi. Dengan demikian, desfosforilasi menginaktifasi protein kinase, fosfatase menyediakan mekanisme untuk memadamkan jalur transduksi sinyal ketika sinyal awal tidak lagi ada. Molekul kecil dan ion sebagai pembawa pesan kedua. Banyak jalur pensinalan juga melibatkan molekul larut air nonprotein atau ion yang disebut pembawa pessan kedua (skon masseger). (molekul sinyal ekstrasesular yang berkaitan dengan reseptor membrane merupakan “pembawa pesan pertama” pada jalur tersebut). Karena berukuran kecila dan larut dalam air, pembawea pesan kedua dapat menyebar denga cepat keseluruh bagian sel melalui difusi. Misalnya, pembawa pesan kedua yang bernama AMP sikliklah yang mengangkut sinyal yang diinisiasi oleh empoinefrin dari membrane plasma sel hati atau sel otot ke intrior sel, tempat sinyal tersebut menyebabkan penguraian glikogen. Pembawa pesan kedua berpartisipasi dalam jalur-jalur yang diinisiasi oleh resptor kerkoprl protein G maupun repseptor tirosin kinase. Dua pembawa pesan kedua yang paling sering digunakan adalah AMP siklik dan ion kalsium, Ca 2+. a. AMP Siklik Sutherland menemukan bahwa pengikatan epinefrin ke membran plasma sel hati meningkatkan konsentrasi dalam sitosol suatu senyawa yang disebut Adenosin Monofosfat siklik disingkat AMP Siklik atau cAMP sejenis enzim yang tertanam dalam membrane plasma, adenilin siklase (adnylyn cslase), mengubah ATP menjadi cAMP sebagai respons terhadap suatu sinyal ekstraselular dalam contoh ini, epinefrin. Namun epinefrin tidak menrangsang adenilin siklasew secara langsung. Dengan cara ini ketika epinefrin diluar selberikatan dengan protein reseptor spesifik tersebut mengaktifasi adenilin siklase, yang kemudian bisa mengkatalisis sintesis banyak molekul cAMP. Dengan cara ini konswentrasi normal cAMP dalam sel didorong menjadi 20 kali lipat dalam hitungan detik. Riset berikutnya mengungkapkan bahwa efinefrin hanyalah satu diantara banyak hormone dan melokul sinyal lain yang memicu pembentukan cAMP. Juga terungkap komponenkomponen lain pada jalur cAMP termasuk protein G, reseptor terkopel protein G dan protei kinase…. Efek segara cAMP biasanya berupa aktifasi serin, trionin kinase yang disebut protein kinase A. kinase yang teraktifasi kemudian memfosforilasi berbagai protein lain, bergantung pada tipe sel. Setelah kita mengetahui peran cAMP dalam jalur pensinyalan protein G, contohnya kolera, penyakit yang seringkali menjadi epidemic didaerah-daerah dengan suplay air yang tercemar oleh kasus manusia. Manusia terinfeksi bakteri kolera, vibrio cholirae, karna meminum air yang tercemar. Bakteri tersebut mengkolonisasi lapisan usus halus dan menghasilkan toksin. Toksin kolera meerupakan enzim yang secara kimiawi memodifikasi protein G yang terlibat dalam regulasi sekresi garam dan air. Karna protein G yang termodifikasi tidak mampu menghidronisis GTP menjadi GDP, GTP terus berada dalam bentuk aktifnya, dan tanpa henti b. merangsang adenilil siklase untuk membuat Camp, konsentari cAMP yang tinggi menyebabkan swell-sel usus menyekresikan banyak sekali garam, diikuti air melalui osmosis, ke dalam usus. Orang yang terinfeksi akan segera mengalami diare parah, dan jika tidak di tangani, dapat swegera meninggal karna kehilangann air dan garam. Pada salah satu jalur, GMP siklik atau cMGP bekerja sebagai molekul sinyal yang efeknya antara lain merelaksasi sel otot polos di dinnding arteri. Senyawa yang menghambat hidrolisis Cgmp menjadi GMP, sehingga memperlama sinnyal, awalnya di resepkan untuk nyeri dada karna meningkatkan aliran darah ke otot jantung. Dengan merk dagang Viagra,, senyawa ini kini secara luas digunakan sebagai pengobatan disfunngsi ereksi pada laki-laki. Karna menyebabkan pelebaran pembuluh darah, Viagra juga meningkatkan aliran darah ke penis, sehingga mengoktimalkan kondisi fisikoologis