BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Umar (2008:128) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam penggerakan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu (Umar, 2008:128) Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan hasil tertentu melalui kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang (Hasibuan, 2007:10) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Marwansyah (2010:3), manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. Berdasarkan penjelasan teori-teori menurut para ahli diatas terdapat kesamaan dari definisi tentang manajemen sumber daya manusia yang dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu cara atau proses atau kegiatan bagaimana cara mengelola sumber daya manusia untuk mencapai hasil atau tujuan dari organisasi. 2.1.2 Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut (Sunyoto, Danang, 2012:6-7) Lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi, seperti dikatakan oleh Russel & Barnadian " All decisions which affect the workforce concern the organization's human resource management function". Aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia ini secara umum mencakup : 11 12 Rancangan organisasi o Perencanaan sumber daya manusia o Analisis pekerjaan o Rancangan pekerjaan Staffing o Rekrut atau memperkerjakan o Affirmative action o Promosi atau pemindahan o Pelayanan-pelayanan outplacement o Pengangkatan atau orientasi o Metode-metode seleksi pekerja System reward, tunjangan-tunjangan, dan pematuhan o Program-program keamanan o Pelayanan-pelayanan kesehatan atau medis o Prosedur-prosedur pengaduan atau disiplin o Administrasi o Kompensasi o Administrasi pengupahan atau penggajian o Administrasi tunjangan asuransi o Rencana-rencana pembagian keuntungan atau pensiun o Hubungan-hubungan kerja Manajemen perfomansi o Penilaian manajemen o Program peningkatan atau produktivitas o Penilaian performansi yang difokuskan pada klien Pengembangan pekerja dan organisasi o Pengembangan pengawasan atau manajemen o Perencanaan/pengembangan karier o Program-program pembinaan atau asistensi o Pekerja o Pelatihan keterampilan, non manajemen o Program-program persiapan pensiun o Penialaian-penilaian terhadap sikap 13 Komunikasi dan hubungan masyarakat o Sistem-sistem informasi atau laporan atau catatan-catatan sumber daya manusia o Komunikasi atau publikasi pekerja o Sistem penyaranan o Penelitian sumber daya manusia Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan sangat penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para pekerja dengan kepentingan organisasi secara keseluruhan. 2.2 Achievement Motivation 2.2.1 Achievement Menurut penelitian yang dilakukan Sukmadinata (2005), prestasi atau achievement merupakan realisasi dari potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Menurut Nasution dalam penelitian yang dilakukan Sunarto (2005) mendefinisikan prestasi atau achievement adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi atau achievement dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi atau achievement kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan penjelasan dari para ahli tentang definisi atau pengertian dari achievement dapat disimpulkan bahwa achievement adalah hasil yang telah dicapai untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. 2.2.2 Motivation Menurut penelitian yang dilakukan Luthans (2006) motivasi adalah proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan, baik secara 14 fisik dan psikis atau dengan kata lain adalah suatu dorongan atau penggerak yang ditujukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Menurut Malayu S.P Hasibuan ( 2006), " Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan " Menurut Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2006)mengatakan bahwa: “ Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning e,ployee and organization interest so that behavior result in achivement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives “.(suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.) Tujuan motivasi menurut Malayu S.P Hasibuan (2005) adalah: 1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan 3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan 5. Mengefektifan pengadaan karyawan 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. 2.2.3 Achievement Motivation Menurut David McCelland (dalam Darmawan : 2013) Motivasi kerja adalah segala sesuatu yang mendorong seorang karyawan melaksanakan tugas-tugasnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Achievement Motivation adalah kebutuhan terhadap prestasi atau pencapaian, maksudnya supaya anggota-anggota organisasi bekerja dengan baik dan berprestasi diorganisasi : Adanya perasaan terikat dengan bidang tugasnya Berusaha mengetahui prestasinya dan memperoleh umpan balik Tanggap terhadap situasi sulit dan menantang Keinginan menerima tanggung jawab 15 Standar prestasi/pencapaian kerja dapat diukur dan terpenuhi Rabideau dalam penelitian yang dilakukan Ayman Awad Amin Mahmoud, (2011) mendefinisikan Achievement Motivation adalah kebutuhan untuk keberhasilan atau pencapaian keunggulan. Atkinson dalam penelitian yang dilakukan oleh Kulwinder Singh, (2011) menyatakan bahwa: “The theory of achievement motivation attempts to account for the determinants of the direction, magnitude and persistence of behaviour, in limited but very important domain of human activities. menyatakan," atau dapat diartikan bahwa Achievement Motivation menjelaskan faktor-faktor yang menentukan arah perilaku yang terbatas tetapi sangat penting bagi aktivitas manusia. Selanjutnya menurut Kulwinder Singh, (2011), Achievement Motivation adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan baik terhadap beberapa standar keunggulan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi achievement motivation diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa Achievement Motivation adalah Kebutuhan akan dorongan dan keinginan untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan dan keunggulan dalam pekerjaannya. 2.2.4 Dimensi dari Achievement Motivation Menurut Spence & Helmreich (dalam peneletian yang dilakukan Kulwinder Singh, 2011). dimensi dari Achievement Motivation meliputi: Kebutuhan penguasaan (Mastery of needs) Seorang individu lebih memilih pekerjaan yang menantang, menuntut intelektual, dan pemikiran-oriented. Orientasi kerja Seorang individu yang bersikap proaktif terhadap pekerjaan dan mencintai apa yang dilakukan. Persaingan Seorang individu berharap untuk menang atau lebih unggul dari yang lain, meliputi persaingan untuk mendapatkan kompensasi dan juga mendapatkan posisi atau jabatan. 16 Personal unconcern Seorang individu tidak ada rasa takut akan kesuksesan, dimana tidak memperdulikan orang lain hanya fokus terhadap hasil yang dicapainya sendiri. 2.1.2.3 Hubungan Achievement Motivation terhadap Work Attitude Dalam jurnal Lee 2009 dijelaskan bahwa Achievement Motivation berperngaruh terhadap Work Attitude , dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa menemukan hubungan antara Achievement Motivation dengan Work Attitude. Disarankan bahwa ketika manajer mengevaluasi atau mencoba untuk memperbaiki sikap kerja karyawan, mereka harus mempertimbangkan Achievement Motivation karyawan. Hubungan Achievemet Motivation terhadap Work Attitude adalah dimana seseorang membutuhkan dorongan untuk tercapainya suatu motivasi yang erat hubungannya dengan sikap kerja, apabila motivasi tidak tercapai akan mempengaruhi buruknya sikap kerja karyawan. Motivasi kerja yang tinggi yang diberikan karyawan akan meningkatkan produktifitas perusahaan, sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Jadi jelas bahwa motivasi kerja besar pengaruhnya dalam operasi perusahaan, oleh karena itu perusahaan selalu mengharapkan karyawan-karyawannya memiliki motivasi kerja yang tinggi. 2.3 Kontrak Psikologis 2.3.1 Pengertian Kontrak Psikologis Kontrak psikologis adalah persepsi karyawan mengenai hubungan timbal balik dengan organisasi, hasil dari perjanjian yang akan diberikan perusahaan kepada karyawan, dan kontribusi yang diberikan karyawan kepada organisasi (George dan Jones, 2008) Kotler (dalam Conway dan Briner, 2005) menjelaskan bahwa kontrak psikologis merupakan sebuah kontrak yang bersifat implisit antara seorang individu dan organisasinya yang menspesifikkan pada apa yang masing-masing harapkan satu sama lain untuk saling memberi dan menerima dalam suatu hubungan kerja . 