untuk reaksi penis. Ion kalsium dan inositol trisfosfat (IP 3) Banyak molekul sinyal pada hewan, termaksud neurotransmeter, factor pertumbuhan, dan beberapa hormon, menginduksi respons dalam sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang mengikatkan konsentrasi ion kalsium (Ca2+) dalam sitosol. Kalsium bahkan lebih banyak digunakan sebagai pembawa pesan kedua dari pada cAMP. Peningkatan konsentrasi pada Ca2+ dalam sitosol menyebabkan respons pada sel hewan, termaksut konsentrasi sel otot, sekresi zatzat tertentu, dan pembelahan sel. Walawpun sel sel mengandunng sejumlah Ca2+ , ion ini berfungsi sebagai pesan kedua karna konsentrasinya dalam sitosol secara normal jauh lebih rendah konsentrasinya di luar sel… faktanya, kadar Ca2+ dalam darah ekstraselular hewan seringkali melebihi kadarnya didalam sitosol sebanyak 10.000 kali lipat. Ion kalsum di transfer secara aktif ke luar sel dan di impor secara aktif dari sitosil ke dalam reticulum endoplasma(dan, di bawah beberapa kondisi, ke dalam mito kondria dan kloroplas) oleh beberapa pompa protein.., Akibatnya konsentrasi dalam RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasinya dalam sitosol. Jalur-jalur yang mengarah kepelepasan kalsum masih melibatkan pembawa pesan kedua yang lain inositol trisfosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG). Kedua pesan ini di hasilkan pembelahan posfolifid jenis tertentu pada mwembran pelasma. KONSEP 1.4 Respons: Pensinyalan sel menyebabkan regulasi transkripsi atau aktivitas sitoplasma A. Respons di nukleus dan sitoplasma Pada akhirnya, jalur transduksi sinyal mengarah ke regulasi satu atau lebih aktivitas seluler. Respons diujung jalur mungkin terjadi di nucleus sel atau sitoplasma. banyak jalur pensinyalan berujung pada regulasi sintesis protein, biasanya dengan menyalakan atau memadamkan gwen sepesifik dalam nucleus.. molekul teriaktifasi paling akhir dalam jalur pensinyalan mungkin berfungsi sebaga factor transkripsi,,. Suatu factor transkripsi seringkali meregulasi beberapa gen yang berbeda. Terkadang suatu jalur pensinyalan mungkin meregulasi aktivitas protein , bukan sintesis protein, sehingga memengaruhi secara langsung perotein yang berfungsi di luar nucleus. Misalnya, suatu sinyal mungkin menyebabkan pembukaan atau penutupan saluran ion dalam membran plasma atau perubahan metabolisme sel,.. respon sel hati terhadap pensinyalan oleh hormone epinefrin membantu meregulasi metabolism energy selular dengan cara memengaruhi aktivitas sesuatu enzim. Selain regulasi enzim, peristiwa pensinyalan juga mungkin memengaruhi selular lain, misalnya bentuk sel secara keseluruhan. Contoh regulasi ini dapat ditemukan pada aktivitas yang mengarah pada perkawinan sel khamir… sel khomir tidaklah motil; proses perkawinanya bergantunng pada pertumbuhan penjuluran lokal pada salah satu sel kea rah sel dari tipe perkawinan yang berbeda. B. Penjaman (fine-tuning) respons Respons sel memiliki dua mamfaat penting: jalur itu mengamplifikasi sinyal (dan responsnya juga) serta menyediakan titik-titik yang berbeda, tempat respons sel dapat di regulasi. Ini memungkinkan kordinasi jalur pensinyalan dan juga berkontribusi dalam kespisikan respons. Efisiensi keseluruhan respons juga dapat di tingkatkan oleh protein perencah. Terakhir, titik krusial penajaman respons adalah pemutusan sinyal. a. Amplifikasi sinyal Kaskade enzimyang rumit mengamplifikasi respons sel terhadap suatu sinyal. Pada sewtiap langkah katalitik dalam kasakade ini, jumlah produk yang teraktivasi jauh lebih besar pada tahap sebelumya. Misalnya,…setiap molekul adenilil siklase mengkatalisis pembentukan banyak molekul cAMP, setiap protein kinase A memfosforilasi banyak molekul kinase berikutnya dalam jalur, dan seterusnya.efek amplifikasi, sejumlah kecil molekul epinefrin yang berkaitan dengan reseptor pada permukaan sel hati atau sel otot dapat menyebabkan pelepasan ratusan juta molekul glukosa dari glikogen. b. Kespesifikan pensinyalan sel dan kordinasi respons Ambilah contoh dua sel yang berbeda dalam tibuh anda sel hatidan sel otot jantung. Keduanya bersentuhan dengan aliran darah sehingga terpapar terus menerus ke banyak molekul hormone yang berbeda , dan regulator lokal yang di sekresikan oleh sel-sel didekatnya. Akan tetapi sel hati hanya akan merespons beberapa jenis sinyal dan mengabaikan sinyal yang lain; demikian pula pada sel jantung(ini disebabkan karna jenis sel yang berbeda menyalakan kumpulan gen yang berbada.) dengan demikian, dua sel yang merespons secara berbeda terhadap sinyal yang sama memiliki perbedaan satu atau lebih perotein yang menangani dan merespons sinyal tersebut.. c. Efesiensi pensinyalan: protein perancah dan kompleks pensinyalan Riset terbaru menyiratkan bahwa efisiensi sinyal pada kasus dapat di tingkatkan oleh keberadaan protein perancah (scaffolding protein), peroteinn relai besar yang di lekati oleh beberapa protein relai lain secara bersamaan. Misalnya, satu protein perancah yang di isolasi dari sel otak mencit memegang tiga protein kinase dan membawa kinase-kinase ini bersamanya ketika protein perancah itu berikatan dengan reseptor membran traktivasi yang sesuai: dengan demikian, protein perancah memfasilitasi satu kaskade fosforilasi sepesifik.,. faktanya para peneliti menemukan protein perancah dalam sel otak yang secara permanen memegang bersama jejaring-jejaring protein jalur pensinyalan pada sinapsis. ‘hardwiring’ ini meningkatkan kecepatan dan akurasi transfer sinyal antar sel, karna laju interaksi antarprotein tidak dibatasi oleh difusi. Nilai penting protein relai yang berperan sebagai titik percabangan atau persilangan dalam jalur-jalur pensinyalan di tunjukan oleh masalah-masalah perotein-protein ini cacat atau hilang. Misalnya, pada kasus kelainan turunan yang di sebut sindrom Wiskot Aldrich (WAS), ketiadaan suatu perotein relaitunggal menyebabkan berbagai macam akibat seperti pedarahan abnormal, eksim, serta kerentana terhadap infeksi dan leukemia. Gejalaa-gejala ini dulunya di duga timbul terutama akibat ketiadaan protein tersebut dalam sel system kekebalan tubuh. Dengan demikian, perotein relai multifungsi ini mewrupakan titik percabangan dan titik persilangan penting dalam jejaring transduksi sinyal rumit yang mengontrol prilaku sel kekebalan. Ketika protein WAS tidak ada, sitoskeleton tidak terorganisasi dengan benar dan jalur-jalur pensinyalan pun terganggu, wsehingga menyebabkan gejala-gejala WAS. d. Pemutusan sinyal Agar sel dari suatu organisme multi selular tetap waspada dan mampu merespons sinyalsinyal yang datang, setiap perubahan molecular dalam jalur pensinyalannya harus berlangsung hanya dalam waktu singkat. Seperti yang kita lihat pada contoh kolera, jika satu komponen jalur pensinyalan terkunci dalam suatu kondisi, baik itu aktif maupun iakatif, organisme dapat merasakan akibat yang sangat gawat. Dangan demikian, kunci kemampuan sel untuk bisa terus menerus unntuk menerima regulasi oleh sinyal adalah perubahann yang disebabkan oleh sinyal itu harus bersifat bolakbalik; semakin rendah konsentrasi molekul sinyal, semakin sedikit pula yang akan terikat dalam suatu saat. Ketika molekul sinyal meninggalkan reseptor, reseptor kembali ke bentuk inaktif. Melalui cara yang berfariasi, molekul relai kemudian kembali ke bentuk inakatif; aktifitas GTPase yang merupakann bagian interistik datri perotein G akan menghidrolisis GTP yang terikat enzim fosfodiesterase mengubah cAMP menjadi AMP, KONSEP 1.5 Apoptosis (kematian sel terperogram) mengintegrasikan banyak jalur pensinyalan sel Sel-sel yang terinfeksi atau rusak atau yang sekedar yang mencapai akhir masa hidup