17 Morrison & Robinson (dalam Conway dan Briner, 2005) mengemukakan bahwa kontrak psikologis mengacu pada keyakinan-keyakinan karyawan mengenai kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik antara karyawan dan organisasinya, di mana kewajiban tersebut didasarkan pada janji-janji yang dipersepsikan dan tidak disadari dengan penting oleh agen-agen yang ada pada organisasi. Menurut pernyataan dari penelitian yang dilakukan Michael Armstrong, 2007, karyawan mungkin berharap diperlakukan adil sebagai manusia, diberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka, mendapatkan balas jasa yang setimpal dengan kontribusi yang mereka berikan, dapat memperoleh kompetensi, memiliki peluang untuk berkembang, mendapatkan umpan balik dari apa yang mereka kerjakan, sementara perusahaan berharap karyawan memberi kinerja terbaik mereka atas nama organisasi (menempatkan kepentingan perusahaan lebih dulu), berkomitmen sepenuhnya terhadap nilai-nilai perusahaan, loyal kepada perusahaan, dan meningkatkan kualitas image organisasi di depan pelanggan dan pemasoknya. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda, yang nantinya berlanjut menjadi aspek-aspek yang ada dalam daftar kontrak psikologis. Dalam hal ini (penelitian yang dilakukan Griffin dan Moorhead, 2010) juga menjelaskan konsep dasar hubungan pertukaran dalam kontrak psikologis secara detail melalui ilustrasi kontribusi-dorongan Tabel 2.1 : Konsep dasar hubungan pertukaran kontrak psikologis Kontribusi dari Karyawan Usaha Kemampuan Loyalitas Keahlian Waktu Kompetensi Dorongan dari Organisasi Gaji Tunjangan Job Security Peluang Karir Status Peluang Promosi (Griffin dan Moorhead, 2010) Individu memberikan beragam kontribusi untuk organisasi—diantaranya usaha, kemampuan, keahlian, waktu dan loyalitas. Sebagai ganti untuk kontribusi tersebut, 18 organisasi memberikan dorongan untuk karyawan. Beberapa dorongan, seperti gaji dan peluang karir, adalah reward berwujud, sedangkan job security dan status, termasuk dalam kategori reward tak berwujud. Dari penjelasan dari beberapa ahli tentang Kontrak psikologis dapat disimpulkan bahwa kontrak psikologis adalah Suatu ikatan yang tidak tertulis bahwa seorang karyawan memiliki keyakinan akan adanya hubungan timbal balik antara organisasi dengan karyawan. 2.3.2 Pembentukan Psychological Contract Menurut Robinson dalam penelitian yang dilakukan Aggarwal & Bhargava, (2010) kerangka awal dalam pembentukan kontrak psikologis adalah apa yang karyawan percaya adalah hak mereka, karena mereka menganggap perusahaan tempat mereka bekerja berjanji untuk memberikan hak mereka. Sejak awal hubungan kerja, perusahaan secara implisit dan eksplisit menjanjikan sejumlah hal, termasuk dorongan relasional (peluang pengembangan skill) dan dorongan transaksional (kompensasi). Kombinasi keduanya adalah yang membentuk kontrak psikologis (Coyle-Shapiro and Kessler, dalam penelitian yang dilakukan Aggarwal & Bhargava, 2010). Bentuk kontrak transaksional merujuk pada tugas jangka pendek, yang ditentukan dari jumlah jam kerja yang diberikan pegawai dan upah yang dibayarkan perusahaan. (Dalam penelitian yang dilakukan Lee & Liu, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Lee & Liu (2009), bentuk kontrak relasional melibatkan loyalitas dan stabilitas, dan pegawai dengan kontrak relasional memiliki keinginan bekerja yang lebih besar, membantu pegawai lainnya dalam bekerja, dan mendukung perubahan dalam organisasi. 2.3.3 Dimensi Kontrak Psikologis Pengukuran kontrak psikologis dapat ditinjau dari berbagai perspektif, diantaranya perspektif fitur, konten dan evaluasi. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah pengukuran kontrak psikologis dari segi konten, karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat sejauh mana konten-konten dalam kontrak psikologis tersebut memengaruhi komitmen afektif dan keinginan keluar dari organisasi, Morrison, Rousseau dan Robinson (dalam penelitian yang dilakukan Haq, 19 Jam, Azeem, Ali dan Fatima, 2011) membagi dimensi kontrak psikologis dari perspektif konten menjadi dua jenis, yaitu: 1. Transaksional Kontrak transaksional menjelaskan hubungan yang bersifat jangka pendek (short term) dan berfokus pada aspek pertukaran ekonomis, jenis pekerjaan yang sempit (narrow) dan keterlibatan minimal karyawan dalam organisasi. Indikator dimensi kontrak transaksional ini adalah : Lingkup sempit (narrow): Terbatasnya pelatihan kerja yang diberikan perusahaan hanya sesuai dengan pekerjaan yang diberikan kepada karyawan Jangka pendek (short term): Karyawan wajib berkomitmen dan tetap tinggal didalam perusahaan sesuai dengan masa kontrak kerja yang saya terima 2. Relasional Relational Contract atau Kontrak relasional memiliki jangka waktu yang panjang tetapi berakhirnya tidak dapat ditentukan. Jenis kontrak ini juga melibatkan faktor sosio-emosional, seperti kepercayaan, keamanan, dan loyalitas antar karyawan dan organisasi yang masing-masing pihak berharap terjadinya hubungan timbal balik. kontrak relasional dikarakteristikan dengan hubungan jangka panjang dimana, kontrak relasional tidak terbatas oleh waktu, yang mengharapkan suatu hubungan yang terus menerus antara karyawan dan organisasi, melibatkan pertukaran uang dan non-monetary seperti : reward loyalitas timbal balik, dukungan, reward terhadap karir, dukungan seperti pelatihan dan kesempatan pengembangan jangka panjang dalam organisasi. Kontrak jenis ini merujuk pada pengaturan terbuka yang berdasarkan pada kepercayaan dan loyalitas timbal balik. Indikator dari dimensi relasional terbagi empat, yaitu: Stabilitas Karyawan diwajibkan untuk bekerja pada organisasi untuk jangka waktu yang relatif lama dan melakukan hal-hal lain untuk mempertahankan pekerjaannya. Organisasi dalam hal ini menawarkan paket kompensasi atau upah yang stabil dan hubungan kerja jangka panjang. 20 Kesetiaan Perusahaan berkomitmen untuk mendukung kesejahteraan dan kepentingan karyawan serta keluarga mereka. Sebagai balasannya, karyawan berkewajiban mendukung perusahaan, mewujudkan loyalitas dan komitmen atas kebutuhan dan kepentingan organisasi serta menjadi warga organisasi (organizational citizen) yang baik. Internal Advancement Pengembangan karir dalam pasar tenaga kerja internal perusahaan. Karyawan diwajibkan mengembangkan keahliankeahlian perusahaan yang dihargai berkomitmen oleh untuk perusahaan. menciptakan Sementara peluang pengembangan karir karyawan dalam perusahaan. Dukungan Kinerja Dinamis Karyawan wajib mencapai tuntutan tujuan yang baru dan meningkat, yang dapat berubah-ubah seiring perkembangan jaman, untuk membantu perusahaan tetap bersaing. Gantinya, perusahaan berkomitmen memberikan pembelajaran berkelanjutan dan membantu karyawan hingga berhasil mengeksekusi persyaratan kinerja yang semakin meningkat 2.1.4.4 Hubungan Kontrak Psikologis terhadap Work Attitude Dalam jurnal Lee 2009 dijelaskan bahwa Achievement Motivation berperngaruh terhadap Work Attitude , dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa menemukan hubungan antara Achievement Motivation dengan Work Attitude. Disarankan bahwa ketika manajer mengevaluasi atau mencoba untuk memperbaiki work attitude karyawan, mereka harus mempertimbangkan tingkat pemenuhannya pada tugas mereka terhadap kontrak psikologis karyawan, dimana harus adanya timbal balik antara perusahaan dengan karyawan. Hubungan Kontrak Psikologis terhadap Work Attitude adalah dimana ikatan tidak tertulis yang dirasakan karyawan berhubungan dengan sikap kerjanya dimana apabila karyawan memiliki kontrak psikologis, karyawan akan memiliki komitmen dalam bekerja dan berkerja dengan baik. 21 2.4 Work Attitude 2.4.1 Definisi Work Attitude Menurut penelitian yang dilakukan Sri Utami Rahayuningsih, 2008 Attitude adalah Bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Sri Utami Rahayuningsih (2008) Sikap (Attitude) adalah: 1) Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. 2) Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan 3) Berorientasi kepada skema triadik : sikap merupakan konstelasi komponenkomponenkognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya. Menurut George dan Jones (2005) “Work attitudes is collections of feelings, beliefs, and thoughts about how to behave that people currently hold about their jobs and organizations.”