funngsionalnya seringkali memasuki program bunuh diri sel terkontrol. Yang disebut apoptosis (dari kata yunaniberarti ‘jatuh’ dan digunakan dalam puisi yunanni klasik yang mengacu pada daun-daun yang berguguran dari pohon). Selama peruses ini, agen-agen selular memotongmotong DNA serta memecah organel dan komponen sitoplasma lainya. Sel menyusut dan menjadi berlobus-lobus (belebing), sewdangkan bagian-bagian sel dikemas dalam vesikelvesikel yang ditelan dan di cerna oleh sel pembulng terspesialisasi, sehingga tiada jejak yang terringgal. A. Apoptosis pada cacing tanah caenorhabditis elegans Perkembangan embrio adalah periode saat apoptosis terjadi di sana sini dan memainkan peran yang sangat penting. Mekanis molekular yang mendasari apoptosis dipecahkan secara rinci oleh para peneliti yang mempelajari perkembangan embrio padacacing tanah keccil, seekor nametoda yang disebut caenorhabditis elegans. Karna cacing dewasa hanya memiliki sekitar seribu sel. Bunuh diri sel secara tepat waktu terjadi tepat 131 selama perkembangan normal C. elegan, pada titik-titk yang tepat sama dalam garis keturunan sel setiap cacing. Pada cacing dan pada sepesies lain, apoptosis di picu oleh sinyal yang mangaktifasi satu kaskade protein ‘bunuh diri‘ dalam sel yang di takdirkan untuk mati Riset ginetik terhadap c. elegans mengungkapkan dua gen kunnci apoptosis, disebut ced3 dan ced-4 (ced singkatan dari’cell death’), yang mengodekan protein-protein yang esensial untuk apoptosis (protein yang dihasilkkan disebut ced-3 dan ced-4.) kedua protein ini dan sebagian besar perotein lain terlibat dalam apoptosis,terus menerus ada dalam sel, namun dalam bentuk inakatif. B. Jalur apoptosis dan sinnyal yang memicunya Pada manusia dan mamalia lain, beberapa jalur berbeda, yang melibatkan sekitar 15 kaspase berbeda, dapat melaksanakan apoptosis. Salah satu jalur utama melibatkan protein mitokondria.protein-protein apoptosis dapat membentuk pori-pori molecular di membrane di luar mitokondria, menyebabkan membrane tersebut bocor dan melepaskan protein yang mendorong apoptosis. Yang mengejutkan, salah satunya adalah sitokrom c, yang berfungsi dalam transport electron mitokonndria pada sel sehat ,, namunbertindak factor kematian sel saat dilepaskan dari mitokondria. Peruses apoptosis mitokonderia pada mamalia menggunakan perotein-protein yang mirip dengan potein nematoda ced-3, ced-4 dan ced-9. Pada titik-titik kunci dalam program apoptosis, protein mengintegrasi sinyal-sinyal dari beberapa sumber yang berbeda dan dapat mengirim suatu sel menuruni jalur apoptosis. Bunuh diri sel bersifat esesial bagi perkembangan dan pemeliharaan tubuh pada swemua hewan, kemiripan antara gen-gen apoptosis pada nematoda dan mamalia,dan hasil pengamatan bahwa apoptosis terjadi pada fungsi pada multi selular dan bahkan khamir bersel tunggal, mengidenfikasikan bahwa mekanisme dasar ini telah berevolusi sejak awal dalam evolusi hewan. Pada vertebrata, apoptesis bersifat esensial bagi perkembangan normal system syaraf, bagi kerja normal system kekebalan, serta bagi morfogenesis normal tangan dan kaki pada manusia dan mamalia lain (gambar). Kadar apoptosis yang rendah pada tungkai yang sedang berkembang menyebabkan terbentuknya kaki berselaput pada bebek dan burung lainya Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini digunakan untuk mentranspor proton melewati membran dalam mitokondria . Proses ini disebut k e m i o s m o s i s . Transpor ini menghasilkan energi potensial dalam bentuk gradien pH dan potensial listrik di sepanjang membran ini. Energi yang tersimpan dalam bentuk ini dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik melewati membran melalui enzim yang disebut ATP sintase . Enzim ini menggunakan energi seperti ini untuk menghasilkan ATP dari adenosina difosfat (ADP) melalui reaksi fosforilasi . Reaksi ini didorong oleh aliran proton, yang mendorong rotasi salah satu bagian enzim. Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme , ia menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida . Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas , merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan . Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim. ATP adalah proses endergonik , yakni memerlukan energi. Baik rantai transpor elektron dan ATP sintase terdapat pada membran, dan energi ditransfer dari rantai transpor elektron ke ATP sintase melalui pergerakan proton melewati membran ini. Proses ini disebut sebagai k e m i o s m o s i s . [1] ATP sintase melepaskan energi yang tersimpan ini dengan melengkapi sirkuit dan mengijinkan proton mengalir balik ke sisi negatif membran. [3] Enzim ini seperti motor listrik , yang menggunakan gaya gerak proton untuk mendorong rotasi strukturnya dan menggunakan pergerakan ini untuk mensintesis ATP. Energi yang dilepaskan oleh fosforilasi oksidatif ini cukup tinggi dibandingkan dengan energi yang dilepaskan oleh fermentasi anaerobik . Glikolisis hanya menghasilkan 2 molekul ATP, sedangkan pada fosforilasi oksidatif 10 molekul NADH dengan 2 molekul suksinat yang dibentuk dari konversi satu molekul glukosa menjadi karbon dioksida dan air, dihasilkan 30 sampai dengan 36 molekul ATP. [4] Rendemen ATP ini sebenarnya merupakan nilai teoritis maksimum; pada prakteknya, ATP yang dihasilkan lebih rendah dari nilai tersebut. Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini menggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron ditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang larut dalam air. [6] Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan reduksi dan oksidasi atom besi yang terikat pada protein TAHAP-TAHAP PENSINYALAN 1. Reception: Di tahap reception, Ligan (sinyal molekul) masuk ke bagian receptor. Supaya receptor itu terbuka 2. Transduction: Di tahap transduction ini apa yang ini disampaikan diproses supaya bisa dibaca di tahap selanjutnya 3. Response: Di tahap response, yaitu tahap yang paling terakhir yang disampaikan sudah diproses, hanya tinggal di respon Untuk lebih jelas mari kita lihat gambar ini: Okay jelas bukan? Sekarang kita lanjut ke bagian kedua yaitu, macam - macam receptor. Reseptor yang ada: 1. Reseptor Protein G. Reseptor ini melibatkan: a. Protein b. Enzim c. GTP dan GDP d. Ligand Proses: Ligand menuju reseptor, lalu pada saat ligand menempel pada reseptor, otomatis akan mengaktifkan GDP dan merubah GDP menjadi GTP (penambahan satu gugus phospat). Setelah itu GTP dibawa ke enzim, dan diproses setelah diproses GTP melepaskan satu phospat, dan berubah kembali menjadi GDP yang tidak aktif, dan akan kembali aktif apabila ligand masuk ke reseptor. Ilustrasi: 2. Reseptor Tirosin Kinase Reseptor ini melibatkan: 1. Alpha Helix di Membran 2. Tirosin Kinase 3. Protein 4. Ligand Proses: Seperti komunikasi yang lainnya pertama ligand mendekati cakram dari tiroksin kinase yang menempel di Alpha Helix. Alpha Helix adalah salah satu asam amino dengan tingkat struktur sekunder. Ketika menempel protein bergerak menuju tirosin kinasek dan menempel. Setelah Ligand melepas dari Reseptor protein kembali inaktif. Apabila terjadi kelainan, akan menyebabkan kanker Ilustrasi: 3. Reseptor Saluran Ion Reseptor ini melibatkan: 1. Saluran Ion 2. Ion 3. Ligand Proses: Ligand medekati saluran ion lalu saluran ion akan terbuka lalu ion akan masuk. Konsentrasi dalam sel pun berubah Ilustrasi: Okeee, selesai sudah materi Komunikasi Sel. Untuk yang di UI semoga berguna dan UAS nya bisa yaa. Amin. Wasalamualaikum Wr Wb pada gugus heme strukturnya. Sitokrom c juga ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang periplasma . [7] Cara terbentuknya lapisan penebalan dinding sel ada 2 cara yang dapat dikemukakan yaitu : 1. Aposisi, yaitu cara terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama.Dengan cara palekatan tersebut maka dinding sel akan tampak berlapis-lapis seperti lamella-lamella penebalan.cara ini menjadikan ruang sel menjadi lebih sempit. 2. Intusussepsi, yaitu cara pembentukan lapisan penebalan yang tidak dilekatkan pada dinding atau membrane lama, melaikan dengan cara disisipkan di antara penebalan-penebalan yang telah ada.Cara penebalan ini tidak memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis seperti pada cara aposisi.(Yayan sutrian. pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan :56-57) Peran plasma → penambahan zat selulose → selulose berlapis -lapis menempel pada dinding primer. Cara penebalan dinding sel : APOSISI. Selulose penyusun dinding sel terdiri dari misel berupa benang-benang makromolekul yg berupa berkas-berkas seperti fibril yang bersambung-sambung → merupakan rangka berbentuk jala yang letaknya serong dan sejajar satu sama lain. Selulose mikrofibril atau misel yang teranyam pada dinding sel dan sejajar satu sama lain serta serong. Pada lapisan penebalan berikutnya, misel ini berlawanan arah dengan yang terdahulu. Lubang-lubang di antara rangka fibril dapat dimasuki air dan zat-zat yang te rlarut di dalamnya → dinding sel melembung & dapat disisipkan penebalan baru. Sel tumbuh membesar dan memanjang → struktur misel terbentang selebar -lebarnya, penebalan dinding sel berjalan terus. Penebalan dinding sel dapat secara penyisipan (INTUSUSEPSI) dengan zat lignin; Zat lignin disisipkan di antara misel yang sedang berkembang. Dinding sekunder umumnya hanya ada pada sel-sel yang berfungsi khusus, ex: sel xilem (trakea, trakeida), sel jari-jari empulur, parenkim kayu dan sel-sel sklerenkim. Mitokondria merupakan organel pernapasan sel. Kamu telah mengetahui bahwa sel pertama yang terbentuk adalah sel heterotrof yang merupakan sel anaerobik. Mengingat energi yang dihasilkan kecil, organisme berevolusi agar dihasilkan energi yang cukup banyak dengan cara melakukan respirasi secara aerobik melalui daur krebs. Jadi, respirasi aerobik muncul setelah respirasi anaerobik. Jadi, yang terbentuk pertama kali adalah sel prokariotik anaerobik yang berevolusi menjadi sel prokariotik aerobik. Dengan demikian, terdapat beberapa macam sel, yaitu sel prokariotik anaerobik, sel prokariotik aerobik, dan sel eukariotik anaerobik. Selanjutnya, sel eukariotik anaerobik “menelan” sel prokariotik aerobik. Sel prokariotik itu hidup di dalam sel eukariotik dan melakukan simbiosis mutualisme sebagai sel inang, sel eukariotik mendapatkan energi dari sel prokariotik, sedangkan sebagai simbion, sel prokariotik mendapatkan asam piruvat dari sel inang. Dalam perkembangan selanjutnya, sel prokariotik tersebut berubah menjadi mitokondria, yaitu organel penghasil energi yang terdapat di dalam sel. Simbiosis antara sel prokariotik aerobik dengan sel eukariotik anaerobik yang demikian itu dikenal sebagai endosimbions. Dasar dari dugaan ini dikarenakan pada saat ini: a) Mitokondria memiliki dua membran, yaitu membran luar dan membran dalam. Membran luar diduga berasal dari membran sel inang yang melekuk ke dalam ketika menelan sel bakteri aerobik. Sedangkan, membran dalam diduga berasal dari membran bakteri aerobik. b) Masih adanya bakteri aerobik yang memiliki mesosom sebagai penghasil energi. Diduga, sel prokariotik aerobik mirip dengan bakteri aerobik. c) DNA mitokondria mirip dengan DNA prokariotik. d) Polipeptida yang disintesis dalam mitokondria digunakan sendiri oleh mitokondria tersebut. Polipeptida ini berbeda dengan Polipeptida sel inang. e) Mitokondria mampu membelah diri seperti halnya bakteri. Untuk lebih memahami tentang asal-usul sel eukariotik