– kumpulan perasaan, kepercayaan, dan pemikiran tentang bagaimana berperilaku seseorang tentang pekerjaan dan organisasinya Sikap (attitude) Dalam penelitian yang dilakukan Robbins (2007) didefinisikan sebagai pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu. Berdasarkan penjelasan teori-teori menurut para ahli diatas terdapat kesamaan dari definisi tentang work attitude, dan dapat disimpulkan bahwa work attitude adalah bagaimana seseorang berperilaku sesuai dari kumpulan perasaan terhadap sesuatu objek baik yang bersifat negatif maupun positif didalam organisasi. 22 2.4.2 Dimensi dan Indikator dari Work Attitude Menurut (Yu dalam penelitian yang dilakukan Lee 2009 ) dimensi dari Work Attitude adalah : 1. Organizational Identification Bahwa identifikasi organisasi terjadi ketika karyawan menganggap diri mereka sebagai bagian dari organisasi, mengidentifikasi dengan misi, nilainilai, dan tujuan organisasi dan termasuk manfaat organisasi dalam keputusan manajerial. 2. Work Devotion Identifikasi psikologis dan partisipasi di tempat kerja. Marshall, Lassk, dan Moncrief (2004) mengemukakan bahwa keterlibatan kerja didefinisikan sebagai karyawan identifikasi psikologis dengan pekerjaan. Menurut Millmore (2007) keterlibatan kerja memiliki dua dimensi yaitu : Performance ( hasil kerja ) dimana keterlibatan kerja merefleksikan tingkat dimana rasa harga diri karyawan dipengaruhi oleh performance kerjanya. Aspek ini mencakup tentang seberapa jauh hasil kerja seorang karyawan (performance) sebagai suatu indikasi dari tingkat dimana individu mempercayai dirinya mampu, cukup, dan berharga.Dan yang kedua adalah pentingnya pekerjaan bagi gambaran total individu, ini merujuk pada tingkat sejauh mana karyawan mengidentifikasikan diri secara psikologis pada pekerjaan atau pentingnya pekerjaan bagi gambaran diri secara total. 3. Work Satisfaction psikologis, emosional, dan fisik perasaan karyawan serta mereka reaksi alami untuk lingkungan kerja mereka. Sedangkan menurut ( Robbins dalam Lee 2009) menggambarkan kepuasan kerja sebagai perasaan keseluruhan karyawan dan evaluasi kerja, termasuk pengembalian internal dan eksternal, atribut kerja, dan kepuasan kerja secara keseluruhan. 23 2.5 Model Penelitian Berikut ini merupakan kerangka pemikiran dari variabel Achievement Motivation, Kontrak Psikologis, dan Work Attitude. Achievement Motivation ( X) : Kontrak Psikologis( Y ): Mastery of needs Work orientation Competition Personal Unconcern Transaksional Relasional Work Attitude ( Z ) : Organizational Identification Work Devotion Work Satisfaction Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran sumber : Penulis 2014 2.6 Rancangan Hipotesis Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : T–1 Ho : Achievement Motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Work Attitude pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi Ha : Achievement Motivation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Work Attitude pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi T–2 Ho : Achievement Motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kontrak Psikologis pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi Ha : Achievement Motivation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kontrak Psikologis pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi T-3 24 Ho : Kontrak Psikologis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Work Attitude pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi Ha : Kontrak Psikologis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Work Attitude pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi T–4 Ho : Achievement Motivation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kontrak Psikologis dan dampaknya terhadap Work Attitudes karyawan pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi Ha : Achievement Motivation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kontrak Psikologis dan dampaknya terhadap Work Attitudes pada PT. PLN Persero P3B Jawa Bali App Duri Kosambi 25 45